Anda di halaman 1dari 50

Tax Planning atas

Objek Withholding Tax


(selain PPh Pasal 21)

TM 4:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN

Pengertian Withholding Tax

Withholding Tax System merupakan istilah perpajakan, dimana Wajib Pajak


Orang Pribadi maupun Badan Dalam Negeri diberi kepercayaan oleh
peraturan perundang-undangan untuk melaksanakan kewajiban memotong
pajak atas penghasilan yang dibayarkan kepada penerima penghasilan.
 Memotong/Memungut pajak
 Melaporkan pajak yang dipotong/dipungut ke Kantor Pajak
 Menyetorkan pajak ke Kas Negara

Withholding Tax = PPh Pemotongan/Pemungutan (PPh PotPut)

1
Jenis Withholding Tax di Indonesia

 PPh Pasal 21/26


 PPh Pasal 4 ayat 2
 PPh Pasal 15
 PPh Pasal 22
 PPh Pasal 23
 PPh Pasal 24

Tax Planning atas Withholding Tax (selain PPh Psl 21)

Hal-hal yang dilakukan dalam rangka melakukan Tax Planning atas PPh selain
PPh Pasal 21:
1. Perhatikan Klausul Pajak dalam Perjanjian/Kontrak
 Jenis & rincian pekerjaan, termin pembayaran, jenis pajak, tarif pajak,
pihak yang menanggung pajak

2. Perhatikan Posisi sebagai sebagai Pemotong/Pemungut atau sebagai Pihak


yang dipotong/dipungut
 Kewajiban memotong/memungut, menyetor dan melaporkan pajak itu
berbeda antara Pihak Pemotong/pemungut dengan Pihak yang
dipotong/dipungut

2
Tax Planning atas Withholding Tax (selain PPh Psl 21)

3. Memanfaatkan Grey Area dalam ketentuan PPh Potput


 Dapat melalui riset atas kasus putusan pajak, jasa konsultan pajak atau
private ruling.
Private ruling adalah pengajuan surat klarifikasi WP kepada DJP meminta penegasan
bagaimana peraturan perpajakan diterapkan pada suatu transaksi atau situasi pajak
tertentu
4. Peran bagian Keuangan  soal Bukti Pemotongan/Pemungutan, dan Akuntansi
 soal Pencatatan jurnal transaksi serta penyesuaian.
 Meminta kepada lawan transaksi atas bukti pemotongan PPh / bukti setor
PPh dari (wajib ada)
 Pencatatan jurnal memperhatikan prinsip accrual versus cash basis

Tax Planning atas Withholding Tax (selain PPh Psl 21)

5. Lakukan Ekualisasi PPh Potput


 - Ekualisasi pos beban L/R versus SPT Masa & SPT Badan, bagi Pihak
Pemotong
- Ekualisasi pos pendapatan usaha dan luar usaha L/R versus Bukti-bukti
Pemotongan/Pemungutan, bagi Pihak yang Dipotong
6. Hindari pengenaan Sanksi Perpajakan
 - Kapan saat terutang pajak
- Kapan batas waktu penyetoran pajak
- Kapan batas waktu pelaporan pajak
- Apa saja sanksi perpajakan dan besarnya sanksi perpajakan

3
Tax Planning atas Withholding Tax (selain PPh Psl 21)

7. Manfaatkan Fasilitas & Insentif perpajakan


 - Update peraturan terbaru
- Fasilitas Pembebasan atau Pengurangan Pajak
- Pemberian Fasilitas & Insentif pajak di masa pandemi

PPh Final Pasal 4 ayat (2)

4
Referensi:
- Pasal 4 ayat 2 UU No 36 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan sttd UU No 7 Tahun
2021 Tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan
- PMK 59/PMK.03/2022 tentang Perubahan Atas PMK 231/PMK.03/2019 Tentang Tata
Cara Pendaftaran Dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan Dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Pemotongan Dan/Atau
Pemungutan, Penyetoran, Dan Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah --> berlaku
pada tanggal 1 Mei 2022
- PP No 51/2008 stdd PP No 9/2022 tentang Pajak Penghasilan atas Penghasilan dari
Usaha Jasa Konstruksi --> berlaku mulai 21 Februari 2022
- PMK No 187/PMK.03/2008 stdd PMK No 153/PMK.03/2009 tentang Tata cara
Pemotongan, Penyetoran, Pelaporan, dan Penatausahaan Pajak Penghasilan atas
Penghasilan dari Usaha Jasa Konstruksi

Objek dan Tarif PPh Pasal 4 ayat 2

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
1. Persewaan Sewa tanah dan/atau 10%. Jumlah bruto nilai Final
bangunan berupa tanah, rumah, Pemotong: persewaan adalah jumlah
rumah susun, apartemen, WP Badan yang dibayarkan/terutang
kondominium, gedung perkantoran, (Penyewa) oleh penyewa termasuk
pertokoan, gedung pertemuan Jika biaya perawatan,
termasuk bagiannya, rumah kantor, penyewa = pemeliharaan, keamanan,
toko, rumah toko, gudang, bangunan WPOP  fasilitas lainnya, dan service
industri, tidak termasuk pembayaran pajak disetor charge (baik perjanjiannya
oleh pihak
atas penggunaan jasa pelayanan dibuat secara terpisah
yang
penginapan serta akomodasinya. menyewakan maupun disatukan). PP 34/2017

5
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
2. a. Penghasilan dari Pengalihan
PP 34/2016 ; PMK 261/2016
Hak atas Tanah dan/atau
Bangunan meliputi penjualan, tukar-
menukar, perjanjian pemindahan hak,
pelepasan hak, penyerahan hak,
lelang, hibah, waris, atau cara lain
yang disepakati.
2. b. Perjanjian Pengikatan Jual Beli
atas Tanah dan/atau Bangunan
beserta perubahannya.

PP 34/2016 ; PMK 261/2016

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
- Pemerintah, BUMN, BUMD 0% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Final
- Wajib Pajak yang usaha
pokoknya melakukan pengalihan
hak atas tanah dan/atau
bangunan berupa rumah
sederhana dan rumah susun
sederhana 1% Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Final
- Selain kepada pemerintah,
BUMN, BUMD dan rumah
sederhana dan rumah susun
sederhana. 2,5 % Jumlah Bruto Nilai Pengalihan Final

6
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
3. Usaha Jasa Konstruksi PP No 9 Tahun 2022 --> berlaku mulai 21 Februari 2022
a. PEKERJAAN KONSTRUKSI:
- Pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki sertifikat badan
usaha kualifikasi kecil atau sertifikat kompetensi
kerja untuk usaha orang perseorangan 1,75% Penghasilan Bruto Final
- Pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang tidak memiliki sertifikat
badan usaha atau sertifikat kompetensi kerja
untuk usaha orang perseorangan 4% Penghasilan Bruto Final

PP No 9 Tahun 2022 --> berlaku mulai 21 Februari 2022

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
- Pekerjaan konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa selain penyedia jasa angka 1 dan
2 diatas 2,65% Penghasilan Bruto Final
b. PEKERJAAN KONSTRUKSI TERINTEGRASI:
- Pekerjaan konstruksi terintegrasi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang memiliki sertifikat
badan usaha 2,65% Penghasilan Bruto Final
- Pekerjaan konstruksi terintegrasi yang dilakukan
oleh penyedia jasa yang tidak memiliki sertifikat
badan usaha 4% Penghasilan Bruto Final

7
PP No 9 Tahun 2022 --> berlaku mulai 21 Februari 2022

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
c. JASA KONSULTANSI KONSTRUKSI :
- Jasa konsultansi konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang memiliki sertifikat badan 3,5% Penghasilan Bruto Final
usaha atau sertifikat kompetensi kerja untuk
usaha orang perseorangan
- Jasa konsultansi konstruksi yang dilakukan oleh
penyedia jasa yang tidak memiliki sertifikat
badan usaha atau sertifikat kompetensi kerja
untuk usaha orang perseorangan 6% Penghasilan Bruto Final

Penggolongan Kualifikasi Usaha (ditentukan oleh LPJK)

Khusus untuk jasa pelaksanaan


konstruksi, kualifikasi usaha
dibagi 3 kelompok yakni: Kecil,
Menengah dan Besar.

Menurut Peraturan LPJK Nomor


11 Tahun 2006
pengelompokkan didasarkan
pada Grade yaitu tingkat
kemampuan atau kompetensi
dari si kontraktor.

8
PEMOTONGAN PPH ATAS JASA KONSTRUKSI
(PMK 187/2008 stdd PMK 153/2009)

PPh Dipotong saat Pembayaran (uang muka & termin) oleh Pengguna
Jasa
Dalam hal pengguna jasa merupakan Pemotong Pajak :
- Badan pemerintah,
- Subjek pajak badan dalam negeri,
- Bentuk usaha tetap, atau
- Wajib pajak orang pribadi dalam negeri yang ditunjuk oleh DJP

Pembuatan bukti pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 menggunakan aplikasi


eBupot Unifikasi (online).

PPh Disetor sendiri oleh Pemberi Jasa


Dalam hal pengguna jasa bukan merupakan Pemotong Pajak, maka
kontraktor selaku pemberi jasa dan penerima penghasilan wajib
menyetorkan sendiri PPh Final yang terutang tersebut.

PEMBAYARAN & PELAPORAN PPH JASA KONSTRUKSI


(PMK 187/2008 stdd PMK 153/2009)

Pembayaran
Paling lambat pada
- Tanggal 10 bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh oleh
pengguna jasa, atau
- Tanggal 15 bulan berikutnya setelah bulan diterimanya pembayaran
oleh pemberi jasa.
Pembuatan formulir Surat Setoran Pajak menggunakan aplikasi eBilling
(Online).

Pelaporan
Bagi pengguna dan pemberi jasa dilakukan paling lambat tanggal 20
bulan berikutnya setelah bulan terutangnya PPh atau bulan
diterimanya pembayaran atas jasa konstruksi.
- Pembuatan laporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 menggunakan
aplikasi eBupot Unifikasi (online).
- Penyerahan laporan SPT Masa PPh Pasal 4 ayat 2 menggunakan
aplikasi eBupot Unifikasi (online).

9
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
4. Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto Hadiah Undian Final

5. Transaksi Penjualan Saham di KMK-282/1997


Bursa Efek
a. Selain IPO (Initial Public Offering) 0,1% X Nilai Transaksi Final
b. IPO (Saham Pendiri) (0,1% X Nilai Transaksi) + (0,5% X nilai Final
saham pasar saat IPO)
Pemotong: Penyelenggara bursa efek

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
6. Bunga deposito & tabungan serta 20% (utk WPDN & Jumlah Bruto Final
diskonto Sertifikat Bank Indonesia BUT) atau Tarif P3B Bunga
(utk WPLN) PP 123/2015 ; PMK 212/2018
Pengecualian:
a. Bunga dari deposito dan tabungan serta diskonto Sertifikat Bank Indonesia sepanjang jumlah deposito dan tabungan serta
Sertifikat Bank lndonesia tersebut tidak melebihi Rp 7.500.000,00 (tujuh juta lima ratus ribu rupiah) dan bukan merupakan jumlah
yang dipecah-pecah;
b. Bunga dan diskonto yang diterima atau diperoleh bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia;
c. Bunga deposito dan tabungan serta diskonto sertifikat Bank Indonesia yang diterima atau diperoleh Dana Pensiun yang
pendiriannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan sepanjang dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29 Undang-undang Nomor 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun;
d. Bunga tabungan pada bank yang ditunjuk Pemerintah dalam rangka pemilikan rumah sederhana dan sangat sederhana, kaveling
siap bangun untuk rumah sederhana dan sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sesuai dengan ketentuan yang berlaku,
untuk dihuni sendiri

10
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
7. Bunga Obligasi PP 91/2021
- WP DN & BUT 10% - Bunga dari Obligasi dengan kupon: sebesar jumlah Final
- WP LN selain BUT 20% / bruto sesuai dengan masa kepemilikan Obligasi
- Diskonto dari Obligasi dengan kupon: sebesar selisih
Tarif lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
P3B perolehan Obligasi, tidak termasuk bunga berjalan
- Diskonto dari Obligasi tanpa bunga: sebesar selisih
lebih harga jual atau nilai nominal di atas harga
perolehan Obligasi
Pengecualian:
a. Wajib Pajak dana pensiun yang pendirian atau pembentukannya telah disahkan oleh Menteri Keuangan dan memenuhi
persyaratan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 ayat (3) huruf h Undang-Undang PPh; dan
b. Wajib Pajak bank yang didirikan di Indonesia atau cabang bank luar negeri di Indonesia.

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
8. Penghasilan perusahaan modal ventura dari 0,1% Jumlah bruto nilai Final
transaksi penjualan saham atau pengalihan transaksi
penyertaan modal pada Perusahaan Pasangan penjualan saham
Usahanya atau pengalihan
PP 4/1995 penyertaan
modal
Syarat :
Perusahaan Pasangan Usaha tersebut adalah perusahaan yang memenuhi syarat sebagai berikut :
a. Merupakan perusahaan kecil, menengah, atau yang melakukan kegiatan dalam sektor-sektor usaha yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan; dan
b. Sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di Indonesia

11
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
9. Penghasilan dari usaha yg diterima/diperoleh 0,5% Jumlah Final
WP yg memiliki peredaran bruto tertentu Peredaran Bruto
− WP OP / WP Badan; dan Setiap Bulan
− Menerima penghasilan dari usaha (tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dgn pekerjaan PP 23/2018
bebas), dengan peredaran bruto < Rp 4,8 M dalam
1 Tahun Pajak
Pengecualian:
a). WP OP yg melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yg dalam usahanya
menggunakan sarana atau prasarana yg dpt dibongkar pasang;
b). WP badan yg belum beroperasi secara komersial;

c). WP badan yg dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto > Rp 4,8 M;
d). WP BUT

Khusus bagi WP Orang Pribadi, terhitung mulai bulan Januari 2022, berlaku ketentuan peredaran
bruto tidak dikenai Pajak Penghasilan atas bagian peredaran bruto sampai dengan
Rp.500.000.000,- dalam 1 (satu) tahun pajak (UU No 7/2021).

12
Contoh 1: Jasa Konstruksi

Membayar jasa pekerjaan konstruksi kepada PT. Jaya (NPWP: 24.855.957.7-418.000 di


Jakarta) sebesar Rp. 200.000.000,- biaya belum termasuk PPN.
PT. Jaya tidak memiliki sertifikat badan usaha kualifikasi kecil.
Penyelesaian:
Jenis transaksi: biaya jasa konstruksi & tidak memiliki sertifikat badan usaha kualifikasi kecil
Objek pajak: PPh Pasal 4 ayat 2 dengan tarif sebesar 4%
Tagihan: Rp. 200.000.000 belum termasuk PPN 11%.
Dasar pengenaan pajak: Rp. 200.000.000
PPh Pasal 4 ayat 2: 4% x 200.000.000 = 8.000.000

Contoh 2: Jasa Konstruksi

Membayar jasa pekerjaan konstruksi kepada PT. Jaya (NPWP: 24.855.957.7-418.000 di


Jakarta) sebesar Rp. 200.000.000,- biaya sudah termasuk PPN.
PT. Jaya memiliki sertifikat badan usaha kualifikasi kecil.
Penyelesaian:
Jenis transaksi: biaya jasa konstruksi & memiliki sertifikat badan usaha kualifikasi kecil.
Objek pajak: PPh Pasal 4 ayat 2 dengan Tarif sebesar 1,75%
Tagihan: Rp. 200.000.000 sudah termasuk PPN 11%.
Dasar pengenaan pajak: (Rp. 200.000.000 x 100/111) = Rp. 180.180.180
PPh Pasal 4 ayat 2: 1,75% x 180.180.180 = Rp. 3.153.153

13
Contoh 3: Sewa Tanah dan/atau Bangunan

Membayar sewa tanah untuk gudang kepada Hadiwinata (tidak memiliki NPWP)
sebesar Rp. 150.000.000,-
Penyelesaian:
Jenis transaksi: Sewa tanah dan atau bangunan
Objek pajak: PPh Pasal 4 ayat 2 dengan Tarif 10%, baik kepada NPWP dan tidak ber-
NPWP.
Dasar pengenaan pajak: 150.000.000,-
PPh Pasal 4 ayat 2: 10% x 150.000.000 = 15.000.000,-

Contoh 4: Hadian Undian

Memberikan hadiah door prize sebuah sepeda motor kepada Maulana (tidak NPWP,
tinggal di Depok) yang menang undian senilai Rp. 16.000.000,-
Penyelesaian:
Jenis transaksi: Hadiah undian
Objek pajak: PPh Pasal 4 ayat 2 dengan Tarif 25%
Dasar pengenaan pajak: 16.000.000,-
PPh Pasal 4 ayat 2: 25% x 16.000.000 = 4.000.000,-

14
Contoh 5: Bunga Obligasi

Pada tanggal 1 Juli 2022, PT ABC (emiten) menerbitkan obligasi dengan kupon (interest
bearing bond) dengan nilai nominal Rp10.000.000 per lembar. Jangka waktu Obligasi 5
tahun (jatuh tempo tanggal 1 Juli 2027). Bunga tetap sebesar 16% per tahun, jatuh
tempo bunga setiap tanggal 30 Juni dan 31 Desember. Penerbitan perdana tercatat di
Bursa Efek Indonesia (BEI).
PT MNO (investor) pada saat penerbitan perdana membeli 10 lembar Obligasi dengan
harga di bawah nilai nominal (at discount) dengan harga Rp9.000.000 per lembar.
Berapa besar pajak yang harus dipotong PT ABC (emiten) atas pembayaran bunga
obligasi kepada PT MNO (investor) ?

Penyelesaian:
PPh Pasal 4 ayat 2 yang harus dipotong oleh PT ABC pada saat jatuh tempo bunga
tanggal 31 Desember 2022 kepada PT MNO :

Bunga obligasi = (6/12 x 16% x Rp.10.000.000) x 10 lembar = Rp.8.000.000

PPh Pasal 4 ayat 2 = 10% x Rp.8.000.000 = Rp.800.000

15
Contoh 6: Penjualan saham

Tuan A menjual 1000 lembar saham dengan harga Rp.3.000 per lembar.
Berapa pajak yang harus dikenakan atas transaksi penjualan saham tersebut?

Penyelesaian:
PPh Pasal 4 ayat 2 atas penjualan saham adalah 0,1% x Rp.3.000 x 1000 = Rp.3.000.

Contoh 7: Peredaran Bruto Tertentu / WP OP UMKM

1. Ibu Olivia adalah seorang pedagang batik dengan berjualan secara online di
marketplace. Usahanya sudah berlangsung selama 3 (tiga) tahun. Omset Ibu Olivia
tahun lalu (2021)
adalah Rp.160 juta. Januari Rp 15.000.000 Juli Rp 10.000.000

Rincian omset tahun


Februari Rp 11.000.000 Agustus Rp 8.000.000
2022 adalah sebagai
berikut:
Maret Rp 13.000.000 September Rp 15.000.000

April Rp 16.000.000 Oktober Rp 13.000.000

Mei Rp 15.000.000 November Rp 17.000.000

Juni Rp 11.000.000 Desember Rp 16.000.000

16
Berapa pajak terutang PPh Final Ibu Olivia di masing-masing masa pajak ?
Penyelesaian:
Karena jumlah penjualan kotor Ibu Olivia tahun 2021 hanya sebesar Rp.160 juta
(kurang dari Rp. 4,8 M), maka Ibu Olivia termasuk Wajib Pajak Orang Pribadi Tertentu
yang dikenakan Tarif Final sebesar 0,5 %.
Perhitungan PPh Final 0,5% setiap bulan selama tahun 2022
- Januari 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.15.000.000,- PPh final yang harus
dibayar sebesar: 0 (penjualan kumulatif 15 juta, berarti masih dibawah 500 juta,
maka omset Januari tidak dikenai PPh final)

- Februari 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.11.000.000,- PPh final yang harus
dibayar sebesar: 0 (penjualan kumulatif 26 juta, berarti masih dibawah 500 juta,
maka omset Februari tidak dikenai PPh final)
- Maret 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.13.000.000,- PPh final yang harus
dibayar sebesar: 0 (penjualan kumulatif 39 juta, berarti masih dibawah 500 juta,
maka omset Maret tidak dikenai PPh final)
- April 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.16.000.000,- PPh final yang harus dibayar
sebesar: 0 (penjualan kumulatif 55 juta, berarti masih dibawah 500 juta, maka
omset April tidak dikenai PPh final)
- Mei 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.15.000.000,- PPh final yang harus dibayar
sebesar: 0 (penjualan kumulatif 70 juta, berarti masih dibawah 500 juta, maka
omset Mei tidak dikenai PPh final)

17
- Juni 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.11.000.000,- PPh final yang harus dibayar
sebesar: 0 (penjualan kumulatif 81 juta, berarti masih dibawah 500 juta, maka
omset Juni tidak dikenai PPh final)
- Juli 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.10.000.000,- PPh final yang harus dibayar
sebesar: 0 (penjualan kumulatif 91 juta, berarti masih dibawah 500 juta, maka
omset Juli tidak dikenai PPh final)
- Agustus 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.8.000.000,- PPh final yang harus
dibayar sebesar: 0 (penjualan kumulatif 99 juta, berarti masih dibawah 500 juta,
maka omset Agustus tidak dikenai PPh final)
- September 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.15.000.000,- PPh final yang harus
dibayar sebesar: 0 (penjualan kumulatif 114 juta, berarti masih dibawah 500 juta,
maka omset September tidak dikenai PPh final)

- Oktober 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.13.000.000,- PPh final yang harus
dibayar sebesar: 0 (penjualan kumulatif 127 juta, berarti masih dibawah 500 juta,
maka omset Oktober tidak dikenai PPh final)
- November 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.17.000.000,- PPh final yang harus
dibayar sebesar: 0 (penjualan kumulatif 144 juta, berarti masih dibawah 500 juta,
maka omset November tidak dikenai PPh final)
- Desember 2022 diperoleh penjualan kotor Rp.16.000.000,- PPh final yang harus
dibayar sebesar: 0 (penjualan kumulatif 160 juta, berarti masih dibawah 500 juta,
maka omset Desember tidak dikenai PPh final)

18
2. Rudi Susanto memiliki usaha perdagangan
alat tulis kantor & fotocopi.
Peredaran bruto (omset) per bulan dan
perhitungan pembayaran PPh final 0,5%
selama tahun 2022 sebagai berikut:
Karena akumulasi omset dari bulan
Januari s/d April masih sebesar Rp.493
juta (dibawah 500 juta), maka Rudi
Susanto tidak perlu bayar PPh Final 0,5%.
Namun pada bulan Mei, ada sebagian
omset tidak perlu bayar PPh 0,5% yaitu
omset Rp. 7 juta, ini untuk menggenapi
jumlah akumulasi jadi 500 juta)

3. Jumlah penjualan kotor PT. Aisya berdasarkan SPT Tahunan Badan tahun sebelumnya
(2021) yaitu sebesar Rp. 4.700.000.000,-
Perhitungan PPh Badan untuk tahun 2022
Karena jumlah penjualan kotor PT Aisya tahun 2021 hanya sebesar Rp. 4.700.000.000,-
(kurang dari Rp. 4,8 M), maka PT Aisya termasuk Wajib Pajak Badan Tertentu yang
dikenakan Tarif Final sebesar 0,5 %.

Bagi PT Aisya merupakan WP Badan, maka tidak berlaku fasilitas peredaran bruto
sampai dengan Rp.500 juta yang tidak dikenai PPh Final sesuai ketentuan UU 7/2021.

19
Perhitungan PPh Final 0,5% setiap bulan selama tahun 2022
• Bulan Januari 2022 diperoleh penjualan kotor Rp. 300.000.000,- maka PPh final yang
harus dibayar sebesar: 0,5% x Rp. 300.000.000 = Rp. 1.500.000,-
• Bulan Februari 2022 diperoleh penjualan kotor Rp. 250.000.000,- maka PPh final yang
harus dibayar sebesar: 0,5% x Rp. 250.000.000 = Rp. 1.250.000,-
• Bulan Maret 2022 diperoleh penjualan kotor Rp. 400.000.000,- maka PPh final yang
harus dibayar sebesar: 0,5% x Rp. 400.000.000 = Rp. 2.000.000,-
• Dan seterusnya sampai dengan bulan Desember 2022.

Contoh 8: Belanja Jasa oleh Instansi Pemerintah

PERKECUALIAN PPH PASAL 4 AYAT 2:


1. Pembayaran atas penggunaan jasa pelayanan penginapan serta akomodasinya.
2. Pembayaran dengan mekanisme Uang Persediaan (UP) atas transaksi yang dilakukan
melalui Pihak Lain dalam Sistem Informasi Pengadaan, yang telah dipungut PPh Pasal
22 oleh Pihak Lain.
Contoh a):
Instansi Pemerintah C menyewa ruangan di Menara X yang digunakan sebagai kantor
dan membayar biaya sewa1 tahun terhitung tgl 1 Mei 2022 sebesar Rp 500.000.000,-
tidak termasuk PPN, dan service charge (penyediaan jasa keamanan, kebersihan dan
perawatan) untuk 1 tahun sebesar Rp 20.000.000,- tidak termasuk PPN.
Pemotongan PPh & Pemungutan PPN oleh Instansi Pemerintah C :

20
Contoh 8: Belanja Jasa oleh Instansi Pemerintah

Nilai sewa & service charge Rp.520.000.000


PPN = 11% x Rp.520.000.000 = Rp. 57.200.000
Tagihan = Rp.577.200.000
Pemotongan PPh Pasal 4 ayat 2 = 10% x Rp.520.000.000 = Rp 52.000.000,-
Pemungutan PPN = Rp 57.200.000,-

Contoh 8: Belanja Jasa oleh Instansi Pemerintah

Contoh b):
lnstansi Pemerintah D menyewa ruangan untuk kegiatan rapat di gedung milik PT E
sebesar Rp 20.000.000,- Pemesanan ruangan tersebut dilakukan melalui marketplace F
yang tergabung dalam Sistem lnformasi Pengadaan. Pembayaran dilakukan oleh lnstansi
Pemerintah D dengan menggunakan Uang Persediaan.
Pemotongan PPh
Dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) oleh lnstansi Pemerintah D
Pemotongan PPh
Dipungut PPh Pasal 22 oleh marketplace F
Pemungutan PPN
Dikecualikan dari pemungutan PPN oleh lnstansi Pemerintah D

21
PPh Pasal 15 Final & Tidak Final

Objek dan Tarif PPh Pasal 15 (5)

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
1. Perusahaan Pelayaran Dalam 1,2% Peredaran Bruto Final
Negeri KMK 416/KMK.04/1996 ; SE 29/PJ.4/1996

2. Perusahaan Penerbangan Dalam 1,8% Peredaran Bruto yg Tidak


Negeri diterima berdasarkan Final
KMK 475/KMK.04/1996 ; SE 35/PJ.4/1996 perjanjian charter

3. Perusahaan Pelayaran dan/atau 2,64% Peredaran Bruto Final


Penerbangan Luar Negeri
KMK 417/KMK.04/1996 ; SE 32/PJ.4/1996

22
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
4. Kantor Perwakilan Dagang Asing 0,44% Non P3B  Nilai Final
(KPDA) (representative office/liaison Non Ekspor Bruto
office) di Indonesia P3B /
P3B  Penghasilan
Tarif
neto = 1% X nilai
SE 2/PJ.03/2008 P3B
ekspor
5. WP yg melakukan kegiatan usaha 7% x brutobiaya pembuatan
Total Final
jasa maklon (Contract Tarif /perakitan barang tidak
Manufacturing) internasional di tertinggi termasuk biaya pemakaian
bidang produksi mainan anak-anak Pasal 17 bahan baku (direct
KMK 543/KMK.03/2002 ; SE 02/PJ.31/2003 materials)

Contoh 1:

PT Sebrang Laut merupakan perusahaan pelayaran dalam negeri yang melakukan


usaha jasa pelayaran termasuk penyewaan kapal.

PT Sebrang Laut melakukan kontrak dengan PT Pulp Wijaya dalam rangka


pengangkutan bahan setengah jadi untuk pembuatan kertas (pulp) dari Jakarta ke
Surabaya sebesar Rp.500.000.000

PT Sebrang Laut melakukan kontrak dengan PT Prima Oil berupa persewaan kapal
yang difungsikan sebagai kapal untuk penyimpanan minyak dalam jangka waktu
tertentu dan bersandar di rig, dengan nilai sewa Rp.4.500.000.000

Bagaimanakah perlakuan PPh atas transaksi di atas?

23
Atas penghasilan PT Sebrang Laut dari PT Pulp Wijaya yaitu untuk jasa pengangkutan
bahan setengah jadi untuk pembuatan kertas (pulp) dari Jakarta ke Surabaya
terutang PPh Pasal 15 sebesar 1,2% dari peredaran bruto dan bersifat final.
PPh Pasal 15 = 1,2% x Rp500.000.000 = Rp6.000.000.
Sedangkan, atas penghasilan PT Sebrang Laut dari PT Prima Oil tidak termasuk dalam
pengertian penghasilan dari penyewaan kapal yang dilakukan dari satu pelabuhan ke
pelabuhan yang lain. Penghasilan PT Sebrang Laut dari PT Prime Oil tersebut termasuk
dalam pengertian pengertian sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang dikenai pemotongan PPh Pasal 23 sebesar 2% dan dipotong
oleh PT Prima Oil sebesar:
PPh Pasal 23 = 2% x Rp.4.500.000.000 = Rp.90.000.000

Contoh 2:

PT Nusantara yang beralamat di Jalan Cut Meutia No.1 menyewa pesawat dari PT
Terbang Tinggi yang beralamat di Jalan Diponegoro No.11.
Biaya sewa/carter pesawat tersebut adalah Rp.250.000.000.
PT Terbang Tinggi merupakan perusahaan penerbangan dalam negeri.

Hitunglah PPh Pasal 15 yang terutang.

PPh Pasal 15 = 1,8% x Rp.250.000.000 = Rp.4.500.000.

24
Contoh 3:

PT Kayu Sejahtera merupakan perusahaan yang bergerak dibidang pembuatan


mebel. Dalam rangka pengangkutan ekspor mebel dari Indonesia ke Paris sejak tahun
2015 PT Kayu Sejahtera membuat kontrak kerja sama transportasi sebesar
Rp500.000.000 per sekali angkut. Kontrak dilakukan dengan perusahaan pelayaran
luar negeri yaitu Dewys Lines Ltd. yang berdomisili di Swiss yang dibuktikan dengan
Surat Keterangan Domisili (SKD).
Pada bulan Juli 2019 dilakukan satu kali pengangkutan dan telah dibayar pada 25
Juli 2019. Dewys Lines Ltd. memiliki Bentuk Usaha Tetap (BUT) di Indonesia yaitu BUT
Dewys Lines (BUT DL).

Bagaimana kewajiban PPh pasal 15 BUT Dewys Lines?

Kapal Dewys Lines Ltd.-Swiss yang disewa oleh PT Kayu Sejahtera beroperasi dalam
lalu lintas internasional (international traffic) sebagaimana dimaksud dalam P3B
Indonesia-Swiss, sehingga atas penghasilan dari persewaan kapal tersebut dapat
dikenai pajak di Indonesia namun tidak melebihi 50% dari pajak yang dikenakan
menurut ketentuan peraturan perundang-undangan PPh.
Mengingat Dewys Lines Ltd. melakukan usaha melalui BUT di Indonesia maka atas
penghasilan dari pengangkutan orang dan/atau barang dalam lalu lintas
internasional tersebut dipotong PPh Pasal 15 yang bersifat final sebesar 50% x
2,64% dari peredaran bruto, yang dipotong oleh PT Kayu Sejahtera sebagai pihak
yang mencarter.
PPh Pasal 15 = 50% x 2,64% x Rp.500.000.000 = Rp.6.600.000.

25
PPh Pasal 22

Referensi :
- Pasal 22 UU No 36 Tahun 2009 Tentang Pajak Penghasilan sttd UU No 7 Tahun 2021 Tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan
- PMK No 59/PMK.03/2022 Tentang Perubahan Atas PMK No 231/PMK.03/2019 Tentang Tata
Cara Pendaftaran Dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan Dan Pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Serta Pemotongan Dan/Atau Pemungutan, Penyetoran,
Dan Pelaporan Pajak Bagi Instansi Pemerintah --> berlaku pada tanggal 1 Mei 2022
- PMK No 34/PMK.010/2017 sttd PMK No 41/PMK.010/2022 Tentang Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan
Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain  berlaku pada tanggal 1 April 2022
- PER - 57/PJ/2010 sttd PER - 31/PJ/2015 Tentang Tata Cara Dan Prosedur Pemungutan Pajak
Penghasilan Pasal 22 Sehubungan Dengan Pembayaran Atas Penyerahan Barang Dan Kegiatan
Di Bidang Impor Atau Kegiatan Usaha Di Bidang Lain

26
Objek PPh Pasal 22

Kegiatan usaha di bidang impor dan kegiatan usaha di bidang lain yang
memperoleh pembayaran atas barang dari APBN/APBD yang dilakukan
dengan atau melalui pemungut-pemungut yang ditunjuk.

Objek PPh Pasal 22 (8)

1. Impor
2. Pembelian Barang oleh Bendahara Pemerintah & Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak
3. Pembelian barang dan atau bahan untuk keperluan usaha oleh BUMN
4. Penjualan hasil produksi kpd Distributor di Dalam Negeri oleh badan yg
bergerak di bidang usaha:
a. Industri Semen
b. Industri Kertas
c. Industri Baja
d. Industri Otomotif
e. Industri Farmasi

27
5. Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas oleh Pertamina dan badan usaha lain
yang bergerak di bidang bahan bakar
6. Pembelian bahan dari pedagang pengumpul, utk keperluan industri /
eksportir yg bergerak di sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan
7. Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari Orang
pribadi atau Badan pemegang izin usaha pertambangan
8. Pembelian barang yg tergolong sangat mewah (dipungut oleh WP Badan
penjual)

Pemungut Pajak PPh Pasal 22 (9)


1) Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
2) Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
3) Bendahara Pengeluaran
4) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau Pejabat Penerbit Surat Perintah Membayar
5) BUMN/BUMD
6) Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Set (PPA), PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT
Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina dan bank bank BUMN
7) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri.
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
8) Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
9) Industri dan eksportir dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan,
atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.

28
1
Tarif & Objek Impor (6)

1) Impor barang tertentu tercantum dalam Lampiran huruf A - PMK


41/2022 (716 barang)  Tarif 10% dari nilai impor
2) Impor barang tertentu tercantum dalam Lampiran huruf B - PMK 41/2022
(1188 barang)  Tarif 7,5% dari nilai impor
3) Impor khusus impor kedelai, gandum, dan tepung terigu (Lampiran huruf
C - PMK 41/2022 = 7 barang)  Tarif 0,5% dari nilai impor
4) Impor menggunakan Angka Pengenal Impor (API)  Tarif 2,5% dari nilai
impor

5) Impor tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API)  Tarif 7,5%


dari nilai impor
Perkecualian:
• Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang tidak terutang
Pajak Penghasilan (harus ada SKB)
• Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan / atau
PPN
• Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata nyata dimaksudkan
untuk diekspor kembali.
• Impor kembali (re-impor) (tanpa SKB)

29
6) Ekspor komoditas tambang batubara, mineral logam, dan mineral bukan
logam tercantum dalam Lampiran huruf D - PMK 41/2022, kecuali yang
dilakukan oleh Wajib Pajak yang terikat dalam perjanjian kerjasama
pengusahaan pertambangan dan Kontrak Karya  Tarif 1,5% dari nilai
ekspor

Nilai Impor, Saat Terutang & Saat Penyetoran PPh 22 Impor

1. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yg menjadi dasar penghitungan


Bea Masuk yaitu Cost, Insurance, and Freight (CIF) ditambah dengan Bea
Masuk dan pungutan lainnya yg dikenakan berdasarkan ketentuan
pabean di bidang impor.
2. Saat terutang PPh Pasal 22 Impor yaitu saat pembayaran bea
masuk/penyelesaian dokumen
3. Pemungutan PPh 22 impor barang dilaksanakan dengan cara penyetoran
oleh importir yg bersangkutan ataupun DJBC ke kas negara (melalui
Kantor Pos, bank devisa, atau bank yg ditunjuk oleh MenKeu)

30
2
Pembelian Barang oleh Bendahara Pemerintah & KPA
sebagai Pemungut Pajak

- Atas pembelian barang  Tarif 1,5% dari Harga Pembelian (tidak termasuk
PPN)
Perkecualian:
1) Pembayaran atas pembelian yang dilakukan oleh pemungut pajak (tanpa
SKB) jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,- untuk Bendahara & KPA
2) Pembayaran untuk:
a) Pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-
benda pos
b) Pemakaian air dan listrik

Saat Terutang PPh Pasal 22 Bendahara & KPA

Saat terutang PPh Pasal 22 yaitu saat pembayaran atas Pembelian Barang/Jasa
dari APBN/APBD oleh Bendahara dan KPA

31
3
Pembelian Barang dan/atau Bahan untuk Keperluan
Usaha oleh BUMN

Kelompok BUMN sebagai Pemungut PPh Pasal 22


a. PT Pertamina, PT PLN, PT PGN Tbk, PT Telekomunikasi Indonesia Tbk, PT
Garuda Indonesia Tbk, PT Pembangunan Perumahan Tbk, PT Wijaya Karya
Tbk, PT Adhi Karya Tbk, PT Hutama Karya, PT Krakatau Steel
b. Bank BUMN

(PER-06/PJ/2013)

Tarif & Objek Pajak

- Atas pembelian barang  Tarif1,5% dari harga pembelian tidak termasuk


PPN
Perkecualian:
1) Pembayaran atas pembelian yang dilakukan oleh pemungut pajak (tanpa
SKB) jumlahnya paling banyak Rp.10.000.000,- untuk BUMN dan Badan
Usaha Tertentu dimiliki BUMN
2) Pembayaran untuk:
a) Pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-
benda pos
b) Pemakaian air dan listrik

32
4
Penjualan Hasil Produksi oleh Badan Tertentu

Objek & Tarif


Penjualan hasil produksi kepada Distributor di Dalam Negeri oleh Badan
yang bergerak di Bidang usaha:
a. Industri Semen  Tarif 0,25% x DPP PPN
b. Industri Kertas  Tarif 0,1% x DPP PPN
c. Industri Baja  Tarif 0,3% x DPP PPN
d. Industri Otomotif  Tarif 0,45% x DPP PPN
Yang ditunjuk sebagai Pemungut termasuk ATPM (Agen Tunggal Pemegang
Merek), APM (Agen Pemegang Merk), Importir Umum Kendaraan Bermotor
e. Industri Farmasi  Tarif 0,3% x DPP PPN

5
Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas oleh Pertamina dan
Badan usaha lain di bidang bahan bakar

Objek, Tarif & Sifat PPh Pasal 22


Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas oleh Pertamina dan Badan usaha lain yang
bergerak di bidang bahan bakar kepada:
1. SPBU Swasta  Tarif 0,3% x Penjualan
2. SPBU Pertamina  Tarif 0,25% x Penjualan
3. BBG & Pelumas  Tarif 0,3% x Penjualan

Sifat PPh Pasal 22


Penjualan kepada Agen/penyalur  PPh Pasal 22 Final
Penjualan kepada Selain agen/penyalur  PPh Pasal 22 Tidak Final

33
6
Pembelian Bahan dari Pedagang Pengumpul

Pedagang Pengumpul adalah Badan/Orang Pribadi yang kegiatan


usahanya:
a. Mengumpulkan hasil kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan; dan
b. Menjual hasil tsb kepada badan usaha industri dan eksportir yg bergerak
dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan
perikanan.

Pembelian bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industri/ eksportir


yang bergerak di sektor Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Peternakan dan
Perikanan  Tarif 0,25% x Harga Pembelian (tidak termasuk PPN)
Perkecualian:
Pembayaran atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
jumlahnya paling banyak Rp.20.000.000,-

34
7
Pembelian Batubara, Mineral logam, dan Mineral bukan
logam

Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari Orang
Pribadi atau Badan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)
 Tarif 1,5% x Harga Pembelian (tidak termasuk PPN)

8
Pembelian Barang yg tergolong Sangat Mewah

Jenis Barang yg tergolong sangat mewah PMK 92/PMK.03/2019


Pembelian barang yang tergolong sangat mewah (dipungut oleh WP Badan
penjual)
1. Pesawat terbang pribadi dan helikopter pribadi
2. Kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya
3. Rumah beserta tanahnya, harga jual/ harga pengalihan > Rp30 M atau luas bangunan >
400 m
4. Apartemen, kondominium & sejenisnya, harga jual/pengalihannya > Rp 30 M atau luas
bangunan >150 m2
5. Kendaraan bermotor roda 4 pengangkutan orang < 10 orang berupa sedan, jeep, sport
utility vehicle, multi purpose vehicle, minibus, & sejenisnya, harga jual > Rp 2 M atau
kapasitas silinder > 3.000 cc.
6. Kendaraan bermotor roda 2 atau 3, harga jual > Rp 300 juta atau kapasitas silinder > 250
cc.

35
Tarif PPh Pasal 22

PMK 92/PMK.03/2019

Pembelian barang yg tergolong sangat mewah (dipungut oleh WP Badan


penjual) :
- Tarif 1% x Harga Jual (tidak termasuk PPN & PPnBM)  rumah beserta
tanahnya ; apartemen, kondominium, dan sejenisnya
- Tarif 5% x Harga Jual (tidak termasuk PPN & PPnBM)  pesawat terbang
pribadi dan helikopter pribadi; kapal pesiar, yacht, dan sejenisnya ; kendaraan
bermotor roda empat ; kendaraan bermotor roda dua dan tiga

PPh Pasal 23

36
Pemotong PPh Pasal 23 (4)

1. Badan Pemerintah;
2. Subjek pajak badan dalam negeri;
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau perwakilan perusahaan dalam negeri;
4. Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:
a) Akuntan, arsitek,dokter, notaris, PPAT (kecualicamat), pengacara, konsultan
yang melakukan kerja bebas.
b) Orang pribadi yang menjalankan usaha dan yang menyelenggarakan
pembukuan

Penghasilan Objek PPh Pasal 23

Penghasilan yang diterima oleh wajib pajak yang berasal dari:


a. Bunga, Dividen dan Royalti yang diterima Wajib Pajak Badan dan Wajib Pajak
Orang Pribadi;
b. Penyerahan jasa yang diterima oleh Wajib Pajak Badan;
c. Penyerahan jasa yang diterima oleh Wajib Pajak Orang Pribadi selain yang
telah dipotong PPh Pasal 21

37
Objek dan Tarif PPh Pasal 23 (7)

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
1. Dividen 15% Jumlah Bruto Tidak Final
Dividen dikecualikan sebagai objek pajak (Pasal 111 UU 11/2020 Cipta Kerja)

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
2. Bunga 15% Jumlah Bruto Tidak Final
Pengecualian:
a. Jika penghasilan dibayar/ terutang kepada Bank
b. Jika penghasilan dibayar/ terutang kepada badan usaha/ jasa keuangan yg berfungsi sbg
penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
c. Bunga Deposito, Tabungan (yg didapatkan dari Bank), dan Diskonto SBI → Objek PPh Pasal 4
ayat (2)
d. Bunga Obligasi → Objek PPh Pasal 4 ayat (2)
e. Bunga simpanan yg dibayarkan Koperasi kepada anggota koperasi Orang Pribadi (WP OP) →
Objek PPh Pasal 4 ayat (2)

38
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
3. Royalti 15% Jumlah Bruto Tidak Final
Termasuk atas royalti dari hasil karya sinematografi
- Memberikan hak menggunakan hak cipta hasil Karya Sinematografi kpd pihak lain utk
mengumumkan dan/atau memperbanyak ciptaannya atau produk hak terkaitnya, dgn
persyaratan tertentu seperti penggunaan Karya Sinematografi utk jangka waktu atau wilayah
tertentu
- Dgn memberikan hak menggunakan hak cipta hasil Karya Sinematografi kpa pihak lain utk
mengumumkan ciptaannya dgn menggunakan pola bagi hasil antara pemegang hak cipta &
pengusaha bioskop

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
4. Hadiah, penghargaan, bonus, 15% Jumlah Bruto Tidak Final
dan sejenisnya selain yg telah
dipotong PPh Pasal 21
Pengecualian:
a. Hadiah atau penghargaan dan hadiah sehubungan dgn pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya yg
diterima oleh WP OP DN → Objek PPh Pasal 21
b. Hadiah Undian → Objek PPh Pasal 4 ayat (2)
c. Hadiah langsung dlm penjualan brg/jasa sepanjang diberikan kepada semua pembeli/konsumen
akhir tanpa diundi & hadiah tsb diterima langsung oleh konsumen akhir pd saat pembelian
brg/jasa → Bukan Objek Pajak

39
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
5. Sewa & penghasilan lain 2% Jumlah Bruto (tidak Tidak Final
sehubungan dgn penggunaan harta, termasuk PPN)
kecuali yg telah dikenai PPh Psl 4 (2)
Pengecualian:
a. Sewa tanah dan/ atau bangunan
b. Sewa yg dibayarkan atau terutang sehubungan dgn SGU dgn hak opsi
Sewa dan penghasilan lain sehubungan dgn penggunaan harta: Penghasilan yg diterima
atau diperoleh sehubungan dgn kesepakatan utk memberikan hak menggunakan harta
selama jangka waktu tertentu baik dgn perjanjian tertulis maupun tdk tertulis shg harta
tsb hanya dpt digunakan oleh penerima hak selama jangka waktu yg telah disepakati.

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
6. Imbalan sehubungan dgn jasa 2% Jumlah Bruto Tidak Final
teknik, jasa manajemen, jasa (tidak termasuk
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa PPN)
lain selain jasa yg telah dipotong PPh
Pasal 21
Jasa Teknik adalah Pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yg berkenaan dgn
pengalaman dlm bidang industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yg dapat meliputi:
− Pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu, seperti pemetaan
dan/atau pencarian dgn bantuan gelombang seismik;

40
− Pemberian informasi dlm pembuatan suatu jenis produk tertentu, seperti pemberian
informasi dlm bentuk gambar-gambar, petunjuk produksi, perhitungan-perhitungan
dan sebagainya; atau
− Pemberian informasi yg berkaitan dgn pengalaman di bidang manajemen, seperti
pemberian informasi melalui pelatihan atau seminar dgn peserta dan materi yg telah
ditentukan oleh pengguna jasa.
• Jasa Manajemen adalah Pemberian jasa dgn ikut serta secara langsung dalam
pelaksanaan atas pengelolaan manajemen.
• Jasa konsultan adalah Pemberian advice (petunjuk, pertimbangan, atau nasihat)
profesional dalam suatu bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan yg dilakukan oleh
tenaga ahli atau perkumpula tenaga ahli, yg tdk disertai dgn keterlibatan lsg para
tenaga ahli tsb dlm pelaksanaannya.

Obyek Tarif Dasar Sifat


PPh Perhitungan
7. Jasa Lain (61 jenis) selain jasa yg 2% Jumlah Bruto Tidak Final
telah dipotong PPh Pasal 21, yg terdiri (tidak termasuk
dari : PPN)
1) Jasa penilai (appraisal;
2) Jasa aktuaris;
3) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4) Jasa hukum;
5) Jasa arsitektur;
6) Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7) Jasa perancang (design);

41
Jasa Lain

8) Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi
(migas);
9) Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas);
10) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
11) Jasa penebangan hutan;
12) Jasa pengolahan limbah;
13) Jasa penyedia tenaga kerja dan/ atau tenaga ahli (outsourcing services};
14) Jasa perantara dan/atau keagenan;
15) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa
Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI);

Jasa Lain

16) Jasa kustodian/penyimpanan/penitipan, kecuali yang dilakukan oleh Kustodian


Sentral Efek Indonesia (KSEI);
17) Jasa pengisian suara (dubbing} dan/ atau sulih suara;
18) Jasa mixing film;
19) Jasa pembuatan saranan promosi film, iklan, poster, photo, slide, klise, banner,
pamphlet, baliho dan folder;
20) Jasa sehubungan dengan software atau hardware atau sistem komputer, termasuk
perawatan, pemeliharaan dan perbaikan;
21) Jasa pembuatan dan/ atau pengelolaan website;
22) Jasa internet termasuk sambungannya;
23) Jasa penyimpanan, pengolahan, dan/atau penyaluran data, informasi, dan/ atau
program;

42
Jasa Lain

24) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/ atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/ a tau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
25) Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, TV kabel, dan/ atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/ atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;
26) Jasa perawatan kendaraan dan/ atau alat transportasi darat, laut dan udara;
27) Jasa maklon;
28) Jasa penyelidikan dan keamanan;
29) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
30) Jasa penyediaan tempat. dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi, dan/ atau jasa periklanan;

Jasa Lain

31) Jasa pembasmian hama;


32) Jasa kebersihan atau cleaning service;
33) Jasa sedot septic tank;
34) Jasa pemeliharaan kolam;
35) Jasa katering atau tata boga;
36) Jasa freight forwading;
37) Jasa logistik;
38) Jasa pengurusan dokumen;
39) Jasa pengepakan;
40) Jasa loading dan unloading;
41) Jasa laboratorium dan/atau pengujian kecuali yang dilakukan oleh lembaga atau
insitusi pendidikan dalam rangka perielitian akademis

43
Jasa Lain

42) Jasa pengelolaan parkir;


43) Jasa penyondiran tanah;
44) Jasa penyiapan dan/ atau pengolahan lahan;
45) Jasa pembibitan dan/ atau penanaman bibit;
46) Jasa pemeliharaan tanaman;
47) Jasa pemanenan;
48) Jasa pengolahan hasil pertanian, perkebunan, perikanan, peternakan, dan/ atau
perhutanan;
49) Jasa dekorasi;
50) Jasa pencetakan/penerbitan;
51) Jasa penerjemahan;
52) Jasa pengangkutan/ekspedisi kecuali yang telah diatur dalam Pasal 15 Undang-
Undang Pajak Penghasilan;

Jasa Lain

53) Jasa pelayanan kepelabuhanan;


54) Jasa pengangkutan melalui jalur pipa;
55) Jasa pengelolaan penitipan anak;
56) Jasa pelatihan dan/ atau kursus;
57) Jasa pengiriman dan pengisian uang ke ATM;
58) Jasa sertifikasi;
59) Jasa survey;
60) Jasa tester, dan
61) Jasa selain jasa-jasa tersebut di atas yang pembayarannya dibebankan pada
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah.

44
Pengertian Istilah Jasa

PPh Pasal 24

PMK 192/PMK.03/2018 Pelaksanaan Pengkreditan Pajak Atas Penghasilan Dari Luar Negeri
Khusus Dividen: PMK No. 107/PMK.03/2017 jo. PMK No. 93/PMK.03/2019

45
Pengertian PPh Pasal 24

PPh Pasal 24 adalah pajak yang dibayar/dipotong/terutang di luar negeri atas


penghasilan yang diterima atau diperoleh di luar negeri dalam tahun yang
bersangkutan, sebesar PPh yang dibayar/dipotong/ terutang di luar negeri
tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan UU
PPh. Penghitungan "batas maksimum kredit pajak luar negeri yang dapat
dikreditkan" tersebut harus dilakukan untuk masing-masing negara.

Sumber penghasilan kena pajak di luar negeri yang dapat


digunakan untuk memotong utang pajak Indonesia (8)

1. Penghasilan – termasuk keuntungan pengalihan – dari saham dan sekuritas


lainnya adalah negara tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas
tersebut didirikan atau bertempat kedudukan.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa dari penggunaan harta gerak
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani bunga, royalti,
atau sewa tersebut bertempat kedudukan atau berada.
3. Penghasilan berupa sewa dari penggunaan harta tak gerak adalah negara
tempat harta tersebut terletak.

46
4. Penghasilan berupa imbalan terkait dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan
adalah negara tempat pihak yang membayar atau dibebani imbalan tersebut
bertempat kedudukan atau berada, menjalankan usaha atau melakukan
kegiatan di luar negeri.
5. Penghasilan bentuk usaha tetap (BUT) adalah negara tempat bentuk usaha
tetap tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau
tanda turut serta dalam pembiayaan atau permodalan dalam perusahaan
pertambangan adalah negara tempat lokasi penambangan berada.

7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap
berada.
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu BUT
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada. BUT mencakup cabang
perusahaan, kantor perwakilan, dan bentuk usaha lainnya yang dipergunakan
oleh WPDN untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di luar negeri.

47
Contoh Perhitungan PPh Pasal 24

PT Lensatrading, tahun 2021, menerima dan memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
1. Penghasilan Neto Dalam Negeri sebesar Rp.4.000.000.000  Penghasilan Kena Pajak
2. Penghasilan Luar Negeri:
Jenis penghasilan LN Negara sumber Jumlah penghasilan PPh luar negeri yang
dipotong
1. Penghasilan usaha Negara X Rp.1.000.000.000 Rp.300.000.000
2. Penghasilan bunga Negara Y Rp.3.000.000.000 Rp.450.000.000
3. Penjualan harta Negara Z Kerugian penjualan harta Rp.250.000.000,-

Tidak ada P3B antara Indonesia dengan negara X, negara Y, dan negara Z.

Contoh Perhitungan PPh Pasal 24

1. Hitung besarnya Pajak Penghasilan terutang atas seluruh penghasilan.


Penghasilan neto LN Negara sumber Jumlah penghasilan
1. Penghasilan usaha Negara X Rp.1.000.000.000
2. Penghasilan bunga Negara Y Rp.3.000.000.000
3. Penjualan harta Negara Z Rp. 0
Jumlah penghasilan neto LN Rp.4.000.000.000
Penghasilan neto dalam negeri Rp.4.000.000.000
Jumlah penghasilan neto fiskal Rp.8.000.000.000
Penghasilan Kena Pajak Rp.8.000.000.000
PPh Badan terutang (22%) Rp.1.760.000.000

48
Contoh Perhitungan PPh Pasal 24

2. Hitung besarnya PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan per jenis penghasilan untuk
tiap negara

a. Penghasilan usaha dari Negara X:


1) PPh Luar Negeri atas penghasilan usaha dari negara X sebesar Rp.300.000.000,-
2) Jumlah tertentu: (Rp.1.000.000.000,- / Rp.8.000.000.000,-) x Rp. 1.760.000.000,- =
Rp 220.000.000,-
Dikarenakan jumlah tertentu sebesar Rp.220.000.000,- lebih kecil dibandingkan
dengan PPh Luar Negeri atas penghasilan usaha dari negara X sebesar
Rp.300.000.000,- maka jumlah PPh Luar Negeri atas penghasilan usaha dari negara X
yang dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang di dalam negeri hanya
sebesar jumlah tertentu, yaitu sebesar Rp.220.000.000,-

Contoh Perhitungan PPh Pasal 24

b. Penghasilan bunga dari Negara Y:


1) PPh Luar Negeri atas penghasilan usaha dari negara Y sebesar Rp.450.000.000,-
2) Jumlah tertentu: (Rp.3.000.000.000,- / Rp.8.000.000.000,-) x Rp. 1.760.000.000,- =
Rp 660.000.000,-
Dikarenakan jumlah tertentu sebesar Rp.660.000.000,- lebih besar dibandingkan
dengan PPh Luar Negeri atas penghasilan usaha dari negara Y sebesar
Rp.450.000.000,- maka jumlah PPh Luar Negeri atas penghasilan bunga dari negara Y
yang dapat dikreditkan dengan Pajak Penghasilan terutang di dalam negeri hanya
sebesar PPh Luar Negeri, yaitu sebesar Rp.450.000.000,-

c. Penjualan harta dari Negara Z:


Karena penjualan harta di Negara Z mengalami kerugian, maka diabaikan saja.

49
Contoh Perhitungan PPh Pasal 24

3. Hitung jumlah PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan (PPh Pasal 24) oleh PT
Lensatrading pada tahun 2020.

PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan dari Negara X = Rp.220.000.000,-


PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan dari Negara Y = Rp.450.000.000,-
Jumlah PPh Pasal 24 Rp.670.000.000,-

Kerugian dari negara Z tidak dapat digabungkan dalam menghitung Penghasilan


Kena Pajak.

-end-

50

Anda mungkin juga menyukai