Pemeriksaan Pajak
Ketentuan Pajak
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
UU RI No 16 Tahun 2009
• Penagihan Pajak
• Pembukuan dan Pemeriksaan
• Keberatan dan Banding
• Ketentuan Khusus
Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan
UU RI No 16 Tahun 2009
• Penagihan Pajak
• Pembukuan dan Pemeriksaan
• Keberatan dan Banding
• Ketentuan Khusus
Ketentuan Pajak
WAJIB PAJAK FISKUS
Pemeriksaan
c
Pendaftaran
Pendaftaran
(NPWP-NPPKP)
(NPWP-NPPKP)
c Penetapan
(SKP)
Pembukuan/
Pembukuan/
Pencatatan
Pencatatan
Keberatan
Pembayaran
Pembayaran
(SSP)
(SSP) BPP
Banding
Pelaporan
Pelaporan MA
(SPT)
(SPT)
Kasasi
410
Ketentuan Pajak
Pemeriksaan Pajak
Pengertian Pemeriksaan
Pendahuluan
Tujuan Pemeriksaan:
• Menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan
• Tujuan lain dalam rangka
melaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan
Menguji Kepatuhan
.
Labels: kebijakan pemeriksaan, Pemeriksaan, pemeriksaan pajak, PER-19/PJ/2008,
PER-20/PJ/2008, SE-10/PJ.04/2008
Dasar Hukum
SE-10/PJ.04/2008 Tentang Kebijakan pemeriksaan
PER-19/PJ/2008 Tentang Petunjuk Pelakanaan Pemeriksaan Lapangan - klik disini
PER-20/PJ/2008 Tentang Petunjuk Pelakanaan Pemeriksaan Kantor - klik disini
Tujuan Pemeriksaan
- Tujuan pemeriksaan adalah Menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
- Dilakukan dengan menguji kebenaran SPT, pembukuan dan pemenuhan kewajiban
pajak lain kemudian dibandingkan dengan kegiatan usaha, pekerjaan bebas dan
keadaan sebenarnya dari Wajib Pajak
- Hasil pengujian kepatuhan tersebut akan dituangkan dalam bentuk Laporan Hasil
Pemeriksaan, dan diikuti penerbitan Surat Ketetapan.
Jenis Pemeriksaan
- Terdapat dua jenis pemeriksaan, yaitu :
a. Pemeriksaan Lapangan, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di tempat kedudukan,
tempat usaha, tempat tinggal Wajib Pajak atau tempat lain.
b. Pemeriksaan Kantor, yaitu pemeriksaan yang dilakukan di kantor Direktorat
Jenderal Pajak
Semakain tinggi resiko ketidakpatuhan Wajib Pajak, pemeriksaannya dilakukan
melalui Pemeriksaan Lapangan.
Kriteria Pemeriksaan
- Kriteria pemeriksaan merupakan alas an atau dasar dilakukannya pemeriksaan
terhadap Wajib Pajak.
- Ada 2 kriteria pemeriksaan :
a. Pemeriksaan Rutin, merupakan pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak
sehubungan dengan pemenuhan hak dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakannya
atau karena diwajibkan oleh UU.
b. Pemeriksaan Khusus, merupakan pemeriksaan yang dilakukan berdasarkan sebab-
sebab khusus.
Berdasarkan analisa resiko internal, yaitu dari hasil analisa internal KPP
Berdasarkan analisa resiko eksternal, yaitu dari adanya pengaduan masyarakat,
adanya data dari pihak ketiga, atau sebab lain
b. Pemeriksaan Kantor
adalah 3 bulan dan dapat diperpanjang sampai dengan 6 bulan
apabila ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan transfer pricing maka status
pemeriksaan dapat ditingkatkan menjadi pemeriksaan lapangan
Perluasan Pemeriksaan
Pemeriksaan dapat diperluas untuk tahun-tahun pajak sebelumnya yang menyatakan
rugi
(sepanjang tahun pajak ybs belum dilakukan pemeriksaan)
.
Labels: 82/PMK.03/2011, Pemeriksaan, pemeriksaan pajak
Beberapa hal yang perlu diketahui pada saat dilakukan pemeriksaan
pajak.
PENGERTIAN
.
Labels: Pemeriksaan
6.Meminta rincian berkenaan dengan hal-hal yang berbeda antara hasil pemeriksaan
dengan Surat Pemberitahuan (SPT) mengenai koreksi-koreksi yang dilakukan oleh
Pemeriksa Pajak terhadap SPT yang telah anda sampaikan;
PEMERIKSAAN PAJAK
“Pada prinsipnya Wajib Pajak mempunyai kesempatan yang sama untuk dilakukan
pemeriksaan pajak.”
Siapapun Anda, peluang pemeriksaan tetap terbuka. Pemeriksaan pajak adalah satu
hal yang paling dihindari oleh setiap Wajib Pajak. Dalam kenyataannya, Wajib Pajak
seringkali harus membayar lagi sejumlah pajak yang dianggap kurang dibayar. Tidak
tanggung-tanggung, sangat mungkin jumlah yang harus dibayar itu besarnya puluhan
atau bahkan ratusan kali lipat dari jumlah pajak yang telah dibayar. Ini fakta dan
nyata.
Fenomena apakah itu sebenarnya? Di satu sisi sistem perpajakan kita memanglah
belum sempurna. Di sisi lain, hal ini ditambah lagi dengan kualitas Wajib Pajak sendiri
yang selalu mencoba mencari cara – baik atau buruk – untuk menghindar dari
membayar pajak. Hal ini bisa mendorong Wajib Pajak untuk mencoba “mengakali”
pembukuannya dan dapat memancing aparat untuk terus-menerus curiga. Lack ini
jelas ditimpali lagi dengan kurangnya pemahaman di sisi Wajib Pajak dan kondisi
mudahnya aparat pajak melakukan koreksi.
Adalah terlalu sulit jika Wajib Pajak berharap agar sistem pajak segera menjadi lebih
baik dan ideal. Ini sama dengan berharap setiap orang berubah menjadi sukarela
membayar pajak. Sulit untuk berharap bahwa aturan perpajakan menjadi lebih bisa
dipahami dan dimengerti, mudah dan murah sesegera mungkin. Sebab kita tahu,
kepentingan otoritas adalah meningkatkan penerimaan pajak dan meregulasi
berbagai hal dari sisi perpajakan.
Dan kita tahu pula, bahwa kepentingan Wajib Pajak adalah mengurangi beban
semaksimal mungkin termasuk beban pajak. Ini jelas bertentangan. Kondisi
pertentangan itu bisa dipersepsi sebagai sebuah arena permainan dan persaingan,
atau sebagai sebuah bentuk arena kerjasama untuk berbagi kesejahteraan, antara
Wajib Pajak, rakyat dan negara. Manapun orientasi dan sudut pandang yang Anda
pilih, satu hal sudah pasti yaitu bahwa Anda sebagai Wajib Pajak harus punya bekal
yang cukup. Seberapa cukup?
Kecukupan bekal itu harus diukur dari karakteristik arena itu sendiri. Apa sajakah itu?
Pertama, bekal yang Anda perlukan adalah koleksi aturan. Semua interaksi dengan
otoritas pajak harus dilandasi oleh aturan. Anda perlu software database perpajakan.
Selanjutnya, Anda harus mau meluangkan waktu untuk terus memahami dan meng-
update aturan pajak dan aturan pemeriksaan pajak, karena setiap langkah dan
transaksi bisnis Anda pasti diintai oleh pajak.
Berikutnya, Anda harus tahu bagaimana mempersiapkan diri dan pembukuan untuk
menghadapi pemeriksaan pajak.
Kemudian, Anda harus paham pula bagaimana menghadapi dan berinteraksi dengan
pemeriksa pajak secara real time.
Kemudian, Anda harus tahu bagaimana melakukan manuver agar bisa terhindar dari
situasi yang tidak menguntungkan saat berhadapan dengan pemeriksa. Setelah
semuanya selesai, Anda juga harus tahu bagaimana menindaklanjuti hasil
pemeriksaan pajak. Itupun harus dilanjutkan dengan pemahaman tentang bagaimana
melakukan adaptasi terhadap berbagai hal dalam pembukuan dan transaksi.
Dan terakhir, Anda juga harus memahami bagaimana membentuk pola learning
system yang benar untuk masa depan, agar kemalangan Anda tidak terulang lagi dan
lagi.
Sistem perpajakan indonesia adalah self asessment, dimana wajib pajak di beri
kepercayaan sendiri oleh DJP untuk menghitung,memperhitungkan,menyetor, dan
melaporkan pajak yang terutang. Wajib pajak melaporkan penghasilan serta pajak
yang terutangnya melalui SPT. Karena memakai sistem self-asssment maka SPT yang
dilaporkan dianggap benar kecuali DJP menetapkan lain.
Loh, bagaimana cara DJP menetapkan SPT tersebut benar atau tidak?? Itu
dilakukan melalui mekanisme pemeriksaan.
Apa sih yang dimaksud dengan pemeriksaan dalam bidang perpajakan?? Nah..
Jawabannya ada di PMK 199/2007 jo PMK 82/2011 yang bunyinya :” Pemeriksaan
adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/ataubukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu
standar pemeriksaan untukmenguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan
dan/atau untuk tujuan lain dalam rangkamelaksanakan ketentuan peraturan
perundang-undangan perpajakan.”
Pertanyaan selanjutnya adalah siapa sih yang berwenang melakukan
pemeriksaan pajak? Apas ih tujuan dilakukan pemeriksaan? Apa - apa sajakah jenis
pemeriksaan?? Hmm.. jawabannya ada Pada pasal 29(1) UU KUP beserta
penjelasannya yang berbunyi
Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan berwenang melakukan pemeriksaan untuk:
a menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; dan/atau
.
b tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-
. undangan perpajakan, di antaranya:
a pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak secara jabatan;
.
b penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak;
.
c pengukuhan atau pencabutan pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
.
d Wajib Pajak mengajukan keberatan;
.
e pengumpulan bahan guna penyusunan Norma Penghitungan
. Penghasilan Neto;
f. pencocokan data dan/atau alat keterangan;
g penentuan Wajib Pajak berlokasi di daerah terpencil;
.
h penentuan satu atau lebih tempat terutang Pajak Pertambahan Nilai;
.
i. pemeriksaan dalam rangka penagihan pajak;
j. penentuan saat mulai berproduksi sehubungan dengan fasilitas
perpajakan; dan/atau
k pemenuhan permintaan informasi dari negara mitra Perjanjian
. Penghindaran Pajak Berganda.
Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib
Pajak (Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkup pemeriksaannya dapat meliputi
satu jenis pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk tahun-
tahun yang lalu maupun untuk tahun berjalan.
Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap instansi
pemerintah dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.
Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakan
Wajib Pajak dilakukan dengan menelusuri kebenaran Surat Pemberitahuan,
pembukuan atau pencatatan, dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya
dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak.
Pada pasal tersebut disebutkan bahwa yang berhak melakukan pemeriksaan
dalam bidang perpajakan adalah Direktur Jenderal Pajak (DJP) bukan menteri
keuangan apalagi polisi, hehe..
Pada artikel kali ini saya akan fokus pada pemeriksaan yang bertujuan untuk
menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan. Apa - apa saja sih yang
dilakukan?? Bagaimana alur/tahapan nya?? Coba kita simak Peraturan Pemerintah
No.34 tahun 2011, secara ringkas dapat kita gambarkan sebagai berikut: simak baik2
ya..
Oke.. kita udah tahu gambaran singkat tentang alur pemeriksaan, sekarang
berapa lama sih jangka waktunya? Apa 1 bulan? 3 bulan? Atau 1 abad?? Ga mungkin
ya sampe 1 abad, he.. jawabannya ada di PER 34 tahun 2011 juga loh.. ini dia:
1. Pemeriksaan Lapangan
jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan yang dihitung sejak tanggal Sural
Pemberitahuan Pemeriksaan Lapangan disampaikan kepada Wajib Pajak sampai
dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Dengan alasan tertentu, jangka waktu Pemeriksaan Lapangan dapat diperpanjang 1
kali untuk jangka waktu paling lama 4 (empat) bulan.
Alasan tertentu yang dimaksud adalah:
a. Pemeriksaan Lapangan diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun
Pajak lainnya;
b. ruang lingkup Pemeriksaan Lapangan meliputi seluruh jenis pajak;
c. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak
ketiga;
d. terdapat indikasi transaksi transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang
berindikasi adanya rekayasa transaksi keuangan;
e. terdapat permintaan Pemeriksaan oleh Unit Pelaksana Pemeriksaan Domisili kepada
Unit Pelaksana Pemeriksaan Lokasi; atau
f. berdasarkan pertimbangan tertentu dari Kepala Unit Pelaksana Pemeriksaan.
2. Pemeriksaan kantor
Pemeriksaan Kantor dilakukan dalam jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan yang
dihitung sejak tanggal Wajib Pajak, wakil, kuasa, pegawai, atau anggota keluarga
yang telah dewasa dari Wajib Pajak, datang memenuhi Surat Panggilan Dalam
Rangka Pemeriksaan sampai dengan tanggal Laporan Hasil Pemeriksaan.
Dengan alasan tertentu, jangka waktu Pemeriksaan Kantor sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat diperpanjang untuk jangka waktu paling lama 3 (tiga) bulan.
Alasan tertentu yang dimaksud adalah:
a. Pemeriksaan Kantor diperluas ke Masa Pajak, Bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak
lainnya;
b. ruang lingkup Pemeriksaan Kantor meliputi seluruh jenis pajak;
c. terdapat konfirmasi atau permintaan data dan/atau keterangan kepada pihak
ketiga; atau
d. berdasarkan pertimbangan tertentu dari Kepala Unit Pelaksana PemeriksaanApabila
dalam
Apabila dalm Pemeriksaan Kantor ditemukan indikasi transaksi yang terkait dengan
transfer pricing dan/atau transaksi khusus lain yang berindikasi adanya rekayasa
transaksi keuangan, pelaksanaan Pemeriksaan Kantor diubah menjadi Pemeriksaan
Lapangan
Wajib Pajak Pribadi adalah orang yang memperoleh penghasilan baik sebagai seorang
direktur dari satu, beberapa, atau bahkan ratusan perusahaan atau seorang
pemegang saham atau komisaris atau pegawai menengah atau pegawai rendah
atau pekerja mandiri seperti dokter, notaries , pengacara . Wajib Pajak Orang Pribadi
memiliki resiko mengalami pemeriksaan pajak .
Jika Anda menghadapi suatu pemeriksaan pajak, apa sajakah yang dilakukan
pemeriksa? Berikut ini adalah uraian mengenai berbagai hal yang berkaitan dengan
pemeriksaan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi.
Pemeriksa akan mengecek dan menguji angka-angka dalam SPT (dan laporan
keuangan serta pembukuan jika ada penghasilan dari usaha), dan melaksanakan
prosedur audit standar sebagaimana yang diatur oleh pedoman pemeriksaan pajak.
Wajib Pajak Orang Pribadi biasanya juga merangkap sebagai pegawai pada pemberi
kerja tertentu. Berkaitan dengan hal ini maka pemeriksa akan melakukan juga
pengecekan dan pengujian terhadap berbagai dokumen yang berkiatan dengan
penghasilan yang diperoleh dan formulir 1721-A serta bukti pemotongan PPh Pasal 21
dari masing-masing pemberi penghasilan.
Bagi Wajib Pajak Orang Pribadi tertentu, penghasilan diinvestasikan dalam bentuk
saham, tabungan, deposito, sewa, intellectual property, atau real property.
Penghasilan yang diperoleh dari berbagai jenis investasi itu adalah dividen, bunga,
royalti, atau capital gain. Kewajiban Pajak yang melekat pada berbagai penghasilan
ini adalah PPh Pasal 23 atau PPh Final yang biasanya dipotong oleh pihak yang
memberi penghasilan. Berkaitan dengan kewajiban ini, maka pemeriksa akan
meminta berbagai dokumen dan informasi yang berkaitan seperti bukti-bukti
kepemilikan deposito, tabungan, sewa-menyewa, jual-beli aktiva, dan sebagainya.
Selain itu Pemeriksa juga akan menelusuri berbagai perubahan atau mutasi yang
terjadi terhadap investasi itu. Hal ini dilakukan untuk mengetahui naik-turunnya
potensi penghasilan sehingga jumlah penghasilan yang sebenarnya pada akhir tahun
dapat diketahui dengan pasti. Jumlah penghasilan pada akhir tahun inilah yang akan
menentukan besarnya jumlah pajak yang harus Anda bayar untuk tahun
bersangkutan.
Daftar biaya hidup adalah sebuah daftar yang berisi rincian dari biaya hidup Anda
selama periode tertentu yang biasanya adalah bulanan. Di dalamnya Anda harus
mengisikan jumlah rata-rata dari pengeluaran untuk makan dan minum,
telpon/komunikasi, listrik, air, transport/BBM, langganan koran/majalah, dan semua
biaya lain yang Anda keluarkan secara rutin. Daftar ini diperlukan Pemeriksa dalam
rangka melakukan penilaian terhadap “gaya hidup” Anda. Lebih detilnya, yang akan
dinilai oleh pemeriksa adalah keseimbangan antara pengeluaran yang Anda lakukan
dengan penerimaan yang Anda terima. logikanya, jika Anda melakukan berbagai
pengeluaran yang besar jumlahnya. Daftar ini adalah wajib Anda isi walaupun pada
dasarnya pendekatan biaya hidup seperti ini adalah pendekatan tidak langsung.
Bagaimanapun, pajak yang harus Anda bayar adalah tergantung besarnya
penghasilan yang sesungguhnya Anda terima sepanjang tahun yang bersangkutan.
Anda boleh-boleh saja melakukan pengeluaran besar sementara penghasilan Anda
kecil. Ini bisa Anda lakukan jika Anda memperoleh hibah atau warisan misalnya. Jika
Anda adalah termasuk orang yang berkategori jetset atau super kaya, maka
pemeriksa tidak akan memerlukan daftar ini lagi.
Daftar Keluarga
Pemeriksa akan meminta Daftar Keluarga untuk menentukan pihak-pihak yang Anda
tanggung biaya hidupnya. Peraturan pajak membatasi jumlah tanggungan yang boleh
Anda akui. Batasan ini lebih banyak dilatarbelakangi oleh masalah keadilan dan
pemerataan. Jika batasan ini ditiadakan, maka demi kepentingan pajak setiap Wajib
Pajak Orang Pribadi akan berlomba-lomba memasukkan nama orang sekampung ke
dalam daftar ini. Secara administratif, batasan ini berkaitan dengan masalah PTKP.
Dalam pemajakan terhadap Wajib Pajak Orang Pribadi, biaya hidup minimum dari
Wajib Pajak Sendiri dan sejumlah orang tertentu yang menjadi tanggungannya tidak
boleh dipajaki. Biaya inilah yang direpresentasikan dalam bentuk PTKP. Berkaitan
dengan sifatnya sebagai pengurang penghasilan (yang berarti juga pengurang jumlah
pajak yang harus Anda bayar) atau klaim yang boleh Anda ajukan, pemeriksa harus
memastikan bahwa klaim ini sudah Anda lakukan sesuai dengan aturan pajak yang
berlaku.
Daftar Harta
Pemeriksa akan meneliti dan menguji kebenaran dan keabsahan dari harta yang
Anda klaim sebagai milik Anda. Informasi ini akan diperoleh dari Daftar Harta yang
diajukan kepada Anda dan kemudian harus Anda isi. Daftar itu harus bisa
menginformasikan jenis, tahun perolehan, nilai perolehan, proses perolehan (jual-beli,
hibah, warisan, dan lain-lain), dan berbagai mutasi serta perubahan yang terjadi. Hal
ini juga termasuk perubahan-perubahan yang bersifat penambahan atau
pengurangan unit harta seperti perluasan rumah atau tanah. Sebagai pendukung,
pemeriksa juga akan meminta semacam pernyataan dari Anda mengenai kebenaran
daftar tersebut.
Satu lagi daftar yang akan diajukan Pemeriksa dan anda diharuskan mengisinya
adalah daftar dari semua rekening tabungan atau deposito yang Anda miliki. Semua
berarti seluruh rekening dan deposito yang Anda miliki ditambah dengan semua
rekening dan deposito dari orang-orang yang statusnya masih dalam tanggungan
Anda. Selain daftar itu, Pemeriksa juga akan meminta dokumen yang melengkapinya
seperti bank statement, deposito, atau buku tabungannya sendiri. Pemeriksa juga
akan meminta sebuah pernyataan tertulis dari Anda bahwa selain yang tercantum
dalam daftar itu, tidak ada lagi rekening atau deposito yang Anda dan tanggungan
yang Anda miliki.
Daftar terakhir yang akan diminta oleh Pemeriksa adalah Daftar Kartu Kredit. Pada
masa sekarang adalah lumrah jika seseorang memiliki lebih dari satu kartu kredit.
Seperti juga daftar sebelumnya, daftar ini juga mencakup kartu kredit yang dimiliki
oleh orang yang masih dalam tanggungan Anda dan sebuah pernyataan tentang
tidak adanya kartu kredit lain yang belum Anda laporkan. Pemeriksa juga akan
meminta statement penagihan dari pengelola kartu kredit.
Walaupun anda telah membayar pajak secara jujur dan juga melaporkan pajak anda
secara tepat waktu, resiko pemeriksaan tetap dapat terjadi pada diri anda.
Pemeriksaan uji kepatuhan dilakukan dengan cara menelusuri kebenaran SPT yang
disampaikan Wajib Pajak, pembukuan atau pencatatan dan pemenuhan kewajiban
lainnya dibandingkan dengan keadaan atau kegiatan Wajib Pajak sebenarnya.
Sedangkan pemeriksaan untuk tujuan lain biasanya dilakukan dalam rangka
pemberian atau penghapusan NPWP, penentuan daerah terpencil, sentralisasi
pembayaran pajak dan lain sebagainya.
PEMERIKSAAN RUTIN
1. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Orang Pribadi/Badan yang menyatakan Lebih Bayar;
2. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak Badan yang menyatakan Rugi Tidak Lebih Bayar:
b. SPT Masa PPN yang masa pajak terakhir dari suatu tahun pajak yang menyatakan
lebih bayar (baik meminta restitusi maupun kompesasi);
6. Wajib Pajak Orang Pribadi atau Badan menyampaikan:
a. SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak sebagai akibat adanya perubahan
tahun buku yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Pajak;
b. SPT Tahunan PPh untuk tahun pajak saat Wajib Pajak melakukan penilaian kembali
aktiva tetap yang telah disetujui oleh Direktur Jenderal Pajak;
c. SPT Tahunan untuk tahun pajak saat Wajib Pajak melakukan penggabungan,
pemekaran, pengambilalihan usaha, atau likuidasi;
7. SPT Tahunan Wajib Pajak Orang Pribadi menyalahi ketentuan penggunaan Norma
Penghitungan Penghasilan Neto;
8. Wajib Pajak Orang Pribadi yang menjalankan usaha atau pekerjaan bebas atau
Wajib Pajak Badan, yang Mengajukan permohonan pencabutan NPWP; atau
perubahan tempat terdaftarnya Wajib Pajak dari suatu KPP ke lain KPP;
9. Wajib Pajak tidak menyampaikan SPT Tahunan PPh walaupun telah dikirimkan
Surat Teguran dan tidak mengajukan permohonan perpanjangan penyampaian SPT,
termasuk SPT kembali pos (kempos) dan Wajib Pajak Kelompok Non Efektif (NE);
10. Wajib Pajak melakukan kegitan membangun sendiri yang pemenuhan kewajiban
PPN atas kegiatan tersebut patut diduga tidak dilaksanakan sebagaimana mestinya;
b. SPT Masa PPN dalam tahun berjalan selama 3 (tiga) bulan berturut-turut dari suatu
tahun pajak;
12. Wajib Pajak menyampaikan SPT Masa PPN (dalam tahun berjalan) yang
menyatakan meminta pengembalian kelebihan pembayaran pajak (restitusi)
terutama sehubungan dengan penyerahan ekspor dan atau penyarahan kepada
badan pemungut PPN;
13. SPT Tahunan PPh Wajib Pajak yang menyatakan rugi yang pelaksanaan
pemeriksaannya dikaitkan dengan pelaksanaan Pemeriksaan Rutin untuk tahun pajak
lainnya;
14. Wajib Pajak yang atas permintaan sendiri mengajukan untuk dilakukan
pemeriksaan atas kewajiban perpajakannya, misalnya untuk kepentingan Rapat
Umum Pemegang Saham atau tax clearence;
15. Terdapat data, termasuk data PBB dan atau BPHTB yang dapat dimanfaatkan
untuk ekstensifikasi Wajib Pajak dan atau Pengusaha Kena Pajak (PKP);
Pemeriksaan Kriteria Seleksi, yaitu pemeriksaan yang dilakukan terhadap Wajib Pajak
tertentu berdasarkan skor otomatis secara komputerisasi. Yang di maksud dengan
skor adalah penjumlahan bobot seluruh variabel SPT dan Rasio Laporan Keuangan
Wajib Pajak atau variabel lainnya yang mengindikasikan kemungkinan adanya potensi
pajak yang belum atau tidak dilaporkan atau menunjukkan rendahnya tingkat ke-
patuhan Wajib Pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya. Semakin tinggi
skor Anda, maka perusahaan semakin menjadi prioritas utama untuk diperiksa.
PEMERIKSAAN KHUSUS
Sesuai dengan namanya, jenis pemeriksaan ini dilakukan atas Wajib Pajak yang
mempunyai cabang atau lebih dari satu tempat usaha.
1. SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan atau SPT Masa PPN menyatakan Lebih Bayar;
2. SPT Tahunan PPh Pasal 21 dan atau SPT Masa PPN tidak disampaikan masing-
masing selama 2 (dua) tahun berturut-turut atau 3 (tiga) bulan berturut-turut dari
suatu tahun pajak;
3. Permintaan dari Unit Pelaksanan Pemeriksaan Pajak (UP3) Wajib Pajak Domisili dan
atau usulan dari UP3 Wajib Pajak Lokasi.
Pemeriksaan Tahun Berjalan, yaitu pemeriksaan terhadap Wajib Pajak yang dilakukan
dalam tahun berjalan untuk jenis-jenis pajak tertentu atau seluruh jenis Pajak (all
taxes) dan untuk mengumpulkan data atau keterangan atas kewajiban pajak lainnya.
Pemeriksaan Tahun Berjalan dilakukan meliputi seluruh jenis pajak (all taxes) dan
tidak perlu dikaitkan dengan pemeriksaan tahun sebelumnya. Pemeriksaan Tahun
Berjalan dapat dilaksanakan terhadap Wajib Pajak Lokasi berdasarkan pertimbangan
Ka Kanwil DPJ khususnya para pemotong atau pemungut pajak (Withholding)
termasuk PPh Pasal 23, PPh Pasal 26, dan PPN serta PPnBM. Pemeriksaan Tahun
Berjalan Wajib Pajak dalam rangka ekstensifikasi diperlukan seperti pemeriksaan
Wajib Pajak Lokasi. Pelaksaan Pemeriksaan Tahun Berjalan hanya dapat dilakukan
atas masa pajak sampai dengan bulan Oktober tahun yang bersangkutan.
4. Wajib Pajak dengan sengaja menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap atau melampirkan keterangan yang tidak benar.
7. Wajib Pajak dengan sengaja tidak menyetorkan pajak yang telah dipotong atau
dipungut.
Jadi dengan begitu banyak jenis pemeriksaan di atas, apakah Anda tetap mungkin
tidak diperiksa? Walaupun demikian rinci kriteria pemeriksaan pajak, namun
bagaimanapun juga Ditjen Pajak tidak sembarangan melakukan pemeriksaan pajak
kalau memang tidak dianggap perlu. Apalagi jumlah pelaksana pemeriksaan di
lingkungan Ditjen Pajak sangat terbatas di bandingkan dengan jumlah Wajib Pajak
yang terdaftar di Indonesia. Untuk itu Ditjen Pajak juga memfokuskan diri pada subjek
pajak tertentu (baca: Daftar Rawan Diperiksa Pajak) yang dianggap menghasilkan
pemasukan negara cukup besar alias sepadan antara hasil dengan biaya yang
dikeluarkan.
Perasaan menyepelekan sesuatu akan membuat Anda menjadi lengah dan ceroboh.
Hal itu akan mempersulit dan merugikan Anda.
Perbuatan curang akan menurunkan kredibilitas Anda di mata fiskus (aparat pajak).
Turunnya kredibilitas membuat fiskus akan selalu curiga dengan seluruh aspek pajak
yang akan Anda kerjakan. Tentu saja hal ini akan merepotkan Anda di masa
mendatang. Jika Anda tidak mampu membayar pajak, lebih baik Anda datang kepada
fiskus dan meminta jalan keluar. Mungkin Anda akan memperoleh pengurangan
pembayaran cicilan, bahkan pengampunan pajak sekalipun. Kejujuran Anda akan di
hargai sekali oleh fiskus.
5. Bukti transaksi berupa kuitansi, bon pembelian, SSP, Faktur Pajak, Bukti
Pemotongan, dan lain sebagainya harus Anda simpan di tempat yang mudah Anda
cari. Jangan biarkan bukti tersebut melekat pada Jurnal Voucher Anda. Jadi buatlah
copy dan simpan dokumen asli di tempat yang aman. Perlu Anda ingat, pada saat
pemeriksaan, ucapan dan argumentasi Anda bisa jadi tidak akan di dengarkan oleh
fiskus jika tidak disertai dengan bukti-bukti.
8. Tanyakan pada ahlinya. Jangan sok tau. Lebih aman Anda mempunyai konsultan
atau teman yang dapat di ajak berdiskusi dan berkonsultasi mengenai masalah yang
Anda hadapi. Anda juga bisa meminta bantuan bagian Penyuluhan Kantor Pelayanan
Pajak di kota Anda. Mereka dengan senang hati akan membantu memberikan jalan
keluar. Jika belum puas, Anda masih dapat menulis surat pertanyaan kepada Pusat
Penyuluhan Ditjen Pajak di Jakarta
9. Buatlah tax calendar. Tax calendar berfungsi untuk mengingatkan Anda tanggal-
tanggal penting dalam siklus Administrasi perpajakan. Hal ini akan mencegah Anda
lupa membayar pajak atau lupa melaporkan pajak. Sekali lagi bukan masalah denda
yang memang tidak seberapa, tetapi semakin banyak kesalahan yang Anda perbuat,
kredibilitas Anda akan semakin turun di mata fiskus.
10. Cek sekali lagi. Ketelitian Anda dalam mengerjakan administrasi Anda bisa
memperkecil kemungkinan Anda di periksa oleh fiskus. Oleh karena itu, sempatkan
mengecek ulang apa-apa yang telah Anda kerjakan.
Anda sendiri.
Hal-hal yang harus Anda perhatikan pada saat mengerjakan administrasi pajak Anda
adalah :
2. Bukukan pendapatan dan biaya pos yang seharusnya. Jangan jadikan pos
“Pendapatan/Biaya Lain” menjadi tempat sampah pembukuan Anda. Hal ini
cenderung merangsang fiskus untuk mengkoreksi pos tersebut.
6. Saat mengisi SPT jangan langsung di ketik dulu, sehingga jika ada kesalahan dapat
segera di perbaiki. Sebaiknya Anda menyiapkan cadangan formulir pajak yang di
perlukan untuk berjaga-jaga. Formulir ini dapat Anda minta di KPP setempat atau
Anda buat sendiri.
7. Cek ulang penjumlahan, pengurangan dan perkalian dalam SPT Anda. Ingatlah
bahwa SPT Anda adalah pintu gerbang pertama pemeriksaan pajak. Jika fiskus sudah
menemukan cacat di pintu Anda, kemungkinan besar mereka akan datang dan
mengetuknya.
8. Sebelum Anda kirim ke kantor pajak, cek kelengkapan SPT Anda sekali lagi. Apakah
Anda sudah melampirkan Surat Setoran Pajak ? Rekonsiliasi Komersial Fiskal ?
Perhitungan Penyusutan ? Surat Pernyataan ? Apakah lembar SPT Anda sudah di
tanda tangani ?
9. Jika semua sudah Anda kerjakan, Anda bisa mengantar SPT Anda langsung ke KPP
setempat. Jika Anda tidak mempunyai waktu luang, kirimkan melalui pos tercatat.
Jangan lupa menyimpan resi pengiriman SPT Anda di tempat yang aman.
2. Jika mereka meminta dokumen asli, mintalah waktu untuk mengkopi dokumen
tersebut. Buatkan tanda terima secara rinci perdokumen yang akan Anda serahkan.
Jika Anda masih memerlukan dokumen tersebut saat ini, berikanlah kopi dokumen
dengan sepengetahuan mereka .
3. Jangan keburu pusing jika koreksi awal yang disodorkan jauh lebih besar dari
perkiraan Anda. Mintalah waktu untuk meneliti koreksi tersebut. Jika ada koreksi yang
tidak jelas, jangan menunda untuk meminta penjelasan. Ingatlah bahwa perbedaan
persepsi terhadap peraturan pajak di Indonesia adalah hal yang biasa. Ajak
pemeriksa untuk memandang masalah dari sudut pandang dan persepsi Anda. Sekali
lagi, yang penting Anda tidak berniat atau berbuat curang.
4. Berikanlah sanggahan secara tertulis dengan disertai bukti yang kuat . Jika tetap
tidak terdapat kesepakatan persepsi mengenai koreksi tersebut, mintalah waktu
untuk bertemu dengan atasan tim pemeriksa atau kepala kantor. Sampaikan
sanggahan Anda atas koreksi tim pemeriksa dengan baik. Jika Anda belum puas,
Anda dapat datang ke Kantor Pusat Ditjen Pajak ( atau lewat surat) untuk
memperoleh penegasan atas masalah yang Anda hadapi .
1. Pelanggan listrik untuk rumah tinggal dengan daya 6.600 watt atau lebih;
3. Pemilik mobil dengan nilai Rp.200.000.000,- atau lebih, atau pemilik motor dengan
nilai Rp.100.000.000,- atau lebih;
4. Pemegang Paspor Indonesia, kecuali pemegang Paspor Haji dan Pemegang Paspor
Tenaga Kerja Indonesia (tidak termasuk awak pesawat terbang atau kapal laut);
5. Tenaga Kerja Asing (expatriate) yang bertempat tinggal atau berada di Indonesia
lebih dari 183 hari dalam jangka waktu 12 bulan;
7. Pemilik tanah dan atau bangunan dengan nilai jual Objek pajak (NJOP)
Rp.1.000.000.000,- atau lebih berdasarkan data kartu jalan atau peta blok atau DHR
atau data SPOP;
8. Data orang pribadi atau badan selaku penjual atau pembeli tanah dan atau
bangunan dari laporan Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT) atau informasi dari
Notaris dengan nilai Rp.60.000.000,- atau lebih;
13. Artis;
15. Pemilik kapal pesiar atau “yacht”, “speed boat”, dan pesawat terbang;
20. Subjek pajak yang berdasarkan data pada lampiran Surat Pemberitahuan (SPT),
telah memenuhi syarat sebagai Wajib Pajak, tetapi belum mempunyai NPWP;
1. Lebih baik kelebihan pajak tidak saya klaim daripada SPT saya menjadi lebih bayar
dan saya akan repot diperiksa. Mitos ini salah. Pemeriksaan pajak tidak hanya
didasarkan pada SPT lebih bayar. Walaupun laporan audit Anda wajar tanpa
pengecualian, memasukan SPT Anda dapat di lakukan Pemeriksaan Sederhana Kantor
(PSK) selama 2 bulan. Anda akan rugi 2 kali jika mempercayai mitos ini, karena Anda
kehilangan kesempatan untuk mengklaim kredit pajak Anda dan tetap diperiksa.
Wah…..
2. Percuma membuat rekonsiliasi komersial fiskal sesuai aturan, toh nanti tetap saja
fiskus mencari-cari koreksi semau dia.
Mitos ini salah. Justru Anda akan rugi jika tidak membuat rekonsiliasi sesuai
peraturan, karena akan muncul koreksi yang menyebabkan Anda harus membayar
denda cukup besar. Jika Anda tidak berbuat curang. Anda tidak usah takut.
3. Jangan memakai konsultan saat diperiksa, karena fiskus tidak senang kita di
dampingi oleh konsultan. Mitos ini salah , karena justru konsultan pajak yang
terdaftar dan bersertifikat dapat memberikan masukan kepada anda setiap saat
dalam menghadapi pemeriksaan pajak.
4. Santai sajalah saat diperiksa, bisa cincay lah . Mitos ini salah. Pemerintah dalam
hal ini Dirjen pajak sejak dulu tidak mentolerir prilaku ini. Lagi pula kenapa mesti
cincay kalau anda tidak berbuat curang. Kalau pun Anda harus membayar pajak
karena ketidaktahuan Anda dalam menerapkan peraturan , ajukan saja permohonan
penghapusan / keringanan denda. Sepanjang Anda memang tidak berniat curang,
Dirjen pajak sesuai dengan kewenangan yang di berikan oleh undang- undang pasti
akan mengabulkan permohonan Anda berdasarkan rasa keadilan .