7
KEWAJIBAN
MENDAFTARKAN DIRI
DAN MELAPORKAN
USAHA
Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
► adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai sarana dalam
administrasi perpajakan yang dipergunakan sebagai tanda pengenal diri
atau identitas Wajib Pajak dalam melaksanakan hak dan kewajiban
perpajakannya. (Pasal 1 angka 6 UU KUP)
Wanita kawin selain tsb di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
atas namanya sendiri agar wanita kawin tsb dapat melaksanakan hak & memenuhi
kewajiban perpajakannya terpisah dari hak & kewajiban perpajakan suaminya.
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA
Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU
PPN 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor
Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 2 UU KUP)
orang pribadi atau badan dalam Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
bentuk apa pun yang dalam Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
kegiatan usaha atau Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
pekerjaannya menghasilkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984
barang, mengimpor barang, dan perubahannya, tidak termasuk Pengusaha
mengekspor barang, melakukan Kecil yang batasannya ditetapkan dengan
usaha perdagangan, Keputusan Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha
memanfaatkan barang tidak Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
berwujud dari luar daerah Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 1 angka 15 UU
pabean, melakukan usaha jasa, PPN)
pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan
atau memanfaatkan jasa dari
penyerahan BKP dan atau JKP dengan jumlah peredaran
luar daerah pabean. bruto dan atau penerimaan bruto tidak lebih dari Rp4,8 miliar.
(Pasal 1 angka 4 UU KUP) {Peraturan Menkeu No:197/PMK.03/2013 tentang BATASAN
PENGUSAHA KECIL }
KETENTUAN MENGENAI JANGKA
WAKTU PENDAFTARAN
BADAN kepadanya
wajib mendaftarkan diri
diberikan
Orang pribadi yang
paling lama 1 (satu) bulan setelah NPWP
menjalankan
saat usaha mulai dijalankan
usaha atau
pekerjaan bebas saat pendirian, atau saat
usaha atau pekerjaan bebas
nyata-nyata dimulai
Pekerjaan bebas : pekerjaan yg dilakukan oleh orang pribadi yg mempunyai keahlian khusus
sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yg tidak terikat oleh suatu hubungan kerja.
Orang pribadi yg tidak
menjalankan usaha atau
pekerjaan bebas, apabila kepadanya
wajib mendaftarkan diri diberikan
jumlah penghasilannya s/d
suatu bulan yg paling lama pada akhir bulan NPWP
disetahunkan telah berikutnya
melebihi PTKP setahun PMK 20/PMK.03/2008(sudah
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DIRI
Pasal 2
4. Wajib Pajak orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan bebas
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a, wajib mendaftarkan diri untuk
memperoleh NPWP paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah
penghasilan Wajib Pajak tersebut pada suatu bulan yang disetahunkan telah
melebihi Penghasilan Tidak Kena Pajak
5. Wajib Pajak orang pribadi yang menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan
bebas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b, wajib mendaftarkan diri
untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 (satu) bulan setelah saat usaha atau
pekerjaan bebas, nyata-nyata mulai dilakukan
6. Wajib Pajak badan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c dan huruf d,
wajib mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP paling lambat 1 (satu) bulan
setelah saat pendirian
PMK
Hukum No. 11/00 162/2012 101/PMK.010/2016
Berlaku 1984 s/d 1989 1990 s/d 1993 19941995 s/d 1998 1999 s/d 2000 2001 s/d 2004 20052006 s/d 2008 2009-2012 Mulai 2013 Mulai 2015 mulai 2016
Besarnya (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp) (Rp)
WP 960.000 1.440.000 1.728.000 1.728.000 2.880.000 2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000
WP Kawin 480.000 720.000 864.000 864.000 1.440.000 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 2.025.000 3.000.000 4.500.000
Istri Bekerja 960.000 1.440.000 1.728.000 1.728.000 2.880.000 2.880.000 12.000.000 13.200.000 15.840.000 24.300.000 36.000.000 54.000.000
Tanggungan 480.000 720.000 864.000 864.000 1.440.000 1.440.000 1.200.000 1.200.000 1.320.000 2.025.000 3.000.000 4.500.000
Maksimal Tanggungan 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang 3 Orang
K/3 2.880.000 4.320.000 5.184.000 5.184.000 8.640.000 8.640.000 16.800.000 18.000.000 21.120.000 32.400.000 48.000.000 72.000.000
K/I/3* 3.840.000 5.760.000 6.912.000 6.912.000 11.520.000 11.520.000 28.800.000 28.800.000 36.960.000 56.700.000 84.000.000 126.000.000
Setelah pengukuhan PKP dicabut, apabila sampai dengan suatu masa pajak
dalam suatu tahun buku OMSET BKP dan atau JKP lebih dari Rp4,8 miliar
Terhadap kekurangan pembayaran pajak sebagai akibat NPWP dan pengukuhan PKP
secara jabatan dikenai sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan paling lama 24
bulan dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya SKPKB.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP)
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi
WP TERTENTU
Wajib Pajak orang pribadi yang mempunyai
1 (satu) atau lebih tempat usaha. BUMN;
(penjelasan Pasal 25 ayat 7 huruf c UU PPh) PMA;
BUT dan Badan dan Orang Asing;
Per Dirjen Pajak Nomor PER - 13/PJ/2014 diubah Perusahaan Masuk Bursa;
dengan PER - 15/PJ/2016 Perusahaan Besar.
TEMPAT PENDAFTARAN DAN/ATAU PELAPORAN USAHA BAGI WAJIB PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK DI LINGKUNGAN KANTOR
WILAYAH DIREKTORAT JENDERAL PAJAK WAJIB PAJAK BESAR, KANTOR PELAYANAN PAJAKDI LINGKUNGAN KANTOR WILAYAH DIREKTORAT
JENDERAL PAJAK JAKARTA KHUSUS, DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK MADYA
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI
pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang
wilayah kerjanya meliputi
Mendatangi WP di lokasi WP
PER - 35/PJ/2013
TEMPAT PELAPORAN KEGIATAN USAHA
PKP tertentu
KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU
Administrasi Pidana
apabila WP tidak melaksanakan Setiap orang yang dengan sengaja :
kewajiban mendaftarkan diri dan a. tidak mendaftarkan diri untuk
diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak
atau PKP tidak melaporkan
atau tidak melaporkan usahanya untuk
usahanya dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Dirjen Pajak menerbitkan NPWP Pajak; b. menyalahgunakan atau
dan atau mengukuhkan PKP secara menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak atau Pengukuhan
jabatan
Pengusaha Kena Pajak; sehingga dapat
Terhadap kekurangan pembayaran pajak menimbulkan kerugian pada
sebagai akibat NPWP dan pengukuhan pendapatan negara, dipidana dengan
PKP secara jabatan dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 6 (enam)
administrasi berupa bunga 2% per bulan bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
paling lama 24 bulan dihitung sejak saat dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa jumlah pajak terutang yang tidak atau
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun kurang dibayar dan paling banyak 4
Pajak sampai dengan diterbitkannya (empat) kali jumlah pajak terutang yang
SKPKB. tidak atau kurang dibayar.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP) (Pasal 39 angka 1 UU KUP)
PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak dilakukan dalam hal
Wajib Pajak orang pribadi meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan
bentuk usaha tetap yang karena sesuatu hal kehilangan statusnya sebagai
bentuk usaha tetap
Wajib Pajak orang pribadi lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai
Wajib Pajak
Kep-161/PJ./2001 sttd PER -
38/PJ/2013
PENGHAPUSAN NPWP
Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila:
Termasuk wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan
a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan;
b. Wajib Pajak bendahara pemerintah yang tidak lagi memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak
karena yang bersangkutan sudah tidak lagi melakukan pembayaran;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya;
d. Wajib Pajak yang memiliki lebih dari 1 (satu) Nomor Pokok Wajib Pajak untuk menentukan
Nomor Pokok Wajib Pajak yang dapat digunakan sebagai sarana administratif dalam
pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan;
e. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai pengurus, komisaris, pemegang
saham/pemilik dan pegawai yang telah diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak melalui pemberi
kerja/bendahara pemerintah dan penghasilan netonya tidak melebihi Penghasilan Tidak
Kena Pajak;
f. Wajib Pajak badan kantor perwakilan perusahaan asing yang tidak mempunyai kewajiban
Pajak Penghasilan badan dan telah menghentikan kegiatan usahanya;
g. Warisan yang belum terbagi dalam kedudukan sebagai Subjek Pajak sudah selesai dibagi;
h. Wanita yang sebelumnya telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan serta tidak ingin melaksanakan hak
dan memenuhi kewajiban perpajakannya terpisah dari suaminya;
i. Wanita kawin yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak berbeda dengan Nomor Pokok Wajib
Pajak suami dan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakannya digabungkan
dengan pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan suami;
j. Anak belum dewasa yang telah memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak;
k. Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di
Indonesia;atau
l. Wajib Pajak badan tertentu selain perseroan terbatas dengan status tidak aktif (non efektif)
yang tidak mempunyai kewajiban Pajak Penghasilan dan secara nyata tidak menunjukkan
adanya kegiatan usaha.
182/PMK.03/201
PENGHAPUSAN NPWP DAN/ATAU PENCABUTAN PKP
Jabatan Permohonan WP
Direktur Jenderal
Pajak
Pemeriksaan
2Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
KETENTUAN MENGENAI PEMBUKUAN
Pasal 28 UU KUP
1
harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya; ayat 3
2harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan;ayat 4
3diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas; ayat 5
4 Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak;ayat 6
5Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan pembelian,
sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang;ayat 7
6Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan; ayat 8
PENYIMPANAN DOKUMEN
Pasal 28 angka 11 UU KUP
Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah, wajib
menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan
satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang pelaksanaannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 1b UU KUP)
Wajib Pajak mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang ditetapkan oleh
Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain yang tata cara pelaksanaannya
diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 2 UU KUP)
SPT Penandatangan SPT
Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.{Pasal 4 ayat (1) UU tentang KUP}
Surat Pemberitahuan WP Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa
badan harus ditandatangani dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
oleh pengurus atau menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa
direksi. (Pasal 4 ayat 2 UU khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat
KUP) Pemberitahuan. (Pasal 4 ayat 3 UU KUP)
Disampaikan melalui
tanda bukti bukti
jasa ekspedisi atau
pengiriman surat
jasa kurir
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak badan, paling
lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.
Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa Pajak dalam
1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa. (Pasal 3 ayat 3a)
2 Membetulkan SPT;
(Pasal 8 ayat 1 dan ayat 6 UU KUP)
3
Mengungkapkan ketidakbenaran
pengisian SPT;
(Pasal 8 ayat 3 dan ayat 4 UU KUP)
SPT Memperpanjang Jangka Waktu
Penyampaian SPT
Apabila WP baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat menyampaikan SPT
dalam jangka waktunya karena luasnya kegiatan usaha dan masalah-masalah teknis
penyusunan laporan keuangan, atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi
batas waktu penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah
ditentukan, WP dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan PPh dengan cara
menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain misalnya dengan
pemberitahuan secara elektronik kepada Dirjen Pajak.
Pemberitahuan harus disertai dengan penghitungan sementara pajak yang terutang
dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 5 UU KUP)
SPT Akibat administratif penundaan penyampaian
SPT
pada saat Surat Pemberitahuan Pasal 13 angka (1) “Dalam jangka waktu 5
Pemeriksaan Pajak disampaikan (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak
kepada Wajib Pajak, wakil, kuasa, atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
pegawai, atau anggota keluarga yang Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal
telah dewasa dari Wajib Pajak. Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar…”
Akibat administratif pembetulan SPT Tahunan
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 8 ayat 2 UU KUP)
CONTOH
PT Hasabila membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2008 pada tanggal 20 Februari
2010, yang semula menyatakan jumlah pajak terutang sebesar Rp100juta dan kredit
pajak sebesar Rp80juta, dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta
dan kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta dibayar pada
tanggal 18 Februari 2010.
Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 18 Februari 2010 = 10 bulan.
Akibat administratif pembetulan SPT Masa
Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Masa yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai sanksi administrasi
berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. (Pasal 8 ayat 2a UU KUP)
CONTOH
PT ALifia membetulkan sendiri SPT Masa PPN Masa Januari 2008 pada tanggal 20
November 2008, yang semula menyatakan jumlah Pajak Keluaran yang harus dipungut
sendiri sebesar Rp100juta dan kredit pajak Rp80juta, dibetulkan seharusnya jumlah Pajak
Keluaran yang harus dipungut sendiri sebesar Rp130juta dan kredit pajak tetap.
Kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta dibayar pada tanggal 18 November
2008.
Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi administrasi berupa bunga
sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 16 Februari 2008 – 18 November 2008 = 10
bulan.
Membetulkan SPT Tahunan karena
kompensasi kerugian (Pasal 8 ayat 6 UU KUP)
Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah
disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang
menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan
dalam Surat Pemberitahuan Tahunan yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka
waktu 3 (tiga) bulan setelah menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan
Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan.
Dalam hal WP membetulkan SPT lewat jangka waktu 3 (tiga) bulan atau
WP tidak mengajukan pembetulan sebagai akibat adanya surat ketetapan pajak, SK
Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak
sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang
berbeda dengan rugi fiskal yang telah dikompensasikan dalam SPT Tahunan PPh, Dirjen
Pajak akan memperhitungkannya dalam menetapkan kewajiban
perpajakan WP.
CONTOH 1
Berdasarkan surat ketetapan pajak tsb Dirjen Pajak akan mengubah perhitungan
Penghasilan Kena Pajak thn 2008 menjadi sbb:
Penghasilan Neto sebesar Rp200.000.000,00,
Rugi menurut surat ketetapan pajak tahun 2007sebesar Rp 70.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp130.000.000,00
Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang semula Rp50juta
(Rp200juta - Rp150juta) setelah pembetulan menjadi Rp130juta (Rp200juta -
Rp70juta)
CONTOH 2
Berdasarkan surat ketetapan pajak tsb Dirjen Pajak akan mengubah perhitungan
Penghasilan Kena Pajak thn 2008 menjadi sbb:
Penghasilan Neto sebesar Rp300.000.000,00,
Rugi menurut surat ketetapan pajak tahun 2007 sebesar Rp250.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,00
Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang semula Rp100juta
(Rp300juta – Rp200juta) setelah pembetulan menjadi Rp50juta (Rp300juta –
Rp250juta)
Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT
Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 50% (lima puluh persen) dari
pajak yang kurang dibayar, harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri
dimaksud disampaikan.
(Pasal 8 ayat 5 UU KUP)
WAJIB PAJAK TERTENTU YANG DIKECUALIKAN DARI KEWAJIBAN MENYAMPAIKAN
SURAT PEMBERITAHUAN
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak menjalankan usaha atau melakukan pekerjaan
bebas.
Dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT Tahunan PPh maupun SPT Masa PPh
Pasal 25.
PMK NO.183/PMK.03/2007
KEWAJIBAN
MELAKUKAN
PEMBAYARAN PAJAK
DENGAN SURAT
SETORAN PAJAK
SARANA PEMBAYARAN/PENYETORAN PAJAK
Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak apabila telah
disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran yang berwenang atau
apabila telah mendapatkan validasi, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 10 ayat 1a UU KUP)
JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK
1Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan penyetoran
pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi masing-masing jenis
pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya
Masa Pajak.(Pasal 9 ayat 1 UU KUP)
2Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum Surat Pemberitahuan Pajak
Penghasilan disampaikan. (Pasal 9 ayat 2 UU KUP)
3Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan
Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang
menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah, harus dilunasi dalam
jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan. (Pasal 9 ayat 3 UU KUP)
Bagi WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu, jangka waktu pelunasan sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) dapat diperpanjang paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.(Pasal 9 ayat 3a UU KUP)
TUJUAN PEMERIKSAAN
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Peraturan Menkeu Nomor 17/PMK.03/2013 tanggal 7 Januari 2013
RUANG LINGKUP PEMERIKSAAN
Ruang Lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh jenis pajak, baik untuk satu
atau beberapa Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun
lalu maupun tahun berjalan.
KEWENANGAN (Pasal 29 ayat 1 UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
Apabila ditemukan transfer pricing Apabila ditemukan transfer pricing /transaksi khusus
/transaksi khusus lainnya yang lainnya yang berindikasi ada rekayasa, Pemeriksaan
berindikasi ada rekayasa, pemeriksaan Lapangan dapat diperpanjang 6 (enam) bulan & dapat
diubah menjadi Pemeriksaan Lapangan dilakukan paling banyak 3 (tiga) kali
Dalam hal pemeriksaan terhadap permohonan lebih bayar (Pasal 17B) maka harus
memperhatikan jangka waktu penerbitan skp
KEWENANGAN PEMERIKSAAN
Dalam PEMERIKSAAN LAPANGAN untuk menguji kepatuhan, pemeriksa berwenang:
a. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
b. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
c. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau tidak
bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku
atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan,
dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi petunjuk tentang
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
Pokok Pajak
SKPKB >
Kredit Pajak
K
Pokok Pajak
E
SKPLB < T
Produk Kredit Pajak E
T
pemeriksaan Pokok Pajak A
untuk tujuan P
menguji
SKPN = A
Kredit Pajak N
kepatuhan
Ada data baru &
SKPKBT utang pajak
BUKTI PERMULAAN
SURAT KETETAPAN PAJAK
a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang terutang
tidak atau kurang dibayar;
b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan
pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN dan
PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0 % (nol persen);
d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak
dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.
e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 2 ayat (4a).
Pasal 14 (1) UU
PENERBITAN STP KUP
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :
d pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak
e secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984
dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas
pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
f PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak; atau
g PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP
Surat Ketetapan
Pajak
FASE SENGKETA
PAJAK
SENGKETA PAJAK
Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang perpajakan
antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan pejabat yang
berwenang sebagai akibat
dikeluarkannya keputusan
yang dapat diajukan Banding atau Gugatan
kepada Pengadilan Pajak berdasarkan peraturan
perundang-undangan perpajakan, termasuk Gugatan atas pelaksanaan
penagihan berdasarkan Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat
Paksa.
(Pasal 1 angka 5 UU Pengadilan Pajak)
yaitu kesalahan yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, yaitu antara lain
yang berasal dari kekeliruan penerapan persentase Norma kesalahan penulisan
penjumlahan dan Penghitungan Penghasilan Neto, nama, alamat, NPWP,
atau pengurangan kekeliruan penerapan sanksi administrasi, nomor ketetapan
dan atau perkalian kekeliruan Penghasilan Tidak Kena Pajak pajak, jenis pajak,
dan atau (PTKP), kekeliruan penghitungan PPh masa atau tahun
pembagian suatu dalam tahun berjalan, kekeliruan pajak dan tanggal
bilangan. pengkreditan pajak. jatuh tempo.
PEMBETULAN SUATU KEPUTUSAN
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 16 ayat 2)
Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat,
tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pembetulan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. (Pasal 16 ayat 3)
Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib memberikan
keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak
atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada
ayat (1). (Pasal 16 ayat 4)
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya;
(Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI
Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus diajukan dalam jangka
waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan Dirjen Pajak atas permohonan yang
pertama dikirim;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008 (dicabut)
diganti
PMK No: 8/PMK.03/2013 tgl. 2 Jan 2013
PENGURANGAN / PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib
Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak
yang tidak benar.
(Pasal 36 ayat 1 huruf b)
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN / PEMBATALAN KETETAPAN PAJAK
YANG TIDAK BENAR
Permohonan dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal, al:
- Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan;
- Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi kemudian mencabut
pengajuan keberatan tersebut; atau
- WP mengajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.
Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
(Pasal 36 ayat 1a)
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima,
harus memberi keputusan atas permohonan yang diajukan.
(Pasal 36 ayat 1c)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PENGURANGAN / PEMBATALAN SURAT TAGIHAN PAJAK
Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:
Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 1 (satu)
kali. (Pasal 36 ayat 1b)
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)
Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN DAN SKP
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila WP dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (ayat 3)
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak wajib melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit
sejumlah yang telah disetujui Wajib Pajak dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. (ayat 3a)
Catatan: Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak ditambah sanksi
administrasi, berlaku utk Tahun Pajak 2008 dan seterusnya
Surat keberatan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal ditandatangani oleh bukan WP surat
keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. (PMK 194/2007)
Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai surat
keberatan, sehingga tidak dipertimbangkan. (ayat 4)
Hak WP lainnya berkaitan dengan pengajuan keberatan
Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur
Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi
dasar pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan atau pemungutan
pajak.(Pasal 25 ayat 6 UU KUP)
Dirjen Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh WP dalam jangka waktu paling
lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permintaan WP diterima.
Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh WP belum memenuhi
persyaratan, WP dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan
melengkapi persyaratan yang belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 bulan
terlampaui.
Dalam hal WP menyampaikan perbaikan surat keberatan, tanggal penyampaian perbaikan
surat keberatan merupakan tanggal surat keberatan diterima.
Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan
tambahan atau penjelasan tertulis. (Pasal 26 ayat 2 UU KUP)
Sebelum menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, Dirjen Pajak harus
menyampaikan Surat Pemberitahuan Untuk Hadir kpd WP guna memberi
keterangan atau memperoleh penjelasan mengenai keberatannya.
WP dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan sepanjang Surat
Pemberitahuan Untuk Hadir belum disampaikan kepada WP.
WP tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan skp yang tidak
benar. . (PMK 194/2007, dicabut diganti NOMOR 9/PMK.03/2013 Tgl 2 Jan 2013)
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK
AKIBAT PENGAJUAN KEBERATAN
Pengajuan keberatan tidak menunda kewajiban membayar pajak dan DIUBAH
pelaksanaan penagihan pajak. (Pasal 25 ayat 7)
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak
yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan
1 (satu) bulan sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. (Pasal 25
ayat 7 UU KUP (baru))
Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta
tidak diberlakukan.
Misalkan keberatan PT ABC ditolak dengan SK Keberatan tanggal 20 Februari 2010,
maka atas jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak
yang telah dibayar sebelum mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 50% atau Rp9juta.
DIUBAH
ALPA PERCOBAAN
SENGAJA PENGULANGAN
KUP 112
TINDAK PIDANA
Tindak Pidana
WAJIB PAJAK
BERAKIBAT
dapat menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
DIPIDANA
kurungan paling singkat 3 bulan
dan paling lama 1 tahun, dan atau
denda paling tinggi dua kali jumlah
pajak terutang yg tidak/kurang
dibayar
SK Pembetulan
SK Keberatan tidak atau kurang dibayar sampai dengan
Putusan Banding tanggal jatuh tempo pembayaran
Putusan PK tidak atau kurang dibayar sampai dengan
tanggal jatuh tempo penundaan
pembayaran
Tambahan jumlah tidak memenuhi angsuran pembayaran
pajak yang masih pajak
harus dibayar
PENANGGUNG PAJAK
orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 1 angka 28)
ayat (3a)
Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator, atau
orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang membagikan
harta WP dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada pemegang saham atau kreditur
lainnya sebelum menggunakan harta tsb untuk membayar utang pajak WP tsb.
DALUWARSA HAK MENDAHULU Pasal 21 UU KUP
ayat (4)
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak
tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah.
ayat (5)
Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:
a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara
resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau