Pada bulan Oktober 2021 lalu, Pemerintah telah mengesahkan undang-undang baru terkait
perpajakan yaitu Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP). Salah satu
kebijakan Undang-Undang Harmonisasi Peraturan Perpajakan tersebut menyebutkan adanya
Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) bagi WP OP UMKM. Kebijakan ini berlaku per tahun
pajak 2022, PTKP ini tidak hanya untuk wajib pajak Orang Pribadi saja, tapi WP OP UMKM
juga ada PTKPnya yaitu sebesar Rp 500 juta dalam satu tahun. Artinya, penghasilan UMKM
OP dengan penghasilan kurang dari atau sama dengan Rp500 juta setahun tidak perlu
membayar PPh final sebesar 0,5%.
Dapat disimpulkan, pada bulan Januari sampai bulan Mei, omzet kumulatif toko kelontong
Tuan A sebesar Rp 500 juta, sehingga pada bulan Januari sampai bulan Mei, Tuan A tidak
dikenakan PPh Final UMKM. Tuan A akan dikenakan PPh Final UMKM setelah omzet
kumulatif yang diperoleh melebihi Rp 500 juta, yaitu pada bulan Juni hingga bulan Desember.
Omzet tersebut akan dikenakan tarif PPh Final UMKM sebesar 0,5% dari omzet setiap
bulannya. Maka, total PPh Final UMKM yang dibayarkan oleh Tuan A selama tahun 2022
semenjak diberlakukannya UU HPP yaitu sebesar Rp 3,5 juta. Dimana sebelum
diberlakukannya UU HPP, PPh Final UMKM yang dibayarkan Tuan A sebesar Rp 6 juta
karena belum ada pengurangan PTKP bagi WP OP UMKM.
PAJAK UNTUK PT PERORANGAN
Maret 31, 2022
by Dian Rachmawati
Sesuai dengan definisi Perseroan Perorangan (PT Perorangan) yaitu badan hukum
perorangan yang memenuhi kriteria UMKM, pemerintah dalam hal ini Dirjen Pajak sangat
mendukung para UMKM Indonesia melalui penyederhanaan aturan perpajakan agar UMKM
dapat berperan lebih demi kelancaran dan stabilitas perekonomian Indonesia. Oleh karena
itu, di tahun 2018, Dirjen Pajak menerbitkan PP 23 Tahun 2018 dan PMK 99/PMK.03/2018
sebagai aturan pelaksanaannya.
PT Perorangan yang memiliki omset atau penghasilan bruto setahun kurang dari 4,8M
hanya dikenakan pajak final 0,5% dari penghasilan bruto tiap bulannya. WP PT
Perorangan cukup meyetorkan saja pajak 0,5% tiap bulan ke negara melalui bank persepsi.
WP PT Perorangan tersebut dapat menikmati fasilitas tarif 0,5% selama 3 tahun sejak
terdaftar. Misal PT Perorangan berdiri di tahun 2021 maka fasilitas pajak 0,5% dapat
dinikmati hingga tahun 2023. Karena PP 23 merupakan pajak final, nantinya ketika akhir
tahun atas laba yang ada tidak perlu lagi dikenakan pajak berdasar tarif Pasal 17 Undang-
Undang Pajak Penghasilan.
Ditahun ke-4 karena PT Perorangan tidak dapat lagi menikmati tarif 0,5%, jangan khawatir
Dirjen Pajak memberikan keringanan tarif PPh Badan Pasal 17 sebesar 50%. Atas laba akhir
tahun dikenakan PPh Terutang sebesar 50% x 22% (tarif Pasal 17 UU PPh). Penyetoran
pajak tiap bulannya dari PPh final PP 23 0,5% beralih menjadi Angsuran PPh Pasal 25, yang
mana nilainya didapat dari PPh Terutang atas laba akhir tahun dikurangi dengan kredit pajak
lalu dibagi 12. Angsuran PPh Pasal 25 yang dibayar nantinya dapat mengurangi jumlah pajak
akhir tahun yang harus disetor ke negara.
WP PT Perorangan karena omsetnya dalam setahun kurang dari 4,8M dapat memilih untuk
tidak dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak (PKP) sehingga tidak berkewajiban untuk
memungut dan menyetorkan PPN serta tidak wajib membuat Faktur Pajak dan melaporkan
SPT PPN. Hal ini sejalan sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor
197/PMK.03/2013.
Kemudahan lainnya dalam Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 2021 tentang Perlakuan
Perpajakan untuk Mendukung Kemudahan Berusaha serta Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 54/PMK.03/2021 tentang Tata Cara Melakukan Pencatatan dan Kriteria Tertentu Serta
Tata Cara Menyelenggarakan Pembukuan untuk Tujuan Perpajakan.