Anda di halaman 1dari 48

REKONSILIASI

FISKAL

1
3. REKONSILIASI FISKAL

Pelaksaan Perbedaan Penyesuaian untuk


pembukuan timbul terkait memperoleh laba
berdasarkan pengakuan sesuai ketentuan
kebijakan pendapatan pajak atau laba
akuntansi dan beban di fiskal atau
umum laporan laba penghasilan kena
rugi pajak
PSAK Undang-undang

AKUNTANSI PAJAK
PERBEDAA
N
Pajak Tangguhan :
Penelitian : Aktiva/utang
Book Tax Gap Beban/pendapatan
Effective Tax Rate

Permanen Temporer
Langkah Penyesuaian Fiskal

Ditambah Dikurangi
Laba Ditambah
penghasilan penghasilan
akuntansi biaya non
yang belum yang bukan
komersial deductable
diakui obyek pajak

Dikurangi
Ditambah Dikurangi
biaya
Penghasilan biaya 3M penghasilan
deductable
Kena Pajak penghasilan dikenakan
yang belum
final PPh Final
dibebankan

Menghitung Beban Pajak kini Mencatat pajak tangguhan


2. OBYEK PAJAK
P Dikenakan Pajak dengan Tarif
E Umum
Objek
N Pajak Dikenakan Pajak dengan Tarif
G Khusus dan Bersifat FINAL
H
A
S
TIDAK
I digabungkan
L dengan
BUKAN
A Penghasilan yang
Objek
N dikenakan Pajak
Pajak
dengan Tarif
Umum
1 PENGHASILAN  OBJEK PAJAK (Pasal 4 ayat (1) UU PPh)

a. Penghasilan dari pekerjaan atau jasa


b. Hadiah
c. Laba usaha;
d. Keuntungan karena penjualan atau karena pengalihan harta;
e. Penerimaan kembali pembayaran pajak yang telah dibebankan sebagai biaya dan
pembayaran tambahan pengembalian pajak;
f. Bunga o. iuran yang diterima/diperoleh
g. dividen; perkumpulan dari anggotanya yang terdiri
h. royalti ; dari WP yang menjalankan usaha/pekerjaan
i. sewa & penghasilan lain sehubungan dengan bebas;
penggunaan harta; p. tambahan kekayaan neto yang berasal
j. Penerimaan atau perolehan pembayaran berkala; dari penghasilan yang belum dikenakan
k. keuntungan karena pembebasan utang, pajak;
keuntungan selisih kurs mata uang asing; q. penghasilan dari usaha berbasis syariah;
m. selisih lebih karena penilaian kembali aktiva; r. imbalan bunga sesuai UU KUP; dan
n. premi asuransi; s. surplus Bank Indonesia
PENGHASILAN  OBJEK PAJAK FINAL
NO OBJEK PAJAK TARIF DASAR HUKUM

1. Penghasilan transaksi penjualan saham di bursa efek: 0,1% x Ph Bruto PP No. 41/1994 jo.
- untuk semua transaksi semua saham (0,1% x PPh Bruto) + PP No. 14/1997 jo.
- untuk transaksi penjualan saham sendiri (0,5% x nilai saham KMK-282/KMK.04/1997 jo
pada saat IPO) SE-06/PJ.04/1997

2. Penghasilan berupa hadiah undian 25% X Ph Bruto PP No. 132 Tahun 2000
3. Penghasilan bunga deposito, termasuk simpanan pada 20% x Ph Bruto PP No. 131 Tahun 2000
bank DN yang memiliki cabang di LN  
4. Penghasilan bunga tabungan, jasa, giro, dan diskonto 20% x Ph Bruto
5. Penghasilan dari sewa tanah dan/atau bangunan 10 % x Ph Bruto PP No. 5 Tahun 2002

6. Penghasilan perusahaan ventura dari transaksi 0,1 % x Ph bruto


penjualan saham atau pengalihan penyertaan modal
pada perusahaan pasangan usaha (syarat :merupakan PP No.4 Tahun 1995
pengusaha kecil dan sahamnya tidak diperdagangkan
di bursa efek di Indonesia)
PENGHASILAN  OBJEK PAJAK FINAL
NO OBJEK PAJAK TARIF DASAR HUKUM

A Penghasilan yang diterima WP perusahaan pelayaran 1,2 % X Ph bruto KMK-416/KMK.04/1996 jo.


DN   SE-29/PJ.04/1996
8. Penghasilan yang diterima WP perusahaan pelayaran 2,64 % x Ph bruto KMK-417/KMK.04/
LN dan/atau penerbangan LN 1996
9. Penghasilan yang diterima/diperoleh berupa bunga   a. PP No. 16/2009 jo. PP
  atau diskonto obligasi yang dijual di bursa efek :  No. 100/2013
- Diterima WP DN 15 % x Ph Bruto b. PMK-85/PMK.03/2011
- Diterima WP LN 20 % x Ph Bruto jo PMK-
07/PMK.011/2012
c. PMK-
256/PMK.03/2008
10. Penghasilan berupa selisih lebih karena revaluasi 10% x selisih dari nilai PMK-79/PMK.03/2008
aktiva tetap appraisal dan NSBF  
PENGHASILAN  OBJEK PAJAK FINAL
NO OBJEK PAJAK TARIF DASAR HUKUM

11. Pungutan PPh Ps 22 atas penjualan BBM, BBG,  


pelumas oleh produsen atau importir BBM, BBG, dan  
pelumas:  
PMK-224/PMK.011/2012
1. Penjualan BBM kepada ; 0,25 % x penjualan
Jo.
a. SPBU Pertamina 0,30 % x penjualan
PMK-107/PMK.010/2015
b. SPBU bukan Pertamina 0,30 % x penjualan
1. Penjualan Bahan Bakar Gas (BBG) 0,30 % x penjualan
2. Pelumas
12. Penghasilan dari penjualan harta di Indonesia yang 20% x Penghasilan
Pasal 26 UU PPh
diterima WP LN selain BUT di Indonesia Neto
13. Dan premi asuransi yang dibayarkan kepada 20 % x perkiraan Ph
perusahaan asuransi di LN bruto atau sesuai tarif Pasal 26 UU PPh
Tax Treaty
14. Penghasilan Kena Pajak sesudah dikurangi pajak dari 20 % x perkiraan Ph
 
suatu BUT di Indonesia (kecuali penghasilan tersebut bruto atau sesuai tarif
Pasal 26 UU PPh
ditanamkan kembali di Indonesia) Tax Treaty
PENGHASILAN  OBJEK PAJAK FINAL
NO OBJEK PAJAK TARIF DASAR HUKUM

15. Penghasilan yang diterima /diperoleh WP LN atas 20 % x perkiraan Ph


penghasilan yang bersumber dari Indonesia berupa : bruto atau sesuai tarif
- dividen Tax Treaty
- bunga, termasuk premium, diskonto, dan imbalan
Pasal 26 UU PPh
sehubungan dengan jaminan pengembalian utang
- royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta
- hadiah dan penghargaan
16. Penghasilan Dari Usaha Yang Diterima Atau Diperoleh 0,5% x Ph Bruto
PP 23 Tahun 2018;
Wajib Pajak Yang Memiliki Peredaran Bruto Tertentu (Terutang setiap bulan)
PMK-99/PMK.011/2018
( Omzet <= 4,8 Milyar)
1 PENGHASILAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)

a. 1. bantuan atau sumbangan, termasuk zakat dan sumbangan keagamaan yang


sifatnya wajib bagi pemeluk agama yang diakui di Indonesia, yang ditentukan
pemerintah;
2. harta hibahan, sesuai dengan ketentuan undang-undang perpajakan
a. warisan;
b. harta termasuk setoran tunai yang diterima oleh badan sebagai pengganti saham atau
sebagai pengganti penyertaan modal;
c. natura dan/atau kenikmatan dari WP atau Pemerintah;
d. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada OP yaitu: asuransi kesehatan, asuransi
kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan asuransi bea siswa;
e. dividen atau bagian laba yang diterima atau diperoleh PT sebagai WP dalam negeri,
koperasi, BUMN, atau BUMD, dari penyertaan modal pada badan usaha yang didirikan
dan bertempat kedudukan di Indonesia dengan syarat : (1) DEVIDEN berasal dari
cadangan laba yang ditahan; (2) bagi PT, BUMN, BUMD yang menerima deviden
dengan kememilikan saham pada badan yang memberikan deviden paling rendah 25%
dari jumlah modal yang disetor.
f. iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang pendiriannya telah disahkan oleh
Menteri Keuangan;
2 PENGHASILAN YANG DIKECUALIKAN DARI OBJEK PAJAK
(Pasal 4 ayat (3) UU PPh)

h. penghasilan dari modal yang ditanamkan oleh dana pensiun dalam bidang-
bidang tertentu yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan;
i. bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari perseroan komanditer
yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan,
firma, dan kongsi;
j. dihapus
k. penghasilan yang diterima atau diperoleh perusahaan modal ventura berupa
bagian laba dari badan pasangan usaha yang didirikan dan berkedudukan
di Indonesia dengan syarat : (1) merupakan perusahaan kecil, menengah
atau yang menjalankan kegiatan dalam sektor usaha yang ditetapkan
Menteri Keuangan; (2) sahamnya tidak diperdagangkan di bursa efek di
Indonesia.
PEMBUKUAN TERPISAH
Wajib Pajak harus menyelenggarakan pembukuan secara terpisah dalam hal:
a. memiliki usaha yang penghasilannya dikenai Pajak Penghasilan yang bersifat final
dan tidak final;
b. menerima atau memperoleh penghasilan yang merupakan objek pajak dan bukan
objek pajak; atau
c. mendapatkan dan tidak mendapatkan fasilitas perpajakan sebagaimana diatur dalam
Pasal 31A Undang-Undang Pajak Penghasilan.
Biaya bersama bagi Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang tidak dapat
dipisahkan dalam rangka penghitungan besarnya Penghasilan Kena Pajak,
pembebanannya dialokasikan secara proporsional.
Latihan

PT Kaka Indonesia, sebuah perusahaan konstruksi dan pengelola


ruko. selain itu perusahaan juga menyewakan alat berat. Rincian
biaya tahun 2018:
Rugi Laba Jasa Sewa Alat Sewa Ruko Total
Konstruksi Berat
o Penghasilan Usaha 100.000 200.000 200.000 500.000
o HPP 60.000 90.000 110.000 260.000
Laba Bruto Usaha 40.000 110.000 90.000 240.000

Apabila biaya administrasi dan umum seluruhnya Rp 170.000 maka


biaya yang dapat dikurangkan secara fiskal adalah ...
PENYUSUTAN & AMORTISASI
Penyusutan
pengeluaran untuk yang dimiliki dan digunakan
- pembelian, untuk 3M penghasilan
- pendirian, yang mempunyai masa
- penambahan, manfaat > 1 tahun
- perbaikan, atau
- perubahan
harta berwujud
kecuali tanah yang berstatus dilakukan dalam bagian-bagian yang
- hak milik, sama besar selama masa manfaat
- hak guna bangunan,- yang telah ditentukan bagi harta
- hak guna usaha, dan tersebut.
- hak pakai,

Penyusutan
Metode Penyusutan

Bangunan Metode Garis Lurus


Straight Line Methode
Permanen 20 tahun = 5% per tahun
Tidak permanen 10 tahun = 10% per tahun

Selain Bangunan 1. Metode Garis Lurus


TA
(Straight Line Methode) AT
2. Metode Saldo Menurun Ganda AS
(Double declining balance
methode)
nilai sisa buku pada akhir masa
AS
manfaat harus disusutkan
sekaligus.

Sesuai dengan pembukuan Wajib Pajak, alat-alat kecil (small tools) yang sama atau
sejenis dapat disusutkan dalam satu golongan.
Saat Mulai Penyusutan

Penyusutan dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk harta yang
masih dalam proses pengerjaan, penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tersebut

Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, Wajib Pajak diperkenankan melakukan


penyusutan mulai pada bulan harta tersebut digunakan untuk 3m penghasilan atau
pada bulan harta yang bersangkutan mulai menghasilkan

Apabila Wajib Pajak melakukan penilaian kembali aktiva berdasarkan ketentuan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 19, maka dasar penyusutan atas harta adalah nilai
setelah dilakukan penilaian kembali aktiva tersebut.
Tarif Penyusutan

PMK : NOMOR 96/PMK.03/2009


KETENTUAN FISKAL TERKAIT PENYUSUTAN

 Bagaimana jika suatu aset tetap tidak tercantum


pada PMK 96/PMK.03/2009 ?
 kelompok III atau mengajukan permohonan penetapan
Pasal 11 ayat (3) & (4)

SAAT MULAI PENYUSUTAN

Pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali untuk


harta yg masih dalam proses pengerjaan,
penyusutannya dimulai pada bulan selesainya
pengerjaan harta tsb.
Contoh :

Pengeluaran pembangunan gedung adalah sebesar Rp100.000.000.


Pembangunan dimulai bulan Oktober 2016 dan selesai
dikerjakan/dibangun bulan Maret 2018.
Penyusutan atas harga perolehan bangunan gedung tsb dimulai pada
bulan Maret tahun pajak 2018.
SAAT MULAI PENYUSUTAN

Dengan persetujuan Direktur Jenderal Pajak, WP diperkenankan


melakukan penyusutan mulai pada bulan harta ybs mulai
menghasilkan  bulan harta tsb digunakan untuk 3M penghasilan

Contoh :
PT SURYA SEJAHTERA bergerak dalam bidang perkebunan,
pada tahun 2016 membeli traktor. Traktor tersebut mulai
digunakan pada tahun 2017. Dengan persetujuan DJP,
penyusutan traktor tsb dapat dilakukan mulai tahun 2017.
Straight line method:
Gedung Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00
masa manfaatnya 20 tahun,
penyusutannya / th = Rp. 5.000.000,00
(= Rp 100.000.000,00 : 20).

declining balance method


Mesin (kel.1) perolehan Januari 2015 , Harga Perolehan Rp
150.000.000,00. Masa manfaat 4 tahun, Tarif penyusutan 50%
Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku
Harga Perolehan 150,000,000.00
2015 50% 75,000,000.00 75,000,000.00
2016 50% 37,500,000.00 37,500,000.00
2017 50% 18,750,000.00 18,750,000.00
2018 Sekaligus 18,750,000.00 0.00
Contoh
Sebuah mesin (kel.1) yg dibeli dan ditempatkan pada bln Juli 2012.
Harga Perolehan : Rp 100.000.000,00.
Masa manfaat 4 (empat) tahun.
Tarif penyusutan 50%

Tahun Tarif Penyusutan Nilai Sisa Buku


Harga Perolehan 100,000,000.00
2012 1/2 x 50% 25,000,000.00 75,000,000.00
2013 50% 37,500,000.00 37,500,000.00
2014 50% 18,750,000.00 18,750,000.00
2015 50% 9,375,000.00 9,375,000.000
2016 Sekaligus 9,375,000.00 0.00
KETENTUAN FISKAL TERKAIT PENYUSUTAN

 Tidak ada nilai residu (nilai sisa)


 Penyusutan metode saldo menurun 
pada akhir masa manfaat 
disusutkan sekaligus
 Perubahan metode penyusutan fiskal
 sepanjang mendapat persetujuan
Dirjen Pajak
 Penggantian asuransi 
dibandingkan dengan NBF
KETENTUAN FISKAL TERKAIT PENYUSUTAN

 Penyusutan small tools  dapat dalam


satu kelompok dg beban penyusutan
sebesar nilai penggantian (Penjelasan
Pasal 11 (1,2) UU PPh)
 Penghentian / penurunan produksi 
tidak menunda/menangguhkan
penyusutan (SE-02/PJ.42/1992)
 Handphone untuk pegawai 
Penyusutuan berdasarkan pasl 11 UU
PPh dan PMK 96 Dibebankan 50 prosen
untuk dikurangkan darin penghasilan
KETENTUAN FISKAL TERKAIT PENYUSUTAN
 Sedan atau kendaraan dipakai peg tertentu
 Dasar penyusutan = 50% harga perolehan,
kelompok II (Kep-220/PJ/2002
 Kendaraan antar jemput pegawai 
disusutkan penuh, kelompok II
Ps.11(8) UU PPh
Apabila terjadi pengalihan atau penarikan harta sdd Pasal 4 ayat (1) huruf d
(UU PPh) atau penarikan harta karena sebab lainnya, maka jumlah nilai sisa
buku harta tsb dibebankan sebagai kerugian dan jumlah harga jual atau
penggantian asuransinya yg diterima atau diperoleh dibukukan sebagai
penghasilan pada tahun terjadinya penarikan harta tsb.

Ps.11(9) UU PPh
Apabila hasil penggantian asuransi yg akan diterima jumlahnya baru dapat
  diketahui   dengan   pasti   di  masa   kemudian,  maka   dengan persetujuan
Direktur Jenderal Pajak jumlah sebesar kerugian sdp ayat (8) UU PPh
dibukukan sebagai beban masa kemudian tsb.
Ps.11(10) UU PPh
Apabila terjadi pengalihan harta yg memenuhi syarat sdd Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan huruf b, yg berupa harta berwujud, maka jumlah nilai sisa buku
harta tsb tidak boleh dibebankan sebagai kerugian bagi pihak yg
mengalihkan.
Contoh :
Sedan atau Non Sedan untuk dinas dan dibawa pulang karyawan) dibeli
awal tahun 2015. Sejak April 2012 penyusutan kendaraan sedan dan
sejenisnya hanya diakui 50 % saja, termasuk Hand Phone direksi
berikut pulsanya (PMK-96/PMK.03/2009), maka hitungan
penyusutannya adalah sebagai berikut.
JENIS HARGA NILAI
AKTIVA Tahun PEROL. PENYUSUTAN BUKU
  Penyus. (NB AWAL) DEDUCTIBLE UNDEDUCTIBLE TOTAL  
Sedan 2016 250,000,000 31,250,000 31,250,000 62,500,000 187,500,000
  2017 187,500,000 23,437,500 23,437,500 46,875,000 140,625,000
  2018 140,625,000 17,578,125 17,578,125 35,156,250 105,468,750

  Dst
Amortisasi Fiskal
Pasal 11A (1),(2) UU PPh
 Amortisasi
• atas pengeluaran untuk memperoleh harta tak berwujud dan
pengeluaran lainnya termasuk biaya perpanjangan HGB, HGU,
hak pakai, dan muhibah (goodwill)
• masa manfaat lebih dari 1 tahun
• dipergunakan untuk 3M Ph Non Final
 Metode: Garis Lurus (Stright Line Method), Saldo Menurun
(Declining Balance Method), dan khusus bidang usaha
pertambangan, HPH, hak pengusahaan sumber alam  metode
unit produksi
 Taat azas
Amortisasi dimulai pada bulan dilakukannya pengeluaran, kecuali
untuk bidang usaha tertentu diatur dgn PMK.
METODE AMORTISASI FISKAL
Kelompok Harta Tak Berwujud Metode Penyusutan
Hak penambangan, hak pengusahaan hutan, Satuan produksi,
dan hak pengusahaan sumber alam serta hasil maksimal 20% setahun
alam lainnya, selain bidang penambangan
minyak dan gas bumi
Hak penambangan minyak dan gas bumi Satuan produksi, tidak
adabatasan maksimal
Pengeluaran selain di atas Garis lurus atau Saldo
menurun ganda
MASA MANFAAT DAN TARIF AMORTISASI
Pasal 11A ayat (2) UU PPh

KELOMPOK HARTA TAK MASA MANFAAT TARIF AMORTISASI


BERWUJUD BERDASARKAN METODE
GARIS SALDO
LURUS MENURN

KELOMPOK 1 4 TAHUN 25% 50%

KELOMPOK 2 8 TAHUN 12,5% 25%

KELOMPOK 3 16 TAHUN 6,25% 12,5%

KELOMPOK 4 20 TAHUN 5% 10%


SAAT MULAI DILAKUKAN AMORTISASI FISKAL

Amortisasi dimulai pada bulan


dilakukannya pengeluaran,
kecuali untuk bidang usaha
tertentu diatur dgn PMK
Pasal 11A (4) UU PPh

Amortisasi atas perolehan hak dan pengeluaran lain yg


mempunyai masa manfaat lebih dari 1 tahun di bidang
penambangan minyak dan gas bumi dilakukan dengan
menggunakan metode satuan produksi.

Metode satuan produksi dilakukan dengan menerapkan persentase amortisasi yg


besarnya setiap tahun sama dengan persentase perbandingan antara
realisasi penambangan minyak dan gas bumi pada tahun ybs dengan
taksiran jumlah seluruh kandungan minyak dan gas bumi di lokasi
tsb yg dapat diproduksi.
Apabila ternyata jumlah produksi yg sebenarnya lebih kecil dari yg diperkirakan,
sehingga masih terdapat sisa pengeluaran untuk memperoleh hak atau
pengeluaran lain, maka atas sisa pengeluaran tsb boleh dibebankan sekaligus
dalam tahun pajak ybs.
Ps.11A (5) UU PPh

Amortisasi atas pengeluaran untuk


memperoleh hak penambangan selain Migas,
HPH , dan hak pengusahaan sumber alam
serta hasil alam lainnya yg mempunyai masa
manfaat lebih dari 1 tahun, dilakukan dengan
menggunakan metode satuan produksi paling
tinggi 20% setahun.
Contoh :

HPH harga perolehan Rp1.000.000.000,00


Potensi 10.000.000 ton kayu,
Jika dalam satu tahun pajak ternyata jumlah produksi
mencapai 3.000.000 ton = 30% dari potensi yg
tersedia, besarnya amortisasi yg diperkenankan pada
tahun tsb adalah 20% atau Rp200.000.000,00.
KETENTUAN FISKAL TERKAIT AMORTISASI

 Tidak ada nilai residu


 Amortisasi metode saldo menurun  pada akhir
masa manfaat  diamortisasi sekaligus
 Perubahan metode amortisasi fiskal 
sepanjang mendapat persetujuan Dirjen Pajak
KETENTUAN FISKAL TERKAIT AMORTISASI

 Biaya pendirian dan biaya perluasan modal perusahaan :


perijinan, notaris pendirian perusahaan, percetakan saham 
boleh dibebankan pd tahun pengeluaran atau diamortisasi
(Ps.11A (3) UU PPh)

 Biaya praoperasi komersial misal biaya studi kelayakan, produksi


percobaan (tidak termasuk biaya rutin : gaji pegawai, listrik,
telepon)  dikapitalisasi dan diamortisasi (Pasal 11A(6) UU PPh)
Apabila terjadi pengalihan harta tak berwujud atau hak-hak sdd ayat
(1), ayat (4), dan ayat (5), maka nilai sisa buku harta atau hak-hak tsb
dibebankan sebagai kerugian dan jumlah yg diterima sebagai
penggantian merupakan penghasilan pada tahun terjadinya
pengalihan tsb. Ps.11A (7) UU PPh

PT X harga perolehan hak penambangan migas :Rp500.000.000,00.


Taksiran jumlah kandungan minyak 200.000.000 barel.
Telah produksi 100.000.000 barel,
PT X menjual hak penambangan tersebut sebesar Rp300.000.000,00.
Harga perolehan Rp 500.000.000,00
Amortisasi yang telah dilakukan Rp 250.000.000,00
100.000.000/200.000.000 barel (50%)
Nilai buku harta Rp 250.000.000,00
Harga jual harta Rp 300.000.000,00
NSB sebesar Rp 250.000.000,00 dibebankan sbg kerugian
penjualan Rp 300.000.000,00 dibukukan sbg penghasilan
Ps.11A (8) UU PPh

Apabila terjadi pengalihan harta yg


memenuhi syarat sdd Pasal 4 ayat (3)
huruf a dan huruf b (UU PPh), yang
berupa harta tak berwujud, maka
jumlah nilai sisa buku harta tsb tidak
boleh dibebankan sebagai kerugian
bagi pihak yg mengalihkan.
KETENTUAN FISKAL TERKAIT AMORTISASI
 Software komputer (Kep-316/PJ/2002)
- Aplikasi Umum  dibeban sekaligus, kecuali built-in dg
hardware, disusutkan kelompok 1
- Aplikasi Khusus  amortisasi kelompok 1, jika upgrade
biaya upgrade ditambahkan NBF dan diamortisasi penuh
 Pengalihan harta tak berwujud Selisih antara nilai
pengalihan dan NBF  keuntungan / kerugian fiskal,
kecuali disumbangkan/dihibahkan Ps.4(3)a&b NBF tidak
boleh dikurangkan dari Pengh. Bruto
LATIHAN 1 CV Bahana Jaya merupakan perusahaan pengumpul hasil pertanian berupa cengkeh,
kopi, coklat dsb, yang berkedudukan di Kota Makasar. Laporan Posisi Keuangan yang
berakhir 31 Desember 2018 menunjukkan

Jenis Aktiva Tetap Tanggal Perolehan Harga Perolehan Kelompok


Inventaris Kantor 30 Januari 2017 75.000 I
1 Unit Mobil Sedan untuk 11 September 2017 220.000 II
direksi
1 Unit Truk Operasional 31 Desember 2017 300.000 II
Gedung Kantor 24 Desember 2018 1.000.000 Bangunan

Informasi tambahan :
1. 11 September 2017 CV Bahana Jaya membeli 1 unit mobil sedan dengan nilai 120.000
dengan cara kredit dan uang muka Rp 40.000
2. Perusahaan membangun Gedung kantor sejak 5 Februari 2017 pada lahan yang dimiliki,
dan proyek tersebut dikerjakan oleh CV Bangun Jaya dan diperkirakan selesai dalam
jangka 10 bulan dan segera dapat ditempati tanggal 24 Desember 2018
3. Perusahaan menghitung biaya penyusutan dengan metode Garis Lurus
4. Berapa beban penyusutan tahun 2018!
LATIHAN 2 PT Maya Bali Alfarindo (MBA) adalah pabrikan sparepart kendaraan bermotor. Daftar aktiva
yang dilaporkan pada laporan posisi keuangan 31 Desember 2018 adalah :

 Jenis Aktiva 2017 2018 Tambah (kurang)


Tanah 13,000 15,000 2,000
Bangunan Kantor 1.500 2,200 700
Bangunan Pabrik 8,000 14,000 6,000
Kendaraan Sedan 1.300 700 (600)
Mesin 8,000 6,000 (2,000)
Inventaris Kantor 500 900 400
Informasi tambahan :
1. Atas nilai pembelian tanah belum termasuk biaya pelunasan BPHTB sebesar 50
2. Pembangunan Gedung Kantor dengan luas 250m2 dilakukan sendiri secara bertahap dengan jangka
waktu penyelesaian selama 20 bulan.
3. Bangunan Pabrik di kerjakan oleh perusahaan konstruksi yang berasal langsung dari Cina yaitu Sun
Contruction Co. dengan jangka waktu penyelesaian selama 3 Tahun
4. Kendaraan sedan merupakan kendaraan milik perusahaan yang digunakan oleh direksi perusahan
5. Mesin di impor langsung dari Cina dengan biaya pemasangan oleh teknisi yang didatangkan dari Cina
dengan biaya 5.000

Diminta : Bagaimana aspek pajak atas aktiva tetap PT Maya Bali Alfarindo.
LATIHAN 3

PT GUNA GAS, pada tanggal 2 Januari 2017, memperoleh hak


penambangan gas bumi dengan potensi sebesar 10 milyar barel
dengan biaya sebesar Rp30 milyar. Pada tahun 2018 Jumlah
produksi mencapai 500 juta barel atau 20%dari potensi yang
tersedia. Dengan Metode amortisasi dengan metode satuan
produksi, besarnya beban amortisasi yang dapat dibebankan
pada tahun pajak 2018 adalah …
LATIHAN 4

PT Buana Sakti memiliki sebuah Vila di Kawasan


Bogor, pada tanggal 4 Mei 2019 dijual dengan
harga Rp 8 Milyar. Villa ini diperoleh pada tahun
2010 dengan harga 2 milyar. Villa ini digunakan
untuk kegiatan meeting atau outbond pegawai
pada saat ulang tahun perusahaan.
Hitunglah besarnya laba atau rugi fiskal yang
dicatat perusahaan atas penjualan vila tersebut!
Latihan 5
PT Rahayu, perusahaan pakaian jadi. Pada 5 Agustus 2019
menukarkan kendaraan box dengan mesin potong baru dengan
rincian :
- Mobil Box diperoleh tanggal 7 Desember 2016 dengan
hargaRp 150.000.000 dengan harga pasar tanggal 5 Agustus
2019 Rp 100 juta
- Harga mesin potong yang baru sebesar Rp 230.000.000
Kekurangan dari hasil penukaran ini akan dipinjamkan ke bank.
Siapkan jurnal yang harus dicatat atas transaksi tsb oleh PT
Rahayu.

47
TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai