Anda di halaman 1dari 195

Pelatihan

Brevet A dan B
Terpadu
Kunjungi Website kami:
iaijawatimur.or.id
Instruktur

Imam Tri Wahyudi


Background Instruktur
Profil Singkat Instruktur
Pemeriksaan, Penyidikan,
Penyelesaian sengketa & Penagihan

Pemeriksaan & Penyelesaian Penagihan


Penyidikan Sengketa
Ketentuan Umum - definisi

NPWP, Pengukuhan PKP, SPT dan Pembayaran Pajak

Overview Penetapan dan Ketetapan Pajak

Penagihan Pajak

Pembukuan dan Pemeriksaan

Keberatan dan Banding

Ketentuan Khusus
Fase timbulnya hak Fase self Fase Fase Sengketa Fase
dan kewajiban assessment Pengawasan Penyelesaian
Sengketa
Pengadilan Pajak

Overview
Ber-NPWP
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU Keberatan
BANDING

Pembukuan S
E
Ketetapan Surat Kep. L
Menyampai-
Hak dan Pajak Keberatan E
kan SPT S
kewajiban
PUTUSAN A
Setuju? BANDING I
Diperiksa ? Setuju?
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
Overview
Pendaftaran

• Pendaftaran dilakukan atas wajib pajak memenuhi persyaratan subyektif & obyektif
• Tempat mendaftar – tempat tinggal atau tempat kedudukan.
• Pendaftaran  diberikan NPWP
• Pengusaha yang dikenai kewajiban PPN – dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena
Pajak
• DJP menetapkan: tempat pendaftaran dan pelaporan.
Overview
Pendaftaran

• DJP menerbitkan NPWP / NPPKP secara jabatan  kewajiban pajak


dimulai lima tahun sebelum diterbitkan NPWP.
• Penghapusan: (jk waktu 6 bulan WPOP dan 12bulan WP Badan)
– Diajukan permohonan
– Dilikuidasi
– Menghentikan kegiatannya
– Tidak memenuhi persyaratan subyektif atau obyektif
• Pencabutan NPPKP karena jabatan.
• Setelah pemeriksaan harus memberikan keputusan 6 bulan setelah
permohonan lengkap
• Tata cara diatur dalam PMK
Overview
Pemberitahuan
• SPT: dengan huruf latin
• Selain rupiah dan Bahasa asing harus mendapatkan izin
• Tanda tangan: biasa, stempel, elektronik/digital
• Batas SPT 20hari; 3 bulan dan 4 bulan.
• Memperpanjang waktu, 2 bulan, surat tertulis, perhitungan
sementara. Menyampaikan setelah selesai, jika terjadi
kenaikan dikenakan denda.
Overview
Pemberitahuan
• SPT: tidak disampaikan
– Tidak ditandatangani
– Tidak dilampiri dokumen
– Menyatakan lebih bayar dan disampaikan setelah tiga tahun setelah masa
pajak dan telah ditegur
– Setelah melakukan pemeriksaan untuk menerbitkan SKP.
• SPT dianggap tidak disampaikan, DJP akan memberitahukan kepada WP
• Kewajiban SPT untuk WP dengan penghasilan tertentu
Overview
Pemberitahuan
• SPT benar lengkap jelas dan menandatangani.
• Tanda tangan: pengurus/direksi; jika tidak dengan surat kuasa yang
dilampirkan.
• Pembukuan – wajib dilampiri laporan keuangan yang diperlukan
untuk menghitung besarnya PKP.
• LK masing-masing WP.
• LK diaudit tetapi tidak dilampirkan – dianggap tidak disampaikan.
• Tempat lain untuk menyampaikan SPT
Overview
Pemberitahuan
• SPT tidak disampaikan 500rb PPN, 100rb untuk Masa, 1juta untuk Badan,
100rb utk WP OP.
• Sanksi tidak dilakukan karena meninggal, OP tidak melakukan kegiatan
usaha/pekerjaan bebas; WP WNA yang tidak tinggal di Ind
Overview
Pembetulan
• WP membetulkan selama belum dilakukan pemeriksaan.
• SPembetulan menyatakan lebih bayar/rugi, disampaikan dua tahun
sebelum daluwarsa penetapan.
• Pembetulan pajak lebih besar – 2% denda dari
– tanggal penyampaian SPT berakhir sampai dengan tanggal
pembayaran – SPT Tahunan
– Tanggal jatuh tempo pembayaran sd tanggal pembayaran – SPT
masa
• Pembetulan setelah pemeriksaan namun sebelum penyidikan 150%
• Pembetulan setelah pemeriksaan namun sebelum SKP 50%
• Pembetulan 3 bulan setelah SKP, SKBer, SKB – belum melakukan
tinadkan pemeriksaan.
Overview
Pembayaran
• Tanggal pembayaran paling lambat 15 hari untuk SPT masa dan sebelum
berakhirnya masa pajak.
• Jika pembayaran setelah jatuh tempo denda 2% dari tanggal jatuh tempo
sd tanggal pembayaran- SPT masa dan tanggal akhir penyampaian SPT
sd tanggal pembayaran.
• Jatuh tempo diperpanjang paling lambat 2 bulan. Mengagngsur paling lama
12 bulan degnan bunga.
• Penyetoran dengan SSP ke kas engara melalui tempat pembayaran
• Kekurangan pembayatan karena SKP, SKB diberikan imbalan bunga 2%
dari tanggal jatuh tempo sd pembayaran
Overview
NPWP & PPKP
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI

Setiap Wajib Pajak yang telah memenuhi persyaratan subjektif dan objektif sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan wajib mendaftarkan
diri pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
tinggal atau tempat kedudukan Wajib Pajak dan kepadanya diberikan Nomor Pokok
Wajib Pajak.
(Pasal 2 angka 1 UU KUP)

Sesuai dengan ketentuan mengenai Persyaratan bagi subjek pajak yang


subjek pajak dalam UU PPh 1984 menerima atau memperoleh
dan perubahannya. penghasilan atau diwajibkan untuk
melakukan pemotongan/pemungutan
sesuai UU PPh 1984 dan perubahannya
Kewajiban mendaftarkan diri tsb berlaku pula thd wanita kawin yg dikenai pajak
secara terpisah karena hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim atau
dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan & harta.

Wanita kawin selain tsb di atas dapat mendaftarkan diri untuk memperoleh NPWP
atas namanya sendiri agar wanita kawin tsb dapat melaksanakan hak & memenuhi
kewajiban perpajakannya terpisah dari hak & kewajiban perpajakan suaminya.
Overview
NPWP & PPKP
KEWAJIBAN MELAPORKAN USAHA

Setiap Wajib Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan UU PPN
1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau tempat kedudukan
Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk dikukuhkan menjadi
Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 2 UU KUP)

orang pribadi atau badan dalam Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang
bentuk apa pun yang dalam Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena
kegiatan usaha atau Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
pekerjaannya menghasilkan Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
barang, mengimpor barang, perubahannya, tidak termasuk Pengusaha Kecil
mengekspor barang, melakukan yang batasannya ditetapkan dengan Keputusan
usaha perdagangan, Menteri Keuangan, kecuali Pengusaha Kecil
memanfaatkan barang tidak yang memilih untuk dikukuhkan sebagai
berwujud dari luar daerah Pengusaha Kena Pajak. (Pasal 1 angka 15 UU
pabean, melakukan usaha jasa, PPN)
atau memanfaatkan jasa dari pengusaha yang selama satu tahun buku
luar daerah pabean. melakukan penyerahan BKP dan atau JKP
(Pasal 1 angka 4 UU KUP) dengan jumlah peredaran bruto dan atau
penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp600juta.{Kep. Menkeu
No:571/KMK.03/2003}
Overview
NPWP & PPKP
NOMOR POKOK WAJIB PAJAK (NPWP)

adalah nomor yang diberikan kepada Wajib Pajak sebagai


sarana dalam administrasi perpajakan yang dipergunakan
sebagai tanda pengenal diri atau identitas Wajib Pajak
dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakannya.
(Pasal 1 angka 5 UU KUP)

terdiri dari 15 (lima belas) digit, yaitu 9 (sembilan) digit


pertama merupakan Kode Wajib Pajak dan 6 (enam) digit
berikutnya merupakan Kode Administrasi Perpajakan.
01.234.567.8 – 999 . 000

Kode WP Kode Kode


KPP cbg
Overview
NPWP & PPKP
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN DIRI

WAJIB PAJAK Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008

BADAN kepadanya
wajib mendaftarkan diri
diberikan
Orang pribadi yang NPWP
paling lama 1 (satu) bulan setelah saat
menjalankan usaha
usaha mulai dijalankan
atau pekerjaan
bebas saat pendirian, atau saat usaha atau
pekerjaan bebas nyata-nyata dimulai

Pekerjaan bebas : pekerjaan yg dilakukan oleh orang pribadi yg mempunyai


keahlian khusus sebagai usaha untuk memperoleh penghasilan yg tidak terikat
oleh suatu hubungan kerja.

kepadanya
wajib mendaftarkan diri diberikan
NPWP
paling lama pada akhir bulan
berikutnya
Overview
NPWP & PPKP
CONTOH

Budi, seorang bujangan (TK/-) mulai bekerja pada tanggal 1 Jan 2018
sebagai karyawan pada sebuah perusahaan swasta nasional dengan
penghasilan neto sebulan sebesar Rp8.000.000,00.

Karena Budi belum menikah dan tidak mempunyai tanggungan


maka PTKP setahun adalah Rp54.000.000,00.
Asumsi penghasilan neto Budi tetap, maka pada bulan ke-7 (Juli 2018)
penghasilan neto Udin adalah Rp56.000.000,00 telah melebihi PTKP.

Udin wajib mendaftarkan diri paling lambat pada akhir bulan berikutnya
setelah bulan memperoleh penghasilan yang jumlahnya telah melebihi
PTKP setahun,
yaitu paling lambat akhir bulan Agustus 2018.
Overview
NPWP & PPKP
JANGKA WAKTU PELAPORAN USAHA

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008

wajib melaporkan
Sebagai usahanya untuk
Orang pribadi PENGUSAHA
yang dikukuhkan sebagai PKP
yang menyerahkan sebelum melakukan
menjalankan BKP/JKP
usaha atau penyerahan BKP dan/
pekerjaan atau JKP
bebas

yang memilih sebagai PKP wajib melaporkan


PENGUSAHA
usahanya untuk
KECIL Tidak memilih sebagai PKP dikukuhkan sebagai PKP
sampai dengan suatu bulan paling lama akhir bulan
dalam suatu tahun buku berikutnya
OMSET BKP &/ JKP>
batasan yang ditentukan
sebagai Pengusaha Kecil
Overview
NPWP & PPKP
NPWP dan PKP JABATAN

Pasal 2 angka 4 UU KUP

Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Nomor Pokok Wajib


Pajak dan atau mengukuhkan Pengusaha Kena Pajak
secara jabatan, apabila Wajib Pajak tidak
melaksanakan kewajiban mendaftarkan diri dan atau
Pengusaha Kena Pajak tidak melaporkan usahanya.

Dapat dilakukan apabila berdasarkan data yang diperoleh


atau dimiliki oleh Dirjen Pajak ternyata orang pribadi atau
badan atau Pengusaha tersebut telah memenuhi syarat
untuk memperoleh Nomor Pokok Wajib Pajak dan atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Overview
NPWP & PPKP
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI

pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah


kerjanya meliputi

WP Orang Pribadi Ditetapkan oleh Dirjen


WP Badan
Pajak

tempat tinggal WP
tempat kedudukan
&/tempat kegiatan Bagi WP tertentu
Wajib Pajak
usaha, apabila WP KPP BUMN, KPP PMA,
OP melakukan KPP Badan & Orang
kegiatan usaha Asing, KPP Perusahaan
Masuk Bursa, KPP WP
Dalam hal tempat tinggal atau tempat
Besar
kedudukan Wajib Pajak berada dalam dua
(Kep-67/PJ./2004 jo Per-
atau lebih wilayah kerja KPP, Direktur
91/PJ/2005)
Jenderal Pajak dapat menetapkan KPP
tempat Wajib Pajak terdaftar
Overview
NPWP & PPKP
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI

pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah


kerjanya meliputi

tempat kedudukan Wajib Pajak tempat kegiatan usaha apabila WP


badan/ tempat tinggal WP orang OP melakukan kegiatan usaha/
pribadi kantor cabang

Untuk kewajiban perpajakan: Untuk kewajiban perpajakan:


- PPh badan/PPh Orang Pribadi - PPh Pot Put
(PPh Pasal 25 dan 29) - PPN dan PPnBM
- PPh Pot Put
- PPN dan PPnBM

Kewajiban pemungutan, penyetoran dan pelaporan PPN dan PPnBM


terutang dapat dilakukan secara terpusat (sentralisasi) apabila memenuhi
persyaratan tertentu. Sedangkan untuk PPh Pasal 21 dan Pasal 26 tidak
dapat dilakukan pemusatan pemotongan, penyetoran dan pelaporan pajak
terutang. (SE-23/PJ.43/2000)
Overview
NPWP & PPKP
TEMPAT MENDAFTARKAN DIRI

Bagi WP OP yang berstatus sebagai karyawan

Di KPP Domisili Melalui KPP Lokasi

Diproses sesuai ketentuan yang KPP yang wilayah kerjanya


berlaku. meliputi tempat kegiatan usaha
Pemberi Kerja/Bendaharawan
Pemerintah terdaftar.

KPP lokasi mengirimkan


permohonan pendaftaran ke KPP
Domisili.

NPWP diberikan oleh KPP


Domisili.
Kep-338/PJ/2001
Overview
NPWP & PPKP
KEWAJIBAN MEMILIKI NPWP BAGI WAJIB PAJAK ORANG
PRIBADI PENGUSAHA TERTENTU

Kep-171/PJ./2002
Yang dimaksud dengan Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu
adalah Wajib Pajak yang melakukan kegiatan usaha di bidang
perdagangan grosir dan atau eceran barang-barang konsumsi melalui
tempat usaha/gerai (outlet) yang tersebar di beberapa lokasi, tidak
termasuk perdagangan kendaraan dan restoran.

Wajib Pajak Orang Pribadi Pengusaha Tertentu wajib mendaftarkan diri


untuk memperoleh NPWP bagi setiap tempat usaha/gerai (outlet) di
Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat
usaha/gerai (outlet) tersebut (KPP lokasi) dan di Kantor Pelayanan
Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal Wajib Pajak (KPP
domisili).
Overview
NPWP & PPKP
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK

Dalam hal WP terdaftar pindah tempat tinggal atau tempat kedudukan


atau tempat kegiatan usaha ke wilayah kerja KPP lain

Wajib Pajak wajib mengajukan permohonan pindah dengan


menyampaikan surat pernyataan pindah beserta persyaratannya.

Ke KPP Lama Ke KPP Baru

KPP Lama menerbitkan KPP Baru menerbitkan


Surat Pindah paling lama Kartu NPWP dan Surat
pada hari kerja berikutnya, Keterangan Terdaftar paling
untuk diberikan ke KPP baru lama pada
hari kerja berikutnya atau
setelah menerima Surat
Kep-161/PJ./2001 Pindah
Overview
NPWP & PPKP
PEMINDAHAN WAJIB PAJAK

Dalam hal surat pernyataan pindah berisikan pernyataan pindah sebagai


Pengusaha Kena Pajak, maka

KPP lama menerbitkan Surat Pindah paling lama pada hari kerja
berikutnya setelah menerima surat pernyataan pindah beserta
persyaratannya secara lengkap dari PKP atau pemberitahuan adanya
surat pernyataan pindah dari KPP baru
KPP baru menerbitkan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak dan
bila diperlukan sekaligus menerbitkan Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak
dan Surat Keterangan Terdaftar paling lama 3 (tiga) hari kerja setelah
menerima Surat Pindah dari KPP lama

KPP lama menerbitkan Surat Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena


Pajak setelah diterimanya tembusan Surat Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak yang diterbitkan oleh KPP baru paling lama pada hari kerja
berikutnya.
Kep-161/PJ./2001
Overview
NPWP & PPKP
PENGHAPUSAN NPWP

Penghapusan NPWP dilakukan oleh Direktur Jenderal Pajak apabila:

a. Diajukan permohonan penghapusan NPWP oleh WP dan/atau ahli warisnya


apabila WP sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan;
b. WP badan dilikuidasi karena penghentian atau penggabungan usaha;
c. WP bentuk usaha tetap menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia; atau
d. Dianggap perlu oleh Direktur Jenderal Pajak untuk menghapuskan NPWP
dari WP yang sudah tidak memenuhi persyaratan subjektif dan/atau objektif
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 2 angka 6 UU KUP)

Termasuk wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah tanpa
membuat perjanjian pemisahan harta dan penghasilan

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus memberikan


keputusan atas permohonan penghapusan NPWP dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan untuk WP orang pribadi atau 12 (dua belas) bulan untuk WP badan, sejak
tanggal permohonan diterima secara lengkap.
(Pasal 2 angka 7 UU KUP)
Overview
NPWP & PPKP
PENCABUTAN PKP

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib


Pajak dapat melakukan pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
(Pasal 2 angka 8 UU KUP)

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan harus


memberikan keputusan atas permohonan pencabutan pengukuhan
PKP dalam jangka waktu 6 (enam) bulan sejak tanggal permohonan
diterima secara lengkap.
(Pasal 2 angka 9 UU KUP)

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 20/PMK.03/2008:


> PKP pindah alamat ke wilayah kerja Kantor Pelayanan Pajak lain;
> Sudah tidak memenuhi persyaratan sebagai Pengusaha Kena
Pajak yang jumlah peredaran dan/atau penerimaan bruto untuk
suatu tahun buku tidak melebihi batas jumlah peredaran dan/atau
penerimaan brruto untuk Pengusaha Kecil
Overview
Pelaporan
TEMPAT PELAPORAN KEGIATAN USAHA

pada kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah


kerjanya meliputi

tempat kegiatan usaha Ditetapkan oleh Dirjen


Wajib Pajak Pajak

PKP tertentu

KPP BUMN, KPP PMA, KPP


Badan & Orang Asing, KPP
Perusahaan Masuk Bursa,
KPP WP Besar
(Kep-67/PJ./2004 jo Per-
91/PJ/2005)
Overview
NPWP & PPKP
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI DAN
MELAPORKAN KEGIATAN USAHA
Administrasi Pidana

apabila WP tidak melaksanakan Setiap orang yang dengan sengaja : a.


kewajiban mendaftarkan diri dan atau tidak mendaftarkan diri untuk diberikan
PKP tidak melaporkan usahanya Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak
melaporkan usahanya untuk
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Dirjen Pajak menerbitkan NPWP dan Pajak; b. menyalahgunakan atau
atau mengukuhkan PKP secara jabatan menggunakan tanpa hak Nomor Pokok
Wajib Pajak atau Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak; sehingga dapat
Terhadap kekurangan pembayaran pajak menimbulkan kerugian pada
sebagai akibat NPWP dan pengukuhan pendapatan negara, dipidana dengan
PKP secara jabatan dikenai sanksi pidana penjara paling singkat 6 (enam)
administrasi berupa bunga 2% per bulan bulan dan paling lama 6 (enam) tahun
paling lama 24 bulan dihitung sejak saat dan denda paling sedikit 2 (dua) kali
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa jumlah pajak terutang yang tidak atau
Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun kurang dibayar dan paling banyak 4
Pajak sampai dengan diterbitkannya (empat) kali jumlah pajak terutang yang
SKPKB. tidak atau kurang dibayar.
(Pasal 13 ayat 2 UU KUP) (Pasal 39 angka 1 UU KUP)
Overview
Pembukuan dan Pencatatan
PEMBUKUAN DAN PENCATATAN

Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang dilakukan


secara teratur untuk mengumpulkan data dan informasi
keuangan yang meliputi harta, kewajiban, modal,
penghasilan dan biaya, serta jumlah harga perolehan
dan penyerahan barang atau jasa, yang ditutup dengan
menyusun laporan keuangan berupa neraca dan laporan
laba rugi untuk periode Tahun Pajak tersebut .
(Pasal 1 angka 29 UU KUP)
Pencatatan terdiri atas data yang dikumpulkan secara
teratur tentang peredaran atau penerimaan bruto
dan/atau penghasilan bruto sebagai dasar untuk
menghitung jumlah pajak yang terutang termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan/atau yang dikenai
pajak yang bersifat final.
(Pasal 28 angka 9 UU KUP)
Overview
Pembukuan & Pencatatan

YANG WAJIB PEMBUKUAN

Pasal 28 angka 1 dan 2 UU KUP

Wajib Pajak Badan

Wajib Pajak Orang Pribadi yang melakukan kegiatan usaha


atau pekerjaan bebas, kecuali yang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto
Overview
Pembukuan & Pencatatan
YANG TIDAK WAJIB PEMBUKUAN TETAPI WAJIB
MENYELENGGARAKAN PENCATATAN

Pasal 28 angka 2 UU KUP)


1
Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan Neto.
(Pasal 14 ayat 2 UU PPh)
Wajib Pajak orang pribadi yang peredaran brutonya dalam satu
tahun kurang dari Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah), boleh
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto, dengan syarat memberitahukan
kepada Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan
pertama dari tahun pajak yang bersangkutan.
Mulai tahun pajak 2007 diubah menjadi kurang dari Rp1,8 milyar
dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.03/2007.
2
Wajib Pajak orang pribadi yang tidak melakukan kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas.
Overview
Pembukuan & Pencatatan
WP Orang Pribadi yang tidak memilih menyelenggarakan
pembukuan

Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan


bebas yang menghitung penghasilan neto usaha atau pekerjaan
bebasnya dengan menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan
Neto

wajib memberitahukan mengenai penggunaan Norma Penghitungan


kepada Direktur Jenderal Pajak paling lama 3 (tiga) bulan sejak awal
tahun pajak yang bersangkutan

Pemberitahuan penggunaan Norma Penghitungan Penghasilan Neto


yang disampaikan dalam jangka waktu tersebut dianggap disetujui
kecuali berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Wajib Pajak Orang
Pribadi tidak memenuhi persyaratan untuk menggunakan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto
Wajib Pajak Orang Pribadi yang tidak memberitahukan kepada Direktur
Jenderal Pajak sesuai dengan jangka waktu tersebut dianggap
memilih menyelenggarakan pembukuan
SE-02/PJ.43/2001
Overview
Pembukuan & Pencatatan
KETENTUAN MENGENAI PEMBUKUAN
Pasal 28 UU KUP
1
harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya; ayat
3
2harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,
angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri
Keuangan;ayat 4
3diselenggarakan dengan prinsip taat asas dan dengan stelsel akrual atau
stelsel kas; ayat 5
4 Perubahan terhadap metode pembukuan dan atau tahun buku, harus
mendapat persetujuan dari Direktur Jenderal Pajak;ayat 6
5Pembukuan sekurang-kurangnya terdiri dari catatan mengenai harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta penjualan dan
pembelian, sehingga dapat dihitung besarnya pajak yang terutang;ayat 7
6Pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain
Rupiah dapat diselenggarakan oleh Wajib Pajak setelah mendapat izin
Menteri Keuangan; ayat 8
Overview
Pembukuan & Pencatatan
PRINSIP TAAT ASAS

prinsip yang sama digunakan dalam metode


pembukuan dengan tahun-tahun sebelumnya, untuk
mencegah penggeseran laba atau rugi

misalnya dalam penerapan : Stelsel pengakuan


penghasilan; Tahun buku; Metode penilaian
persediaan; Metode penyusutan dan amortisasi
Overview
Pembukuan & Pencatatan
KETENTUAN MENGENAI PENCATATAN

Pasal 28 UU KUP

1
harus diselenggarakan dengan memperhatikan itikad baik dan
mencerminkan keadaan atau kegiatan usaha yang sebenarnya

harus diselenggarakan di Indonesia dengan menggunakan huruf Latin,


angka Arab, satuan mata uang Rupiah, dan disusun dalam bahasa
Indonesia atau dalam bahasa asing yang diizinkan oleh Menteri Keuangan

Pencatatan terdiri dari data yang dikumpulkan secara teratur tentang


peredaran atau penerimaan bruto dan atau penghasilan bruto sebagai
dasar untuk menghitung jumlah pajak yang terutang, termasuk
penghasilan yang bukan objek pajak dan atau yang dikenakan pajak yang
bersifat final
Overview
Pembukuan & Pencatatan
PENYIMPANAN DOKUMEN

Pasal 28 angka 11 UU KUP

Buku, catatan, dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau


pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari
pembukuan yang dikelola secara elektronik atau secara program
aplikasi on-line wajib disimpan selama 10 (sepuluh) tahun di
Indonesia, yaitu di tempat kegiatan atau tempat tinggal Wajib Pajak
orang pribadi, atau di tempat kedudukan Wajib Pajak badan.

Kurun waktu 10 (sepuluh) tahun penyimpanan buku, catatan,


dan dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan
adalah sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai
batas daluwarsa penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan. Penyimpanan buku, catatan, dan dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk yang diselenggarakan secara program aplikasi on-
line harus dilakukan dengan memperhatikan faktor keamanan,
kelayakan, dan kewajaran penyimpanan.
Overview
Pembukuan & Pencatatan
SANKSI BERKAITAN DENGAN KEWAJIBAN PEMBUKUAN DAN
PENCATATAN

ADMINISTRASI PIDANA
apabila kewajiban Pasal 39 ayat 1 UU KUP
sebagaimana dimaksud Setiap orang yang dengan sengaja:
dalam Pasal 28 f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau
(Pembukuan) atau Pasal dokumen lain yang palsu atau dipalsukan seolah-
29 (Pemeriksaan) tidak olah benar atau tidak menggambarkan keadaan yg
dipenuhi, sehingga tidak sebenarnya; g. tidak menyelenggarakan
dapat diketahui besarnya pembukuan atau pencatatan, tidak memperlihatkan
pajak yang terutang atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau
dokumen lainnya; h. tidak menyimpan buku,
catatan, atau dokumen yang menjadi dasar
pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain
termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
yang dikelola secara elektronik atau
dipidana dengan pidana penjara paling singkat 6
diselenggarakan secara program aplikasi on-line di
(enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
ayat (11);
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling
sehingga dapat menimbulkan kerugian pd
banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang
pendapatan negara
tidak atau kurang dibayar.
Pasal 13 (1) d jo Pasal
13 (3) UU KUP
Overview
SPT
Definisi SPT

surat yang oleh Wajib Pajak digunakan untuk melaporkan penghitungan


dan atau pembayaran pajak, objek pajak dan/atau bukan objek pajak
dan/atau harta dan kewajiban, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. (Pasal 1 angka 11 UU KUP)

SPT Masa SPT Tahunan

yaitu Surat Pemberitahuan untuk yaitu Surat Pemberitahuan


suatu Masa Pajak, terdiri dari: untuk suatu Tahun Pajak atau
bagian Tahun Pajak meliputi:
PPh Pasal 21 dan Pasal 26
PPh Pasal 22 -SPT Tahunan PPh WP Badan
PPh Pasal 23 dan Pasal 26 (SPT 1771 dan SPT 1771$)
PPh Pasal 25 -SPT Tahunan PPh WP Orang
PPh Pasal 4 ayat 2 Pribadi (SPT 1770, 1770S dan
PPh Pasal 15 1770SS)
PPN (Form 1107) -SPT Tahunan PPh Pasal 21
PPN bagi Pemungut (Form 1107 (1721)
PUT) -SPT Tahunan Pembetulan
Overview
SPT
Kewajiban penyampaian SPT

Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan benar, lengkap, dan
jelas, dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan menandatangani serta menyampaikannya ke kantor
Direktorat Jenderal Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar atau dikukuhkan atau tempat
lain yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
{Pasal 3 ayat 1 UU KUP}
Penandatanganan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
dilakukan secara biasa, dengan tanda tangan stempel, atau tanda
tangan elektronik atau digital, yang semuanya mempunyai
kekuatan hukum yang sama, yang tata cara pelaksanaannya diatur
dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
{Pasal 3 ayat 1b UU KUP}
Wajib Pajak yang telah mendapat izin Menteri Keuangan untuk menyelenggarakan
pembukuan dengan menggunakan bahasa asing dan mata uang selain Rupiah,
wajib menyampaikan Surat Pemberitahuan dalam bahasa Indonesia dengan
menggunakan satuan mata uang selain Rupiah yang diizinkan, yang
pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(Pasal 3 ayat 1b UU KUP)

Wajib Pajak mengambil sendiri Surat Pemberitahuan di tempat yang


ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak atau mengambil dengan cara lain
yang tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 2 UU KUP)
Overview
SPT
Penandatangan SPT
Wajib Pajak wajib mengisi dan menyampaikan Surat Pemberitahuan
dengan benar, lengkap, jelas, dan
menandatanganinya.{Pasal 4 ayat (1) UU tentang KUP}
Surat Pemberitahuan WP Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa
badan harus ditandatangani dengan surat kuasa khusus untuk mengisi dan
oleh pengurus atau direksi. menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa
(Pasal 4 ayat 2 UU KUP) khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat
Pemberitahuan. (Pasal 4 ayat 3 UU KUP)

yaitu yang tercantum harus memenuhi syarat sbb: (PMK:22/PMK.03/2008)


namanya dalam -memiliki NPWP;
susunan pengurus -telah menyampaikan SPT Tahunan PPh Tahun Pajak
yang tertera dalam terakhir;
akte pendirian maupun -menguasai ketentuan peraturan perundang-undangan
akte perubahan perpajakan; dan
-memiliki Surat Kuasa Khusus dari WP yang memberi
kuasa dengan format terlampir.
Dalam hal seorang kuasa bukan konsultan pajak dibuktikan dengan
kepemilikan sertifikat brevet atau ijazah pendidikan formal di bidang
perpajakan yg diterbitkan oleh perguruan tinggi negeri atau swasta dg status
terakreditasi A, sekurang-kurangnya DIII;
Dalam hal konsultan pajak dibuktikan dg kepemilikan Surat Izin Praktik yg
diterbitkan Dirjen Pajak dan dilengkapi dg Surat Pernyataan sbg Konsultan
Pajak.
Overview
SPT
SPT DIANGGAP TIDAK DISAMPAIKAN

Surat Pemberitahuan dianggap tidak disampaikan apabila:

a Surat Pemberitahuan tidak ditandatangani;


SPT Tahunan Pajak PPh WP yang wajib menyelenggarakan
pembukuan harus dilampiri dengan laporan keuangan berupa neraca Penjelasan: SPT yang dianggap tidak disampaikan tersebut dianggap
dan laporan laba rugi serta keterangan lain yang diperlukan untuk sebagai data perpajakan.
menghitung besarnya Penghasilan Kena Pajak. (Ps. 4 angka 4 UU
KUP)
Dalam hal laporan keuangan diaudit oleh Akuntan Publik tetapi tidak Surat Pemberitahuan disampaikan setelah Dirjen Pajak melakukan
dilampirkan pada SPT, SPT dianggap tidak lengkap dan tidak jelas, pemeriksaan atau menerbitkan surat ketetapan pajak.
sehingga SPT dianggap tidak disampaikan. {Pasal 4 angka 4b UU
KUP}

Dalam hal WP menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus


cuntuk mengisi dan menandatangani SPT, surat kuasa khusus tersebut
harus dilampirkan pada SPT. (Ps. 4 angka 3 UU KUP)

Surat Pemberitahuan yang menyatakan lebih bayar disampaikan


setelah 3 (tiga) tahun sesudah berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak atau Tahun Pajak, dan Wajib Pajak telah ditegur secara tertulis;
atau
Overview
SPT
BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
{Pasal 3 ayat 3 UU KUP}

untuk Surat Pemberitahuan Masa, paling lama 20 (dua puluh) hari setelah
akhir Masa Pajak;
untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak
orang pribadi, paling lama 3 (tiga) bulan setelah akhir Tahun Pajak; atau

untuk Surat Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan Wajib Pajak


badan, paling lama 4 (empat) bulan setelah akhir Tahun Pajak.

Wajib Pajak dengan kriteria tertentu dapat melaporkan beberapa Masa


Pajak dalam 1 (satu) Surat Pemberitahuan Masa. (Pasal 3 ayat 3a)

antara lain WP usaha kecil dapat WP dengan


a. menyampaikan SPT Masa PPh Pasal 25 untuk beberapa kriteria tertentu
Masa Pajak sekaligus dgn syarat pembayaran seluruh dan tata cara
pajak yg wajib dilunasi menurut SPT Masa tsb dilakukan pelaporannya
sekaligus paling lama dalam Masa Pajak yang terakhir;
dan/atau diatur dengan atau
b. menyampaikan SPT Masa selain huruf a untuk beberapa berdasarkan
Masa Pajak sekaligus dgn syarat pembayaran untuk Peraturan Menteri
masing-masing Masa Pajak dilakukan sesuai batas Keuangan.
waktu untuk Masa Pajak ybs.
Overview
SPT
Sanksi karena tidak memenuhi kewajiban penyampaian SPT
ADMISNISTRASI PIDANA
Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka Setiap orang yg karena kealpaannya: a. tidak
waktunya atau batas waktu perpanjangan menyampaikan SPT; atau b. menyampaikan SPT, tetapi
penyampaian SPT, dikenai sanksi administrasi isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan
berupa denda sebesar Rp500.000,00 untuk SPT keterangan yg isinya tidak benar sehingga dapat
Masa PPN, Rp100.000,00 untuk SPT Masa menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan
lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 untuk SPT perbuatan tsb merupakan perbuatan setelah perbuatan yg
Tahunan PPh WP badan serta sebesar pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A,
Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP didenda paling sedikit 1 kali jumlah pajak terutang yg
orang pribadi. (Pasal 7 UU KUP) tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2 kali jumlah
pajak terutang yg tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
Apabila SPT tidak disampaikan dalam jangka kurungan paling singkat 3 bulan atau paling lama 1 tahun.
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis (Pasal 38 UU KUP)
tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran; maka jumlah Setiap orang yg dgn sengaja: c. tidak menyampaikan
pajak yang kurang dibayar/disetor ditagih SPT; d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yg
dengan SKPKB ditambah sanksi administrasi isinya tidak benar atau tidak lengkap; sehingga dapat
berupa kenaikan sebesar 50% untuk PPh, 100% menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana
untuk PPh PotPut, 100% untuk PPN dan PPnBM. dgn pidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling
(Pasal 13 ayat 3 UU KUP) lama 6 tahun dan denda paling sedikit 2 kali jumlah pajak
terutang yg tidak atau kurang dibayar dan paling banyak
4 kali jumlah pajak terutang yg tidak atau kurang dibayar.
(Pasal 39 UU KUP)
Overview
SPT
PIDANA KEALPAAN TIDAK MENYAMPAIKAN SPT
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga
dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan perbuatan
tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang pertama kali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling sedikit 1 (satu) kali
jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 2
(dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar, atau dipidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun. (Pasal
38 UU KUP)

Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan


atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara, tidak dikenai sanksi pidana
apabila kealpaan tersebut pertama kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan
Wajib Pajak tersebut wajib melunasi kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
terutang beserta sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus
persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. (Pasal 13A UU KUP)
Overview
SPT
YANG TIDAK DIKENAI SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA
KARENA TIDAK MEMENUHI KEWAJIBAN PENYAMPAIAN SPT (Pasal 7
ayat 2 UU KUP)

SPT tidak disampaikan dalam jangka waktunya dikenakan sanksi administrasi


berupa denda Rp500.000,00 untuk SPT Masa PPN, Rp100.000,00 untuk SPT Masa
lainnya, dan sebesar Rp1.000.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP badan serta
sebesar Rp100.000,00 untuk SPT Tahunan PPh WP orang pribadi. (Pasal 7 UU
KUP Perubahan)
tidak dilakukan terhadap

a. Wajib Pajak orang pribadi yang telah meninggal dunia;


b. Wajib Pajak orang pribadi yang sudah tidak melakukan kegiatan usaha
atau pekerjaan bebas;
c. Wajib Pajak orang pribadi yang berstatus sebagai warga negara asing
yang tidak tinggal lagi di Indonesia;
d. Bentuk Usaha Tetap yang tidak melakukan kegiatan lagi di Indonesia;
e. Wajib Pajak badan yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi tetapi belum
dibubarkan sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
f. Bendahara yang tidak melakukan pembayaran lagi;
g. Wajib Pajak yang terkena bencana, yang ketentuannya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan; atau
h. Wajib Pajak lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Overview
SPT
Hak WP berkaitan dengan
penyampaian SPT

Memperpanjang
1 jangka waktu penyampaian SPT;
(Pasal 3 ayat 4 UU KUP)

Membetulkan
2 SPT;
(Pasal 8 ayat 1 dan ayat 6 UU KUP)

Mengungkapkan
3 ketidakbenaran pengisian SPT;
(Pasal 8 ayat 3 dan ayat 4 UU KUP)
Overview
SPT
Memperpanjang Jangka Waktu Penyampaian SPT

Wajib Pajak dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian Surat


Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan sebagaimana dimaksud pada ayat
(3) untuk paling lama 2 (dua) bulan dengan cara menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis atau dengan cara lain kepada Direktur Jenderal
Pajak yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
(Pasal 3 ayat (4) UU KUP)

Apabila WP baik orang pribadi maupun badan ternyata tidak dapat


menyampaikan SPT dalam jangka waktunya karena luasnya kegiatan
usaha dan masalah-masalah teknis penyusunan laporan keuangan,
atau sebab lainnya sehingga sulit untuk memenuhi batas waktu
penyelesaian dan memerlukan kelonggaran dari batas waktu yang telah
ditentukan, WP dapat memperpanjang penyampaian SPT Tahunan PPh
dengan cara menyampaikan pemberitahuan secara tertulis atau dengan
cara lain misalnya dengan pemberitahuan secara elektronik kepada
Dirjen Pajak.

Pemberitahuan harus disertai dengan penghitungan sementara pajak yang terutang


dalam 1 (satu) Tahun Pajak dan Surat Setoran Pajak sebagai bukti pelunasan
kekurangan pembayaran pajak yang terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan. (Pasal 3 ayat 5 UU KUP)
Overview
SPT
Akibat administratif penundaan penyampaian
SPT

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian


Surat Pemberitahuan dan ternyata penghitungan sementara
pajak yang terutang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang
atas kekurangan pembayaran pajak tersebut, dikenai
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan yang dihitung dari
saat berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat
(3) huruf b dan huruf c sampai dengan tanggal dibayarnya
kekurangan pembayaran tersebut dan bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 3 UU KUP)
Overview
SPT
Membetulkan SPT

Wajib Pajak dengan kemauan sendiri dapat membetulkan Surat


Pemberitahuan yang telah disampaikan dengan menyampaikan
pernyataan tertulis, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum
melakukan tindakan pemeriksaan.
(Pasal 8 ayat 1 UU KUP Perubahan)
Dalam hal pembetulan Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menyatakan rugi atau lebih bayar, pembetulan Surat
Pemberitahuan harus disampaikan paling lama 2 (dua) tahun
sebelum daluwarsa penetapan.
(Pasal 8 ayat 1a UU KUP Perubahan)
pada saat Surat Pasal 13 angka (1) “Dalam jangka
Pemberitahuan Pemeriksaan waktu 5 (lima) tahun setelah saat
Pajak disampaikan kepada terutangnya pajak atau berakhirnya
Wajib Pajak, wakil, kuasa, Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
pegawai, atau anggota atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal
keluarga yang telah dewasa Pajak dapat menerbitkan Surat
dari Wajib Pajak. Ketetapan Pajak Kurang Bayar…”
Overview
SPT
Akibat administratif pembetulan SPT Tahunan

Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan


Tahunan yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan atas jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak
saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai dengan
tanggal pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan. (Pasal 8 ayat 2 UU KUP)
CONTOH

PT ABC membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2008 pada


tanggal 20 Februari 2010, yang semula menyatakan jumlah pajak
terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak sebesar Rp80juta,
dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta dan
kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta
dibayar pada tanggal 18 Februari 2010.
Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2009 – 20 Februari 2010 = 10
bulan.
Overview
SPT
Membetulkan SPT Tahunan karena kompensasi kerugian (Pasal
8 ayat 6 UU KUP)

Wajib Pajak dapat membetulkan Surat Pemberitahuan Tahunan yang telah


disampaikan, dalam hal Wajib Pajak menerima surat ketetapan pajak, Surat
Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau
Putusan Peninjauan Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun
Pajak sebelumnya, yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi
fiskal yang telah dikompensasikan dalam Surat Pemberitahuan Tahunan
yang akan dibetulkan tersebut, dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan setelah
menerima surat ketetapan pajak, Surat Keputusan Keberatan, Surat
Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali, dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum melakukan tindakan
pemeriksaan.

Dalam hal WP membetulkan SPT lewat jangka waktu 3 (tiga) bulan atau WP
tidak mengajukan pembetulan sebagai akibat adanya surat ketetapan pajak,
SK Keberatan, SK Pembetulan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan
Kembali Tahun Pajak sebelumnya atau beberapa Tahun Pajak sebelumnya,
yang menyatakan rugi fiskal yang berbeda dengan rugi fiskal yang telah
dikompensasikan dalam SPT Tahunan PPh, Dirjen Pajak akan
memperhitungkannya dalam menetapkan kewajiban perpajakan WP.
Overview
SPT
PTCONTOH 1
A menyampaikan SPT Tahunan PPh tahun 2008 yang menyatakan:
Penghasilan Neto sebesar
Rp200.000.000,00,
Kompensasi kerugian berdasarkan SPT Tahunan
PPh tahun 2007 sebesar Rp150.000.000,00 (-
)
Penghasilan Kena Pajak Rp 50.000.000,00

Terhadap SPT Tahunan PPh thn 2007 dilakukan pemeriksaan, dan pada tgl 6
Januari 2010 diterbitkan surat ketetapan pajak yang menyatakan rugi fiskal
sebesar Rp70juta.

Berdasarkan surat ketetapan pajak tsb Dirjen Pajak akan mengubah perhitungan
Penghasilan Kena Pajak thn 2008 menjadi sbb:
Penghasilan Neto sebesar
Rp200.000.000,00,
Rugi menurut surat ketetapan pajak tahun 2007sebesar Rp
70.000.000,00 (-)
Penghasilan Kena Pajak Rp130.000.000,00

Dengan demikian penghasilan kena pajak dari SPT yang semula Rp50juta
(Rp200juta - Rp150juta) setelah pembetulan menjadi Rp130juta (Rp200juta -
Rp70juta)
Overview
SPT
Mengungkapkan ketidakbenaran pengisian SPT

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan, tetapi belum dilakukan


tindakan penyidikan mengenai adanya ketidakbenaran yang dilakukan
Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38, terhadap
ketidakbenaran perbuatan Wajib Pajak tersebut tidak akan dilakukan
penyidikan, apabila Wajib Pajak dengan kemauan sendiri
mengungkapkan ketidakbenaran perbuatannya tersebut dengan disertai
pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang sebenarnya
terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar 150%
(seratus lima puluh persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.
{Pasal 8 angka 3 UU KUP}
”Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi
isinya tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
...”
Overview
Pembayaran
SARANA PEMBAYARAN/PENYETORAN PAJAK

Surat Setoran Pajak (SSP)

adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang telah


dilakukan dengan menggunakan formulir atau telah dilakukan
dengan cara lain ke kas negara melalui tempat pembayaran yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan.
(Pasal 1 angka 14 UU KUP)

Surat Setoran Pajak berfungsi sebagai bukti pembayaran pajak


apabila telah disahkan oleh Pejabat kantor penerima pembayaran
yang berwenang atau apabila telah mendapatkan validasi, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
(Pasal 10 ayat 1a UU KUP)
Overview
Pembayaran
JATUH TEMPO PEMBAYARAN PAJAK

1Menteri Keuangan menentukan tanggal jatuh tempo pembayaran dan


penyetoran pajak yang terutang untuk suatu saat atau Masa Pajak bagi
masing-masing jenis pajak, paling lama 15 (lima belas) hari setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak.(Pasal 9 ayat 1 UU KUP)

2Kekurangan pembayaran pajak yang terutang berdasarkan Surat


Pemberitahuan Tahunan Pajak Penghasilan harus dibayar lunas sebelum
Surat Pemberitahuan Pajak Penghasilan disampaikan. (Pasal 9 ayat 2 UU
KUP)
3Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, serta Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan Surat Keputusan Keberatan,
Surat Keputusan Pembetulan, Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan
Kembali, yang menyebabkan jumlah pajak yang harus dibayar bertambah,
harus dilunasi dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sejak tanggal diterbitkan.
(Pasal 9 ayat 3 UU KUP)
Bagi WP usaha kecil dan WP di daerah tertentu, jangka waktu
pelunasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dapat diperpanjang
paling lama menjadi 2 (dua) bulan yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.(Pasal 9 ayat 3a UU KUP)
Dirjen Pajak atas permohonan WP dapat memberikan persetujuan untuk
mengangsur atau menunda pembayaran pajak termasuk kekurangan
pembayaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2) paling lama 12 (dua belas)
bulan, yang pelaksanaannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan. (Pasal 9 ayat 4 UU KUP)
Overview
Pembayaran
Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran/
penyetoran pajak terutang pada suatu masa pajak
Pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana
dimaksud dalam ayat (1), yang dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo pembayaran atau penyetoran pajak, dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan yang dihitung dari tanggal jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 9 ayat 2a UU KUP)

Contoh:
Angsuran masa PPh Pasal 25 Tahun 2008 sejumlah Rp10juta
per bulan.
Angsuran Masa Pajak Mei Tahun 2008 dibayar tanggal 18 Juni
2008 dan dilaporkan tanggal 19 Juni 2008. Tanggal 15 Juli 2008
diterbitkan Surat Tagihan Pajak.
Sanksi bunga dalam STP dihitung 1 (satu) bulan = 1x 2% x
Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
Overview
Pembayaran

Sanksi administrasi untuk keterlambatan pembayaran pajak yang terutang


berdasarkan SPT Tahunan PPh

Atas pembayaran atau penyetoran pajak sebagaimana dimaksud pada ayat


(2) yang dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan, dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar
2% (dua persen) per bulan yang dihitung mulai dari berakhirnya batas waktu
penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan sampai dengan tanggal
pembayaran, dan bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 9 ayat 2b UU KUP)

Contoh:
SPT Tahunan PPh Badan PT ABC yang melaporkan PPh terutang sebesar Rp100juta
dengan kredit pajak sebesar Rp80juta disampaikan tanggal 10 Mei 2009. Pajak yang
kurang dibayar sebesar Rp20juta dibayar pada tanggal 9 Mei 2009.
Disamping dikenai sanksi administrasi karena terlambat menyampaikan SPT, atas
keterlambatan pembayaran pajak yang kurang dibayar tersebut dikenai sanksi
administrasi berupa bunga 2% dengan masa 1 bulan (1 Mei 2009 – 9 Mei 2009):
1x 2% x Rp20.000.000,00 = Rp400.000,00
Overview
Pembayaran

Sanksi administrasi karena pajak yang masih harus dibayar dalam SKPKB,
SKPKBT, SK Pembetulan, SK Keberatan, Putusan Banding atau Putusan PK
tidak/kurang dibayar

Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan, serta Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah
pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat jatuh tempo pelunasan
tidak atau kurang dibayar, atas jumlah pajak yang tidak atau kurang dibayar itu
dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan
untuk seluruh masa, yang dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan
tanggal pelunasan atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak, dan
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
(Pasal 19 ayat 1 UU KUP)
Overview
Pembayaran
Sanksi administrasi karena mengangsur atau menunda pembayaran pajak

Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan mengangsur atau menunda Apabila Wajib Pajak di atas diperbolehkan untuk menunda pembayaran pajak
pembayaran pajak juga dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar sampai dengan tanggal 30 Juni 2009. Sanksi administrasi berupa bunga atas
2% (dua persen) per bulan dari jumlah pajak yang masih harus dibayar dan penundaan pembayaran Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan. sebesar 5 x 2% x Rp1.120.000,00 = Rp112.000,00.
(Pasal 19 ayat 2 UU KUP)

Contoh:
Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar
Rp1.120.000,00 yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2009 dengan batas
akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2009. Wajib Pajak tersebut diperbolehkan
untuk mengangsur pembayaran pajak dalam jangka waktu 5 (lima) bulan
(dimulai tgl 28 Februari 2009) dengan jumlah yang tetap sebesar
Rp224.000,00. Sanksi administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran
dihitung sbb:
angsuran ke-1 : 2% x Rp1.120.000,00 = Rp22.400,00.
angsuran ke-2 : 2% x Rp896.000,00 = Rp17.920,00.
angsuran ke-3 : 2% x Rp672.000,00 = Rp13.440,00.
angsuran ke-4 : 2% x Rp448.000,00 = Rp8.960,00.
angsuran ke-5 : 2% x Rp224.000,00 = Rp4.480,00.
Overview
Pembayaran
Sanksi pidana tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong
atau dipungut

Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1


Setiap orang yang dengan sengaja tidak menyetorkan pajak (satu) kali menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila
yang telah dipotong atau dipungut sehingga dapat seseorang melakukan lagi tindak pidana di bidang perpajakan
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana sebelum lewat 1 (satu) tahun, terhitung sejak selesainya
dengan pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.
paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua)
kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar dan (Pasal 39 ayat 2 UU KUP)
paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar.
(Pasal 39 ayat 1 huruf i UU KUP)
Fase timbulnya hak Fase self Fase Fase Sengketa Fase
dan kewajiban assessment Pengawasan Penyelesaian
Sengketa
Pengadilan Pajak
Ber-NPWP

Pemeriksaan
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU Keberatan
BANDING

Pembukuan S
E
Ketetapan Surat Kep. L
Menyampai-
Hak dan Pajak Keberatan E
kan SPT S
kewajiban
PUTUSAN A
Setuju? BANDING I
Diperiksa ? Setuju?
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
Pemeriksaan
Pengertian - Tujuan
PENGERTIAN PEMERIKSAAN
adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data,
keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan
profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk menguji
kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk tujuan
lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Meliputi standar umum, standar pelaksanaan
Pemeriksaan, dan standar pelaporan hasil
Pemeriksaan. (Per. Menkeu Nomor 199/PMK.03/2007)
TUJUAN PEMERIKSAAN
untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.
Per. Menkeu Nomor
199/PMK.03/2007
Ruang Lingkup pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dapat meliputi satu, beberapa, atau seluruh
jenis pajak, baik untuk satu atau beberapa Masa Pajak, Bagian
Tahun Pajak atau Tahun Pajak dalam tahun-tahun lalu maupun tahun
berjalan.
Pemeriksaan
Kewenangan - Tatacara
KEWENANGAN (Pasal 29 ayat 1 UU KUP)
Direktur Jenderal Pajak berwenang melakukan pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan.

TATA CARA PEMERIKSAAN PAJAK (Pasal 31 UU KUP)


1Tata cara pemeriksaan diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
2Tata cara pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
di antaranya mengatur tentang pemeriksaan ulang, jangka
waktu pemeriksaan, kewajiban menyampaikan surat
pemberitahuan hasil pemeriksaan kepada Wajib Pajak, dan
hak Wajib Pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan dalam batas waktu yang ditentukan.

Peraturan Menkeu Nomor 199/PMK.03/2007 tanggal 28 Desember


2007
Pemeriksaan
Kriteria dilakukan pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan WP

HARUS DILAKUKAN DAPAT DILAKUKAN


dalam hal WP dalam hal WP
mengajukan permohonan a. menyampaikan SPT yang menyatakan lebih
pengembalian kelebihan
pembayaran pajak bayar, termasuk yang telah diberikan
sebagaimana dimaksud pengembalian pendahuluan kelebihan pajak;
dalam Pasal 17B UU KUP b. menyampaikan SPT yang menyatakan rugi;
c. tidak menyampaikan atau menyampaikan
SPT tetapi melampaui jangka waktu yang
telah ditetapkan dalam Surat Teguran;
Surat Ketetapan Pajak harus d. melakukan penggabungan, peleburan,
diterbitkan paling lama 12 pemekaran, likuidasi, pembubaran, atau
(dua belas) bulan sejak surat akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
permohonan diterima secara lamanya; atau
lengkap, kecuali sedang e. menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria
dilakukan pemeriksaan bukti
seleksi berdasarkan hasil analisis risiko (risk
permulaan tindak pidana di
based selection) mengindikasikan adanya
bidang perpajakan.
kewajiban perpajakan WP yang tidak
Per. Menkeu Nomor dipenuhi sesuai ketentuan.
199/PMK.03/2007
Pemeriksaan
Jenis Pemeriksaan
Per. Menkeu JENIS PEMERIKSAAN
N199/PMK.03/2007o.
PEMERIKSAAN KANTOR PEMERIKSAAN LAPANGAN

Pemeriksaan yang dilakukan di Pemeriksaan yang dilakukan di tempat


kantor Direktorat Jenderal Pajak kedudukan, tempat kegiatan usaha atau
pekerjaan bebas, tempat tinggal WP, atau
tempat lain yang ditentukan oleh Dirjen
Dilakukan dalam jangka waktu Pajak
paling lama 3 (tiga) bulan dan
dapat diperpanjang menjadi paling Dilakukan dalam jangka waktu paling lama
lama 6 (enam) bulan yg dihitung 4 (empat) bulan dan dapat diperpanjang
sejak tanggal WP datang memnuhi menjadi paling lama 8 (delapan) bulan yg
panggilan dalam rangka dihitung sejak tanggal Surat Perintah
Pemeriksaan Kantor s/d tanggal Pemeriksaan s/d tanggal Laporan Hasil
Laporan Hasil Pemeriksaan Pemeriksaan

Apabila ditemukan transfer pricing Apabila ditemukan transfer pricing


/transaksi khusus lainnya yang /transaksi khusus lainnya yang
berindikasi ada rekayasa, berindikasi ada rekayasa, Pemeriksaan
pemeriksaan diubah menjadi Lapangan dilaksanakan paling lama 2
Pemeriksaan Lapangan (dua) tahun
Dalam hal pemeriksaan terhadap permohonan lebih bayar (Pasal 17B) maka
harus memperhatikan jangka waktu penerbitan skp
Pemeriksaan
Kewenangan
Per. Menkeu No. KEWENANGAN PEMERIKSAAN
199/PMK.03/2007

Dalam PEMERIKSAAN LAPANGAN untuk menguji kepatuhan, pemeriksa


berwenang:

a. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi


dasar pembukuan atau pencatatan dan dokumen lain yang berhubungan
dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas
Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
b. Mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
c. Memasuki dan memeriksa tempat atau ruang, barang bergerak dan/atau
tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan
buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi
petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan
bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang pajak;
Pemeriksaan
Kewenangan
Per. Menkeu No. KEWENANGAN PEMERIKSAAN
199/PMK.03/2007
Dalam PEMERIKSAAN LAPANGAN untuk menguji kepatuhan, pemeriksa
berwenang:

d. Meminta kepada Wajib Pajak untuk memberi bantuan guna kelancaran


Pemeriksaan, antara lain berupa:
1) menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya Wajib Pajak apabila
dalam mengakses data yang dikelola secara elektronik memerlukan
peralatan dan/atau keahlian khusus;
2) Memberi kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang
bergerak dan/atau tidak bergerak; dan/atau
3) Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan
Lapangan dalam hal jumlah buku, catatan, dan dokumen sangat
banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal
Pajak;
e. Melakukan penyegelan tempat atau ruang tertentu serta barang bergerak
dan/atau tidak bergerak;
f. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak; dan
g. Meminta keterangan dan/atau buku yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan Wajib Pajak yang diperiksa melalui kepala
unit pelaksana Pemeriksaan.
Pemeriksaan
Kewenangan
Per. Menkeu No. KEWENANGAN PEMERIKSAAN
199/PMK.03/2007

Dalam PEMERIKSAAN KANTOR untuk menguji kepatuhan, pemeriksa berwenang:

a. Memanggil WP untuk datang ke kantor Direktorat Jenderal Pajak dengan


menggunakan surat panggilan;
b. Melihat dan/atau meminjam buku atau catatan, dokumen yang menjadi
dasar pembukuan atau pencatatan, termasuk data yang dikelola secara
elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh,
kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak, atau objek yang terutang
pajak;
c. Meminta kepada WP untuk memberi bantuan guna kelancaran
Pemeriksaan;
d. Meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari Wajib Pajak;
e. Meminjam kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik
melalui WP; dan
f. Meminta keterangan dan/atau bukti yang diperlukan dari pihak ketiga yang
mempunyai hubungan dengan WP yang diperiksa melalui kepala unit
pelaksana Pemeriksaan.
Pemeriksaan
Kewajiban Auditee
Pasal 29 UU KUP Wajib Pajak yang diperiksa wajib:

a. memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang


menjadi dasarnya, dan dokumen lain yang berhubungan dengan
penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas Wajib Pajak,
atau objek yang terutang pajak;
b. memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang
dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan;
dan/atau
c. memberikan keterangan lain yang diperlukan.

Buku, catatan, dan dokumen, serta data, informasi, dan keterangan lain
tersebut wajib dipenuhi oleh Wajib Pajak paling lama 1 (satu) bulan sejak
permintaan disampaikan.
Apabila dalam mengungkapkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen serta
keterangan yang diminta, WP terikat oleh suatu kewajiban untuk
merahasiakannya, maka kewajiban untuk merahasiakan itu ditiadakan oleh
permintaan untuk keperluan pemeriksaan.
Dalam hal WP orang pribadi yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan
bebas tidak memenuhi ketentuan tersebut sehingga tidak dapat dihitung
besarnya penghasilan kena pajak, penghasilan kena pajak tersebut dapat
dihitung secara jabatan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Pemeriksaan
Pemeriksaan Tujuan Lain
Per. Menkeu No.
Ruang lingkup Pemeriksaan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
199/PMK.03/2007
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dapat meliputi
penentuan, pencocokan, atau pengumpulan materi yang berkaitan dengan
tujuan pemeriksaan.
Dilakukan dengan kriteria antara lain:
a. pemberian NPWP secara jabatan;
b. Penghapusan NPWP;
c. Pengukuhan atau pencabutan pengukuhan PKP;
d. WP mengajukan keberatan;
e. Pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan
Penghasilan Neto;
f. Pencocokan data dan/atau alat keterangan;
g. Penentuan WP berlokasi di daerah terpencil;
h. Penentuan satu atau lebih tempat terutang PPN;
i. Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. Penentuan saat produksi dimulai atau memperpanjang jangka waktu
kompensasi kerugian sehubungan dengan pemberian fasilitas
perpajakan; dan/ atau
k. Memenuhi permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian
Penghindaran Pajak Berganda.
Pemeriksaan
Produk Pemeriksaan
Pokok Pajak
SKPKB >
Kredit Pajak
K
Pokok Pajak E
SKPLB < T
Produk pemeriksaan Kredit Pajak E
untuk tujuan menguji T
kepatuhan Pokok Pajak A
SKPN = P
Kredit Pajak A
N

Ada data baru


SKPKBT & utang pajak

STP Sanksi adm.

BUKTI PERMULAAN
Pemeriksaan
Sanksi Administratif
1 SANKSI ADMINISTRASI BERKAITAN DENGAN PEMERIKSAAN

apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain, atas jumlah


kekurangan pajak yang terutang dalam SKPKB ditambah dengan sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan paling lama 24
(dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya SKPKB. (Pasal 13 ayat 2 UU KUP)

apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN


dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak
atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen) atas jumlah kekurangan
pembayaran pajak dalam SKPKB ditambah sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100%. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP)

apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak


dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang, atas
jumlah pajak dalam SKPKB ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar: a. 50% (dari PPh yang tidak atau kurang dibayar dalam
satu Tahun Pajak; b. 100% dari PPh yang tidak atau kurang dipotong, tidak
atau kurang dipungut, tidak atau kurang disetor, dan dipotong atau dipungut
tetapi tidak atau kurang disetor; atau c. 100% dari PPN Barang dan Jasa dan
PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. (Pasal 13 ayat 3 UU KUP)
Pemeriksaan
Sanksi Administratif
2 SANKSI WP MENOLAK DILAKUKAN PEMERIKSAAN

sehingga tidak dapat diketahui besarnya sengaja


pajak yang terutang
Menimbulkan kerugian pada
Atas pajak yang kurang bayar, dikenakan
pendapatan negara

SANKSI ADMINISTRASI SANKSI PIDANA

berupa kenaikan sebesar : Pasal 39 UU KUP

a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dipidana dengan pidana penjara


dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh paling singkat 6 (enam) bulan dan
yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang paling lama 6 (enam) tahun dan denda
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang terutang yang tidak atau kurang
disetorkan; c. 100 % dari PPN dan dibayar dan paling banyak 4 (empat)
PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. kali jumlah pajak terutang yang tidak
{Pasal 13 (3)} atau kurang dibayar.
Pidana ditambahkan 1 (satu) kali
menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana
apabila seseorang melakukan lagi
Penghitungan penghasilan kena tindak pidana di bidang perpajakan
pajak dilakukan secara jabatan. sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.
Pemeriksaan
Sanksi Administratif
3 Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika dilakukan
pemeriksaan

WP TIDAK MEMPERLIHATKAN/MEMINJAMKAN BUKU

sehingga tidak dapat diketahui sengaja


besarnya pajak yang terutang Menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
Penghitungan penghasilan kena pajak
dilakukan secara jabatan. SANKSI PIDANA

Atas pajak yang kurang bayar Pasal 39 UU KUP


dipidana dengan pidana penjara
SANKSI ADMINISTRASI paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda
berupa kenaikan sebesar : paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dibayar dan paling banyak 4 (empat)
dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh kali jumlah pajak terutang yang tidak
yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang atau kurang dibayar.
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan Pidana ditambahkan 1 (satu) kali
dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana
apabila seseorang melakukan lagi
disetorkan; c. 100 % dari PPN dan
tindak pidana di bidang perpajakan
PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. sebelum lewat 1 (satu) tahun,
{Pasal 13 (3) UU KUP} terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.
Pemeriksaan
Sanksi Administratif
4 Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika dilakukan
pemeriksaan

memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu

sehingga tidak dapat diketahui sengaja


besarnya pajak yang terutang Menimbulkan kerugian pada
pendapatan negara
Penghitungan penghasilan kena pajak
dilakukan secara jabatan. SANKSI PIDANA

Atas pajak yang kurang bayar Pasal 39 UU KUP


dipidana dengan pidana penjara
SANKSI ADMINISTRASI paling singkat 6 (enam) bulan dan
paling lama 6 (enam) tahun dan denda
berupa kenaikan sebesar : paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar terutang yang tidak atau kurang
dlm satu Tahun Pajak; b. 100 % dari PPh dibayar dan paling banyak 4 (empat)
yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang kali jumlah pajak terutang yang tidak
Pidanaatau
ditambahkan 1 (satu) kali
kurang dibayar.
dipungut, tidak/kurang disetorkan, dan menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana
dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang apabila seseorang melakukan lagi
disetorkan; c. 100 % dari PPN dan tindak pidana di bidang perpajakan
PPnBM yang tidak atau kurang dibayar. sebelum lewat 1 (satu) tahun,
{Pasal 13 (3) UU KUP} terhitung sejak selesainya menjalani
pidana penjara yang dijatuhkan.
Pemeriksaan
Sanksi Administratif
5 Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika dilakukan
pemeriksaan

WP tidak memberikan kesempatan untuk memasuki tempat atau ruang yang


dipandang perlu dan memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan
sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang

Penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan secara


jabatan
Atas pajak yang kurang bayar

SANKSI ADMINISTRASI
berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun Pajak;
b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut, tidak/kurang
disetorkan, dan dipotong/ dipungut tetapi tidak/kurang disetorkan;
c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
{Pasal 13 ayat 3 UU KUP}

Dapat juga meminta bantuan polisi setelah dilakukan penyegelan.


Pemeriksaan
Sanksi Administratif
6 Sanksi akibat WP tidak memenuhi kewajiban ketika dilakukan
pemeriksaan

WP tidak memberikan keterangan yang diperlukan

sehingga tidak dapat diketahui besarnya


pajak yang terutang

Penghitungan penghasilan kena pajak dilakukan


secara jabatan
Atas pajak yang kurang bayar

SANKSI ADMINISTRASI

berupa kenaikan sebesar :


a. 50 % dari PPh yg tidak/kurang dibayar dlm satu Tahun Pajak;
b. 100 % dari PPh yg tidak/kurang dipotong, tidak/kurang dipungut,
tidak/kurang disetorkan, dan dipotong/ dipungut tetapi
tidak/kurang disetorkan;
c. 100 % dari PPN dan PPnBM yang tidak atau kurang dibayar.
Fase timbulnya hak Fase self Fase Fase Sengketa Fase
dan kewajiban assessment Pengawasan Penyelesaian
Sengketa
Pengadilan Pajak
Ber-NPWP

PENETAPAN
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU Keberatan
BANDING

KETETAPAN Pembukuan
Ketetapan Surat Kep.
S
E
L
Menyampai-
Hak dan Pajak Keberatan E
kan SPT S
kewajiban
PUTUSAN A
Setuju? BANDING I
Diperiksa ? Setuju?
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
Penetapan & Ketetapan
Produk Pemeriksaan
Pokok Pajak
SKPKB >
Kredit Pajak
K
Pokok Pajak E
SKPLB < T
Produk pemeriksaan Kredit Pajak E
untuk tujuan menguji T
kepatuhan Pokok Pajak A
SKPN = P
Kredit Pajak A
N

Ada data baru


SKPKBT & utang pajak

STP Sanksi adm.

BUKTI PERMULAAN
Penetapan & Ketetapan
Penetapan

Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang


sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, dengan tidak menggantungkan pada adanya
surat ketetapan pajak.
(Pasal 12 ayat 1 UU KUP)

Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat


Pemberitahuan yang disampaikan oleh Wajib Pajak
adalah jumlah pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
(Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
Penetapan & Ketetapan
Penetapan

PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan


barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2018 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2018, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

jumlah pajak yang terutang Pembayaran oleh WP tanpa didahului dengan surat
sesuai dengan ketentuan ketetapan pajak, yaitu melalui
peraturan perundang- pemotongan/pemungutan pihak ketiga dan dibayar
undangan perpajakan sendiri.
Penetapan & Ketetapan
Ketetapan

Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang


terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak
yang terutang.
(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

KETETAPAN
Berdasarkan hasil
pemeriksaan atau keterangan
lain
Surat Ketetapan
Pajak
Penetapan & Ketetapan
Ketetapan
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang
diperoleh selama tahun 2018 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan
Tahun 2018, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang dihitung dan


dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2018 tidak benar, misalnya
pembebanan biaya ternyata melebihi yang sebenarnya sehingga PPh
terutang kurang dilaporkan.

maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya Surat


pajak yang terutang sebagaimana mestinya menurut Ketetapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak
Penetapan & Ketetapan
Ketetapan

SURAT KETETAPAN PAJAK

Surat ketetapan pajak adalah surat ketetapan yang meliputi


Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat Ketetapan Pajak
Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar.
(Pasal 1 angka 15 UU KUP)
Penetapan & Ketetapan
SKPKB
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat ketetapan pajak
yang menentukan besarnya jumlah pokok pajak, jumlah kredit
pajak, jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak, besarnya
sanksi administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus dibayar.
(Pasal 1 angka 16 UU KUP)

JUMLAH POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 6.000.000,00
JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 2.000.000,00
JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 6.000.000,00
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
Pasal 13 (1) UU KUP

Dalam jangka waktu 5 (lima tahun) setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, Direktur
Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar dalam
hal-hal sebagai berikut :

a. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang


terutang tidak atau kurang dibayar;

b. apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat
Teguran;

c. apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai PPN


dan PPnBM ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau
tidak seharusnya dikenai tarif 0 % (nol persen);

d. apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29


tidak dipenuhi, sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yg terutang.

e. apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
Pasal 13 (1) huruf a
UU KUP
a
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain pajak yang
terutang tidak atau kurang dibayar;

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 % (dua persen) per bulan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar. {Pasal 13 (2) UU KUP}

Contoh: SPT PPh badan Tahun 2018 (Tahun Takwim) dilakukan pemeriksaan dan
diterbitkan SKPKB tanggal 20 Desember 2019.

Berakhirnya Terbit
tahun pajak SKPKB

31/12/18 1/1/19 12 bulan 20/12/19


Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008
(tahun takwim) pada tgl 30 April 2019, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2019.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp1.100.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp312.500.000,00.

Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
SKPKB
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
tanggal 10
Oktober Sanksi administrasi (bunga 10 bulan) Rp 6.000.000,00
2019
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 36.000.000,00
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
Pasal 13 (1) huruf b
UU KUP
b
apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan
setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada
waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
disetor, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang
disetor; atau
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau
kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
PT ABC adalah WP badan yang bergerak di bidang jasa konstruksi. Sampai
dengan tanggal 30 April 2019, PT ABC belum menyampaikan SPT Tahunan
PPh badan tahun 2018. Oleh KPP diterbitkan Surat Teguran pd tgl 20 Mei
2009 agar menyampaikan SPT dimaksud paling lambat tgl 3 Juni 2019. PT
ABC baru menyampaikan SPT tersebut tgl 5 Juni 2019, dengan perincian
sbb:
Rugi (Rp200.000.000,00)
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang dibayar Rp --
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata menunjukan laba neto
sebesar Rp100juta sehingga PPh terutang seharusnya adalah
Rp12.500.000,00.

DJP Jumlah Pokok Pajak Rp12.500.000,00


menerbitkan
SKPKB Jumlah Kredit Pajak Rp --
tanggal 10 Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp12.500.000,00
Desember
2019 Sanksi administrasi (50%) Rp 6.250.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp18.750.000,00
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
Pasal 13 (1) huruf c UU KUP

c
apabila berdasarkan hasil pemeriksaan atau keterangan lain mengenai
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
ternyata tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenakan tarif 0 % (nol persen);

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :… c. 100 % (seratus
persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha
Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2018 dengan rincian
sbb:
Pajak Keluaran Rp200.000.000,00
Pajak Masukan Rp230.000.000,00
Kurang/(Lebih) bayar (Rp30.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2019.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar
Rp220juta sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi,

DJP Jumlah Pokok Pajak Rp220.000.000,00


menerbitkan
SKPKB Jumlah Kredit Pajak (Rp230.000.000,00)
tanggal 10 Jumlah Lebih bayar (Rp10.000.000,00)
Desember
2019 Dikompensasikan ke Masa Jan’09 Rp 30.000.000,00
Jumlah kekurangan Pokok Pajak Rp 20.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (100%) Rp 20.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 40.000.000,00
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB Pasal 13 (1) huruf d
UU KUP
d
apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29
tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui besarnya pajak yang terutang.

Ketentuan mengenai Kewajiban WP ketika dilakukan


PEMBUKUAN pemeriksaan

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d
ditambah dengan sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. 50 % (lima puluh persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dibayar dalam satu Tahun Pajak;
b. 100 % (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang tidak atau
kurang dipotong, tidak atau kurang dipungut, tidak atau kurang
disetorkan, dan dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang
disetorkan;
c. 100 % (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan
Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau
kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008
(tahun takwim) pada tgl 30 April 2019, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2019.

Apabila ketika dilakukan pemeriksaan ternyata PT XYZ tidak meminjamkan


buku2, catatan2 serta dokumen yang menjadi dasar pengisian SPT
sehingga pajak terutang tidak dapat dihitung. Berdasarkan data yang ada
DJP menetapkan Penghasilan Neto sebesar Rp1,1milyar.
DJP
menerbitkan
SKPKB Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00
tanggal 10 Jumlah Kredit Pajak Rp282.500.000,00
Oktober
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
2019
Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a (50%) Rp 15.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 45.000.000,00
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
Pasal 13 (1) huruf e
UU KUP
e
apabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf
e ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar 2 %
(dua persen) per bulan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar.

{Pasal 13 (2) UU KUP}


Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB
CV PQR adalah pengusaha di bidang perdagangan barang elektronik
yang mulai berusaha sejak awal Januari 2017, tetapi belum
mendaftarkan diri sampai dengan tanggal 10 Oktober 2019 ketika Dirjen
Pajak menerbitkan NPWP secara jabatan. Berdasarkan data yang ada,
diperoleh penghasilan neto selama tahun 2017 adalah sbb:
Penghasilan Neto
Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp
0,00
Pajak yang kurang dibayar Rp
282.500.000,00
Atas kekurangan pembayaran PPh badan tahun 2017 sebagai akibat
penerbitan NPWP secara jabatan, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB.
Misalkan diterbitkan tgl 10 Oktober 2019 maka SKPKB tersebut adalah sbb:

Jumlah Pokok Pajak Rp282.500.000,00


Jumlah Kredit Pajak Rp 0,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp282.500.000,00
Sanksi administrasi (bunga 22 bulan) Rp124.300.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp406.800.000,00
Penetapan & Ketetapan
Daluarsa Penerbitan SKPKB
Pasal 13 UU KUP

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak,
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar…”

(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak
dalam Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah
saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan pajak.

(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat
diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga sebesar 48 % dari
jumlah pajak yg tidak atau kurang dibayar, apabila Wajib Pajak setelah
jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan kerugian
pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yg telah
memperoleh kekuatan hukum tetap.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKB

31/12/2 1/1/2 31/12/ 1/1/20


008 009 2013 14

Saat
terutang
PPh badan SKPKB tetap dapat
jangka waktu 5 (lima) tahun
tahun pajak diterbitkan apabila
Dirjen Pajak dapat
2008 WP melakukan
menerbitkan SKPKB
dengan tindak pidana yang
tahun menimbulkan
takwim kerugian negara
berdasarkan
putusan hakim
dengan
sanksi adm.
bunga 48%
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKBT
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah surat
ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas jumlah pajak yang
telah ditetapkan.
(Pasal 1 angka 17 UU KUP)

JUMLAH PAJAK
Rp10.000.000,00
JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN Rp 6.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK Rp 4.000.000,00
BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 4.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK YANG MASIH
HARUS DIBAYAR Rp 8.000.000,00
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPKBT
Pasal 15 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan
data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah pajak yang terutang setelah
dilakukan tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Apabila skp terdahulu terbit


termasuk data
sudah pernah berdasarkan pemeriksaan maka
baru adalah
diterbitkan dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila
data yang
surat ketetapan skp terbit berdasarkan keterangan lain
semula belum
pajak maka dilakukan pemeriksaan, bukan
terungkap
pemeriksaan ulang
Penetapan & Ketetapan
Data Baru
Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan mengenai
segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung besarnya jumlah pajak
yang terutang yang oleh Wajib Pajak belum diberitahukan pada waktu
penetapan semula, baik dalam Surat Pemberitahuan dan lampiran-
lampirannya maupun dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan
pada waktu pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Penetapan & Ketetapan
Data Baru
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang semula belum
terungkap, yaitu data yang:

a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta


lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat
menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat


Pemberitahuan atau mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan,
tetapi apabila memberitahukannya atau mengungkapkannya dengan
cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin
menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar
sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang
seharusnya, hal tersebut termasuk dalam pengertian data yang
semula belum terungkap.
Penetapan & Ketetapan
Data yang Semula Belum Terungkap
misalnya

Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya


biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut
terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan
Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan


perincian tersebut sehingga fiskus tidak melakukan koreksi atas
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah, sehingga pajak yang
terutang tidak dapat dihitung secara benar, maka data mengenai
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut adalah tergolong
data yang semula belum terungkap.
Penetapan & Ketetapan
Data yang Semula Belum Terungkap
misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan
disebutkan pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa
disertai dengan perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud,
demikian pula pada saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib
Pajak tidak mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat
meneliti kebenaran pengelompokan dimaksud.
Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan,
misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam kelompok 2.

Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak


mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak dilakukan koreksi
atas kesalahan pengelompokan harta tersebut, dan sebagai akibatnya
pajak yang terutang tidak dapat dihitung secara benar. Apabila kemudian
diketahui adanya kesalahan, maka data pengelompokan harta tersebut
adalah data yang semula belum terungkap.
Penetapan & Ketetapan
Data yang Semula Belum Terungkap
Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari
Pengusaha Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha
Kena Pajak penjual diterbitkan Faktur Pajak. Barang-barang tersebut
sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usahanya dan sebagian yang lain tidak mempunyai
hubungan langsung. Seluruh Faktur Pajak tersebut dikreditkan sebagai
Pajak Masukan oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli.
Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena Pajak tidak
mengungkapkan perincian penggunaan barang tersebut dengan benar
sehingga tidak dilakukan koreksi atas pengkreditan Pajak Masukan
tersebut, dan sebagai akibatnya PPN yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar, maka apabila kemudian diketahui adanya data atau
keterangan tentang kesalahan mengkreditkan Pajak Masukan yang tidak
mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha dimaksud, data
atau keterangan tersebut merupakan data yang semula belum terungkap.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPLB

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah surat ketetapan pajak yang
menentukan jumlah kelebihan pembayaran pajak karena jumlah kredit
pajak lebih besar daripada pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
(Pasal 1 angka 19 UU KUP)

PAJAK YANG TERUTANG Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK
Rp16.000.000,00
JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Rp6.000.000,00
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPLB
Pasal 17 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

ayat 2
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah
meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.

ayat 3
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan lagi apabila
berdasarkan hasil pemeriksaan dan/atau data baru ternyata pajak yang
lebih dibayar jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak
yang telah ditetapkan.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPLB
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah
pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.

untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang.
Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, jumlah pajak
yang terutang dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi
dengan pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN tersebut

untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang.

SKPLB tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT yang


disampaikan WP yang menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar
yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian kelebihan
pembayaran pajak. Apabila WP setelah menerima SKPLB dan
menghendaki pengembalian kelebihan pembayaran pajak, wajib
mengajukan permohonan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11
ayat (2).
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPLB
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008
(tahun takwim) pada tgl 30 April 2009, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 202.500.000,00)
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2009.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp900.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp252.500.000,00.

Pajak Yang Terutang Rp252.500.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp282.500.000,00)
SKPLB Jumlah Kelebihan Pembayaran Pajak (Rp 30.000.000,00)
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPLB
Pasal 17 UU KUP
ayat 2 Per. Menkeu No.
190/PMK.03/2007
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah
meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan.
Dalam hal terjadi kesalahan Jangka waktu paling lama 3 bulan sejak
pemotongan atau surat permohonan diterima
pemungutan
a. Terlalu besar dipotong/dipungut; b. Seharusnya tidak dipotong/tidak
dipungut
dan pajak yang salah dipotong/dipungut tsb telah disetorkan dan dilaporkan,
WP yang melakukan pemotongan/pemungutan atau PKP yang melakukan
pemungutan tidak dapat meminta kembali pajak yang salah dipotong atau
dipungut
PPh yang tsb.
salah dipotong atau dipungut tsb dapat diminta kembali oleh Wajib
Pajak yang dipotong/dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum
dikreditkan.
PPN dan PPnBM yang salah dipungut tsb dapat diminta kembali oleh PKP
yang dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan
atau belum dibebankan sebagai biaya.
Pengembalian dapat dilakukan melalui WP/PKP yang memotong/memungut,
dalam hal: a) tidak memiliki NPWP; b) subjek pajak luar negeri; atau c)
terdapat kesalahan penerapan ketentuan oleh pemotong/pemungut.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPN

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan pajak yang


menentukan jumlah pokok pajak sama besarnya dengan jumlah kredit
pajak atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.
(Pasal 1 angka 18 UU KUP)

POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK
Rp10.000.000,00
PAJAK NIHIL Rp --

POKOK PAJAK Rp --
JUMLAH KREDIT PAJAK Rp --

PAJAK NIHIL Rp --
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPN
Pasal 17A UU KUP

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan, menerbitkan


Surat Ketetapan Pajak Nihil apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak
yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak atau tidak ada pembayaran pajak.

untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah pajak
yang terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak;

untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlah kredit pajak sama dengan jumlah
pajak yang terutang, atau pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan jumlah pajak yang
terutang atau pajak tidak terutang dan tidak ada pembayaran pajak.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan SKPN

PT JKL adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha industri garmen


menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2008 (tahun takwim) pada tgl 30 April
2009 yang menyatakan rugi, dengan perincian sbb:
Rugi Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp Nihil

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata rugi neto seharusnya


adalah Rp400.000.000,00 dan PPh terutang tetap nihil.

DJP menerbitkan SKPN


Pokok Pajak Rp --
Jumlah Kredit Pajak Rp --
Pajak Nihil Rp --
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP

Surat Tagihan Pajak adalah surat untuk melakukan tagihan


pajak dan/atau sanksi administrasi berupa bunga dan/atau
denda.
(Pasal 1 angka 20 UU KUP)

Surat Tagihan Pajak mempunyai kekuatan hukum yang sama dengan


surat ketetapan pajak.
(Pasal 14 angka 2 UU KUP)

sehingga dalam hal penagihannya dapat juga dilakukan dengan


Surat Paksa.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP
Pasal 14 (1) UU KUP
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Tagihan Pajak apabila :
a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;
dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai
b akibat salah tulis dan/atau salah hitung;
c Wajib Pajak dikenai sanksi administrasi berupa denda dan/atau bunga;

d pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak
membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur pajak
e secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984
dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas
pembeli serta nama dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13
ayat (5) huruf b dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal
penyerahan dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
f PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur
pajak; atau

g PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan
perubahannya.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan pajak

a Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau kurang dibayar;

b dari hasil penelitian terdapat kekurangan pembayaran pajak sebagai


akibat salah tulis dan/atau salah hitung;

serangkaian kegiatan Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam


yang dilakukan untuk STP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a
menilai kelengkapan dan huruf b ditambah dengan sanksi
pengisian Surat administrasi berupa bunga sebesar 2% (dua
Pemberitahuan dan persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua
lampiran- puluh empat) bulan, dihitung sejak saat
lampirannya terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak,
termasuk penilaian bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai
dengan diterbitkannya STP.
tentang kebenaran
penulisan dan (Pasal 14 ayat (3) UU KUP)
penghitungannya.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP

PPh Pasal 25 Tahun 2018 setiap bulan sebesar Rp100.000.000,00 jatuh


tempo tiap tanggal 15. Bulan Juni 2018, dibayar tepat waktu sebesar
Rp40.000.000,00.

Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan kurang dibayar sebesar


Rp60juta.

Atas kekurangan PPh Pasal 25 tersebut diterbitkan STP pada tanggal


18 September 2018 dengan penghitungan sbb:

Kekurangan bayar PPh Pasal 25 bulan Juni 2018


Rp60.000.000,00
Bunga = 3 x 2% x Rp60.000.000,00 Rp 3.600.000,00
Jumlah yang harus dibayar Rp63.600.000,00
1 Juli 2018 – 18 September 2018 = 3 bulan
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP
SPT Tahunan PPh tahun 2018 (tahun takwim) yang disampaikan pada
tanggal 31 Maret 2019 setelah dilakukan penelitian ternyata terdapat salah
hitung yang menyebabkan PPh kurang bayar sebesar Rp1.000.000,00.

Atas kekurangan PPh tersebut diterbitkan STP pada tanggal 12 Juni


2019 dengan penghitungan sbb:

- Kekurangan bayar PPh Rp1.000.000,00


- Bunga = 6 x 2% x Rp1.000.000,00= Rp 120.000,00
- Jumlah yang harus dibayar Rp1.120.000,00

1 Januari 2019 – 12 Juni 2019 = 6 bulan


Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa bunga

Pasal 8 ayat 2 KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yg


mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 8 ayat 2a KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yg
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 9 ayat 2a KUP : pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang
dalam suatu Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;
Pasal 9 ayat 2b KUP : pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak
yang terutang berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal
jatuh tempo penyampaian SPT Tahunan
Pasal 19 ayat 1 KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar
menurut ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;
Pasal 19 ayat 2 KUP: dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
Pasal 19 ayat 3 KUP: dalam hal WP diperbolehkan menunda
penyampaian SPT Tahunan yang penghitungan sementara pajak yang
terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya terutang.
Pasal 14 ayat 1 huruf g: PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(6a) UU PPN 1984 dan perubahannya.
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP
PT ABC membetulkan sendiri SPT Tahunan PPh Tahun 2018 pada
tanggal 20 Februari 2020, yang semula menyatakan jumlah pajak
terutang sebesar Rp100juta dan kredit pajak sebesar Rp80juta,
dibetulkan seharusnya jumlah pajak terutang sebesar Rp130juta dan
kredit pajak tetap. Kekurangan pembayaran pajak sebesar Rp30juta
dibayar pada tanggal 18 Februari 2020.

Dari kasus di atas maka PT ABC dikenai sanksi administrasi berupa


bunga sesuai dengan Pasal 8 ayat 2 UU KUP sebesar:
2% x 10 x Rp30.000.000,00 = Rp6.000.000,00
Jumlah bulan dihitung sejak 1 Mei 2019 – 20 Februari 2020 = 10
bulan.

DJP menerbitkan STP untuk menagih sanksi


administrasi berupa bunga tersebut
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa denda

Pasal 14 ayat 1 huruf d: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau membuat
faktur pajak, tetapi tidak tepat waktu;
Pasal 14 ayat 1 huruf e: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP
yang tidak mengisi faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1.
identitas pembeli sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b
UU PPN 1984 dan perubahannya; atau 2. identitas pembeli serta nama
dan tandatangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b
dan huruf g UU PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan
dilakukan oleh PKP pedagang eceran;
Pasal 14 ayat 1 huruf f: PKP melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan
masa penerbitan faktur pajak; atau

Terhadap Pengusaha atau PKP tsb, selain wajib menyetor pajak yang
terutang, dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% (dua
persen) dari Dasar Pengenaan Pajak. (Pasal 14 ayat 4 UU KUP)

Pasal 7 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT
tidak disampaikan dalam jangka waktunya;
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP
Pengusaha Kena Pajak A pada tanggal 30 Mei 2018 menyerahkan Barang
Kena Pajak dengan harga jual Rp10juta kepada Pengusaha Kena Pajak B.
Pelunasan dilakukan oleh A pada tanggal 2 Juli 2018 dan bersamaan dengan
itu PKP A menerbitkan Faktur Pajak Standar tertanggal 2 Juli 2018.

PKP A terlambat membuat Faktur Pajak Standar yang seharusnya paling


lambat tanggal 30 Juni 2018.

Apabila keterlambatan tersebut diketahui DJP misal melalui pemeriksaan,


maka PKP A dikenai sanksi administrasi berupa denda sebesar 2% x DPP

DJP menerbitkan STP

2% x Rp10.000.000,00 = Rp200.000,00
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP
Catatan Pasal 14 (1) UU KUP
e. pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi faktur
pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
UU PPN 1984 dan perubahannya, selain: 1. identitas pembeli
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b UU PPN 1984
dan perubahannya; atau 2. identitas pembeli serta nama dan tandatangan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b dan huruf g UU
PPN 1984 dan perubahannya, dalam hal penyerahan dilakukan oleh PKP
pedagang eceran;

Merupakan Faktur
Pajak Sederhana
Terhadap Pengusaha atau Pengusaha Kena Pajak
berdasarkan RUU
tersebut masing-masing, selain wajib menyetor
Perubahan ketiga
pajak yang terutang, dikenai sanksi administrasi
PPN (yang belum
berupa denda sebesar 2% (dua persen) dari Dasar
berlaku)
Pengenaan Pajak.
(Pasal 14 ayat 5 UU KUP)
Penetapan & Ketetapan
Penerbitan STP
Catatan Pasal 14 UU KUP

Pasal 14 ayat 1 huruf g:


PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian
Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a)
UU PPN 1984 dan perubahannya.

Terhadap Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud


pada ayat (1) huruf g dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar 2% (dua persen) per bulan dari jumlah
pajak yang ditagih kembali, dihitung dari tanggal
penerbitan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan
Pembayaran Pajak sampai dengan tanggal penerbitan
Surat Tagihan Pajak, dan bagian dari bulan dihitung penuh
1 (satu) bulan.
(Pasal 14 ayat 5 UU KUP)
Merupakan RUU PPN Perubahan ketiga yang belum
diberlakukan!!!
Fase timbulnya hak Fase self Fase Fase Sengketa Fase
dan kewajiban assessment Pengawasan Penyelesaian
Sengketa
Pengadilan Pajak
Ber-NPWP

RESTITUSI
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU Keberatan
BANDING

Pembukuan S
E
Ketetapan Surat Kep. L
Menyampai-
Hak dan Pajak Keberatan E
kan SPT S
kewajiban
PUTUSAN A
Setuju? BANDING I
Diperiksa ? Setuju?
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
Restitusi
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

DALAM SURAT PEMBERITAHUAN TERDAPAT PEMBAYARAN


PAJAK YANG SEHARUSNYA
PAJAK YANG TERUTANG < KREDIT PAJAK TIDAK TERUTANG

Kredit Pajak untuk PPh adalah pajak yang Pajak yang telah dibayar oleh WP
dibayar sendiri oleh WP (+) pokok pajak yang bukan merupakan objek
yang terutang dalam STP karena PPh pajak yang terutang atau
dalam tahun berjalan tidak atau kurang kesalahan pemotongan atau
dibayar (+) pajak yang dipotong atau pemungutan yang mengakibatkan
dipungut (+) ditambah dengan pajak atas pajak yang dipotong atau
penghasilan yang dibayar atau terutang dipungut lebih besar daripada
di luar negeri (-) pengembalian pajak yang seharusnya dipotong
pendahuluan kelebihan pajak. atau dipungut berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-
Kredit Pajak untuk PPN adalah Pajak undangan perpajakan atau bukan
Masukan yang dapat dikreditkan setelah merupakan objek pajak. (PMK No.
dikurangi dengan pengembalian 190/PMK.03/2007)
pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang Pembayaran dapat diminta
telah dikompensasikan. kembali dengan mengajukan
Permohonan restitusi dilakukan melalui permohonan.
SPT

Pasal 17B, Pasal 17C, dan Pasal 17D UU Pasal 17 ayat 2 UU KUP
KUP
Restitusi
KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK

DALAM SURAT PEMBERITAHUAN TERDAPAT PEMBAYARAN


PAJAK YANG SEHARUSNYA
PAJAK YANG TERUTANG < KREDIT PAJAK TIDAK TERUTANG

Kredit Pajak untuk PPh adalah pajak yang Pajak yang telah dibayar oleh WP
dibayar sendiri oleh WP (+) pokok pajak yang bukan merupakan objek
yang terutang dalam STP karena PPh pajak yang terutang atau
dalam tahun berjalan tidak atau kurang kesalahan pemotongan atau
dibayar (+) pajak yang dipotong atau pemungutan yang mengakibatkan
dipungut (+) ditambah dengan pajak atas pajak yang dipotong atau
penghasilan yang dibayar atau terutang dipungut lebih besar daripada
di luar negeri (-) pengembalian pajak yang seharusnya dipotong
pendahuluan kelebihan pajak. atau dipungut berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-
Kredit Pajak untuk PPN adalah Pajak undangan perpajakan atau bukan
Masukan yang dapat dikreditkan setelah merupakan objek pajak. (PMK No.
dikurangi dengan pengembalian 190/PMK.03/2007)
pendahuluan kelebihan pajak atau
setelah dikurangi dengan pajak yang Pembayaran dapat diminta
telah dikompensasikan. kembali dengan mengajukan
permohonan.
Permohonan restitusi dilakukan melalui
SPT Pasal 17 ayat 2 UU KUP

Pasal 17B, Pasal 17C, dan Pasal 17D UU


KUP
Restitusi
Permohonan RESTITUSI dalam SPT

SELAIN WP dgn kriteria WP DENGAN WP YANG MEMENUHI


tertentu dan WP yg memenuhi KRITERIA PERSYARATAN
persyaratan tertentu; TERTENTU TERTENTU
(Pasal 17B) (Pasal 17C) (Pasal 17D)

PEMERIKSAAN PENELITIAN

paling lambat 12 bulan sejak surat paling lambat: 3 bulan sejak


permohonan diterima, harus diterbitkan: permohonan diterima untuk PPh dan
1 bulan untuk PPN, diterbitkan
Surat Ketetapan Pajak Surat Keputusan
tidak berlaku thd WP yg sedang dilakukan Pengembalian Pendahuluan
pemeriksaan bukti permulaan. Kelebihan Pajak (SKPPKP)
Apabila setelah lewat jangka waktu tsb serangkaian kegiatan yang
Dirjen Pajak tidak memberi suatu dilakukan untuk menilai
keputusan, permohonan restitusi dianggap kelengkapan pengisian SPT dan
dikabulkan dan SKPLB harus diterbitkan lampiran-lampirannya termasuk
dalam waktu paling lambat 1 bulan setelah penilaian tentang kebenaran
jangka waktu tersebut berakhir. penulisan dan penghitungannya.
Restitusi
Permohonan RESTITUSI oleh WP SELAIN WP dgn kriteria (Pasal
tertentu dan WP yg memenuhi persyaratan tertentu; 17B UU
KUP)
Dirjen Pajak setelah melakukan pemeriksaan atas permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak, selain permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak dari Wajib Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17C dan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 17D, harus menerbitkan surat ketetapan pajak paling lama 12 (dua
belas) bulan sejak surat permohonan diterima secara lengkap.

Ketentuan ini tidak berlaku terhadap Wajib Pajak yang sedang dilakukan
pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan.

Apabila pemeriksaan bukti permulaan tindak pidana di bidang perpajakan


tersebut, tidak dilanjutkan dengan penyidikan; dilanjutkan dengan
penyidikan, tetapi tidak dilanjutkan dengan penuntutan tindak pidana di
bidang perpajakan; atau dilanjutkan dengan penyidikan dan penuntutan
tindak pidana di bidang perpajakan, tetapi diputus bebas atau lepas dari
segala tuntutan hukum berdasarkan putusan pengadilan yang telah
mempunyai kekuatan hukum tetap, dan dalam hal kepada Wajib Pajak
diterbitkan SKPLB, kepada WP diberikan imbalan bunga sebesar 2% (dua
persen) per bulan untuk paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, dihitung
sejak berakhirnya jangka waktu 12 (dua belas) bulan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) sampai dengan saat diterbitkan SKPLB, dan bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Restitusi
WP dengan kriteria tertentu (Pasal 17C UU
KUP)
meliputi:

a. tepat waktu dalam menyampaikan Surat Pemberitahuan;


b. tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis pajak, kecuali
tunggakan pajak yang telah memperoleh izin untuk mengangsur atau
menunda pembayaran pajak;
c. Laporan Keuangan diaudit oleh Akuntan Publik atau lembaga pengawasan
keuangan pemerintah dengan pendapat Wajar Tanpa Pengecualian selama
3 (tiga) tahun berturut-turut; dan
d. tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang
perpajakan berdasarkan putusan pengadilan yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap dalam jangka waktu 5 (lima) tahun terakhir.

{Pasal 17C angka 2 UU KUP}

WP tsb tidak dapat diberikan pengembalian pendahuluan pembayaran pajak apabila:


a. thd WP tsb dilakukan tindakan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
b. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 2 (dua)
Masa Pajak berturut-turut;
c. terlambat menyampaikan SPT Masa untuk suatu jenis pajak tertentu 3 (tiga)
Masa Pajak dalam 1 (satu) tahun kalender; atau
d. terlambat menyampaikan SPT Tahunan. {Pasal 17C angka 6 UU KUP}
Restitusi
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
(Pasal 17D UU KUP)

a. WP orang pribadi yang tidak menjalankan usaha atau pekerjaan


bebas;

b. WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas


dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu;

c. WP badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar


sampai dengan jumlah tertentu; atau

d. Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN


dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan
jumlah tertentu.

diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.


Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007
Restitusi
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
(Pasal 17D UU KUP)

b WP orang pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas


dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar sampai
dengan jumlah tertentu;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007


Jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh
1 sama dengan batasan peredaran usaha WP Orang Pribadi yang
diperbolehkan menghitung penghasilan neto dengan
menggunakan norma penghitungan penghasilan neto;

Peredaran usaha kurang dari Rp1,8 milyar.


(Peraturan Menteri Keuangan Nomor 01/PMK.03/2007)
2 Jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh kurang dari
Rp1.000.000,00 (satu juta rupiah);atau

3 Jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh paling banyak


0,5% (setengah persen) dari jumlah peredaran usaha
sebagaimana dimaksud pada angka 1)
Restitusi
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
(Pasal 17D UU KUP)

c WP badan dengan jumlah peredaran usaha dan jumlah lebih bayar


sampai dengan jumlah tertentu;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007

Jumlah peredaran usaha yang tercantum dalam SPT Tahunan PPh


1
paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah);dan

2 Jumlah lebih bayar menurut SPT Tahunan PPh kurang dari


Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah)
Restitusi
WP yang memenuhi persyaratan tertentu
(Pasal 17D UU KUP)

d Pengusaha Kena Pajak yang menyampaikan SPT Masa PPN


dengan jumlah penyerahan dan jumlah lebih bayar sampai dengan
jumlah tertentu.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 193/PMK.03/2007

Jumlah peredaran yang tercantum dalam SPT Masa PPN untuk


1
suatu Masa Pajak paling banyak Rp150.000.000,00 (seratus lima
puluh juta rupiah);dan

2 Jumlah lebih bayar menurut SPT Masa PPN paling banyak


Rp150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah)
Restitusi
PEMERIKSAAN TERHADAP WP DENGAN KRITERIA TERTENTU DAN
WP YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

DJP DAPAT MELAKUKAN PEMERIKSAAN

terhadap

WP DENGAN KRITERIA TERTENTU

WP YANG MEMENUHI PERSYARATAN TERTENTU

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan tersebut, Direktur Jenderal


Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah
kekurangan pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan
pembayaran pajak.
(Pasal 17C angka 5 UU KUP dan Pasal 17D angka 5)
Restitusi
PT DEF adalah WP badan selain WP dengan kriteria tertentu dan WP yang
memenuhi persyaratan tertentu. PT DEF menyampaikan SPT Tahunan 2018
pada tanggal 30 April 2019 yang menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto
Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp
200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi melalui SPT
yang disampaikan tersebut.

Terhadap SPT Tahunan PPh Tahun 2018 atas nama PT DEF, DJP harus
melakukan pemeriksaan dan paling lambat tanggal 29 April 2020 (12
bulan sejak SPT diterima secara lengkap) harus sudah menerbitkan skp.
Surat ketetapan pajak yang diterbitkan dapat berupa SKPKB, SKPN, atau
SKPLB.

Apabila sampai dengan tanggal 29 April 2020 DJP belum menerbitkan


surat ketetapan pajak maka permohonan restitusi dianggap dikabulkan
dan paling lambat tanggal 30 Mei 2020 harus diterbitkan SKPLB.
Restitusi
PT LMN adalah WP badan yang ditetapkan DJP sebagai WP dengan kriteria tertentu.
PT LMN menyampaikan SPT Tahunan 2018 pada tanggal 30 April 2019 yang
menyatakan lebih bayar dengan rincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak (Rp 482.500.000,00)
Pajak yang lebih dibayar (Rp 200.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut WP mengajukan permohonan restitusi.
Setelah dilakukan penelitian diterbitkan SKPPKP pada tanggal 20 Juli 2019 dengan
jumlah restitusi sesuai permohonan.
Apabila misalnya DJP melakukan pemeriksaan pada tanggal 10 Agustus 2019 dan
ditemukan ketidakbenaran sehingga PPh terutang menjadi Rp312.500.000,00.

Jumlah Pokok Pajak Rp312.500.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (482,5juta – 200juta) Rp282.500.000,00
SKPKB Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 30.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 17C (5) (100%) Rp 30.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 60.000.000,00

Hal yang sama berlaku bagi WP yang memenuhi persyaratan tertentu.


Restitusi
Pasal 17E

Orang pribadi yang bukan subjek pajak dalam negeri yang


melakukan pembelian Barang Kena Pajak di dalam daerah
pabean yang tidak dikonsumsi di daerah pabean dapat diberikan
pengembalian Pajak Pertambahan Nilai yang telah dibayar, yang
ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan.
Fase timbulnya hak Fase self Fase Fase Sengketa Fase
dan kewajiban assessment Pengawasan Penyelesaian
Sengketa
Pengadilan Pajak
Ber-NPWP

SENGKETA
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU Keberatan
BANDING

Pembukuan S
E
Ketetapan Surat Kep. L
Menyampai-
Hak dan Pajak Keberatan E
kan SPT S
kewajiban
PUTUSAN A
Setuju? BANDING I
Diperiksa ? Setuju?
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
Sengketa
Definisi
Sengketa Pajak adalah sengketa yang timbul dalam bidang
perpajakan antara Wajib Pajak atau penanggung Pajak dengan
pejabat yang berwenang sebagai akibat dikeluarkannya keputusan
yang dapat diajukan Banding atau Gugatan kepada Pengadilan
Pajak berdasarkan peraturan perundang-undangan perpajakan,
termasuk Gugatan atas pelaksanaan penagihan berdasarkan
Undang-undang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa.
(Pasal 1 angka 5 UU Pengadilan Pajak)

Catatan: Penyelesaian sengketa pajak hanya dilakukan melalui


Banding atau Gugatan di Pengadilan Pajak
Sengketa
Penyelesaian
Pembetulan suatu keputusan
Pengurangan atau penghapusan
sanksi administrasi Penyelesaian di Direktorat
Pengurangan atau pembatalan Jenderal Pajak “sebelum”
ketetapan pajak ke Pengadilan Pajak

Pengurangan/Pembatalan STP
Pembatalan hasil pemeriksaan
dan SKP-nya
Keberatan

Penyelesaian di Pengadilan Pajak


Gugatan
Banding
Penyelesaian di Mahkamah Agung,
“setelah” di Pengadilan Pajak
Peninjauan Kembali (PK)
Sengketa
Pembetulan
Pasal 16 UU
KUP ayat (1)
Atas permohonan Wajib Pajak atau karena jabatannya, Direktur Jenderal Pajak
dapat membetulkan surat ketetapan pajak, Surat Tagihan Pajak, Surat Keputusan
Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pengurangan Sanksi
Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan
Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak,
Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak, atau Surat
Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, yang dalam penerbitannya terdapat
kesalahan tulis, kesalahan hitung, dan/atau kekeliruan penerapan ketentuan tertentu
dalam peraturan perundang-undangan perpajakan.

yaitu kesalahan yaitu kekeliruan dalam penerapan tarif, yaitu antara lain
yang berasal dari kekeliruan penerapan persentase Norma kesalahan penulisan
penjumlahan dan Penghitungan Penghasilan Neto, nama, alamat, NPWP,
atau pengurangan kekeliruan penerapan sanksi nomor ketetapan
dan atau perkalian administrasi, kekeliruan Penghasilan pajak, jenis pajak,
dan atau Tidak Kena Pajak (PTKP), kekeliruan masa atau tahun
pembagian suatu penghitungan PPh dalam tahun berjalan, pajak dan tanggal
bilangan. kekeliruan pengkreditan pajak. jatuh tempo.
Sengketa
Pembetulan
Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal surat permohonan pembetulan diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan pembetulan yang diajukan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 16 ayat 2)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (2) telah lewat,
tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan, permohonan
pembetulan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. (Pasal 16 ayat 3)

Apabila diminta oleh Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak wajib


memberikan keterangan secara tertulis mengenai hal-hal yang menjadi
dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (Pasal 16 ayat 4)
Sengketa
Pengurangan/Penghapusan Sanksi
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi berupa bunga, denda, dan
kenaikan yang terutang menurut ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan dalam hal sanksi tersebut dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak
atau bukan karena kesalahannya;
(Pasal 36 ayat (1) huruf a UU KUP)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak


paling banyak 2 (dua) kali. (Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas permohonan yang
diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
Sengketa
Pengurangan/Penghapusan
Sanksi administrasi yang dapat dikurangkan atau dihapuskan yang
dikenakan karena kekhilafan Wajib Pajak atau bukan karena
kesalahannya meliputi sanksi administrasi berupa bunga, denda,
dan/atau kenaikan, yang tercantum dalam:
 Surat Tagihan Pajak;
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB); atau
 Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT).

Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi yang tercantum


dalam SKPKB atau SKPKBT, hanya dapat dilakukan dalam hal surat
ketetapan pajak tersebut:
A> tidak diajukan keberatan;
B> diajukan keberatan tetapi telah dicabut oleh Wajib Pajak; atau
C> diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008


Sengketa
Pengurangan/Penghapusan
Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:
a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) STP, SKPKB atau SKPKBT;
b) Permohonan harus diajukan secara tertulis dalam bahasa
Indonesia dengan memberikan alasan yang mendukung
permohonannya;
c) Permohonan harus disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak
tempat WP terdaftar;
d) WP telah melunasi pajak yang terutang; dan
e) Surat permohonan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal surat
permohonan ditandatangani oleh bukan WP, surat permohonan
tsb harus dilampiri dgn surat kuasa khusus.

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan

Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus


diajukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan
Dirjen Pajak atas permohonan yang pertama dikirim;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008


Sengketa
Pengurangan/Penghapusan
Dirjen Pajak secara jabatan dapat mengurangkan atau
menghapuskan sanksi administrasi dalam Surat Tagihan Pajak yang
diterbitkan sebagai akibat dari:

 diterbitkannya surat ketetapan pajak karena


Pengusaha Kena Pajak tidak membuat faktur pajak;
dan

 penerapan ketentuan Pasal 19 ayat 1 UU KUP


(bunga penagihan terlambat melunasi utang pajak)

Pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi tersebut


dilakukan apabila diterbitkan SK Pembetulan, SK
Pengurangan/Pembatalan Ketetapan Pajak yang tidak benar, atau SK
Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali,
yang mengakibatkan pajak yang masih harus dibayar berkurang atau
dibatalkan.

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008


Sengketa
Pengurangan/Pembatalan STP

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib


Pajak dapat mengurangkan atau membatalkan surat ketetapan pajak
yang tidak benar.
(Pasal 36 ayat 1 huruf b)

Permohonan hanya dapat diajukan


oleh Wajib Pajak paling banyak 2
(dua) kali. (Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan
sejak tanggal permohonan diterima, harus memberi keputusan atas
permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak
tidak memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.
Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan
secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau
mengabulkan sebagian permohonan WP sebagaimana dimaksud pada
ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
Sengketa
Pengurangan/Pembatalan STP
Permohonan dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal:
- Wajib Pajak tidak mengajukan keberatan;
- Wajib Pajak mengajukan keberatan tetapi kemudian mencabut
pengajuan keberatan tersebut; atau
- WP mengajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:

a) 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;


b) Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
c) Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung permohonannya;
d) Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
e) Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP surat
permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat dipertimbangkan;


Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus diajukan
dlm jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan Dirjen Pajak atas
permohonan yg pertama dikirim;
Sengketa
Pengurangan/Pembatalan STP

Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
mengurangkan atau membatalkan Surat Tagihan Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 yang tidak benar.
(Pasal 36 ayat 1 huruf c)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 2 (dua) kali.
(Pasal 36 ayat 1a)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan yang diajukan.
(Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
Sengketa
Pengurangan/Pembatalan STP
Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:

> 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;


> Diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
> Mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung permohonannya;
> Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
> Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP surat
permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat


dipertimbangkan;

Dalam hal WP mengajukan permohonan kedua, permohonan tsb harus diajukan


dlm jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan sejak tgl keputusan Dirjen Pajak atas
permohonan yg pertama dikirim;

Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008


Sengketa
Pembatalan Hasil Pemeriksaan & SKP
Direktur Jenderal Pajak karena jabatan atau atas permohonan Wajib Pajak dapat
membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau surat ketetapan pajak dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa: 1. penyampaian surat pemberitahuan
hasil pemeriksaan; atau 2. pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan Wajib
Pajak.
(Pasal 36 ayat 1 huruf d)

Permohonan hanya dapat diajukan oleh Wajib Pajak paling banyak 1 (satu)
kali. (Pasal 36 ayat 1b)

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 6 (enam) bulan sejak
tanggal permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diterima, harus memberi
keputusan atas permohonan yang diajukan. (Pasal 36 ayat 1c)

Apabila jangka waktu tersebut telah lewat tetapi Direktur Jenderal Pajak tidak
memberi suatu keputusan, permohonan WP dianggap dikabulkan.

Apabila diminta oleh WP, Dirjen Pajak wajib memberikan keterangan secara
tertulis hal-hal yang menjadi dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian
permohonan WP sebagaimana dimaksud pada ayat (1c). (Pasal 36 ayat 1e)
Sengketa
Pembatalan Hasil Pemeriksaan & SKP
Permohonan dapat diajukan oleh Wajib Pajak dalam hal:
- tidak diajukan keberatan;
- diajukan keberatan tetapi telah dicabut oleh WP; atau
- diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan.

Permohonan harus memenuhi persyaratan sbb:

> 1 (satu) permohonan untuk 1 (satu) surat ketetapan pajak;


> diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia;
> mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut
penghitungan WP disertai dgn alasan yg mendukung permohonannya;
> Disampaikan ke KPP tempat WP terdaftar; dan
> Dalam hal surat permohonan ditandatangani oleh bukan WP surat
permohonan harus dilampiri dengan surat kuasa khusus.

Pembahasan akhir hasil pemeriksaan dianggap telah dilaksanakan apabila


pemeriksa pajak telah memberikan kesempatan untuk hadir kepada WP dlm
rangka pembahasan akhir dan WP tidak menggunakan hak tersebut sesuai
dengan batas waktu yang ditentukan;
Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dapat
dipertimbangkan;
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 21/PMK.03/2008
Sengketa
Keberatan
Pasal 25 ayat 1 UU KUP

Wajib Pajak dapat mengajukan keberatan hanya kepada Direktur Jenderal


Pajak atas suatu:
a. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar;
b. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan;
c. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar;
d. Surat Ketetapan Pajak Nihil;
e. Pemotongan atau pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan
peraturan perundangan-undangan perpajakan.

Yang dimaksud DALAM HAL Penjelasan UU KUP


dengan "suatu"
adalah 1 (satu) Apabila Wajib Pajak berpendapat bahwa jumlah rugi,
jumlah pajak, dan pemotongan atau pemungutan pajak
keberatan harus tidak sebagaimana mestinya.
diajukan terhadap
1 (satu) jenis Keberatan yang diajukan adalah mengenai materi atau
pajak dan 1 (satu) isi dari ketetapan pajak, yaitu jumlah rugi berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
Masa Pajak atau jumlah besarnya pajak, atau pemotongan atau
Tahun Pajak. pemungutan pajak.

Keberatan diajukan oleh Wajib Pajak dengan


menyampaikan surat keberatan. (PMK 194/2007)
Sengketa
Keberatan
Pasal 25 UU KUP SYARAT PENGAJUAN KEBERATAN

Keberatan diajukan atas suatu SKPKB, SKPKBT, SKPLB, SKPN, Pemotongan atau
pemungutan oleh pihak ketiga berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.(ayat 1)

Keberatan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia dengan mengemukakan


jumlah pajak yang terutang atau jumlah pajak yang dipotong atau dipungut atau jumlah
rugi menurut penghitungan Wajib Pajak dengan disertai alasan-alasan yang jelas. (ayat 2)
Keberatan harus diajukan dalam jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak tanggal dikirim surat
ketetapan pajak atau sejak tanggal pemotongan atau pemungutan pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) kecuali apabila WP dapat menunjukkan bahwa jangka waktu
tersebut tidak dapat dipenuhi karena keadaan di luar kekuasaannya. (ayat 3)

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak, Wajib Pajak wajib
melunasi pajak yang masih harus dibayar paling sedikit sejumlah yang telah disetujui Wajib
Pajak dalam pembahasan akhir hasil pemeriksaan, sebelum surat keberatan disampaikan. (ayat
3a)

Catatan: Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak ditambah sanksi


administrasi

Surat keberatan ditandatangani oleh WP, dan dalam hal ditandatangani oleh bukan WP
surat keberatan tersebut harus dilampiri dengan surat kuasa khusus. (PMK 194/2007)
Keberatan yang tidak memenuhi persyaratan di atas tidak dianggap sebagai surat keberatan,
sehingga tidak dipertimbangkan. (ayat 4)
Sengketa
Keberatan
Hak WP lainnya berkaitan dengan pengajuan keberatan

Apabila diminta oleh Wajib Pajak untuk keperluan pengajuan keberatan, Direktur
Jenderal Pajak wajib memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar
pengenaan pajak, penghitungan rugi, atau pemotongan atau pemungutan pajak.(Pasal
25 ayat 6 UU KUP)
Dirjen Pajak wajib memberi keterangan yang diminta oleh WP dalam jangka waktu
paling lama 20 (dua puluh) hari kerja sejak surat permintaan WP diterima. (PMK
194/2007)

Dalam hal surat keberatan yang disampaikan oleh WP belum memenuhi persyaratan, WP
dapat menyampaikan perbaikan surat keberatan dengan melengkapi persyaratan yang
belum dipenuhi sebelum jangka waktu 3 bulan terlampaui. (PMK 194/2007)
Dalam hal WP menyampaikan perbaikan surat keberatan, tanggal penyampaian
perbaikan surat keberatan merupakan tanggal surat keberatan diterima. (PMK
194/2007)
Sebelum surat keputusan diterbitkan, Wajib Pajak dapat menyampaikan alasan
tambahan atau penjelasan tertulis. (Pasal 26 ayat 2 UU KUP)

Sebelum menerbitkan Surat Keputusan Keberatan, Dirjen Pajak harus menyampaikan


Surat Pemberitahuan Untuk Hadir kpd WP guna memberi keterangan atau memperoleh
penjelasan mengenai keberatannya. (PMK194/2007)

WP dapat mencabut pengajuan keberatan yang telah disampaikan sepanjang Surat


Pemberitahuan Untuk Hadir belum disampaikan kepada WP. (PMK 194/2007)
WP tidak dapat mengajukan permohonan pengurangan atau pembatalan skp yang
tidak benar. (PMK 194/2007)
Sengketa
Keberatan
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK AKIBAT PENGAJUAN KEBERATAN

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan, jangka waktu pelunasan pajak
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3) atau ayat (3a) atas jumlah pajak yang
belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1 (satu) bulan
sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Keberatan. (Pasal 25 ayat 7 UU KUP)

Satu bulan sejak tanggal diterbitkan Sanksi administrasi berupa bunga 2% per
SKPKB atau SKPKBT bulan (Pasal 19) tidak diberlakukan.

Dalam hal keberatan WP ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi


administrasi berupa denda sebesar 50% (lima puluh persen) dari jumlah pajak
berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang telah dibayar sebelum
mengajukan keberatan. (Pasal 25 ayat 9 UU KUP ))

Dalam hal WP mengajukan permohonan banding, sanksi administrasi berupa denda


sebesar 50% (lima puluh persen) sebagaimana dimaksud pada ayat (9) tidak dikenakan.
(Pasal 25 ayat 10 KUP ))
Sengketa
Keberatan
Contoh:
Setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT PPh badan tahun 2008 atas nama PT ABC
diterbitkan SKPKB tertanggal 10 Oktober 2009 dengan rincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp120.000.000,00
Jumlah kredit pajak Rp100.000.000,00
Jumlah kekurangan pembayaran pokok pajak Rp 20.000.000,00
Besarnya sanksi administrasi (2% x 10 bulan) Rp 4.000.000,00
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 24.000.000,00

Misalkan dalam pembahasan akhir, PT ABC hanya menyetujui jumlah kekurangan


pembayaran pokok pajak sebesar Rp5.000.000,00.

Dalam hal PT ABC mengajukan keberatan maka PT ABC wajib melunasi pajak yang masih
harus dibayar yang telah disetujui yaitu sebesar Rp6juta {Rp5juta + (20% x Rp5juta)}
sebelum surat keberatan disampaikan. Jumlah pajak yang belum dibayar pada saat
mengajukan keberatan yaitu sebesar Rp18juta, tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak
tanggal penerbitan SK Keberatan.

Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah Rp18juta tidak
diberlakukan.

Misalkan keberatan PT ABC ditolak dengan SK Keberatan tanggal 20 Februari 2009,


maka atas jumlah pajak berdasarkan keputusan keberatan dikurangi dengan pajak yang
telah dibayar sebelum mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi administrasi
berupa denda sebesar 50% atau Rp9juta.

Jatuh tempo tanggal 19 Maret 2009


Sengketa
Keberatan
PEMBUKTIAN DALAM KEBERATAN

Wajib Pajak yang mengungkapkan pembukuan, catatan, data, informasi, atau


keterangan lain dalam proses keberatan yang tidak diberikan pada saat pemeriksaan,
selain data dan informasi yang pada saat pemeriksaan belum diperoleh Wajib Pajak
dari pihak ketiga, pembukuan, catatan, data, informasi, atau keterangan lain dimaksud
tidak dipertimbangkan dalam penyelesaian keberatannya. (Pasal 26A ayat 4 UU KUP)

Dalam hal Wajib Pajak mengajukan keberatan atas surat ketetapan pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (1) huruf b dan huruf d, Wajib Pajak yang bersangkutan
harus dapat membuktikan ketidakbenaran ketetapan pajak tersebut. (Pasal 26 ayat 4
UU KUP)

Atas SKPKB yang diterbitkan karena SPT tidak disampaikan dalam jangka
waktunya dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan sebagaimana
ditentukan dalam Surat Teguran dan SKPKB yang diterbitkan karena kewajiban
pembukuan (Pasal 28) dan kewajiban ketika dilakukan pemeriksaan (Pasal 29)
tidak dipenuhi.
Sengketa
Keberatan
PENERBITAN SURAT KEPUTUSAN KEBERATAN

Surat Keputusan Keberatan adalah surat keputusan atas keberatan terhadap


surat ketetapan pajak atau terhadap pemotongan atau pemungutan oleh
pihak ketiga yang diajukan oleh Wajib Pajak.

Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 12 (dua belas)
bulan sejak tanggal surat keberatan diterima harus memberi keputusan
atas keberatan yang diajukan. (Pasal 26 ayat 1 UU KUP)

Keputusan Direktur Jenderal Pajak atas keberatan dapat berupa


mengabulkan seluruhnya atau sebagian, menolak atau menambah
besarnya jumlah pajak yang masih harus dibayar. (Pasal 26 ayat 3 UU
KUP)

Apabila jangka waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah


terlampaui dan Direktur Jenderal Pajak tidak memberi suatu keputusan,
keberatan yang diajukan tersebut dianggap dikabulkan. (Pasal 26 ayat 5
UU KUP)

Dirjen Pajak wajib menerbitkan Surat Keputusan Keberatan


sesuai dengan keberatan Wajib Pajak. (PMK 194/2007)
Sengketa
Banding

Wajib Pajak dapat mengajukan permohonan banding hanya kepada


badan peradilan pajak atas Surat Keputusan Keberatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 26 ayat (1).
{Pasal 27 ayat 1}

Permohonan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diajukan secara


tertulis dalam bahasa Indonesia dengan alasan yang jelas paling lama
3 (tiga) bulan sejak Surat Keputusan Keberatan diterima dan dilampiri
dengan salinan Surat Keputusan Keberatan tersebut.
{Pasal 27 ayat 3}
Sengketa
Banding
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK AKIBAT PENGAJUAN BANDING

Dalam hal WP mengajukan banding, jangka waktu pelunasan pajak sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 9 ayat (3), ayat (3a), atau Pasal 25 ayat (7), atas jumlah pajak
yang belum dibayar pada saat pengajuan keberatan, tertangguh sampai dengan 1
(satu) bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.
(Pasal 27 ayat 5a UU KUP ))

Jangka waktu 1 Tertangguh 1 (satu)


bulan sejak tanggal Sanksi administrasi berupa denda
bulan sejak terbit penerbitan Surat 2% per bulan (Pasal 19) tidak
SKPKB, SKPKBT. Keputusan Keberatan diberlakukan.

Dalam hal permohonan banding ditolak atau dikabulkan sebagian, WP dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pembayaran pajak yang telah dibayar
sebelum mengajukan keberatan.
(Pasal 27 ayat 5d UU KUP )
Sengketa
Banding

Contoh:
Misalkan PT ABC pada contoh sebelumnya mengajukan banding, maka
kekurangan pembayaran pajak (Rp18juta), tertangguh sampai dengan 1
bulan sejak tanggal penerbitan Putusan Banding.

Sanksi administrasi berupa bunga 2% per bulan (Pasal 19) atas jumlah
Rp18juta tidak diberlakukan.

Misalkan permohonan banding PT ABC ditolak dengan Putusan


Banding tanggal 20 Agustus 2009, maka atas jumlah pajak
berdasarkan Putusan Banding dikurangi dengan pajak yang telah
dibayar sebelum mengajukan keberatan yaitu Rp18juta dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 100% atau Rp18juta.

Jatuh tempo tanggal 19 September


2009
Sengketa
Banding
PUTUSAN BANDING

Putusan Pengadilan Pajak merupakan putusan pengadilan khusus


di lingkungan peradilan tata usaha negara.
{Pasal 27 ayat 2 UU KUP }

Catatan: Sesuai dengan UU Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kekuasaan


Kehakiman, dalam penjelasan Pasal 15 ayat 1 yang menyatakan
bahwa: “Yang dimaksud dengan “pengadilan khusus” dalam
ketentuan ini antara lain … pengadilan pajak di lingkungan peradilan
tata usaha negara.”
Sengketa
Gugatan
Pasal 23 UU KUP

Gugatan Wajib Pajak atau Penanggung Pajak terhadap :


a. pelaksanaan Surat Paksa, Surat Perintah Melaksanakan Penyitaan, atau
Pengumuman Lelang;
b. keputusan pencegahan dalam rangka penagihan pajak;
c. keputusan yang berkaitan dengan pelaksanaan keputusan perpajakan, selain
yang ditetapkan dalam Pasal 25 ayat (1) dan Pasal 26;
d. penerbitan surat ketetapan pajak atau Surat Keputusan Keberatan yang
dalam penerbitannya tidak sesuai dengan prosedur atau tata cara yang
telah diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
hanya dapat diajukan kepada badan peradilan pajak

Selain Termasuk SK Pembetulan yang berkaitan dengan STP


keputusan dan SK Pengurangan Sanksi Administrasi atau
berupa SKPKB, Penghapusan Sanksi Administrasi yang berkaitan
SKPKBT, dengan STP yang sebelumnya diatur dalam ayat
SKPLB, SKPN tersendiri.
dan SK
Keberatan
Fase timbulnya hak Fase self Fase Fase Sengketa Fase
dan kewajiban assessment Pengawasan Penyelesaian
Sengketa
Pengadilan Pajak
Ber-NPWP

Tindak Pidana
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU Keberatan
BANDING

Pembukuan S
E
Ketetapan Surat Kep. L
Menyampai-
Hak dan Pajak Keberatan E
kan SPT S
kewajiban
PUTUSAN A
Setuju? BANDING I
Diperiksa ? Setuju?
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
Tindak Pidana
Suatu perbuatan

Tindak pidana di bidang perpajakan

Memenuhi perumusan yang


Diputuskan oleh HAKIM
diberikan dalam KETENTUAN
PIDANA
PIDANA

KUHPidana
Diajukan penuntutan oleh JAKSA
UU KUP, UU Bea Materai, UU setelah proses PENYIDIKAN
PBB, UU PPSP

UU Tindak Pidana Ekonomi, UU


Tindak Pidana Korupsi
Tindak Pidana
KUHPidana Ketentuan Pidana
Umum

Perumusan
TINDAK PIDANA Mengatur tindak
UU KUP, UU Bea
pidana umum dalam
Materai, UU PBB,
Ketentuan Pidana
UU PPSP
Khusus

UU Tindak Pidana
Ekonomi, UU Mengatur tindak
Tindak Pidana pidana khusus
Korupsi

Tindak pidana khusus adalah tindak pidana yang diatur tersendiri dalam
undang-undang khusus, yang memberikan peraturan khusus tentang cara
penyidikannya, tuntutannya, pemeriksaannya maupun sanksinya yang
menyimpang dari ketentuan yang dimuat dalam KUHP yang lazimnya
lebih ketat dan lebih berat (Rochmat Soemitro).
Tindak Pidana
Tindak Pidana dalam UU KUP

Pasal 38 UU KUP
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau
tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dan
perbuatan tersebut merupakan perbuatan setelah perbuatan yang
pertama kali sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13A, didenda paling
sedikit 1 (satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang
tidak atau kurang dibayar, atau dipidana kurungan paling singkat 3
(tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
Wajib Pajak yang karena kealpaannya tidak menyampaikan Surat
Pemberitahuan atau menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya
tidak benar atau tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya
tidak benar sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan
negara, tidak dikenai sanksi pidana apabila kealpaan tersebut pertama
kali dilakukan oleh Wajib Pajak dan Wajib Pajak tersebut wajib melunasi
kekurangan pembayaran jumlah pajak yang terutang beserta sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 200% (dua ratus persen) dari jumlah
pajak yang kurang dibayar yang ditetapkan melalui penerbitan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar. (Pasal 13A UU KUP)
Tindak Pidana
Pasal 39 ayat (1) UU KUP

Setiap orang yang dengan sengaja :


a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan NPWP atau tidak melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau Pengukuhan PKP;
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap;
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau
dipalsukan seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak
memperlihatkan atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan
atau pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan
yang dikelola secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line
di Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau
i. tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau dipungut
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan
pidana penjara paling singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan
denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang dibayar
dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau kurang
dibayar.
Tindak Pidana
Pasal 39 ayat (2) UU KUP
Pidana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditambahkan 1 (satu) kali
menjadi 2 (dua) kali sanksi pidana apabila seseorang melakukan lagi
tindak pidana di bidang perpajakan sebelum lewat 1 (satu) tahun,
terhitung sejak selesainya menjalani pidana penjara yang dijatuhkan.

Pasal 39 ayat (3) UU KUP


Setiap orang yang melakukan percobaan untuk melakukan tindak
pidana menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak NPWP atau
Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, atau
menyampaikan SPT dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau
tidak lengkap, sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, dalam
rangka mengajukan permohonan restitusi atau melakukan kompensasi
pajak atau pengkreditan pajak, dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling
sedikit 2 (dua) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau
kompensasi atau pengkreditan yang dilakukan dan paling banyak 4
(empat) kali jumlah restitusi yang dimohonkan dan/atau kompensasi
atau pengkreditan yang dilakukan.
Tindak Pidana
Pasal 39A UU KUP
Setiap orang yang dengan sengaja:
a. menerbitkan dan/atau menggunakan faktur pajak, bukti
pemungutan pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran
pajak yang tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya; atau
b. menerbitkan faktur pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak

dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan paling
lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah
pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan pajak, bukti
pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak dan paling banyak
6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak, bukti pemungutan
pajak, bukti pemotongan pajak, dan/atau bukti setoran pajak.
Tindak Pidana
Pasal 41 UU KUP
(1) Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau


seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar.
Tindak Pidana
Pasal 41 UU KUP
(1) Pejabat yang karena kealpaanya tidak memenuhi kewajiban
merahasiakan hal sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda
paling banyak Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

(2) Pejabat yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajibannya atau


seseorang yang menyebabkan tidak dipenuhinya kewajiban pejabat
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 34 dipidana dengan pidana
penjara paling lama 2 (dua) tahun dan denda paling banyak
Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah).

(3) Penuntutan terhadap tindak pidana sebagaimana dimaksud pada


ayat (1) dan ayat (2) hanya dilakukan atas pengaduan orang yang
kerahasiaannya dilanggar.
Tindak Pidana
Pasal 41A UU KUP

Setiap orang yang wajib memberikan keterangan atau bukti yang


diminta sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 tetapi dengan
sengaja tidak memberi keterangan atau bukti, atau memberi
keterangan atau bukti yang tidak benar dipidana dengan pidana
kurungan paling lama 1 (satu) tahun dan denda paling banyak
Rp25.000.000,00 (dua puluh lima juta rupiah).

Apabila dalam menjalankan ketentuan peraturan perundang-undangan


perpajakan diperlukan keterangan atau bukti dari bank, akuntan
publik, notaris, konsultan pajak, kantor administrasi, dan/atau
pihak ketiga lainnya, yang mempunyai hubungan dengan Wajib
Pajak yang dilakukan pemeriksaan pajak, penagihan pajak, atau
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan, atas permintaan
tertulis dari Direktur Jenderal Pajak, pihak-pihak tersebut wajib
memberikan keterangan atau bukti yang diminta.
(Pasal 35 ayat (1) UU KUP)
Tindak Pidana
Pasal 41B UU KUP

Setiap orang yang dengan sengaja menghalangi atau mempersulit penyidikan


tindak pidana di bidang perpajakan dipidana dengan pidana penjara paling
lama 3 (tiga) tahun dan denda paling banyak Rp75.000.000,00 (tujuh puluh
lima juta rupiah).

Pasal 41C UU KUP


Ayat 1
Setiap orang yang dengan sengaja tidak memenuhi kewajiban sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan
paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling banyak Rp1.000.000.000,00
(satu miliar rupiah).

Setiap instansi pemerintah, lembaga, asosiasi, dan pihak lain,


wajib memberikan data dan informasi yang berkaitan dengan
perpajakan kepada Direktorat Jenderal Pajak yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan
ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).

Ayat 2
Setiap orang yang dengan sengaja menyebabkan tidak terpenuhinya kewajiban
pejabat dan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35A ayat (1) dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh) bulan atau denda paling
banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta rupiah).
Tindak Pidana
Pasal 41C UU KUP
Ayat 3
Setiap orang yang dengan sengaja tidak memberikan data dan informasi yang
diminta oleh Direktur Jenderal Pajak sebagaimana dimaksud dalam Pasal
35A ayat (2) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 10 (sepuluh)
bulan atau denda paling banyak Rp800.000.000,00 (delapan ratus juta
rupiah).

Dalam hal data dan informasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak
mencukupi, Direktur Jenderal Pajak berwenang menghimpun data dan
informasi untuk kepentingan penerimaan negara yang ketentuannya
diatur dengan Peraturan Pemerintah dengan memperhatikan ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2).
Ayat 4
Setiap orang yang dengan sengaja menyalahgunakan data dan informasi
perpajakan sehingga menimbulkan kerugian kepada negara dipidana
dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) tahun atau denda paling
banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah).
Tindak Pidana
Daluwarsa Tindak Pidana dalam UU KUP

Pasal 40 UU KUP

Tindak pidana di bidang perpajakan tidak dapat dituntut


setelah lampau waktu sepuluh tahun sejak saat terhutangnya
pajak, berakhirnya Masa Pajak, berakhirnya Bagian Tahun
Pajak, atau berakhirnya Tahun Pajak yang bersangkutan.
Tindak Pidana
Penyidikan
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk
mencari serta mengumpulkan bukti yang dengan bukti itu
membuat terang tindak pidana di bidang perpajakan yang
terjadi serta menemukan tersangkanya.
{Pasal 1 angka 31 UU KUP}

Penyidik adalah pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di


lingkungan Direktorat Jenderal Pajak yang diberi
wewenang khusus sebagai penyidik untuk melakukan
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
{Pasal 1 angka 32 UU KUP}
Tindak Pidana
Kewenangan Penyidikan
Pasal 44 UU KUP
Ayat 1
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan hanya dapat dilakukan
oleh Pejabat Pegawai Negeri Sipil tertentu di lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak yang diberi wewenang khusus sebagai penyidik tindak
pidana di bidang perpajakan.

Ayat 3
Penyidik sebagaimana dimaksud pada ayat (1) memberitahukan
dimulainya penyidikan dan menyampaikan hasil penyidikannya
kepada penuntut umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara
Republik Indonesia sesuai dengan ketentuan yang diatur dalam
Undang-Undang Hukum Acara Pidana.

Ayat 4
Dalam rangka pelaksanaan kewenangan penyidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), penyidik dapat meminta bantuan aparat
penegak hukum lain.
Tindak Pidana
Wewenang Penyidikan
Pasal 44 ayat 2 UU KUP

a. menerima, mencari, mengumpulkan, dan meneliti keterangan atau


laporan berkenaan dengan tindak pidana di bidang perpajakan
agar keterangan atau laporan tersebut menjadi lebih lengkap dan
jelas;
b. meneliti, mencari, dan mengumpulkan keterangan mengenai orang
pribadi atau badan tentang kebenaran perbuatan yang dilakukan
sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
c. meminta keterangan dan bahan bukti dari orang pribadi atau
badan sehubungan dengan tindak pidana di bidang perpajakan;
d. memeriksa buku, catatan, dan dokumen lain berkenaan dengan
tindak pidana di bidang perpajakan;
e. melakukan penggeledahan untuk mendapatkan bahan bukti
pembukuan, pencatatan, dan dokumen lain, serta melakukan
penyitaan terhadap bahan bukti tersebut;
f. meminta bantuan tenaga ahli dalam rangka pelaksanaan tugas
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan;
Tindak Pidana
Wewenang Penyidikan
Pasal 44 ayat 2 UU KUP

g. menyuruh berhenti dan/atau melarang seseorang meninggalkan


ruangan atau tempat pada saat pemeriksaan sedang berlangsung
dan memeriksa identitas orang, benda, dan/atau dokumen yang
dibawa;
h. memotret seseorang yang berkaitan dengan tindak pidana di
bidang perpajakan;
i. memanggil orang untuk didengar keterangannya dan diperiksa
sebagai tersangka atau saksi;
j. menghentikan penyidikan; dan/atau
k. melakukan tindakan lain yang perlu untuk kelancaran penyidikan
tindak pidana di bidang perpajakan menurut ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tindak Pidana
Penghentian Penyidikan
Pasal 44A UU KUP
Penyidik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (1) menghentikan
penyidikan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 44 ayat (2) huruf j
dalam hal tidak terdapat cukup bukti, atau peristiwa tersebut bukan
merupakan tindak pidana di bidang perpajakan, atau penyidikan dihentikan
karena peristiwanya telah daluwarsa, atau tersangka meninggal dunia.

Pasal 44B ayat 1 dan 2 UU KUP

Untuk kepentingan penerimaan negara, atas permintaan Menteri


Keuangan, Jaksa Agung dapat menghentikan penyidikan tindak
pidana di bidang perpajakan paling lama dalam jangka waktu 6 (enam)
bulan sejak tanggal surat permintaan.

hanya dilakukan setelah WP melunasi utang pajak yang tidak atau kurang
dibayar atau yang tidak seharusnya dikembalikan dan ditambah dengan
sanksi administrasi berupa denda sebesar 4 (empat) kali jumlah pajak yang
tidak atau kurang dibayar, atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
Fase timbulnya hak Fase self Fase Fase Sengketa Fase
dan kewajiban assessment Pengawasan Penyelesaian
Sengketa
Pengadilan Pajak
Ber-NPWP

PENAGIHAN
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU Keberatan
BANDING

Pembukuan S
E
Ketetapan Surat Kep. L
Menyampai-
Hak dan Pajak Keberatan E
kan SPT S
kewajiban
PUTUSAN A
Setuju? BANDING I
Diperiksa ? Setuju?
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
Penagihan
Objek

Pasal 20 angka 1 UU KUP


Jumlah pajak yang masih
harus dibayar
yang tidak dibayar ditagih
oleh Penanggung dengan Surat
Pajak sesuai dengan Paksa
STP
jangka waktu
SKPKB
SKPKBT

SK Pembetulan
SK Keberatan tidak atau kurang dibayar sampai dengan
Putusan Banding tanggal jatuh tempo pembayaran
Putusan PK tidak atau kurang dibayar sampai dengan
tanggal jatuh tempo penundaan
pembayaran
tidak memenuhi angsuran pembayaran
Tambahan jumlah pajak
pajak
yang masih harus dibayar
Penagihan
Penanggung Pajak
orang pribadi atau badan yang bertanggung jawab atas pembayaran
pajak, termasuk wakil yang menjalankan hak dan memenuhi
kewajiban Wajib Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
(Pasal 1 angka 28)
kecuali apabila dapat
a. badan oleh pengurus; membuktikan dan
b. badan yang dinyatakan pailit oleh kurator; meyakinkan Dirjen
c. badan dalam pembubaran oleh orang atau Pajak bahwa mereka
badan yang ditugasi untuk melakukan dalam kedudukannya
pemberesan; benar-benar tidak
d. badan dalam likuidasi oleh likuidator; mungkin untuk dibebani
e. suatu warisan yang belum terbagi oleh tanggung jawab atas
salah seorang ahli warisnya, pelaksana pajak yang terutang
wasiatnya atau yang mengurus harta tersebut.
peninggalannya; atau (Pasal 32 ayat 2 UU
f. anak yang belum dewasa atau orang yang KUP)
berada dalam pengampuan oleh wali atau
pengampunya.
(Pasal 32 ayat 1 UU KUP)
Penagihan
Penagihan Seketika dan Sekaligus
tindakan penagihan pajak yang dilaksanakan oleh Jurusita Pajak
kepada Penanggung Pajak tanpa menunggu tanggal jatuh tempo
pembayaran yang meliputi seluruh utang pajak dari semua jenis pajak,
Masa Pajak, dan Tahun Pajak.
dilakukan apabila
a. Penanggung Pajak akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya atau berniat untuk itu;
b. Penanggung Pajak memindahtangankan barang yang dimiliki atau yang
dikuasai dalam rangka menghentikan atau mengecilkan kegiatan
perusahaan atau pekerjaan yang dilakukannya di Indonesia;
c. terdapat tanda-tanda bahwa Penanggung Pajak akan membubarkan
badan usaha atau menggabungkan atau memekarkan usaha, atau
memindahtangankan perusahaan yang dimiliki atau yang dikuasainya,
atau melakukan perubahan bentuk lainnya;
d. badan usaha akan dibubarkan oleh negara; atau
e. terjadi penyitaan atas barang Penanggung Pajak oleh pihak ketiga atau
terdapat tanda-tanda kepailitan.
Pasal 20 ayat 2 UU KUP
Penagihan
Surat Paksa

Penagihan pajak dengan Surat Paksa dilaksanakan sesuai dengan


ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

(Pasal 20 ayat 3 UU KUP)

UU Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa


sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 19 Tahun 2000
Penagihan
Hak Mendahulu
ayat (1) Pasal 21 UU KUP

Negara mempunyai hak mendahulu untuk utang pajak atas barang-barang


milik Penanggung Pajak.
ayat (2) Ayat ini menetapkan kedudukan negara sebagai kreditur preferen yang
dinyatakan mempunyai hak mendahulu atas barang-barang milik Penanggung
Pajak yang akan dilelang di muka umum.
Pembayaran kepada kreditur lain diselesaikan setelah utang pajak dilunasi.

Ketentuan tentang hak mendahulu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


meliputi pokok pajak, sanksi administrasi berupa bunga, denda, kenaikan, dan
biaya penagihan pajak.
ayat (3)
Hak mendahulu untuk utang pajak melebihi segala hak mendahulu lainnya,
kecuali terhadap:
a. biaya perkara yang hanya disebabkan oleh suatu penghukuman untuk
melelang suatu brg bergerak dan/atau brg tidak bergerak;
b. biaya yang telah dikeluarkan untuk menyelamatkan barang dimaksud;
dan/atau
c. biaya perkara, yang hanya disebabkan oleh pelelangan dan penyelesaian
suatu warisan.
ayat (3a)
Dalam hal WP dinyatakan pailit, bubar, atau dilikuidasi maka kurator, likuidator,
atau orang atau badan yang ditugasi untuk melakukan pemberesan dilarang
membagikan harta WP dalam pailit, pembubaran atau likuidasi kepada
pemegang saham atau kreditur lainnya sebelum menggunakan harta tsb untuk
membayar utang pajak WP tsb.
Penagihan
Daluarsa Hak Mendahulu
Pasal 21 UU KUP
ayat (4)
Hak mendahulu hilang setelah melampaui waktu 5 (lima) tahun sejak
tanggal diterbitkan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
atau Putusan Peninjauan Kembali yang menyebabkan jumlah pajak
yang harus dibayar bertambah.

ayat (5)

Perhitungan jangka waktu hak mendahulu ditetapkan sebagai berikut:


a. dalam hal Surat Paksa untuk membayar diberitahukan secara
resmi maka jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (4) dihitung sejak pemberitahuan Surat Paksa; atau

b. dalam hal diberikan penundaan pembayaran atau persetujuan


angsuran pembayaran maka jangka waktu 5 (lima) tahun tersebut
dihitung sejak batas akhir penundaan diberikan.
Penagihan
Daluarsa Penagihan
Hak untuk melakukan penagihan pajak, termasuk bunga, denda, kenaikan,
dan biaya penagihan pajak, daluwarsa setelah melampaui waktu 5 (lima)
tahun terhitung sejak penerbitan Surat Tagihan Pajak, Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar, serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, dan
Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan Banding,
serta Putusan Peninjauan Kembali.
(Pasal 22 ayat 1 UU KUP)

Daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun dihitung sejak Surat Tagihan Pajak
dan surat ketetapan pajak diterbitkan.
Dalam hal Wajib Pajak mengajukan permohonan pembetulan, keberatan,
banding atau Peninjauan Kembali, daluwarsa penagihan pajak 5 (lima) tahun
dihitung sejak tanggal penerbitan Surat Keputusan Pembetulan, Surat
Keputusan Keberatan, Putusan Banding, atau Putusan Peninjauan Kembali.
Penagihan
Tertangguhnya Daluarsa
Pasal 22 ayat 2 UU KUP
Daluwarsa penagihan pajak dapat melampaui 5 (lima) tahun apabila:
Dirjen Pajak menerbitkan dan memberitahukan Surat Paksa kepada
Penanggung Pajak yang tidak melakukan pembayaran utang pajak
sampai dengan tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal seperti
itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal pemberitahuan
Surat Paksa tersebut.
Wajib Pajak menyatakan pengakuan utang pajak dengan cara
mengajukan permohonan angsuran atau penundaan pembayaran
utang pajak sebelum tanggal jatuh tempo pembayaran. Dalam hal
seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal surat
permohonan angsuran atau penundaan pembayaran utang pajak
diterima oleh Direktur Jenderal Pajak.

Terdapat SKPKB atau SKPKBT yang diterbitkan terhadap WP karena


WP melakukan tindak pidana di bidang perpajakan dan tindak pidana
lain yang dapat merugikan pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap. Dalam hal
seperti itu, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal
penerbitan surat ketetapan pajak tersebut.

Terhadap Wajib Pajak dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang


perpajakan, daluwarsa penagihan pajak dihitung sejak tanggal
penerbitan Surat Perintah Penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan.
Thank You
iaijawatimur.or.id

082257317728

info@iaijawatimur.or.id

iaijatim

Anda mungkin juga menyukai