Anda di halaman 1dari 89

SEMPURNA STRATEGIC CONSULTING

DENGAN KAP Drs. Joseph Munthe, M.S., A.K.


FREE ROADSHOW WEBINAR WILAYAH BANDUNG – JAWA BARAT

”BAGAIMANA ATURAN / PROSEDUR PEMERIKSAAN PAJAK &


BAGAIMANA WAJIB PAJAK ANTISIPASI”

oleh :
Sempurna Bahri
Pimpinan Kantor Akuntan Publik (KAP) Sempurna Bahri
Pimpinan Kantor Konsultan Pajak Sempurna Bahri
Senin, 22 Agustus 2022
19.00 - 21.00 WIB
PEMERIKSAAN
APA ITU PEMERIKSAAN ?
Pemeriksaan pajak adalah Serangkaian kegiatan menghimpun dan
mengolah data, keterangan, dan/atau bukti yang dilaksanakan secara
objektif dan profesional berdasarkan suatu standar pemeriksaan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Dasar Hukum Pemeriksaan

Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2016 tentang Pengampuan Pajak

Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-07/PJ/2017 tentang Pedoman


Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuahan Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-10/PJ/2017 tentang Petunjuk Teknis
Pemeriksaan Lapangan Dalam Rangka Pemeriksaan Untuk Menguji Kepatuhan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan

Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak Nomor SE-11PJ/2017 tentang Rencana, Strategi, dan
Pengukuran Kinerja Pemeriksaan Tahun 2017
Ruang Lingkup Pemeriksaan

• Pemeriksaan Lapangan dilakukan di tempat WP atas satu jenis


pajak, beberapa jenis pajak atau seluruh jenis pajak, untuk
tahun-tahun yang lalu maupun untuk tahun berjalan.

• Pemeriksaan Kantor yaitu pemeriksaan yang dilakukan di KPP


Pratama
Tujuan
Tujuan pemeriksaan pajak adalah untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak dan untuk tujuan lain
dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.

Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan


kewajiban perpajakan wajib pajak dilakukan dengan menelusuri
kebenaran Surat Pemberitahuan, pembukuan atau pencatatan, dan
pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan
atau kegiatan usaha sebenarnya dari wajib pajak.
Jenis Pemeriksaan Pajak
• Pemeriksaan Rutin, yaitu pemeriksaan yang bersifat rutin dilakukan
terhadap Wajib Pajak (WP) sehubungan dengan pemenuhan hak dan
kewajiban perpajakan.

• Pemeriksaan Kriteria Seleksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap


WP yang terpilih berdasarkan skor resiko ketidakpatuhan secara
komputerisasi dengan memperhatikan variabel-variabel tertentu.

• Pemeriksaan Khusus, a) pemeriksaan yang dilakukan terhadap WP


sehubungan dengan adanya informasi, data, laporan atau pengaduan. b)
Pemeriksaan berdasarkan hasil analisa resiko yang menunjukkan
ketidakpatuhan wajib pajak sehingga merugikan penerimaan pajak.

• Pemeriksaan WP Lokasi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan atas cabang


perwakilan, pabrik dan atau tempat usaha dari WP Domisili
Jenis Pemeriksaan - Lanjutan

• Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap WP yang dilakukan


dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis pajak dan
atau untuk mengumpulkan data dan atau keterangan untuk tujuan tertentu
• Pemeriksaan Bukti Permulaan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah tejadi tindak pidana
dibidang perpajakan
• Pemeriksaan Terintegrasi, yaitu pemeriksaan terkoordinasi dari dua atau lebih
unit pemeriksaan terhadap beberapa WP yang memiliki hubungan kepemilikan,
penguasaan, pengelolaan, usaha dan atau financial
• Pemeriksaan untuk Tujuan Penagihan Pajak (Delinquency Audit), yaitu
pemeriksaan yang dilaksanakan untuk mendapatkan data mengenai harta
WP/Penanggung Pajak yang merupakan objek sita sehubungan dengan
tunggakan pajak sesuai dengan Undang-undang Penagihan dengan Surat Paksa.
Tujuan Lain Pemeriksaan Pajak
• Pemberian NPWP secara jabatan;
• Penghapusan NPWP;
• Pengukuhan atau Pencabutan Pengusaha Kena Pajak;
• Wajib Pajak mengajukan keberatan;
• Pengumpulan bahan guna penyusunan norma penghitungan
penghasilan neto.
• Pencocokan data dan/ atau alat keterangan;
• Penentuan wajib pajak dilokasi daerah terpencil;
• Penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
• Pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
• Penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas
perpajakan;
• Pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra
Perjanjian Penghindaran Pajak Berganda.
PRODUK PEMERIKSAAN
1. Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan (SPHP) berupa surat yang berisi
tentang hasil pemeriksaan yang meliputi pos-pos yang dikoreksi, dasar
koreksi, perhitungan sementara jumlah pokok pajak, dan pemberian hak
kepada wajib pajak untuk hadir dalam pembahasan akhir hasil
pemeriksaan

2. Berita acara pembahasan akhir (closing conference) berisikan berita acara


tentang perstujuan dan ketidaksetujuan terhadap hasil pemeriksaan yang
ditanda tangani oleh wajib pajak dan pemeriksa

3. Surat ketetapan pajak yang terdiri dari salah satu:


a. Surat ketetapan pajak kurang bayar (SKPKB)
b. Surat ketetapan pajak lebih bayar (SKPLB)
c. Surat ketetapan pajak nihil (SKPN)
Kenapa terjadi Pemeriksaan Pajak ?

1. Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan :


• SPT lebih bayar termasuk yang telah diberikan pengembalian
pendahuluan pajak;
• SPT rugi;
• SPT tidak atau terlambat (melampaui jangka waktu yang ditetapkan dalam
Surat Teguran) disampaikan;

2. Melakukan penggabungan, peleburan, pemekaran, likuidasi,


pembubaran, atau akan meninggalkan Indonesia untuk selama-
lamanya; atau

3. Menyampaikan SPT yang memenuhi kriteria seleksi berdasarkan hasil


analisis (risk based selection) mengindikasikan adanya kewajiban
perpajakan WP yang tidak dipenuhi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.
Langkah Langkah Pemeriksaan Pajak
PROGRAM TEKNIK PROSEDUR METODE HASIL
PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN PEMERIKSAAN

Ø Menelusuri Langsung: Laporan hasil


Ø Mencari Menguji kebenaran pemeriksaan:
Ø Mengumpulkan Ø Mengevaluasi angka-angka SPT Ø Tingkat kepatuhan
Ø Mengolah Ø Menganalisis melalui penelusuran administratif
angka-angka Laporan Keuangan, Ø Tingkat kepatuahn
Ø Mentafsir Neraca, Buku Besar/ materil maupun
Ø Menguji keterkaitan Pembantu, Buku yuridis formal
DATA Ø Memanfaatkan Harian, Dokumen Ø Selisih koreksi
berbagai data dan Pendukung.
informasi dari pihak
ketiga (pihak-pihak Tidak Langsung:
terkait) Ø Laporan keuangan
Ø Menguji kebenaran tahuan berjalan dan
fisik tahun sebelumnya
Ø Menjumlahkan Ø Transaksi tunai
kembali angka- Ø Transaksi bank
angka ke bawah Ø Sumber-sumber
dan ke samping serta penggunaan
Ø Mengadakan dana
inspeksi Ø Kekayaan bersih
Ø Melakukan verifikasi Ø Satuan volume
Ø Menguji kebenaran penjualan
serta keabsahan Ø Arus produksi pada
dan keaslian tahun yang
dokumen diperiksa
Ø Mengadakan Ø Laba kotor tahun
konfirmasi dengan yang diperiksa
pihak-pihak terkait Ø Penyusutan aktiva
Ø Melakukan Ø Biaya hidup wajib
wawancara dengan pajak
pihak berwajib Ø DLL yang dianggap
perlu oleh
pemeriksa
Hak Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan


dengan jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak:

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal Pemeriksa Pajak dan
Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara tertulis sehubungan
dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan dan tujuan
Pemeriksaan;
4. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila susunan Tim
Pemeriksa Pajak mengalami perubahan;
5. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
6. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah ditentukan;
7. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas, dalam hal terdapat
perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan; dan
8. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh Pemeriksa Pajak melalui
pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan;
9. Mengajukan pengaduan apabila kerahasiaan usaha dibocorkan kepada pihak lain yang
tidak berhak.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :

1. Meminta Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda


Pengenal Pemeriksa dan Surat Perintah Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan tentang alasan
dan tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila
susunan Pemeriksa Pajak mengalami pergantian;
4. Menerima Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan;
5. Menghadiri Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu yang telah
ditentukan;
6. Mengajukan permohonan untuk dilakukan pembahasan oleh Tim Pembahas,
dalam hal terdapat perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa
Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan; dan
7. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksaan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis
Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak berhak :

1.Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda Pengenal


Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP pada waktu
Pemeriksaan;
2.Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan pemberitahuan secara
tertulis sehubungan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Lapangan;
3.Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memberikan penjelasan tentang
alasan dan tujuan Pemeriksaan;
4.Meminta kepada Pemeriksaan Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas apabila
terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan atau;
5.Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan oleh
Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.

15
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis
Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak berhak :

1. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Tanda


Pengenal Pemeriksa Pajak dan Surat Perintah Pemeriksaan kepada WP
pada waktu Pemeriksaan;
2. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memberikan penjelasan
tentang alasan dan tujuan Pemeriksaan;
3. Meminta kepada Pemeriksa Pajak untuk memperlihatkan Surat Tugas
apabila terdapat perubahan susunan Tim Pemeriksa Pajak dan/ atau;
4. Memberikan pendapat atau penilaian atas pelaksanaan Pemeriksaan
oleh Pemeriksa Pajak melalui pengisian formulir Kuesioner Pemeriksa.

16
Kewajiban Wajib Pajak Apabila Dilakukan Pemeriksaan
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dengan
jenis Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib :
– Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasarnya pembukuan
atau pencatatan, dan dokumen lain yang berhubungan dengan penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha,
pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang pajak;
– Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang dikelola secara elektronik;
– Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan, barang bergerak dan/atau
tidak bergerak yang diduga atau patut diduga digunakan untuk menyimpan buku atau catatan, dokumen
yang menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dokumen lain, uang, dan/atau barang yang dapat memberi
petunjuk tentang penghasilan yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang
pajak serta meminjamkannya kepada Pemeriksaan Pajak;
– Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan, antara lain berupa :
– Menyediakan tenaga dan/atau peralatan atas biaya WP apabila dalam mengakses data yang dikelola secara
elektronik memerlukan peralatan dan/atau keahlian khusus;
– Memberikan kesempatan kepada Pemeriksa Pajak untuk membuka barang bergerak dan/atau tidak
bergerak; dan /atau
– Menyediakan ruangan khusus tempat dilakukannya Pemeriksaan Lapangan dalam hal jumlah buku, cacatan,
dan dokumen sangat banyak sehingga sulit untuk dibawa ke kantor Direktorat Jenderal Pajak;
– Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan; dan
– Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dengan jenis Pemeriksaan Kantor, Wajib Pajak wajib :

1. Memenuhi panggilan untuk datang menghadiri Pemeriksaan sesuai dengan


waktu yang ditentukan;
2. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain termasuk
data yang dikelola secara elektronik, yang berhubungan dengan penghasilan
yang diperoleh, kegiatan usaha, pekerjaan bebas WP, atau objek yang terutang
pajak;
3. Memberi bantuan guna kelancaran Pemeriksaan;
4. Menyampaikan tanggapan secara tertulis atas Surat Pemberitahuan Hasil
Pemeriksaan;
5. Meminjamkan kertas kerja pemeriksaan yang dibuat oleh Akuntan Publik; dan
6. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis
Pemeriksaan Lapangan, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan/atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasarnya pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan;
2. Memberi kesempatan untuk mengakses dan/atau mengunduh data yang
dikelola secara elektronik;
3. Memberi kesempatan untuk memasuki dan memeriksa tempat atau ruangan
peyimpan buku atau catatan, dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan, dokumen lain, dan/atau barang yang berkaitan dengan tujuan
Pemeriksaan serta meminjamkannya kepada Pemeriksa Pajak; dan/atau
4. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.

Dalam pelaksanaan Pemeriksaan untuk tujuan lain dengan jenis Pemeriksaan


Kantor, Wajib Pajak wajib :
1. Memperlihatkan dan atau meminjamkan buku atau catatan, dokumen yang
menjadi dasar pembukuan atau pencatatan, dan dokumen lain yang
berhubungan dengan tujuan Pemeriksaan; dan atau
2. Memberikan keterangan lisan dan/atau tertulis yang diperlukan.
Hal Lain Yang Perlu Diketahui

1. Pemeriksaan Pajak dapat dilakukan Kelompok Pemeriksa.


2. Pemeriksaan dapat dilaksanakan di Kantor (Pemeriksaan Kantor)
atau di tempat Wajib Pajak (Pemeriksaan Lapangan) meliputi tahun-
tahun yang lalu maupun tahun berjalan.
3. Apabila WP tidak memberi kesempatan kepada pemeriksa pajak
untuk memasuki tempat atau ruangan tertentu dan menolak memberi
bantuan guna kelancaran pemeriksaan, maka pemeriksa pajak
berwenang melakukan penyegelan.
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan
Surat Pemberitahuan Hasil Pemeriksaan yang selanjutnya disingkat SPHP
adalah surat yang berisi tentang temuan Pemeriksaan yang meliputi pos-pos
yang dikoreksi, nilai koreksi, dasar koreksi, perhitungan sementara dari
jumlah pokok pajak terutang dan perhitungan sementara dari sanksi
administrasi.

SPHP dan daftar temuan hasil Pemeriksaan akan disampaikan oleh


Pemeriksa Pajak secara langsung atau melalui faksimili kepada Anda.

Dalam hal SPHP disampaikan secara langsung Anda sebagai Wajib Pajak, dan
Anda menolak untuk menerima SPHP, Anda harus menandatangani surat
penolakan menerima SPHP.
Pada prinsipnya SPHP dapat dapat diterima oleh Wajib Pajak, wakil atau
kuasa dari Wajib Pajak.

Anda wajib memberikan tanggapan tertulis atas SPHP dan daftar temuan
hasil Pemeriksaan dalam bentuk:
1. lembar pernyataan persetujuan hasil pemeriksaan dalam hal Anda
menyetujui seluruh hasil Pemeriksaan; atau
2. surat sanggahan, dalam hal Anda tidak menyetujui sebagian atau seluruh
hasil Pemeriksaan Tanggapan tertulis harus Anda sampaikan dalam
jangka waktu paling lama 7 (tujuh) hari kerja sejak tanggal diterimanya
SPHP dan dapat Anda perpanjang 3 (tiga) hari kerja sejak jangka waktu 7
(tujuh) hari berakhir.

Tanggapan tertulis harus Anda sampaikan secara langsung atau melalui


faksimili ke KPP tempat Anda terdaftar.
Pembahasan Akhir (Closing Conference)

Pembahasan akhir hasil pemeriksaan (closing conference) adalah


pembahasan antara Wajib Pajak dan Pemeriksa Pajak atas temuan
Pemeriksaan yang hasilnya dituangkan dalam Berita Acara Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani oleh kedua belah pihak dan
berisi koreksi baik yang disetujui maupun yang tidak disetujui. Secara
logika, pembahasan akhir hasil pemeriksaan akan ada jika WP
memberikan respon atau menjawab atau memberikan tanggapan atas
SPHP.
Dalam Pasal 23 PMK No. 82 Th 2011 dijelaskan:

1. Apabila Wajib Pajak:


menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil Pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan
atas seluruh hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3)
atau ayat (4); dan hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal
yang tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6), Pemeriksa
Pajak membuat risalah pembahasan dengan mendasarkan pada tanggapan yang disampaikan Wajib
Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a dan membuat berita acara Pembahasan Akhir Hasil
Pemeriksaan, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.

2. Apabila Wajib Pajak:

menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil Pemeriksaan yang berisi tentang persetujuan
atas seluruh hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3)
atau ayat (4); dan tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan
tanggal yang tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6),
Pemeriksa Pajak membuat risalah pembahasan dengan mendasarkan pada tanggapan yang
disampaikan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a, dan membuat berita acara yang
menjelaskan ketidakhadiran Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf b, yang ditandatangani
oleh tim Pemeriksa Pajak.
3. Apabila Wajib Pajak:
menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil Pemeriksaan yang berisi tentang
ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) atau ayat (4); dan hadir dalam Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam undangan
tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6), Pemeriksa Pajak melakukan
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dengan Wajib Pajak dengan mendasarkan pada
tanggapan yang disampaikan Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf a dan hasil
pembahasannya dituangkan dalam risalah pembahasan, yang ditandatangani oleh tim
Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak.

4. Apabila Wajib Pajak:


menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil Pemeriksaan yang berisi tentang
ketidaksetujuan atas sebagian atau seluruh hasil Pemeriksaan dalam jangka waktu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) atau ayat (4); dan tidak hadir dalam
Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal yang tercantum dalam
undangan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (6), Pemeriksa Pajak membuat
risalah pembahasan yang mendasarkan pada tanggapan yang disampaikan Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada huruf a dan membuat berita acara yang menjelaskan
ketidakhadiran Wajib Pajak sebagaimana dimaksud pada huruf b, yang ditandatangani oleh
tim Pemeriksa Pajak.
6. Apabila Wajib Pajak:
a. tidak menyampaikan tanggapan secara tertulis atas hasil Pemeriksaan dalam jangka
waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat (3) dan/atau ayat (4); dan
b. tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sesuai dengan hari dan tanggal
yang tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(6),
Pemeriksa Pajak membuat berita acara yang menjelaskan tidak adanya tanggapan secara
tertulis sebagaimana dimaksud pada huruf a dan menjelaskan ketidakhadiran Wajib Pajak
sebagaimana dimaksud pada huruf b, yang ditandatangani oleh tim Pemeriksa Pajak.

7. Dalam hal Wajib Pajak tidak hadir dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dan tim
Pemeriksa Pajak telah membuat dan menandatangani berita acara ketidakhadiran Wajib
Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
ayat (4), atau ayat (6), Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan dianggap telah dilaksanakan.

8. Dalam hal terdapat hasil Pemeriksaan yang belum disepakati antara tim Pemeriksa Pajak
dengan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan, berdasarkan risalah
pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) atau ayat (5), Wajib Pajak dapat
mengajukan permohonan agar hasil Pemeriksaan yang belum disepakati tersebut dibahas
terlebih dahulu dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan.
9. Hasil pembahasan dengan Tim Quality Assurance Pemeriksaan dituangkan
dalam risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan.

10. Berdasarkan risalah pembahasan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), ayat (3),
ayat (4), atau ayat (5) dan/atau risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan
sebagaimana dimaksud pada ayat (9), tim Pemeriksa Pajak membuat berita
acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan yang ditandatangani tim Pemeriksa
Pajak dan Wajib Pajak.

11. Dalam hal Wajib Pajak menolak menandatangani berita acara Pembahasan
Akhir Hasil Pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) atau ayat (10),
tim Pemeriksa Pajak membuat catatan tentang penolakan tersebut dalam berita
acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan.

12. Jangka waktu Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan
pemenuhan kewajiban perpajakan baik dalam Pemeriksaan Kantor maupun
Pemeriksaan Lapangan harus diselesaikan paling lama 3 (tiga) minggu yang
dihitung sejak Wajib Pajak harus hadir sesuai dengan hari dan tanggal yang
tercantum dalam undangan tertulis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 ayat
(6).
Tim Pembahas (Tim Quality Assurance)

Tim Quality Assurance Pemeriksaan adalah tim yang dibentuk oleh Direktur
Jenderal Pajak dalam rangka membahas hasil Pemeriksaan yang belum
disepakati antara Pemeriksa Pajak dan Wajib Pajak dalam Pembahasan Akhir
Hasil Pemeriksaan guna menghasilkan Pemeriksaan yang berkualitas. Menurut
Pasal 11A ayat (2) Peraturan Menteri Keuangan No. 82/PMK.03/2011, Tim QA
Pemeriksaan bertugas:
a. membahas perbedaan pendapat antara Wajib Pajak dengan Pemeriksa Pajak
dalam Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan;
b. memberikan simpulan dan keputusan atas perbedaan pendapat antara Wajib
Pajak dengan Pemeriksa Pajak; dan
c. membuat risalah Tim Quality Assurance Pemeriksaan yang berisi simpulan
dan keputusan hasil pembahasan sebagaimana dimaksud pada huruf b, yang
ditandatangani oleh Tim Quality Assurance Pemeriksaan dan Tim Pemeriksa,
dan/atau dengan Wajib Pajak.
Ada syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh Wajib Pajak agar
Tim QA Pemeriksaan yang berada di Kanwil DJP bisa
"menggelar sidang". Syarat-syarat pengajuan ke Tim QA
Pemeriksaan :
– Pembahasan dengan pemeriksa pajak paling lama 3 hari
kerja.
– Risalah Pembahasan ditandatangan oleh Wajib Pajak dan
di risalah tersebut disebutkan akan mengajukan
permohonan ke Tim QA Pemeriksaan.
– Berita Acara Pembahasan Akhir Hasil Pemeriksaan belum
ditandatangan oleh Wajib Pajak.
– Wajib Pajak mengajukan permohonan sehari setelah
tandatangan Risalah Pembahasan.
ALL TAXES

Apa itu pemeriksaan All Taxes

Pemeriksaan Seluruh Jenis Pajak (all taxes), yaitu pemeriksaan yang


cakupan jenis pajak yang diperiksa meliputi seluruh jenis pajak untuk
Bagian Tahun Pajak atau Tahun Pajak, baik tahun-tahun lalu maupun
tahun berjalan
Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)Direktorat Jenderal Pajak (DJP)

Standar Pelaksanaan Pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban


perpajakan sebagaimana diatur dalam Pasal 8 huruf i PMK Nomor 17/KMK.03/2013
tanggal 7 Januari 2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan menyebutkan bahwa
pelaksanaan pemeriksaan yang dilakukan oleh fiskus/DJP didokumentasikan dalam
bentuk KKP.

Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP) adalah catatan secara rinci dan jelas yang dibuat oleh
Pemeriksa Pajak mengenai prosedur pemeriksaan yang ditempuh, data, keterangan,
dan/atau bukti yang dikumpulkan, pengujian yang dilakukan dan simpulan yang diambil
sehubungan dengan pelaksanaan pemeriksaan.
Jenis Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
KKP dibedakan antara KKP Umum dan KKP Khusus. KKP Umum adalah KKP selain KKP
Khusus, yang formatnya diatur dalam SE-08/PJ/2012. KKP Khusus adalah KKP yang tata
cara penyusunannya diatur tersendiri dalam peraturan lainnya selain SE-08/PJ/2012.

KKP Umum isinya terdiri dari KKP Induk, KKP Induk Per Jenis Pajak, dan KKP
Pendukung. Yang dimaksud KKP Induk adalah KKP yang merupakan rangkuman dari KKP
Induk Per Jenis Pajak. KKP Induk Per Jenis Pajak adalah KKP yang memuat objek pajak,
pajak terutang, kredit pajak, pajak yang kurang (lebih) dibayar, sanksi administrasi, pajak
yang masih harus (lebih) dibayar dan/atau Surat Tagihan Pajak. Sedangkan KKP
Pendukung adalah KKP yang memuat uraian lebih detail atau rincian dari suatu KKP.
Isi Kertas Kerja Pemeriksaan (KKP)
KKP harus memberikan gambaran mengenai:

▪Prosedur pemeriksaan yang dilaksanakan;


▪Data, keterangan, dan/atau bukti yang diperoleh;
▪Pengujian yang telah dilakukan; dan
▪simpulan dan hal-hal lain yang dianggap perlu yang berkaitan dengan
pemeriksaan.
DAFTAR SASARAN PRIORITAS
PENGGALIAN POTENSI (DSP3)
DAFTAR SASARAN PRIORITAS PENGGALIAN POTENSI
(DSP3)

DSP3 adalah daftar WP yang menjadi sasaran prioritas


penggalian potensi sepanjang tahun berjalan baik melalui
pengawasan maupun pemeriksaan.
Direktorat Jenderal Pajak (Ditjen Pajak) Kementerian Keuangan telah menerbitkan surat
edaran nomor SE-15/PJ/2018 tentang Kebijakan Pemeriksaan.

Dalam surat edaran, Ditjen Pajak akan membuat prioritas panggilan potensi maupun
pemeriksaan bagi wajib pajak (WP), baik orang pribadi (OP) maupun badan usaha.

Penerbitan SE ini juga sebagai pedoman serta memberikan keseragaman langkah dalam
melaksanakan kegiatan pemeriksaan oleh unit pemeriksaan (UP2). Tujuannya pun
meningkatkan tertib administrasi pemeriksaan. Memberikan Keseragaman dalam pelaksanaan
kegiatan pemeriksaan.

Selanjutnya, meningkatkan kualitas pemilihan WP yang akan diperiksa. Kemudian


meningkatkan kualitas pemeriksaan pajak, hingga meningkatkan penerimaan pajak dari
kegiatan pemeriksaan.

Pemeriksaan juga berdasarkan daftar sasaran prioritas panggilan potensi (DSP3) yang berada
di masing-masing KPP dan akan dimanfaatkan dalam rangka meningkatkan kualitas
penggalian potensi. Adapun, peta kepatuhan dan DSP3 disusun agar setiap KPP dapat
menentukan secara spesifik daftar Wajib Pajak yang akan dilakukan penggalian potensi.
Penyusunan peta kepatuhan dan DSP3 dilakukan berdasarkan analisis terhadap seluruh data
dan informasi yang dimiliki oleh KPP dengan mengkombinasikan baik data yang berasal dari
sistem informasi yang dimiliki DJP maupun data berdasarkan fakta lapangan.

Dalam SE ini juga sudah ditentukan variabel dalam menentukan WP yang masuk dalam
DSP3. Pertama, dilihat dari indikasi ketidakpatuhan tinggi (adanya tax gap).

Indikasi modus ketidakpatuhan WP, indentifikasi nilai potensi pajak, identifikasi kemampuan
WP untuk membayar ketetapan pajak, dan pertimbangan Direktur Jenderal Pajak.

Dengan ini, penggalian potensi pada setiap KPP hanya dapat dilakukan terhadap WP yang
telah terdapat dalam DSP3, kecuali KPP memperoleh keterangan lain berupa data konkret
yang dapat ditindaklanjuti.

Adapun, telah ditentukan beberapa variabel yang digunakan dalam penentuan WP yang akan
masuk dalam DSP3. Pertama, indikasi ketidakpatuhan tinggi yang ditandai dengan adanya
kesenjangan gap antara profil WP berdasarkan SPT dengan profil ekonomi yang sebenarnya.

Profil ekonomi yang sebenarnya diketahui dari berbagai sumber baik dari data internal,
eksternal, maupun pengamatan di lapangan.
Kedua, indikasi modus ketidakpatuhan yang terdiri dari beberapa aspek. Misalnya, WP tidak
melaporkan omzet yang sebenarnya, WP membebankan biaya yang tidak seharusnya dengan
atau tidak berdasarkan transaksi yang sebenarnya, WP yang mengakali Pajak Pertambahan
Nilai (PPN) dengan penggunaan data Faktur Pajak dengan pembeli tidak ber-NPWP atau
melaporkan penjualan lokal sebagai ekspor, WP yang melakukan perencanaan pajak agresif,
dan Penyalahgunaan Persetujuan Penghindaran Pajak Berganda (treaty abuse).

Ketiga, variabel identifikasi nilai potensi pajaknya. WP yang menjadi prioritas adalah yang
memiliki potensi pajak besar. Nilai potensi tersebut dihitung dalam rupiah sesuai dengan
indikator ketidakpatuhan WP dengan cara mengalikan tarif pajak dengan potensi tax gap.

Keempat, identifikasi kemampuan WP untuk membayar (collectability). Dalam hal ini, Kepala
KPP harus melakukan identifikasi kemampuan WP untuk membayar dengan melihat
keberlangsungan usaha dan harta yang dimiliki WP.
Direktorat Jenderal (Ditjen) Pajak Republik Indonesia memasukkan data-data Wajib Pajak (WP)
yang selama tiga tahun belum pernah diperiksa dengan ruang lingkup seluruh jenis pajak (all taxes)
sebagai salah satu indikator ketidakpatuhan. Artinya, WP yang belum pernah diperiksa ini bisa
masuk dalam daftar sasaran prioritas penggalian potensi (DSP3) yang saat ini tengah disusun oleh
Ditjen Pajak. Direktur Penyuluhan, Pelayanan, dan Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga Saksama
mengatakan, WP yang tidak pernah diperiksa ini menjadi salah satu indikator ketidakpatuhan
karena pelaporan pajaknya masih belum pernah dilakukan pengujian sama sekali. “Karena
pelaporan pajaknya masih semata-mata self assessment yang belum pernah kami lakukan
pengujian sehingga terdapat risiko ketidakpatuhan,” kata Humas Ditjen Pajak Hestu Yoga
Saksama.

Meski begitu, mengingat ini hanya merupakan satu dari sekian banyak indikator ketidakpatuhan,
tidak otomatis WP yang tidak pernah diperiksa akan langsung ditetapkan tidak patuh. Sebab, masih
banyak indikator lainnya yang dilihat oleh Ditjen Pajak. “Jadi, walaupun masuk dalam DSP3,
apabila indikator lainnya negatif, misalnya Corporate Tax to Turn Over Ratio (CTTOR) atau lainnya
bagus, dia bisa saja tidak masuk ke DSP3 dan tidak dilakukan pemeriksaan,” jelasnya. Dalam Surat
Edaran Direktur Jenderal (Dirjen) Pajak Nomor SE-15/PJ/2018 tentang Kebijakan Pemeriksaan,
indikasi ketidakpatuhan WP dibedakan antara WP yang dilakukan pemeriksaan oleh 35 UP2
Penentu Penerimaan dengan WP yang terdaftar pada KPP Pratama.
Indikator ketidakpatuhan WP pada KPP Pratama juga dibedakan lagi, yakni
indikator ketidakpatuhan WP Orang Pribadi dan WP Badan.

Ada Tiga Indikator Ketidakpatuhan Bagi WP OP(Orang Pribadi), Antara Sebagai


Berikut :
1.Pertama, ketidakpatuhan pembayaran dan penyampaian SPT oleh WP OP(Orang
Pribadi),
2.Kedua, WP OP(Orang Pribadi), belum pernah dilakukan pemeriksaan secara all taxes
selama tiga tahun terakhir.
3.Ketiga, ketidaksesuaian antara profil SPT dengan beberapa aspek, misalnya skala
usaha WP, harta WP yang mencakup investasi, kepemilikan saham, dan lain-lain, gaya
hidup WP, profil pinjaman WP, dan apabila terdapat hasil analisis Informasi, Data, Laporan
dan Pengaduan (IDLP) dan/atau Center for Tax Analysis (CTA) untuk WP itu.
WP Badan Lebih Banyak Dari WP Orang Pribadi, Terdapat Sembilan Indikator Ketidakpatuhan
WP Badan.

•Pertama, ketidakpatuhan pembayaran dan penyampaian SPT.


•Kedua, WP belum pernah dilakukan pemeriksaan dengan ruang lingkup seluruh jenis pajak (all
taxes) selama tiga tahun terakhir.
•Ketiga, analisis CTTOR, Gross Profit Margin (GPM), Nett Profit Margin (NPM) dibandingkan dengan
hasil benchmarking industri sejenis di Kanwil terkait. Risiko ketidakpatuhan dianggap tinggi apabila
selisih antara analisis tersebut dengan rata-rata industri lebih besar dari 20 persen.
•Keempat, ketidaksesuaian antara profil SPT dengan profil ekonomi WP (usaha dan kekayaan)
sesungguhnya berdasarkan fakta lapangan.
•Kelima, memiliki transaksi dengan pihak yang memiliki hubungan istimewa yang berkedudukan di
negara dengan tarif pajak yang lebih rendah dari Indonesia.
•Keenam, memiliki transaksi afiliasi dalam negeri (intragroup transaction) dengan nilai transaksi lebih
dari 50 persen dari total nilai transaksi.
•Ketujuh, memiliki transaksi afiliasi dalam negeri dengan anggota grup usaha yang memiliki
kompensasi kerugian.
•Kedelapan, WP yang menerbitkan Faktur Pajak kepada pembeli dengan NPWP 000 lebih dari 25
persen dari total Faktur Pajak yang diterbitkan dalam satu Masa Pajak.
•Kesembilan, terdapat hasil analisis IDLP dan/atau CTA untuk WP itu.
DAFTAR SASARAN PERIORITAS
PEMERIKSAAN (DSPP)
DAFTAR SASARAN PERIORITAS PEMERIKSAAN (DSPP)

Daftar Sasaran Prioritas Pemeriksaan, yang selanjutnya


disingkat DSPP, adalah daftar Wajib Pajak yang akan
dilakukan pemeriksaan sepanjang tahun berjalan.
Melalui implementasi compliance risk management (CRM), Ditjen Pajak (DJP) akan
menggunakan Daftar Sasaran Prioritas Pemeriksaan (DSPP) untuk mengecek
kepatuhan wajib pajak.

DSPP merupakan daftar wajib pajak (WP) yang akan dilakukan pemeriksaan sepanjang
tahun berjalan. Ketentuan terkait DSPP ditegaskan dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No.
SE-24/PJ/2019. Adapun DSPP disusun berdasarkan pada Daftar Sasaran Prioritas
Penggalian Potensi (DSP3).

Peta Kepatuhan dan DSP3 disusun untuk menentukan secara spesifik daftar WP yang
akan dilakukan penggalian potensi. Peta Kepatuhan CRM Fungsi Pemeriksaan dan
Pengawasan yang disajikan ke dalam sistem informasi DJP.

Terhadap WP yang ditetapkan ke dalam DSPP, KPP menindaklanjutinya sesuai dengan


ketentuan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan tentang
pemeriksaan WP. Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan Kantor Wilayah
DJP merekapitulasi DSPP hasil pembahasan Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat
Kanwil DJP.
Melalui implementasi compliance risk management (CRM), Ditjen Pajak (DJP) akan
menggunakan Daftar Sasaran Prioritas Pemeriksaan (DSPP) untuk mengecek
kepatuhan wajib pajak.

DSPP merupakan daftar wajib pajak (WP) yang akan dilakukan pemeriksaan sepanjang
tahun berjalan. Ketentuan terkait DSPP ditegaskan dalam Surat Edaran Dirjen Pajak No.
SE-24/PJ/2019. Adapun DSPP disusun berdasarkan pada Daftar Sasaran Prioritas
Penggalian Potensi (DSP3).

Peta Kepatuhan dan DSP3 disusun untuk menentukan secara spesifik daftar WP yang
akan dilakukan penggalian potensi. Peta Kepatuhan CRM Fungsi Pemeriksaan dan
Pengawasan yang disajikan ke dalam sistem informasi DJP.

Terhadap WP yang ditetapkan ke dalam DSPP, KPP menindaklanjutinya sesuai dengan


ketentuan dalam peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan tentang
pemeriksaan WP. Bidang Data dan Pengawasan Potensi Perpajakan Kantor Wilayah
DJP merekapitulasi DSPP hasil pembahasan Komite Perencanaan Pemeriksaan Tingkat
Kanwil DJP.
DAFTAR PERIORITAS PENGAWASAN
(DPP)
DAFTAR PERIORITAS PENGAWASAN (DPP)

Daftar Prioritas Pengawasan, yang selanjutnya


disingkat DPP, adalah daftar Wajib Pajak yang menjadi
sasaran prioritas pengawasan sepanjang tahun berjalan

Wajib Pajak Strategis merupakan Wajib Pajak yang termasuk dalam


DSP3 yang selanjutnya ditentukan prioritasnya untuk dilakukan
penelitian secara komprehensif untuk menjadi DPP.

DPP sebagaimana dimaksud pada huruf f ditentukan oleh Kepala KPP


melalui Komite Kepatuhan Wajib Pajak sebagaimana diatur dalam SE-
24/2019 berdasarkan risiko ketidakpatuhan Wajib Pajak Strategis, yang
antara lain menggunakan Compliance Risk Management (CRM), data
internal, dan data eksternal.
Dalam rangka menjamin efektifitas pelaksanaan kegiatan pengawasan dan
pemeriksaan Wajib Pajak, Kepala KPP bertanggung jawab antara lain:
1.mengoordinasikan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pengawasan dan
pemeriksaan Wajib Pajak serta tindak lanjutnya;

2.menugaskan Kepala Seksi Pengolahan Data dan Informasi untuk melakukan


pembangunan (antara lain melakukan pencarian dan pengumpulan),
pengolahan, dan penyajian data serta dukungan teknis lainnya; dan

3.menetapkan Account Representative pada Seksi Pengawasan dan


Konsultasi II/III/IV dan/atau Seksi Ekstensifikasi dan Penyuluhan.

4.Berdasarkan DPP sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf f Kepala KPP


menerbitkan Nota Dinas Penugasan Pengawasan Wajib Pajak Strategis
kepada Supervisor untuk melakukan kegiatan penelitian, permintaan
penjelasan atas data dan/atau keterangan, dan/atau konseling terhadap Wajib
Pajak Strategis, kecuali terhadap:(1)Wajib Pajak Kerja Sama Operasi (Joint
Operation); dan(2)Wajib Pajak cabang tanpa pusat.
Dalam hal pada saat terbitnya Surat Edaran Direktur Jenderal ini,
diketahui Wajib Pajak Strategis telah masuk dalam DSPP, maka:

1.terhadap Wajik Pajak yang belum diterbitkan NP2 untuk suatu Tahun Pajak,
atas Tahun Pajak tersebut tidak diterbitkan NP2 tetapi dilakukan penelitian
sebagaimana dimaksud pada huruf e) dan Wajib Pajak dimasukkan dalam
DPP sesuai dengan SE-24/2019; atau

2.terhadap Wajib Pajak yang telah diterbitkan NP2 untuk suatu Tahun Pajak,
proses pemeriksaan tetap dilanjutkan tanpa penelitian sebagaimana dimaksud
pada huruf e)
Penelitian Untuk Tahun Pajak Sebelum Tahun Pajak Berjalan

1.Berdasarkan DPP sebagaimana dimaksud pada angka 2 huruf f, Kepala KPP


Pratama menerbitkan Nota Dinas Penugasan kepada Supervisor untuk melakukan
kegiatan penelitian, permintaan penjelasan atas data dan/atau keterangan, dan/atau
konseling kepada Wajib Pajak Strategis, kecuali terhadap:
–Wajib Pajak Instansi Pemerintah;(
–Wajib Pajak Kerja Sama Operasi (Joint Operation);
–Wajib Pajak PPJK; dan
–Wajib Pajak cabang tanpa pusat.
LANGKAH – LANGKAH MITIGASI YANG
BISA DISIAPKAN WAJIB PAJAK
TAX REVIEW

Apa itu Tax Review ?

Tax Review atau Penelaahan Pajak adalah suatu tindakan penelaahan


terhadap seluruh transaksi perusahaan untuk menghitung jumlah pajak
yang terutang dan memprediksi potensi pajak yang mungkin timbul
berdasarkan peraturan dan perundang-undangan pajak yang berlaku
(Villios, 2011)
REVIEW UMUM

Apa itu Audit / Review ?

Audit / Review adalah kegiatan mengumpulkan dan mengevaluasi dari


bukti-bukti mengenai informasi untuk menentukan dan melaporkan tingkat
kesesuaian antara informasi dengan kriteria yang telah ditetapkan
Apa Tujuan Tax Review & Audit Laporan Keuangan

Tujuan Umum Tax Review :

Untuk mengevaluasi apakah SPT yang disampaikan telah jelas, benar


dan lengkap

Tujuan Audit Laporan Keuangan :

Untuk menilai kewajiban penyajian laporan keuangan apakah telah sesuai


dengan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berlaku di Indonesia
APA TUJUAN KHUSUS TAX REVIEW
• Keabsahan Transaksi
Apakah transaksi yang ada dalam pos yang diperiksa memang absah
• Penilaian
Apakah aset, utang, modal, pendapatan, dan beban telah dinilai sesuai ketentuan
• Akurasi Perhitungan
Apakah Saldo dalam laporan keuangan, buku besar, dan jurnal perhitungannya sudah benar
• Kelengkapan
Apakah transaksi yang terjadi telah dicatat seluruhnya
• Klasifikasi
Apakah setiap pos yang diperiksa telah benar klasifikasinya
• Pengelompokan
Apakah saldo yang telah disajikan sesuai dengan ketentuan
• Kepemilikan
Apakah aset dan utang benar-benar milik Wajib Pajak
• Pisah Batas / Cut Off
Apakah setiap transaksi telah dicatat dan dilaporkan pada periode yang tepat
• Ketaatan
Apakah peraturan perpajakan telah dipatuhi
KKP (Kertas Kerja Pemeriksaan)

Apa itu KKP

Kertas Kerja Pemeriksaan terdiri dari semua dokumen yang dibuat sendiri
dan juga yang diperoleh dari hasil kerja reviewer sebagai dasar informasi
yang dipakai untuk membuat suatu kesimpulan dan opini
Tujuan KKP (Kertas Kerja Pemeriksaan)
• Bahan bukti dalam menerbitkan pendapat dan saran perbaikan (review report).
• Membantu dalam merencanakan, menjalankan, dan mereview proses review.
• Memungkinkan atasan untuk langsung menilai bahwa pekerjaan yang didelegasikan
telah dilaksanakan dengan baik.
• Membantu reviewer untuk menilai hasil kerja yang telah dilakukan sesuai dengan
rencana, dan mencangkup semua aspek finansial serta operasional yang dapat
dijadikan pedoman untuk memebrikan pendapat dan saran perbaikan.
• Sebagai dasar bahwa prosedur review telah diikuti, pengujian telah dilakukan, sebab-
sebab masalah diketahui, dan akibat dari masalah diungkapkan untuk mendukung
pendapat (opini) dan saran (perbaikan yang diberikan).
• Memungkinkan staf reviewer lain untuk dapat menyesuaikan dengan tugas yang
diberikan dari periode ke periode sesuai dengan rencana penggatian staf review.
• Sebagai alat bantu untuk mengembangkan profesionalisme bagi Internal review
Division.
• Menunjukkan kepada pihak lain bahwa suatu pekerjaan review telah dilaksanakan
sesuai dengan standar keahlian yang dimiliki oleh staf review hingga laporan evaluasi
akhir yang sesuai dengan “review process”.
Langkah Langkah Tax Review
Langkah-langkah
• Pahami Gambaran Umum Perusahaan
▪ Pendirian
▪ Kegiatan Usaha
▪ Permodalan
▪ Struktur Organisasi
▪ Lokasi Pusat dan Cabang
• Aspek Perpajakan Terkait
▪ Nama
▪ NPWP
▪ Alamat
▪ KPP Terdaftar
▪ Tgl Terdaftar
▪ Analisis Laporan Keuangan
▪ Review Siklus Akuntansi
▪ Siklus Review
▪ Akibat / Dampak Pemeriksaan
▪ Pemeriksaan Aspek Formal Perpajakan
• Pastikan apakah PPh 21, 23, 25 & PPN dalam satu tahun sudah lengkap diperiksa
• Gambaran SPT dan Laporan Keuangan
▪ Pemeriksaan Aspek Material
▪ PPh Badan
▪ PPN
▪ PPh Pasal 21
▪ PPh Pasal 22
▪ PPh Pasal 23
▪ PPh Pasal 4 Ayat 2
▪Buat Kesimpulan
SIKLUS AKUNTANSI
SIKLUS PEMERIKSAAN
Apa Manfaat Tax Review
A. Wajib Pajak memiliki kesempatan untuk melakukan perbaikan sehingga terhindar dari
konsekuensi sanksi perpajakan;

B. Wajib Pajak dapat mengidentifikasi lebih awal hal-hal yang diperlukan untuk
kepentingan pemeriksaan;

C. Wajib Pajak dapat membuat berbagai rekonsiliasi antara informasi komersial dan
informasi fiskal;

D. Wajib Pajak dapat memperkirakan arah pemeriksaan yang nanti akan dilakukan
bahkan dapat membuat berbagai skenario sehubungan dengan perkembangan
pemeriksaan;

E. Wajib Pajak dapat mempersiapkan diri lebih awal tidak hanya dalam menghadapi
pemeriksaan pajak tapi juga dalam proses keberatan atau banding;
Point Penting Kredit Pajak

1. Tanggal penerbitan bukti potong

2. Formalitas bukti potong

3. Penyetoran & pelaporan oleh pemotong

4. STP PPh Pasal 25 Masa yang belum disetor


Review PPH Pasal 21
Objek pemotongan PPH Pasal 21 dirinci oleh ketentuan Menteri Keuangan (Peraturan
Menkeu No.252/PMK.011/2012) sebagai berikut :

1.Penghasilan yang diterima atau diperoleh Pegawai tetap, baik berupa penghasilan
yang bersifat teratur maupun tidak teratur
2.Penghasilan yang diterima atau diperoleh penerima pensiun secara teratur berupa
uang pensiun atau penghasilan sejenisnya
3.Penghasilan sehubungan dengan pemutusan hubungan kerja dan penghasilan
sehubungan dengan pensiun yang diterima secara sekaligus berupa :
a) Uang pesangon
b) Uang manfaat pensiun
c) Tunjangan hari tua atau jaminan hari tua, dan
d) Pembayaran lain sejenis
4.Penghasilan pegawai tidak tetap atau tenaga kerja lepas, berupa upah harian, upah
mingguan, upah satuan, upah borongan atau upah yang dibayarkan secara bulanan
Review PPH Pasal 21
5. Imbalan kepada bukan pegawai, antara lain berupa honorarium, komisi, fee, dan
imbalan sehubungan dengan pekerjaan, jasa, dan kegiatan yang dilakukan
6. Imbalan kepada peserta kegiatan antara lain berupa uang saku, uang representasi,
uang rapat, honorarium, hadiah atau penghargaan dengan nama dan dalam bentuk
apapun, dan imbalan sejenis dengan nama apupun, penerimaan dalam bentuk
natura dan/atau kenikmatan lainnya dengan nama dan dalam bentuk apapun yang
diberikan oleh :

a) Bukan wajib pajak


b) Wajib pajak yang dikenakan PPh yang bersifat final
c) Wajib pajak yang dikenakan PPh berdasarkan norma perhitungan khusus
(deemed profit)

Penghasilan berupa penerimaan dalam bentuk natura dan/atau kenikmatan lainnya


diatas berdasarkan pada harga pasar atas barang yang diberikan atau nilai wajar
atas pemberian kenikmatan yang diberikan.
Review PPH Pasal 21
Pastikan pengisian SPT Masa PPh 21 sudah benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• NPWP
• Nama
• Alamat
• No. Telepon
• Email
• Jumlah yang disetor
• NPWP Pemotong
• Tanggal
• Tanda Tangan
Review PPH Pasal 21
Pastikan pengisian Bukti Pemungutan PPh Pasal 21 (Tidak Final) sudah benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• NPWP
• Nama
• Alamat
• Wajib Pajak Luar Negeri
• Kode Negara Domisili
• NPWP Pemotong Pajak
• Nama Pemotong Pajak
• Tanggal
• Tanda Tangan
Review PPH Pasal 21
Pastikan pengisian Bukti Pemungutan PPh Pasal 21 (Final) sudah
benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• NPWP
• Nama
• Alamat
• NPWP Pemotong Pajak
• Nama Pemotong Pajak
• Tanggal
• Tanda Tangan
Review PPH Pasal 22
Pastikan pengisian SPT PPh Pasal 22 Induk sudah benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• NPWP
• Nama
• Alamat
• Nama Pemungut Pajak
• NPWP Pemungut Pajak
• Tanggal
• Tanda Tangan
Review PPH Pasal 22
Pastikan pengisian Bukti Pemungutan PPh Pasal 22 sudah benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• NPWP
• Nama
• Alamat
• Nama Pemungut Pajak
• NPWP Pemungut Pajak
• Tanggal
• Tanda Tangan
Review PPH Pasal 23
Pastikan pengisian SPT Masa PPh Pasal 23 / 26 sudah benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• NPWP
• Nama
• Alamat
• Nama Pemotong Pajak
• NPWP Pemotong Pajak
• Tanggal
• Tanda Tangan
Review PPH Pasal 23
Pastikan pengisian Bukti Pemotongan PPh Pasal 23 / 26 sudah benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• NPWP
• Nama
• Alamat
• Nama Pemotong Pajak
• NPWP Pemotong Pajak
• Tanggal
• Tanda Tangan
Pemeriksaan PPH Pasal 4 Ayat 2
Pastikan pengisian SPT PPh Pasal 4 ayat 2 sudah benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
• NPWP
• Nama
• Alamat
• Nama Pemotong Pajak
• NPWP Pemotong Pajak
• Tanggal
• Tanda Tangan
Review PPH Pasal 4 Ayat 2
Pastikan pengisian Daftar Bukti Pemotongan PPh Final Pasal 4 Ayat
(2) atas Bunga Deposito/Tabungan, Diskonto SBI, Jasa Giro sudah
benar.
Hal-hal yang harus diperhatikan:
•Masa Pajak
•Nama Pemotong Pajak
•NPWP Pemotong Pajak
•Tanggal
•Tanda Tangan
EKUALISASI
EKUALISASI
I. EKUALISASI PPH BADAN VS PPN

• Pembandingan antara jumlah penyerahan (omzet) PPN dalam SPT Masa PPN
terhadap penjualan yang dilaporkan dalam SPT PPh Badan perlu dilakukan untuk
melihat kesesuaian antara kedua sumber data tersebut sekaligus untuk
mengidentifikasi penyebab selisih yang terjadi.

• Tujuan utama ekualisasi adalah untuk meyakinkan:


✓ bahwa angka penjualan dalam SPT PPh Badan baik yang terutang maupun tidak
terutang PPN telah dilaporkan dalam SPT Masa PPN dalam tahun terkait sesuai
ketentuan perpajakan yang berlaku.
✓ bahwa angka penyerahan yang terutang maupun yang tidak terutang PPN dalam SPT
Masa PPN telah dilaporkan dalam SPT PPh Badan tahun terkait sesuai ketentuan
perpajakan yang berlaku
EKUALISASI PENYERAHAN (SPT MASA PPN) DAN PENJUALAN (SPT
TAHUNAN PPH BADAN)

Dalam praktek, tidak ada standar atau metode yang baku dalam melakukan
rekonsiliasi namun secara umum dapat dilakukan dengan 2 (dua) cara:

a.Menyesuaikan angka penjualan dalam SPT PPh Badan ke angka penyerahan yang
seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa PPN.

b. Menyesuaikan angka penyerahan dalam SPT Masa PPN ke angka penjualan yang
seharusnya dilaporkan dalam SPT PPh Badan.
FAKTOR-FAKTOR YANG PERLU DIPERHITUNGKAN DALAM EKUALISASI PAJAK
KELUARAN
DENGAN
SPT PPH BADAN

Transaksi penjualan pada akhir tahun


- Penjualan akhir tahun yang FP-nya diterbitkan tahun berikutnya
- Penerimaan uang muka penjualan:
• FP diterbitkan pada saat penerimaan uang muka,
• dicatat sebagai penjualan pada tahun berikutnya

- Selisih kurs antara Pembukuan dengan Faktur Pajak

- Human error (salah posting, kurang posting, dsb)


Ad.1a Menyesuaikan angka penjualan dalam SPT PPh Badan terhadap angka
penyerahan yang seharusnya dilaporkan dalam SPT Masa PPN

Penjualan Menurut SPT PPh Badan 1.000


Ditambah:
- Penerimaan uang muka bulan Des 2014 yang
penjualannya baru diakui Januari 2015 40
- Penjualan bulan Desember 2013 yang PPNnya
dilaporkan Januari 2014 60
- Selisih Kurs pembukuan dan KMK 20
120
Dikurang:
- Penerimaan uang muka bulan Des 2013
yang penjualannya diakui tahun 2014 30
- Penjualan bulan Des 2014 yang PPNnya
dilaporkan Jan 2015 50
(80)

40
Penyerahan seharusnya menurut SPT Masa PPN (Jan – Des) 2014 1.040
Penyerahan menurut SPT Masa PPN (Jan - Des 2014) 1.040
Selisih 0
Ad.1.b. Menyesuaikan angka penyerahan dalam SPT Masa PPN terhadap angka
penjualan yang seharusnya dilaporkan dalam SPT PPh Badan

Penyerahan menurut SPT Masa PPN (Jan-Des 2014) 1.040


Ditambah:
- Penerimaan uang muka bulan Des 2013
yang penjualannya diakui tahun 2014 30
- Penjualan bulan Des 2014yang PPNnya
dilaporkan Jan 2015 50
80
Dikurang:
- Penerimaan uang muka bulan Des 2014 yang
penjualannya baru diakui Januari 2015 40
- Penjualan bulan Desember 2013 yang PPNnya
dilaporkan Januari 2014 60
- Selisih Kurs pembukuan dan KMK 20
(120)
(40)
Penyerahan seharusnya menurut SPT PPh Badan 1.000
Penjualan menurut SPT PPh Badan 1.000
Selisih 0
II. Equalisasi SPT Masa PPh Pasal 21/26, PPh Pasal 23/26 dan
SPT Tahunan PPh Badan

a. Equalisasi SPT PPh pasal 21/26 vs SPT PPh Badan

Merupakan pembandingan DPP PPh Pasal 21/26 dalam SPT Masa PPh
21 dengan Pos-pos Biaya yang menjadi objek PPh pasal 21/26 dalam
SPT PPh Badan (laba rugi fiskal)

b. Equalisasi SPT Masa PPh pasal 23/26 vs SPT Tahunan PPh Badan

Merupakan pembandingan DPP PPh Pasal 23/26 dalam SPT Masa PPh
23/26 dengan Pos-pos Biaya yang menjadi objek PPh pasal 23 dalam
SPT PPh Badan (laba rugi fiskal)
Rekonsiliasi Fiskal Biaya Luar Usaha

Deskripsi Koreksi Fiskal Keterangan


Biaya deposito/tabungan & Positif Terkait penghasilan objek
diskonto PPh Final
Rugi selisih kurs Positif Terkait penghasilan objek
PPh Final & bukan objek

Rugi pengalihan harta Negatif / Positif Menghitung laba per fiskal dan
dibandingkan dengan
komersial

Kerugian selisih kurs mata uang asing diakui sebagai biaya berdasarkan sistem pembukuan
yang dianut dan dilakukan secara taat asas sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan,
kecuali berkaitan langsung dengan usaha yang dikenakan PPh final/tidak termasuk objek pajak
(cfm. Pasal 9 PP 94/2010)
Ekualisasi Biaya Jasa, Sewa & Bunga vs PPh Pasal 23/26 & 4 Ayat
(2)/15

Penyebab Selisih:

• Biaya jasa, sewa, bunga & royalti; dividen bukan objek PPh Pasal
23/26 & 4 Ayat (2):
Pembelian material, pembayaran gaji pegawai outsourcing,
ketentuan Tax Treaty
• Keterlambatan pemotongan (perbedaan tahun pemotongan)
• Selisih kurs pencatatan pada pembukuan & pemotongan PPh Pasal
23/26 & 4 Ayat (2)
Kertas Kerja Ekualisasi
Biaya imbalan jasa, sewa, bunga,& royalti ; dividen cfm. SPT Tahunan xxxxxxxx
PPh Badan
Penghasilan bruto cfm. SPT Masa PPh Pasal 23/26; 4 Ayat (2); 15
Januari xxxxxxxx
…… xxxxxxxx
Desember xxxxxxxx
Total penghasilan bruto xxxxxxxx
Selisih xxxxxxxx
Pembelian material xxxxxxxx
Pembayaran gaji pegawai outsourcing xxxxxxxx
Bukan objek cfm. Tax Treaty xxxxxxxx
Selisih kurs xxxxxxxx
Total xxxxxxxx
Ekualisasi PPh Pasal 26 & PPN JLN
Penyebab selisih

• Objek PPN tetapi bukan objek PPh Pasal 26 cfm. Tax Treaty:
penyerahan jasa tidak melalui BUT

• Objek PPh Pasal 26 tetapi bukan objek PPN:


bunga dan dividen

• Selisih kurs pemotongan PPh dan penyetoran PPN


Kertas Kerja Ekualisasi
DPP PPN JLN cfm. SPT Masa PPN xxxxxxxx

Penghasilan bruto cfm. SPT Masa PPh Pasal 26

Januari xxxxxxxx

…… xxxxxxxx

Desember xxxxxxxx

Total penghasilan bruto xxxxxxxx

Selisih xxxxxxxx

Penyerahan jasa tidak melalui BUT xxxxxxxx

Bukan objek PPN JLN (bunga, dividen) xxxxxxxx

Selisih kurs xxxxxxxx

Total xxxxxxxx
CURICULUM VITAE
• IDENTITAS

Nama : Sempurna Bahri


Alamat Kantor : Menara Hijau Lantai 9 No.903A
Jl. MT. Haryono Kav.33, Cikoko, Pancoran
Jakarta Selatan 12770
Telephone : 021 – 7986108
Handphone : 08129086283/0811 9207780

• PENDIDIKAN

- Sarjana Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Andalas Padang


- Brevet A,B dan C Pajak Widya Bhakti
PENGALAMAN PROFESI
1990 – 1994 Koperasi Jasa Audit (KJA) Sumatra Barat Senior Auditor

1995 – 1997 PT. Pratama Abadi Industri (Nike Footwear) Chief Accountant

1999 – 2007 Univ. Tarumanegara, Univ. Mpu Tantular, YAI, UKRIDA


untuk mata kuliah Akuntansi,Auditing dan Perpajakan Dosen Tidak Tetap

1999 – 2007 Kantor Akuntan Publik Drs. Sukrisno Agoes, MM dan Rekan Manager

2007 – Sekarang Pengadilan Pajak Kuasa Hukum

2005 – Sekarang Kantor Konsultan Pajak Drs. Sempurna Bahri, Ak Pimpinan

Feb 2009 – Mei 2022 Kantor Akuntan Publik Jamaludin, Ardi, Sukimto & Rekan Partner

Jun 2022 – Sekarang Kantor Akuntan Sempurna Bahri Pimpinan

Feb 2017 – Sekarang PT. Sempurna Strategic Consulting CEO


PENGALAMAN PROFESI
• Anggota Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI)
• Ketua Tim Adhoc IAPI dalam Penyusunan Standar Audit Dana Kampanye Pileg, Pilpres
Indoneisa
• Wakil Ketua Komite Perpajakan IAPI
• Anggota Tim Penyusunan AD/ART IAPI 2016
• Anggota Komite Nominasi dan Pemilihan Pengurus IAPI
• Anggota Forum Akuntan Pasar Modal (FAPM)
• Anggota Ikatan Konsultan Pajak Indonesia (IKPI)
• Anggota Ikatan Akuntan Indonesia (IAI)
• Ketua Alumni SMA 2 Padang di Jabodetabek
• Bendahara Umum IKA – UNAND Jabodetabek
• Wakil Ketua Forum Komunikasi Keluarga Besar Akuntan Unand
• Komite Organisasi dan Hubungan Kelembagaan IAPI 2012-2017
Semoga Bermanfaat bagi Kita Semua

Anda mungkin juga menyukai