Anda di halaman 1dari 131

KETENTUAN UMUM PERPAJAKAN

Apa itu Pajak…..?

Pasal 23 ayat 2 UUD 1945


Segala pajak untuk keperluan negara berdasarkan
undang-undang
Pasal 23 huruf A amandemen UUD 1945
Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk
keperluan negara diatur dengan undang-undang.***)
• 1924 – Djawatan Padjak di bawah Departemen Van
Financien berdasar Staatsblad 1924 No. 576 Artikel 3.
• 1945 – berdasarkan Penetapan Pemerintah No.2/SD
Urusan Bea ditangani Departemen Keuangan Bahagian
Padjak
• 1983 – Tax Reform I berlakunya Self Assesment.
• 2000 – Tax Reform II
Dari awal berdiri sampai saat ini DJP telah beberapa kali
menjalankan agenda perubahan. Perubahan pertama yang
cukup besar terjadi pada tahun 1983. Saat itu beberapa
undang-undang baru di bidang perpajakan disahkan untuk
mengganti undang-undang lama peninggalan Belanda.
Sistem pemungutan pajak diubah dari Official Assesment
menjadi Self Assesment.
Definisi Pajak :
•Kata Pajak muncul dalam “Rancangan UUD
Kedua” disampaikan tanggal 14 Juli 1945.
•Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan
Undang-Undang, dengan tidak mendapatkan
imbalan secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
•Tercapainya kepastian hukum antar WP dan
Negara.
-Hukum Pajak Material (Subyek, Obyek,
dan Tarif)
-Hukum Pajak Formal (Mewujudkan
Hukum Material Menjadi Nyata,
dengan memuat prinsip
pemungutan, dan landasan
pemungutan): diantaranya sering
disebut ketentuan umum
perpajakan.
Fase Fase self Fase Fase Fase
timbulnya assessme Pengawa Sengketa Penyeles
hak dan nt aian
kewajiban
san Sengketa K
Ber-NPW
Berlakuny e
P Pengadilan p
a & PKP Pemeriksaan
Pajak
Keberat a
UU an s
BANDI ti
Pembukua NG a
n n
Menya Surat H
Ketetapan
mpai- Kep. u
Hak dan Pajak PUTU
kan Keberatan k
kewajiban SPT SAN u
Diperik Setuju? m
sa ?
Setuju? BAND
Tid Tid ING
5 ak ak
T Y
a Ya
h
Ya
Tidak
Kewajiban WP Kewajiban DJP

Hak WP Hak DJP

7
KEWAJIBAN
MENDAFTARKAN DIRI
DAN MELAPORKAN
USAHA
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
► adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya. (Pasal 1 angka 6 UU KUP)

01.234.567.8 – 999 . 000


Kewajiban Mendaftarkan Diri
Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan
objektif sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan wajib mendaftarkan diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak
yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak.
(Pasal 2 angka 1 UU KUP)
Persyaratan bagi subjek pajak yang
menerima atau memperoleh penghasilan
atau diwajibkan untuk melakukan
pemotongan/pemungutan sesuai UU PPh
1984 dan perubahannya

Wanita kawin selain tsb di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
atas namanya sendiri agar wanita kawin tsb dapat melaksanakan hak & memenuhi
kewajiban perpajakannya terpisah dari hak & kewajiban perpajakan suaminya.
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU
PPN 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 2 UU KUP)
orang pribadi atau badan dalam Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
bentuk apa pun yang dalam Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
kegiatan usaha atau Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
pekerjaannya menghasilkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
barang, mengimpor barang, dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha
mengekspor barang, melakukan Kecil yang batasannya ditetapkan dengan
usaha perdagangan, Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha
memanfaatkan barang tidak Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
berwujud dari luar daerah Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 1 angka 15 UU
pabean, melakukan usaha jasa, PPN)
pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
atau memanfaatkan jasa dari
penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran
luar daerah pabean. bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar.
(Pasal 1 angka 4 UU KUP) {Peraturan Menkeu No:197/PMK.03/2013 tentang BATASAN
PENGUSAHA KECIL }
KETENTUAN MENGENAI JANGKA
WAKTU PENDAFTARAN

Jangka waktu pendaftaran dan pelaporan serta tata cara


pendaftaran dan pengukuhan termasuk penghapusan
Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau pencabutan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 2 angka 5 UU KUP)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.03/2015


tentang Tata Cara Pendaftaran NPWP, Pengukuhan
PKP, Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan
PKP
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DIRI
WAJIB PAJAK Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.03/2015

BADAN kepadanya
wajib mendaftarkan diri
diberikan
Orang pribadi yang
paling lama 1 (satu) bulan setelah NPWP
menjalankan
saat usaha mulai dijalankan
usaha atau
pekerjaan bebas saat pendirian, atau saat
usaha atau pekerjaan bebas
nyata-nyata dimulai

Pekerjaan bebas : pekerjaan yg dilakukan oleh orang pribadi yg mempunyai keahlian khusus
sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yg tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
Orang pribadi yg tidak
menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, apabila kepadanya
wajib mendaftarkan diri diberikan
jumlah penghasilannya s/d
suatu bulan yg paling lama pada akhir bulan NPWP
disetahunkan telah berikutnya
melebihi PTKP setahun PMK 20/PMK.03/2008(sudah
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DIRI

Pasal 2

4. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah
penghasilan Wajib Pajak tersebut pada suatu bulan yang disetahunkan telah
melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak

5. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan
bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha atau
pekerjaan bebas, nyata-nyata mulai dilakukan

6. Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d,
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 (satu) bulan
setelah saat pendirian

7. Bendahara sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf e, wajib mendaftarkan


diri untuk memperoleh NPWP paling lambat sebelum melakukan pemotongan
dan/atau pemungutan pajak
Sekilas Info:
Dasar
Perkembangan Besarnya PTKP
Ps 7 UU No. 7/84 KMK 1209/89
Ps 7 UU No.
KMK 928/93 9/94 KMK 361/98 Ps 7 UU KMK 564/2004
Ps 7 UU No.
PMK 137/2005 36/08 PMK PMK 122/2015

PMK
Hukum No. 11/00 162/2012 101/PMK.010/2016

Berlaku 1984 s/d 1989 1990 s/d 1993 19941995 s/d 1998 1999 s/d 2000 2001 s/d 2004 20052006 s/d 2008 2009-2012 Mulai 2013 Mulai 2015 mulai 2016

Penaikan 50% 20% - 67%- 317% 10% 20% 53%

Besarnya (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)

WP 960.000 1.440.000 1.728.000 1.728.000 2.880.000 2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000

WP Kawin 480.000 720.000 864.000 864.000 1.440.000 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 2.025.000 3.000.000 4.500.000

Istri Bekerja 960.000 1.440.000 1.728.000 1.728.000 2.880.000 2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000

Tanggungan 480.000 720.000 864.000 864.000 1.440.000 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 2.025.000 3.000.000 4.500.000

Maksimal Tanggungan 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang

K/3 2.880.000 4.320.000 5.184.000 5.184.000 8.640.000 8.640.000 16.800.000 18.000.000 21.120.000 32.400.000 48.000.000 72.000.000

K/I/3* 3.840.000 5.760.000 6.912.000 6.912.000 11.520.000 11.520.000 28.800.000 28.800.000 36.960.000 56.700.000 84.000.000 126.000.000

Ket. * Istri bekerja dan jumlah tanggungan 3 orang


CONTOH
Udin bersama rekan-rekannya bermaksud mendirikan sebuah Yayasan
di bidang pendidikan. Akte pendirian dibuat dihadapan Notaris pada
tanggal 20 Mei 2017 dengan nama Yayasan Hasabila. Kegiatan usaha
baru benar benar dilaksanakan secara aktif pada 1 November 2018.

Yayasan Hasabila wajib mendaftarkan diri paling lama 1 (satu)


bulan setelah saat usaha mulai dijalankan.

JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DIRI

Wajib Pajak badan wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh Nomor


Pokok Wajib Pajak paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat pendirian

Yayasan Hasbila wajib mendaftarkan diri paling lama tanggal


20 Juni 2017
CONTOH (Baru) melalui Penafsiran Historis pembuat UU
Putra, status (K/3) mulai bekerja di Indonesia pada tanggal 1
September 2017 sebagai karyawan pada sebuah perusahaan swasta
nasional dengan gaji per bulan sebesar Rp20.000.000,00.

Karena Putra menikah dan mempunyai tanggungan 3 orang


anak maka PTKP setahun adalah Rp72.000.000,00.

Pada saat perhitungan pemotongan PPh 21 Richard bulan September


2017, sudah terdapat PPh terutang (kewajiban pajak subjektif muncul
setelah awal tahun pajak)

Perhitungan sesuai Peraturan Dirjen Pajak Nomor: 16/PJ/2016


Lampiran I.6.1.2
Putra wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya
setelah bulan memperoleh penghasilan yang disetahunkan jumlahnya
telah melebihi PTKP.
yaitu paling lambat akhir bulan Oktober 2016.
Diskusi
Putra, bujangan (TK/-) adalah pengangguran. Namun Putra memiliki
deposito dengan bunga per bulan sebesar Rp15.000.000,00. Bunga
tersebut mulai diperoleh sejak bulan Februari 2015. Atas penghasilan
bunga tersebut telah dipotong PPh yang bersifat Final oleh bank.

Apakah Putra wajib NPWP?


JANGKA WAKTU PELAPORAN USAHA
WAJIB PAJAK Peraturan Menteri Keuangan Nomor 182/PMK.03/2015

BADAN wajib melaporkan


Sebagai usahanya untuk
Orang pribadi PENGUSAHA yang
yang dikukuhkan sebagai PKP
menyerahkan sebelum melakukan
menjalankan BKP/JKP
usaha atau penyerahan BKP dan/
pekerjaan bebas atau JKP

Tidak memilih sebagai PKP


wajib melaporkan
PENGUSAHA sampai dengan suatu bulan
usahanya untuk
KECIL dalam suatu tahun buku
dikukuhkan sebagai PKP
OMSET BKP &/ JKP>
paling lama akhir bulan
batasan yang ditentukan
berikutnya
sebagai Pengusaha Kecil
Contoh
PT SATRIA MANDALA adalah perusahan yang mengelola rumah makan
berdasarkan perjanjian franchise dengan pemilik merk “Kentucky Fried
Chicken” di USA. Akte pendirian dibuat di hadapan Notaris pada tanggal 10
Januari 2017. Usaha mulai aktif dijalankan pada tanggal 1 Maret 2017 dan
rumah makan mulai dibuka tanggal 1 April 2017.

PT SATRIA MANDALA adalah Wajib Pajak Badan dan wajib mendaftarkan


diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 bulan setelah tanggal 10
Januari 2017.
PT SATRIA MANDALA adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha
atau pekerjaannya melakukan usaha perdagangan dan memanfaatkan
barang tidak berwujud (franchise) dari luar Daerah Pabean.
Namun PT AMAN bukan PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang diserahkan
adalah makanan minuman di rumah makan (bukan Barang Kena Pajak)

PT AMAN tidak wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak
Contoh
PT Telaga Harapan adalah pedagang besar komputer. Akte pendirian dibuat
dihadapan Notaris pada tanggal 10 Mei 2016. Usaha mulai aktif dijalankan
yaitu dengan mulai menjual komputer pada tanggal 1 Juni 2016.

PT Telaga Harapan adalah Wajib Pajak badan dan wajib mendaftarkan


diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 10 Juni 2016.
PT Telaga Harapan adalah PENGUSAHA, karena dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya melakukan usaha perdagangan.
PT Telaga Harapan adalah PENGUSAHA KENA PAJAK karena yang diserahkan
adalah komputer yang merupakan Barang Kena Pajak

PT Telaga Harapan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan


sebagai Pengusaha Kena Pajak sebelum melakukan penyerahan BKP, yaitu
sebelum tanggal 1 Juni 2016 (bersamaan dengan kewajiban
mendaftarkan diri).
Contoh
Misalkan PT Telaga Harapan tersebut dalam tahun buku 2016 omset
penjualan komputernya tidak lebih dari Rp4,8 miliar.

PT Telaga Harapan merupakan PENGUSAHA KECIL dan dengan


permohonan, pengukuhan PKP dapat dicabut.

Setelah pengukuhan PKP dicabut, apabila sampai dengan suatu masa pajak
dalam suatu tahun buku OMSET BKP dan atau JKP lebih dari Rp4,8 miliar

PT Telaga Harapan wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai


PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya
NPWP dan PKP JABATAN
Pasal 2 angka 4 UU KUP

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib


Pajak dan atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak
melaksanakan kewajiban mendaftarkan diri dan
atau Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan
usahanya.

Dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh


atau dimiliki oleh Dirjen Pajak ternyata orang pribadi atau
badan atau Pengusaha tersebut telah memenuhi syarat
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Kewajiban Perpajakan untuk NPWP dan PKP JABATAN
Pasal 2 angka 4a UU KUP
Kewajiban perpajakan bagi Wajib Pajak yang diterbitkan NPWP dan/atau yang
dikukuhkan sebagai PKP secara jabatan dimulai sejak saat Wajib
Pajak memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, paling lama 5 (lima) tahun sebelum
diterbitkannya Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkannya sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Misalnya terhadap Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib


Pajak secara jabatan pada tahun 2013 dan ternyata Wajib
Pajak telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan terhitung sejak tahun 2008, kewajiban
perpajakannya timbul terhitung sejak tahun 2008.

Terhadap kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat NPWP dan pengukuhan PKP
secara jabatan dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan paling lama 24
bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP)
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi

tempat tinggal WP tempat kedudukan WP dapat ditetapkan oleh


Dirjen Pajak

WP ORANG WP BADAN tempat tinggal dan tempat


kegiatan usaha dilakukan, bagi
PRIBADI WP ORANG PRIBADI
PENGUSAHA TERTENTU
selain tempat tinggal dan
tempat kedudukan WP
Pasal 2 ayat 1 dan 3 UU KUP

WP TERTENTU
Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai
1 (satu) atau lebih tempat usaha. BUMN;
(penjelasan Pasal 25 ayat 7 huruf c UU PPh) PMA;
BUT dan Badan dan Orang Asing;
Per Dirjen Pajak Nomor PER - 13/PJ/2014 diubah Perusahaan Masuk Bursa;
dengan PER - 15/PJ/2016 Perusahaan Besar.
TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR
WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAKDI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi

tempat kedudukan Wajib Pajak tempat kegiatan usaha apabila WP


badan/ tempat tinggal WP orang OP melakukan kegiatan usaha/ kantor
pribadi cabang

Untuk kewajiban perpajakan: Untuk kewajiban perpajakan:


- PPh badan/PPh Orang Pribadi - PPh Pot Put
(PPh Pasal 25 dan 29) - PPN dan PPnBM
- PPh Pot Put
- PPN dan PPnBM
Kewajiban pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPnBM
terutang dapat dilakukan secara terpusat (sentralisasi) apabila memenuhi
persyaratan tertentu. Sedangkan untuk PPh Pasal 21 dan Pasal 26 tidak
dapat dilakukan pemusatan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak
terutang (SE-23/PJ.43/2000).
Ekstensifikasi Dalam Rangka Pendaftaran
NPWP atau Pengukuhan PKP

Mendatangi WP di lokasi WP

Melalui Pemberi Kerja/Bendaharawan


Pemerintah

Mengirimkan Surat Imbauan kepada WP

PER - 35/PJ/2013
TEMPAT PELAPORAN KEGIATAN USAHA

pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang


wilayah kerjanya meliputi

tempat kegiatan Ditetapkan oleh


usaha Wajib Pajak Dirjen Pajak

PKP tertentu
KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU

Kep-171/PJ./2002 dicabut &


diganti PER - 32/PJ/2010
Lama
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang
perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui
tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak
termasuk perdagangan kendaraan dan restoran.

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri


untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha/gerai (outlet) di
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
usaha/gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) dan di Kantor Pelayanan
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP
domisili).
KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI WAJIB PAJAK ORANG PRIBADI
PENGUSAHA TERTENTU
Baru
Penjelasan Pasal 25 ayat 7 huruf c UU PPh didefinisikan sebagai “WP OP yang
mempunyai 1 (satu) atau lebih tempat usaha.”
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 9 Tahun 2008: “WP OP yang mempunyai tempat
usaha tersebar di beberapa tempat.”
Peraturan Dirjen Pajak Nomor 44 Tahun 2008: “WP OP yang mempunyai 1 (satu)
tempat usaha yang berbeda dengan alamat tempat tinggal atau lebih dari 1 (satu)
tempat usaha.”
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 255/PMK.03/2008 diubah dengan PMK Nomor:
208/PMK.03/2009: “WP OP yang melakukan kegiatan usaha di bidang perdagangan
yang mempunyai tempat usaha lebih dari satu, atau mempunyai tempat usaha
yang berbeda alamat dengan domisili
Wajib Pajak orang pribadi pengusaha tertentu selain mendaftarkan diri ke
KPP/KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak juga
mendaftarkan diri ke KPP/KP2KP yang wilayah kerjanya meliputi
tempat-tempat kegiatan usaha Wajib Pajak.
(Peraturan Dirjen Pajak Nomor: PER- 44/PJ/2008 diubah terakhir dengan PER -
38/PJ/2013).
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI
DAN MELAPORKAN KEGIATAN USAHA

Administrasi Pidana
apabila WP tidak melaksanakan Setiap orang yang dengan sengaja :
kewajiban mendaftarkan diri dan a. tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
atau PKP tidak melaporkan
atau tidak melaporkan usahanya untuk
usahanya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Dirjen Pajak menerbitkan NPWP Pajak; b. menyalahgunakan atau
dan atau mengukuhkan PKP secara menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak atau Pengukuhan
jabatan
Pengusaha Kena Pajak; sehingga dapat
Terhadap kekurangan pembayaran pajak menimbulkan kerugian pada
sebagai akibat NPWP dan pengukuhan pendapatan negara, dipidana dengan
PKP secara jabatan dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 6 (enam)
administrasi berupa bunga 2% per bulan bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
paling lama 24 bulan dihitung sejak saat dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa jumlah pajak terutang yang tidak atau
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun kurang dibayar dan paling banyak 4
Pajak sampai dengan diterbitkannya (empat) kali jumlah pajak terutang yang
SKPKB. tidak atau kurang dibayar.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP) (Pasal 39 angka 1 UU KUP)
PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal

Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan

Wanita kawin tidak dengan perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak


sudah selesai dibagi
Wajib Pajak badan yang telah dibubarkan secara resmi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku

bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai
bentuk usaha tetap
Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai
Wajib Pajak
Kep-161/PJ./2001 sttd PER -
38/PJ/2013
PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila:

a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP dan/atau ahli warisnya


apabila WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
b. WP badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;
c. WP bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP dari
WP yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 2 angka 6 UU KUP)

Termasuk wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan


keputusan atas permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan untuk WP orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk WP badan, sejak
tanggal permohonan diterima secara lengkap.
(Pasal 2 angka 7 UU KUP)
PENGHAPUSAN NPWP
Atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan
dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi:

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan;
b. Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak
karena yang bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
d. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok Wajib Pajak untuk menentukan
Nomor Pokok Wajib Pajak yang dapat digunakan sebagai sarana administratif dalam
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang
saham/pemilik dan pegawai yang telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak melalui pemberi
kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak;
f. Wajib Pajak badan kantor perwakilan perusahaan asing yang tidak mempunyai kewajiban
Pajak Penghasilan badan dan telah menghentikan kegiatan usahanya;

PER - 20/PJ/2013 stdd PER - 38/PJ/2013


PENGHAPUSAN NPWP
Atas permohonan Wajib Pajak atau secara jabatan
dilakukan berdasarkan hasil Verifikasi:

g. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi;
h. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak
dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya;
i. Wanita kawin yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak berbeda dengan Nomor Pokok Wajib
Pajak suami dan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suami;
j. Anak belum dewasa yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
k. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia;atau
l. Wajib Pajak badan tertentu selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif (non efektif)
yang tidak mempunyai kewajiban Pajak Penghasilan dan secara nyata tidak menunjukkan
adanya kegiatan usaha.

PER - 20/PJ/2013 stdd PER - 38/PJ/2013


PENCABUTAN PKP
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 8 UU KUP)

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus


memberikan keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan PKP
dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
(Pasal 2 angka 9 UU KUP)

182/PMK.03/201
PENGHAPUSAN NPWP DAN/ATAU PENCABUTAN PKP

Jabatan Permohonan WP

Direktur Jenderal
Pajak

Pemeriksaan

Penghapusan NPWP dan/atau


Pencabutan Pengukuhan PKP

Pasal 4 PP 74 Tahun 2011 PMK NOMOR


WP U
R T ENT
TE
a. OP telah meninggal dunia & tidak meninggalkan warisan;
b. Bendahara Pemerintah yg tidak lagi memenuhi syarat sebagai WP;
c. OP yg telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
d. WP memiliki lebih dari 1 NPWP untuk menentukan NPWP yg dapat
digunakan sebagai sarana administratif dlm pelaksanaan hak &
pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. WP badan kantor perwakilan perusahaan asing yg tidak mempunyai
kewajiban PPh Badan yg telah menghentikan kegiatan usahanya;
f. Warisan yg belum terbagi dlm kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah
selesai dibagi;
g. Wanita yg sebelumnya telah memiliki NPWP & menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta & penghasilan serta tidak ingin
melaksanakan hak & memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari
suaminya;
h. WP BUT yg telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia;
i. PKP yg telah dipusatkan tempat terutangnya PPN di tempat lain;
j. PKP yg pindah alamat ke wilayah kerja kantor DJP lainnya; atau
k. PKP yg sudah tidak lagi memenuhi syarat sebagai PKP.
l. WP lain yg diatur dalam PMK.
Pasal 4 PP 74 Tahun 2011
KEWAJIBAN
MElAKUKAN
PEMBUKUAN ATAU
PENCATATAN
Beberapa poin penting dalam Kewajiban
Pembukuan dan Pencatatan

•Pada prinsipnya semua wajib pajak wajib


melakukan pembukuan, dikecualikan yang
melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas.
•Sanksi tidak melakukan pembukuan dikenakan
sanksi secara jabatan atau sanksi secara pidana.
•Kewajiban menyimpan dokumen selama 10
Tahun.
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan secara teratur untuk
mengumpulkan data dan informasi keuangan yang meliputi harta, kewajiban,
modal, penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan dan
penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi untuk periode Tahun Pajak
tersebut .
(Pasal 1 angka 29 UU KUP)

Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara teratur tentang


peredaran atau penerimaan bruto dan/atau penghasilan bruto sebagai
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai pajak yang bersifat
final.
(Pasal 28 angka 9 UU KUP)

Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau


pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
YANG TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI WAJIB
MENYELENGGARAKAN PENCATATAN
Pasal 28 angka 2 UU KUP)
1
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
(Pasal 14 ayat 2 UU PPh)
Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu tahun
kurang dari Rp4.800.000.000,00 (empat miliar delapan ratus juta rupiah),
boleh menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, dengan syarat memberitahukan kepada
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan pertama dari
tahun pajak yang bersangkutan.

2Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
KETENTUAN MENGENAI PEMBUKUAN
Pasal 28 UU KUP
1
harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya; ayat 3
2harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan;ayat 4
3diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas; ayat 5
4 Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak;ayat 6
5Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang;ayat 7
6Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan; ayat 8
PENYIMPANAN DOKUMEN
Pasal 28 angka 11 UU KUP

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau


pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program aplikasi
on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di Indonesia, yaitu di
tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak orang pribadi, atau di
tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku, catatan, dan dokumen


yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan adalah sesuai dengan
ketentuan yang mengatur mengenai batas daluwarsa penyidikan tindak pidana
di bidang perpajakan. Penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk yang
diselenggarakan secara program aplikasi on-line harus dilakukan dengan
memperhatikan faktor keamanan, kelayakan, dan kewajaran penyimpanan.
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN
ADMINISTRASI PIDANA
apabila kewajiban sebagaimana Pasal 39 ayat 1 UU KUP
dimaksud dalam Pasal 28 Setiap orang yang dengan sengaja:
(Pembukuan) atau Pasal 29 f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain
(Pemeriksaan) tidak dipenuhi, yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar atau tidak
sehingga tidak dapat diketahui menggambarkan keadaan yg sebenarnya; g. tidak
besarnya pajak yang terutang menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
berupa kenaikan sebesar :50 % dokumen lainnya; h. tidak menyimpan buku, catatan, atau
dari PPh yang tidak atau kurang dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan
dibayar;100 % dari PPh yang dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
tidak atau kurang dipotong, yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara
tidak atau kurang dipungut, program aplikasi on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud
tidak atau kurang disetorkan, dalam Pasal 28 ayat (11);
dan dipotong atau dipungut sehingga dapat menimbulkan kerugian pd pendapatan negara
tetapi tidak atau kurang
disetorkan;100 % dari PPN dan dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan
PPnBM yang tidak atau kurang dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2
dibayar (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang
Pasal 13 (1) d jo Pasal 13 (3) yang tidak atau kurang dibayar.
UU KUP
KEWAJIBAN
MElAKUKAN
PELAPORAN DALAM
SURAT
PEMBERITAHUAN
Beberapa poin penting dalam Kewajiban
Penyampaian SPT
• SPT adalah surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk
melaporkan penghitungan dan atau pembayaran pajak,
objek pajak dan/atau bukan objek pajak dan/atau harta dan
kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 11 UU KUP)
• Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan
dengan benar, lengkap, dan jelas, dalam bahasa Indonesia
dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab, satuan mata
uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya
ke kantor Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak
terdaftar atau dikukuhkan atau tempat lain yang ditetapkan
oleh Direktur Jenderal Pajak.
• Sanksi tidak menyampaikan SPT dikenakan sanksi secara jabatan
atau sanksi secara pidana.
SPT Definisi SPT

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan


dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak
dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 11 UU KUP)

SPT Masa SPT Tahunan

yaitu Surat Pemberitahuan untuk yaitu Surat Pemberitahuan


suatu Masa Pajak, terdiri dari: untuk suatu Tahun Pajak atau
bagian Tahun Pajak meliputi:
PPh Pasal 21 dan Pasal 26
PPh Pasal 22 -SPT Tahunan PPh WP Badan
PPh Pasal 23 dan Pasal 26 (SPT 1771 dan SPT 1771$)
PPh Pasal 25 -SPT Tahunan PPh WP Orang
PPh Pasal 4 ayat 2 Pribadi (SPT 1770, 1770S
PPh Pasal 15 dan 1770SS)
PPN (Form 1107) -SPT Tahunan Pembetulan
PPN bagi Pemungut (Form
1107 PUT)
SPT Kewajiban penyampaian SPT
Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
{Pasal 3 ayat 1 UU KUP}
Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dilakukan secara
biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda tangan elektronik atau
digital, yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama, yang tata cara
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
{Pasal 3 ayat 1b UU KUP}

Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 1b UU KUP)

Wajib Pajak mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 2 UU KUP)
SPT Penandatangan SPT
Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.{Pasal 4 ayat (1) UU tentang KUP}
Surat Pemberitahuan WP Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa
badan harus ditandatangani dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
oleh pengurus atau menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa
direksi. (Pasal 4 ayat 2 UU khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat
KUP) Pemberitahuan. (Pasal 4 ayat 3 UU KUP)

yaitu yang tercantum harus memenuhi syarat sbb: (PMK:22/PMK.03/2008)


namanya dalam -memiliki NPWP;
susunan pengurus -telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak terakhir;
yang tertera dalam -menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
akte pendirian maupun dan
akte perubahan -memiliki Surat Kuasa Khusus dari WP yang memberi kuasa dengan
format terlampir.
Dalam hal seorang kuasa bukan konsultan pajak dibuktikan dengan kepemilikan sertifikat brevet
atau ijazah pendidikan formal di bidang perpajakan yg diterbitkan oleh perguruan tinggi negeri
atau swasta dg status terakreditasi A, sekurang-kurangnya DIII;
Dalam hal konsultan pajak dibuktikan dg kepemilikan Surat Izin Praktik yg diterbitkan Dirjen
Pajak dan dilengkapi dg Surat Pernyataan sbg Konsultan Pajak.
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN {Pasal 3 ayat (7) UU
KUP}
Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila:

a Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani;


b
Surat Pemberitahuan tidak sepenuhnya dilampiri keterangan dan/atau dokumen
sebagaimana diatur Peraturan Menteri Keuangan ;
SPT Tahunan Pajak PPh WP yang wajib menyelenggarakan pembukuan harus dilampiri dengan
laporan keuangan berupa neraca dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang
diperlukan untuk menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. (Ps. 4 angka 4 UU KUP)
Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak dilampirkan pada SPT,
SPT dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, sehingga SPT dianggap tidak disampaikan.
{Pasal 4 angka 4b UU KUP}
Dalam hal WP menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut harus dilampirkan pada SPT. (Ps. 4
angka 3 UU KUP)
c
Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan setelah 3 (tiga) tahun
sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak
telah ditegur secara tertulis; atau

d Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan pemeriksaan atau


menerbitkan surat ketetapan pajak.
Penjelasan: SPT yang dianggap tidak disampaikan tersebut dianggap sebagai data perpajakan.
SPT CARA PENYAMPAIAN SPT

Disampaikan Secara diberi bukti penerimaan oleh


langsung petugas yang ditunjuk

Disampaikan melalui tanda bukti bukti


pos tercatat pengiriman surat

Disampaikan melalui
tanda bukti bukti
jasa ekspedisi atau
pengiriman surat
jasa kurir

e-Filing melalui ASP


(Penyedia Jasa Aplikasi) kepada WP diberikan Bukti
Penerimaan Elektronik

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 181/PMK.03/2007


BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
{Pasal 3 ayat 3 UU KUP}
untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah akhir
Masa Pajak;
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak orang pribadi,
paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau

untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling
lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam
1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa. (Pasal 3 ayat 3a)

antara lain WP usaha kecil dapat WP dengan


kriteria tertentu
a. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 untuk beberapa Masa Pajak dan tata cara
sekaligus dgn syarat pembayaran seluruh pajak yg wajib dilunasi pelaporannya
menurut SPT Masa tsb dilakukan sekaligus paling lama dalam Masa
Pajak yang terakhir; dan/atau
diatur dengan
b. menyampaikan SPT Masa selain huruf a untuk beberapa Masa Pajak atau berdasarkan
sekaligus dgn syarat pembayaran untuk masing-masing Masa Pajak Peraturan Menteri
dilakukan sesuai batas waktu untuk Masa Pajak ybs. Keuangan.
SPT Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT
ADMISNISTRASI PIDANA
Apabila SPT tidak disampaikan dalam Setiap orang yg karena kealpaannya: a. tidak
jangka waktunya atau batas waktu menyampaikan SPT; atau b. menyampaikan SPT, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
perpanjangan penyampaian SPT, dikenai
melampirkan keterangan yg isinya tidak benar
sanksi administrasi berupa denda sehingga dapat menimbulkan kerugian pada
sebesar Rp500.000,00 untuk SPT Masa pendapatan negara dan perbuatan tsb merupakan
PPN, Rp100.000,00 untuk SPT Masa perbuatan setelah perbuatan yg pertama kali
lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 untuk sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda
SPT Tahunan PPh WP badan serta sebesar paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah pajak
orang pribadi. (Pasal 7 UU KUP) terutang yg tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1
Apabila SPT tidak disampaikan dalam tahun. (Pasal 38 UU KUP)
jangka waktunya dan setelah ditegur
secara tertulis tidak disampaikan pada Setiap orang yg dgn sengaja: c. tidak menyampaikan
waktunya sebagaimana ditentukan dalam SPT; d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yg
Surat Teguran; maka jumlah pajak yang isinya tidak benar atau tidak lengkap; sehingga dapat
kurang dibayar/disetor ditagih dengan menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
SKPKB ditambah sanksi administrasi dipidana dgn pidana penjara paling singkat 6 bulan dan
paling lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali
berupa kenaikan sebesar 50% untuk
jumlah pajak terutang yg tidak atau kurang dibayar dan
PPh, 100% untuk PPh PotPut, 100% untuk paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau
PPN dan PPnBM. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP) kurang dibayar. (Pasal 39 UU KUP)
PIDANA KEALPAAN TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara dan perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah
perbuatan yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling
sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun. (Pasal 38 UU KUP)

Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan


atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana
apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib
Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari
jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar. (Pasal 13A UU KUP)
YANG TIDAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA KARENA TIDAK MEMENUHI
KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT (Pasal 7 ayat 2 UU KUP)
SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dikenakan sanksi administrasi berupa denda
Rp500.000,00 untuk SPT Masa PPN, Rp100.000,00 untuk SPT Masa lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00
untuk SPT Tahunan PPh WP badan serta sebesar Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP orang
pribadi. (Pasal 7 UU KUP Perubahan)

tidak dilakukan terhadap

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;


b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing yang tidak
tinggal lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum dibubarkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
SPT Hak WP berkaitan dengan penyampaian
SPT
1
Memperpanjang jangka waktu
penyampaian SPT;
(Pasal 3 ayat 4 UU KUP)

2 Membetulkan SPT;
(Pasal 8 ayat 1 dan ayat 6 UU KUP)

3
Mengungkapkan ketidakbenaran
pengisian SPT;
(Pasal 8 ayat 3 dan ayat 4 UU KUP)
SPT Memperpanjang Jangka Waktu
Penyampaian SPT

Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat


Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan pemberitahuan
secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal Pajak yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 3 ayat (4) UU KUP)

Apabila WP baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan SPT
dalam jangka waktunya karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis
penyusunan laporan keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi
batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah
ditentukan, WP dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan PPh dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain misalnya dengan
pemberitahuan secara elektronik kepada Dirjen Pajak.
Pemberitahuan harus disertai dengan penghitungan sementara pajak yang terutang
dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 5 UU KUP)
SPT Akibat administratif penundaan penyampaian
SPT

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian Surat


Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara pajak yang terutang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak
yang sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak
tersebut, dikenai bunga sebesar 2% (dua persen) per
bulan yang dihitung dari saat berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) huruf b dan
huruf c sampai dengan tanggal dibayarnya kekurangan pembayaran
tersebut dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 3 UU KUP)
CONTOH
PT Hasabila setelah menyampaikan pemberitahuan tertulis
menunda jangka waktu penyampaian SPT Tahunan PPh Badan
Tahun 2008 (Tahun Takwim) sampai dengan tanggal 30 Juni
2009 dengan perhitungan sementara pajak terutang
sebesar Rp100juta dan kredit pajak Rp80juta. Kekurangan
pajak (PPh Pasal 29) sebesar Rp20juta dilunasi pada
tanggal 25 April 2009.
PT Hasabila menyampaikan SPT sesungguhnya pada tanggal
30 Juni 2009 dengan jumlah pajak yang terutang sebesar
Rp120juta. Kekurangan pembayaran dilunasi tanggal 28
Juni 2004.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenakan bunga sebesar:


2% x 2 x Rp20.000.000,00 = Rp800.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 28 Juni 2009 = 2 bulan.
Membetulkan SPT
Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat Pemberitahuan yang
telah disampaikan dengan menyampaikan pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur
Jenderal Pajak belum melakukan tindakan pemeriksaan.
(Pasal 8 ayat 1 UU KUP Perubahan)
Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat Pemberitahuan harus disampaikan
paling lama 2 (dua) tahun sebelum daluwarsa penetapan.
(Pasal 8 ayat 1a UU KUP Perubahan)

pada saat Surat Pemberitahuan Pasal 13 angka (1) “Dalam jangka waktu 5
Pemeriksaan Pajak disampaikan (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak
kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
pegawai, atau anggota keluarga yang Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal
telah dewasa dari Wajib Pajak. Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar…”
Akibat administratif pembetulan SPT Tahunan
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 8 ayat 2 UU KUP)

CONTOH
PT Hasabila membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2008 pada tanggal 20 Februari
2010, yang semula menyatakan jumlah pajak terutang sebesar Rp100juta dan kredit
pajak sebesar Rp80juta, dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta
dan kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta dibayar pada
tanggal 18 Februari 2010.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 18 Februari 2010 = 10 bulan.
Akibat administratif pembetulan SPT Masa
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Masa yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 8 ayat 2a UU KUP)

CONTOH
PT ALifia membetulkan sendiri SPT Masa PPN Masa Januari 2008 pada tanggal 20
November 2008, yang semula menyatakan jumlah Pajak Keluaran yang harus dipungut
sendiri sebesar Rp100juta dan kredit pajak Rp80juta, dibetulkan seharusnya jumlah Pajak
Keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp130juta dan kredit pajak tetap.
Kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta dibayar pada tanggal 18 November
2008.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 16 Februari 2008 – 18 November 2008 = 10
bulan.
Membetulkan SPT Tahunan karena
kompensasi kerugian (Pasal 8 ayat 6 UU KUP)
Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah
disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang
menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan.

Dalam hal WP membetulkan SPT lewat jangka waktu 3 (tiga) bulan atau
WP tidak mengajukan pembetulan sebagai akibat adanya surat ketetapan pajak, SK
Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak
sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang
berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan PPh, Dirjen
Pajak akan memperhitungkannya dalam menetapkan kewajiban
perpajakan WP.
CONTOH 1

PT A menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2008 yang menyatakan:


Penghasilan Neto sebesar Rp200.000.000,00,
Kompensasi kerugian berdasarkan SPT Tahunan
PPh tahun 2007 sebesar Rp150.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,00
Terhadap SPT Tahunan PPh thn 2007 dilakukan pemeriksaan, dan pada tgl 6 Januari
2010 diterbitkan surat ketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal sebesar Rp70juta.

Berdasarkan surat ketetapan pajak tsb Dirjen Pajak akan mengubah perhitungan
Penghasilan Kena Pajak thn 2008 menjadi sbb:
Penghasilan Neto sebesar Rp200.000.000,00,
Rugi menurut surat ketetapan pajak tahun 2007sebesar Rp 70.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp130.000.000,00

Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang semula Rp50juta
(Rp200juta - Rp150juta) setelah pembetulan menjadi Rp130juta (Rp200juta -
Rp70juta)
CONTOH 2

PT B menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2008 yang menyatakan:


Penghasilan Neto sebesar Rp300.000.000,00,
Kompensasi kerugian berdasarkan SPT Tahunan
PPh tahun 2007 sebesar Rp200.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 100.000.000,00
Terhadap SPT Tahunan PPh thn 2007 dilakukan pemeriksaan, dan pada tgl 6 Januari
2010 diterbitkan surat ketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal sebesar Rp250juta.

Berdasarkan surat ketetapan pajak tsb Dirjen Pajak akan mengubah perhitungan
Penghasilan Kena Pajak thn 2008 menjadi sbb:
Penghasilan Neto sebesar Rp300.000.000,00,
Rugi menurut surat ketetapan pajak tahun 2007 sebesar Rp250.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,00

Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang semula Rp100juta
(Rp300juta – Rp200juta) setelah pembetulan menjadi Rp50juta (Rp300juta –
Rp250juta)
Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan tindakan


penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 38, terhadap ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak
akan dilakukan penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri mengungkapkan
ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai pelunasan kekurangan pembayaran
jumlah pajak yang sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar
150% (seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
{Pasal 8 angka 3 UU KUP}

”Setiap orang yang karena kealpaannya:


a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar
atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar ...”
Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan


syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam
laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan
yang telah disampaikan sesuai keadaan yang sebenarnya, yang dapat
mengakibatkan:
a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih
kecil; b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau
lebih besar; c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau d.
jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil dan proses pemeriksaan
tetap dilanjutkan.

(Pasal 8 ayat 4 UU KUP)

Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri
dimaksud disampaikan.
(Pasal 8 ayat 5 UU KUP)
WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN
SURAT PEMBERITAHUAN

Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25.

Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan
bebas.

Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh maupun SPT Masa PPh
Pasal 25.

WP Orang Pribadi yang dalam satu Tahun Pajak menerima atau


memperoleh penghasilan neto tidak melebihi Penghasilan Tidak Kena
Pajak sebagaimana dimaksud dalam UU PPh.

PMK NO.183/PMK.03/2007
KEWAJIBAN
MELAKUKAN
PEMBAYARAN PAJAK
DENGAN SURAT
SETORAN PAJAK
SARANA PEMBAYARAN/PENYETORAN PAJAK

Surat Setoran Pajak (SSP)


adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah dilakukan dengan
menggunakan formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas negara
melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
(Pasal 1 angka 14 UU KUP)

Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah
disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 10 ayat 1a UU KUP)
JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK
1Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis
pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak.(Pasal 9 ayat 1 UU KUP)
2Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan disampaikan. (Pasal 9 ayat 2 UU KUP)
3Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (Pasal 9 ayat 3 UU KUP)
Bagi WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.(Pasal 9 ayat 3a UU KUP)

Dirjen Pajak atas permohonan WP dapat memberikan persetujuan untuk mengangsur


atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan pembayaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) paling lama 12 (dua belas) bulan, yang pelaksanaannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 9 ayat 4 UU KUP)
FASE PENGUJIAN
PEMENUHAN
KEWAJIBAN
PERPAJAKAN&
PENETAPAN
PENGERTIAN PEMERIKSAAN Pasal 1 angka 25 UU KUP

adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, dan/atau


bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau
untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.

Meliputi standar umum, standar pelaksanaan Pemeriksaan, dan standar


pelaporan hasil Pemeriksaan. (Per. Menkeu Nomor 17/PMK.03/2013)

TUJUAN PEMERIKSAAN
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Peraturan Menkeu Nomor 17/PMK.03/2013 tanggal 7 Januari 2013
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN
Ruang Lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun
lalu maupun tahun berjalan.
KEWENANGAN (Pasal 29 ayat 1 UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK (Pasal 31 UU KUP)


1
KEWENANGAN dan TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK
2
Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) di
antaranya mengatur tentang pemeriksaan ulang, jangka waktu
pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat pemberitahuan hasil
pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan hak Wajib Pajak untuk hadir
dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan dalam batas waktu yang
ditentukan.

Peraturan Menkeu Nomor 17/PMK.03/2013 tanggal 7 Januari 2013


Kriteria dilakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan WP

HARUS DILAKUKAN DAPAT DILAKUKAN


dalam hal WP dalam hal WP
mengajukan permohonan a. menyampaikan SPT yang menyatakan lebih
pengembalian kelebihan bayar, termasuk yang telah diberikan
pembayaran pajak
sebagaimana dimaksud pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;
dalam Pasal 17B UU KUP b. menyampaikan SPT yang menyatakan rugi;
c. tidak menyampaikan atau menyampaikan
SPT tetapi melampaui jangka waktu yang
telah ditetapkan dalam Surat Teguran;
d. melakukan penggabungan, peleburan,
Surat Ketetapan Pajak harus
diterbitkan paling lama 12 pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau akan
(dua belas) bulan sejak surat meninggalkan Indonesia untuk
permohonanditerima secara selama-lamanya; atau
lengkap, kecuali sedang e. menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria
dilakukan pemeriksaan bukti seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk
permulaan tindak pidana di based selection) mengindikasikan adanya
bidang perpajakan. kewajiban perpajakan WP yang tidak
dipenuhi sesuai ketentuan.
JENIS PEMERIKSAAN
PEMERIKSAAN KANTOR PEMERIKSAAN LAPANGAN

Pemeriksaan yang dilakukan di kantor Pemeriksaan yang dilakukan di tempat


Direktorat Jenderal Pajak kedudukan, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, tempat tinggal WP, atau
tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen Pajak
Dilakukan dalam jangka waktu
paling lama 4 (empat) bulan dan
dapat diperpanjang menjadi Dilakukan dalam jangka waktu paling lama 6
paling lama 2 (dua) bulan yg (enam) bulan dan dapat diperpanjang
dihitung sejak tanggal WP datang menjadi paling lama 2 (dua) bulan yg
memnuhi panggilan dalam rangka dihitung sejak tanggal Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Kantor s/d tanggal Pemeriksaan disampaikan
Laporan Hasil Pemeriksaan s/d tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan

Apabila ditemukan transfer pricing Apabila ditemukan transfer pricing /transaksi khusus
/transaksi khusus lainnya yang lainnya yang berindikasi ada rekayasa, Pemeriksaan
berindikasi ada rekayasa, pemeriksaan Lapangan dapat diperpanjang 6 (enam) bulan & dapat
diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali

Dalam hal pemeriksaan terhadap permohonan lebih bayar (Pasal 17B) maka harus
memperhatikan jangka waktu penerbitan skp
KEWENANGAN PEMERIKSAAN
Dalam PEMERIKSAAN LAPANGAN untuk menguji kepatuhan, pemeriksa berwenang:

a. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
b. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
c. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak
bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
Pokok Pajak
SKPKB >
Kredit Pajak
K
Pokok Pajak
E
SKPLB < T
Produk Kredit Pajak E
T
pemeriksaan Pokok Pajak A
untuk tujuan P
menguji
SKPN = A
Kredit Pajak N
kepatuhan
Ada data baru &
SKPKBT utang pajak

STP Sanksi adm.

BUKTI PERMULAAN
SURAT KETETAPAN PAJAK

Surat ketetapan pajak adalah surat


ketetapan yang meliputi Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan,
Surat Ketetapan Pajak Nihil, atau
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
(Pasal 1 angka 15 UU KUP)
Pasal 13 (1) UU
PENERBITAN SKPKB KUP
Dalam jangka waktu 5 (lima tahun) setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam
hal-hal sebagai berikut :

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan
pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan
PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0 % (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak
dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4a).
Pasal 14 (1) UU
PENERBITAN STP KUP
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :

a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;


dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
b akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

c Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak
e secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984
dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas
pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
f PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak; atau

g PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan pajak

a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat


salah tulis dan/atau salah hitung;
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam
serangkaian kegiatan STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
yang dilakukan untuk dan huruf b ditambah dengan sanksi administrasi
menilai kelengkapan berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
pengisian Surat untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
Pemberitahuan dan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
lampiran-lampirannya berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
termasuk penilaian Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya STP.
tentang kebenaran (Pasal 14 ayat (3) UU KUP)
penulisan dan
penghitungannya.
KETETAPAN
Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang terutang.
(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

KETETAPAN Berdasarkan hasil


pemeriksaan atau keterangan
lain

Surat Ketetapan
Pajak
FASE SENGKETA
PAJAK
SENGKETA PAJAK
Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan
antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan
yang dapat diajukan Banding atau Gugatan
kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan
penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
(Pasal 1 angka 5 UU Pengadilan Pajak)

Catatan: Penyelesaian sengketa pajak hanya dilakukan melalui


Banding atau Gugatan di Pengadilan Pajak
SENGKETA PAJAK
Pembetulan suatu keputusan
Pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi Penyelesaian di
Direktorat Jenderal
Pengurangan atau pembatalan
Pajak “sebelum” ke
ketetapan pajak Pengadilan Pajak
Pengurangan/Pembatalan STP
Pembatalan hasil pemeriksaan
dan SKP-nya
Keberatan
Gugatan
Penyelesaian di
Banding Pengadilan Pajak
Penyelesaian di Mahkamah Agung,
“setelah” di Pengadilan Pajak
Peninjauan Kembali (PK)
Pasal 16 UU
KUP ayat (1) PEMBETULAN SUATU KEPUTUSAN
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak
dapat membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak, Surat
Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat Keputusan
Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat kesalahan tulis,
kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu dalam
peraturan perundang-undangan perpajakan.

yaitu kesalahan yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, yaitu antara lain
yang berasal dari kekeliruan penerapan persentase Norma kesalahan penulisan
penjumlahan dan Penghitungan Penghasilan Neto, nama, alamat, NPWP,
atau pengurangan kekeliruan penerapan sanksi administrasi, nomor ketetapan
dan atau perkalian kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak pajak, jenis pajak,
dan atau (PTKP), kekeliruan penghitungan PPh masa atau tahun
pembagian suatu dalam tahun berjalan, kekeliruan pajak dan tanggal
bilangan. pengkreditan pajak. jatuh tempo.
PEMBETULAN SUATU KEPUTUSAN

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 16 ayat 2)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat,
tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pembetulan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. (Pasal 16 ayat 3)

Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan
keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak
atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1). (Pasal 16 ayat 4)
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya;
(Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak


paling banyak 2 (dua) kali. (Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Sanksi administrasi yang dapat dikurangkan atau dihapuskan yang


dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya meliputi sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan/atau kenaikan, yang tercantum dalam:
Surat Tagihan Pajak;
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); atau
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).

Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang tercantum


dalam SKPKB atau SKPKBT, hanya dapat dilakukan dalam hal surat
ketetapan pajak tersebut (al):
A> tidak diajukan keberatan;
B> diajukan keberatan tetapi telah dicabut oleh Wajib Pajak; atau
C> diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008 (dicabut)


diganti
PMK No: 8/PMK.03/2013 tgl. 2 Jan 2013
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:


a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) STP, SKPKB atau SKPKBT;
b) Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia;
c) Mengemukakan jumlah sanksi administrasi menurut WP dengan
disertai alasan;
d) Permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak
tempat WP terdaftar;
e) WP telah melunasi pajak yang terutang; dan
f) Surat permohonan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal surat
permohonan ditandatangani oleh bukan WP, surat permohonan
tsb harus dilampiri dgn surat kuasa khusus.
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan

Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus diajukan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan Dirjen Pajak atas permohonan yang
pertama dikirim;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008 (dicabut)
diganti
PMK No: 8/PMK.03/2013 tgl. 2 Jan 2013
PENGURANGAN / PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak
yang tidak benar.
(Pasal 36 ayat 1 huruf b)

Permohonan hanya dapat diajukan


oleh Wajib Pajak paling banyak 2
(dua) kali. (Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN / PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR
Permohonan dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal, al:
- Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan;
- Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi kemudian mencabut
pengajuan keberatan tersebut; atau
- WP mengajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:

a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;


b) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c) Mengemukakan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung permohonannya;
d) Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
e) Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP surat
permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan;
Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus diajukan dlm jangka waktu
paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan Dirjen Pajak atas permohonan yg pertama dikirim;
PENGURANGAN / PEMBATALAN SURAT TAGIHAN PAJAK
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 yang tidak benar.
(Pasal 36 ayat 1 huruf c)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
(Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima,
harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.
(Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN / PEMBATALAN SURAT TAGIHAN PAJAK
Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:

> 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;


> Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
> Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung permohonannya;
> Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
> Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP surat
permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat


dipertimbangkan;

Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus


diajukan dlm jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan
Dirjen Pajak atas permohonan yg pertama dikirim;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008 (dicabut)
diganti
PMK No: 8/PMK.03/2013 tgl. 2 Jan 2013
PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN DAN SKP

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib


Pajak dapat membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan
pajak dari hasil pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian
surat pemberitahuan hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dengan Wajib Pajak.
(Pasal 36 ayat 1 huruf d)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 1 (satu)
kali. (Pasal 36 ayat 1b)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN DAN SKP

Permohonan dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal:


- tidak diajukan keberatan;
- diajukan keberatan tetapi telah dicabut oleh WP; atau
- diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:

> 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;


> diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
> mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung permohonannya;
> Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
> Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP surat
permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dianggap telah dilaksanakan apabila


pemeriksa pajak telah memberikan kesempatan untuk hadir kepada WP dlm
rangka pembahasan akhir dan WP tidak menggunakan hak tersebut sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan;
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008 (dicabut)
diganti
PMK No: 8/PMK.03/2013 tgl. 2 Jan 2013
Pasal 25 ayat 1 UU KUP KEBERATAN
Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur
Jenderal Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan
ketentuan peraturan perundangan-undangan perpajakan.

Yang dimaksud DALAM HAL Penjelasan UU KUP


dengan "suatu"
adalah 1 (satu) Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi,
jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak
keberatan harus tidak sebagaimana mestinya.
diajukan terhadap
1 (satu) jenis Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi atau
pajak dan 1 (satu) isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah rugi berdasarkan
Masa Pajak atau ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
jumlah besarnya pajak, atau pemotongan atau
Tahun Pajak. pemungutan pajak.

Keberatan diajukan oleh Wajib Pajak dengan


menyampaikan surat keberatan. (PMK 194/2007)
Pasal 25 UU KUP SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN
Keberatan diajukan atas suatu SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, Pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.(ayat 1)
Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan jumlah pajak
yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah rugi menurut
penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (ayat 2)

Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila WP dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (ayat 3)

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. (ayat 3a)
Catatan: Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak ditambah sanksi
administrasi, berlaku utk Tahun Pajak 2008 dan seterusnya
Surat keberatan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal ditandatangani oleh bukan WP surat
keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. (PMK 194/2007)

Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai surat
keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (ayat 4)
Hak WP lainnya berkaitan dengan pengajuan keberatan
Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur
Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi
dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan atau pemungutan
pajak.(Pasal 25 ayat 6 UU KUP)

Dirjen Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh WP dalam jangka waktu paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permintaan WP diterima.
Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh WP belum memenuhi
persyaratan, WP dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 bulan
terlampaui.
Dalam hal WP menyampaikan perbaikan surat keberatan, tanggal penyampaian perbaikan
surat keberatan merupakan tanggal surat keberatan diterima.
Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan
tambahan atau penjelasan tertulis. (Pasal 26 ayat 2 UU KUP)
Sebelum menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, Dirjen Pajak harus
menyampaikan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir kpd WP guna memberi
keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya.
WP dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan sepanjang Surat
Pemberitahuan Untuk Hadir belum disampaikan kepada WP.

WP tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan skp yang tidak
benar. . (PMK 194/2007, dicabut diganti NOMOR 9/PMK.03/2013 Tgl 2 Jan 2013)
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK
AKIBAT PENGAJUAN KEBERATAN
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan DIUBAH
pelaksanaan penagihan pajak. (Pasal 25 ayat 7)

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak
yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan
1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. (Pasal 25
ayat 7 UU KUP (baru))

Satu bulan sejak tanggal Sanksi administrasi berupa bunga 2%


diterbitkan SKPKB atau per bulan (Pasal 19) tidak
SKPKBT diberlakukan.

Dalam hal keberatan WP ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi


administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan. (Pasal 25 ayat 9 UU KUP (baru))

Dalam hal WP mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda


sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan.
(Pasal 25 ayat 10 KUP (baru))
Contoh:
Setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT PPh badan tahun 2008 atas nama
PT ABC diterbitkan SKPKB tertanggal 10 Oktober 2009 dengan rincian
sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp120.000.000,00
Jumlah kredit pajak Rp100.000.000,00
Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak Rp 20.000.000,00
Besarnya sanksi administrasi (2% x 10 bulan) Rp 4.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 24.000.000,00
Misalkan dalam pembahasan akhir, PT ABC hanya menyetujui jumlah
kekurangan pembayaran pokok pajak sebesar Rp5.000.000,00.
Dalam hal PT ABC mengajukan keberatan maka PT ABC wajib melunasi pajak yang
masih harus dibayar yang telah disetujui yaitu sebesar Rp6juta {Rp5juta + (20% x
Rp5juta)} sebelum surat keberatan disampaikan. Jumlah pajak yang belum dibayar
pada saat mengajukan keberatan yaitu sebesar Rp18juta, tertangguh sampai
dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan SK Keberatan.

Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta
tidak diberlakukan.
Misalkan keberatan PT ABC ditolak dengan SK Keberatan tanggal 20 Februari 2010,
maka atas jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% atau Rp9juta.

Jatuh tempo tanggal 19 Maret 2010


PEMBUKTIAN DALAM KEBERATAN

Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data,


informasi, atau keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak
diberikan pada saat pemeriksaan, selain data dan informasi yang
pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak dari pihak ketiga,
pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dimaksud
tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatannya. (Pasal 26A
ayat 4 UU KUP)

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan


pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b dan
huruf d, Wajib Pajak yang bersangkutan harus dapat membuktikan
ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut. (Pasal 26 ayat 4 UU KUP)

Atas SKPKB yang diterbitkan karena SPT tidak disampaikan dalam


jangka waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan
sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran dan SKPKB yang
diterbitkan karena kewajiban pembukuan (Pasal 28) dan kewajiban
ketika dilakukan pemeriksaan (Pasal 29) tidak dipenuhi.
PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN
Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap
KEBERATAN
surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh
pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua


belas) bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus
memberi keputusan atas keberatan yang diajukan. (Pasal 26 ayat
1 UU KUP)
Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa
mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah
besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar. (Pasal 26 ayat 3
UU KUP)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah


terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu
keputusan, keberatan yang diajukan tersebut dianggap
dikabulkan. (Pasal 26 ayat 5 UU KUP)

Dirjen Pajak wajib menerbitkan Surat Keputusan Keberatan sesuai


dengan keberatan Wajib Pajak.
BANDING
Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada badan
peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 26 ayat (1).
{Pasal 27 ayat 1}

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara tertulis


dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama 3 (tiga) bulan
sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri dengan salinan Surat
Keputusan Keberatan tersebut.
{Pasal 27 ayat 3}
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK
Pengajuan
AKIBAT permohonan bandingBANDING
PENGAJUAN tidak menunda kewajiban membayar pajak
dan pelaksanaan penagihan pajak.
(Pasal 27 ayat 5)
DIHAPUS
Dalam hal WP mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat
(7), atas jumlah pajak yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan,
tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan
Putusan Banding.
(Pasal 27 ayat 5a UU KUP (baru))
Tertangguh 1 (satu)
Jangka waktu 1 bulan sejak tanggal Sanksi administrasi berupa
bulan sejak terbit penerbitan Surat denda 2% per bulan (Pasal 19)
SKPKB, SKPKBT. Keputusan Keberatan tidak diberlakukan.

Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai


sanksi administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
pajak berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan.
(Pasal 27 ayat 5d UU KUP (baru))
Contoh:
Misalkan PT ABC pada contoh sebelumnya
mengajukan banding, maka kekurangan
pembayaran pajak (Rp18juta), tertangguh
Sanksisampai dengan
administrasi 1 bulan
berupa sejak
bunga 2% tanggal
per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta
tidak penerbitan
diberlakukan. Putusan Banding.

Misalkan permohonan banding PT ABC ditolak dengan Putusan


Banding tanggal 20 Agustus 2010, maka atas jumlah pajak berdasarkan
Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 100% atau Rp18juta.

Jatuh tempo tanggal 19 September 2010


Putusan Banding adalah putusan badan peradilan pajak atas banding
PUTUSAN BANDING
terhadap Surat Keputusan Keberatan yang diajukan oleh Wajib Pajak.(Pasal 1
angka 35 UU KUP)

Putusan badan peradilan pajak bukan merupakan


keputusan tata usaha negara.
{Pasal 27 ayat 2 UU KUP (lama)}

DIUBAH

Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus di


lingkungan peradilan tata usaha negara.
{Pasal 27 ayat 2 UU KUP (baru)}

Catatan: Sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan


Kehakiman, dalam penjelasan Pasal 15 ayat 1 yang menyatakan bahwa: “Yang
dimaksud dengan “pengadilan khusus” dalam ketentuan ini antara lain …
pengadilan pajak di lingkungan peradilan tata usaha negara.”
Pasal 23 UU KUP GUGATAN
Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap :
a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan,
selain yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan
yang dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata
cara yang telah diatur dalam ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak

Termasuk SK Pembetulan yang berkaitan


Selain keputusan
dengan STP dan SK Pengurangan Sanksi
berupa SKPKB,
SKPKBT, SKPLB,
Administrasi atau Penghapusan Sanksi
SKPN dan SK Administrasi yang berkaitan dengan STP yang
Keberatan sebelumnya diatur dalam ayat tersendiri.
IMBALAN BUNGA
DALAM SENGKETA
PAJAK
Penjelasan Umum

1. Agar dapat menerapkan ketentuan peraturan perpajakan disetiap


permasalahan dengan benar, perlu memperhatikan ketentuan
peralihan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 6
Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya.
2. Dalam Pasal II angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 diatur
bahwa terhadap semua hak dan kewajiban perpajakan Tahun Pajak
2001 sampai dengan Tahun Pajak 2007 yang belum diselesaikan,
diberlakukan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2000 [UU KUP
2000].
3. Ketentuan peralihan sebagaimana dimaksud dalam Pasal II
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007- [UU KUP 2007] diatur lebih
lanjut dalam Pasal 36 Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007
jo. Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011.
4. Pasal 36 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 80 Tahun 2007 jo.
Pasal 64 Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tidak
mengatur tentang pelaksanaan hak dan kewajiban terkait
pemberian imbalan bunga, sehingga atas pelaksanaan pemberian
imbalan bunga berlaku ketentuan Pasal 36 ayat (1) jo. Pasal II
angka 1 Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007, yaitu ketentuan
pelaksanaan pemberian imbalan bunga berlaku sesuai dengan
tahun pajak timbulnya kewajiban perpajakan.
KETENTUAN TENTANG
PEMBERIAN IMBALAN BUNGAUU KUP 2007
UU KUP 2000
UU KUP 1994
1. pemberian imbalan
1. Pemberian imbalan bunga: Pasal 11, Pasal
1. Pemberian imbalan bunga: Pasal 11, Pasal 17B, Pasal 27A UU
bunga: Pasal 11, 17B, Pasal 27A UU
Pasal 17B, Pasal 27A 2. status utang pajak
UU 2. Status utang pajak dalam keberatan: Pasal
dalam keberatan: Pasal 25 ayat (3a), ayat (7)
2. Peninjauan dan ayat (8) UU
Kembali 25 ayat (7) UU
3. status utang pajak
3. Peraturan Menteri 3. Status utang pajak dalam banding: Pasal
Keuangan Nomor dalam banding: Pasal 27 27 ayat (5a), ayat (5b)
226/PMK.03/2013 ayat (5) UU dan ayat (5c) UU
a. Pasal 24 PP Nomor 80 Tahun
4. Peninjauan Kembali 2007 (berlaku sampai dengan
tanggal 31 Desember 2011
5. Peraturan Menteri 4. Pasal 43 s.d. Pasal 45 PP
Keuangan Nomor Nomor 74 Tahun 2011
226/PMK.03/2013 (berlaku sejak 1
Januari 2012)
5. Peraturan Menteri
Keuangan Nomor
226/PMK.03/2013
TINDAK PIDANA
DIBIDANG
PERPAJAKAN

ALPA PERCOBAAN

SENGAJA PENGULANGAN

KUP 112
TINDAK PIDANA
Tindak Pidana

bahwa suatu perbuatan termasuk dalam kategori tindak


pidana apabila perbuatan tersebut memenuhi kriteria
sebagaimana dinyatakan dalam undang-undang yang memuat
ketentuan mengenai pidana.

Pasal 1 ayat (1) KUHP:


Suatu perbuatan tidak dapat dipidana, kecuali berdasarkan kekuatan
ketentuan perundang-undangan pidana yang telah ada
Pasal 38 UU KUP

► Setiap orang yang karena kealpaannya :


► - tidak menyampaikan SPT; atau
► - menyampaikan SPT, tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
isinya tidak benar, sehingga dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan
tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan
yang pertama kali sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13A, didenda minimal 1 (satu) kali jumlah
pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan
paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang
yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling
lama 1 (satu) tahun.
TINDAK PIDANA
KARENA ALPA
Pasal 38 UU KUP

WAJIB PAJAK

Tidak menyampaikan SPT


Menyampaikan SPT tidak benar

BERAKIBAT
dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara

DIPIDANA
kurungan paling singkat 3 bulan
dan paling lama 1 tahun, dan atau
denda paling tinggi dua kali jumlah
pajak terutang yg tidak/kurang
dibayar

Berlaku juga bagi wakil, kuasa, pegawai WP


Pasal 43 ayat (1)
KUP 113
Pasal 39 UU KUP

► Setiap orang yang dengan sengaja:


► - tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak atau tidak melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
► - menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor
Pokok Wajib Pajak atau Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak;
► - tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
► - menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau
keterangan yang isinya tidak benar atau tidak lengkap;
► - menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 29;
► - memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain
yang palsu atau dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak
menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
► - tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di
Indonesia, tidak memperlihatkan atau tidak meminjamkan
buku, catatan, atau dokumen lain;
► - tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain termasuk
hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola secara
elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi
on-line di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
ayat (11); atau
► - tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut,
Lanjutan…
► sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
FASE PENAGIHAN
PAJAK
OBJEK PENAGIHAN PAJAK berdasarkan UU KUP
Pasal 20 angka 1 UU KUP
Jumlah pajak yang masih
harus dibayar
yang tidak dibayar oleh ditagih
Penanggung Pajak dengan
sesuai dengan jangka
STP waktu Surat
SKPKB Paksa
SKPKBT

SK Pembetulan
SK Keberatan tidak atau kurang dibayar sampai dengan
Putusan Banding tanggal jatuh tempo pembayaran
Putusan PK tidak atau kurang dibayar sampai dengan
tanggal jatuh tempo penundaan
pembayaran
Tambahan jumlah tidak memenuhi angsuran pembayaran
pajak yang masih pajak
harus dibayar
PENANGGUNG PAJAK
orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 1 angka 28)

a. badan oleh pengurus; kecuali apabila dapat


b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator; membuktikan dan
c. badan dalam pembubaran oleh orang atau meyakinkan Dirjen Pajak
badan yang ditugasi untuk melakukan bahwa mereka dalam
pemberesan; kedudukannya
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator; benar-benar tidak
e. suatu warisan yang belum terbagi oleh mungkin untuk dibebani
salah seorang ahli warisnya, pelaksana tanggung jawab atas
wasiatnya atau yang mengurus harta pajak yang terutang
peninggalannya; atau tersebut.
f. anak yang belum dewasa atau orang yang (Pasal 32 ayat 2 UU KUP)
berada dalam pengampuan oleh wali atau
pengampunya.
(Pasal 32 ayat 1 UU KUP)
HAK MENDAHULU Pasal 21 UU KUP
ayat (1)
Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang
milik Penanggung Pajak.
Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang dinyatakan
mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung Pajak yang akan
dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.
ayat (2)
Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak.
ayat (3)
Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya, kecuali
terhadap:
a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk melelang
suatu brg bergerak dan/atau brg tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud; dan/atau
c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian suatu
warisan.

ayat (3a)
Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau
orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan
harta WP dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur
lainnya sebelum menggunakan harta tsb untuk membayar utang pajak WP tsb.
DALUWARSA HAK MENDAHULU Pasal 21 UU KUP
ayat (4)
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak
tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah.

ayat (5)
Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara
resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau

b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan


angsuran pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut
dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan.
DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK

Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda,


kenaikan, dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah
melampaui waktu 5 (lima) tahun terhitung sejak penerbitan Surat
Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, serta
Putusan Peninjauan Kembali.
(Pasal 22 ayat 1 UU KUP)

Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak Surat Tagihan


Pajak dan surat ketetapan pajak diterbitkan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan, keberatan,
banding atau Peninjauan Kembali, daluwarsa penagihan pajak 5 (lima)
tahun dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Pembetulan,
Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali.
TERTANGGUHNYA DALUWARSA PENAGIHAN PAJAK
Pasal 22 ayat 2 UU KUP
Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 (lima) tahun apabila:

Dirjen Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada


Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak sampai
dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal pemberitahuan Surat Paksa tersebut.

Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara mengajukan


permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak sebelum
tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti itu, daluwarsa penagihan
pajak dihitung sejak tanggal surat permohonan angsuran atau penundaan
pembayaran utang pajak diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap WP karena WP


melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana lain yang
dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yang
telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal seperti itu, daluwarsa
penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan surat ketetapan pajak
tersebut.

Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang


perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal penerbitan
Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan.
Special Thanks : Bapak Irwan Aribowo

Anda mungkin juga menyukai