Anda di halaman 1dari 148

MENGHADAPI

PEMERIKSAAN PAJAK
&
PERENCANAAN PAJAK
BAGI PKP

Marisa Udurma Hasiana.,SE.,Ak.,M.Ak.,BKP

marisa.chairos@gmail.com

ichachairos
AGENDA
1. Summary System Perpajakan dan hubungan sell assessment
dengan proses pemeriksaan pajak
2. SP2DK
• Proses SP2DK
• SP2DK dan matching data
• Cara menghadapi SP2DK
• Cara menanggapi SP2DK
2. Latar belakang pemeriksaan pajak
3. Tujuan dilakukan pemeriksaan Pajak
4. Hak dan kewajiban Wajib Pajak saat Pemeriksaan
5. Jenis pemeriksaan pajak
6. Proses pemeriksaan pajak
AGENDA
7. Bagaimana menghadapi pemeriksaan pajak
8. Produk hasil pemeriksaan pajak
9. Pengusaha Kena Pajak (PKP)
10. Alur proses pengukuhan pengusaha kena pajak
11. Kewajiban dan hak Pengusaha Kena pajak
12. Objek PPN
13. Saat Terutangnya PPN
14. Penerbitan Faktur Pajak
HITUNG LAPOR PEMERIKSAAN PENAGIHAN

KEBERATAN &
DAFTAR BAYAR PENGAWASAN
BANDING

PENYIDIKAN
PENDAHULUAN

Self Assessment vs Pemeriksaan


SP2DK
• SP2DK merupakan surat yang diterbitkan oleh Kepala Kantor
Pelayanan Pajak (KPP) untuk meminta penjelasan atas data
dan/atau keterangan kepada WP terhadap dugaan belum
dipenuhinya kewajiban perpajakan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
• Direktorat Jendral Pajak (DJP) pada tahun 2022 telah
menyampaikan sekitar 465.263 surat permintaan penjelasan
atas data dan atau keterangan (SP2DK) yang telah
disampaikan kepada wajib pajak.
• SP2DK merupakan mekanisme check and recheck dalam self-
assesment sistem perpajakan di Indonesia yang memberikan
kesempatan bagi WP untuk melakukan review dan klarifikasi
terhadap kewajiban perpajakannya
Proses Penerbitan SP2DK

Analisis
Tanggapan Terhadap Tindak Proses
Persiapan
Wajib Pajak Tanggapan Lanjut Adm
Wajib Pajak
Proses Penerbitan SP2DK
1. Persiapan : Kepala KPP berdasarkan hasil penelitian dan
analisis atas data dan/atau keterangan yang dimiliki
mengindikasikan diperlukannya penjelasan maka proses
permintaan tersebut dilakukan dengan menggunakan
SP2DK
• SP2DK dapat dikirim melalui pos/jasa ekspedisi/dapat
dikirimkan langsung kepada wajib pajak melalui kunjungan
(visit)
• Kepada KPP memberikan kesempatan 14 hari kepada
wajib pajak setelah tanggal kirim SP2DK jika melalui pos,
jasa ekspedisi atau jasa kurir atau tanggal disampaikannya
SP2DK jika disampaikan secara langsung oleh KPP kepada
wajib pajak
Proses Penerbitan SP2DK
2. Tanggapan wajib pajak : Wajib pajak dapat menanggapi
SP2DK secara langsung ataupun tertulis. Jika wajib pajak
tidak memberikan tanggapan dalam 14 hari setelah SP2DK
dikirim atau disampaikan, kepala KPP berwenang
menentukan salah satu dari 3 keputusan atau tindakan.
• Pertama : memberikan perpanjangan jangka waktu
permintaan penjelasan atas data dan atau keterangan
kepada wajib pajak berdasarkan pertimbangan tertentu.
• Kedua : melakukan kunjungan kepada wajib pajak.
• Ketiga : mengusulkan agar terhadap wajib pajak dilakukan
verifikasi, pemeriksaan, atau pemeriksaan bukti permulaan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan.
Proses Penerbitan SP2DK
3. Penelitian dan analisis kebenaran data atas tanggappan
wajib pajak : AR/pelaksana seksi ekstensifikasi dan
penyuluhan melakukan penelitian dan analisis terhadap
data dan atau keterangan yang diperoleh berdasarkan
pengetahuan, keahlian, dan sikap professional. Penelitian &
analisis dilakukan dengan membandingkan unsur-unsur
sebagai berikut :
• Pertama : data dan atau keterangan yang dimiliki oleh DJP;
• Kedua : data dan atau keterangan dalam tanggapan yang
disampaikan wajib pajak beserta bukti atau dokumen
pendukungnya;
• Ketiga : pemenuhan kewajiban perpajakan yang telah
dilakukan wajib pajak
Proses Penerbitan SP2DK
3. Rekomendasi dan tindak lanjut : secara ringkas terdapat 4
tindak lanjut atas simpulan yang diperoleh dari kegiatan
permintaan penjelasan data dan/atau keterangan.
• Pertama : tanpa tindak lanjut atau kasus dianggap selesai
apabila data dan informasi sudah sesuai/dilaporkan dan wajib
pajak sudah menyampaikan SPT sesuai dengan permintaan
fiskus;
• Kedua : pengawasan penyampaian SPT, dalam hal wajib
pajak setuju dengan hasil penelitian dan analisis AR/pelaksana
seksi ekstensifikasi dan penyuluhan dan bersedia
menyampaikan SPT atau SPT Pembetulan ;
• Ketiga : pemeriksaan/verifikasi, dalam hal terdapat data
konkret atau pertimbangan lain berdasarkan kewenangan
DJP perlu dilakukan pengujian kepatuhan;
Proses Penerbitan SP2DK
• Keempat : pemeriksaan bukti permulaan apabila terdapat
dugaan peristiwa atau Tindakan pidana perpajakan;
• Kelima : pengadministrasian kegiatan permintaan penjelasan.
Dalam rangka melaksanakan tertib administrasi,
AR/pelaksana seksi ekstensifikasi dan penyuluhan harus
membuat dokumentasi selama pelaksanaan kegiatan
permintaan penjelasan data dan atau keterangan berupa :
LPH2DK, berita acara pelaksanaan permintaan penjelasan,
berita acara penolakan permintaan penjelasan dan atau
berita acara tidak terpenuhinya permintaan penjelasan.
KETENTUAN PAJAK

WAJIB PAJAK FISKUS


Pemeriksaan
Pendaftaran
(NPWP-NPPKP)
Penetapan
(SKP)
Pembukuan/
Pencatatan
Keberatan

Pembayaran
(SSP) BPP
Banding

Pelaporan MA
(SPT)
Kasasi

13
Fase timbulnya Fase self Fase Fase Sengketa Fase
hak dan assessment Pengawasan Penyelesaian
kewajiban Sengketa
Pengadilan Pajak
Ber-NPWP
Berlakunya & PKP Pemeriksaan
UU Keberatan S
E
BANDING L
Pembukuan
E
Ketetapan Surat Kep. S
Menyampai- Pajak A
Hak dan Keberatan
kan SPT I
kewajiban
PUTUSAN
Setuju?
Diperiksa ? Setuju? BANDING
Tidak Tidak
5 Th Ya Ya
Ya
Tidak
Pemeriksaan

Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan :


kegiatan
▪ menghimpun dan mengolah data, keterangan dan
atau bukti
▪ yang dilaksanakan secara objektif dan profesional
▪ berdasarkan suatu standar pemeriksaan
▪ untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan dan/atau untuk tujuan lain dalam
rangka melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan. Dasar Hukum
Pasal 29 dan 44 Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 sebagaimana telah diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
www.pajak.go.id
Tujuan
Pemeriksaan
Tujuan lain dalam rangka
Menguji kepatuhan
Menguji kepatuhan
melaksanakan ketentuan
pemenuhan kewajiban
pemenuhan
peraturan perpajakan
perpajakan Wajib Pajak
kewajiban
perpajakan Wajib Dilakukan dalam rangka:
Terbagi atas:
Pemeriksaan Khusus; Pajak
dan • Penerbitan NPWP / Pengukuhan
Pemeriksaan Rutin PKP secara Jabatan;
Terbagi
atas: Pemeriksaan • Penghapusan NPWP /
Khusus; dan Pengukuhan PKP;
Pemeriksaan Rutin • Keberatan; dan lain-lain

www.pajak.go.id
Ruang Lingkup

Ruang lingkup pemeriksaan pajak dapat dibagi


menjadi dua:
a) jenis pajak yang diperiksa; dan
b) periode pembukuan atau pencatatan Wajib Pajak.
KRITERIA PEMERIKSAAN
MENGUJI KEPATUHAN
a) Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan lebih bayar, selain yang mengajukan permohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak sebagaimana
dimaksud pada ayat (1);
b) Wajib Pajak yang telah diberikan pengembalian pendahuluan
kelebihan pembayaran pajak;
c) Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang
menyatakan rugi;
d) Wajib Pajak melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran,
likuidasi, pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk
selama-lamanya;
e) Wajib Pajak melakukan perubahan tahun buku atau metode
pembukuan atau karena dilakukannya penilaian kembali aktiva
tetap;
KRITERIA PEMERIKSAAN
MENGUJI KEPATUHAN
f) Wajib Pajak tidak menyampaikan atau menyampaikan Surat
Pemberitahuan tetapi melampaui jangka waktu yang telah
ditetapkan dalam surat teguran yang terpilih untuk dilakukan
Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko; atau
g) Wajib Pajak menyampaikan Surat Pemberitahuan yang terpilih
untuk dilakukan Pemeriksaan berdasarkan analisis risiko.
KRITERIA PEMERIKSAAN TUJUAN
LAIN

1. pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;


2. penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
3. pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha
Kena Pajak;
4. Wajib Pajak mengajukan keberatan;
5. pengumpulan bahan guna penyusunan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto;
6. pencocokan data dan atau alat keterangan;
7. penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
8. penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak
Pertambahan Nilai;
9. pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan untuk tujuan lain
Tahapan Pemeriksaan Pajak
• Pemeriksaan dimulai dengan penyampaian Surat
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan atau pengiriman surat
panggilan dalam rangka pemeriksaan kantor. Dalam hal
khusus, misalnya kondisi pandemi, pemeriksaan dapat
dilakukan secara daring.
• Hasil pemeriksaan harus diberitahukan kepada Wajib
Pajak melalui penyampaian Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan (SPHP) yang dilampiri dengan daftar temuan
hasil pemeriksaan dengan mencantumkan dasar hukum atas
temuan tersebut.
(cont..)
• Pemeriksaan dalam pengujian kepatuhan Wajib Pajak diakhiri
dengan pembuatan Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP) dan
produk hukum yang dapat berupa:
1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar (SKPKB)
2.Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT)
3.Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
4.Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)
• Pemeriksaan untuk tujuan lain ditutup dengan diterbitkannya
LHP yang berisi usulan diterima atau ditolaknya permohonan
WP.
Jenis Pemeriksaan

Pemeriksaan
Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor
dilakukan
Lapangan di tempat
dilakukan di dilakukan di Kantor
tinggal, tempat
tempat usaha,
tinggal, atau
tempat Direktorat Jenderal Pajak
tempat
usaha, ataubekerja
tempatWP, serta
bekerja atau Kantor Pelayanan
tempat lain
WP, serta yang lain
tempat dianggap
yang Pajak
dianggap perlu.
perlu.

www.pajak.go.id
Jangka Waktu Pemeriksaan

Jangka Waktu Pengujian


Jangka waktu sejak Surat Pemberitahuan Pemeriksaan
disampaikan/Sejak WP datang memenuhi panggilan
s.d. tanggal Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
(SPHP) disampaikan

Pemeriksaan Lapangan Pemeriksaan Kantor


6 bulan + 2 bulan 4 bulan + 2 bulan

www.pajak.go.id
Jangka Waktu Pemeriksaan

Kasus Khusus
WP Kontraktor Kontrak Kerja Sama (K3S) Migas,
WP Grup,
Indikasi Transfer Pricing / Transaksi Khusus Lainnya

Pemeriksaan Pemeriksaan
Lapangan Kantor
6 bulan + (6 x 3) bulan 4 bulan

www.pajak.go.id
Jangka Waktu Pemeriksaan

Jangka Waktu Pembahasan


Jangka waktu sejak tanggal SPHP
disampaikan sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan (LHP)

Pemeriksaan Pemeriksaan
Lapangan Kantor
2 bulan 2 bulan

www.pajak.go.id
Kewajiban WP Saat Diperiksa

1. Memenuhi panggilan pemeriksaan


2. Memperlihatkan/meminjamkan buku, catatan,
dokumen
3. Memberi kesempatan pemeriksa
untuk mengakses/mengunduh data
elektronik
4. Memberi kesempatan pemeriksa untuk memasuki
tempat/ruang
5. Memberi bantuan guna kelancaran pemeriksaan
6. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang
dibuat oleh Akuntan Publik
7. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas
SPHP
8. Memberikan keterangan lisan/tertulis
www.pajak.go.id
Hak WP Saat Diperiksa

1. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa


Pajak dan SP2;
2. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan Surat Pemberitahuan
Pemeriksaan Lapangan dalam hal Pemeriksaan dilakukan dengan Jenis Pemeriksaan
Lapangan;
3. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan surat yang berisi perubahan
tim Pemeriksa Pajak apabila susunan keanggotaan tim Pemeriksa Pajak mengalami
perubahan;
4. meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan
tujuan Pemeriksaan;
5. menerima SPHP;
6. menghadiri Pem bahasan Akhir Hasil Pemeriksaan pada waktu yang telah ditentukan;
7. mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan dengan Tim Quality Assurance
Pemeriksaan
8. memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa
Pajak melalui pengisian Kuesioner Pemeriksaan. www.pajak.go.id
Produk Hukum Pemeriksaan

1. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar


(SKPKB)
2. Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan (SKPKBT)
3. Surat Ketetapan Pajak Nihil (SKPN)
4. Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar (SKPLB)

www.pajak.go.id
Pokok Pajak
SKPKB >
Kredit Pajak
K
Pokok Pajak E
SKPLB < T
PRODUK Kredit Pajak E
T
PEMERIKSAAN Pokok Pajak A
PAJAK SKPN = P
A
Kredit Pajak
N

Ada data baru


SKPKBT & utang pajak

STP Sanksi adm.

BUKTI PERMULAAN
Surat Ketetapan Pajak

• Surat Ketetapan Pajak adalah surat ketetapan yang


meliputi Surat Ketetapan Pajak Kurang bayar, Surat
Ketetapan Pajak Kurang bayar Tambahan, Surat
Ketetapan Pajak Nihil, atau Surat Ketetapan Pajak
Lebih Bayar (Pasal 1 angka 15 UU KUP)
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
(SKPKB)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar adalah surat


ketetapan pajak yang menentukan besarnya jumlah
pokok pajak, jumlah kredit pajak, jumlah kekurangan
pembayaran pokok pajak, besarnya sanksi
administrasi, dan jumlah pajak yang masih harus
dibayar.
(Pasal 1 angka 16 UU KUP)

JUMLAH POKOK PAJAK Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp 6.000.000,00

JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK PAJAK Rp 4.000.000,00


BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 2.000.000,00
JUMLAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR Rp 6.000.000,00
WP diterbitkan
NPWP/NPPKP
secara jabatan
cfm (Pasal 2 (4.a)

apabila berdasarkan SPT tidak Berdasarkan hasil Kewajiban: Pengusaha Kena Pajak
hasil pemeriksaan, pajak pemeriksaan, PPN/PPn BM: tidak melakukan
disampaikan dalam Pasal 28 dan
yang terutang tidak atau penyerahan Barang Kena
jangka waktu yg - tidak seharusnya Pajak dan/atau Jasa Kena
kurang dibayar Pasal 29
ditentukan dalam dikompensasikan LB Pajak dan/atau ekspor
- tidak seharusnya tidak dipenuhi Barang Kena Pajak
surat tegoran
dikenakan tarip 0 % dan/atau Jasa Kena Pajak
dan telah diberikan
PPh /PPN / PPn pengembalian Pajak
BM PPh Sendiri Masukan atau telah
PPN /PPn.BM mengkreditkan Pajak
PPh Sendiri Masukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9
tarif bunga per bulan yang
ayat (6e) Undang-Undang
ditetapkan oleh Menteri PPh PEMOTONG/ PPh PEMOTONG/
Pajak Pertambahan Nilai
Keuangan, PEMUNGUTAN PEMUNGUTAN 1984 dan perubahannya.
Max 24 bln
Psl. 13 (2)
bunga sebesar suku Kenaikan 75% KENAIKAN KENAIKAN bunga sebesar suku bunga
bunga acuan + uplift acuan + uplift factor 20%
75% 75% (max.24bln)
factor 20%
(max.24bln) Psl. 13 (3) b Psl. 13 (3) c Psl. 13 (3) b
Psl. 13 (3) a Psl. 13 (3) d
(Psl 13, 3a) Dalam hal terdapat penerapan sanksi administrasi berupa bunga dan kenaikan berdasarkan hasil pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c, hanya diterapkan satu jenis sanksi administrasi yang 47
KUP tertinggi nilai besaran sanksinya.
BESARAN SANKSI UU HPP (1 Jan 2021)
PADA SAAT PEMERIKSAAN DAN SANKSI DALAM UPAYAHUKUM

a. Sanksi pemeriksaan dan WP tidak b. Sanksi setelah upaya hukum namun


menyampaikan SPT/membuat keputusan keberatan/pengadilan
pembukuan menguatkan ketetapan DJP

Uraian KUP UU HPP Uraian KUP lama UU HPP


lama
PPh kurang dibayar 50% Sanksi bunga per bulan → suku Keberatan 50% 30%
bunga acuan + uplift factor
20% (maks. 24 bulan)
PPh kurang dipotong 100% Sanksi bunga per bulan → suku Banding 100% 60%
bunga acuan + uplift factor
20% (maks. 24 bulan)
PPh dipotong 100% 75% Peninja - 60%
tetapi tidak uan
disetor Kembal
PPN & PPnBM 100% 75% i
kurang dibayar

www.pajak.go.id
Penerbitan SKPKB
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, pajak yang tidak atau kurang dibayar

Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan {Pasal 13 (2) UU KUP}

Contoh : SPT PPh badan Tahun 2020 (Tahun Buku = Tahun Kalender)
dilakukan pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 20 Desember 2021.
Berakhirnya tahun Terbit SKPKB
pajak
31/12/20 1/1/21 12 bulan 20/12/21
Contoh

PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan


barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2020 (tahun
buku = tahun kalender) pada tgl 30 April 2021 dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 250.000.000,00
Kredit Pajak Rp 200.000.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 50.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2021.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto
seharusnya adalah Rp1.600.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp400.000.000,00.
Jumlah Pokok Pajak Rp400.000.000,00
DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp250.000.000,00
SKPKB Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp150.000.000,00
tanggal 10
Oktober Sanksi administrasi (bunga 10 bulan) Rp 26.250.000,00
2021 i asm = 1,75%
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp176.250.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf b
UU KUP
b apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3) dan setelah ditegur secara
tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam
Surat Teguran;
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar :
a. bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam 1 (satu) Tahun
Pajak;
b. bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong atau dipungut;
c. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar; atau
d. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang dipotong
atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh

PT ABC adalah WP badan yang bergerak di bidang jasa Perdagangan. Sampai


dengan tanggal 30 April 2023, PT ABC belum menyampaikan SPT Tahunan
PPh badan tahun 2021. Oleh KPP diterbitkan Surat Teguran pd tgl 20 Mei
2023 agar menyampaikan SPT dimaksud paling lambat tgl 3 Juni 2023. PT
ABC baru menyampaikan SPT tersebut tgl 5 Juni 2023, dengan perincian sbb:
Rugi (Rp200.000.000,00)
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang dibayar Rp --
Apabila setelah dilakukan pemeriksaan ternyata menunjukan laba neto
sebesar Rp100juta sehingga PPh terutang seharusnya adalah
Rp22.000.000,00.
Jumlah Pokok Pajak Rp22.000.000,00
DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp --
SKPKB Rp22.000.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak
tanggal 10
Desember Sanksi administrasi (2,24%X24X22JT) Rp11.827.200,00
2023
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp33.827.200,00
Pasal 13 (1) huruf c
PENERBITAN SKPKB UU KUP

c terdapat Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan


atas Barang Mewah ternyata tidak seharusnya
dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak
seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);
Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf d ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar :… c. Kenaikan 75%
(tujuh puluh lima persen) dari Pajak
Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang tidak atau
kurang dibayar.
{Pasal 13 (3) UU KUP}
Contoh

PT PQR adalah pabrikan tekstil yang sudah dikukuhkan sebagai Pengusaha


Kena Pajak, melaporkan SPT Masa PPN Desember 2022 dengan rincian sbb:
Pajak Keluaran Rp200.000.000,00
Pajak Masukan Rp230.000.000,00
Kurang/(Lebih) bayar (Rp30.000.000,00)
Atas kelebihan tersebut dikompensasikan ke Masa Januari 2023.
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan, Pajak Keluaran adalah sebesar
Rp220juta sehingga terdapat jumlah yang tidak seharusnya dikompensasi,
Jumlah Pokok Pajak Rp220.000.000,00
DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp230.000.000,00)
SKPKB
Jumlah Lebih bayar (Rp10.000.000,00)
tanggal 10
Desember Dikompensasikan ke Masa Jan’14 Rp 30.000.000,00
2023
Jumlah kekurangan Pokok Pajak Rp 20.000.000,00
Sanksi adm. Pasal 13 (3) c (75%) Rp 15.000.000,00

Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 35.000.000,00


PENERBITAN SKPKB
Pasal 13 (1) huruf f
UU KUP
fPengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
dan telah diberikan pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkreditkan
Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e) Undang-
Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya

Jumlah kekuranganpajak yangterutang dalamSurat Ketetapan Pajak KurangBayarsebagaimana


dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi administrasi berupa
bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dihitung
sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu)
bulan

{Pasal 13 (2) UU KUP}


(3a) Dalam hal terdapat penerapan sanksi administrasi berupa bunga dan
kenaikan berdasarkan hasil pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan
huruf c, hanya diterapkan satu jenis sanksi administrasi yang tertinggi nilai
besaran sanksinya.
Pasal 13 UU
DALUWARSA PENERBITAN SKPKB
KUP

(1) Dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak,
Direktorat Jendral Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar
(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
Surat Pemberitahuan menjadi pastisesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan apabila dalam jangka waktu 5
tahunsebagaimana dimaksud pada ayat (1), setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak,
tidak diterbitkan surat ketetapan pajak, kecuali Wajib Pajak melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan dalam Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak dimaksud.
(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48 % dari jumlah pajak yg tidak atau kurang dibayar,
apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yg telah memperoleh
kekuatan hukum tetap.
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan
barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2022 (tahun
buku = tahun kalender) pada tgl 30 April 2023, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 220.000.000,00
Kredit Pajak Rp 200.000.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 20.000.000,00
• Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2023.
• Apabila ketika dilakukan pemeriksaan ternyata PT XYZ tidak
meminjamkan buku2, catatan2 serta dokumen yang menjadi dasar
pengisian SPT sehingga pajak terutang tidak dapat dihitung. Berdasarkan
data yang ada DJP menetapkan Penghasilan Neto sebesar Rp1,2milyar.
Jumlah Pokok Pajak Rp264.000.000,00
DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak Rp220.000.000,00
SKPKB Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 44.000.000,00
tanggal 10 Sanksi adm. Pasal 13 (3) huruf a
Oktober
(2,24%x10x44jt ) Rp 9.856.000,00
2023
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp 53.856.000,00
PENERBITAN SKPKB Pasal 13 (1) huruf e
UU KUP
eapabila kepada Wajib Pajak diterbitkan Nomor Pokok Wajib Pajak dan/atau
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak secara jabatan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 ayat (4a).

Jumlah kekuranganpajak yang terutang dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebagaimanadimaksud padaayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan
sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dihitung sejak saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan

{Pasal 13 (2) UU KUP}


Contoh

CV PQR adalah pengusaha di bidang perdagangan barang elektronik yang mulai


berusaha sejak awal Januari 2020, tetapi belum mendaftarkan diri sampai dengan
tanggal 10 Oktober 2021 ketika Dirjen Pajak menerbitkan NPWPsecarajabatan.
Berdasarkan data yang ada, diperoleh penghasilan neto selamatahun 2020 adalah sbb:
PenghasilanNeto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 250.000.000,00
Kredit Pajak Rp 0,00
Pajak yang kurang dibayar Rp250.000.000,00
Atas kekurangan pembayaran PPh badan tahun 2020 sebagai akibat
penerbitan NPWP secara jabatan, Dirjen Pajak dapat menerbitkan SKPKB.
Misalkan diterbitkan tgl 10 Oktober 2021 maka SKPKB tersebut adalah sbb:

Jumlah Pokok Pajak Rp250.000.000,00

Jumlah Kredit Pajak Rp 0,00

Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp250.000.000,00

Sanksi administrasi (bunga 22 bulan) Rp19.250.000,00


i asm = 1,75%
Jumlah pajak yang masih harus dibayar Rp129.250.000,00
PENERBITAN SKPKB
Pasal 13 (1) huruf f
UU KUP
fPengusaha Kena Pajak tidak melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak dan/atau ekspor Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan telah diberikan
pengembalian Pajak Masukan atau telah mengkreditkan Pajak Masukan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6e) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan
perubahannya.
Jumlah kekuranganpajak yangterutang dalamSurat Ketetapan Pajak KurangBayarsebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah dengan sanksi administrasi
berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan,
dihitung sejak saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak sampai dengan diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan

{Pasal 13 (2) UU KUP}

(3a) Dalam hal terdapat penerapan sanksi administrasi berupa bunga dan kenaikan
berdasarkan hasil pemeriksaan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf c, hanya diterapkan satu
jenis sanksi administrasi yang tertinggi nilai besaran sanksinya.
DALUWARSA PENERBITAN SKPKB
Pasal 13 UU KUP

(1) Dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat


terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, Direktur Jenderal Pajak
dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar…”
(4) Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan oleh Wajib Pajak dalam
Surat Pemberitahuan menjadi pasti sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan apabila dalam jangka
waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian
Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, tidak diterbitkan surat ketetapan
pajak, kecuali Wajib Pajak melakukan tindak pidana di bidang perpajakan
dalam Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak dimaksud.
(5) Walaupun jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat (1) telah
lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi
administrasi berupa bunga sebesar 48 % dari jumlah pajak yg tidak atau kurang
dibayar, apabila Wajib Pajak setelah jangka waktu tersebut dipidana karena melakukan
tindak pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan pengadilan yg
telah memperoleh kekuatan hukum tetap.
contoh

31/12 1/1/ 31/12 1/1/


/2020 2021 /2025 2026

Saat
terutang
PPh badan SKPKBtetap dapat
jangka waktu 5 (lima) diterbitkan apabila WP
tahun pajak
tahun Dirjen Pajak melakukantindak
2020
dengan dapat menerbitkan pidana yang
tahun pajak SKPKB menimbulkan kerugian
(TB=TK) negara berdasarkan
putusan hakim
Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan (SKPKBT)

Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan tambahan atas
jumlah pajak yang telah ditetapkan.
(Pasal 1 angka 17 UU KUP)

JUMLAH PAJAK Rp10.000.000,00

JUMLAH PAJAK YANG TELAH DITETAPKAN Rp 6.000.000,00

TAMBAHAN JUMLAH PAJAK Rp 4.000.000,00


BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI Rp 4.000.000,00
TAMBAHAN JUMLAH PAJAK YANG MASIH
HARUS DIBAYAR Rp 8.000.000,00
Penerbitan SKPKBT

Direktorat Jendral Pajak dapat memberikan Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak atau
tahun pajak apabila :
• Ditemukan data baru yang mengakibatkan penambahan jumlah
pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan pemeriksaan dalam
rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan.

Apabila skp terdahulu terbit


termasuk data berdasarkan pemeriksaan maka
sudah pernah
baru adalah dilakukan pemeriksaan ulang. Apabila
diterbitkan
data yang skp terbit berdasarkan keterangan lain
surat ketetapan
semula belum maka dilakukan pemeriksaan, bukan
pajak
terungkap pemeriksaan ulang
DATA BARU

Yang dimaksud dengan data baru adalah data atau keterangan


mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung
besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak
belum diberitahukan pada waktu
penetapan semula, baik dalam Surat
Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun
dalam pembukuan perusahaan yang diserahkan pada
waktu pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 U U KUP)
DATA BARU
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang
semula belum terungkap, yaitu data yang:

a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta


lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat
menerapkan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan
benar dalam menghitung jumlah pajak yang terutang.

WalaupunWajib Pajak telah memberitahukandata dalam Surat Pemberitahuanatau


mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya
atau mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus
tidak mungkin menghitungbesarnya jumlah pajak yang terutang secarabenar
sehingga jumlah pajak yang terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal
tersebut termasuk dalam pengertian data yang semulabelum terungkap.
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya
biaya iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut
terdiri dari Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan
Rp5.000.000,00 sisanya adalah sumbangan atau hadiah.

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak


mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus
tidak melakukan koreksi atas pengeluaran berupa
sumbangan atau hadiah, sehingga pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar, maka data mengenai
pengeluaran berupa sumbangan atau hadiah tersebut
adalah tergolong data yang semula belum terungkap.
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan disebutkan
pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan
perincian harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula pada
saat pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat meneliti
kebenaran pengelompokan dimaksud.
Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan,
misalnya harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud
bukan bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam kelompok 2.

Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak


tidak mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak
dilakukan koreksi atas kesalahan pengelompokan harta
tersebut, dan sebagai akibatnya pajak yang terutang
tidak dapat dihitung secara benar. Apabila kemudian
diketahui adanya kesalahan, maka data pengelompokan
harta tersebut adalah data yang semula belum
terungkap.
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Pengusaha Kena Pajak melakukan pembelian sejumlah barang dari
Pengusaha Kena Pajak lain dan atas pembelian tersebut oleh Pengusaha
Kena Pajak penjual diterbitkan Faktur Pajak. Barang-barang tersebut
sebagian digunakan untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usahanya dan sebagian yang lain tidak mempunyai
hubungan langsung. Seluruh Faktur Pajak tersebut dikreditkan sebagai
Pajak Masukan oleh Pengusaha Kena Pajak pembeli.
Apabila pada saat penetapan semula Pengusaha Kena
Pajak tidak mengungkapkan perincian penggunaan barang
tersebut dengan benar sehingga tidak dilakukan koreksi
atas pengkreditan Pajak Masukan tersebut, dan sebagai
akibatnya PPN yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar, maka apabila kemudian diketahui adanya
data atau keterangan tentang kesalahan mengkreditkan
Pajak Masukan yang tidak mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha dimaksud, data atau keterangan
tersebut merupakan data yang semula belum terungkap.
PENERBITAN SKPKBT
Pasal 15 UU KUP

ayat 2
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan
sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak
tersebut.
ayat 3
Kenaikan sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) tidak dikenakan
apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan itu
diterbitkan berdasarkan keterangan tertulis
dari Wajib Pajak atas kehendak sendiri,
dengan syarat Direktur Jenderal Pajak belum mulai melakukan
tindakan pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak
Kurang Bayar Tambahan.
Contoh

Terhadap SPT PPh Pasal 23 Masa Desember 2020 a/n PT FGH telah dilakukan
pemeriksaan dan diterbitkan SKPKB tanggal 10 Oktober 2022 dengan
perincian sbb:
Jumlah Pokok Pajak Rp100.000.000,00
Jumlah Kredit Pajak Rp 90.000.000,00
Jumlah Kekurangan Pokok Pajak Rp 10.000.000,00
Sanksi adm. bunga Pasal 13 (2) Rp 2.000.000,00
Jumlah yang masih harus dibayar Rp 12.000.000,00
Pada bulan Mei 2023 ditemukan data baru berupa objek PPh Pasal 23 yang
belum dipotong oleh PT FGH dan seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa
Desember 2020 dengan jumlah pokok pajak Rp20juta. Sehingga seharusnya
jumlah pokok pajak pada Masa Des’20 adalah Rp120juta.
DJP Jumlah Pajak Rp120.000.000,00
menerbitkan Jumlah Pajak yang telah ditetapkan Rp100.000.000,00
SKPKBT Tambahan Jumlah Pajak Rp 20.000.000,00
tanggal 25 Besarnya sanksi administrasi (100%) Rp 20.000.000,00
Mei 2023 Tambahan jumlah pajak yang
masih harus dibayar Rp 40.000.000,00
DALUWARSA PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang
Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun
setelah saat terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan.
ayat 4
Apabila jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) telah lewat, Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan
tetap dapat diterbitkan ditambah sanksi administrasi berupa bunga
sebesar 48% (empat puluh delapan persen) dari jumlah pajak yang tidak
atau kurang dibayar, dalam hal Wajib Pajak setelah jangka
waktu 5 (lima) tahun tersebut dipidana karena melakukan tindak
pidana di bidang perpajakan atau tindak pidana lainnya yang dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara berdasarkan putusan
pengadilan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap.
contoh

31/12 1/1/ 31/12 1/1/


/2010 2011 /2015 2016

Saat
terutang PPh
badan tahun SKPKBTtetap dapat
jangka waktu 5 (lima) tahun
pajak 2010 diterbitkan apabila WP
Dirjen Pajak dapat
dengan melakukantindak
menerbitkan SKPKBT setelah
tahun pajak pidana yang
dilakukan pemeriksaan apabila
(TB=TK) menimbulkan kerugian
atas PPh badan tahun pajak
negara berdasarkan
2010 yang sudah diterbitkan
putusan hakim
skp ditemukan data baru
SURAT KETETAPAN PAJAK LEBIH BAYAR
(SKPLB)

Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar adalah


surat ketetapan pajak yang menentukan
jumlah kelebihan pembayaran pajak karena
jumlah kredit pajak lebih besar daripada
pajak yang terutang atau seharusnya tidak
terutang.
(Pasal 1 angka 19 UU KUP)

PAJAK YANG TERUTANG Rp10.000.000,00


JUMLAH KREDIT PAJAK Rp16.000.000,00

JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK Rp6.000.000,00


PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan
pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih
Bayar apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang terutang.
ayat 2
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal
Pajak, setelah meneliti kebenaran pembayaran
pajak, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar
apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya tidak
terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau
berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.

ayat 3
Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar masih dapat diterbitkan
lagi apabila berdasarkan hasil pemeriksaan
dan/atau data baru ternyata pajak yang lebih dibayar
jumlahnya lebih besar daripada kelebihan pembayaran pajak
yang telah ditetapkan.
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 UU KUP
ayat 1
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila
jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih
besar daripada jumlah pajak yang terutang.

untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang.
Jika terdapatpajakyang dipungutoleh PemungutPPN,jumlah pajakyang
terutangdihitung dengancara jumlahPajakKeluarandikurangidenganpajak
yangdipungut olehPemungutPPNtersebut
untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak
yang terutang.

SKPLBtersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas SPTyang disampaikan WP


yang menyatakankurangbayar,nihil, ataulebih bayaryang tidak disertai denganpermohonan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak. Apabila WPsetelah menerima SKPLBdan
menghendakipengembaliankelebihanpembayaranpajak, wajib mengajukanpermohonan
tertulis sebagaimanadimaksuddalamPasal11ayat (2).
Contoh

PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan


barang-barang elektronik, menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2010 (tahun
buku = tahun kalender) pada tgl 30 April 2011, dengan perincian sbb:
Penghasilan Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 250.000.000,00
Kredit Pajak (Rp 200.000.000,00)
Pajak yang kurang dibayar Rp 50.000.000,00
Kekurangan (PPh Pasal 29) tersebut dibayar tgl 29 April 2011.

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata Penghasilan Neto


seharusnya adalah Rp800.000.000,00 sehingga PPh terutang seharusnya
adalah Rp200.000.000,00.

Pajak Yang Terutang Rp200.000.000,00


DJP
menerbitkan Jumlah Kredit Pajak (Rp250.000.000,00)
SKPLB Jumlah Kelebihan Pembayaran Pajak (Rp 50.000.000,00)
PENERBITAN SKPLB
Pasal 17 UU KUP

ayat 2
Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak,
setelah meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak
yang seharusnya tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan
atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
(1 ) Pembayaran pajak oleh WP (2) terjadi kesalahan
yg bukan merupakan objek pajak
pemotongan atau pemungutan
yg terutang atau seharusnya tidak
terutang
(4) kelebihan pembayaran pajak
(3) terdapat kesalahan pemotongan oleh Wajib Pajak yang terkait
atau pemungutan yang bukan dengan pajak-pajak dalam
merupakan objek pajak rangka impor.

permohonan diajukan secara tertulis dalam bahasa Indonesia, ditandatangani oleh


WP atau kuasanya

Permohonan diajukan:
➢ Secara langsung dengan bukti penerimaan surat
➢ Melalui pos dengan bukti pengiriman surat
➢ Melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dg bukti pengiriman surat
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL (SKPN)

Surat Ketetapan Pajak Nihil adalah surat ketetapan


pajak yang menentukan jumlah pokok pajak sama
besarnya dengan jumlah kredit pajak atau pajak tidak
terutang dan tidak ada kredit pajak.
(Pasal 1 angka 18 UU KUP)

POKOK PAJAK Rp10.000.000,00

JUMLAH KREDIT PAJAK Rp10.000.000,00

PAJAK NIHIL Rp --

POKOK PAJAK Rp --
JUMLAH KREDIT PAJAK Rp --

PAJAK NIHIL Rp --
PENERBITAN SKPN Pasal 17A UU KUP

Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan


pemeriksaan, menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Nihil
apabila jumlah kredit pajak atau jumlah pajak yang
dibayar sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau
pajak tidak terutang dan tidak ada kredit pajak atau
tidak ada pembayaran pajak.

untuk Pajak Penghasilan, jumlah kredit pajak sama


denga jumlah pajak yang terutang atau tidak
n terutang dan tida pajak
k ada kredit
untuk Pajak Pertambahan Nilai, jumlahpajak;
kredit pajak
sama dengan jumlah pajak yang terutang, atau pajak
tidak terutang dan tidak ada kredit pajak.

untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar sama dengan


jumlah pajak yang terutang atau pajak tidak terutang
dan tidak ada pembayaran pajak.
Contoh

PT JKL adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha industri garmen


menyampaikan SPT PPh badan Tahun 2020 (tahun buku = tahun kalender)
pada tgl 30 April 2021 yang menyatakan rugi, dengan perincian sbb:
Rugi Neto Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp --
Kredit Pajak Rp --
Pajak yang kurang/(lebih) dibayar Rp Nihil

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan ternyata rugi neto seharusnya


adalah Rp400.000.000,00 dan PPh terutang tetap nihil.

DJP menerbitkan SKPN


Pokok Pajak Rp --
Jumlah Kredit Pajak Rp --
Pajak Nihil Rp --
PENGUSAHA KENA PAJAK
Definisi

• Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP wajib


melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak, dan wajib memungut, menyetor,
dan melaporkan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan Atas Barang Mewah yang terutang.
• Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kecil

• Pengusaha Kecil adalah Pengusaha yang selama satu


tahun buku melakukan penyerahan BKP dan atau
JKP dengan jumlah peredaran bruto dan atau
penerimaan bruto tidak lebih dari Rp 600.000.000,-
(enam ratus juta rupiah).
• Pengusaha kecil juga diperkenankan melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP apabila
melakukan penyerahan BKP dan atau JKP di dalam
daerah pabean dan atau melakukan ekspor BPK, JKP
dan atau ekspor BKP tidak berwujud.
Pengertian Pengusaha Kena Pajak

• Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah pengusaha yang


melakukan penyerahan jasa kena pajak yang dikenakan
pajak berdasarkan Undang-undang No.8 tahun 1984 tentang
PPN dan PPnBM sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-Undang No.42 Tahun 2009 ( UU PPN
dan PPnBM.
Keuntungan menjadi PKP
Keuntungan sebagai Pengusaha Kena Pajak, sebagai berikut:
• Untuk kegiatan pengembangan usaha dari PKP : Lebih dipilih
oleh rekanan/ konsumen karena dianggap lebih kredibel dan
lebih patuh
• Pengusaha dianggap memiliki system yang sudah baik dianggap
legal secara hukum karena sudah menjadi PKP dan tertib
membayar pajak
• Menjadi PKP berarti perusahaan dianggap besar dan tentunya
akan berpengaruh saat menjalin kerja sama dengan perusahaan
lain yang tergolong besar
• Dapat melakukan transaksi penjualan kepada bendaharawan
pemerintah
• Pola produksi dan investasi yang baik karena penyerahan BKO
• Bisa meningkatkan efisiensi usaha
Syarat Menjadi Pengusaha Kena Pajak
• Orang Pribadi :
1. Mengisi formular permohonan yang telah ditandatangani oleh WP Pribadi
2. KTP dan NPWP orang pribadi
3. Diajukan secara langsung oleh pribadi (tidak bsia dikuasakan)
4. Telah menyampaikan SPT Tahunan PPh 2 tahun terakhir/yang menajdi
kewajibannya
5. Tidak terdapat utang pajak, kecuali dengan izin mengangsur/menunda

• Badan :
1. Mengisi formular permohonan yang ditandatangani pimpinan/pengurus dan
di stemple &
2. Foto copy KTP dan NPWP orang seluruh pengurus
3. Akta pendirian /akta perubahan terakhir
4. Membawa dan mengisi formulir aktivasi akun PKP
5. Diajukan secara langsung oleh pribadi (tidak bsia dikuasakan)
Syarat Menjadi Pengusaha Kena Pajak

• Badan :
1. Mengisi formular permohonan yang ditandatangani pimpinan/pengurus
dan di stemple &
2. Foto copy KTP dan NPWP orang seluruh pengurus
3. Akta pendirian /akta perubahan terakhir
4. Membawa dan mengisi formulir aktivasi akun PKP
5. Diajukan secara langsung oleh pribadi (tidak bsia dikuasakan)
6. Telah menyampaikan SPT Tahunan PPh 2 tahun terakhir/yang menajdi
kewajibannya
7. Tidak terdapat utang pajak, kecuali dengan izin mengangsur/menunda
Alur Proses Pengukuhan PKP
Pengukuhan PKP
Hak PKP

• Melakukan pengkreditan pajak masukan


(Pembelian) atas perolehan BKP/JKP
• Meminta restitusi apabila pajak masukan lebih besar
Kewajiban PKP

• Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak, selambat-lambatnya sebelum
melakukan penyerahan BKP/JKP dan bagi Pengusaha
Kecil yang dalam suatu masa pajak dalam satu tahun
buku mencapai jumlah peredaran di atas batas
maksimal, selambat-lambatnya pada akhir bulan
pajak berikutnya.
Kewajiban PKP
• Memungut pajak yang terutang dengan membuat Faktur
Pajak.
• Menghitung total penyerahan dan menghitung total
perolehan
• Menyetor pajak yang terutang dengan menyelenggarakan
catatan perolehan dan peredaran dan mengkreditkan Pajak
Masukan berdasarkan ketentuan yang berlaku.
• Melaporkan perhitungan pajak yang terutang dengan
mengisi dan menyampaikan SPT Masa PPN.
• Menerbitkan faktur pajak untuk setiap penyerahan BKP dan
atau JKP
a. penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha

b. impor BKP

c. penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam D aerah Pabean yang


dilakukan oleh Pengusaha
OBYEK PPN d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di

BERDASARKAN
dalam D aerah Pabean

e. Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

PASAL 4 UU PPN f. Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP)

g. Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP

h. Ekspor JKP oleh PKP


D I A G R A M PERISTIWA K E N A PAJAK (OBYEK
PA JAK) PA SA L 4 AYAT (1) H U RUF a D A N c U U
PPN

PKP BKP/JKP KO N SUMEN

PENYERAHAN
D I A G R A M PERISTIWA K E N A PAJAK (OBYEK PAJAK) PASAL 4AYAT (1) HURUF b, d, e,
f,g D A N h U U PPN (TRA NSA KSI LINTAS N E G A R A )

BKP/
JKP

BKP/
JKP

Importir
Eksportir (PKP
(PKP/NO N
yg dikukuhkan)
PKP)
UNSUR-UNSUR PENYEBAB PERISTIWA
KENA PAJAK (TAATBESTAND)
• PENGUSAHA KENA PAJAK
• PENYERAHAN
• BKP
• JKP
• DALAM LIN GKUN GAN USAHA ATAU PEKERJAAN N YA
• DAERAH PABEAN
BENTUK-BENTUK PKP

• ORANG PRIBADI
• BADAN

JOINT OPERATION (JO) BERDASARKAN PP NO. 1 TAHUN 2012 DIKLASIFIKASIKAN


SEBAGAI BADAN LAINNYA, SEHINGGA MERUPAKAN PKP
PENYERAHAN
BKP/JKP

Dengan UU CIKA (UU No. 11 Tahun 2020) Konsinyasi tidak lagi termasuk penyerahan
PENYERAHAN BKP/JKP
“PEMAKAIAN SENDIRI”
➢ Pemakaian untuk kepentingan Pengusaha Sendiri,Pengurus,Karyawan

➢ Produksi sendiri,maupun bukan Produksi Sendiri

➢ Pemakaian sendiri bisa untuk tujuan konsumtif atau produktif.Pemakaian sendiri untuk tujuan konsumtif adalah
tidak ada kaitannya dengan proses produksi selanjutnya atau tidak mempunyai hubungan langsung dengan
kegiatan usaha (contoh Pabrikan Minuman memberikan pegawainya mengkonsumsi minuman tersebut).
Pemaiakain sendiri untuk tujuan produktif adalah yang ada kaitannya dengan proses produksi selanjutnya atau
mempunyai hubungan langsung dengan kegaiatan usaha (contoh: Pabrikan Truck mempergunakan Truck hasil
pabrikasinya untuk mengangkut suku cadang,Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya berupa
kulit dari inti sawit untuk pengeras jalan di pabrik)

➢ Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak dipungut PPN (tidak perlu dibayar dan dibuatkan Faktur Pajak
→ PP 9/2021 menghapuskan ketidak-wajiban buat faktur pajak ini) dalam hal untuk penyerahan yang terutang
PPN

➢ Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif dipungut PPN dalam hal untuk penyerahan tidak terutang PPN
PENYERAHAN BKP/JKP
“PEMBERIAN CUMA-CUMA”
• KEP DJP N O.87/PJ/2002 → SE-04/PJ.51/2002
❖ Pemberian Cuma-Cuma BKP adalah pemberian yang diberikan tanpa imbalan baik barang produksi
sendiri
• maupun bukan produksi sendiri,termasuk contoh barang untuk promosi kepada relasi atau pembeli

• Contoh:Pabrikan Mie instan memberikan bantuan mie instan hasil produksinya kepada korban
• bencana alam
• Perusahaan persewaan tractor memberikan bantuan penggunaan tractor kepada pemerintah untuk tanah
longsor

• Untung Sukardji :pemberian hadiahTV oleh perusahaan Real Estate kepada Kecamatan untuk hadiah
Lomba HUT RI
• di Kecamatan,tidak kena PPN karena bukan dalam rangka usaha

❖ Pemberian Cuma-Cuma JKP adalah pemberian JKP yang dilakukan kepada pihak lain tanpa imbalan
PENYERAHAN
BKP/JKP

D engan UU CIKA, Inbreng diinsert ke dalam huruf d


BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK

D ihapus oleh UU HPP

Oleh UU CIKA huruf a. ditambahkan kalimat :tidak termasuk hasil pertambangan Batu Bara. UU HPP menambah kalimat untuk emas menjadi
emas Batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara
BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK

PENJELASAN
PASAL 4A UU PPN:

O leh UU Cika huruf e dihapus


BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK

PENJELASAN
PASAL 4A UU PPN:

Oleh UU CIKA Barang kebutuhan pokok ini bukan lagi sebagai BarangTidak Kdena Pajak,tetapi atas
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan PPN (Pindah ke Pasal 16B UU PPN)
BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK
PMK-99/PMK.010/
2020Tgl.4-8-2020:
BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK

PMK-99/PMK.010/
2020Tgl.4-8-2020:
BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK
PMK-99/PMK.010/
2020Tgl.4-8-2020:
BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK
PMK-99/PMK.010/
2020Tgl.4-8-2020:
BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK
PMK-99/PMK.010/
2020Tgl.4-8-2020:
BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK
PMK-99/PMK.010/
2020Tgl.4-8-2020:
BARANG KENA PAJAK/BARANG TIDAK KENA
PAJAK (BARANG HASIL PERTANIAN)

Kebutuhan Pokok Bukan BKP


Jagung

Barang Hasil Pertanian

Bisa
Bukan Kebutuhan Pokok BKP pakai
(Hasil PertanianTertentu) Nilai Lain

Jagung
JASA KENA
PAJAK

Kelompok jasa a, b,c,d,e,dan g dihapus


dari daftar JasaTidak Kena Pajak oleh UU
HPP → dipindah ke Pasal 16B UU PPN
JASA TIDAK DIKENAI KENA
PAJAK

Kelompok jasa I,j,k,o dan p dihapus dari Daftar JasaTidak kena Pajak oleh UU HPP
JASA TIDAK DIKEN A I PAJAK
JASA TIDAK DIKEN A I
PAJAK
JASA TIDAK DIKEN A I PAJAK
JASA TIDAK DIKEN A I PAJAK
JASA TIDAK DIKEN A I PAJAK
JASA TIDAK DIKEN A I PAJAK (PMK-82/2012)
JASA TIDAK DIKEN A I PAJAK
DALAM RANGKA KEGIATAN USAHA ATAU
PEKERJAANNYA

Untung Sukardji (Penulis Buku


PPN Indonesia yang popular)
menafsirkan bahwa penyerahan
BKP untuk sumbangan bukan
termasuk dalam rangka kegiatan
D alam UU PPN pertama ketika usaha atau pekerjaannya.O leh
D alam UU PPN terakhir tidak ungkapannya “dalam lingkungan karena itu penyerahan
didefinisikan usaha atau pekerjaannya” penyerahan BKP terkait dengan
didefinisikan sebagai kegiatan bisnis (misalnya pemberian Mobil
yang dilakukan sehari-hari. atas capaian target pembelian
customer) termasuk diartikan
sebagai penyerahan dalam rangka
kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
DAERAH
PABEAN

Gambar dikutip dari buku PPN


DDTC
OBYEK PPN LINTAS NEGARA
EKSPOR
JASA
EKSPOR
JASA

D iatur dalam PMK-70/2010 jo PMK-30/2011 jo PMK-32/2019

Pelayanan di dalam Daerah Pabean yang menyebabkan suatu barang,fasilitas,kemudahan atau hak tersedia untuk
dimanfaatkan di luar Daerah Pabean,yaitu:
EKSPOR
JASA
EKSPOR
JASA
EKSPOR
JASA
EKSPOR
JASA
EKSPOR
JASA
EKSPOR
JASA
OBYEK PPN BERDASARKAN PASAL 16C UU PPN
(PPN MEMBANGUN SENDIRI)
PERATURAN PELAKSANAANNYA TERAKHIR DIATUR OLEH PMK-163/2012 SEBAGAI BERIKUT:
O BYEK PPN BERDASARKAN PASAL 16D UU PPN (PENYERAHAN
AKTIVA YG
MENURUT TUJUAN SEMULA TIDAK UNTUK DIPERJUAL BELIKAN)

Oleh UU HPP Pasal 9 ayat (8) huruf c sudah dihapus → penjualan sedan bekas menjadi kena PPN Psl. 16D ?
Saat Terutang PPN

Pada dasarnya PPN terutang pada saat :


• Penyerahan BKP
• Impor BKP
• Penyerahan JKP
• Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean
• Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean
• Ekspor BKP Berwujud
• Ekspor BKP tidak berwujud
• Ekspor JKP

DALAM HAL PEMBAYARAN MENDAHULUI PENYERAHAN/ IMPOR/


PEMANFAATAN /EKSPOR, MAKA SAAT TERUTANG ADALAH PADA SAAT
PEMBAYARAN
SAAT TERUTA N G PPN (SAAT PENYERAHAN)

SAAT PENYERAHAN BKP BERWUJUD :

DALAM PRAKTIK SAAT PENGAKUAN PIUTANG/PENGHASILAN ATAU SAAT PENERBITAN FAKTUR


PENJUALAN DAPATTERJADI TIDAK BERSAMAAN DENGAN SAAT PENYERAHAN SECARA FISIK. OLEH
KARENA ITU DEMI KEMUDAHAN, M A K A S A AT PEN E RBITA N FA K TU R PENJUA L A N
DI TE TAP K AN SEB AGAI SAAT P E N Y E R A H A N B A R A N G YA N G MENJADI D A S A R SAAT
TE RU TAN GN YA P P N D A N PPnBM
SAAT TERUTA N G PPN (SAAT PENYERAHAN)

SAAT PENYERAHAN BKP BERW UJUD TIDAK BERGERAK:


SAAT TERUTANG PPN (SAAT
PENYERAHAN)
SAAT PENYERAHAN BKP TIDAK BERW UJUD :

SAAT PENYERAHAN BKP PERSEDIAAN DAN/ATAU AKTIVA YG MENURUT TUJUAN SEMULA TIDAK
UNTUK DIPERJUALBELIKAN
SAAT TERUTANG PPN (SAAT
PENYERAHAN)
SAAT PENYERAHAN BKP DALAM RANGKA PENGGABUNGAN, PELEBURAN, PEMEKARAN, PEMECAHAN
DAN PENGAMBILALIHAN USAHA YANG TIDAK MEMENUHI KETENTUAN PASAL 1AAYAT (2) HURUF D
UU PPN ATAU PERUBAHAN BENTUK USAHA :

SAAT IMPOR :
Saat BKP masuk ke dalam daerah pabean

SAAT PENYERAHAN JKP :


Saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata baik sebagian atau seluruhnya. Dalam hal saat2
tersebut tidak bersamaan dengan saat pembuatan faktur penjualan,maka saat penyerahannya adalah saat pembuatan faktur
penjualan.
SAAT TERUTANG PPN (SAAT
PENYERAHAN )

SAAT PEMA N FAATA N BKP TIDAK BERW UJUD/JKP DARI LUAR DAERAH PABEA N

SAAT EKSPOR BKP BERWUJUD


Saat BKP dikeluarkan dari daerah pabean

SAAT EKSPOR BKP TIDAK BERW UJUD/JKP


Saat penggantiannya dicatat sebagai piutang atau penghasilan
SAAT TERUTANG PPN (SAAT
PENYERAHAN)

PENJUALAN SECARA KONSINYASI

Saat terutang penjualan secara konsinyasi adalah pada saat Consignor mengakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan (invoice) oleh PKP Consignor, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten
SAAT TERUTA N G PPN

SAAT KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI :


TEMPAT
TERUTANG
ORANG PRIBADI
PENYERAHAN Di tempat tinggal dan/atau tempat kegiatan usaha,tergantung dimana tempat terjadinya
BKP/JKP penyerahan/administrasi penjualan dan keuangan → Bisa Sentralisasi

BADAN
Di tempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha → Bisa Sentralisasi
Aturan SentralisasiTempatTerutang diatur dalam Perdirjen PER-19/PJ/2010 jo PER-11/PJ/2020

IMPOR BKP Tempat BKP dimasukkan

PEMANFAATAN BKPTB/JKP TempatTingggal/Kegiatan Usaha O P,atauTempat Kedudukan/Kegiatan usaha


Badan yang memanfaatkan

MEMBANGUN SENDIRI Tempat bangungan didirikan


TEMPAT TERUTA N G PPN O P

JAKARTA TANGERANG

TempatTinggal Tempat Kegiatan Usaha

Tidak ada Penyerahan Tempat Penyerahan


TEMPAT TERUTANG PPN OP

JAKARTA TANGERANG

TempatTinggal Tempat Kegiatan Usaha

Tempat Penyerahan Tempat Penyerahan

BISA SENTRALISASI
TEMPAT TERUTANG PPN PKP BADAN

BA DA N TERTENTU DAPAT SENTRALISASI OTO MATIS,YAITU :

❑ BUMN → KPP BUMND


❑ BUMD → KPP BUMND
❑ PMA → KPP PMA Kanwil Khusus
❑ BUT DA N O rangAsing → KPP BADORA
❑ Perusahaan Masuk Bursa → KPPWP Masuk Bursa
❑ PerusahaanWP Besar → KPP LTO
❑ Perusahaan terdaftar di KPP Madya → KPP Madya

SELAIN BADAN TERTENTU TEMPAT TERUTANG DI TIAP TEMPAT KEGIATAN


PENYERAHAN,KECUALI DAPAT IZIN SENTRALISASI
SAAT PEMBUATAN FAKTUR
PAJAK

❑ SAAT PEMBUATA N FAKTUR PAJAK = SAAT TERUTANG PPN


❑ SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK MENGIKUTI PRINSIPAKUNTANSI YANG BERLAKU
UMUM SERTA DITERAPKAN SECARA KONISTEN
❑ SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK SESUAI DENGAN JENIS PENYERAHANNYA

➢ PENYERAHAN BKP BERGERAK → SESUAI TERM OF TRADE,TETAPI PALING LAMBAT SAAT INVOICE ISSUED → Jika
pembayaran mendahului,maka FP dibuat saat pembayaran tsb.
➢ PENYERAHAN BKP TIDAK BERGERAK → SAAT AKTE PENGALIHAN (bukanAkte Jual Beli) DITANDATANGANI
ATAU NYATA-NYATA DIALIHKAN MANA TERJADI LEBIH DAHULU
➢ PENYERAHAN JKP → PADA DASARNYA SAAT PENAGIHAN
→ KHUSUS JASA PEMBORONG BANGUNAN/BTB Lainnya → SAAT PEMBAYARAN
N AMU N KETIKA BANGUNAN DISERAHKAN SAAT PEMBAYARAN
SESUDAHNYA TIDAK BERPENGARUH LAGI (SAAT PENYERAHAN MENJADI
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK)
SAAT PEMBUATAN FAKTUR
PAJAK

FAKTUR PAJAK G A B U N G A N

❖ ATAS TRANSAKSI LEBIH DARI SATU KALI KEPA DA PEMBELI YANG SAMA DALAM BULAN YANG
SAMA DAPAT DIBUAT SATU FAKTUR YANG BERNAMA FAKTUR PAJAK G A B U N G A N PADA
AKHIR BULAN

❖ SAAT PEMBUATANNYAAKHIR BULAN MESKIPUN DALAM BULAN BERJALAN TERDAPAT


PEMBAYARAN

❖ ATAS TERJADINYA PEMBAYARAN UANG MUKA UNTUK PENYERAHAN BULAN BERIKUTNYA


FAKTUR PAJAKNYA DIGABUNGKAN DENGAN FAKTUR PAJAK GABUNGAN BULAN
TERJADINYA PEMBAYARAN UANG MUKA (AKHIR BULAN)
CONTOH-CONTOH SAAT PEMBUATAN FAKTUR
PAJAK (BARANG BERGERAK)

Franco Gudang
Pembeli
PT JELITA BKP Bergerak PT GA N TENG
Dikeluark Diterima di
an dari Gudang 13-8-
Gudang 2019
12-8-
2019 Faktur Penjualan (Invoice) diterbitkan 16-8-2019
Faktur Pajak dibuat 13-8-2019, atau paling
lambat 16-8-2019
CONTOH-CONTOH SAAT PEMBUATAN FAKTUR
PAJAK (BARANG TIDAK BERGERAK)

BKPTidak Bergerak
(Rumah)
PT
BAN G U N NUGIE
Akte Jual Beli ditandatangani Perjanjian Penyerahan Hak
Tgl.2 Mei 2020 Menggunakan/Menguasai
ditandatangani Tgl.20 Juli 2020

Faktur Pajak harus dibuat Tgl. 20 Juli 2020


CONTOH-CONTOH SAAT PEMBUATAN FAKTUR
PAJAK (BARANG TIDAK BERGERAK)

BKPTidak Bergerak
(Rumah)
PT
BAN G U N NUGIE
Rumah sudah boleh Perjanjian Penyerahan Hak
Akte Jual Beli ditandatangani ditempati Tgl.1 juni Menggunakan/Menguasai
Tgl.2 Mei 2020 2020 ditandatangani Tgl.20 Juli 2020

Faktur Pajak harus dibuat Tgl.1 Juni 2020


CONTOH-CONTOH SAAT PEMBUATAN FP (JASA)

JKP
(Sewa Rumah) Setahun

MUKIDI EM O N
Rumah sudah boleh Membayar Sewa Bulanan Tgl.29
ditempati Tgl.1 Sept Sept.2020
2020

Faktur Pajak harus dibuat Tgl.29 Sept.2020


CONTOH-CONTOH SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

JKP
(Jasa Konsultasi)

JASA PRIMA PT BSEA


Tgl.1 November 2019 Tgl.30 Desember 2019 Invoice
Jasa sudah diberikan issued

Faktur Pajak harus dibuat Tgl.30 Des. 2020


CONTOH-CONTOH SAAT PEMBUATAN FAKTUR
PAJAK (JASA)

JKP
(JasaTelekomunikasi bulanan)

INDOSAT DINDA
Tgl.
Penagihan
Akhir
Satu bulan bulan

Faktur Pajak harus dibuat akhir bulan atau paling lambat tgl. penagihan
CONTOH-CONTOH SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK (JASA PEMBORONG
BAN GUNAN → PEMBAYARAN TERMYN)
CONTOH SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK
GABUNGAN
SANKSI TERKAIT FAKTUR
PAJAK

• ATAS PENYERAHAN YANG SEHARUSNYA DIBUAT FAKTUR PAJAK TETAPI TIDAK DIBUAT ATAU TERLAMBAT → SANKSI PASAL 14
(4) UU KUP → 2% DPP → 1% DPP versi UU CIKA

• FAKTUR PAJAK TIDAK LENGKAP → SANKSI PASAL 14 (4) UU KUP → 2% DPP → 1% DPP versi UU CIKA

• FAKTUR YANG MENCANTUMKAN KETERANGAN YANG TIDAK SEBENARNYA ATAU DIISI TIDAK SESUAI DENGAN PROSEDUR
MENURUT PER-24/2012 → 2% DPP (Termasuk di sini Faktur Pajak yang menggunakan nomor seri yang diperoleh setelah tanggal Faktur
Pajak) → dengan adanya UU CIKA sanksinya seharusnya menjadi 1%

• FAKTUR YANG DILAPORKAN TIDAK SESUAI DENGAN MASA PENERBITANNYA → 2% DPP

Termasuk di sini jika ada Faktur Pajak yang terlambat dilaporkan → secara e-Faktur tidak mungkin → dihapus oleh UU CIKA

• SANKSI PIDANA BERLAKU ATAS PENERBITAN FAKTUR OLEH PENGUSAHA SEBELUM


DIKUKUHKAN ATAU FAKTUR PAJAK BUKAN ATAS TRANSAKSI SEBENARNYA →PENJARA 2 TAHUN
D A N PALING LAMA 6 TAHUN DITAMBAH DENDA PALING SEDIKIT 2 KALI JUMLAH PPN DALAM FAKTUR PAJAK
PALINGBANYAK 6 KALI.
SANKSI TERKAIT FAKTUR
PAJAK

TIDAK DIKENAKAN DALAM HAL :

a) KETIDAK-LENGKAPAN PENGISIAN IDENTITAS PEMBELI

b) KETIDAK-LENGKAPAN IDENTITAS PEMBELI, NAMA DAN TANDA TANGAN DALAM HAL


PENYERAHAN DILAKUKAN OLEH PKP PEDAGANG ECERAN

Dengan U U C I K A klaster KUP, maka tidak dikenakannya sanksi atas ketidak lengkapan hanya atas butir b) di
atas. Bagi PKP selain Pedagang Eceran akan tetap dikenakan sanksi. Namun dalam PP dan P M K pelaksanaan
U U C I K A Klaster P P N disebutkan bhw PKP bukan Pedagang Eceran yang melakukan penyerahan kpd
Konsumen Akhir adalah PKP Eceran (sehingga boleh buat faktur tidak lengkap seperti di atas)

KETIDAK-LENGKAPAN TERSEBUT HANYA BERAKIBAT KEPADA PENERIMA FAKTURYANG TIDAK DAPAT


MENGKREDITKAN PPNYANGTERCANTUM PADA FAKTUR (YANGTIDAK LENGKAP)TERSEBUT SEBAGAI
PAJAK MASUKAN
PENGGANTIAN FAKTUR
PAJAK

FAKTUR PAJAK SALAH TULIS, SALAH FAKTUR PAJAK PENGGANTI


ISI,RUSAK
• Tidak diperkenan mencoret,menghapus
• Ganti Kode Status menjadi 1, nomor seri
tetap sama dengan Faktur yang diganti
• Tanggal sesuai pembuatan Faktur
Pengganti
• Dibubuhi cap berisi keterangan Faktur
Pajak yang diganti (otomatis di eFaktur)
• Faktur Pajak yang diganti dilampirkan
• Dilaporkan pada masa penggantiannya

ADANYA FAKTUR PAJAK PENGGANTI MENGHARUSKAN DILAKUKAN PEMBETULAN SPT BAIK BAGI
PENERBIT (PENJUAL) MAUPUN PENERIMA FAKTUR PAJAK (PEMBELI)
PEMBATALAN
FAKTUR PAJAK

PEMBATALAN TRA N SAKSI YA N G FAKTUR PAJAK DIBATALAKAN


DIDUKUNG BUKTI
• Tetap diadministrasikan/disimpan oleh
Penerbit Faktur Pajak
• PKP Penerbit Faktur membuat Surat
Pemberitahuan pembatalan dilampiri copy
Faktur yang dibatalkan kepada KPP
Penerbit dan Penerima Faktur Pajak

❑ Dalam hal PKP Penerbit belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan,PKP tersebut tetap harus melaporkannya
dengan nilai nol,

❑ Dalam hal sudah dilaporkan,maka dibuat pembetulan dengan menjadikan nol nilainya,baik bagi Penerbit maupun
bagi Penerima Faktur Pajak
3 Sarana Pelaporan PKP

1. e-Nofa Online (http://efaktur.pajak.go.id ) : sarana administrasi


bagi PKP
• Aplikasi e-Nofa DJP online diperlukan untuk mengajukan
permintaan Nomor Seri Faktur Faktur Pajak (NSFP) secara
elektronik ke Ditjen PajakMeminta nomor seri faktur pajak
2. Aplikasi efaktur desktop : aplikasi Untuk membuat, mengganti
dan membatalkan faktur pajak keluaran, dan untuk
mengkreditkan pajak masukan
3. Web e-Faktur : aplikasi e-Faktur berbasis web yang dapat
diakses secara online. PKP dapat mengakses e-Faktur web based
dengan menggunakan user name dan password yang telah
didaftarkan pada aplikasi tersebut

Anda mungkin juga menyukai