TM 4:
Irsan Lubis
MANAJEMEN PERPAJAKAN
Withholding Tax
Memotong/Memungut pajak
Melaporkan pajak yang dipotong/dipungut ke Kantor Pajak
Menyetorkan pajak ke Kas Negara
1
Withholding Tax di Indonesia
2
Tax Planning atas Withholding Tax (selain PPh Psl 21)
4. Peran bagian Keuangan soal bukti Potput dan Akuntansi soal pencatatan
jurnal transaksi serta penyesuaian
Meminta bukti pemotongan PPh / bukti setor PPh (wajib ada)
Pencatatan jurnal memperhatikan prinsip accrual vs cash basis
3
Tax Planning atas Withholding Tax (selain PPh Psl 21)
4
Objek dan Tarif PPh Pasal 4 ayat 2 (11)
5
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
3. Usaha Jasa Konstruksi
a. Jasa Pelaksanaan Konstruksi yg dilakukan oleh
Penyedia Jasa yg
- memiliki kualifikasi usaha kecil 2% Penghasilan Bruto Final
- memiliki kualifikasi usaha selain kecil 3% Penghasilan Bruto Final
- tidak memiliki kualifikasi usaha 4% Penghasilan Bruto Final
b. Jasa Perencanaan Konstruksi/Pengawasan
Konstruksi yg dilakukan oleh Penyedia Jasa yg
- memiliki kualifikasi usaha 4% Penghasilan Bruto Final
- tidak memiliki kualifikasi usaha 6% Penghasilan Bruto Final
6
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
4. Hadiah Undian 25% Jumlah Bruto Hadiah Undian Final
7
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
7. Bunga deposito & tabungan serta 20% (utk WPDN & Jumlah Bruto Final
diskonto SBI BUT) atau Tarif P3B Bunga
(utk WPLN)
Pengecualian:
a. Bunga deposito & tabungan serta diskonto SBI sepanjang jumlah deposito & tabungan serta SBI tsb < Rp 7,5 juta & bukan
merupakan jumlah yg dipecah-pecah.
b. Bunga & diskonto yg diterima atau diperoleh bank yg didirikan di Indonesia / cabang bank LN di Indonesia.
c. Bunga deposito & tabungan serta diskonto SBI yg diterima atau diperoleh Dana Pensiun yg telah disahkan MenKeu, sepanjang
dananya diperoleh dari sumber pendapatan sebagaimana dimaksud dlm Pasal 29 UU 11 Thn 1992.
d. Bunga tabungan pd bank yg ditunjuk Pemerintah dlm rangka pemilikan rumah sederhana & sangat sederhana, kapling siap bangun
utk rumah sederhana & sangat sederhana, atau rumah susun sederhana sepanjang utk dihuni sendiri.
8
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
9. Bunga Simpanan yg Dibayarkan Koperasi
kepada Anggota Koperasi Orang Pribadi
a. < Rp 240 ribu 0% Jumlah Bruto Final
b. > Rp 240 ribu 10% Jumlah Bruto Final
9
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
11. Penghasilan dari usaha yg diterima/dperoleh 0,5% Jumlah Final
WP yg memiliki peredaran bruto tertentu Peredaran Bruto
− WP OP / WP Badan; dan Setiap Bulan
− Menerima penghasilan dari usaha (tidak termasuk
penghasilan dari jasa sehubungan dgn pekerjaan
bebas), dengan peredaran bruto < Rp 4,8 M dalam
1 Tahun Pajak
Pengecualian: a). WP OP yg melakukan kegiatan usaha perdagangan dan/atau jasa yg dalam usahanya
menggunakan sarana atau prasarana yg dpt dibongkar pasang; b). WP badan yg belum beroperasi secara
komersial; c). WP badan yg dalam jangka waktu 1 tahun setelah beroperasi secara komersial memperoleh
peredaran bruto > Rp 4,8 M; d. WP BUT
10
Objek dan Tarif PPh Pasal 15 (5)
11
PPh Pasal 22
Kegiatan usaha di bidang impor dan kegiatan usaha di bidang lain yang
memperoleh pembayaran atas barang dari APBN/APBD yang dilakukan
dengan atau melalui pemungut-pemungut yang ditunjuk.
12
Objek PPh Pasal 22 (8)
1. Impor
2. Pembelian Barang oleh Bendahara Pemerintah & Kuasa Pengguna Anggaran
(KPA) sebagai pemungut pajak
3. Pembelian barang dan atau bahan untuk keperluan usaha oleh BUMN
4. Penjualan hasil produksi kpd Distributor di Dalam Negeri oleh badan yg
bergerak di bidang usaha:
a. Industri Semen
b. Industri Kertas
c. Industri Baja
d. Industri Otomotif
e. Industri Farmasi
5. Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas oleh Pertamina dan badan usaha lain
yang bergerak di bidang bahan bakar
6. Pembelian bahan dari pedagang pengumpul, utk keperluan industri /
eksportir yg bergerak di sektor kehutanan, perkebunan, pertanian,
peternakan, dan perikanan
7. Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari Orang
pribadi atau Badan pemegang izin usaha pertambangan
8. Pembelian barang yg tergolong sangat mewah (dipungut oleh WP Badan
penjual)
13
Pemungut Pajak PPh Pasal 22 (9)
1) Bank Devisa dan Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, atas impor barang;
2) Bendahara Pemerintah dan Kuasa Pengguna Anggaran (KPA)
3) Bendahara Pengeluaran
4) Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) atau pejabat penerbit Surat Perintah Membayar
5) BUMN/BUMD
6) Bank Indonesia (BI), Perusahaan Pengelola Set (PPA), PT Telkom, PT PLN, PT Garuda Indonesia, PT
Indosat, PT Krakatau Steel, Pertamina dan bank bank BUMN
7) Badan usaha yang bergerak dalam bidang usaha industri semen, industri kertas, industri baja, industri
otomotif, dan industri farmasi, atas penjualan hasil produksinya kepada distributor di dalam negeri.
Agen Tunggal Pemegang Merek (ATPM), Agen Pemegang Merek (APM), dan importir umum
kendaraan bermotor, atas penjualan kendaraan bermotor di dalam negeri;
8) Produsen atau importir bahan bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas, atas penjualan bahan
bakar minyak, bahan bakar gas, dan pelumas;
9) Industri dan eksportir dalam sektor kehutanan, perkebunan, pertanian, peternakan, dan perikanan,
atas pembelian bahan-bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industrinya atau ekspornya.
1
Tarif & Objek Impor (6)
14
5) Impor tidak menggunakan Angka Pengenal Impor (API) Tarif 7,5%
dari nilai impor
Perkecualian:
• Impor barang dan/ atau penyerahan barang yang tidak terutang
Pajak Penghasilan (harus ada SKB)
• Impor barang yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk dan / atau
PPN
• Impor sementara, jika pada waktu impornya nyata nyata dimaksudkan
untuk diekspor kembali.
• Impor kembali (re-impor) (tanpa SKB)
15
Nilai Impor, Saat Terutang & Saat Penyetoran PPh 22 Impor
2
Pembelian Barang oleh Bendahara Pemerintah & KPA
sebagai Pemungut Pajak
- Atas pembelian barang Tarif 1,5% dari Harga Pembelian (tidak termasuk
PPN)
Perkecualian:
1) Pembayaran atas pembelian yang dilakukan oleh pemungut pajak (tanpa
SKB) jumlahnya paling banyak Rp 2.000.000,- untuk Bendahara & KPA
2) Pembayaran untuk:
a) Pembelian bahan bakar minyak, bahan bakar gas, pelumas, benda-
benda pos
b) Pemakaian air dan listrik
16
Saat Terutang PPh Pasal 22 Bendahara & KPA
Saat terutang PPh Pasal 22 yaitu saat pembayaran atas Pembelian Barang/Jasa
dari APBN/APBD oleh Bendahara dan KPA
3
Pembelian Barang dan/atau Bahan untuk Keperluan
Usaha oleh BUMN
(PER-06/PJ/2013)
17
Tarif & Objek Pajak
4
Penjualan Hasil Produksi oleh Badan Tertentu
18
5
Penjualan BBM, BBG, dan Pelumas oleh Pertamina dan
Badan usaha lain di bidang bahan bakar
6
Pembelian Bahan dari Pedagang Pengumpul
19
Pembelian bahan dari pedagang pengumpul untuk keperluan industri/ eksportir
yang bergerak di sektor Kehutanan, Perkebunan, Pertanian, Peternakan dan
Perikanan Tarif 0,25% x Harga Pembelian (tidak termasuk PPN)
Perkecualian:
Pembayaran atas pembelian bahan-bahan untuk keperluan industri atau ekspor
jumlahnya paling banyak Rp.20.000.000,-
7
Pembelian Batubara, Mineral logam, dan Mineral bukan
logam
Pembelian batubara, mineral logam, dan mineral bukan logam dari Orang
Pribadi atau Badan Pemegang Izin Usaha Pertambangan (IUP)
Tarif 1,5% x Harga Pembelian (tidak termasuk PPN)
20
8
Pembelian Barang yg tergolong Sangat Mewah
21
PPh Pasal 23
1. Badan Pemerintah;
2. Subjek pajak badan dalam negeri;
3. Bentuk Usaha Tetap (BUT) atau perwakilan perusahaan dalam negeri;
4. Orang Pribadi sebagai Wajib Pajak Dalam Negeri (WPDN) yang ditunjuk oleh
Direktorat Jenderal Pajak, yaitu:
a) Akuntan, arsitek,dokter, notaris, PPAT (kecualicamat), pengacara, konsultan
yang melakukan kerja bebas.
b) Orang pribadi yang menjalankan usaha dan yang menyelenggarakan
pembukuan
22
Penghasilan Objek PPh Pasal 23
23
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
2. Bunga 15% Jumlah Bruto Tidak Final
Pengecualian:
a. Jika penghasilan dibayar/ terutang kepada Bank
b. Jika penghasilan dibayar/ terutang kepada badan usaha/ jasa keuangan yg berfungsi sbg
penyalur pinjaman dan/atau pembiayaan
c. Bunga Deposito, Tabungan (yg didapatkan dari Bank), dan Diskonto SBI → Objek PPh Pasal 4
ayat (2)
d. Bunga Obligasi → Objek PPh Pasal 4 ayat (2)
e. Bunga simpanan yg dibayarkan Koperasi kepada anggota koperasi Orang Pribadi (WP OP) →
Objek PPh Pasal 4 ayat (2)
24
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
4. Hadiah, penghargaan, bonus, 15% Jumlah Bruto Tidak Final
dan sejenisnya selain yg telah
dipotong PPh Pasal 21
Pengecualian:
a. Hadiah atau penghargaan dan hadiah sehubungan dgn pekerjaan, jasa dan kegiatan lainnya yg
diterima oleh WP OP DN → Objek PPh Pasal 21
b. Hadiah Undian → Objek PPh Pasal 4 ayat (2)
c. Hadiah langsung dlm penjualan brg/jasa sepanjang diberikan kepada semua pembeli/konsumen
akhir tanpa diundi & hadiah tsb diterima langsung oleh konsumen akhir pd saat pembelian
brg/jasa → Bukan Objek Pajak
25
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
6. Imbalan sehubungan dgn jasa 2% Jumlah Bruto Tidak Final
teknik, jasa manajemen, jasa (tidak termasuk
konstruksi, jasa konsultan, dan jasa PPN)
lain selain jasa yg telah dipotong PPh
Pasal 21
Jasa Teknik adalah Pemberian jasa dalam bentuk pemberian informasi yg berkenaan dgn
pengalaman dlm bidang industri, perdagangan dan ilmu pengetahuan yg dapat meliputi:
− Pemberian informasi dalam pelaksanaan suatu proyek tertentu, seperti pemetaan
dan/atau pencarian dgn bantuan gelombang seismik;
− Pemberian informasi dlm pembuatan suatu jenis produk tertentu, seperti pemberian
informasi dlm bentuk gambar-gambar, petunjuk produksi, perhitungan-perhitungan
dan sebagainya; atau
− Pemberian informasi yg berkaitan dgn pengalaman di bidang manajemen, seperti
pemberian informasi melalui pelatihan atau seminar dgn peserta dan materi yg telah
ditentukan oleh pengguna jasa.
• Jasa Manajemen adalah Pemberian jasa dgn ikut serta secara langsung dalam
pelaksanaan atas pengelolaan manajemen.
• Jasa konsultan adalah Pemberian advice (petunjuk, pertimbangan, atau nasihat)
profesional dalam suatu bidang usaha, kegiatan, atau pekerjaan yg dilakukan oleh
tenaga ahli atau perkumpula tenaga ahli, yg tdk disertai dgn keterlibatan lsg para
tenaga ahli tsb dlm pelaksanaannya.
26
Obyek Tarif Dasar Sifat
PPh Perhitungan
7. Jasa Lain (61 jenis) selain jasa yg 2% Jumlah Bruto Tidak Final
telah dipotong PPh Pasal 21, yg terdiri (tidak termasuk
dari : PPN)
1) Jasa penilai (appraisal;
2) Jasa aktuaris;
3) Jasa akuntansi, pembukuan, dan atestasi laporan keuangan;
4) Jasa hukum;
5) Jasa arsitektur;
6) Jasa perencanaan kota dan arsitektur landscape;
7) Jasa perancang (design);
Jasa Lain
8) Jasa penunjang di bidang usaha panas bumi dan penambangan minyak dan gas bumi
(migas);
9) Jasa penambangan dan jasa penunjang selain di bidang usaha panas bumi dan
penambangan minyak dan gas bumi (migas);
10) Jasa penunjang di bidang penerbangan dan bandar udara;
11) Jasa penebangan hutan;
12) Jasa pengolahan limbah;
13) Jasa penyedia tenaga kerja dan/ atau tenaga ahli (outsourcing services};
14) Jasa perantara dan/atau keagenan;
15) Jasa di bidang perdagangan surat-surat berharga, kecuali yang dilakukan oleh Bursa
Efek, Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) dan Kliring Penjaminan Efek Indonesia
(KPEI);
27
Jasa Lain
Jasa Lain
24) Jasa instalasi/pemasangan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas, AC, dan/ atau
TV kabel, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang ruang lingkupnya di bidang
konstruksi dan mempunyai izin dan/ a tau sertifikasi sebagai pengusaha konstruksi;
25) Jasa perawatan/perbaikan/pemeliharaan mesin, peralatan, listrik, telepon, air, gas,
AC, TV kabel, dan/ atau bangunan, selain yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
ruang lingkupnya di bidang konstruksi dan mempunyai izin dan/ atau sertifikasi
sebagai pengusaha konstruksi;
26) Jasa perawatan kendaraan dan/ atau alat transportasi darat, laut dan udara;
27) Jasa maklon;
28) Jasa penyelidikan dan keamanan;
29) Jasa penyelenggara kegiatan atau event organizer;
30) Jasa penyediaan tempat. dan/atau waktu dalam media masa, media luar ruang atau
media lain untuk penyampaian informasi, dan/ atau jasa periklanan;
28
Jasa Lain
Jasa Lain
29
Jasa Lain
30
PPh Pasal 24
PMK 192/PMK.03/2018 Pelaksanaan Pengkreditan Pajak Atas Penghasilan Dari Luar Negeri
Khusus Dividen: PMK No. 107/PMK.03/2017 jo. PMK No. 93/PMK.03/2019
31
Sumber penghasilan kena pajak di luar negeri yang dapat
digunakan untuk memotong utang pajak Indonesia (8)
32
7. Keuntungan karena pengalihan harta tetap adalah negara tempat harta tetap
berada.
8. Keuntungan karena pengalihan harta yang menjadi bagian dari suatu BUT
adalah negara tempat bentuk usaha tetap berada. BUT mencakup cabang
perusahaan, kantor perwakilan, dan bentuk usaha lainnya yang dipergunakan
oleh WPDN untuk menjalankan usaha atau melakukan kegiatan di luar negeri.
PT Lensatrading, tahun 2020, menerima dan memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
1. Penghasilan Neto Dalam Negeri sebesar Rp.4.000.000.000 Penghasilan Kena Pajak
2. Penghasilan Luar Negeri:
Jenis penghasilan LN Negara sumber Jumlah penghasilan PPh luar negeri yang
dipotong
1. Penghasilan usaha Negara X Rp.1.000.000.000 Rp.300.000.000
2. Penghasilan bunga Negara Y Rp.3.000.000.000 Rp.450.000.000
3. Penjualan harta Negara Z Kerugian penjualan harta Rp.250.000.000,-
Tidak ada P3B antara Indonesia dengan negara X, negara Y, dan negara Z.
33
Contoh Perhitungan PPh Pasal 24
2. Hitung besarnya PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan per jenis penghasilan untuk
tiap negara
34
Contoh Perhitungan PPh Pasal 24
3. Hitung jumlah PPh Luar Negeri yang dapat dikreditkan (PPh Pasal 24) oleh PT
Lensatrading pada tahun 2020.
35
-end-
36