Anda di halaman 1dari 215

PAJAK PERTAMBAHAN

NILAI (PPN)
Kamadie Sumanda Syafis S.E., M.Acc., Ak., BKP, CA
SESI I :
Pendahuluan dan Objek PPN

BREVET PAJAK A&B


Definisi Pajak
Pajak adalah iuran kepada negara (yang dapat dipaksakan) yang terutang oleh wajib pajak untuk
membayarnya, sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku, dengan tidak mendapatkan
prestasi kembali secara langsung, yang dapat ditunjukkan dan digunakan untuk membiayai
pengeluaran- pengeluaran umum yang berhubungan dengan tugas-tugas negara, dalam
menyelengarakan pemerintahan. (UU HPP No 7 Tahun 2021)

Perkembangan ekonomi yang sangat dinamis, menciptakan jenis dan sifat transaksi bisnis baru,
sehingga mendorong DJP untuk selalu mengupdate peraturan perpajakan untuk menyesuaikan
dengan perkembangan ekonomi tersebut. Pajak Pertambahan Nilai merupakan jenis pajak atas
konsumsi dalam negeri, di punggut secara tidak langsung, sacara berjenjang, sebesar nilai
tambah, atau biasa disebut dengan Value Added Tax (VAT)

BREVET PAJAK A&B


Sejarah PPN
UU No 8 tahun 1983 UU No 11 tahun 1994
✓ Undang- Undang Darurat
Nomor 19 tahun 1951
(31 Desember 1983) (9 November 1994)
✓ Undang Undang Nomor 35 yang berlaku 1 Juli 1984 yang berlaku 1 Januari
tahun 1953 (Perpu 1 th 1984)
1995
Perpu 1 Tahun 1985)

UU No 42 tahun 2009
UU No 18 tahun 2000 (15 Oktober 2009) UU No 7 Tahun 2021
(02 Agustus 2000) yang berlaku 1 April Berlaku Mulai 1 April
yang berlaku 1 Jan 2001 2010 2022

✓ Pelaksanaannya berbelit ✓ Tidak netral dalam perdagangan


✓ Pajak berganda Luar negeri
✓ Self/ Official asessment pajak ✓ Variasi tarif (7 tar3if)

BREVET PAJAK A&B


Sejarah Perkembangan Obyek PPN
Obyek PPN sesuai Pasal 4 ayat 1 UU nomor 8 tahun 1983, obyek PPN
➢ Penyerahan BKP yang dilakukan oleh pengusaha di daerah Pabean
✓ a. Menghasilkan BKP
✓ b. Mengimpor BKP
✓ c. Mempunyai hubungan istimewa dengan a dan b
✓ d. Bertindak sebagai penyalur a dan b
✓ e. Menjadi pemegang /pengguna hak paten a dan b
➢ Penyerahan BKP oleh pengusaha yang memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP
➢ Impor BKP
➢ Penyerahan JKP
➢ Memberi wewenang kepada PP untuk memperluas obyek PPN
✓ Penyerahan BKP oleh pedagang besar dan pedagang eceran
✓ Penetapan jenis jasa yang atas penyerahannya dikenakan PPN

BREVET PAJAK A&B


Fungsi Pajak Pertambahan Nilai
➢ Penerimaan Negara, PPN sebagai sumber penerimaan Negara sebagaimana
tercantum dalam APBN, PPN berperan penting sebagai penerimaan utama
dan terus meningkat dari tahun ke tahun
➢ Pemerataan Beban Pajak, beban PPN akan ditanggung oleh setiap orang di
dalam negeri tanpa pengecualian (termasuk subyek pajak yang
dikecualikan), sehingga PPN dalam hal ini berperan sebagai pemerataan
beban pajak
➢ Mengatur Pola Kunsumsi, PPN sebagai alat untuk membentuk pola
kunsumsi dengan mengenakan pajak atas barang tertentu dan tidak
mengenakan pajak terhadap barang lainnya sesuai dengan keinginan,
dengan demikian pola kunsumsi masyarakat dapat dipengaruhi dan
diarahkan

BREVET PAJAK A&B


Fungsi Pajak Pertambahan Nilai
➢ Mendorong Ekspor, untuk mendorong daya saing barang ekspor di
pasar luar negeri, tarif atas penyerahan ekspor ditetapkan 0%
➢ Mendorong Investasi, PPN atas perolehan barang modal atau impor barang
modal dibebaskan/dapat diminta kembali (restitusi)
➢ Membantu Pengusaha Kecil, mengecualikan pengusaha kecil dari kewajiban
memungut PPN, dapat membantu pengusaha kecil melakukan
pengembangan usaha

BREVET PAJAK A&B


Subyek dan Obyek Pajak
Dari segi Subyek dan Obyek, Pajak dapat dibedakan menjadi Pajak Subjektif dan
pajak Objektif
Pajak Subjektif, suatu jenis pajak yang kewajiban pajaknya sangat ditentukan
pertama-tama oleh Keadaan Subjektif Subyek Pajak, sedangkan untuk
menentukan timbulnya kewajiban membayar pajak tergantung pada keadaan
Obyek pajak. Contoh pajak subjektif adalah Pajak Penghasilan
Pajak Subjektif, suatu jenis pajak yang kewajiban pajaknya sangat
ditentukan pertama-tama oleh Keadaan Subjektif Subyek Pajak,
sedangkan untuk menentukan timbulnya kewajiban membayar pajak
tergantung pada keadaan Obyek pajak. Contoh pajak subjektif adalah
Pajak Penghasilan

BREVET PAJAK A&B


Penanggung Beban Pajak
Secara ekonomis/penanggung beban pajak, pajak dapat dibedakan menjadi,
pajak langsung dan pajak tidak langsung
Pajak langsung, adalah pajak yang beban pajaknya tidak dapat
digeserkan/dialihkan/dipindahkan kepada pihak lain, contoh Pajak
Penghasilan PPh 21, PPh Badan

Pajak tidak langsung, adalah pajak yang beban pajaknya dapat


digeserkan/dialihkan/dipindahkan kepada pihak lain, contoh Pajak
Pertambahan Nilai

BREVET PAJAK A&B


Penanggungjawab Pajak
Secara yuridis/penanggung jawab pajak (taxpayer) yang harus melunasi
kewajiban perpajakan, bila terdapat factor/kejadian yang menimbulkan sebab
untuk dikenakan pajak, dibedakan menjadi pajak langsung dan pajak tidak
langsung
Pajak langsung, jika Wajib pajak adalah pihak yang bertanggungjawab atas
pemenuhan kewajiban pembayaran pajak ke kas negara, sekaligus juga
sebagai pihak yang secara ekonomis sebagai pemikul beban pajak
Pajak tidak langsung, jika Wajib pajak adalah pihak yang secara ekonomis
sebagai pemikul beban pajak, tetapi untuk pemenuhan kewajiban
membayar pajak ke kas negara wajib pajak telah melimpahkan kewajiban
pembayaran dan pelunasan pajaknya kepada pihak lain

BREVET PAJAK A&B


Karakteristik PPN
➢ Merupakan pajak obyektif
➢ Multiple Stage Tax
➢ Pajak tidak langsung (secara ekonomis dan yuridis)
➢ PPN dihitung dengan menggunakan kredit pajak
➢ PPN adalah Pajak atas Konsumsi Dalam Negeri
➢ PPN bersifat netral dalam persaingan di LN
➢ Mekanisme Pemungutan PPN Menggunakan Faktur Pajak
➢ PPN Indonesia menggunakan tarif tunggal
➢ PPN tidak menimbulkan pajak berganda

BREVET PAJAK A&B


Pajak Pertambahan Nilai Vs Pajak Penjualan

Kelebihan PPN Kelemahan PPN

➢ Mencegah terjadinya pajak berganda ➢ Resiko penyelundupan dan


➢ Netral dalam perdagangan Luar penyalahgunaan tinggi
Negeri ➢ Dituntut administrasi yang akurat, tepat
➢ PPN barang modal dapat dikreditkan dan modern, baik bagi WP maupun Fiskus
➢ Konsumen sebagai pemikul beban
pajak tidak merasa terbeban, karena
pajak tidak langsung

BREVET PAJAK A&B


Mekanisme PPN
NEGARA

Penjual Menyerahkan Pembeli


Pengusaha BKP/ JKP Penerima
BKP/ JKP BKP/JKP
Membayar

PPN

Penanggung Pemikul
jawab Beban PPN
BREVET PAJAK A&B
Mekanisme Umum PPN
Faktur Pajak Keluaran
Penjual
Pengusaha Menyerahkan
BKP/ JKP BKP/ JKP Pembeli
Penerima
Faktur Pajak Masukan
BKP/JKP

PPN

NEGARA
BREVET PAJAK A&B
Mekanisme Khusus PPN
Faktur Pajak Keluaran WAPU
Bendahara
Menyerahkan Pemerintah
Penjual BKP/ JKP BUMN/ BLU/
Pengusaha Satker
Faktur Pajak Masukan
BKP/ JKP

PPN

NEGARA
BREVET PAJAK A&B
Barang Kena Pajak
Arti Barang Kena Pajak (BKP) setelah diubah dengan UU nomor
11 tahun 1994 adalah barang berwujud yang menurut sifat atau
hukumnya dapat berupa barang bergerak atau tidak bergerak,
barang berwujud dan tidak barang berwujud yang dikenai pajak
berdasarkan UU ini (UU PPN 1984). Berdasarkan rumusan
dalam pasal 1 huruf b dan c, UU nomor 11 tahun 1994, unsur
BKP terdiri dari, barang berwujud dan barang tidak berwujud,
yang dikenai PPN berdasarkan UU PPN tahun 1984 ->
konsekuensinya adalah seluruh barang menjadi BKP, kecuali yg di
kecualikan

BREVET PAJAK A&B


Obyek PPN
Ps 4 ayat 1 huruf a Ps 4 ayat 1 huruf e
Penyerahan BKP di Dalam Daerah Pabean yang Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean di
dilakukan pengusaha dalam Daerah Pabean

Ps 4 ayat 1 huruf b
Ps 4 ayat 1 huruf f
Impor BKP
Ekspor BKP Berwujud Oleh PKP
Ps 4 ayat 1 huruf c
Penyerahan JKP di Dalam Daerah Pabean yang Ps 4 ayat 1 huruf g
dilakukan pengusaha Ekspor BKP Tidak Berwujud Oleh PKP
Ps 4 ayat 1 huruf d
Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Ps 4 ayat 1 huruf h
daerah pabean di dlm daerah Pabean Ekspor JKP Oleh PKP
Membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam keg. Usaha Oleh
Pasal 16 C orang pribadi/ badan
Penyerahan BKP berupa aset yang untuk tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh PKP kecuali PM tidak dpt dikreditkan Pasal 16 D

BREVET PAJAK A&B


Bukan Barang Kena Pajak
Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung dan sejenisnya
(pasal 4A ayat2 UU PPN)
UP DATE NON BKP
Emas batangan dan surat berharga
(pasal 4A ayat2 UU PPN)

Untuk Kepentingan
Cadangan Devisa Negara
dan Surat Berharga

BREVET PAJAK A&B


JKP Dan Non JKP
Pada prinsipnya semua jasa adalah kena pajak, kecuali yang dikecualikan sesuai pasal 4A
ayat3 UU PPN, yang berlaku sejak UU HPP berlaku

Jasa Keagamaan
(ex. Jasa pelayanan rumah ibadah Jasa boga dan catering
Jasa pemberian khutbah atau dakwah, dll)
Jasa yang disediakan oleh pemerintah
pusat maupun daerah dalam rangka
Jasa kesenian dan hiburan)
menjalankan pemerintahan

Jasa perhotelan

Jasa penyediaan UP DATE NON JKP


tempat parkir

BREVET PAJAK A&B


REVIU OBYEK PPN
Obyek PPN yang berlaku sampai dengan perubahan UU Nomor 7 Tahun 2021

➢ Ekspor JKP oleh PKP


➢ Penyerahan BKP di dalam daerah pabean
✓ Jasa maklon
yang dilakukan oleh pengusaha
➢ Impor BKP ✓ Jasa perawatan dan perbaikan yang melekat pada
➢ Penyerahan JKP di dalam daerah pabean barang bergerak yang dimanfaatkan diluar daerah
yang dilakukan oleh pengusaha pabean
➢ Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari ✓ Jasa konstruksi meliputi, konsultan perencanaan
luar daerah pabean, di dalam daerah konstruksi, pelaksanaan kunstuksi, pengawasan
pabean konstruksi yang melekat pada barang tidak
➢ Pemanfaatan JKP dari luar daerah bergerak yang terletak di luar daerah pabean
pabean, di dalam daerah pabean ➢ Ketentuan khusus
➢ Ekspor BKP berwujud oleh PKP ✓ Kegiatan membangun sendiri
➢ Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP
✓ Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjual belikan

BREVET PAJAK A&B


SESI II:
Subyek dan DPP PPN

BREVET PAJAK A&B


P
B
R
A
JE
V
A
E
K
T

Pajak Pertambahan Nilai


Subyek Pajak

P E L A TB IRHE A
V EN T P A J A K A & B
Definisi Pengusaha

Pengusaha, Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya mengahasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor
barang dan melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud
dari luar daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar daerah Pabean.

BREVET PAJAK A&B


Kriteria Pengusaha
Dalam kegiatan usaha atau ➢ Melakukan usaha perdagangan
pekerjaanya ➢ Memanfaatkan BKP tidak
➢ Menghasilkan barang berwujud dari luar Daerah
➢ Mengimpor barang Pabean
➢ Ekspor BKP berwujud ➢ Melakukan usaha jasa,
➢Ekspor BKP tidak termasuk jasa ekspor
Berwujud ➢ Memanfaatkan jasa dari luar
➢ Ekspor JKP Daerah Pabean

BREVET PAJAK A&B


Subyek Pajak
a. Pengusaha yang menyerahkan BKP
b.Pengusaha yang menyerahkan JKP
c. Pengusaha yang melakukan ekspor, BKP
PKP berwujud, BKP tidak berwujud dan JKP
d. Pengusaha yang menyerahkan aktiva yang
menurut tujuan semula tidak untuk diperjual
belikan
Pengusaha
a. Pengusaha yang mengimpor BKP
b. Pengusaha yang mengimpor BKP tidak berwujud
NON PKP c. Pengusaha yang mengimpor JKP
d. Pengusaha yang membangun sendiri, tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya.

BREVET PAJAK A&B


Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
➢ Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
Keempat kewajiban
➢ Memungut Pajak yang terhutang tersebut telah disusun
secara kronologis dan
➢ Menyetor pajak yang terhutang harus dilakukan secara
bertahap dan
berurutan
➢ Melapor pajak yang terhutang

Kewajiban di atas tidak berlaku untuk Pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan (Nomor
197/PMK.03/2013

BREVET PAJAK A&B


Pengusaha Kecil
Pengusaha kecil adalah Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak dengan jumlah peredaran bruto dan
atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp.4.800.00.000.000,- (dahulunya
Rp.600.000.000,-)

KMK nomor KMK nomor


68/PMK.03/2010 197/PMK.03/2013
(Rp.600.000.000) Rp.4.800.00.000.000

Jika Peredaran Usaha telah mencapai nilai batasan ketentuan PKP, maka akhir bulan
berikutnya harus lapor untuk dikukuhkan sebagai PKP.

BREVET PAJAK A&B


Pengusaha Kecil
PT. ABC telah berdiri sejak Bulan Februari Tahun 2018, dalam bidang jual Beli Mebelair dan telah
terdaftar sebagai wajib pajak di KPP Pratama Pasar Minggu, Peredaran Bruto selama tahun 2018,
adalah sebesar 3,6 Milyar adapun omset tahun 2019 adalahsebagai berikut:
Bulan Peredaran Bruto Saldo Peredaran
Januari 70,000,000 70,000,000
Februari 80,000,000 150,000,000
Maret 120,000,000 270,000,000
April 400,000,000 670,000,000
Mei 250,000,000 920,000,000
Maka PT. ABC harus melaporkan usahanya
Juni 800,000,000 1,720,000,000 untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Juli 900,000,000 2,620,000,000
Pajak paling lama bulan November 2019
Agustus 875,000,000 3,495,000,000
September 876,000,000 4,371,000,000
Oktober 873,000,000 5,244,000,000
November 867,329,000 6,111,329,000
Desember 1,200,000,000 7,311,329,000

BREVET PAJAK A&B


Subyek Pajak – Hubungan Istimewa
Hubungan istimewa sesuai dengan UU PPN 1984 pasal 2 sebagai berikut :
Hubungan istimewa dapat terjadi jika:
1. Para pihak yang memiliki
Dalam hal harga jual/ penggantian hubungan istimewa dapat
harga dipengaruhi oleh hubungan melakukan transaksi yang tidak
istimewa, maka harga jual/ dapat dilakukan oleh para pihak
penggantian dihitung atas dasar harga yang tidak memiliki hubungan
pasar wajar saat penyerahan BKP atau istimewa
JKP itu dilakukan. 2. Para pihak dapat memainkan
harga jual biasa untuk
kepentingan menghindari pajak

BREVET PAJAK A&B


Ciri – Ciri Hubungan Istimewa
Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau Pengusaha yang satu menguasai pengusaha lainnya atau
tidak langsung sebesar 25% (duapuluh lima persen) dua atau lebih pengusaha berada dibawah penguasaan
atau lebih pada pengusaha lain (Gambar) pengusaha.

Hubungan antara pengusaha dengan penyertaan Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun
25% (duapuluh lima persen) atau lebih pada dua semenda dalam garis keturunan lurus satu derajat, dan
perusahaan atau lebih (Gambar) atau ke samping satu derajat.

Hubungan antara dua pengusaha atau lebih yang


modalnya 25% atau lebih dipegang oleh satu
pengusaha

BREVET PAJAK A&B


Hubungan Istimewa
Contoh 1
60%
PT. ABC PT. DEF
LS

24% 40% LS
Hubungan Istimewa
(tidak langsung)
PT. GH

BREVET PAJAK A&B


Contoh 2
Hubungan Istimewa
30%
PT. ABC PT. DEF
LS
Hubungan Istimewa
(tidak langsung)
35% LS
PT. GH

BREVET PAJAK A&B


Contoh 3
Hubungan Istimewa
Pemegang Saham Mr. X Pemegang Saham
Putera Mr. X

Tenaga Ahli PT. DEF


PT. ABC (Kontraktor/
(Arsitek) Pengembang)
Hubungan Istimewa

BREVET PAJAK A&B


Pajak Pertambahan Nilai
Dasar Pengenaan Pajak

BREVET PAJAK A&B


Dasar Pengenaan Pajak
1. Pasal 8A UU PPN 1984
2. Pasal 1 angka 17, 18, 19, 20, 26 UU PPN
3. KMK nomor 75/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010, sebagaimana
telah dirubah dengan KMK 38/PMK.011/2013 tanggal 27 Februari
2013
4. KMK nomor 163/PMK.03/2012 tanggal 22 Oktober 2013, berlaku
surut mulai 22 November 2012, yang mencabut dan sebagai
pengganti KMK 39/PMK.03/2010 tanggal 27 Februari 2010
5. KMK nomor 102/PMK.011/2011 tanggal 13 Juli 2011

BREVET PAJAK A&B


Dasar Pengenaan Pajak
Dasar Pengenaan Pajak meliputi, Harga Jual, Pengganti, Nilai Impor, Nilai
ekspor, atau Nilai Lain

Penyerahan BKP, tidak


Harga Jual sesuai pasal 1
termasuk PPN yang
angka 18 UU PPN
dipungut berdasarkan UU
adalah nilai berupa uang
PPN dan potongan harga
termasuk semua biaya yang
yang dicantumkan dalam
diminta
faktur pajak

BREVET PAJAK A&B


Dasar Penggenaan Pajak
Pengganti sesuai pasal 1 ayat 19 UU PPN adalah: nilai berupa uang, termasuk semua
biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pegusaha karena penyerahan JKP,
ekspor JKP atau ekspor BKP tidak berwujud, tetapi tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut UU PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam faktur pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh
penerima manfaat BKP tidak berwujud karena pemanfaatan BKP tidak berwujud dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

BREVET PAJAK A&B


Dasar Penggenaan Pajak
Contoh PT. ABC menjual AC nya ke PT DEF seharga Rp.2.000.000,-, selain
itu PT. DEF mendapatkan diskon sebesar Rp.300.000,- karena PT. ABC
sedang ada promo. Adapun biaya pengiriman dan pemasangan AC yang
dikenakan adalah Rp.100.000,- dan Rp.150.000,-. Maka berapa DPP nya ?
Harga Jual : Rp.2.000.000
Diskon : (Rp.300.000)
Biaya Pengiriman : Rp.100.000
Biaya Pemasangan : Rp.150.000
DPP : Rp.1.950.000

BREVET PAJAK A&B


Dasar Penggenaan Pajak
Contoh PT. ABC Menyewakan mobil Avanza ke PT. DEF seharga
Rp.5.000.000,- per bulan, belum termasuk denganbiaya pengemudi Rp.
2.500.000 per bulan dan Premi Asuransi Rp. 200.000 per bulan. Maka
berapa DPP nya ?

Sewa Mobil/ bulan : Rp.5.000.000


Honorarium Pengemudi : Rp.2.500.000
Premi Asuransi : Rp. 200.000
DPP : Rp.7.700.000

BREVET PAJAK A&B


Dasar Penggenaan Pajak
Nilai Impor = CIF + Bea Masuk + Cukai
(Nilai ini biasanya tercantum dalam PIB)
Nilai Ekspor = berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.
Nilai ini biasanya tercantum dalam PEB.
Nilai lain PP No 1/2012 jo PP No 9/2021

BREVET PAJAK A&B


Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak
Untuk pemakaian sendiri adalah Harga jual atau pengganti setelah dikurangi laba kotor
Untuk pemberian Cuma-Cuma BKPdan/atau JKP adalah Harga jual atau pengganti setelah
dikurangi laba kotor
Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata-rata
Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata perjudul film (selain film impor)

Untuk penyerahan produk tembakau adalah sebesar harga jual eceran

Untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar
cabang adalah HPP atau harga perolehan
Untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjual belikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan adalah harga pasar
wajar © 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia(IAPI)

BREVET PAJAK A&B


Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak
Untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah adalah harga yang disepakati
antara pedagang perantara dengan pembeli
Untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang

Untuk jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau
jumlah yang seharusnya ditagih
Untuk penyerahan jasa biro perjalanan wisata, agen perjalanan wisata. Penyerahan paket
wisata, sarana angkutan dan sejenisnya adalah 10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang
seharusnya ditagih
Untuk jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) 10% dari jumlah yang ditagih atau
seharusnya di tagih

BREVET PAJAK A&B


Nilai Lain yang lain
➢ Nilai lain sebagai DPP untuk kegitan membangun sendiri terdiri dari
✓ Sebelum tanggal 22 November 2012 berdasarkan KMK 39/PMK.03/2010 tanggal 27
Februari 2010 adalah sebesar 40% dari biaya yang dikeluarkan
✓ Sejak 22 November 2012 berdasarkan KMK nomor 163/PMK.03/2012 tanggal 22
Oktober 2012 adalah sebesar 20% dari biaya yang dikeluarkan
➢ Nilai lain sebagai DPP atas penyerahan film cerita impor kepada pengusaha bioskop KMK
102/PMK.011/2011 tanggal 13 Juli 2011 sebesar Rp. 12.000.000 per copy film cerita impor,
yang pemunggutanya dilakukan pada saat pertama kali copy film cerita impor tersebut
diserahkan kepada pengusaha bioskop
➢ Nilai lain sebagai DPP atas penyerahan emas perhiasan PMK 30/PMK.03/2014, mulai
berlaku 10 Februari 2014 sebagai berikut:
✓ Nilai DPP sebesar 20% dari harga jual emas perhiasan atau pengganti
✓ Tukar menukar perhiasan 20% dari selisih harga jual emas perhiasan dengan harga jual
emas batangan yang terkandung dalam emas perhiasan

BREVET PAJAK A&B


Jasa
pengiriman
paket pos
1,1%
dari jumlah yang
ditagih atau yang
seharusnya ditagih

BREVET PAJAK A&B


Jasa biro perjalanan
wisata dan/atau jasa
agen perjalanan wisata
berupa paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan
pemesanan sarana akomodasi, yang penyerahannya
tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas
penyerahan jasa perantara penjualan

1,1%
dari jumlah yang
ditagih atau yang
seharusnya ditagih

BREVET PAJAK A&B


Jasa pengurusan
transportasi
(freight forwarding)
yang di dalam tagihan jasa pengurusan transportasi
tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges)*.

1,1%
dari jumlah yang
ditagih atau yang
seharusnya ditagih

* Freight charges dapat berupa biaya transportasi dengan menggunakan


moda angkutan berupa pesawat, kapal, kereta api, dan/atau angkutan
di jalan.

BREVET PAJAK A&B


Jasa pemasaran dengan media voucer, jasa
penyelenggaraan layanan transaksi pembayaran
terkait dengan distribusi voucer, jasa
penyelenggaraan program loyalitas dan
penghargaan pelanggan (consumer
loyalty/reward program)
dalam hal penyerahannya tidak didasari pada
pemberian komisi dan tidak terdapat selisih (margin)

1,1% dari Harga Jual


voucer

BREVET PAJAK A&B


Jasa perjalanan ke tempat
lain dalam perjalanan
ibadah keagamaan
Jika tagihan paket penyelenggaraan perjalanan ibadah
keagamaan dan tagihan paket penyelenggaraan
perjalanan ke tempat lain:

dirinci tidak dirinci

1,1%
jumlah yang jumlah yang
ditagih/seharusnya
ditagih 0.55% ditagih/seharusnya
ditagih

BREVET PAJAK A&B


Ketentuan Lain-Lain

Pengkreditan PM
PKP tidak dapat mengkreditkan Pajak
Masukan yang berhubungan dengan
penyerahan JKP Tertentu.

Kode Faktur Pajak 05


Faktur Pajak yang diterbitkan PKP yang
menyerahkan 5 JKP tertentu menggunakan
kode transaksi 05

BREVET PAJAK A&B


SESI III:
Saat dan Tempat Pajak Terhutang

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Saat Pajak Terhutang

Sebagai pajak Obyektif, PPN menganut ajaran materiil tentang timbulnya utang pajak,
yaitu hutang pajak timbul karena undang-undang bukan karena adanya surat ketetapan
pajak (sesuai self assesment system). Saat Pajak Terhutang atau timbulnya kewajiban
pajak di PPN ditentukan oleh adanya obyek pajak (taatbestand) yaitu peristiwa ,
keadaan atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan pajak.

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Saat Pajak Terhutang
Pasal 11 ayat 1 dan 2 UU PPN 1984 mengatur saat timbulnya hutang pajak yaitu
PPN terhutang saat terjadi (Basis Akrual) Dalam hal pembayaran diterima sebelum
a. Penyerahan BKP penyerahan BKP atau JKP (seolah olah
b. Impor BKP basis kas)
c. Penyerahan JKP atau dalam hal pembayaran dilakukan
d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari sebelum dimulainya pemanfaatan BKP
luar daerah pabean tidak berwujud atau JKP dari luar daerah
e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean, saat terhutangnya pajak adalah
pabean saat pembayaran.
f. Ekspor BKP berwujud
g. Ekpor BKP tidak berwujud
h. Ekspor JKP

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pebean

1. Penyerahan BKP adalah penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian, bahwa
perjanjian yang dimaksud meliputi perjanjian jual beli, tukar menukar dan
perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang. Berdasarkan
pasal 1 angka 3 dan 4 UU PPN tahun 1984, BKP berwujud dikelompokkan
kedalam barang bergerak dan barang tidak bergerak, Oleh karena itu penentuan
saat pajak terhutang, sangat erat kaitannya dengan penentuan saat terjadinya
penyerahan BKP.

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pebean
Penyerahan BKP
a. BKP berupa barang bergerak, penyerahan BKP terjadi pada saat penyerahan BKP
dilakukan secara fisik (penyerahan yang nyata atas nama pemilik).
1) Jual baju, sepatu, sandal dll
2) Jual Mobil, Motor, Kacang, Gandum, Garam, Gandum, dll

b. BKP yang merupakan barang tidak bergerak, saat penyerahan dilakukan secara yuridis
dalam bentuk akte balik nama. Apabila dalam bentuk tanah dan bangunan maka
berdasarkan perjanjian jual beli yang dibuat oleh PPAT, dilanjutkan dengan pengurusan
sertifikat di BPN. Selaras dengan asas materiil, maka dalam hal penyerahan menurut
kenyataan terjadi sebelum penyelesaian dokumen yuridis, maka penyerahan BKP berupa
barang tidak bergerak terjadi pada saat penyerahan berdasarkan kenyataan

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
• Dokumen Berita acara Yuridis, atas penyerahan BKP -> Invoice
• LPB dibuat 27 Mei 20X1 dan Invoice dibuat tanggal 2 Juni 20X1 -> penyerahannya adalah tanggal 27
Mei 20X1
• Invoice dibuat tanggal 29 Mei 20X1 sedangkan LPB dibuat 2 Juni 20X1 -> penyerahan adalah tanggal 29 Mei
20X1
1. Penyerahan BKP bergerak dengan perjanjian tukar menukar, Penyerahan hak terjadi pada saat
BKP saling dipertukarkan, maka saat pertukaran itu merupakan saat pajak terhutang.
2. Penyerahan BKP dari PKP penjual kepada pembeli berdasarkan perjanjian jual beli dengan pembayaran
secara tunai, penyerahan hak milik terjadi ketika pembeli membayar harga BKP, sehingga saat pembeli
membayar BKP merupakan saat terhutang.
3. Penyerahan BKP dari PKP penjual kepada pembeli berdasarkan perjanjian jual beli dengan pembayaran
secara angsuran, menurut Hukum Perdata, dalam perjanjian jual beli dengan pembayaran secara
angsuran, pada saat angsuran dibayarkan yang secara bersamaan barang diserahkan oleh penjual kepada
pembeli, maka pada saat itu terjadi penyerahan hak atas barang yang menjadi obyek perjanjian

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pebean

2. Pengalihan BKP karena perjanjian sewa beli/sewa guna usaha dengan hak opsi,
penyerahan BKP dianggap telah terjadi pada saat BKP dipindahkan
penguasaannya dari penjual kepada pembeli, pada saat pemindahan itulah
merupakan saat pajak terhutang.

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pebean
3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
a. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara, yang dimaksud pedagang perantara, sebagai
contoh adalah komisioner, berdasarkan KUHD, komisioner dapat menutup perjanjian atas
Namanya sendiri untuk kepentingan pemilik barang, sehingga ketika pemilik menyerahkan
BKP kepada komisioner sudah terjadi penyerahan BKP dan memenuhi syarat sebagai pajak
terhutang.
b. Penyerahan BKP melalui juru lelang, kata “melalui” bermakna bahwa yang melakukan
penyerahan adalah pihak yang memberi amanat, (melalui juru lelang) kepada pemenang
lelang. Penyerahan BKP dari pemberi amanat kepada juru lelang adalah bukan termasuk
penyerahan menurut UU PPN, penyerahan BKP dari juru lelang kepada pemenang lelang
merupakan penyerahan menurut UU PPN, sehingga saat terhutang PPN adalah saat
penyerahan juru lelang(atas nama pemberi amanat), menyerahkan BKP kepada pemenang
lelang

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pebean

4. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian Cuma-Cuma BKP


Pemakaian sendiri, saat penyerahan BKP adalah pada saat nyata telah digunakan oleh PKP yang
bersangkutan, atau diserahkan kepada pengurus, karyawan, saat itulah terhutang pajak
Pemberian Cuma-Cuma, saat penyerahan adalah saat BKP tersebut diserahkan tanpa dipungut
bayaran kepada pihak lain diluar perusahaan, saat itulah terhutang pajak

5. Persediaan BKP dan BKP berupa Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual
belikan yang masih tersisa saat pembubaran
BKP ini tidak diserahkan kepada pihak manapun, sehingga saat terhutang pajak adalah saat
pembubaran yang dinyatakan dalam dokumen terkait (biasanya akte pembubaran)

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pebean
6. Penyerahan BKP dari pusat kecabang atau sebaliknya dan penyerahan antar
cabang
UU PPN secara umum menganut asas desentralisasi, sehingga penyerahan antara
KP dan Cabang dan sebaliknya serta penyerahan antar Cabang terjadi saat BKP
secara nyata diserahkan antar mereka.
(Kecuali punya Ijin Centralisasi PPN)

7. Penyerahan secara Konsinyasi, menurut pasal 11 ayau 1 UU PPN 1984 penyerahan


terjadi ketika BKP diserahkan kepada pembeli secara konsinyasi, saat itulah
terhutang pajak (akuntansi >< PPN)

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pebean

8. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan berdasarkan


prinsip Syariah, saat penyerahan adalah ketika Bank Syariah menyerahkan BKP
yang terkait kepada pembeli, saat itulah terhutang pajak (Akuntansi >< PPN ><
Syariah)

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan JKP

Saat penyerahan JKP terjadi pada saat jasa pelayanan sudah tuntas dilakukan
sehingga barang, fasilitas, kemudian, atau hak tersedia untuk dipakai oleh pemilik
atau pemesannya, sehingga saat itulah terhutang pajak.

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP dan Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pelabuhan

Impor BKP, impor adalah setiap kegiatan memasukkan barang dari luar daerah pabean,
sehingga pajak terhutang adalah pada saat BKP dimasukkan ke dalam daerah pabean.
(biasanya sesuai dengan dokumen PIB)

Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan JKP dari luar daerah pabean, (BKP tidak berwujud
dan JKP memiliki kemiripan), sehingga pembahasannya kita satukan.

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Penyerahan BKP dan Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pelabuhan
Sesuai dengan pasal 17 ayat 6 dan 7, PP nomor 1 tahun 2012, berlaku sejak 4 Januari 2012, dijelaskan
bahwa saat pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP dari luar daerah pabean adalah pada saat :
➢ 1. Harga perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP tersebut dinyatakan sebagai hutang oleh pihak
yang memanfaatkannya
➢ 2. Harga jual BKP tidak berwujud dan/atau Pengganti JKP tersebut ditagih oleh pihak yang
menyerahkannya
➢ 3. Harga perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP tersebut dibayar baik sebagian atau
seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya
➢ Ditandatanggani surat perjanjian, dalam saat pemanfaatan tersebut pada angka satu sampai angka
(1 s/d 3)

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Ekspor BKP dan Ekspor JKP

Sesuai dengan pasal 17 ayat 8, 9 dan 10, PP nomor 1 tahun 2012, berlaku sejak 4
Januari 2012, dijelaskan bahwa saat ekspor merupakan saat pajak terhutang atas
ekspor, sebagai berikut:
➢ Saat ekspor BKP berwujud adalah pada saat BKP dikeluarkan dari daerah pabean
➢ Saat ekspor BKP tidak berwujud adalah pada saat pengantian BKP tidak berwujud
yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan
➢ Saat ekspor JKP adalah pada saat Penggantian atas JKP yang diekspor dicatat atau
diakui sebagai piutang usaha atau penghasilan

BREVET PAJAK A&B


Saat Terhutang Pajak
Saat Lainnya sebagai Pajak Terhutang

1. PMK nomor 163/PMK.03/2012 tanggal 22 Oktober 2012, kegiatan membangun


sendiri, sebagaimana pasal 16C UU PPN 1984, pajak terhutang pada saat kegiatan
tersebut mulai dilaksanakan.

2. PKP yang tidak melakukan pemusatan ->desentralisasi


a. PPN terhutang pada saat penyerahan BKP ke cabang
b. PPnBM terhutang pada saat penyerahan BKP tergolong mewah ke cabang

3. Untuk penyerahan BKP melalui juru lelang, terhutang pada saat penyerahan BKP
melalui juru lelang kepada pemenang lelang yang sebenarnya

BREVET PAJAK A&B


Tempat Terhutang Pajak
Tempat Terhutang Pajak, Kriteria umum, sesuai pasal 12 UU PPN tempat terhutang PPN

Di tempat tinggal, atau tempat kedudukan Dalam hal Impor, terhutangnya pajak terjadi
dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan ditempat BKP dimasukkan dan dipunggut
atau tempat lain selain selain tempat tersebut melalui DJBC
yang diatur dengan Peraturan Dirjen Pajak
Orang Pribadi atau Badan yang
memanfaatkan BKP tidak berwujud dan atau
Atas pemberitahuan tertulis dari PKP DJP JKP dari luar daerah pabean, terhutang pajak
dapat menetapkan 1 (satu) tempat atau lebih di tempat tinggal atau tempat kedudukan
sebagai tempat terhutang pajak dan/atau tempat kegiatan usaha

BREVET PAJAK A&B


Tempat Terhutang Pajak
Secara lebih detail tempat pajak terhutang adalah
Atas Impor BKP, pajak terhutang ditempat BKP dimasukkan ke dalam Daerah Pelabuhan
Atas Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP pajak terhutang di tempat tinggal atau tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha
Atas kegiatan membangun sendiri dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya, pajak
terhutang di tempat bangunan didirikan
Khusus bagi PKP orang pribadi yang memiliki tempat usaha terpisah dari tempat tinggalnya, dalam
hal di tempat tinggalnya sama sekali tidak ada kegiatan usaha, maka pajak terhutang hanya
ditempat kegiatan usaha
Untuk ekspor JKP dan/atau BKP tidak berwujud, menggunakan kriteria umum yaitu di tempat tinggal
atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan atau tempat lain yang ditentukan
dengan peraturan DJP

BREVET PAJAK A&B


Tempat Terhutang Pajak

Asas Desentralisasi >< Asas Sentralisasi, diatur


khusus untuk mempermudah administrasi bagi
wajib pajak

BREVET PAJAK A&B


SESI IV:
Faktur Pajak dan Kredit Pajak

BREVET PAJAK A&B


FAKTUR PAJAK
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP
yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP

Faktur pajak merupakan pelaksanaan UU PPN, Peraturan dan


ketentuan mengenai faktur pajak, terus dan akan selalu
berubah menyesuaikan dengan kondisi dunia usaha

BREVET PAJAK A&B


Ketentuan Faktur Pajak
1. UU PPN tahun 1984
a. Pasal 1 Angka 23 mengenai pengertian faktur pajak
b. Pasal 13 mengenai faktur pajak secara umum
c. Pasal 14 mengatur mengenai larangan membuat faktur pajak bagi orang
pribadi atau badan yang tidak dikukuhkan menjadi PKP

2. Peraturan Pemerintah nomor 1 tahun 2012


a. Pasal 19 implementasi kewajiban PKP untuk membuat faktur pajak
b. Pasal 20 faktur pajak yang dibuat oleh PKP Pedagang Eceran
c. Pasal 21 mengatur saat berlakunya pasal 19 dan 20 diatas

BREVET PAJAK A&B


Ketentuan Faktur Pajak
3. Peraturan Menteri Keuangan
Peraturan Menteri Keuangan mengenai Faktur pajak telah beberapa kali
berubah, bahkan pernah kewenangan mengenai faktur pajak diserahkan kepada
DJP, tetapi akhirnya dikembalikan lagi kepada Menteri keuangan. KMK yang
berlaku saat ini adalah KMK nomor 151/PMK.011/2013 tanggal 11 November
2013 dan mulai berlaku tanggal 1 Januari 2014. KMK ini mencabut dan
menggantikan KMK sebelumnya nomor KMK 84/PMK.03/2012 tanggal 6 Juni
2012.

BREVET PAJAK A&B


Ketentuan Faktur Pajak
4. Peraturan Direktur Jendral Pajak
a. Per Dirjen nomor PER-24/PJ./2012 tanggal 22 November 2012 mulai
berlaku 1 April 2013, dan telah mengalami perubahan yaitu melaui:
1) PER-08/PJ./2013 tanggal 27 Maret 2013
2) PER-17/PJ./2014 tanggal 20 Juni 2014
1) Per Dirjen nomor PER-16/PJ./2014 tanggal 20 juni 201, Tata Cara dan
pelaporan FP bentuk elektronik -> sebagai peraturan pelaksanaan KMK
151/PMK.011/2013
b. Per Dirjen nomor PER-10/PJ./2010 tanggal 9 Maret 2010, sebagaimana telah
diubah dengan per Dirjen nomor PER-33/PJ./2014 tanggal 30 desember
2014. Yang mengatur dokumen-dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak

BREVET PAJAK A&B


Ketentuan Faktur Pajak
Pasal 19 PMK nomor 151/PMK.03/2013 tanggal 11 November 2013 mengatur

Bentuk dan ukuran formulir Faktur Pajak

Tata cara pengisian keterangan pada Faktur Pajak

Prosedur Pemberitahuan dalam rangka pembuatan Faktur Pajak

Tata cara pembentukan dan penggantian Faktur Pajak

Tata cara pembatalan Faktur Pajak

Tata cara pengajuan permintaan dan pemberian data faktur pajak berbentuk elektronik yang rusak atau
hilang , diatur dengan peraturan DJP

BREVET PAJAK A&B


Fungsi Faktur Pajak
Pasal 19 PMK nomor 151/PMK.03/2013 tanggal 11 November 2013 mengatur

Bagi PKP, sebagai bukti pemungutan pajak

Bagi pembeli BKP atau pemanfaat JKP berfungsi:


a. Bukti pembayaran pajak
b. Bukti pembebanan pajak
c. Sarana untuk mengkreditkan pajak Masukan/restitusi

BREVET PAJAK A&B


Kewajiban Membuat Faktur Pajak
Ekspor BKP
Penyerahan tidak
BKP
berwujud
PKP wajib
membuat faktur
pajak untuk setiap

Penyerahan
JKP Ekspor JKP

BREVET PAJAK A&B


Jenis Jenis Faktur Pajak
Faktur Pajak yang bentuknya sudah di bakukkan sesuai
Peraturan DJP nomor PER-24/PJ./2012 Istilah Faktur pajak
standar dan faktur
Faktur Pajak Gabungan sesuai pasal 2 UU PPN 1984
pajak sederhana
sudah tidak ada
Faktur Pajak PKP Pedagang Eceran sesuai PER-58/PJ./2010
lagi, diganti dengan
Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan “Faktur Pajak” dan
dengan Faktur Pajak, sesuai PER-10/PJ./2010 jo PER- “Faktur Pajak PKP
67/PJ./2010
Pedagang Eceran”
Faktur Pajak Khusus sesuai KMK 100/PMK.03/2013

BREVET PAJAK A&B


Cara Pengisian Faktur Pajak
Cara Pengisian Faktur Pajak ditentukan dalam PER-24/PJ./2012
Kode dan nomor seri faktur pajak
Faktur Pajak Berbentuk e-elektronik
Penandatangan Faktur Pajak
Pembetulan Faktur Pajak
Pembatalan Faktur Pajak
Faktur Pajak Hilang

BREVET PAJAK A&B


Dokumen Ttt yg dipersamakan dg FP
➢ PEB ➢ Tiket, airway bill, delivery bill
➢ Surat Perintah Penyerahan Barang ➢ Tagihan pembayaran listrik dari PLN
(SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh
BULOG PIB
➢ Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) ➢ SSP atas pemanfaatan BKP tidak
dari Pertamina berwujud dan JKP dari luar daerah
pabean
➢ Tagihan Jasa telekomunikasi, dari
perusahaan telekomunikasi ➢ Dan lain lain sesuai ketentuan

BREVET PAJAK A&B


Saat Pembuatan Faktur Pajak
➢ Saat Penyerahan BKP dan atau ➢ Saat Penerimaan pembayaran
penyerahan JKP termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan

➢ Saat Penerimaan pembayaran dan


➢ Saat lain yang diatur dengan atau
dalam hal penerimaan pembayaran
berdasarkan Keputusan Menteri
terjadi sebelum penyerahan BKP
Keuangan
dan/atau sebelum penyerahan JKP

BREVET PAJAK A&B


Penegasan e-Faktur
PENG-01/PJ.02/2014 tanggal 30 Juni 2014
➢ e-Faktur berbentuk elektronik, shg tidak ➢ e- Faktur dicetak dalam file pdf dan/atau
diwajibkan untuk di cetak dala, bentuk kertas, atau
kertas, tetapi dalam hal diperlukan ✓ Dicetak diatas kertas secara khusus
cetakan kertas baik oleh pihak penjual digunakan oleh PKP misalnya kertas yang
dan/atau pihak pembeli, e-Faktur dapat telah dicetak logo perusahaan, alamat,
dicetak sesuai dengan kebutuhan atau informasi lainnya, maka e-Faktur yang
➢ e-Faktur menggunakan mata uang dicetak diatas kertas seperti ini tetap
Rupiah berfungsi sebagai faktur pajak
✓ E-Faktur ditandatangani secara elektronik
sehingga tidak disyaratkan lagi untuk
ditandatangan secara basah oleh
pejabat/pegawai yang ditunjuk oleh PKP

BREVET PAJAK A&B


Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan
Mekanisme Pengkreditan Pajak Masukan diatur dalam

➢ Pasal 9, pasal 16B ayat 2 dan ayat 3 UU PPN tahun 1984

➢ Pasal 15 dan pasal 16 Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun 2012

➢ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 74/PMK.03/2010 tgl 31 Maret 2010

➢ Peraturan Menteri Keuangan Nomor 78/PMK.03/2010 tgl 5 April 2010

BREVET PAJAK A&B


Prinsip Pengkreditan PM
Pajak Masukan di kreditkan dalam suatu masa pajak yang sama

Pajak Masukan atas perolehan barang modal sebelum berproduksi,


sehingga belum melakukan penyerahan kena pajak, dapat di kreditkan

Pajak Masukan dapat dikreditkan sepanjang untuk perolehan BKP atau


JKP yang digunakan berhubungan langsung dengan kegiatan usaha
melakukan penyerahan kena pajak

BREVET PAJAK A&B


Syarat Pajak Masukan
Agar PM dapat dikreditkan dengan PK untuk Masa Pajak yang sama harus
memenuhi syarat:

Syarat Formal Syarat Lainnya


Faktur Pajak Lengkap atau dokumen tertentu
➢ Belum dibebankan
yang diperlakukan sama dengan Faktur Pajak
sebagai biaya
Syarat Materiil ➢ Belum dilakukan
berhubungan langsung dengan kegiatan usaha pemeriksaan oleh
u/ melakukan penyerahan kena pajak DJP

BREVET PAJAK A&B


Pajak Masukan Yang Tidak Dapat Dikreditkan
Pajak Masukan bagi pengeluaran untuk pembelian dan pemeliharaan kendaraan
bermotor berbentuk sedan dan station wagon, kecuali sebagai barang dagangan atau
untuk disewakan

PM atas Perolehan BKP atau JKP yang digunakan untuk penyerahan yang pengenaan
PPN nya dibebaskan

BREVET PAJAK A&B


Pajak Masukan Yang Tidak Dapat Dikreditkan
Dihapus (Faktur Pajak Sederhana)

PM tidak lengkap, (FP wajib diisi lengkap, benar dan jelas) tidak mencantumkan nama,
alamat, NPWP pembeli BKP atau penerima JKP

PM atas Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah
pebean yang SSPnya tidak diisi dengan lengakap
a. Nama WP, diisi dengan Pengusaha yang berkedudukan diluar daerah pabean
b. Alamat pengusaha yang berkedudukan diluar daerah pabean
c. NPWP diisi 9 digit pertama 0 (nol),3 digit berikutnya kode KPP pemanfaat, 3 digit
terakhir diisi 0 (nol)

BREVET PAJAK A&B


Pengkreditan PM atas Pemakaian Sendiri
Dibedakan menjadi dua :
1. Pemakaian sendiri untuk tujuan Produktif, yang akan digunakan untuk melakukan kegiatan
penyerahan kena pajak

PT. Komputer merupakan PKP Pedagang Besar Komputer, membeli 500 unit computer sebagai barang
dagangan. Manajemen membutuh 10 unit computer untuk mendukung kegiatan operasional
perusahaan. Harga beli computer adalah 15 juta per unit. Maka atas pemakaian sendiri 10 unit
computer di buat faktur pajak, PKP penjual PT. Komputer dan PKP pembeli juga PT. Komputer, pada
faktur tercantum PPN sebesar 10 x 15 Jt X 10% = 15 jt
PPN keluaran = 15 jt
PPN masukan = 15 jt
PPN disetor = 0

BREVET PAJAK A&B


Pengkreditan PM Yang Diberikan Cuma-Cuma
Dibedakan menjadi dua :

2. Pemakain sendiri untuk tujuan kunsumtif atau pemakaian sendiri untuk tujuan produktif yang akan
digunakan untuk kegiatan penyerahan yang PPN nya dibebaskan atau tidak dikenai PPN

PT. Komputer seperti contoh di atas, tetapi penyerahanya ke klinik kesehatan, yang dimiliki oleh PT.
Komputer, karena digunakan untuk penyerahan tidak kena pajak maka PPN masukannya tidak dapat di
kreditkan. Maka atas pemakaian sendiri di buat faktur pajak, PKP penjual PT. Komputer dan PKP pembeli
juga PT. Komputer, pada faktur tercantum PPN sebesar 10 x 15 Jt X 10% = 15 jt

PPN keluaran = 15 jt
PPN masukan = 0
PPN disetor = 15 jt

BREVET PAJAK A&B


Pengkreditan PM Yang Diberikan Cuma-Cuma
Pengkreditan Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP yang akan diberikan dengan
Cuma-cuma, pemberian Cuma2 pada dasarnya dikelompokkan menjadi dua:

1. Pemberian Cuma-Cuma yang tidak ada kaitanya langsung dengan kegiatan


pemasaran produk (sebenarnya harga perolehan berbagai macam hadiah tsb telah
diperhitungkan sebagai biaya pemasaran) ->tidak ada yang gratis (contoh :Penjualan
mie dengan hadiah, Mobil atau motor atau HP)

2. Pemberian Cuma2 berkaitan dengan kegitan pemasaran (contoh: Penjualan HP


dengan gratis voucher pulsa)

BREVET PAJAK A&B


Pedoman Perhitungan Pengkreditan PM
Sejak 1 April 2010 terdapat 2 PKP yang dapat menggunakan Pedoman
Perhitungan Pengkreditan Pajak Masukan:

1. PKP yang dalam 1 (satu) tahun jumlah perederan usahanya tidak melebihi jumlah
tertentu sesuai PMK nomor PMK 74/PMK.03.2010 tanggal 31 Maret 2010 (Masa
transisi perubahan perdedaran usaha pengusaha kecil dari 600 juta ke 4,8 M)
2. PKP yang melakukan kegitan usaha tertentu
a. Penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran (90% dari PM)
b. Penyerahan emas perhiasan secara eceran (80% dari PM)

Saat ini, Masih Menunggu PPN FINAL. PMK belum keluar.


BREVET PAJAK A&B
Penyerahan Terutang dan Tidak Terutang Pajak
PKP yang melakukan atau memanfaatkan kegiatan usaha terpadu (integrated), misalnya PKP yang
mempunyai lahan luas dengan tanaman jagung dengan hasil menjual jagung dan minyak jagung

PKP yang melakukan usaha jasa terhutang pajak dan tidak terhutang pajak, misalnya Hotel,
menyerahkan jasa perhotelan dan jasa penyewaan ruangan untuk usaha

PKP yang menyerahkan BKP dan JKP yang penyerahannya terhutang PPN dan tidak terhutang PPN,
misalnya Pabrik roti, selain menjual roti juga memiliki mobil yang dipakai untuk angkutan umum

PKP yang menghasilkan BKP terhutang PPN dan memperoleh fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN,
misalnya developer, selain membangun rumah mewah juga membangun rumah RSSS yang PPNnya
memperoleh fasilitas dibebaskan

BREVET PAJAK A&B


Identifikasi Penyerahan Terutang dan Tidak
Terutang PPN/ Memproleh Fasilitas Dibebaskan
JKP yang nyata-nyata hanya digunakan untuk
penyerahan yang terhutang pajak -> PM dapat di kreditkan
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP yang nyata-nyata hanya digunakan untuk
penyerahan yang tidak terhutang pajak atau mendapat fasilitas dibebaskan -> PM
tidak dapat di kreditkan
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP yang belum dapat dipastikan antara bagian yang
digunakan untuk penyerahan kena pajak dan penyerahan tidak kena pajak atau
mendapat fasilitas dibebaskan dari pengenaan pajak -> pengkreditan PM
menggunakan Pedoman Penghitungan Kredit PM

BREVET PAJAK A&B


Mekanisme Pelaksanaan Pedoman
Perhitungan PM
Setelah akhir tahun
Untuk BKP yang
buku dihitung, PPN
Semua PM dapat memiliki manfaat
jumlah PM yang
dikreditkan pada lebih dari 1 (satu)
seharusnya dapat
tanggal faktur melalui tahun, apabila
dikreditkan →
SPT masa sudah melampaui
kelebihan
(berdasarkan % tase manfaat
pengkreditan PM
penyerahan kena ekonomi, tidak
disetor ke kas
pajak tahun lalu) perlu dilakukan
negara paling lama
perhitungan
bulan ke tiga
kembali
setelah tahun buku

BREVET PAJAK A&B


CONTOH
PKP C memiliki lahan 1.000 hektar, sebagian besar di pakai untuk perkebunan Jagung,
memiliki pabrik pengolahan minyak jagung dan juga menjual jagung kering secara
langsung. Pada bulan maret 2020 melakukan perhitungan kembali pengkreditan pajak
masukan, beberapa informasi dan transaksi sebagai berikut:

April 2019 membeli truk seharga 275.000.000 termasuk PPN (umur ekonomis 4 th).
Selama tahun 2019 membeli solar sebesar 55.000.000 termasuk PPN. Penyerahan
terhutang pajak untuk tahun 2019 sebesar 60 jt dan tidak terhutang pajak sebesar 40
jt. Berdasarkan data tahun lalu (2018) perbandingan penyerahan kena pajak adalah
70%

BREVET PAJAK A&B


CONTOH
PKP C memiliki lahan 1.000 hektar, sebagian besar di pakai untuk perkebunan Jagung,
memiliki pabrik pengolahan minyak jagung dan juga menjual jagung kering secara
langsung. Pada bulan maret 2020 melakukan perhitungan kembali pengkreditan pajak
masukan, beberapa informasi dan transaksi sebagai berikut:

April 2019 membeli truk seharga 275.000.000 termasuk PPN (umur ekonomis 4 th).
Selama tahun 2019 membeli solar sebesar 55.000.000 termasuk PPN. Penyerahan
terhutang pajak untuk tahun 2019 sebesar 60 jt dan tidak terhutang pajak sebesar 40
jt. Berdasarkan data tahun lalu (2018) perbandingan penyerahan kena pajak adalah
70%

BREVET PAJAK A&B


SESI V:
Pemungut Pajak dan Fasilitas Pajak

BREVET PAJAK A&B


Pemungut PPN
Ketentuan mengenai pemungut tidak diatur secara khusus dalam UU
PPN tahun 1984. Pemungutan PPn didasarkan pada Kepres tentang
Penunjukan instansi Pemerintah atau badan sebagai pemungut PPN:

1. Kepres nomor 9 tahun 1986 tentang Penunjukan KPN untuk


memungut PPN dan PPnBM yang dibayar oleh pemerintah atas
penyerahan BKP dan JKP oleh PKP rekanan pemerintah
2. Kepres nomor 56 tahun 1988 tentang Penunjukan Badan-Badan
Tertentu dan Bendaharawan untuk memungut PPN dan PPnBM ,
mulai 1 Januari 1989

BREVET PAJAK A&B


Pemungut
PPN
Perubahan Pertama UU PPN tahun 1984 yaitu UU nomor 11 tahun 1994, Pemungut
PPN di beri dasar hukum (dimasukkan dalam UU) dengan dua pasal baru yaitu:

1. Pasal 1 huruf x yang kelak ketika perubahan Kedua diubah menjadi pasal 1 angka 27 (UU nomor 18
tahun 2000), yang merumuskan mengenai Pemungut PPN

2. Pasal 16A merupakan pasal operasional pemungut PPN

Meskipun pasal 1 huruf x dan pasal 1 angka 27 ditentukan bahwa penunjukan pemungut PPN dilakukan
dengan keputusan Menteri Keuangan, penunjukan yang dilakukan berdasarkan Kepres 56 tahun 1988
tetap berlaku, dengan pertimbangan yuridis bahwa secara hirarki produk hukum Kepres lebih tinggi
dari KMK

BREVET PAJAK A&B


Pemungut
PPN
Mulai 1 Januari tahun 2004, Penunjukan pemungut PPN dilakukan dengan
Keputusan(Peraturan) Menteri Keuangan:
1. PMK nomor 563/KMK.03/2003 tanggal 24 Desember 2003 tentang Penunjukan
Bendaharwan Pemerintah selaku Pemungut PPN

2. PMK nomor 73/PMK.02/2010 tanggal 31 Maret 2010 tentang Penunjukan


Kontraktor Kerja Sama Pengusahaan Minyak dan Gas Bumi dan Kontraktor atau
Pemegang Kuasa/Pemegang Izin Pengusahaan Izin Pengusahaan Sumber Daya
Panas Bumi selaku Pemungut PPN -> pengganti -> PMK 11/PMK.03/2004 tanggal 1
Januari 2005 dan mulai berlaku 1 Februari 2005

BREVET PAJAK A&B


Pemungut
PPN
Pengertian Pemungut PPN berdasarkan pasal 1 angka 27 UU PPN tahun
1984 adalah Bendahara Pemerintah, Badan atau Instansi Pemerintah yang
ditunjuk oleh Kementrian Keuangan untuk memungut, menyetor dan
melaporkan pajak yang terhutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan/atau
JKP kepada Bendahara Pemerintah, Badan atau Instansi Pemerintah
tersebut.
Syarat pemungutan adalah penyerahan kepada pemungut oleh PKP, atas
penyerahan BKP atau JKP

BREVET PAJAK A&B


Pelaksanaan Operasional Pemungutan
Pelaksanaan operasional pemungutan diatur dalam pasal 16 A UU PPN
tahun 1984

1. Pajak yang terhutang atas penyerahan BKP dan atau penyerahan JKP
kepada pemungut PPN dipunggut dan disetor dan dilaporkan oleh
pemungut PPN

2. Tata cara pemungutan, penyetoran dan pelaporan pajak oleh pemungut


PPN sebagai mana dimaksud ayat 1 (diatas), diatur dengan KMK

BREVET PAJAK A&B


Perkembangan Penunjukan Pemungutan PPN
1. Kepres 9 tahun 1986 tanggal 13 Februari 1986, • 3. KMK 563/KMK.03/2003 tanggal 24
Kantor Bendahara Negara • Desember 2003
2. Kepres 56 tahun 1988 tanggal 13 Desember 1988
a. KPN 4. KMK 11/KMK.03/2005 tanggal 31
b. Bendaharawan Pemerintah • Januari 2005
c. Pertamina
d. Kontraktor Bagi Hasil dan Kontrak Karya di 5. PMK 73/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010
Bidang Pertambangan Migas dan 6. PMK 85/PMK.03/2012 tanggal 6 Juni 2012
Pertambangan Lainnya
e. BUMN dan BUMD Sebagai petunjuk teknis pelaksanaan
f. Bank Pemerintah dan BPD telah dituangkan dalam SE DJP nomor
SE- 45/PJ./2012 tanggal 27 September
2012

BREVET PAJAK A&B


Obyek Yang Dikecualikan PPNnya oleh
Pemungut Bendahara Pemerintah
1. Pembayaran yang jumlahnya tidak melebihi Rp 2.000.000,- termasuk PPN dan atau
PPNnBM, dan bukan merupakan pembayaran yang di pecah-pecah

2. Pembayaran untuk pembebasan Tanah

3. Pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP, yang mendapat Fasilitas tidak
dipungut atau dibebaskan

4. Pembayaran untuk penerahan BBM dan non BBM oleh Pertamina

5. Pembayaran rekening telp kepada PT. Telkom dan Penyelenggara Lainnya

BREVET PAJAK A&B


Obyek Yang Dikecualikan PPNnya oleh
Pemungut Bendahara Pemerintah

6. Pembayaran jasa angkutan udara dari perusahaan penerbangan

7. Pembayaran lainnya yang BKP dan atau JKP nya tidak dikenakan PPN

BREVET PAJAK A&B


Up Date Pemungut
PPN
➢ DJP menetapkan 6 Perusahaan Global sebagai pemunggut PPN, mulai berlaku 1 Agustus 2020
➢ Ke Enam Perusahaan tersebut adalah :
1. Amazon Web Services Inc.
2. Google Asia Pacific Pte. Ltd.
3. Google Ireland Ltd.
4. Google LLC.
5. Netflix International B.V.
6. Spotify AB,
➢ DJP menetapkan 10 Perusahaan Global sebagai pemunggut PPN, mulai berlaku 1 September 2020
➢ Ke Sepuluh Perusahaan tersebut adalah :
1. Facebook Ireland Ltd. 2. Facebook Payment International Ltd.
3. Facebook Tecnologies International Ltd. 4. Amazon.com Services LLC.
5. Audible Inc. 6. Alexa Internet
7. Audible Ltd. 8. Apple Distribution International Ltd.
9. Tiktok Pte. Ltd. 10. The walt Disney Company Pte. Ltd.

BREVET PAJAK A&B


Up Date Pemungut PPN
➢ DJP menetapkan 2 Perusahaan Asing sebagai pemunggut PPN, mulai berlaku 1 Februari 2021
- eBay Marketplace GmbH
- Nordvpn S.A
➢ DJP menetapkan BUMN sebagai pemunggut PPN, mulai berlaku 1 Februari 2021
(Pengganti aturan BUMN)

BREVET PAJAK A&B


Dasar Hukum Fasilitas PPN
➢ Pada prinsip dasarnya UU PPN tahun 1984 menghendaki berlakunya asas
equal treatment, yaitu perlakuan yang sama terhadap wajib pajak dalam
kondisi yang sama, sehingga tidak ada satu pasalpun yang mengatur fasilitas
di UU PPN tahun 1984
➢ Dalam perkembangannya serta dalam rangka memenuhi tuntutan
pembangunan nasional, para pemilik modal baik dari dalam negeri maupun
luar negeri banyak yang menghendaki fasilitas di bidang PPN
➢ Berdasarkan kenyataan tersebut maka ketika UU PPN dilakukan perubahan
pertama kali dengan UU nomor 11 tahun 1994, disisipkanlah pasal 16B yang
mengatur mengenai fasilitas pajak (PPN dan PPnBM)

BREVET PAJAK A&B


Sejarah Perkembangan Dasar
Hukum Fasilitas PPN
➢ 1. Penangguhan Pembayaran PPN dan PPnBM -> KMK nomor 577/KMK.04/1989
tanggal 1 April 1989 <- pengganti KMK827/KMK.04/1984 tanggal 9 Agustus
1984Pada prinsip dasarnya UU PPN tahun 1984
Tahap Pertama

➢ 2. Penundaan Pembayaran PPN, Kepres nomor 37 tahun 1986 -> perusahaan


dalam rangka UU PMA dan PMDN -> perhotelan, perkantoran, pusat perbelanjaan
dan angkutan umum didarat (taksi), di udara dan di laut, termasuk kapal
penangkap ikan
➢ 3. Penundaan Pembayaran PPN, Kepres 22 tahun 1989 -> Jasa pencarian sumber-
sumber dan pengeboran minyak, gas bumi dan panas bumi bagi Kontraktor yang
belum berproduksi
➢ 4. PPN ditanggung Pemerintah Kepres 30 tahun 1989 -> Perusahaan taksi PMDN ->
dalam rangka peremajaan armada taksi
BREVET PAJAK A&B
Sejarah Perkembangan Dasar
Hukum Fasilitas PPN
➢ 5. PPN ditanggung Pemerintah Kepres 36 tahun 1986 -> atas penyerahan rumah
murah, uang kertas dan uang logam, impor pemerintah untuk ABRI, impor dan
penyerahan makanan ternak dan ungags, air bersih yang dialirkan melalui pipa,
Tahap Pertama

impor oleh BUMN strategis


➢ 6. PPN dibayar oleh pemerintah Kepres 58 tahun 1985 -> Penyerahan BKP dan JKP
kepada pemerintah yang dananya berasal dari bantuan Luar Negeri
➢ 7. PPN tidak dipunggut Kepres 96 tahun 1993 -> BKP untuk diolah lebih lanjut dari
daerah pabean ke EPTE, Kawasan berikat, termasuk antar Kawasan berikat dan
EPTE
➢ 8. Dibebaskan dari pengenaan PPN dan PPnBM Konvensi Wina tahun 1961 dan
tahun 1963 jo UU nomor 1 tahun 1982 -> Fasilitas korp diplomatic dan perwakilan
organisasi internasional

BREVET PAJAK A&B


Sejarah Perkembangan Dasar
Hukum Fasilitas PPN
Dimasukkan pasal baru 16B dalam perubahan pertama UU PPN
Tahap Kedua

tahun 1984 -> UU nomor 11 tahun 1994 -> yang pada dasarnya
menentukan bahwa :
Fasilitas diberikan dengan Peraturan Pemerintah, ada dua macam
yaitu dibebaskan dari pengenaan pajak dan Pajak yang terhutang
tidak dipunggut

BREVET PAJAK A&B


Sejarah Perkembangan Dasar
Hukum Fasilitas PPN
Perubahan ke dua UU PPN tahun 1984 -> dengan UU nomor 18 tahun 2000
efektif mulai berlaku tanggal 1 Januar 2001 Pemerintah berniat melaksankan
pasal 16B UU PPN secara konsisten dengan PP yaitu:
Tahap Ketiga

➢ PP nomor 146 tahun 2001 sebagimana telah diubah dengan PP nomor 38


tahun 2003 tentang Impor dan Penyerahan BKP tertentu atau JKP tertentu
yang dibebaskan dari pengenaan PPN
➢ PP nomor 12 tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir
dengan PP nomor 31 tahun 2007 tentang Impor dan/atau penyerahan BKP
tertentu yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN

BREVET PAJAK A&B


Fasilitas PPN yang berlaku saat ini
➢ UU nomor 36 tahun 2000, sebagaimana telah diubah dengan UU nomor 44 tahun
2007 tentang Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
➢ UU nomor 39 tahun 2009 tentang Kawasan Ekonomi Khusus
➢ PP nomor 10 tahun 2012 tentang Pelakukan kepabeanan di Kawasan perdagangan
bebas dan pelabuhan bebas
➢ PP nomor 20 tahun 2000 tentang Perlakuan perpajakan di Kawasan Pengembangan
Ekonomi Terpadu (KAPET)
➢ PP nomor 42 tahun 1995 sebagaimana telah dirubah dengan PP 63 tahun 1988 dan
dengan PP nomor 25 tahun 2001 tentang Perlakuan perpajakan dalam rangka
pelaksaan proyek pemerintah yang dibiayai dengan hibah luar negeri atau dana
pinjaman luar negeri

BREVET PAJAK A&B


Fasilitas PPN yang berlaku saat ini
➢ PP nomor 146 tahun 2000 sebagaimana telah dirubah dengan PP 38 tahun
2003 tentang Impor dan/atau penyerahan BKP tertentu dan/atau JKP
tertentu yang dibebaskan dari pengenaan PPN
➢ PP 12 tahun 2001 sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
PP nomor 81 tahun 2015 tentang Impor dan/atau penyerahan BKP tertentu
yang bersifat strategis yang dibebaskan dari pengenaan PPN
➢ PP nomor 28 tahun 2009 tentang Dibebaskan dari pengenaan PPN atas
penyerahan jasa kebandaraan
➢ PP nomor 32 tahun 2009 tentang Penimbunan Berikat Beserta PMK dan Per
DJP sebagai peraturan pelaksanaannya

BREVET PAJAK A&B


Tujuan Pemberian Fasilitas PPN
Tujuan pemberian Fasilitas, dijelaskan dalam memori penjelasan
pasal 16B UU PPN 1984, adalah untuk memberikan fasilitas
perpajakan yang benar-benar diperlukan terutama untuk
berhasilnya sektor kegiatan ekonomi yang berprioritas tinggi dalam
skala nasional, mendorong perkembangan dunia usaha dan
meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan nasional, serta
memperlancar pembangunan nasional

BREVET PAJAK A&B


Jenis-Jenis Fasilitas PPN
Impor BKP tertentu yang dibebaskan dari Bea Cukai

Pajak Terhutang Tidak Dipungut


Pada dasarnya atas impor BKP yang dibebaskan dari Bea Cukai tidak secara otomatis dibebaskan dari pengenaan
PPN, hal tersebut diatur dalam KMK nomor 231/KMK.03/2001, yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
KMK nomor 70/KMK.011/2012 tanggal 2 April 2013:
a. Barang perwakilan negara asing, beserta para pejabat yang bertugas di Indonesia, berdasarkan asas timbal balik
b. Barang untuk keperluan badan internasional
c. dst sampai nomor 14
Pelaksanaan Proyek MIlik Pemerintah dengan dana berasal dari Hibah Luar Negeri
PP 42 tahun 1995, telah mengalami beberapa kali perubahan terakhir dengan PP nomor 25 tahun 2001, tetapi
subtansi materinya di PP 42 tetap masih dipertahankan sampai sekarang. PPN tidak dipunggut atas impr dan
penyerahan BKP dan JKP dalam rangka pelaksanaan proyek Pemerinta yang dibaiayai dari dana hibah dan
pinjaman luar negeri.
a. Kontraktor Utama
b. Kontraktor Utama merupakan JO
c. Penyerahan dari sub kontraktor ke kontraktor utama tetap terhutang PPN
d. Teknis lainnya mengenai kontraktor utama

BREVET PAJAK A&B


Jenis-Jenis Fasilitas PPN
Impor BKP tertentu yang dibebaskan dari Bea Cukai

Pajak Terhutang Tidak Dipungut


Pada dasarnya atas impor BKP yang dibebaskan dari Bea Cukai tidak secara otomatis dibebaskan dari pengenaan
PPN, hal tersebut diatur dalam KMK nomor 231/KMK.03/2001, yang telah beberapa kali diubah terakhir dengan
KMK nomor 70/KMK.011/2012 tanggal 2 April 2013:
a. Barang perwakilan negara asing, beserta para pejabat yang bertugas di Indonesia, berdasarkan asas timbal balik
b. Barang untuk keperluan badan internasional
c. dst sampai nomor 14
Pelaksanaan Proyek MIlik Pemerintah dengan dana berasal dari Hibah Luar Negeri
PP 42 tahun 1995, telah mengalami beberapa kali perubahan terakhir dengan PP nomor 25 tahun 2001, tetapi
subtansi materinya di PP 42 tetap masih dipertahankan sampai sekarang. PPN tidak dipunggut atas impr dan
penyerahan BKP dan JKP dalam rangka pelaksanaan proyek Pemerinta yang dibaiayai dari dana hibah dan
pinjaman luar negeri.
a. Kontraktor Utama
b. Kontraktor Utama merupakan JO
c. Penyerahan dari sub kontraktor ke kontraktor utama tetap terhutang PPN
d. Teknis lainnya mengenai kontraktor utama

BREVET PAJAK A&B


Pajak Terhutang Tidak Dipungut
Jenis-Jenis Fasilitas PPN
Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (KAPET)
Landasan hukum PP nomor 20 tahun 2000 tanggal 7 April 2000, tentang perlakuan perpajakan
di KAPET, pasal 2, bahwa kepada pengusaha di kasawasan KAPET, PPN dan PPnBM tidak
dipungut (pengaturannya sangat detail)

Tata Laksana Kemudahan Impor untuk Tujuan Ekspor (KITE)


Landasan hukum KMK nomor 580/KMK.04/2003 tanggal 31 Desember 2003 dan mulai berlaku
1 Januari 2004, PPN tidak dipungut atas
a. Impor BKP untuk tujuan ekspor
b. Impor bahan baku untuk diserahkan ke Kawasan Berikat, dan diproses lebih lanjut

BREVET PAJAK A&B


Jenis-Jenis Fasilitas PPN
Penyerahan atau Impor BKP/JKP tertentu berdasarkan PP nomor 146 tahun 2000 jo PP nomor 38 tahun
Dibebaskan dari Pengenaan PPN

2003, debebaskan dari pengenaan PPN atas:


Pasal 1 Impor BKP dan pasal 2 Penyerahan BKP atas:
Senjata, amunisi, alat akutan di air, di bawah air, di udara, di darat, kendaraan lapis baja,
kendarran patrol dan kendaraan khusus lainnya
Vaksin Polio dalam rangka program Pekan Imunisasi Nasional
Buku-buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku-buku pelajaran agama
Kapal laut, kapal angkut sungei, kapal angkut danau dan kapal angkut penyeberangan, kapal
pandu, kapal tunda dan kapal ikan, kapal tongkang
Pesat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan
Kereta api dan sukucadang serta peralatan perbaikannya
Peralatan dan suku cadang yang digunakan oleh DepHan TNI
Ditambahkan di pasal 2, atas penyerahan, rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun
sederhana, pondok boro, asrama mahasiwa dan pelajar

BREVET PAJAK A&B


Dibebaskan dari Pengenaan PPN
Jenis-Jenis Fasilitas PPN
Pasal 3 Penyerhan JKP atas:
a. Jasa yang diterima olah perusahaan angkutan laut nasional, perusahaan penagkap ikan
nasional, Perusahaan Penyelengara kepelabuhan nasional atau perusahaan
penyelenggara angkutan sungai, danau dan penyeberangan nasional
b. Niaga Nasional
c. Jasa perawatan dan reparasi kereta api
d. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pembangunan rumah sederhana, rumah
sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiwa dan pelajar
e. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana dan rumah sangat
sederhana
f. Jasa yang diserahkan oleh DepHan TNI

BREVET PAJAK A&B


Jenis-Jenis Fasilitas PPN
Penyerhan atau Impor BKP/JKP yang bersifat strategis, berdasarkan pasal 2 PP nomor 12 tahun 2001 tanggal 22
Maret 2001 yang berlaku surut sejak 1 Januari 2001:
Dibebaskan dari Pengenaan PPN

a. Impor BKP bersifat strategis:


a. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik diperlukan secara langsung
b. Makanan ternak, unggas, dan ikan dan bahan bakunya
c. Bibit dan benih barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, perikanan
d. Bahan baku perak dalam bentuk butiran atau batangan
e. Bahan baku pembuatan uang kertas dan uang logam
b. Atas Penyerahan BKP tertentu bersifat strategis:
a. Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik diperlukan secara langsung
b. Makanan ternak, unggas, dan ikan dan bahan bakunya
c. barang hasil pertanian, perkebunan, peternakan, perburuan, penagkapan, penangkaran, perikanan
d. Bibit dan benih barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, perikanan
e. Bahan baku perak dalam bentuk butiran atau batangan
f. Bahan baku pembuatan uang kertas dan uang logam
g. Air bersih yang dialirkan melaui pipa oleh PDAM
h. Listrik, kecuali untuk perumahan dengan daya lebih dari 6.600 watt

BREVET PAJAK A&B


Jenis-Jenis Fasilitas PPN
Dibebaskan dari Pengenaan PPN

Pembebasan dari pengenaan PPN dan PPnBM kepada Korp Diplomatik dan
Perwakilan Organisasi Inernasional
Berdasarkan PP nomor 47 tahun 20013 tanggal 17 Juni 2013, tentang
Pemberian pembebasan PPn dan PPnBM kepada perwakilan negara asing dan
badan internasional serta pejabatnya.
Peraturan pelaksanaannya PMK nomor 162/PMK.03/2014 tanggal 13 Agustus
2014, sebagai pengganti KMK nomor 25/KMK.01/1998. (diatur secara detail
dan teknis)

BREVET PAJAK A&B


Kawasan Perdagangan
Bebas
Pasal 1 UU nomor 36 tahun 2000 merumuskan bahwa Kawasan Perdagangan Bebas
dan Pelabuhan Bebas adalah suatu Kawasan dalam wilayah hukum NKRI yang terpisah
dari Daerah Pabean sehinggan bebas dari pengenaan Bea Masuk, PPN dan PPnBM,
serta Cukai. Adapun yang dimaksud dengan pelabuhan meliputi pelabuhan laut dan
udara

Perlakuan PPN atas pengeluaran atau penyerahan BKP dan JKP dari/di/ke Kawasan
perdagangan bebas dan pelabuhan bebas diatur secara detail dalam PP nomor 10
tahun 2012 jo PMK nomor 62/PMK.04/2012

BREVET PAJAK A&B


Kawasan Perdagangan
Bebas
Kawasan Bebas Sabang
Kawasan perdagangan bebas Sabang dan pelabuhan Sabang, ditetapkan dengan Perpu
nomor 2 tahun 2000, yang kemudian ditetapkan menjadi UU nomor 37 tahun 2000.
Perlakuan khusus PPN dan PPnBM di Kawasan Bebas Sabang, diatur dengan PP nomor
10 tahun 2012 Jo PMK nomor 62/PMK.04/2012 tanggal 26 April 2012

Kawasan Bebas Batam


Kawasan Batam ditetapkan sebagai Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
Batam berdasarkan PP nomor 46 tahun 2007 dan mulai berlaku 20 Agustus 2007.
Jangka waktu 70 tahun, meliputi Pulau Batam, Pulau Tonton, Pulau Setokok, Pulau
Nipah, Pulau Rempang, Pulau Galang dan Pulau Galang Baru

BREVET PAJAK A&B


Kawasan Perdagangan Bebas
Kawasan Bebas Bintan
Kawasan Bintan ditetapkan sebagai Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan bebas
Bintan berdasarkan PP nomor 47 tahun 2007 dan mulai berlaku 20 Agustus 2007.
Jangka waktu 70 tahun, meliputi sebagian wilayah kabupaten Bintan serta seluruh
Kawasan industry galang batang, Kawasan industry maritime, dan pulau lobam,
sebagian dari wilayah kota tanjung pinang yang meliputi Kawasan industry senggarang
dan Kawasan industri dompak darat
Kawasan Bebas Karimun
Kawasan Karimun ditetapkan sebagai Kawasan perdagangan bebas dan pelabuhan
bebas Karimun berdasarkan PP nomor 48 tahun 2007 dan mulai berlaku 20 Agustus
2007. Jangka waktu 70 tahun, meliputi sebagian wilayah pulau karimun dan seluruh
pulau karimun anak
BREVET PAJAK A&B
Kawasan Berikat
Kawasan berikat adalah tempat penimbunan berikat untuk menimbun barang
impor atau digabungkan, yang hasilnya terutama untuk ekspor. Adapaun
kegiatan penggabungan mengandung pengertian menggabungkan barang hasil
produksi Kawasan berikat yang bersangkutan sebagai produk utama dengan
barang jadi yang berasal dari impor, dari Kawasan berikat lain dan/atau dari
tempat lain dalam daerah pabean. Pasal 2 PMK nomor 147/KMK.04/04/2011
menetapkan bahwa Kawasan berikat merupakan Kawasan pabean dan
sepenuhnya berada di bawah pengawasan Direktorat Jendral Bea dan Cukai

BREVET PAJAK A&B


Kawasan Berikat
Peraturan pelaksanaan lebih rinci dan komperhensif tentang Kawasan berikat
diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan sebagai berikut :
1. PMK nomor 147/PMK.04/2011 tanggal 26 Agustus 2011
2. PMK nomor 155/PMK.04/2011 tanggal 28 Desember 2011
3. PMK nomor 44/PMK.04/2012 tanggal 16 Maret 2012
4. PMK nomor 120/PMK.04/2013 tanggal 26 Agustus 2013

BREVET PAJAK A&B


Kawasan Berikat
PPN tidak dipunggut:
a. Pasal 14 PMK nomor 147/PMK.03/2011 sebagaimana telah dirubah dengan PMK nomor
255/PMK.04/2011
Fasilitas PPN dan PPnBM

BKP yang dimasukkan dari luar daerah pebean ke Kawasan berikat (terinci)
BKP yang dimasukkan dari Kawasan berikat lain (terinci)
BKP yang dimasukkan dari tempat lain dalam daerah pabean ke Kawasan berikat (terinci)
b. Pasal 16 PMK nomor 147/PMK.03/2011 (terinci)

Dikenai PPN dan PPnBM tanpa Fasilitas untuk penyerahan di dalam daerah pabean dan perluasan
barang modal dan gedung

Dibebaskan dari PPN dan PPnBM atas pemasukan BKP dari Kawasan bebas untuk diolah lebih lanjut
atau digabungkan dengan hasil produksi Kawasan berikat

BREVET PAJAK A&B


Tempat Penimbunan Berikat
Tempat penimbunan berikat adalah bangunan, tempat atau Kawasan yang memenuhi persyaratan
tertentu yang digunakan untuk menimbun barang dengan tujuan tertentu dengan mendapatkan
penangguhan Bea Masuk. Landasan hukum tempat penimbunan berikat PP nomor 32 tahun 2009
tanggal 24 Maret 2009, -> mencabut PP nomor 33 tahun 1996. Tempat Penimbunan Berikat merupakan
Kawasan pabean dan sepenuhnya berada dibawah pengawasan Direktorat Jendral Bea dan Cukai

Kegiatan pengusaha di Tempat Penimbunan Berikat berbentuk :


1. Gudang Berikat
2. Kawasan Berikat
3. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
4. Toko Bebas Bea
5. Tempat Lelang berikat
6. Kawasan daur ulang berikat

BREVET PAJAK A&B


Up Date Fasilitas PPN
➢ PP 48 Tahun 2020 Tentang Perubahan atas PP nomor 81 Tahun 2015,
Tentang Impor atau Penyerahan BKP Tertentu yang Bersifat Strategis yang
Dibebaskan dari pengenaan PPN
➢ Liquified Natural Gas (LNG) Import dan Penyerahan
➢ Listrik s/d 6.600 VA

BREVET PAJAK A&B


Kode Faktur Pajak

BREVET PAJAK A&B


Kode 01: digunakan pada penyerahan BKP/ JKP yang terutang PPN serta PPN-nya
dipungut oleh PKP penjual yang melakukan penyerahan BKP/JKP.

Kode 02: digunakan pada penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN Bendahara
Pemerintah. dimana PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN Bendahara Pemerintah.

Kode 03: 03 digunakan pada penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN Lainnya
(selain Bendahara Pemerintah), dimana PPN-nya dipungut oleh Pemungut PPN
Lainnya (selain Bendahara Pemerintah).

Kode 04: digunakan pada penyerahan BKP/JKP yang menggunakan DPP Nilai Lain,
dimana PPN-nya dipungut oleh PKP Penjual yang menyerahkan BKP/JKP.

BREVET PAJAK A&B


Kode 05: kode ini tidak digunakan.
Kode 06: digunakan pada penyerahan lainnya yang PPN-nya dipungut oleh PKP Penjual
yang menyerahkan BKP/JKP, serta pada penyerahan BKP/JKP kepada orang pribadi
pemegang paspor asing (turis asing) sesuai Pasal 16E UU PPN dan PPnBM.
Kode 07: digunakan pada penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN Tidak
Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP).
Kode 08: digunakan pada penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas pembebasan
PPN
Kode 09: digunakan pada penyerahan aktiva Pasal 16D yang PPN-nya dipungut oleh
PKP penjual yang menyerahkan BKP. BKP berupa persediaan dan/ atau aset yang tujuan
semulanya tidak diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan wajib menggunakan DPP nilai harga pasar wajar.

BREVET PAJAK A&B


SESI VI:
PPn BM

BREVET PAJAK A&B


BREVET PAJAK A&B
1983 UU PPN dan PPnBM 1994

UU nomor 8 tahun 1983 • Perubahan Pertama UU


(berlaku 1 April 1985) nomor 11 tahun 1994
• PP nomor 22 tahun 1985 tanggal 13 maret 1985 tentang
(berlaku 1 Januari 1995)
Pelaksanaan UU PPN tahun 1984 -> mulai berlaku 1 April 1985 • PP nomor 50 tahun 1994 tanggal 28 Desember 1994
• PP nomor 29 tahun 1988 tanggal 27 Desember 1988 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
tentang Peraturan Pelaksanaan UU PPN tahun 1984 PPnBM
• PP nomor 65 tahun 1991 tanggal 29 November 1991 -> tentang • PP nomor 20 tahun 1996 tanngal 19 Februari 1996 tentang
Pelaksanaan UU PPN tahun 1984 -> mulai berlaku 20 November perubahan PP nomor 50 tahun 1994, tentang Pajak
1991 Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPnBM
• PP nomor 76 tahun 1991 tanggal 31 Desember 1991 -> tentang
• PP nomor 36 tahun 1996 tanggal 4 Juni 1996 tentang
Pelaksanaan UU PPN tahun 1984 -> mulai berlaku 1 Januari
perubahan PP nomor 50c tahun 1994, tentang Pajak
1992
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPnBM
• PP nomor 36 tahun 1993 tanggal 10 Juni 1993 tentang
• PP nomor 14 tahun 1998 tanggal 21 Januari 1998 tentang
pelaksanaan UU PPN tahun 1984 -> mulai berlaku 10 Juni 1993
perubahan PP nomor 50 tahun 1994, tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPnBM
• PP nomor 59 tahun 1999 tanggal 24 Juni 1999 tentang
perubahan PP nomor 50 tahun 1994, tentang Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan PPnBM

BREVET PAJAK A&B


UU PPN dan PPnBM
2000
Perubahan Kedua UU nomor 18 tahun 2000
(berlaku 1 Januari 2001)
• PP nomor 145 tahun 2000 tentang kelompok BKP yang • PP nomor 43 tahun 2003 tanggal 31 Juli 2003 tentang
tergolong mewah yang dikenakan PPnBM perubahan ke empat PP nomor 145 tahun 2000 tentang
• PP nomor 60 tahun 2001 tanggal 1 Agustus 2001 tentang kelompok BKP yang tergolong mewah yang dikenakan PPnBM
perubahan PP nomor 145 tahun 2000 tentang BKP yang • PP nomor 55 tahun 2004 tanggal 31 Desember 2004 tentang
tergolong mewah yang dikenakan PPnBM perubahan ke lima PP nomor 145 tahun 2000 tentang
• PP nomor 7 tahun 2002 tanggal 23 Maret 2002 tentang kelompok BKP yang tergolong mewah yang dikenakan PPnBM
perubahan ke dua PP nomor 145 tahun 2000 tentang • PP nomor 41 tahun 2005 tanggal 25 Oktober 2005 tentang
kelompok BKP yang tergolong mewah yang dikenakan Perubahan ke enam PP 145 tahun 2000 tentang Kelompok
PPnBM BKP yang tergolong mewah yang dikenakan PPnBM
• PP nomor 6 tahun 2003 tanggal 20 Januari 2003 tentang • PP nomor 12 tahun 2006 tanggal 15 April 2006 tentang
perubahan ke tiga PP nomor 145 tahun 2000 tentang Perubahan ke tujuh PP 145 tahun 2000 tentang Kelompok
kelompok BKP yang tergolong mewah yang dikenakan BKP yang tergolong mewah yang dikenakan PPnBM
PPnBM

BREVET PAJAK A&B


UU PPN dan PPnBM
2009
Perubahan Ke Tiga UU nomor 42 tahun 2009
(berlaku 1 April 2010)

• PP 41 tahun 2013 tanggal 23 Mei 2013 -> mencabut


pasal 2 dan 3 PP 145 tahun 2000 -> Kendaraan bermotor
• PP 22 tahun 2014 tanggal 19 Maret 2014 -> mengubah
PP 41 tahun 2013 -> mulai berlaku tanggal 18 April 2014
-> Kendaraan bermotor
• PP nomor 1 tahun 2012, mengatur secara khusus
berkaitan dengan pola perhitungan PPN dan PPnBM ->
mulai berlaku 4 Januari 2012

BREVET PAJAK A&B


Peraturan Menteri Keuangan

KMK nomor
1184/KMK.04/1991
KMK nomor KMK nomor dan KMK nomor
KMK nomor KMK nomor
1335/KMK.04/198 8 267/KMK.01/1988 1285/KMK.04/1991
1183/KMK.04/1991 644/KMK.04/1995
dan KMK nomor dan KMK, tentang tentang macam
dan KMK nomor tentang macam
1336/KMK.04/1988 Dasar pengenaan dan jenis
1286/KMK.04/1991 dan jenis BKP
dan perubahannya pajak dan tatacara kendaraan
tentang Macam yang tergolong
KMK nomor pemungutan serat bermotor yang
dan Jenis BKP mewah selain
434/KMK.04/1989, pengembalian dikenakan PPnBM,
yang dikenakan kendaraan
tentang macam pajak tatacara sebagaimana telah
PPnBM selain bermotor yang
dan jenis BKP dirubah dengan
yang dikenakan
pemungutan serat kendaraan dikenai PPnBM →
pengembalian atas bermotor → KMK nomor menjadi KMK 570
PPnBM → menjadi penyerahan 647/KMK.04/1993
menjadi KMK 644
KMK 1183 Minibus → dan KMK nomor
menjadi KMK 1184 641/KMK.04/1994
→ menjadi KMK
727

BREVET PAJAK A&B


Peraturan Menteri Keuangan

KMK nomor
KMK nomor 620/KMK.03/2004
KMK nomor KMK nomor
KMK nomor 355/KMK.03/2003 tanggal 31
272/KMK.04/1995 570/KMK.04/2000
569/KMK.04/2000 tanggal 11 Desember 2004
tentang macam tentang jenis BKP
tentang Jenis Agustus 2003 tentang jenis BKP
dan jenis yang tergolong
Kendaraan tentang Jenis yang tergolong
kendaraan mewah yang
bermotor yang kendaraan mewah selain
bermotor yang dikenakan PPnBM
dekenai PPnBM → bermotor yang kendaraan
dikenai PPnBM → selain kendaraan
diubah dengan dikenai PPnBM → bermotor yang
diubah dengan bermotor →
KMK nomor berlaku mulai 13 dikenakan PPnBM
KMK nomor diubah dengan
KMK140/KMK.03/2 Agustus 2003 → berlaku mulai 1
348/KMK.04/1999 KMK nomor
0 02 → menjadi (menggantikan Januari 2005 →
→ menjadi KMK 39/KMK.03/2003 →
KMK 35 KMK Perubahannya
569 Menjadi KMK 620
569/KMK.04/2000 PMK nomor
dan KMK 103/PMK.03/2009
140/KMK.03/2002) tanggal 10 Juni
→ menjadi PMK 64 2009 → menjadi
PMK 12

BREVET PAJAK A&B


Peraturan Menteri Keuangan

PMK nomor PMK nomor PMK nomor 86/PMK.


121/PMK.011/2013 121/PMK.011/2013 010/2019 tanggal 10
tanggal 26 Agustus tanggal 26 Agustus PMK nomor Juni 2019 tentang Minuman
2013 tentang Jenis BKP 2013 tentang Jenis BKP 106/PMK.010/2015 PMK nomor perubahan PMK nomor mengandung
yang tergolong mewah yang tergolong mewah tanggal 8 Juni 2015, 35/PMK.010/2017 35/PMK. 010/2017, alkohol sudah
selain Kendaraan selain Kendaraan sebagaimana telah tanggal 1 Maret tentang Jenis BKP dikeluarkan dari
Bermotor yang dikenai Bermotor yang dikenai diubah dengan 2017 tentang Jenis yang tergolong mewah kelompok BKP yang
PPnBM → PPnBM → PMK nomor BKP yang selain kendaraan tergolong mewah
Perubahannya PMK Perubahannya PMK 206/PMK.010/2015, tergolong mewah bermotor yang dikenai dan pengaturannya
nomor nomor tentang Jenis BKP selain kendaraan PPnBM → Komplek dialihkan menjadi
130/PMK.011/2013 130/PMK.011/2013 yang tergolong bermotor yang hunian mewah seperti wewenang
tanggal 18 September tanggal 18 September mewah selain dikenai PPnBM -> rumah mewah, Direktorat Jendral
2013 tentang 2013 tentang Kendaraan berlaku sampai apartemen, Bea dan Cukai →
Perubahan KMK 121 Perubahan KMK 121 Bermotor → diganti sekarang kondominium, town PMK nomor
tentang Jenis BKP tentang Jenis BKP dengan PMK nomor house, dan sejenisnya 62/PMK.011/2010
yang tergolong mewah yang tergolong mewah 35/PMK.010/201 dengan harga jual tanggal 17 Maret
selain kendaraan selain kendaraan sebesar 30 Milyar atau 2010
bermotor yang di kenai bermotor yang di kenai lebih → berlaku sampai
PPnBM → menjadi PMK PPnBM → menjadi PMK sekarang
106/PMK.010/201 106/PMK.010/201

BREVET PAJAK A&B


Barang Kena Pajak Yang Tergolong
Mewah
Barang yang bukan merupakan
Barang yang dikunsumsi oleh barang kebutuhan pokok
masyarakat tertentu

Barang yang dikunsumsi untuk


Barang yang pada umumnya menunjukkan status
dikunsumsi oleh masyarakat
berpenghasilan tinggi

Apabila dikonsumsi dapat merusak kesehatan atau moral masyarakat,


mengganngu ketertiban masyarakat, seperti minuman beralkohol
BREVET PAJAK A&B
Definisi Menghasilkan Sesuai
Pasal 5 Ayat 1 UU PPN
MEMBOTOLKAN

MENGEMAS

MANCAMPUR

MEMASAK

MERAKIT

Serta kegiatan lain yang dapat dipersamakan dengan itu atau


menyuruh orang atau Badan lain untuk melakukan kegiatan-kegiatan
tersebut

BREVET PAJAK A&B


Latar Belakang Pengenaan
PPnBM Disamping PPN

Sebagai pajak obyektif berdampak regresif

Kegiatan mengkonsumsi BKP yang tergolong mewah bersifat kontra produktif

Produsen kecil dan tradisional menghadapi saingan berat dari komoditasimpor

Tuntutan penerimaan negara yang semakin meningkat dari tahun ke tahun

BREVET PAJAK A&B


Perbedaan Karakteristik PPN dan
PPnBM
PPnBM merupakan punggutan
tambahan disamping PPN, untuk
01 mempersempit kesenjangan beban
pajak antara konsumen yang
berpenghasilan rendah dengan PPnBM hanya dikenakan satu (1)
konsumen yang berpenghasilan kali, yaitu pada saat Impor BKP
tinggi 02 tergolong Mewah atau pada saat
penyerahan BKP yang tergolong
mewah yang dilakukan oleh
Pabrikan

PPnBM tidak dapat dikreditkan


dengan PPN atau dengan sesama
03 PPnBM -> PPnBM akan dibebankan
sebagai biaya oleh PKP yang Dalam hal BKP yang tergolong
mewah di ekspor,maka PPnBM
menyerahkan BKP yang tergolong
mewah 04 yang dibayar pada saat perolehan
dapat diminta kembali (sesuai pasal
10 ayat 3 UU PPN tahun 1984)

BREVET PAJAK A&B


Contoh PPnBM Yang Diminta Kembali
PT. Auto ekspor (PKP), tanggal 15 Juni 2015 membeli 100 unit mobil sedan dari
PT. Astra Mobil selaku Pabrikan dengan harga per unit kendaraan 200 jt Rp,
dengan PPN 10% dan PPnBM 20%. PT. Auto ekspor melengkapi mobil sedan
yang di ekspor dengan assesoris berupa AC, Televisi dan DVD Changer yang
seluruhnya merupakan BKP yang tergolong mewah dan dikenakan tarif PPN
10% dan PPnBM 20%. PT. Auto ekspor membeli AC, TV dan DVD Changer dari
Pabrikan elektronik seharga 1 milyar Rp. PT. Auto ekspor atas ekspor 100 unit
mobil sedan yang telah dilengkapi assesoris dapat mengajukan pengembalian
seluruh PPN yang terkait (restitusi) dan mengajukan permintaan pengembalian
PPnBM yang telah dibayar.

BREVET PAJAK A&B


Contoh PPnBM Yang Diminta Kembali
Perhitungan :

Keterangan PPN PPnBM


100 unit mobil (100 unit x 200 jt x 10%) (100 unit x 200 jt x 20%)
2.000.000.000 4.000.000.000
Assesoris 100.000.000 200.000.000

Sejak tanggal 15 Juli 2015 seiring dengan belakunya PMK


106/PMK.010/2015 barang elektronik tidak dikenakan PPnBM

BREVET PAJAK A&B


Tarif PPnBM
Sesuai dengan induknya UU PPN tahun 1984, Tarif PPnBM
mengalami perubahan sebagai berikut:
UU nomor 8 tahun 1983 -> berlaku 1 April 1985 pasal 8 ayat 1 -> tarif PPnBM
01 serendah-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 35%

Perubahan Pertama UU nomor 11 tahun 1994 -> berlaku 1 Januari 1995 -> tarif
02 PPnBM serenda-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 50%

Perubahan Kedua UU nomor 18 tahun 2000 -> berlaku 1 Januari 2001 -> Tarif
03 PPnBM serendah-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 75%

Perubahan Ke Tiga UU nomor 42 tahun 2009 -> berlaku 1 April 2010 -> tarif
04 PPnBM serendah-rendahnya 10% dan setinggi-tingginya 200%

BREVET PAJAK A&B


Pengelompokkan BKP mewah berupa Kendaraan bermotor

01 Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 10% adalah:


• Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan semua kapasitas isi silinder
• Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan atau
station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel) dengan sistem satu
gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.

02 Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 20% adalah:


• Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan atau
station wagon, dengan motor bakar cetus api atau dengan nyala kompresi (diesei/semi aiesei), dengan
sistem satu gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampa. dengan 2500 cc
• Kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin), dalam bentuk kendaraan bak terbuka atau bak
tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau
nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem satu gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2
gandar penggerak (4x4), dengan semua kapasitas isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 ton
© 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia(IAPI)

BREVET PAJAK A&B


Pengelompokkan BKP mewah berupa Kendaraan bermotor

Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 30% adalah untuk pengangkutan orang kurang dari 10
03 orang termasuk pengemudi
• Kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc\
• Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel), dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4) dengankapasitas isi silinder sampai dengan
1500 cc.
04 Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 40% adalah:
• Kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api, dpnnan sistem saru
gandar penggerak (4x2 de-mn kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai dengan 3000 cc
• Kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan
atau station wagon, dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc
sampai dengan 3000 cc
• Kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), berupa sedan atau station
wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem dua gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas
isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan
© 2020 Institut 2500 cc.
Akuntan Publik Indonesia(IAPI)

BREVET PAJAK A&B


Pengelompokkan BKP mewah berupa Kendaraan bermotor

05 Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 50% adalah, semua jenis kendaraan bermotor yang
dibuat untuk golf
Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 60% adalah:
06 • Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan 500 cc
• Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan
semacam itu
Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 125% adalah:
07 • Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar
cetus api, berupa: sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem satu
gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari
3000 cc
• Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar nyala
kompresi (diesel/semi diesel) berupa : sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan
sistem satu gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 2500 cc
• Kendaraan bermotor beroda 2 dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc
• Trailer, semi-trailer dari tipe caravan,
© 2020untuk
Institutperumahan atau
Akuntan Publik kemah.
Indonesia(IAPI)

BREVET PAJAK A&B


Dasar Pengenaan Pajak Khusus
➢ 75% dari harga jual untuk kendaraan bermotor yang mengunakan teknologi
advance diesel/partol engine, dual petrol gas engine (converter kit CNG/LGV),
Berdasarkan PP biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated engine, dengan kunsumsi BBM
mulai dari 20 kolometer per liter sampai dengan 28 kilometer per liter, atau bahan
nomor 41 tahun 2003
bakar lain yang setara dengan itu
ditetapkan bahwa
PPnBM atas
➢ 50% dari harga jual untuk kendaraan bermotor yang mengunakan teknologi
penyerahan advance diesel/partol, biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated engine,
kendaraan bermotor dengan kunsumsi BBM lebih dari 28 kolometer per liter, atau bahan bakar lain yang
sebagai PKP yang setara dengan itu
tergolong mewah
dihitung dari
➢ 0% dari harga jual kendaraan bermotor program mobil hemat energi dan harga
perkalian tarif dengan terjangkau, selain sedan dan station wagon, dengan persyaratan sebagai berikut:
dasar pengenaan • Motor bakar cetus api dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1,200 cc dan
pajak yang ditentukan konsumsi bahan bakar paling banyak 20 kilometer per liter atau bahan bakar lain
sebagai berikut: yang setara dengan itu
• Motor nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder
sampai dengan 1,500 cc dan konsumsi bahan bakar paling sedikit 20 kilometer
per liter atauInstitut
© 2020 bahan bakarPublik
Akuntan lain yang setara dengan itu
Indonesia(IAPI)

BREVET PAJAK A&B


Syarat DPP Khusus
Penggunaan DPP 75 % dan 50% berlaku bagi PKP yang memiliki:
• Surat penetapan peserta pengembangan kendaraan bermotor roda empat
yang hemat energi
• Surat penetapan kendaraan bermotor roda empat hemat energi penerima
fasilitas perpajakan

Penggunaan DPP 0% berlaku bagi PKP yang memiliki:


• Surat penetapan peserta pengembangan kendaraan bermotor roda empat
yang hemat energi dan harga terjangkau
• Surat penetapan kendaraan bermotor roda empat hemat energi dan harga
terjangkau penerima fasilitas perpajakan yang diterbitkan oleh Menteri yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan bidang industri

BREVET PAJAK A&B


Dibebaskan Dari Pengenaan PPnBM (Kendaraan)
Berdasarkan pasal 5 PP Nomor 41 tahun 2013

Kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan


tahanan, kendaraan pengangkutan umum

Kendaraan protokoler kenegaraan

Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15 orang termasuk


pengemudi yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI/POLRI

Kendaraan patroli TNI/POLRI

BREVET PAJAK A&B


BKP Mewah selain kendaraan bermotor
Berdasarkan pasal 1 PP nomor 145 tahun 2000, sebagai mana telah dirubah dengan PP nomor 55
tahun 2004, BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :
Kelompok dengan tarif sebesar 10%
01 a.Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima siaran
televisi
b. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga
c. Kelompok mesin pengatur suhu udara
d. Kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio
e. Kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya dan lainnya
Kelompok dengan tarif sebesar 20%
02 a.Kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang dikenakan tarif 10%
b.Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya
c.Kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain yang dikenakan tarif 10
d.Kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering, pesawat elektromagnetik dan
instrumen musik
e.Kelompok wangi-wangian

BREVET PAJAK A&B


BKP Mewah selain kendaraan bermotor
Berdasarkan pasal 1 PP nomor 145 tahun 2000, sebagai mana telah dirubah dengan PP nomor 55
tahun 2004, BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :

Kelompok dengan tarif sebesar 30%


03 a.Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuai untuk keperluan negara atau
angkutan umum
b.Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang dikenakan tarif 10%.

Kelompok dengan tarif sebesar 40%


04 a.Kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan
b.Kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool
c.Kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, rias, kantor,
dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu
d.Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dan logam mulia atau dari logam yang
dilapisi logam mulia atau campuran dari padanya
e.Kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang dikenakan tarif 30%, kecuali
untuk keperluan negara atau angkutan umum

BREVET PAJAK A&B


BKP Mewah selain kendaraan bermotor
Berdasarkan pasal 1 PP nomor 145 tahun 2000, sebagai mana telah dirubah dengan PP nomor 55
tahun 2004, BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :

04 Kelompok dengan tarif sebesar 40%


a.Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa tenaga
penggerak
b. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara
c. Kelompok jenis alas kaki
d. Kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor
e. Kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau keramik
f.Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain batu jalan atau batu tepi
jalan

05 Kelompok dengan tarif sebesar 50%


a. Kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus
b. Kelompok pesawat udara selain yang dikenakan tarif 40%, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan
udara niaga
c. Kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang d'Kenakan tariff 10% dan 30%
d. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara

BREVET PAJAK A&B


BKP Mewah selain kendaraan bermotor
Berdasarkan pasal 1 PP nomor 145 tahun 2000, sebagai mana telah dirubah dengan PP nomor 55
tahun 2004, BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor adalah sebagai berikut :

Kelompok dengan tarif sebesar 75%


06 a. Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia Dan/atau
mutiara atau campuran daripadanya
b. Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum

BREVET PAJAK A&B


BKP Rumah Mewah

Sejak 10 Juni 2009 kriteria rumah mewah atau apartemen


dan sejenisnya yang dikenai PPnBM menggunakan
kriteria tunggal yaitu luas bangunan 150 M2 atau lebih
dengan tarif PPnBM 20%

BREVET PAJAK A&B


BKP PERLENGKAPAN ELECTRONIC
Penyerahan perlengkapan electronic yang digunakan oleh banyak masyarakat yang atas
penyerahan atau impornya tidak dikenakan PPnBM antara lain:

Pesawat televisi berukuran tidak lebih dari 29 inch sejak 7 oktober 2008 -> sebelumnya 17 inch

Mesin pengatur suhu udara (AC) sampai dengan 1PK

Lemari pendingin untuk rumah tinggal, dengan kapasitas tidak lebih dari 180 liter

Mesin cuci dengan kapasitas linen kering tidak lebih dari 10 Kg

Sejak tanggal 15 Juli 2015 seiring dengan belakunya PMK


106/PMK.010/2015 barang elektronik tidak dikenakan PPnBM

BREVET PAJAK A&B


Contoh 1.
PT. Sukses Elektronik adalah PKP dengan jenis usaha Industri Barang
Elektronik, menyerahkan 1.000 unit LED-TV 45 inch kepada PT. Dagang
Elektronik selaku pedagang besar dengan harga jual per unit 3.000.000,
terhutang PPN dan PPnBM dengan tarif 20%. Berapa Pajak yang terhutang
atas penyerhan TV tersebut per unit?

Harga jual TV 3.000.000


PPN 10% 300.000
PPnBM 600.000

BREVET PAJAK A&B


Contoh 2.
PT. Dagang Elektronik menyerahkan LED-TV 45 inch sebanyak 100 unit kepada Toko
Elektronik Maju Sukses. PT. Dagang Elektronik mengharapkan dan memperhitungkan laba
sebesar 26,67% atas penjualan LED-TV tersebut. Berapa harga jual LED-TV tersebut?

Harga satuan/beli LED-TV 3.000.000


PPnBM 20% (menjadi biaya) 600.000
Laba yang diperhitungkan 800.000
26,67%
1.400.000
Harga Jual 4.400.000
PPN 10% 440.000
Harga jual ke toko 4.840.000

PPN (PK = 440.000 – PM = 300.000) = 140.000


Cash flow = (4.840.000 – 140.000 – 3.900.000) = 800.000
© 2020 Institut Akuntan Publik Indonesia(IAPI)

BREVET PAJAK A&B


Contoh 3.
Penyerahan BKP yang tergolong mewah dari pabrikan sampai ke pedagang eceran.
PT. Jati Rangga adalah PKP kendaraan bermotor selaku ATPM di Indonesia,
mendatangkan/mengimpor 1.000 unit mobil sedan dalam bentuk CKD, dengan harga impor (CIF)
per unit 100 juta rupiah, dan atas pekerjaan perakitan tersebut PT. Jati Rangga mengharapkan
keuntungan sebesar 40 jt Rp per unit mobil.
Setelah di rakit, mobil tersebut diserahkan kepada Distributor utama yaitu PT. Jati Raden
(PKP), atas penyerahan ini terutang PPN 10% dan PPnBM 30%, sebagai Distributor Utama, PT.
Jati Raden mengharapkan mendapatkan keuntungan sebesar 20 jt Rp per unit mobil.
PT. Jati Raden kemudian menyerahkan mobil sedan tersebut kepada dealernya yaitu PT. Jati
Sampurna (PKP). Atas penyerahan mobil sedan kepada konsumen PT. Jati Sampurna
mengharapkan keuntungan sebesar 30 jt Rp per unit

Berapa harga jual mobil tersebut sampai tangan konsumen?, serta bagaimana mekanisme
pemungutannya?

P E L A TB IRHE A
V EN T P A J A K A & B
PT Jati Raden
Keuntungan 20 Jt

PT Jati Sampurna
Keuntungan 30 Jt
PT Jati Rangga
Keuntungan 40 Jt

BREVET PAJAK A&B


Contoh 3.
PT. Jati Rangga

Nilai Impot per unit 100.000.000


Keuntungan/nilai tambah 40.000.000
Harga Jual 140.000.000

PPN 10% 14.000.000


PPnBM 42.000.000
Pajak 56.000.000
Total termasuk pajak 196.000.000

BREVET PAJAK A&B


Contoh 3
PT. Jati Raden
Harga dari ATPM 140.000.000
PPnBM (biaya) 42.000.000
Keuntungan 20.000.000
Pajak dan keuntungan 62.000.000
Harga Jual 202.000.000
PPN 10% 20.200.000
Harga termasuk pajak 222.200.000

BREVET PAJAK A&B


Contoh 3.
PT. Jati Sampurna
Harga dari Distributor Utama 202.000.000
PPN 10% 20.200.000
Keuntungan 30.000.000
Pajak dan keuntungan 50.200.000
Harga Jual 252.200.000
PPN 10% 25.220.000
Harga Jual termasuk PPN 277.420.000

BREVET PAJAK A&B


BKP Rumah Mewah

Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai PPnBM atas


penyerahan rumah mewah atau rumah toko dan apartemen,
kondominium, town house dan sejenisnya adalah PMK nomor
121/PMK,011/2013 tanggal 26 Agustus 2013 sebagaimana telah
dirubah dengan PMK nomor PMK 130/PMK.011/2013 tanggal 18
September 2013.

BREVET PAJAK A&B


Kriteria PPnBM Untuk Rumah Mewah
Luas bangunan rumah mewah dan rumah toko adalah 350
meter persegi atau lebih

Luas bangunan apartemen, kondominium, town house atau


sejenisnya adalah 150 atau lebih

Sebagai DPP harga jual termasuk tanah

PPN 10% dan PPnBM 20%

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah selain kendaraan bermotor
PMK 35/PMK.010/2017 tanggal 1 Maret 2017 tentang Jenis BKP yang tergolong mewah selain
kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM : (menggantikan KMK 106/PMK.010/2015)
Dikenai PPnBM dengan tarif 20%.
01 Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan sejenisnya:
a. Rumah dan town house dari jenis non strata title dengan harga jual sebesar 20 Milyar atau lebih -> PMK
86 menjadi 30 Milyar
b. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title dan sejenisnya dengan harga jual sebesar
10 Milyar atau lebih

Dikenai PPnBM dengan tarif 40%


02 Kelompok pesawat udara selain yang tercantum dalam kelompok 2, kecuali untuk keperluan negara atau
angkutan udara niaga:
a. Kelompok balon udara dan balon udara dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa tenaga
penggerak
b. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya kecuali untuk keperluan negara, peluru dan
bagiannya, tidak termasuk senapan angin

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah selain kendaraan bermotor
PMK 35/PMK.010/2017 tanggal 1 Maret 2017 tentang Jenis BKP yang tergolong mewah selain
kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM : (menggantikan KMK 106/PMK.010/2015)

Dikenai PPnBM dengan tarif 50%


03 kelompok pesawat udara selain yang tercantum dalam kelompok 2, kecuali untuk keperluan negara atau
angkutan udara niaga:
a. Helikopter
b. Pesawat udara dan kendaraan udara lainnya, selain helikopter
c. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara: Senjata artileri, revolver
dan pistol, senjata api (selain senjata artileri, revolver dan pistol) dan peralatan semacam itu yang
diperasikan dengan menembakkan bahan peledak

Dikenai PPnBM dengan tarif 75 %, Kelompok Kapal Pesiar Mewah, kecuali untuk keperluan negara atau
04 angkutan umum:
a. Kapal pesiar, kapal ekskursi dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk pengangkutan
orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum
b. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah selain kendaraan bermotor
PMK 106/PMK.010/2015 tanggal 9 Juni 15 tentang Jenis BKP yang tergolong mewah selain
kendaraan bermotor yang dikenai PPnBM : (menggantikan KMK 121/PMK.011/2013)

Dikenai PPnBM dengan tarif 20%


01 Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, town house, dan sejenisnya:
a. Rumah dan town house dari jenis non strata title dengan luas bangunan 350 m2 atau lebih
b. Apartemen, kondominium, town house dari jenis strata title dan sejenisnya dengan luas bangunan 150
m2 atau lebih

Dikenai PPnBM dengan tarif 40%


02 a. Kelompok balon udara dan balon udara dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa tenaga
penggerak
b. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya kecuali untuk keperluan negara, peluru dan
bagiannya, tidak termasuk senapan anggin

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah selain kendaraan bermotor
PMK 106/PMK.010/2015 tanggal 9 Juni 15 tentang Jenis BKP yang tergolong mewah selain kendaraan
bermotor yang dikenai PPnBM : (menggantikan KMK 121/PMK.011/2013)

Dikenai PPnBM dengan tarif 50%


03 Kelompok pesawat udara selain yang tercantum dalam kelompok 2, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan
udara niaga:
a. Helikopter
b. Pesawat udara dan kendaraan udara lainnya, selain helikopter
c. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara: Senjata artileri, revolver dan
pistol, senjata api (selain senjata artileri, revolver dan pistol) dan peralatan semacam itu yang diperasikan
dengan menembakkan bahan peledak
Dikenai PPnBM dengan tarif 75 %
04 Kelompok Kapal Pesiar Mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum:
a. Kapal pesiar, kapal ekskursi dan kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk pengangkutan orang,
kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum
b. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah kendaraan bermotor
PMK nomor 33/PMK.010/2017 tanggal 1 Maret 2017, Tarif kendaraan bermotor yang
dikenakan PPnBM: (sebelumnya PMK nomor 64/PMK.011/2014)

Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 10% adalah:


01 a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api atau nyala api kompresi (diesel/semi diesel), baik dilengkapi dengan motor listrik
maupun tidak dengan semua kapasitas isi silinder
b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan
atau station wagon, dengan motor bakar cetus api, baik dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak,
dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc.
c. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan atau
station wagon, dengan motor bakar nyala kompresi (diesil/semi diesel), baik dilengkapi dengan motor listrik
maupun tidak, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder sampai dengan
1500 cc.
Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 20% adalah:
02 a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan atau
station wagon, dengan system 1 (satu) gardan penggerak (4x2), dengan motor bakar cetus api, baik dilengkapi
dengan motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder dari 1500 cc sampaidengan
2500 cc

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah kendaraan bermotor
PMK nomor 33/PMK.010/2017 tanggal 1 Maret 2017, Tarif kendaraan bermotor yang dikenakan PPnBM:
(sebelumnya PMK nomor 64/PMK.011/2014)

Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 20% adalah:


02 b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan atau station
wagon, dengan system 1 (satu) gardan penggerak (4x2), dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik
dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc
c. Kendaraan bermotor dengan kabin yang dirancang untuk 2 (dua) baris tempat duduk (double cabin) untuk penumpang
melebihi 3 (tiga) orang tetapi tidak melebihi 6 (enam) orang termasuk pengemudi dan memiliki bak (terbuka atau
tertutup) untuk pengangkutan barang, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan
sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4), dengan massa total tidak lebih
dari 5 ton

Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 30% adalah:


03 a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api, baik dilengkapi dengan motor listrik atau tidak, dengan kapasitas isi silinder sampai
dengan 1500 cc, terdiri: sedan atau station wagon dan selain sedan dan station wagon dengan sisitem 2(dua)
gardan penggerak (4 x4)

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah kendaraan bermotor
PMK nomor 33/PMK.010/2017 tanggal 1 Maret 2017, Tarif kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM: (sebelumnya PMK nomor 64/PMK.011/2014)

Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 30% adalah:


03 b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik dilengkapi dengan motor listrik maupun
tidak, dengankapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc. terdiri: sedan atau station wagon dan selain
sedan dan station wagon dengan sisitem 2(dua) gardan penggerak (4 x4)
Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 40% adalah:
04 a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi
selain sedan dan station wagon, dengan motor bakar cetus api, baik dilengkapi dengan motor listrik
atau tidak, dengan system 1 (satu) gardan penggerak (4 x 2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500
cc sampai 3000 cc
b. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi
dengan motor bakar cetus api, baik dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengankapasitas isi
silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 3000 cc, terdiri: sedan atau station wagon dan selain sedan
dan station wagon dengan sisitem 2(dua) gardan penggerak (4 x4)

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah kendaraan bermotor
PMK nomor 33/PMK.010/2017 tanggal 1 Maret 2017, Tarif kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM: (sebelumnya PMK nomor 64/PMK.011/2014)
Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 40% adalah:
04 c. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan orang kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi dengan
motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak,
dengankapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc, terdiri: sedan atau station wagon dan
selain sedan dan station wagon dengan sisitem 2(dua) gardan penggerak (4 x4)

05 Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 50% adalah


semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf

Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 60% adalah:


06 a. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan 500 cc.
Sepeda motor (termasuk moped) dan sepeda yang dilengkapi dengan motor tambahan, dengan atau
tanpa kereta pasangan sisi, termasuk kereta pasangan sisi
b. Kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan kendaraan
semacam itu

BREVET PAJAK A&B


Catatan BKP Mewah kendaraan bermotor
PMK nomor 33/PMK.010/2017 tanggal 1 Maret 2017, Tarif kendaraan bermotor yang dikenakan
PPnBM: (sebelumnya PMK nomor 64/PMK.011/2014)

Kelompok Kendaraan bermotor dengan Tarif PPnBM 125% adalah:


07 a. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, dengan motor
bakar cetus api, baik dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan kapasitas isi silinder lebih
dari 3000 cc, berupa: sedan atau station wagon dan selain sedan atau station wagon dengan sistem satu
gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4)
b. Kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar
nyala kompresi (diesel/semi diesel), baik dilengkapi dengan motor listrik maupun tidak, dengan
kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc, berupa : sedan atau station wagon dan selain sedan atau station
wagon, dengan sistem satu gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gandar penggerak (4x4)
c. Kendaraan bermotor beroda 2 dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc, sepeda motor (termasuk
moped) dan sepeda yang dilengkapi dengan motor tambahan, dengan atau tanpa kereta pasangan sisi,
termasuk kereta pasangan sisi
d. Trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.

BREVET PAJAK A&B


SESI VII:
Restitusi dan SPT PPN

BREVET PAJAK A&B


DASAR HUKUM RESTITUSI PPN
➢ Pasal 9 ayat 4 UU PPN, apabila dalam suatu masa ➢ Pasal 9 ayat 4d, memberikan wewenang
pajak PM > PK, kelebihan pajak dapat di kompensasi kepada Kementrian keuangan untuk
ke masa pajak berikutnya menentukan kriteria PKP berisiko rendah
➢ Pasal 9 ayat 4e, DJP dapat melakukan
➢ Pasal 9 ayat 4a, atas kelebihan pajak masukan pemeriksaan dan menerbitkan SKP setelah
sebagaimana pasal 4, dapat diajukan permohonan melakukan pengembalian pendahuluan
kelebihan pada akhir tahun kelebihan pajak
➢ Pasal 9 ayat 4f, terhadap SKPKB pasal 9 ayat 4,
➢ Pasal 9 ayat 4b, mengatur PKP yang dikecualikan dari jumlah kekurangan pajak ditambah saksi
pasal 4a, sehingga dapat mengajukan permohonan administrasi berupa bunga sebagaimana diatur
pengembalian pada setiap masa pajak dalam pasal 13 ayat 2 UU no 6 tahun 1983
➢ Pasal 9 ayat 4c, mengatur pengembalian kelebihan tentang KUP dan perubahannya
pajak kepada PKP berisiko rendah (huruf a s/d e),
dilakukan pengembalian pendahuluan, sesuai dengan
pasal 17C ayat 1 UU 6 tahun 1983 tentang KUP

4
BREVET PAJAK A&B
PERATURAN PELAKSANAAN RESTITUSI PPN
1. PMK nomor 71/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010
2. PMK nomor 72/PMK.03/2010 tanggal 31 Maret 2010
3. Peraturan DJP nomor PER-31/PJ,/2010 tanggal 5 Juli 2010
4. Peraturan DJP nomor PER-63/PJ,/2010 tanggal 22 Desember 2010
5. PMK Nomor 39/PMK.03/2018 tanggal 12 April 2018
6. Peraturan DJP Nomor PER-15/PJ/2018

BREVET PAJAK A&B


PENYEBAB TERJADINYA RESTITUSI PPN
1. Jumlah PM > PK disebakan karena:
a. PKP sedang dalam proses Investasi
b. PKP sedang dalam proses penataan stock persediaan
2. PKP yang melakukan kegiatan ekspor
3. PKP yang menyerahkan BKP/JKP kepada pemunggut
4. PKP yang menyerahkan BKP/JKP yang memperoleh fasilitas PPN tidak dipunggut
5. Kesalahan pemunggutan
6.PKP yang melakukan kegiatan ekspor BKP yang tergolong mewah (Khusus
pengembalian PPn BM)

BREVET PAJAK A&B


PKP YANG MENDAPATKAN PENGEMBALIAN
PENDAHULUAN
1. PKP yang melakukan ekspor BKP berwujud
2. PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pemunggut
3. PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang PPN nya tidak dipunggut
4. PKP yang melakukan ekspor BKP tidak berwujud
5. PKP yang melakukan ekspor JKP

BREVET PAJAK A&B


PKP TERTENTU MENDAPATKAN PENGEMBALIAN
PENDAHULUAN PPN

PKP yang menyampaikan SPT masa “lebih bayar restitusi” dengan jumlah
lebih bayar paling banyak Rp. 100.000.000, dengan ketentuan

1. Kepatuhan penyampaian SPT masa PPN


2. Kepatuhan melunasi hutang pajak
3. Kebenaran pengisian SPT Masa, masa pajak sebelumnya

BREVET PAJAK A&B


PKP BERISIKO
RENDAH
1. PKP yang merupakan Perusahan terbuka (Tbk), paling sedikit 40%
2. PKP yang saham mayoritasnya dimiliki oleh Pemerintah Pusat/Pemerintah Daerah
3. PKP selain nomor 1 dan 2, yang memenuhi persyaratan tertentu:
a. Menyampikan SPT secara tepat waktu selama 12 bulan terakhir
b.PKP produsen, penjualan tahun sebelumnya minimal 75% nya adalah
produksi sendiri
c.Laporan keuangan 2 tahun sebelumnya diaudit oleh Akuntan Publik dengan
pendapat tanpa modifikasian atau dengan modifikasian
4.Tidak pernah atau sedang dilakukan pemeriksaan bukti permulaan dan atau
penyidikan dalam jangka waktu 24 bulan terakhir

BREVET PAJAK A&B


SPT PPN
Dalam memori penjelasan UU PPN tahun 1984 ditegaskan bahwa setiap WP
(PKP) wajib mengisi SPT dengan benar, lengkap dan jelas serta
menandatangani dan menyampaikan ke Kantor DJP tempat PKP dikukuhkan
atau tempat lain yang ditetapkan oleh DJP.

Adapun yang dimaksud dengan mengisi SPT adalah Formulir SPT dalam bentuk
kertas dan/atau elektronik, yang benar, lengkap dan jelas sesuai dengan
petunjuk pengisian yang diberikan berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan

BREVET PAJAK A&B


SPT PPN
Adapun yang dimaksud dengan :

1. Benar adalah benar perhitungannya, termasuk benar dalam penerapan ketentuan


peraturan perundang-undangan perpajakan, dalam menulis, dan sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya
2. Lengkap adalah memuat semua unsur yang berkaitan dengan obyek pajak dan
unsur-unsur yang harus dilaporkan dalam SPT
3. Jelas adalah melaporkan asal usul atau sumber dari objek pajak dan unsur-unsur
lain yang harus dilaporkan dalam SPT

BREVET PAJAK A&B


FUNGSI SPT PPN
Fungsi SPT PPN bagi PKP adalah untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan
perhitungan jumlah PPN dan PPnBM yang sebenarnya terhutang dan untuk:

1. Pengkreditan PM terhadap PK
2. Pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilakukan sendiri oleh PKP atau
melalui pihak lain dalam satu masa pajak
3. Bagi Pemotong atau Pemungut Pajak berfungsi sebagai sarana untuk melaporkan
dan mempertanggungjawabkan pajak yang dipotong atau dipunggut dan
disetorkan

BREVET PAJAK A&B


PERATURAN TEKNIS TERKAIT
SPT PPN
Peraturan teknis terkait dengan SPT PPN yang berlaku saat ini sebagai berikut:
1. Per DJP nomor PER-44/PJ./2010 tanggal 6 Oktober 2010 tentang bentuk, isi dan
tata cara pengisian serta penyampaian SPT masa PPN
2. Per DJP nomor PER-11/PJ./2013 tanggal 12 April 2013 tentang perubahan pertama
Per-44/PJ./2010 tentang tentang bentuk, isi dan tata cara pengisian serta
penyampaian SPT masa PPN
3. Per DJP nomor PER-25/PJ./2014 tanggal xxx tentang perubahan kedua Per-
44/PJ./2010 tentang tentang bentuk, isi dan tata cara pengisian serta penyampaian
SPT masa PPN
4. Per DJP nomor PER-45/PJ./2010 tanggal 6 Oktober 2010 tentang bentuk, isi dan
tata cara pengisian serta penyampaian SPT masa PPN bagi PKP yang menggunakan
pedoman penghitungan pengkreditan pajak masukan
BREVET PAJAK A&B
SYARAT FORMAL
FAKTUR PAJAK
Sesuai pasal 13 ayat 5 UU PPN dan pasal 9 ayat 1 PMK 151/PMK.011/2013
1. Nama, alamat dan NPWP Penjual BKP/JKP
2. Nama, alamat dan NPWP Pembeli BKP/JKP
3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga jual atau Pengganti dan potongan harga
4. PPN yang dipungut
5. PPnBM yang dipungut
6. Kode, nomor seri dan tanggal pembuatan faktur pajak
7. Nama dan tandatangan yang berhak menandatangani faktur pajak

BREVET PAJAK A&B


SYARAT MATERIAL
FAKTUR PAJAK
Sesuai pasal 13 ayat 9 UU PPN, faktur pajak atau dokumen tertentu memenuhi persyaratan
material apabila berisi keterangan yang sebenarnya atau sesungguhnya mengenai:
1. Penyerahan BKP/JKP
2. Ekspor BKP Berwujud
3. Ekspor BKP tidak berwujud
4. Ekspor JKP
5. Impor BKP
6. Pemanfaatan JKP dan pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean

BREVET PAJAK A&B


PENOMORAN FAKTUR PAJAK
Download e-NOFA
Dummy

Permintaan nomor faktur pajak secara electronic

BREVET PAJAK A&B


PENOMORAN FAKTUR PAJAK
Yang perlu disiapkan:
→ Password e-Nofa
→ Download dan install sertifikat electronic di browser chrome/firefox
→ Passphrase sertifikat electronic

Permintaan nomor faktur pajak secara electronic

BREVET PAJAK A&B


Sesi Akhir:
PKP Gagal Produksi dan PPN KMS

BREVET PAJAK A&B


PKP Gagal Produksi
•NOMOR 42 TAHUN 2009
UU •PASAL 9

•NOMOR 31 TAHUN 2014


PMK

BREVET PAJAK A&B


Gagal Produksi
Suatu keadaan bagi Pengusaha Kena Pajak yang kegiatan usaha
utamanya selain sebagai produsen yang menghasilkan Barang
Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, apabila dalam jangka
waktu paling lama 1 (satu) tahun sejak pertama kali
mengkreditkan Pajak Masukan tidak melakukan kegiatan:
penyerahan Barang Kena Pajak;
penyerahan Jasa Kena Pajak;
ekspor Barang Kena Pajak; atau
ekspor Jasa Kena Pajak

BREVET PAJAK A&B


P
B
R
A
JE
V
A
E
K
T

Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga


belum melakukan penyerahan barang dan/atau jasa yang
terutang pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau
impor Barang Modal dapat dikreditkan.
Pengkreditan Pajak Masukan tidak dapat diberlakukan bagi
pengeluaran untuk perolehan Barang Kena Pajak selain
Barang Modal atau Jasa Kena Pajak sebelum Pengusaha
Kena Pajak berproduksi

P E L A TB IRHE A
V EN T P A J A K A & B
Kegiatan Industri atau
Manufaktur

Kegiatan Usaha
Perdagangan

Berlaku Untuk
Kegiatan usaha jasa

Kegiatan usaha lainnya

BREVET PAJAK A&B


Gagal berproduksi yang disebabkan
karena:
bencana alam
sebab lain (peperangan, kerusuhan, revolusi, pemogokan,
kebakaran, dan bencana lainnya)

TIDAK WAJIB

membayar kembali Pajak Masukan atas


impor dan/atau perolehan Barang Modal
yang telah dikreditkan dan telah
diberikan pengembalian

BREVET PAJAK A&B


P
B
R
A
JE
V
A
E
K
T

Dalam hal terjadi keterlambatan pembayaran pajak terutang


berdasarkan SPT masa PPN dan/atau keterlambatan
penyampaian SPT masa PPN sesuai dengan ketentuan yang
diatur dalam Pasal 15 A UU PPN, PKP tetap dikenai sanksi
administrasi sesuai UU KUP yaitu:
1. Sanksi administrasi berupa denda sebesar Rp. 500.000,00
untuk keterlambatan penyampaian SPT masa PPN
2. Pembayaran atau penyetoran pajak dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo dikenakan sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 2% per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 bulan.

P E L A TB IRHE A
V EN T P A J A K A & B
Tanggung Jawab Renteng
Pembelian BKP atau penerima JKP bertanggung jawab secara renteng atas
pembayaran pajak, sepanjang tidak dapat menunjukkan bukti bahwa pajak telah
dibayar. Sesuai dengan prinsip beban pembayaran pajak untuk PPN dan PPn.BM
adalah pada pembeli atau konsumen barang atau penerima jasa bertanggung
jawab rentang atas pembayaran pajak yang terhutang apabila ternyata bahwa
pajak yang terhutang tersebut tidak dapat ditagih kepada penjual atau pemberi
jasa dan pembeli atau penerima jasa tidak dapat menunjukkan bukti telah
melakukan pembayaran pajak kepada penjual atau pemberi jasa (Pasal 16F UU
PPN). Tanggung jawab renteng ditagih melalui penerbitan SKPKB. Tata cara dan
mekanisme pelaksanaan tanggung jawab renteng atas pembayaran PPN atau
PPn.BM diatur dengan peraturan menteri keuangan.

BREVET PAJAK A&B


KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI PMK No 163/PMK.03/2012

Kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak


dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
atau digunakan pihak lain.

Termasuk kegiatan memban gun sendiri adalah


kegiatan membangu n bangunan yang dilakukan
melalui kontraktor atau pemborong tetapi atas
kegiatan membangun tersebut tidak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai, dan kontraktor atau pemborong
tersebut bukan merupakan Pengusaha Kena Pajak

BREVET PAJAK A&B


BANGUNAN

berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang


ditanam atau dilekatkan secara tetap pada satu
kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria:
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton,
pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau
baja;
b. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
kegiatan usaha; dan
c. luas keseluruhan paling sedikit 200 m2 (dua ratus
meter persegi).

BREVET PAJAK A&B


DASAR PENGENAAN PA JA K

20% dari jumlah biaya yang dikeluarkan


dan/atau yang dibayarkan untuk membangu n
bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Termasuk dalam pengertian seluruh biaya yang


dikeluarkan atau dibayarkan adalah juga jumlah
PPN yang dibayar atas perolehan bahan dan jasa
untuk kegiatan membangun bangunan tersebut.

BREVET PAJAK A&B


TERUTANG
Kegiatan Membangun Sendiri PPN
OP Badan Bangunan

kegiatan membangun bangunan, baik bangunan


baru maupun perluasan bangunan lama, yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau Kriteria bangunan:
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang 1. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
lain. termasuk kegiatan membangun bangunan oleh 2. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat
kegiatan usaha; dan
pihak lain bagi orang pribadi atau badan namun
3. luas keseluruhan paling sedikit 200m 2.
Pajak Pertambahan Nilai atas kegiatan tersebut tidak
dipungut oleh pihak lain.

Dapat dikecualikan dari kewajiban PPN atas


KMS sepanjang memberikan data/informasi
paling sedikit berupa identitas dan alamat
pihak lain yang membangun bangunan

BREVET PAJAK A&B


Pembangunan sekaligus
Bangunan
OP Badan
2 tahun 2 tahun

Tahap 1 Tahap 2 Bangunan

Pembangunan bertahap (satu kesatuan KMS)


OP Badan

2 tahun 2 tahun 1 bulan

Tahap 1 Tahap 2 Bangunan

Pembangunan bertahap (satu kesatuan KMS) Pembangunan bertahap


OP Badan
(satu kesatuan KMS terpisah)

Saat terutang : mulai dibangunnya bangunan sampai dengan bangunan selesai

Tempat terutang : tempat bangunan didirikan

BREVET PAJAK A&B


Perhitungan Pajak Pertambahan Nilai atas Kegiatan Membangun Sendiri

Jadi dengan mengacu pada Peraturan Menteri Keuangan Nomor 61/PMK.03/2022


Pasal 3 yang disebutkan diatas, perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) atas
kegiatan membangun sendiri adalah sebagai berikut :
PPN = Tarif x DPP
PPN = 11% x (20% x Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau dibayarkan untuk
membangun bangunan)

BREVET PAJAK A&B


P
B
R
A
JE
V
A
E
K
T SAAT DAN TEMPAT PA JA K TERUTANG

Saat terutang PPN atas kegiatan membangun


sendiri adalah saat dimulainya secara fisik
kegiatan membangun sendiri, seperti penggalian
fondasi, pemasangan tiang pancang, atau
kegiatan fisik lainnya.

Tempat pajak terutang atas kegiatan membangun


sendiri adalah di tempat bangunan tersebut
didirikan .

BREVET PAJAK A&B


P
B
R
A
JE
V
A
E
K
T PENYETORAN DAN PELAPORAN

PPN terutang sebesar 10% x DPP pada


setiap bulannya, dan harus disetorkan ke
Kas Negara paling lama tanggal 15 bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.

JIKA TELAT SETOR


Maka dikenakan Sanksi Administrasi

BREVET PAJAK A&B


TATA C A R A PENYETORAN
LETAK BANGUNAN

DI WILAYAH K E R J A BUKAN DI WILAYAH


KPP TERDAFTAR K E R J A KPP TERDAFTAR

Un t uk WP O P :
Kolom NPWP pada S S P
Kolom NPWP pada S S P diisi dengan formula :
diisi dengan NPWP yang 04.000.000.0-XXX.000
melakukan K M S
Un t uk WP Badan :
Kolom NPWP pada S S P
Catatan : diisi dengan formula :
XXX adalah kode KPP 01.000.000.0-XXX.000

BREVET PAJAK A&B


TATA C A R A PELAPORAN
LETAK BANGUNAN

DI WILAYAH K E R J A KPP BUKAN DI WILAYAH


TERDAFTAR K E R J A KPP TERDAFTAR

Dalam hal su dah PKP, Dalam hal sudah PKP,


dilaporkan melalui SPT melaporkan S S P lembar
Masa PPN ketiga ke KPP lokasi,
dan juga dilaporkan
Dalam hal belum PKP, melalui SPT Masa PPN
melaporkan S S P lembar ke KPP domisili
ketiga
Dalam hal belum PKP,
PALING LAMBAT melaporkan S S P lembar
AKHIR BULAN ketiga
BERIKUTNYA

BREVET PAJAK A&B


Terima Faktur Pajak Atas Pembelian
Bahan Bangunan
Tidak dapat dijadikan FP Masukan
Tidak dapat dikreditkan

BREVET PAJAK A&B


Penetapan Secara Jabatan Untuk PPN terutang atas
Kegiatan Membangun Sendiri
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 6 disebutkan bahwa:
Apabila orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri tidak atau kurang menyetorkan Pajak
Pertambahan Nilai terutang ke kas negara, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi.
Selanjutnya, jika berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri :
a. tidak memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan; atau
b. memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan, namun tidak benar atau tidak lengkap

BREVET PAJAK A&B


Penetapan Secara Jabatan Untuk PPN terutang atas
Kegiatan Membangun Sendiri
Dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor 163/PMK.03/2012 Pasal 6 disebutkan bahwa:
Jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan dalam rangka membangun
sendiri ditetapkan secara jabatan berdasarkan nilai terendah dari data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara
(HSBGN) masing-masing daerah sesuai Keputusan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 45/PRT/M/2007 tentang
Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan Gedung Negara dan perubahannya.
Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri memberikan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan
untuk membangun bangunan, namun tidak benar atau tidak lengkap, sehingga: jumlah biaya yang dikeluarkan
dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih rendah dari nilai terendah data Harga Satuan
Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung berdasarkan data nilai terendah data
Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) tersebut; atau
jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih tinggi dari nilai
terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung
berdasarkan data atau bukti pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun
bangunan.

BREVET PAJAK A&B


Jadi Cara Perhitungan PPN atas Kegiatan Membangun Sendiri yang ditentukan
secara jabatan adalah sebagai berikut:
PPN = Tarif x DPP
DPP = 20% x (Nilai Terendah Harga Satuan tertinggi berdasarkan Klasifikasi
Bangunan Gedung Negara x Koefisien x Luas bangunan keseluruhan

BREVET PAJAK A&B

Anda mungkin juga menyukai