NILAI (PPN)
Kamadie Sumanda Syafis S.E., M.Acc., Ak., BKP, CA
SESI I :
Pendahuluan dan Objek PPN
Perkembangan ekonomi yang sangat dinamis, menciptakan jenis dan sifat transaksi bisnis baru,
sehingga mendorong DJP untuk selalu mengupdate peraturan perpajakan untuk menyesuaikan
dengan perkembangan ekonomi tersebut. Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak atas
konsumsi dalam negeri, di punggut secara tidak langsung, sacara berjenjang, sebesar nilai
tambah, atau biasa disebut dengan Value Added Tax (VAT)
UU No 42 tahun 2009
UU No 18 tahun 2000 (15 Oktober 2009) UU No 7 Tahun 2021
(02 Agustus 2000) yang berlaku 1 April Berlaku Mulai 1 April
yang berlaku 1 Jan 2001 2010 2022
PPN
Penanggung Pemikul
jawab Beban PPN
BREVET PAJAK A&B
Mekanisme Umum PPN
Faktur Pajak Keluaran
Penjual
Pengusaha Menyerahkan
BKP/ JKP BKP/ JKP Pembeli
Penerima
Faktur Pajak Masukan
BKP/JKP
PPN
NEGARA
BREVET PAJAK A&B
Mekanisme Khusus PPN
Faktur Pajak Keluaran WAPU
Bendahara
Menyerahkan Pemerintah
Penjual BKP/ JKP BUMN/ BLU/
Pengusaha Satker
Faktur Pajak Masukan
BKP/ JKP
PPN
NEGARA
BREVET PAJAK A&B
Barang Kena Pajak
Arti Barang Kena Pajak (BKP) setelah diubah dengan UU nomor
11 tahun 1994 adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak,
barang berwujud dan tidak barang berwujud yang dikenai pajak
berdasarkan UU ini (UU PPN 1984). Berdasarkan rumusan
dalam pasal 1 huruf b dan c, UU nomor 11 tahun 1994, unsur
BKP terdiri dari, barang berwujud dan barang tidak berwujud,
yang dikenai PPN berdasarkan UU PPN tahun 1984 ->
konsekuensinya adalah seluruh barang menjadi BKP, kecuali yg di
kecualikan
Ps 4 ayat 1 huruf b
Ps 4 ayat 1 huruf f
Impor BKP
Ekspor BKP Berwujud Oleh PKP
Ps 4 ayat 1 huruf c
Penyerahan JKP di Dalam Daerah Pabean yang Ps 4 ayat 1 huruf g
dilakukan pengusaha Ekspor BKP Tidak Berwujud Oleh PKP
Ps 4 ayat 1 huruf d
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Ps 4 ayat 1 huruf h
daerah pabean di dlm daerah Pabean Ekspor JKP Oleh PKP
Membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam keg. Usaha Oleh
Pasal 16 C orang pribadi/ badan
Penyerahan BKP berupa aset yang untuk tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP kecuali PM tidak dpt dikreditkan Pasal 16 D
Untuk Kepentingan
Cadangan Devisa Negara
dan Surat Berharga
Jasa Keagamaan
(ex. Jasa pelayanan rumah ibadah Jasa boga dan catering
Jasa pemberian khutbah atau dakwah, dll)
Jasa yang disediakan oleh pemerintah
pusat maupun daerah dalam rangka
Jasa kesenian dan hiburan)
menjalankan pemerintahan
Jasa perhotelan
P E L A TB IRHE A
V EN T P A J A K A & B
Definisi Pengusaha
Pengusaha, Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya mengahasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang dan melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud
dari luar daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah Pabean.
Kewajiban di atas tidak berlaku untuk Pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Nomor
197/PMK.03/2013
Jika Peredaran Usaha telah mencapai nilai batasan ketentuan PKP, maka akhir bulan
berikutnya harus lapor untuk dikukuhkan sebagai PKP.
Hubungan antara pengusaha dengan penyertaan Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun
25% (duapuluh lima persen) atau lebih pada dua semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
perusahaan atau lebih (Gambar) atau ke samping satu derajat.
24% 40% LS
Hubungan Istimewa
(tidak langsung)
PT. GH
Untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar
cabang adalah HPP atau harga perolehan
Untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjual belikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar
wajar © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia(IAPI)
Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau
jumlah yang seharusnya ditagih
Untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata. Penyerahan paket
wisata, sarana angkutan dan sejenisnya adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih
Untuk jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) 10% dari jumlah yang ditagih atau
seharusnya di tagih
1,1%
dari jumlah yang
ditagih atau yang
seharusnya ditagih
1,1%
dari jumlah yang
ditagih atau yang
seharusnya ditagih
1,1%
jumlah yang jumlah yang
ditagih/seharusnya
ditagih 0.55% ditagih/seharusnya
ditagih
Pengkreditan PM
PKP tidak dapat mengkreditkan Pajak
Masukan yang berhubungan dengan
penyerahan JKP Tertentu.
Sebagai pajak Obyektif, PPN menganut ajaran materiil tentang timbulnya utang pajak,
yaitu hutang pajak timbul karena undang-undang bukan karena adanya surat ketetapan
pajak (sesuai self assesment system). Saat Pajak Terhutang atau timbulnya kewajiban
pajak di PPN ditentukan oleh adanya obyek pajak (taatbestand) yaitu peristiwa ,
keadaan atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak.
1. Penyerahan BKP adalah penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian, bahwa
perjanjian yang dimaksud meliputi perjanjian jual beli, tukar menukar dan
perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang. Berdasarkan
pasal 1 angka 3 dan 4 UU PPN tahun 1984, BKP berwujud dikelompokkan
kedalam barang bergerak dan barang tidak bergerak, Oleh karena itu penentuan
saat pajak terhutang, sangat erat kaitannya dengan penentuan saat terjadinya
penyerahan BKP.
b. BKP yang merupakan barang tidak bergerak, saat penyerahan dilakukan secara yuridis
dalam bentuk akte balik nama. Apabila dalam bentuk tanah dan bangunan maka
berdasarkan perjanjian jual beli yang dibuat oleh PPAT, dilanjutkan dengan pengurusan
sertifikat di BPN. Selaras dengan asas materiil, maka dalam hal penyerahan menurut
kenyataan terjadi sebelum penyelesaian dokumen yuridis, maka penyerahan BKP berupa
barang tidak bergerak terjadi pada saat penyerahan berdasarkan kenyataan
2. Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli/sewa guna usaha dengan hak opsi,
penyerahan BKP dianggap telah terjadi pada saat BKP dipindahkan
penguasaannya dari penjual kepada pembeli, pada saat pemindahan itulah
merupakan saat pajak terhutang.
5. Persediaan BKP dan BKP berupa Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual
belikan yang masih tersisa saat pembubaran
BKP ini tidak diserahkan kepada pihak manapun, sehingga saat terhutang pajak adalah saat
pembubaran yang dinyatakan dalam dokumen terkait (biasanya akte pembubaran)
Saat penyerahan JKP terjadi pada saat jasa pelayanan sudah tuntas dilakukan
sehingga barang, fasilitas, kemudian, atau hak tersedia untuk dipakai oleh pemilik
atau pemesannya, sehingga saat itulah terhutang pajak.
Impor BKP, impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar daerah pabean,
sehingga pajak terhutang adalah pada saat BKP dimasukkan ke dalam daerah pabean.
(biasanya sesuai dengan dokumen PIB)
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP dari luar daerah pabean, (BKP tidak berwujud
dan JKP memiliki kemiripan), sehingga pembahasannya kita satukan.
Sesuai dengan pasal 17 ayat 8, 9 dan 10, PP nomor 1 tahun 2012, berlaku sejak 4
Januari 2012, dijelaskan bahwa saat ekspor merupakan saat pajak terhutang atas
ekspor, sebagai berikut:
➢ Saat ekspor BKP berwujud adalah pada saat BKP dikeluarkan dari daerah pabean
➢ Saat ekspor BKP tidak berwujud adalah pada saat pengantian BKP tidak berwujud
yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan
➢ Saat ekspor JKP adalah pada saat Penggantian atas JKP yang diekspor dicatat atau
diakui sebagai piutang usaha atau penghasilan
3. Untuk penyerahan BKP melalui juru lelang, terhutang pada saat penyerahan BKP
melalui juru lelang kepada pemenang lelang yang sebenarnya
Di tempat tinggal, atau tempat kedudukan Dalam hal Impor, terhutangnya pajak terjadi
dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan ditempat BKP dimasukkan dan dipunggut
atau tempat lain selain selain tempat tersebut melalui DJBC
yang diatur dengan Peraturan Dirjen Pajak
Orang Pribadi atau Badan yang
memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau
Atas pemberitahuan tertulis dari PKP DJP JKP dari luar daerah pabean, terhutang pajak
dapat menetapkan 1 (satu) tempat atau lebih di tempat tinggal atau tempat kedudukan
sebagai tempat terhutang pajak dan/atau tempat kegiatan usaha
Tata cara pengajuan permintaan dan pemberian data faktur pajak berbentuk elektronik yang rusak atau
hilang , diatur dengan peraturan DJP
Penyerahan
JKP Ekspor JKP
PM atas Perolehan BKP atau JKP yang digunakan untuk penyerahan yang pengenaan
PPN nya dibebaskan
PM tidak lengkap, (FP wajib diisi lengkap, benar dan jelas) tidak mencantumkan nama,
alamat, NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
PM atas Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah
pebean yang SSPnya tidak diisi dengan lengakap
a. Nama WP, diisi dengan Pengusaha yang berkedudukan diluar daerah pabean
b. Alamat pengusaha yang berkedudukan diluar daerah pabean
c. NPWP diisi 9 digit pertama 0 (nol),3 digit berikutnya kode KPP pemanfaat, 3 digit
terakhir diisi 0 (nol)
PT. Komputer merupakan PKP Pedagang Besar Komputer, membeli 500 unit computer sebagai barang
dagangan. Manajemen membutuh 10 unit computer untuk mendukung kegiatan operasional
perusahaan. Harga beli computer adalah 15 juta per unit. Maka atas pemakaian sendiri 10 unit
computer di buat faktur pajak, PKP penjual PT. Komputer dan PKP pembeli juga PT. Komputer, pada
faktur tercantum PPN sebesar 10 x 15 Jt X 10% = 15 jt
PPN keluaran = 15 jt
PPN masukan = 15 jt
PPN disetor = 0
2. Pemakain sendiri untuk tujuan kunsumtif atau pemakaian sendiri untuk tujuan produktif yang akan
digunakan untuk kegiatan penyerahan yang PPN nya dibebaskan atau tidak dikenai PPN
PT. Komputer seperti contoh di atas, tetapi penyerahanya ke klinik kesehatan, yang dimiliki oleh PT.
Komputer, karena digunakan untuk penyerahan tidak kena pajak maka PPN masukannya tidak dapat di
kreditkan. Maka atas pemakaian sendiri di buat faktur pajak, PKP penjual PT. Komputer dan PKP pembeli
juga PT. Komputer, pada faktur tercantum PPN sebesar 10 x 15 Jt X 10% = 15 jt
PPN keluaran = 15 jt
PPN masukan = 0
PPN disetor = 15 jt
1. PKP yang dalam 1 (satu) tahun jumlah perederan usahanya tidak melebihi jumlah
tertentu sesuai PMK nomor PMK 74/PMK.03.2010 tanggal 31 Maret 2010 (Masa
transisi perubahan perdedaran usaha pengusaha kecil dari 600 juta ke 4,8 M)
2. PKP yang melakukan kegitan usaha tertentu
a. Penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran (90% dari PM)
b. Penyerahan emas perhiasan secara eceran (80% dari PM)
PKP yang melakukan usaha jasa terhutang pajak dan tidak terhutang pajak, misalnya Hotel,
menyerahkan jasa perhotelan dan jasa penyewaan ruangan untuk usaha
PKP yang menyerahkan BKP dan JKP yang penyerahannya terhutang PPN dan tidak terhutang PPN,
misalnya Pabrik roti, selain menjual roti juga memiliki mobil yang dipakai untuk angkutan umum
PKP yang menghasilkan BKP terhutang PPN dan memperoleh fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN,
misalnya developer, selain membangun rumah mewah juga membangun rumah RSSS yang PPNnya
memperoleh fasilitas dibebaskan
April 2019 membeli truk seharga 275.000.000 termasuk PPN (umur ekonomis 4 th).
Selama tahun 2019 membeli solar sebesar 55.000.000 termasuk PPN. Penyerahan
terhutang pajak untuk tahun 2019 sebesar 60 jt dan tidak terhutang pajak sebesar 40
jt. Berdasarkan data tahun lalu (2018) perbandingan penyerahan kena pajak adalah
70%
April 2019 membeli truk seharga 275.000.000 termasuk PPN (umur ekonomis 4 th).
Selama tahun 2019 membeli solar sebesar 55.000.000 termasuk PPN. Penyerahan
terhutang pajak untuk tahun 2019 sebesar 60 jt dan tidak terhutang pajak sebesar 40
jt. Berdasarkan data tahun lalu (2018) perbandingan penyerahan kena pajak adalah
70%
1. Pasal 1 huruf x yang kelak ketika perubahan Kedua diubah menjadi pasal 1 angka 27 (UU nomor 18
tahun 2000), yang merumuskan mengenai Pemungut PPN
Meskipun pasal 1 huruf x dan pasal 1 angka 27 ditentukan bahwa penunjukan pemungut PPN dilakukan
dengan keputusan Menteri Keuangan, penunjukan yang dilakukan berdasarkan Kepres 56 tahun 1988
tetap berlaku, dengan pertimbangan yuridis bahwa secara hirarki produk hukum Kepres lebih tinggi
dari KMK
1. Pajak yang terhutang atas penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP
kepada pemungut PPN dipunggut dan disetor dan dilaporkan oleh
pemungut PPN
3. Pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP, yang mendapat Fasilitas tidak
dipungut atau dibebaskan
7. Pembayaran lainnya yang BKP dan atau JKP nya tidak dikenakan PPN
tahun 1984 -> UU nomor 11 tahun 1994 -> yang pada dasarnya
menentukan bahwa :
Fasilitas diberikan dengan Peraturan Pemerintah, ada dua macam
yaitu dibebaskan dari pengenaan pajak dan Pajak yang terhutang
tidak dipunggut
Pembebasan dari pengenaan PPN dan PPnBM kepada Korp Diplomatik dan
Perwakilan Organisasi Inernasional
Berdasarkan PP nomor 47 tahun 20013 tanggal 17 Juni 2013, tentang
Pemberian pembebasan PPn dan PPnBM kepada perwakilan negara asing dan
badan internasional serta pejabatnya.
Peraturan pelaksanaannya PMK nomor 162/PMK.03/2014 tanggal 13 Agustus
2014, sebagai pengganti KMK nomor 25/KMK.01/1998. (diatur secara detail
dan teknis)
Perlakuan PPN atas pengeluaran atau penyerahan BKP dan JKP dari/di/ke Kawasan
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas diatur secara detail dalam PP nomor 10
tahun 2012 jo PMK nomor 62/PMK.04/2012
BKP yang dimasukkan dari luar daerah pebean ke Kawasan berikat (terinci)
BKP yang dimasukkan dari Kawasan berikat lain (terinci)
BKP yang dimasukkan dari tempat lain dalam daerah pabean ke Kawasan berikat (terinci)
b. Pasal 16 PMK nomor 147/PMK.03/2011 (terinci)
Dikenai PPN dan PPnBM tanpa Fasilitas untuk penyerahan di dalam daerah pabean dan perluasan
barang modal dan gedung
Dibebaskan dari PPN dan PPnBM atas pemasukan BKP dari Kawasan bebas untuk diolah lebih lanjut
atau digabungkan dengan hasil produksi Kawasan berikat
Kode 02: digunakan pada penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN Bendahara
Pemerintah. dimana PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN Bendahara Pemerintah.
Kode 03: 03 digunakan pada penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN Lainnya
(selain Bendahara Pemerintah), dimana PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN
Lainnya (selain Bendahara Pemerintah).
Kode 04: digunakan pada penyerahan BKP/JKP yang menggunakan DPP Nilai Lain,
dimana PPN-nya dipungut oleh PKP Penjual yang menyerahkan BKP/JKP.
KMK nomor
1184/KMK.04/1991
KMK nomor KMK nomor dan KMK nomor
KMK nomor KMK nomor
1335/KMK.04/198 8 267/KMK.01/1988 1285/KMK.04/1991
1183/KMK.04/1991 644/KMK.04/1995
dan KMK nomor dan KMK, tentang tentang macam
dan KMK nomor tentang macam
1336/KMK.04/1988 Dasar pengenaan dan jenis
1286/KMK.04/1991 dan jenis BKP
dan perubahannya pajak dan tatacara kendaraan
tentang Macam yang tergolong
KMK nomor pemungutan serat bermotor yang
dan Jenis BKP mewah selain
434/KMK.04/1989, pengembalian dikenakan PPnBM,
yang dikenakan kendaraan
tentang macam pajak tatacara sebagaimana telah
PPnBM selain bermotor yang
dan jenis BKP dirubah dengan
yang dikenakan
pemungutan serat kendaraan dikenai PPnBM →
pengembalian atas bermotor → KMK nomor menjadi KMK 570
PPnBM → menjadi penyerahan 647/KMK.04/1993
menjadi KMK 644
KMK 1183 Minibus → dan KMK nomor
menjadi KMK 1184 641/KMK.04/1994
→ menjadi KMK
727
KMK nomor
KMK nomor 620/KMK.03/2004
KMK nomor KMK nomor
KMK nomor 355/KMK.03/2003 tanggal 31
272/KMK.04/1995 570/KMK.04/2000
569/KMK.04/2000 tanggal 11 Desember 2004
tentang macam tentang jenis BKP
tentang Jenis Agustus 2003 tentang jenis BKP
dan jenis yang tergolong
Kendaraan tentang Jenis yang tergolong
kendaraan mewah yang
bermotor yang kendaraan mewah selain
bermotor yang dikenakan PPnBM
dekenai PPnBM → bermotor yang kendaraan
dikenai PPnBM → selain kendaraan
diubah dengan dikenai PPnBM → bermotor yang
diubah dengan bermotor →
KMK nomor berlaku mulai 13 dikenakan PPnBM
KMK nomor diubah dengan
KMK140/KMK.03/2 Agustus 2003 → berlaku mulai 1
348/KMK.04/1999 KMK nomor
0 02 → menjadi (menggantikan Januari 2005 →
→ menjadi KMK 39/KMK.03/2003 →
KMK 35 KMK Perubahannya
569 Menjadi KMK 620
569/KMK.04/2000 PMK nomor
dan KMK 103/PMK.03/2009
140/KMK.03/2002) tanggal 10 Juni
→ menjadi PMK 64 2009 → menjadi
PMK 12
MENGEMAS
MANCAMPUR
MEMASAK
MERAKIT
Perubahan Pertama UU nomor 11 tahun 1994 -> berlaku 1 Januari 1995 -> tarif
02 PPnBM serenda-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 50%
Perubahan Kedua UU nomor 18 tahun 2000 -> berlaku 1 Januari 2001 -> Tarif
03 PPnBM serendah-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 75%
Perubahan Ke Tiga UU nomor 42 tahun 2009 -> berlaku 1 April 2010 -> tarif
04 PPnBM serendah-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 200%
Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 30% adalah untuk pengangkutan orang kurang dari 10
03 orang termasuk pengemudi
• Kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc\
• Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel), dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4) dengankapasitas isi silinder sampai dengan
1500 cc.
04 Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 40% adalah:
• Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api, dpnnan sistem saru
gandar penggerak (4x2 de-mn kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc
• Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan
atau station wagon, dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc
sampai dengan 3000 cc
• Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), berupa sedan atau station
wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem dua gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas
isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan
© 2020 Institut 2500 cc.
Akuntan Publik Indonesia(IAPI)
05 Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 50% adalah, semua jenis kendaraan bermotor yang
dibuat untuk golf
Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 60% adalah:
06 • Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan 500 cc
• Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan
semacam itu
Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 125% adalah:
07 • Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar
cetus api, berupa: sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem satu
gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari
3000 cc
• Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala
kompresi (diesel/semi diesel) berupa : sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan
sistem satu gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 2500 cc
• Kendaraan bermotor beroda 2 dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc
• Trailer, semi-trailer dari tipe caravan,
© 2020untuk
Institutperumahan atau
Akuntan Publik kemah.
Indonesia(IAPI)
Pesawat televisi berukuran tidak lebih dari 29 inch sejak 7 oktober 2008 -> sebelumnya 17 inch
Lemari pendingin untuk rumah tinggal, dengan kapasitas tidak lebih dari 180 liter
Berapa harga jual mobil tersebut sampai tangan konsumen?, serta bagaimana mekanisme
pemungutannya?
P E L A TB IRHE A
V EN T P A J A K A & B
PT Jati Raden
Keuntungan 20 Jt
PT Jati Sampurna
Keuntungan 30 Jt
PT Jati Rangga
Keuntungan 40 Jt
Dikenai PPnBM dengan tarif 75 %, Kelompok Kapal Pesiar Mewah, kecuali untuk keperluan negara atau
04 angkutan umum:
a. Kapal pesiar, kapal ekskursi dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk pengangkutan
orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum
b. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum
4
BREVET PAJAK A&B
PERATURAN PELAKSANAAN RESTITUSI PPN
1. PMK nomor 71/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010
2. PMK nomor 72/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010
3. Peraturan DJP nomor PER-31/PJ,/2010 tanggal 5 Juli 2010
4. Peraturan DJP nomor PER-63/PJ,/2010 tanggal 22 Desember 2010
5. PMK Nomor 39/PMK.03/2018 tanggal 12 April 2018
6. Peraturan DJP Nomor PER-15/PJ/2018
PKP yang menyampaikan SPT masa “lebih bayar restitusi” dengan jumlah
lebih bayar paling banyak Rp. 100.000.000, dengan ketentuan
Adapun yang dimaksud dengan mengisi SPT adalah Formulir SPT dalam bentuk
kertas dan/atau elektronik, yang benar, lengkap dan jelas sesuai dengan
petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan
1. Pengkreditan PM terhadap PK
2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri oleh PKP atau
melalui pihak lain dalam satu masa pajak
3. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipunggut dan
disetorkan
P E L A TB IRHE A
V EN T P A J A K A & B
Kegiatan Industri atau
Manufaktur
Kegiatan Usaha
Perdagangan
Berlaku Untuk
Kegiatan usaha jasa
TIDAK WAJIB
P E L A TB IRHE A
V EN T P A J A K A & B
Tanggung Jawab Renteng
Pembelian BKP atau penerima JKP bertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajak telah
dibayar. Sesuai dengan prinsip beban pembayaran pajak untuk PPN dan PPn.BM
adalah pada pembeli atau konsumen barang atau penerima jasa bertanggung
jawab rentang atas pembayaran pajak yang terhutang apabila ternyata bahwa
pajak yang terhutang tersebut tidak dapat ditagih kepada penjual atau pemberi
jasa dan pembeli atau penerima jasa tidak dapat menunjukkan bukti telah
melakukan pembayaran pajak kepada penjual atau pemberi jasa (Pasal 16F UU
PPN). Tanggung jawab renteng ditagih melalui penerbitan SKPKB. Tata cara dan
mekanisme pelaksanaan tanggung jawab renteng atas pembayaran PPN atau
PPn.BM diatur dengan peraturan menteri keuangan.
Un t uk WP O P :
Kolom NPWP pada S S P
Kolom NPWP pada S S P diisi dengan formula :
diisi dengan NPWP yang 04.000.000.0-XXX.000
melakukan K M S
Un t uk WP Badan :
Kolom NPWP pada S S P
Catatan : diisi dengan formula :
XXX adalah kode KPP 01.000.000.0-XXX.000