Anda di halaman 1dari 56

PAJAK PENGHASILAN

ORANG PRIBADI

Oleh: Hersona Bangun, SH.,SE.,AK.,BKP.,CA.,M.Ak.,CLA.,CPCLE.,CCCLE


(Konsultan Pajak Sertifikasi Brevet C,
Kuasa Hukum Pengadilan Pajak, Advokat, Kuasa Hukum Pajak, legal
Auditor, Akuntan)
Fase timbulnya Fase self Fase Fase Sengketa Fase
hak dan assessment Pengawasan Penyelesaian
kewajiban Sengketa
Berlakunya Ber-NPWP
Pemeriksaan Keberatan
Pengadilan Pajak
UU & PKP
BANDING

Pembukuan Ketetapan Surat Kep.


Hak dan Pajak Keberatan
kewajiban Menyampai- S
kan SPT Setuju? Setuju? PUTUSAN
E
BANDING
Diperiksa ?
Tidak Tidak L
5 Th E
Ya
Ya S
Ya
Tidak A
I
PAJAK PENGHASILAN

PAJAK YANG DIKENAKAN TERHADAP SUBYEK PAJAK


ATAS
PENGHASILAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEHNYA
DALAM TAHUN PAJAK
WAJIB PAJAK
Wajib Pajak Adalah orang pribadi atau badan,
meliputi membayar pajak, pemotong pajak,
dan pemungut pajak, yang mempunyai hak dan
kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
SUBJEK PAJAK DALAM NEGERI
Pasal 2 (3) UU PPh:

a. orang pribadi yang:


- Bertempat tinggal di Indonesia
- Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12
bulan, atau
- Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat
untuk bertempat tinggal di Indonesia
b. Badan yang didirikan atau bertempat kedudukan di Indonesia
c. Warisan yang belum terbagi sebagai satu kesatuan, menggantikan
yang berhak.
POKOK PERUBAHAN Pasal 2 ayat (3) huruf a
(omnibus law)
Termasuk subjek pajak dalam negeri adalah orang pribadi, baik yang
merupakan Warga Negara Indonesia maupun warga negara asing yang:
1. Bertempat tinggal di Indonesia;
2. Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan; atau
3. Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan mempunyai niat untuk
bertempat tinggal di Indonesia.

Aturan sebelumnya
→ Hanya menyebutkan kriteria orang pribadi, tanpa menyebutkan status
kewarganegaraan.
SUBJEK PAJAK LUAR NEGERI
Pasal 2 (4) UU PPh:

a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia atau berada


di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan,
b. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat kedudukan di
Indonesia, yang:
- Menjalankan usaha atau melakukan kegiatan melalui BUT di
Indonesia atau
- Dapat menerima atau memeproleh penghasilan dari Indonesia
tanpa melalui BUT di Indonesia
POKOK PERUBAHAN Pasal 2 ayat (4)
(omnibus law) huruf a, b dan c
Termasuk subjek pajak luar negeri yaitu:
a. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
b. Warga negara asing yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari dalam
jangka waktu 12 bulan;
c. Warga Negara Indonesia yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari
dalam jangka waktu 12 bulan serta memenuhi persyaratan:
a) Tempat tinggal;
b) Pusat kegiatan utama;
c) Tempat menjalankan kebiasaan;
d) Status subjek pajak; dan/atau
e) Persyaratan tertentu lainnya yang ketentuan lebih lanjut mengenai
persyaratan tersebut diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan.
Catatan:
→ Memperjelas penentuan status subjek pajak bagi WNI yang berada di luar
Indonesia >183 hari
POKOK PERUBAHAN
Pasal 4 ayat (1a), (1b), & (1c)
warga negara asing yang telah menjadi subjek pajak dalam negeri dikenai Pajak
Penghasilan hanya atas penghasilan yang diterima atau diperoleh dari Indonesia
dengan ketentuan:
a. memiliki keahlian tertentu; dan
b. berlaku selama 4 tahun pajak yang dihitung sejak menjadi subjek pajak dalam
negeri.
• Termasuk penghasilan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, atau kegiatan di Indonesia yang
dibayarkan di luar Indonesia.
• Tidak berlaku terhadap WNA yang memanfaatkan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda.

Aturan sebelumnya
Dikenakan PPh atas penghasilan baik berasal dari Indonesia maupun luar Indonesia.
OBYEK PAJAK
❑ Setiap tambahan kemampuan ekonomis yang
diterima/diperoleh
❑ Baik yang berasal dari Indonesia maupun luar
Indonesia
❑ Yang dapat dipakai untuk konsumsi atau untuk
menambah kekayaan WP yang bersangkutan
❑ Dengan nama dan dalam bentuk apapun,
termasuk:
OBYEK PAJAK

✓ LABA USAHA
✓ KEUNTUNGAN KARENA PENJUALAN/PENGALIHAN HARTA
✓ PENERIMAAN KEMBALI PEMBAYARAN PAJAK YANG TELAH DIBEBANKAN
SEBAGAI BIAYA
✓ BUNGA TERMASUK PREMIUM, DISKONTO, DAN IMBALAN KARENA
JAMINAN
✓ DEVIDEN DENGAN NAMA DAN DALAM BENTUK APAPUN TERMASUK
DEVIDEN DARI PERUSAHAAN ASURANSI PADA PEMEGANG POLIS DAN
PEMBAGIAN HASIL USAHA KOPERASI
✓ ROYALTI
✓ SEWA DAN PENGHASILAN LAIN SEHUBUNGAN DENGAN PENGGUNAAN
HARTA
OBYEK PAJAK
✓ KEUNTUNGAN KARENA PEMBEBASAN UTANG, KECUALI SAMPAI DENGAN JUMLAH TERTENTU
YANG DITETAPKAN DENGAN PP

✓ KEUNTUNGAN KARENA SELISIH KURS MATA UANG ASING


✓ SELISIH LEBIH KARENA PENILAIAN KEMBALI AKTIVA
✓ PREMI ASURANSI
✓ IURAN YANG DITERIMA ATAU DIPEROLEH DARI ANGGOTANYA YANG TERDIRI DARI WP YANG
MENJALANKAN USAHA/PEKERJAAN BEBAS

✓ TAMBAHAN KEKAYAAN NETO YANG BERASAL DARI PENGHASILAN YANG BELUM DIKENAKAN
PAJAK

✓ PENGHASILAN DARI USAHA BERBASIS SYARIAH


✓ IMBALAN BUNGA SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM UNDANG-UNDANG YANG MENGATUR
MENGENAI KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPJAKAN, DAN

✓ SURPLUS BANK INDONESIA


Dikenakan NON OBYEK
FINAL (dikecualikan)

PENGHASILAN SECARA
KESELURUHAN
Penghasilan yang
Dikenakan Pajak
Bersifat Final
1. Penghasilan yang diterima/diperoleh tidak
dihitung kembali pajaknya pada saat
penghitungan pajak akhir tahun.
2. Pajak yang telah dibayar/dipotong pada saat
perolehan penghasilan/saat transaksi tidak dapat
dikreditkan dengan pajak terutang yang dihitung
pada saat penghitungan pajak akhir tahun
3. Biaya-biaya yang dikeluarkan sehubungan dengan
perolehan penghasilan yang dikenakan pajak
bersifat final tidak dapat dikurangkan dari
penghasilan sebagai dasar penghitungan pajak
terutang
PENGHASILAN YANG DIKENAKAN PPH FINAL
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Bunga Tabungan/Deposito PP 131 Th 2000 20%

Penjualan saham bursa PP 14 Th 1997 0,1% dari nilai transaksi


0,5% dari nilai saham saat
penawaran perdana
Bunga dan Diskonto PP 6 Th 2002 15% bagi WPDN
Obligasi 20% bagi WPLN
Diskonto SPN PP 27 Tahun 2008 20% dari diskonto
Pengalihan hak atas tanah PP 34 Thn 2016 2,5% dari jumlah bruto.
dan bangunan 1% utk RS/RSS oleh perush. Real
estat
Sewa Tanah dan PP 5 Th 2002 10% dari jumlah bruto
Bangunan
lanjutan
Jenis Penghasilan Dasar Hukum Tarif
Pengh. Jasa Konstruksi PP 51 Th 2008 jo. PP 40 Th. 2009 Pelaksanaan : 2% , 3%, 4%
Perencanaan: 4%, 6%
Pengawasan : 4%, 6%
Dividen yang diterima oleh WPOP PP 19 Tahun 2009 10% → UU OMNIBUS LAW UU 11 TAHUN 2020
MENJADI BUKAN OBYEK PAJAK DENGAN SYARAT
DIINVESTASIKAN DALAM WILAYAH NKRI DALAM
JANGKA WAKTU TEERTENTU
Uang Pesangon dan Tebusan Pensiun PP 68 Th 2009 Pesangon : Pensiun
0-50 jt : 0% 0-50 : 0%
50-100 jt :5% >50 : 5%
100-500 :15%
>500 :25%
Bunga Simpanan Anggota Koperasi PP 15 Tahun 2009 ≤240 rb : 0%
>240 rb : 10%
Hadiah Undian PP 132 Th. 2000 25% dari hadiah
Jasa Pelayaran dalam Negeri KMK 416/KMK.04/1994 1,2% dari jumlah bruto
Selisih Lebih Revaluasi Aktiva Tetap KMK:79/PMK.03/2008 10% x Selisih Lebih
Penghasilan Usaha WP yang Memiliki Peredaran PP 46 Tahun 2013 (Juli 2013 sd 1% x Peredaran Bruto (omset)
Bruto tidak melebihi Rp 4,8 Milyar Juni 2018)
Pp 23 Tahun 2018 (Juli 2018 sd 0,5% x Peredaran Bruto (omset)
Penghasilan
yang Tidak
Termasuk
Obyek Pajak
Penghasilan Bukan Objek PPh Pasal 4 (3)
a. Bantuan sumbangan, termasuk zakat yang diterima oleh badan amil zakat atau
lembaga amil zakat yang dibentuk atau disahkan oleh Pemerintah dan para
penerima zakat yang berhak, dan harta hibahan yang diterima oleh keluarga sedarah
dalam garis keturunan lurus satu derajat, sepanjang tidak ada hubungan dengan
usaha pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan antara pihak-pihak yang
bersangkutan:

PMK 245/PMK.03/2008 bahwa:


Harta hibah, bantuan, atau sumbangan yang diterima oleh:
● Keluarga sedarah dalam garis keturunan lurus satu derajat
● Badan keagamaan
● Badan pendidikan
● Badan sosial termasuk yayasan dan koperasi, atau
● Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan kecil

dikecualikan sebagai objek Pajak Penghasilan.


Ketentuan pengecualian harta hibah, bantuan, atau sumbangan dari objek Pajak
Penghasilan berlaku apabila pihak pemberi hibah, bantuan, atau sumbangan tidak
mempunyai hubungan suaha, pekerjaan, kepemilikan, atau penguasaan dengan
penerima hibah, bantuan, atau sumbangan
Orang pribadi yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil adalah orang pribadi
yang menjalankan usaha mikro dan usaha kecil yang memiliki dan menjalankan
usaha produktif yang memenuhi kriteria sebagai berikut:
● Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 500.000.000 (lima ratus juta rupiah)
tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha, atau
● Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 2.500.000.000 (dua milyar
lima ratus juta rupiah)

b. Warisan
c. ……………….
d. Penggantian atau imbalan sehubungan dengan pekerjaan atau jasa yang diterima
atau diperoleh dalam bentuk natura dan atau kenikmatan dari Wajib Pajak atau
Pemerintah
e. Pembayaran dari perusahaan asuransi kepada orang pribadi sehubungan dengan
asuransi kesehatan, asuransi kecelakaan, asuransi jiwa, asuransi dwiguna, dan
asuransi beasiswa.
f. Dividen yang berasal dari dalam negeri yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak
orang pribadi dalam negeri sepanjang dividen tersebut diinvestasikan diwilayah
NKRI dalam jangja waktu tertentu; (UU 11 Tahun 2020)
i. Bagian laba atau sisa hasil usaha yang diterima atau diperoleh anggota dari koperasi, perseroan
komanditer yang modalnya tidak terbagi atas saham-saham, persekutuan, perkumpulan, firma,
dan kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif

Penghasilan 100.000 Jika ada gaji kepada pemilik,


CV AB Biaya 60.000 tdk boleh dikurangkan krn bagi
- bagian laba Laba Bersih 40.000 Pemilik tidak dikenakan PPh

- Gaji/imbalan PPh 25% 10.000


A B Laba Setelah PPh 30.000 Non obyek pajak jika
dibagikan kepada
j. dihapus; pemiliknya
k. ………….;

l. beasiswa yang memenuhi persyaratan tertentu yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan;

m. ............;
n. bantuan atau santunan yang dibayarkan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial kepada Wajib
Pajak tertentu, yang ketentuannya diatur lebih lanjut dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
CARA HITUNG PAJAK PENGHASILAN
Dikenakan Pajak secara Umum (Tarif x Penghasilan Kena Pajak)
PENGUSAHA 1. Usaha Non Final dengan omset melebihi Rp 4,8 Milyar
PROFESIONAL/
FREELANCE 2. Pekerjaan Bebas: dokter, notaris, agen asuransi, narasumber,
dll
KARYAWAN 3. Pekerjaan

INVESTOR 4. Barang Modal/Investasi


5. Lainnya
HADIAH,
HIBAH, Dikenakan Pajak secara FINAL (Tarif x Penghasilan Bruto)
WARISAN
1. Omset Usaha tidak melebihi Rp 4,8 Milyar….. 0,5% x omset
2. Usaha Sewa Tanah/Bangunan ………………. 10% x omset
3. Usaha Jasa Konstruksi ………………………2;3;4;6% x omset
4. Usaha Real Estate ……………………………2,5% x omset
5. Penghasilan tertentu yang ditetapkan oleh Pemerintah
SUMBER PENGHASILAN KRITERIA OMSET CARA HITUNG

USAHA OMSET > 4,8 MILYAR PEMBUKUAN TARIF X (P.NETO - KOMP. RUGI - PTKP)

OMSET <= 4,8 MILYAR PP 23/2018 0,5% X OMSET

PEKERJAAN BEBAS OMSET > 4,8 MILYAR PEMBUKUAN TARIF X (P.NETO - KOMP. RUGI - PTKP)

OMSET <= 4,8 MILYAR NORMA TARIF X [ (OMSET X …%) - PTKP ]

PEKERJAAN TARIF X [(P.NETO - PTKP]

BARANG MODAL TARIF X [(P.NETO - PTKP]

LAIN-LAIN TARIF X [(P.NETO - PTKP]


MEKANISME PENGHITUNGAN
PAJAK PENGHASILAN ORANG PRIBADI

PENGHASILAN NETO DARI USAHA (NON PP 46) /PEKERJAAN BEBAS 26.000.000


PENGHASILAN NETO DARI PEKERJAAN 18.000.000
PENGHASILAN NETO DARI BARANG MODAL 2.000.000
PENGHASILAN NETO LAINNYA 68.650.000

JUMLAH PENGHASILAN NETO 114.650.000


KOMPENSASI KERUGIAN (0)
ZAKAT ATAS PENGHASILAN/iuran wajib keagamaan (400.000)
PTKP : K/1 (63.000.000)
PENGHASILAN KENA PAJAK 51.250.000
PAJAK PENGHASILAN :
-5% X Rp 50.000.000 = Rp 2.500.000
-15% x Rp 1.250.000 = Rp 187.500 2.687.500
KREDIT PAJAK :
-PAJAK DIPOTONG PIHAK LAIN (PPh 21, 22, 23,24) 400.000
-PAJAK DIBAYAR SENDIRI (PPh 25) 600.000
JUMLAH KREDIT PAJAK 1.000.000
PAJAK PENGHASILAN YANG KURANG (LEBIH) BAYAR 1.687.500
1. SUMBER PENGHASILAN

USAHA PEKERJAAN BEBAS PEKERJAAN BARANG MODAL LAINNYA


• Penghasilan • Penghasilan yang diterima • Penghasilan yang
atau diperoleh dari • Penghasilan yang • Penghasilan
yang diterima pekerjaan bebas yang diterima atau diterima atau
atau diperoleh diperoleh dari diperoleh Wajib yang diterima
dilakukan Wajib Pajak, atau diperoleh
dari kegiatan misalnya Tenaga Ahli pekerjaan Wajib Pajak dari modal
usaha Wajib (dokter, pengacara, atau Pajak sebagai yang dimilikinya Wajib Pajak
notaris, Pengajar, yang berupa harta selain dari
Pajak, pegawai (karyawan), gerak maupun
misalnya olahragawan), Seniman, misalnya sebagai kategori di atas,
Olahragawan, Pengarang harta tak gerak, misalnya
usaha toko direktur, komisaris, misalnya bunga,
atau berjualan pegawai tetap, atau dividen, royalti, hadiah, hibah,
online. pegawai harian. sewa, dan warisan, atau
keuntungan pembebasan
penjualan harta. utang.
1. Tenaga ahli yang melakukan pekerjaan bebas, yang terdiri dari pengacara, akuntan, arsitek, dokter, konsultan,
notaris, penilai, dan aktuaris;
2. Pemain musik, pembawa acara, penyanyi, pelawak, bintang film, bintang sinetron,
3. Bintang iklan, sutradara, kru film, foto model, peragawan/peragawati, pemain drama, dan penari;
4. Olahragawan;
5. Penasihat, pengajar, pelatih, penceramah, penyuluh, dan moderator;
6. Pengarang, peneliti, dan penerjemah:
7. Agen iklan:
8. Pengawas atau pengelola proyek;
9. Perantara;
10. Petugas penjaja barang dagangan;
11. Agen asuransi; dan
12. Distributor perusahaan pemasaran berjenjang (multilevel marketing) atau
penjualan langsung (direct selling) dan kegiatan sejenis lainnya.

PENDAPATAN - BIAYA DEDUCTIBLE


PENGHASILAN
NETO
TARIF …% x PEREDARAN BRUTO/OMSET
harta, kewajiban, modal,
Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri atas catatan mengenai
penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian sehingga dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.

Penjelasan
Pengertian pembukuan telah diatur dalam Pasal 1 angka 29.
Pengaturan dalam ayat ini dimaksudkan agar berdasarkan pembukuan tersebut dapat dihitung
besarnya pajak yang terutang.
Selain dapat dihitung besarnya Pajak Penghasilan, pajak lainnya juga harus dapat dihitung dari
pembukuan tersebut. Agar Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah dapat
dihitung dengan benar, pembukuan harus mencatat juga jumlah harga perolehan atau nilai impor,
jumlah harga jual atau nilai ekspor, jumlah harga jual dari barang yang dikenakan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah, jumlah pembayaran atas pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari
luar daerah pabean di dalam daerah pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dan yang tidak dapat
dikreditkan.
Dengan demikian, pembukuan harus diselenggarakan dengan cara atau sistem yang lazim
dipakai di Indonesia, misalnya berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan, kecuali peraturan
perundang-undangan perpajakan menentukan lain.
Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) terdiri atas data yang
dikumpulkan secara teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang, termasuk penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang
dikenai pajak yang bersifat final.
Penjelasan
Pencatatan oleh Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha
dan pekerjaan bebas meliputi peredaran atau penerimaan bruto dan
penerimaan penghasilan lainnya, sedangkan bagi mereka yang semata-mata
menerima penghasilan dari luar usaha dan pekerjaan bebas, pencatatannya
hanya mengenai penghasilan bruto, pengurang, dan penghasilan neto yang
merupakan objek Pajak Penghasilan.
Di samping itu, pencatatan meliputi pula penghasilan yang bukan objek pajak
dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat final.
A. Contoh penghitungan PPh dengan PEMBUKUAN
(misal Agen Asuransi)
KETERANGAN PEMBUKUAN
PENDAPATAN 300.000.000
HARGA POKOK PENDAPATAN 100.000.000
LABA KOTOR 200.000.000
BIAYA USAHA 80.000.000
LABA USAHA 120.000.000
PENDAPATAN (BIAYA) LUAR USAHA (10.000.000)
LABA BERSIH 110.000.000
Zakat Penghasilan/iuran wajib keagamaan (2.000.000)
KOMPENSASI KERUGIAN (3.000.000)
PTKP : K/1 (63.000.000)
PENGHASILAN KENA PAJAK 42.000.000
PAJAK PENGHASILAN 2.100.000
Note: utk penghasilan dari pekerjaan bebas
B. Contoh Penghitungan PPh dengan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto

Jenis Pekerjaan Bebas Dokter (K/1)


Peredaran Usaha : Rp. 400.000.000
Lokasi Usaha : Sleman
Tarif Norma : 50%
Penghasilan Neto : 50% x Rp 400.000.000
Rp 200.000.000
PTKP (K/1) : Rp 63.000.000
Zakat : Rp 2.000.000
Kompensasi Kerugian : Rp 0
Penghasilan Kena Pajak : Rp 135.000.000
Tarif Pasal 17
5% x 50.000.000 : Rp 2.500.000
15% x 85.000.000 : Rp 12.750.000
PPh Terutang : Rp 15.250.000
C. Contoh Penghitungan PPh berdasarkan PP
23/2018
KETERANGAN PEMBUKUAN
PENDAPATAN 3.000.000.000
HARGA POKOK PENDAPATAN 1.000.000.000
LABA KOTOR 2.000.000.000
BIAYA USAHA 800.000.000
LABA USAHA 1.200.000.000
PENDAPATAN (BIAYA) LUAR USAHA 0
LABA BERSIH 1.200.000.000
ZAKAT ATAS PENGHASILAN 0
KOMPENSASI KERUGIAN 0
PTKP : K/1 0
PENGHASILAN KENA PAJAK 0
PAJAK PENGHASILAN (3.000.000.000 x 0,5%) 15.000.000
UNTUK WP OP YANG MENGGUNAKAN PP 23 TAHUN 2018 (PPh = 0,5% x Omset -→ bersifat FINAL)
APABILA PENGHASILAN HANYA DARI USAHA, MAKA SPTNYA SPT NIHIL
KAP = 411128 TATA CARA PEMBAYARAN PPH UMKM PP 23 TAHUN 2018
KJS = 420 PPH TERUTANG = OMSET X 0,5%
JANTO MEMPUNYAI TOKO ABC DENGAN OMSET SEBESAR Rp. 3.000.000.000, MAKA
PEMBAYARAN PPH BERDASAR PP 23 TAHUN 2018 NADALAH RINCIAN SEBAGAI BERIKUT
NO, MASA PAJAK OMSET PPH TERUTANG (PP JATUH TEMPO PEMBAYARAN
, 23 TAHUN 2018)
1. JANUARI Rp. 200.000.000 Rp. 1.000.000 15-02-2019
2. FEBRUARI Rp. 200.000.000 Rp. 1.000.000 15-03-2019
3. MARET Rp. 200.000.000 Rp. 1.000.000 15-04-2019
4. APRIL Rp. 200.000.000 Rp. 1.000.000 15-05-2019
5. MEI Rp. 200.000.000 Rp. 1.000.000 15-06-2019
6. JUNI Rp. 200.000.000 Rp. 1.000.000 15-07-2019
7. JULI Rp. 300.000.000 Rp. 1.500.000 15-08-2019
8. AGUSTUS Rp. 300.000.000 Rp. 1.500.000 15-09-2019
9. SEPTEMBER Rp. 300.000.000 Rp. 1.500.000 15-10-2019
10. OKTOBER Rp. 300.000.000 Rp. 1.500.000 15-11-2019
11. NOPEMBER Rp. 300.000.000 Rp. 1.500.000 15-12-2019
12 DESEMBER Rp. 300.000.000 Rp. 1.500.000 15-01-2020
TOTAL Rp. 3.000.000.000 Rp. 30.000.000
PER-DIRJEN NOMOR PER 17/PJ/2015 TENTANG
BERLAKU NORMA PENGHITUNGAN PENGHASILAN NETO

2016
PER- 17 /PJ/2015 KEP-536/PJ.2/2000
KETERANGAN IBU KOTA 10 IBU KOTA
10 IBUKOTA PROPINSI DAERAH IBUKOTA PROPINSI DAERAH
PROPINSI LAINNYA LAINNYA PROPINSI LAINNYA LAINNYA

JASA AKUNTANSI, PEMBUKUAN


DAN PEMERIKSA; KONSULTASI
PAJA 50 50 50 36 35 35
PRAKTIK DOKTER UMUM 50 50 50 45 42,5 40
JASA AGEN ASURANSI 50 50 50 - - -
KEGIATAN PEKERJA SENI 50 50 50 35 32,5 30
JASA HUKUM (notaris, ppat dsb) 51 50 50 55 50 50
REPARASI MOBIL 20 18,5 17,5 20 18,5 17,5
PENGHASILAN TIDAK KENA PAJAK
Keterangan s.d. 2008 Mulai 2009 Mulai 2013- 2015 2016
2014
WP sendiri 13.200.000 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000

Status kawin 1.200.000 1.320.000 2.025.000 3.000.000 4500.000


Tanggungan 1.200.000 1.320.000 6.075.000 9.000.000 13.500.000
(maksimal 3 orang)

Istri yang 13.200.000 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000


penghasilannya
digabung dgn
suami
TANGGUNGAN:
1. Keluarga sedarah & semenda 2. Ditentukan Per 1 Januari 3. Termasuk Anak Angkat dan Anak Tiri
dalam garis keturunan lurus,
termasuk anak angkat yang
ditanggung sepenuhnya.
DST DST
PENGERTIAN
HUBUNGAN KELUARGA
K/N K/N MT

ORTU MERTUA

SUAMI ISTERI KETERANGAN :


K/N : Kakek/Nenek
ORTU : Orang Tua
AK/AA AK/AA AT
AK : Anak Kandung

CK AA : Anak Angkat
CK CT
AT : Anak Tiri

DST DST DST CK : Cucu Kandung


CT : Cucu Tiri
SEDARAH SEMENDA
…untuk karyawan
yang tidak memiliki penghasilan lainnya
Penghasilan Neto Lainnya:
-Gaji dan penghasilan Karyawan 80.000.000

Jumlah Penghasilan Neto 80.000.000


Dikurangi dengan:
-Kompensasi Rugi Usaha tahun lalu 0
-Zakat atas Penghasilan 0
-Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/3) (72.000.000)

Penghasilan Kena Pajak 8.000.000

Pajak Penghasilan:
-5% x Rp 50.000.000 400.000
-15% x Rp 200.000.000 0
-25% x Rp 250.000.000 0 Note:
-30% x Rp ...dst. 0 Jika Pemberi Kerja telah
memotong pajaknya
Jumlah Pajak Penghasilan terutang 400.000 dengan benar,
Kredit Pajak (pengurang pajak):
-PPh Pasal 21 dari gaji karyawan (400.000)
pada akhir tahun si
karyawan tidak pernah
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar akhir tahun NIHIL kekurangan bayar lagi
…untuk karyawan
yang memiliki penghasilan lainnya
Penghasilan Neto Lainnya:
-Gaji dan penghasilan Karyawan 80.000.000
-Honor Mengajar 10.000.000
Jumlah Penghasilan Neto 90.000.000
Dikurangi dengan:
-Kompensasi Rugi Usaha tahun lalu 0
-Zakat atas Penghasilan 0
-Penghasilan Tidak Kena Pajak (K/3) (72.000.000)
Penghasilan Kena Pajak 18.000.000
Pajak Penghasilan:
-5% x Rp 50.000.000 900.000
-15% x Rp 200.000.000 0
-25% x Rp 250.000.000 0
-30% x Rp ...dst. 0
Note:
Pada akhir tahun, hanya
Jumlah Pajak Penghasilan terutang 900.000 membayar PPh atas
Kredit Pajak (pengurang pajak): penghasilan yang belum
-PPh Pasal 21 dari gaji karyawan (400.000) dikenakan pajak, yaitu
Pajak Penghasilan yang masih harus dibayar akhir tahun 500.000 Honor
CARA HITUNG PAJAK
TARIF PAJAK PENGHASILAN KENA PAJAK (PKP)
(Pasal 17 UU PPh) X (Phsl. Neto – Zakat – Kompensasi Rugi - PTKP)

TARIF PAJAK
→ Sampai dengan Rp 50.000.000 5%
→ Di atas Rp 50.000.000 s.d. Rp 250.000.000 15%
→ Di atas Rp 250.000.000 s.d. Rp 500.000.000 25%
→ Di atas Rp 500.000.000 30%
BERIKUT PENGHASILAN TAHUN 2020
YANG DITERIMA ALIMAN

● Gaji dari PT RINDUKU Rp 80.000.000


● Persewaan Rumah Rp 10.000.000
● Keuntungan Penjualan Mobil Rp 5.000.000
● Royalty dari PT ABC Rp 2.000.000
● Klaim asuransi kecelakaan Rp 10.000.000
● Warisan dari ORTU Rp 100.000.000
● Bunga Deposito dari BRI Rp 1.000.000

BERAPA PENGHASILAN BRUTO YANG AKAN DIHITUNG PAJAKNYA?


MENENTUKAN PENGHASILAN NETO

USAHA/PEK.BEBAS PEMBUKUAN

PENCATATAN/NORMA

PEKERJAAN PENGHASILAN BRUTO


DIKURANGI:
-BIAYA JABATAN (5%)
(maks. Rp 6 juta setahun)
-IURAN PENSIUN
yg dibayarkan wajib pajak kpd dana pensiun
yg disahkan Menteri Keuangan atau Jamsostek

BARANG MODAL PENGHASILAN BRUTO


DIKURANGI:
- BIAYA RIIL YG KELUAR

LAINNYA PENGHASILAN BRUTO


DIKURANGI:
- BIAYA RIIL YG KELUAR
PENGHASILAN NETO-nya ??
Gaji Pekerjaan 80.000.000 -5% 76.000.000
(Biaya Jabatan)
Keuntungan 5.000.000 -2.000.000 3.000.000
Penjualan (misal ada biaya)

Mobil
Royalty 2.000.000 -500.000 1.500.000
(misal ada biaya)

Jumlah 57.000.000 52.000.000


KEWAJIBAN NPWP

3 wanita yang boleh memiliki NPWP sendiri (xxx.000)


Status Penghasilan Istri
dianggap Penghasilan Suami
SUAMI ISTRI YANG HARUS LAPOR SPT
SECARA TERPISAH
(MASING-MASING HARUS LAPOR SPT SENDIRI)
Perhitungan Penghasilan Suami Istri HARUS
DIGABUNG
(Pajaknya dibayar sendiri-sendiri)
KETERANGAN STATUS PERPAJAKAN KONSEKUENSI CARA PERHITUNGAN

1. yaitu suami-isteri yang tidak menghendaki untuk KK kewajiban Apabila Penghasilan istri
melaksanakan hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya hanya dari 1 pemberi kerja
perpajakan secara terpisah. Isteri dalam melaksanakan menggunakan NPWP maka dianggap penghasilan
hak dan memenuhi kewajiban perpajakannya suami atau kepala bersifat final SPT 1770 S
menggunakan NPWP suami atau kepala keluarga. keluarga. lamp II angka 13 , SPT 1770
2. WP tidak kawin mempunyai penghasilan selain dari usaha lamp III angka 15
dan/atau pekerjaan bebas.
3. WP tidak kawin menerima penghasilan dari
usaha/pekerjaan bebas

suami-isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim HB Isteri memiliki Penghasilan dan pajaknya
(HB); kewajiban dilakukan
mendaftarkan diri sendiri-sendiri (Tidak ada
untuk penggabungan
diberikan NPWP penghasilan)
sehingga menjadi
Dikehendaki secara tertulis oleh suami-isteri berdasarkan PH
Wajib Pajak Orang
perjanjian pemisahan harta dan
Pribadi tersendiri.
penghasilan (PH); atau
Penggabungan penghasilan
Dikehendaki oleh isteri yang memilih untuk menjalankan hak MT
proporsional
dan kewajiban perpajakannya
sendiri (MT).
PENGHASILAN ISTRI DARI SATU
PEMBERI KERJA
Contoh 1
ISTRI MEMILIKI NPWP SENDIRI
A. DATA PENGHASILAN
Status: K/1 Suami Istri
NPWP 07.777.672.2-542.000 09.999.999.9-542.000
Gaji, dll. 110,000,000 90,000,000
Biaya Jabatan 5% (5,500,000) (4,500,000)
Penghsl Neto 104,500,000 85,500,000
PTKP (63,000,000) (54,000,000)
Penghsl Kena Pajak 41,500,000 31,500,000
PPh Terutang:
5% x 50 juta 2,075,000 1,575,000
15% x 200 juta
25% x 250 juta
30% x ……dst
Jumlah PPh 2,075,000 1,575,000
Jumlah Pajak yang dipenuhi sendiri-sendiri 3,650,000
B. LAPORAN SPT TAHUNAN
SPT Suami SPT Istri
Penghsl Neto Suami (S) 104,500,000 104,500,000
Penghsl Neto Istri (I) 85,500,000 85,500,000
Jumlah Penghsl Neto SI 190,000,000 190,000,000
PTKP Gabungan K/I/1 (117,000,000) (117,000,000)
Penghsl Kena Pajak SI 73,000,000 73,000,000
PPh Terutang:
5% x 50 juta 2,500,000 2,500,000
15% x 200 juta 3,450,000 3,450,000
25% x 250 juta
30% x ……dst
Jumlah PPh Gabungan SI 5,950,000 5,950,000
PPh Porsi Suami / Istri 3,272,500 2,677,500
PPh yang sudah dipotong:
- PPh 21 (2,075,000) (1,575,000)
PPh yang kurang dibayar 1,197,500 1,102,500
Note:
PORSI PPH SUAMI/ISTRI :
P.NETO S atau I X PPh Gabungan SI
TOTAL P.NETO SI
Contoh 2
ISTRI TIDAK MEMILIKI NPWP SENDIRI
A. DATA PENGHASILAN
Status: K/1 Suami Istri
NPWP 07.777.672.2-542.000 x
Gaji, dll. 110,000,000 90,000,000
Biaya Jabatan 5% (5,500,000) (4,500,000)
Penghsl Neto 104,500,000 85,500,000
PTKP (63,000,000) (54,000,000)
Penghsl Kena Pajak 41,500,000 31,500,000
PPh Terutang:
5% x 50 juta 2,075,000 1,575,000
15% x 200 juta
25% x 250 juta
30% x ……dst
Jumlah PPh 2,075,000 1,575,000
Jumlah Pajak yang dipenuhi sendiri-sendiri 3,650,000
B. LAPORAN SPT TAHUNAN
SPT Suami dikenakan PPh Final
Penghsl Neto Suami (S) 104,500,000
Penghsl Neto Istri (I) 85,500,000
Jumlah Penghsl Neto 104,500,000
PTKP K/1 (63,000,000)
Penghsl Kena Pajak 41,500,000
PPh Terutang:
5% x 50 juta 2,075,000
15% x 200 juta
25% x 250 juta
30% x ……dst
Jumlah PPh 2,075,000 1,575,000
PPh yang sudah dipotong:
- PPh 21 (2,075,000)
PPh yang kurang dibayar -
Tidak perlu bayar pajak lagi
Penghasilan Istri dianggap sudah selesai pemajakannya
PENYAJIAN HARTA DI SPT
TAHUNAN
Bagian ini digunakan untuk melaporkan harta usaha serta harta non usaha pada akhir
Tahun Pajak yang dimiliki atau dikuasai Wajib Pajak sendiri dan anggota keluarganya.
Dalam hal:
1. Isteri telah hidup berpisah berdasarkan putusan hakim (HB);
2. Isteri melakukan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan (PH);
3. Isteri menghendaki untuk menjalankan hak dan kewajiban perpajakannya sendiri (MT);
CATATAN PENTING
FORM 1770 SS
Suami-isteri yang mempunyai penghasilan selain dari usaha
dan/atau pekerjaan bebas dengan jumlah penghasilan bruto tidak
lebih dari Rp 60.000.000 (enam puluh juta rupiah) setahun,
namun memiliki status perpajakan PH atau MT wajib melaporkan
penghasilan dengan menggunakan Formulir SPT Tahunan PPh
Orang Pribadi 1770 S, bukan menggunakan Formulir SPT Tahunan
PPh Orang Pribadi 1770 SS ini.
GO TO SPT:

KESIMPULAN:
• Bagi Wanita Kawin yang memiliki penghasilan hanya semata-mata dari satu
pemberi kerja sebaiknya mengajukan penghapusan NPWP (Apabila telah
memiliki NPWP) dan menggunakan NPWP Suami dalam melakukan kewajiban
perpajakannya.
• Analisis Hasil penyusunan SPT Melalui Fungsi Pendapatan Y= C+I+S untuk
melihat kewajaran dari Penyusunan SPT
• Hindari Sanksi Bunga akibat kesalahan perhitungan

Anda mungkin juga menyukai