Anda di halaman 1dari 24

ASPEK PERPAJAKAN RUMAH SAKIT

KEWAJIBAN PAJAK RUMAH SAKIT BLU DAN SWASTA

PEMOTONGAN PPh PASAL 21 KHUSUS DOKTER

www.pajak.go.id
PENGERTIAN 2
RUMAH SAKIT

RUMAH SAKIT
INSTITUSI PELAYANAN KESEHATAN YANG MENYELENGGARAKAN PELAYANAN
KESEHATAN PERORANGAN SECARA PARIPURNA YANG MENYEDIAKAN
RAWAT INAP, RAWAT JALAN, DAN GAWAT DARURAT

Pasal 1 ayat (1) UU No. 44 Tahun 2009


www.pajak.go.id
PROSES BISNIS USAHA RUMAH SAKIT 3

www.pajak.go.id
KEWAJIBAN PAJAK PENGHASILAN 4

RUMAH SAKIT PEMERINTAH


JENIS PAJAK (BLU/BLUD)
RUMAH SAKIT SWASTA

PPh PASAL 4 (2) WAJIB MEMOTONG WAJIB MEMOTONG

PPh PASAL 21 WAJIB MEMOTONG WAJIB MEMOTONG

PPh PASAL 22 WAJIB MEMUNGUT TIDAK WAJIB


PPh PASAL 23 WAJIB MEMOTONG WAJIB MEMOTONG
PPh PASAL 25 / 29 TIDAK WAJIB WAJIB SETOR

www.pajak.go.id
STATUS SUBJEK PAJAK 5

KRITERIA RSU PEMERINTAH RUMAH SAKIT SWASTA


Pembentukannya berdasarkan ketentuan Pasal 7 ayat (2) dan ayat (3) UU No. 44 Tahun 2009 tentang Pasal 7 ayat (2) dan ayat (4) UU No. 44 Tahun 2009 tentang
Rumah Sakit Rumah Sakit
peraturan perundang-undangan
Pembiayaannya bersumber dari APBN / Pembiayaan RS selain bersumber dari penerimaan yang Pembiayaan bersumber dari setoran modal dari pemilik dan
diperoleh RS, juga bersumber dari anggaran Pemerintah atau hasil penerimaan RS.
APBD anggaran Pemerintah Daerah. Penerimaan anggaran yang
bersumber dari APBN/ APBD diberlakukan sebagai pendapatan
BLU (Pasal 14 ayat (1) PP 23 2005) , Pendapatan BLUD bersumber
dari APBD dan/atau APBN ( Pasal 60 huruf d dan huruf e
Peraturan Menteri Dalam Negeri No.61 Tahun 2007.
Penerimaannya dimasukkan dalam Salah satu jenis PNBP yang berasal dari kegiatan pelayanan yang Penerimaannya tidak dimasukkan sebagai penerimaan dalam
dilaksanakan pemerintah (UU No. 20 Tahun 1997) dimana APBN/APBD
anggaran Pemerintah Pusat atau pendapatannya dilaporkan sebagai pendapatan negara bukan
Pemerintah Daerah pajak kementerian/lembaga atau pendapatan bukan pajak
pemerintah daerah (Pasal 14, PP 23 Tahun 2005)
Pembukuannya diperiksa oleh aparat Penelaahan atas penyelenggaraan akuntansi dan penyajian Pembukuan tidak diperiksa oleh pengawasan fungsional negara
laporan keuangan oleh suatu satuan pemeriksaan intern BLU
pengawasan fungsional negara dan/atau oleh Auditor Aparat Pengawas Intern Pemerintah
(PMK. No.220/PMK.05/2015)

Sesuai Pasal 2 ayat (3) huruf b UU PPh stdtd UU CIPTA KERJA, bahwa unit tertentu dari badan pemerintah yang memenuhi kriteria
sebagaimana di atas, dikecualikan sebagai Subjek Pajak Badan dalam negeri.

www.pajak.go.id
KEWAJIBAN PPh RS BLU 6

Walaupun Rumah Sakit Pemerintah (BLU) bukan sebagai Subjek Pajak badan dalam negeri,
tetap memiliki kewajiban sebagai pemotong / pemungut Pajak Penghasilan (PPh)
antara lain :
 Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) yaitu pemotongan PPh atas penghasilan yang dibayarkan kepada pihak lain atas
persewaan tanah dan/atau bangunan, pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan, Usaha Jasa konstruksi, hadiah
undian, serta pembelian barang atau penggunaan jasa dari Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu (Pasal 9
ayat (1) PMK 231 Tahun 2019).
 Pemotongan PPh Pasal 21 yaitu pemotongan PPh atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan
dengan nama dan dalam bentuk apa pun yang dibayarkan kepada Wajib Pajak orang pribadi dalam negeri (Pasal 11 ayat
(1) PMK 231 Tahun 2019).
 Pemungutan PPh Pasal 22 yaitu pemungutan PPh sehubungan dengan pembayaran atas pembelian barang (Pasal 12 ayat
(1) PMK 231 Tahun 2019).
 Pemotongan PPh Pasal 23 yaitu pemotongan PPh atas penghasilan yang dibayarkan, disediakan untuk dibayarkan, atau
telah jatuh tempo pembayarannya kepada Wajib Pajak dalam negeri atau BUT berupa bunga termasuk premium,
diskonto, dan imbalan karena jaminan pengembalian utang, royalti, hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya selain
yang telah dipotong PPh Pasal 21, sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan penggunaan harta selain yang telah
dikenai PPh Pasal 4 ayat (2), dan imbalan sehubungan dengan jasa yang pembayarannya dibebankan pada APBN, APBD,
atau APBDesa selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21 (Pasal 13 ayat (1) PMK 231 Tahun 2019).

www.pajak.go.id
KEWAJIBAN PPh RS SWASTA 7

Rumah Sakit Swasta sebagai Subjek Pajak dalam negeri. Kewajiban PPh yang dapat timbul sebagai WPDN adalah
pembayaran angsuran PPh Pasal 25 badan dan pembayaran PPh pasal 29 setiap tahunnya sebelum SPT
Tahunan PPh badan disampaikan. Selain kewajiban tersebut, RS swasta ditunjuk sebagai pemotong pajak
antara lain :
 Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2), dimana pihak RS swasta sebagai pengguna jasa atas penyewaan tanah
dan bangunan atau pengguna jasa usaha konstruksi wajib memotong PPh pasal 4 ayat (2) pada saat
melakukan pembayaran kepada penerima penghasilan (pemilik tanah dan/atau bangunan atau pemberi jasa
konstruksi). (diatur dengan PP 34 Tahun 2017 dan PP 51 Tahun 2008)
 Pemotongan PPh Pasal 21 dimana pihak RS swasta bertindak sebagai pemberi kerja yang membayar gaji,
upah, honorarium, tunjangan, dan pembayaran lain sehubungan dengan pekerjaan yang dilakukan oleh
pegawai atau bukan pegawai, atau bertindak sebagai badan yang membayar honorarium atau pembayaran
lain sebagai imbalan sehubungan dengan jasa termasuk jasa tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas,
atau bertindak sebagai penyelenggara kegiatan yang melakukan pembayaran sehubungan dengan
pelaksanaan suatu kegiatan. (Pasal 21 ayat (1) huruf a, d dan e UU PPh stdtd UU Cipta Kerja.
 Pemotongan PPh Pasal 23 dimana pihak RS swasta bertindak sebagai pengguna jasa atas penyewaan harta
selain sewa tanah dan/atau bangunan atau pengguna jasa atas jasa teknik, jasa manajemen, jasa konstruksi,
jasa konsultan, dan jasa lain selain jasa yang telah dipotong PPh Pasal 21. (Pasal 23 ayat (!) huruf c UU PPh
stdtd UU Cipta Kerja dan ketentuan lebih lanjut diatur dalam PMK 141 Tahun 2015)
www.pajak.go.id
PENGECUALIAN PEMOTONGAN/PEMUNGUTAN PPh 8

PPh Pasal 4 ayat (2) PPh Pasal 22 PPh Pasal 23

Tidak dilakukan pemotongan / pemungutan atas ;


• Pembayaran atau pengakuan utang • Pembayaran yang jumlahnya paling • penghasilan yang dibayarkan atau
persewaan tanah dan/atau bangunan banyak Rp2.000.000,00 tidak termasuk terutang kepada bank atau badan usaha
kepada penyedia jasa pelayanan PPN jasa keuangan yang menyalurkan
penginapan beserta akomodasinya • Pembayaran dengan kartu kredit pinjaman dan/atau pembiayaan
• Pembayaran pengalihan HTB kepada pemerintah • Sewa yang dibayarkan atau terutang
OP yang penghasilannya di bawah • Pembayaran BBM,BBG,pelumas, benda sehubungan sewa guna usaha dengan
PTKP dengan jumlah bruto pengalihan pos atau pemakaian air dan listrik hak opsi
kurang dari Rp60.000.000,00 • Pembayaran untuk pembelian gabah
dan/atau beras • Imbalan sehubungan dengan jasa yang
• Pembayaran pengalihan HTB kepada • Pembayaran kepada WP yang memiliki telah dikenakan PPh Final dan/atau PPh
OP atau badan yang melaksanakan dan menyerahkan fotocopy Sket sebagai Pasal 21
perjanjian BOT/BTO, pemanfaatan WP penghasilan dengan peredaran bruto • Penghasilan yang dibayarkan kepada WP
BMN berupa tanah dan/atau bangunan tertentu dan telah dipotong PPh Pasal 4 yang menyerahkan fotocopy SKB
atau tidak termasuk subjek pajak yang (2)
melakukan pengalihan harta berupa • Pembayaran kepada WP yang
tanah dan/atau bangunan menyerahkan fotocopy SKB
www.pajak.go.id
KEWAJIBAN PPN 9

1. RUMAH SAKIT PEMERINTAH


Melakukan pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang atas
penyerahan BKP dan/atau JKP oleh PKP Rekanan atas belanja pemerintah.
Pasal 16 ayat (1) PMK 231 Tahun 2019

Melakukan pemungutan PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP sehubungan


dengan pendapatan pemerintah.
Pasal 20 ayat (1) PMK 231 Tahun 2019

2. RUMAH SAKIT SWASTA


Melakukan pemungutan PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP selain
penyerahan jasa pelayanan medik.

www.pajak.go.id
PENGECUALIAN PEMUNGUTAN PPN 10

RUMAH SAKIT PEMERINTAH tidak melakukan pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM, dalam hal ;

o Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp2.000.000,00 tidak termasuk jumlah


PPN atau PPN dan PPnBM
o Pembayaran dengan kartu kredit pemerintah atas belanja Instansi Pemerintah Pusat
o Pembayaran untuk pengadaan tanah
o Pembayaran atas penyerahan BBM dan bahan bakar bukan minyak oleh PT.
Pertamina (Persero)
o Pembayaran atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi
o Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan
o Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau
dibebaskan dari pengenaan PPN

www.pajak.go.id
PEMOTONGAN PPh PASAL 21 DOKTER 11

Hubungan kerja sama


antara Rumah Sakit dan Dokter

SE-51/PJ,43/1995
www.pajak.go.id
DASAR PENGENAAN & TARIF 12
DOKTER SEBAGAI PENGURUS/PIMPINAN RS DAN PEGAWAI TETAP

Penghasilan yang diterima atau diperoleh berupa gaji, tunjangan tetap, bonus, uang lembur,
uang makan, gaji & Tunjangan 13 dan THR

RUMAH SAKIT PEMERINTAH RUMAH SAKIT SWASTA

 Bagi PNS, atas penghasilan yang bersumber  PPh Pasal 21 yang terutang tidak
dari Rupiah Murni (RM), PPh ps.21 yang ditanggung pemerintah
terutang Ditanggung Pemerintah atas beban
APBN/APBD, dan Penghasilan dari PNBP tidak
ditanggung pemerintah.
 Bagi Non PNS, seluruh penghasilannya
bersumber dari PNBP, PPh Ps. 21 terutang tidak
ditanggung pemerintah.
www.pajak.go.id
DASAR PENGENAAN & TARIF 13
DOKTER SEBAGAI PENGURUS/PIMPINAN RS, PEGAWAI TETAP ATAU PEGAWAI HONORER

Penghasilan yang diterima atau diperoleh berupa jasa dokter yang dibayar oleh pasien melalui rumah sakit

Bila tidak memiliki NPWP dan menerima penghasilan lebih dari satu pemotong PPh Pasal 21
serta memperoleh penghasilan selain penghasilan jasa dokter yang dibayar pasien.

www.pajak.go.id
DASAR PENGENAAN & TARIF 14
DOKTER SEBAGAI PEGAWAI HONORER

Penghasilan yang diterima atau diperoleh berupa honorarium atau imbalan lainnya yang diterima
secara bulanan ;

www.pajak.go.id
DASAR PENGENAAN & TARIF 15
DOKTER TETAP TAPI BUKAN PEGAWAI
Dokter tetap adalah dokter yang mempunyai jadwal praktek tetap (hari dan jam praktek tertentu)
namun bukan sebagai pegawai rumah sakit

Bila tidak memiliki NPWP dan menerima penghasilan lebih dari satu pemotong PPh Pasal 21
serta memperoleh penghasilan selain penghasilan jasa dokter yang dibayar pasien.

www.pajak.go.id
DASAR PENGENAAN & TARIF 17
DOKTER TAMU

Dokter tamu adalah dokter yang merawat atau menitipkan pasiennya untuk dirawat dan bukan
sebagai pegawai rumah sakit

www.pajak.go.id
DASAR PENGENAAN & TARIF 18
DOKTER SEBAGAI PESERTA KEGIATAN

NON PNS

PNS

TARIF FINAL

www.pajak.go.id
CONTOH PENGHITUNGAN
Dokter Rizal adalah PNS Gol. III/d yang bekerja pada RSUD X (BLU) sebagai Staf Medik Fungsional menerima gaji
dan tunjangan setiap bulan sebesar Rp16.613.000,00 dan pada bulan Maret menerima Insentif Kinerja sebesar
Rp35.884.000,00 dan bulan April Rp48.588.000,00. Dr. Rizal membayar iuran pensiun Rp200.000,00 dan
mempunyai tanggungan 2 anak dengan status menikah.

Penghitungan PPh pasal 21


Atas Gaji dan Tunjangan
Penghasilan Bruto ( Gaji + Tunjangan) Rp 16.613.000,00 Insentif Kinerja Maret
Pengurangan ;
1. Biaya Jabatan Penghasilan Bruto bulan Maret
5% x Rp16.613.000,00 = Rp830.613,00 Rp 500.000,00 Rp35.884.000,00 : 80% Rp 44.855.000,00
maksimal Rp500.000,00 sebulan
Dasar Pengenaan Pajak
2. Iuran Pensiun Rp 200.000,00
Rp 700.000,00 50% x Rp44.855.000,00 Rp 22.427.500,00
Penghasilan neto sebulan Rp 15.913.000,00 PPh Pasal 21 terutang bulan Maret
Penghasilan neto setahun
5% x Rp22.427.500,00 Rp 1.121.375,00
12 x Rp15.913.000,00 Rp 190.956.000,00
PTKP setahun
PPh Pasal 21 bulan Maret Rp 1.121.375,00
- untuk Wajib Pajak sendiri Rp 54.000.000,00
- tambahan karena menikah
- tambahan 2 orang anak
Rp 4.500.000,00
Insentif Kinerja April
2 x Rp4.500.000,00 Rp 9.000.000,00 Penghasilan Bruto bulan April
Rp 67.500.000,00 Rp48.588.000,00 : 80% Rp 60.735.000,00
Penghasilan Kena Pajak setahun Rp 123.456.000,00
Pembulatan Rp 123.456.000,00 Dasar Pengenaan Pajak
50% x Rp60.735.000,00 Rp 30.367.500,00
PPh Pasal 21 terutang
5% x Rp50.000.000,00 Rp 6.172.800,00 PPh Pasal 21 terutang bulan April
15% x Rp73.456.000,00 Rp 11.018.400,00 5% x (Rp50.000.000,00 - Rp22.427.500,00) 27.572.500,00 Rp 1.378.625,00
Rp 17.191.200,00 15% x (Rp30,367.500,00 - Rp27.572.500,00) 2.795.000,00 Rp 419.250,00
30.367.500,00
PPh Pasal 21 bulan Maret (Rp17.191.200,00 : 12) Rp 1.432.600,00
PPh Pasal 21 bulan April Rp 1.797.875,00

www.pajak.go.id
DOKTER sebagai PEGAWAI HONORER menangani pasien
Dokter Burhan yang bekerja sesuai perjanjian kerja pada RSUD X (BLU) sebagai tenaga medis selama 18 bulan hanya
menerima remunerasi berupa insentif kinerja. Pada bulan Juni menerima Insentif sebesar Rp35.000.000,00. bulan
Juli Rp52500.000,00 dan bulan Agustus Rp43.800.000,00. Dr. Burhan masih bujangan dan telah memiliki NPWP.

PPh pasal 21 yang dipotong


Dalam Rupiah

Penghasilan Dasar Pengenaan Tarif PPh Pasal 21


Bulan Insentif kinerja PTKP PKP PKP Kumulatif
Bruto Pajak Pasal 17 terutang
(1) (2) (3) = (2) / 80% (3) = 50% x (3) (4) (5) = (3) - (4) (6) (7) (8) = (5) x (7)
Juni 35,000,000.00 43,750,000.00 21,875,000.00 4,500,000.00 17,375,000.00 17,375,000.00 5% 868,750.00
Juli 52,500,000.00 65,625,000.00 32,812,500.00 4,500,000.00 28,312,500.00 45,687,500.00 5% 1,415,625.00
43,800,000.00 54,750,000.00 27,375,000.00 4,500,000.00 4,312,500.00 50,000,000.00 5% 215,625.00
Agustus 18,562,500.00 68,562,500.00 15% 2,784,375.00
3,000,000.00
Penghasilan bersih setelah pajak yang diterima Dr. Burhan pada ;
Bulan Juni adalah Rp35.000.000,00 - Rp868.750,00 = Rp34.131.250,00
Bulan Juli adalah Rp52.500.000,00 - Rp1.415.625,00 = Rp51.084.375,00
Bulan Agustus adalah Rp43.800.000,00 - Rp3.000.000,00 = Rp40.800.000,00
www.pajak.go.id
DOKTER sebagai PEGAWAI HONORER tidak memiliki SIP

Dokter Irwan yang bekerja sesuai perjanjian kerja pada RSUD X (BLU) sebagai tenaga administrasi dengan kontrak
selama setahun, menerima imbalan setiap bulan, dan pada bulan Juni menerima imbalan sebesar Rp4.800.000,00.
Dr. Irwan masih bujangan dan telah memiliki NPWP.

Penghitungan PPh pasal 21

5% x (Rp4.800.000,00 – Rp4.500.000,00) = Rp15.000

Penghasilan bersih setelah pajak yang diterima oleh Dr Irwan pada bulan Juni ;
Rp4.800.000,00 – Rp15.000,00 = Rp4.785.000,00

www.pajak.go.id
DOKTER TETAP TAPI BUKAN PEGAWAI
Dokter Gunawan spesialis THT, PNS pada RSUD X (BLU) sebagai tenaga medis. Selain itu, Dr. Gunawan juga memiliki
jadwal praktek tetap pada RS Mitra Sehat (swasta) dengan perjanjian kerjasama berupa bagi hasil sebelum pajak
sebesar 60 : 40 untuk Dr. Gunawan dan RS Mitra Sehat. Dr. Gunawan telah memiliki NPWP dengan status menikah
dengan 3 (putra dan putri). Penghasilan yang diterima Dr. Gunawan dari RS Mitra Sehat sebagai berikut ;
Dalam Rupiah
PENGHASILAN PENGHASILAN
BULAN JUMLAH PASIEN JUMLAH PEMBAYARAN
Dr. GUNAWAN RS MITRA
(1) (2) (3) (4) = 60% x (3) (5) = 40% x (3)
APRIL 450 135,000,000.00 81,000,000.00 54,000,000.00
MEI 470 141,000,000.00 84,600,000.00 56,400,000.00
JUNI 490 147,000,000.00 88,200,000.00 58,800,000.00

PPh pasal 21 yang dipotong


Dalam Rupiah

Penghasilan Tarif PPh Pasal 21


Bulan PKP PKP Kumulatif
Bruto Pasal 17 terutang
(1) (2) (3) = 50% x (2) (4) (5) (6) = (3) x (5)
50,000,000.00 50,000,000.00 5% 2,500,000.00
APRIL 135,000,000.00 17,500,000.00 67,500,000.00 15% 2,625,000.00
5,125,000.00
MEI 141,000,000.00 70,500,000.00 138,000,000.00 15% 10,575,000.00
JUNI 147,000,000.00 73,500,000.00 211,500,000.00 15% 11,025,000.00
Penghasilan bersih setelah pajak yang diterima Dr. Gunawan pada ;
Bulan April adalah Rp81.000.000,00 - Rp5.125.000,00 = Rp75.875.000,00
Bulan Mei adalah Rp84.600.000,00 - Rp10.575.000,00 = Rp74.025.000,00
Bulan Juni adalah Rp88.200.000,00 - Rp11.025.000,00 = Rp77.175.000,00
www.pajak.go.id
DOKTER sebagai PESERTA KEGIATAN
Dokter Ahmad (PNS Gol. III/d) yang bekerja pada RSUD X (BLU) dan Dokter Risma yang bekerja pada RS Mitra
Sehat mendapat undangan untuk menghadiri Fokus Grup Diskusi (FGD) yang dilaksanakan oleh Dinas Kesehatan
Provinsi Kalimantan Selatan. Atas kehadirannya masing-masing diberi uang saku sebagai honorarium dan
pengganti uang transpor masing-masing sebesar Rp750.000,00

PPh pasal 21 yang dipotong oleh Dinas Kesehatan untuk ;

Dr. Ahmad : Rp750.000 x 5% = Rp37.500,00 (FINAL)

Dr. Risma : Rp750.000 x 5% = Rp37.500,00 (NON FINAL)

www.pajak.go.id
www.pajak.go.id
www.pajak.go.id

Anda mungkin juga menyukai