Anda di halaman 1dari 23

UNDANG-UNDANG CIPTA KERJA

OMNIBUS LAW
PERPAJAKAN II
ANDI PRIMAFIRA B. EKA SE, MM
ABOUT US
ALINDA BAGASSE I PUTU AGUS MELIA DWI NOVI OMA
HANDAYANI WHISNU ADI P SUWARNO RINDIANI HIDAYAT
19010138 190101205 19010180 20010133 19010083

RAFEA RESA ANDILA SINTA S TIARA TOMY SANDRA YUNI M .S


ZULIANTI 19010134 ALIFFIA RAMADHANTI 18010116 20010172
20010134 19010203 19010191
Apa sih tujuan
dibuatnya UU
Cipta Kerja ?
Menciptakan iklim usaha
& investasi yang
berkualitas bagi para
pelaku bisnis, termasuk
UMKM dan investor asing.
-Presiden RI-
01
-OMNIBUSLAW
“Sebuah Konsep penggabungan secara resmi atau
amandemen dari beberapa peraturan perundang-
undangan, menjadi satu bentuk undang-undang
baru”
Sebagian ‘OMNIBUS LAW” Perpajakan sudah ada di UU 2/2020.

Pemerintah juga menegaskan bahwa omnibus law perpajakan dalam UU Cipta


Kerja bukanlah keseluruhan dari yang disusun.
Akan tetapi, sebagian kebijakan omnibus law perpajakan ini sudah masuk didalam
Peraturan Pengganti Undang-Undang (Perppu)
No. 1 /2020 yang juga sudah disahkan menjadi UU No. 2/2020 Tentang :

“ Penetapan Perppu No. 1 / 2020 Tentang Kebijakan Keuangan Negara dan


Stabilitas Sistem Keuangan untuk Penanganan Pandemi Corona Virus Disease
2019 (Covid-19) dan atau dalam Rangka Menghadapi Ancaman yang
membahayakan Perekonomian nasional dan atau Stabilitas Sistem Keuangan
Menjadi undang-Undang.”
Omnibus Law
UU Cipta Kerja
Penggabungan dari beberapa undang-undang dengan memangkas
beberapa pasal dari undang-undang sebelumnya menjadi sebuah
peraturan perundang-undangan yang lebih sederhana.
Termasuk di dalamnya adalah penggabungan dari beberapa undang-
undang perpajakan.
RUU Cipta Kerja / Omnibus law Cipta Kerja telah resmi disetujui
sebagai UU oleh DPR RI pada tanggal 05 Oktober 2020
Omnibus law perpajakan
yang sudah masuk dalam
UU No. 2/2020

 Penurunan Tarif
PPh Badan
 Pengenaan pajak
digital
4 UU Perpajakan di Lebur
dalam UU Cipta Kerja
UU PPH UU PPN & PPnBM
Undang – undang Nomor 7/1983 Undang-undang No. 8/1983Tentang Pajak
Tentang Pajak Penghasilan jo UU No. Pertambahan Nilai (PPN) Barang & Jasa &
36/2008 Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM) jo. UU No. 42/2009

UU KUP UU PDRD
Undang – undang Nomor 15/2009
Undang – undang No. 28 /2009
Tentang Ketentuan Umum & Tata
Tentang Pajak Daerah dan Retribusi
Cara Perpajakan (KUP) jo. UU No.
Daerah (PDRD)
6/1983
ASPEK –ASPEK OMNIBUS LAW
UU CIPTA KERJA KLASTER PERPAJAKAN

PERUBAHAN PERUBAHAN
UU PPH UU PPN & PPnBM
1. Tidak Kena Pajak Individen 1. Pengkreditan Pajak MasukaN
2. Tarif PPH dari Bunga Turun 2. Masa Pengkreditan pajak masukan
3. Ketentuan Pemajakan WNI & 3. Membuat Faktur Pajak Tanpa
WNA Identitas Pembeli
4. Tidak dikenakan pajak
5. Pengaturan Dana Setoran Haji
ASPEK –ASPEK OMNIBUS LAW
UU CIPTA KERJA KLASTER PERPAJAKAN

PERUBAHAN UU KUP PERUBAHAN UU PDRD


1. Penurunan Sanksi Telat Lapor SPT & Kurang
Bayar Pajak
2. Penurunan Sanksi Pelaporan Pajak Tidak Sesuai Sinkronasi Pajak Daerah
3. Surat tagihan Pajak
4. PKP tidak Terbitkan Faktur
5. Sanksi Terkait SKPBT
6. Sanksi Penundaan Pembayaran
7. Penghentian Penyelidikan
PERUBAHAN
UU PPH
1. Tidak Kena Pajak Individen
2. Tarif PPH dari Bunga Turun
3. Ketentuan Pemajakan WNI &
WNA
4. Tidak dikenakan pajak
5. Pengaturan Dana Setoran Haji
PERUBAHAN UU PPH
TARIF PPH dari
TIDAK KENA PAJAK INVIDEN BUNGA TURUN
Penghasilan Dividen yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri Penurunan tarif PPh Pasal 26 atas
yang diperoleh Wajib Pajak (WP) orang Pribadi atau badan dikecualikan penghasilan bunga
dari pengenaan pajak. Syarat :
• Diinvestasikan di Indonesia Ini merupakan penambahan dalam Pasal 26
• Dividen & Penghasilan setelah pajak diinvestasikan paling sedikit 30% tentang PPh pada klaster perpajakan UU
dari laba setelah pajak. Cipta Kerja, yakni pada ayat (1b) yang
Hal ini tertuang dalam Pasal 4 ayat (3) huruf F UU Cipta Kerja. Jika menyebutkan:
dividen dan penghasilan setelah pajak dari suatu BUT di luar negeri yang
“Tarif sebesar 20% dari jumlah bruto oleh
diinvestasikan di Indonesia kurang dari 30% dari jumlah laba setelah
pihak yang wajib membayarkan bunga
pajak, maka ketentuannya :
termasuk premium, diskonto, dan imbalan
 Atas dividen dan penghasilan setelah pajak yang sehubungan dengan jaminan
diinvestasikan dikecualikan dari PPh pengembalian utang, dapat diturunkan
 Atas selisih dari 30% laba setelah pajak dikurangi dengan dividen dengan Peraturan Pemerintah (PP).”
diinvestasikan dikenai PPh
 Atas sisa laba setelah pajak dikurangi dengan dividen yang
diinvestasikan tidak dikenai PPh
PERUBAHAN UU PPH
KETENTUAN PEMAJAKAN WNI & WNA
Penegasan tentang Penegasan tentang Subjek Pajak Dalam Negeri (SPDN) dan Subjek Pajak Luar Negeri (SPLN).
Artinya, baik WNI maupun WNA memiliki kewajiban sama terkait pajak penghasilan di dalam negeri maupun ketika
WNI berada di luar negeri. Ketentuan ini merupakan perubahan pada Pasal 2 UU PPh.
Semua jenis penghasilan yang diperoleh WNA (Orang/Badan) di wilayah hukum Indonesia menjadi Objek pajak bisa
dipungut pemerintah karena menjadi SPDN.
Sedangkan bagi WNI, dapat menjadi SPLN jika menjalankan Usaha/BUT di Indonesia & dengan tidak menjalankan
usaha/BUT di Indonesia.
Bunyi Pasal Tentang WNI / WNA jadi Subject pajak Bunyi Pasal Tentang WNI / WNA jadi Subject pajak Luar
dalam Negeri “Pasal 2 ayat (3) huruf a” : Negeri “Pasal 2 ayat (4) huruf a, b, c & d” :
1. Bertempat tinggal di Indonesia; 1. Orang pribadi yang tidak bertempat tinggal di Indonesia;
2. Berada di Indonesia lebih dari 183 hari dalam 2. WNA yang berada di Indonesia tidak lebih dari 183 hari
jangka waktu 12 bulan; atau dalam jangka waktu 12 bulan;
3. Dalam suatu tahun pajak berada di Indonesia dan 3. WNI yang berada di luar Indonesia lebih dari 183 hari
mempunyai niat untuk bertempat tinggal di dalam jangka waktu 12 bulan serta memenuhi
Indonesia persyaratan:
4. Badan yang tidak didirikan dan tidak bertempat
kedudukan di Indonesia, yang menjalankan usaha atau
melakukan kegiatan melalui BUT di Indonesia
PERUBAHAN UU PPH PENGATURAN DANA
TIDAK KENA PAJAK
SETORAN HAJI
Pengecualian dari Objek Pajak untuk WNA Pengelolaan dana setoran Biaya Penyelenggaraan Biaya
Bagi WNA yang merupakan subjek pajak dalam negeri Haji (BPIH), merupakan penambahan dalam Pasal 4
akan dikecualikan dari Objek Pajak, artinya tidak Tentang PPh pada klister Perpajakan Pasal 111 UU Cipta
dikenakan pajak penghasiilan jika tidak memebuhi kriteria Kerja, yakni huruf O dan P.
tertentu sesuai ketentuan. Merupakan penambahan dalam Dalam Pasal 4 ayat (3) huruf O Tertulis :
pasal 4 tentang PPh pada klister pemakaian di Pasal 111 “Dana setoran BPIH dan/atau BPIH khusus, dan
UU Cipta Kerja. Disebutkan dalam pasal 4 ayat (1a) penghasilan dari pengembangan keuangan haji dalam
“WNA yang telah menjadi SPDN dikenai PPh hanya bidang atau instrumen keuangan tertentu, diterima
atas penghasilan yang diterima/diperoleh dari Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH), yang
Indonesia dengan Ketentuan : ketentuannya diatur dalam PMK.”
- Memiliki keahlian tertentu Dalam Pasal 4 ayat (3) huruf P Tertulis :
- Berlaku selama 4th pajak yang dihitung sejak menjadi Sisa lebih yang diterima/diperoleh badan usaha atau
SPDN ” lembaga sosial dan keagamaan yang terdaftar pada
Tapi pengecualian pengenaan PPh tidak berlaku bagi WNA instansi yang membidanginya, yang ditanamkan kembali
yang memanfaatkan Perjanjian Penghindaran Pajak dalam bentuk sarana dan prasarana sosial dan keagamaan
Berganda (P3B) antara Indonesia dengan negara mitra. dalam jangka waktu paling lama 4 tahun sejak
diperolehnya sisa lebih tersebut, atau ditempatkan
sebagai dana abadi yang ketentuannya diatur lebih lanjut
PERUBAHAN
UU PPN & PPnBM
1. Pengkreditan Pajak MasukaN
2. Masa Pengkreditan pajak
masukan
3. Membuat Faktur Pajak
Tanpa Identitas Pembeli
PERUBAHAN UU PPN &
PPnBM
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN MASA PENGKREDITAN
PAJAK MASUKAN
Merujuk pada pasal 9 ayat (2a), PKP dapat melakukan pengkreditan Pajak
Masukan walaupu Pasal 9 ayat (9) menyebutkan :
 PKP belum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor “Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
BKP dan/atau JKP, Pajak Masukan atas perolehan BKP/JKP.
tetapi belum dikreditkan dengan Pajak
 PKP yang impor BKP.
Keluaran pada Masa Pajak yang sama,
 PKP memanfaatkan BKP tidak berwujud dan/atau JKP tidak berwujud
dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean. dapat dikreditkan pada Masa Pajak
Sementara itu beberapa ketentuan pada Pasal 9 ayat (8) terkait pengkreditan berikutnya paling lama 3 Masa Pajak
Pajak Masukan yang tidak dapat dilakukan bagi pengeluaran telah dihapus. setelah berakhirnya Masa Pajak saat
Artinya berbagai jenis pengeluaran yang dilakukan atas BKP/JKP tsb dalam Faktur Pajak dibuat sepanjang belum
UU Cipta Kerja, Pajak masukannya dapat dikreditkan. Dari penghapusan dibebankan sebagai biaya atau belum
beberapa ketentuan dari pasal 9 ayat (8) , maka ada penambahan dalam ditambahkan (dikapitalisasi) dalam
Pasal 9 Ayat (9a), (9c) & (9c) diantaranya : harga perolehan BKP atau JKP serta
a. Pengkreditan Pajak Masukan 80% dari Pajak Keluaran memenuhi ketentuan pengkreditan
b. Dapat mengkreditkan BKP / JKP belum dilaporkan dalam SPT masa sesuai UU ini.”
PPN
c. Mengkreditkan Pajak Masukan yang ditagih dengan penerbitan
PERUBAHAN UU PPN &
PPnBM
MEMBUAT FAKTUR PAJAK TANPA
PERUBAHAN UU
KUP
IDENTITAS PEMBELI
Pengusaha Kena Pajak (PKP) pedagang eceran dapat 1. Penurunan Sanksi Telat
membuat Faktur Pajak tanpa mencantumkan identitas Lapor SPT & Kurang
pembeli. Hal ini tertuang dalam pasal 112 UU Cipta
Bayar Pajak
Kerja Klaster Perpajakan pada Pasal 13 ayat (5a) yang
mengatur Faktur Pajak oleh PKP Pedagang eceran yang 2. Penurunan Sanksi
berbunyi : Pelaporan Pajak Tidak
“PKP pedagang eceran dapat membuat Faktur Pajak Sesuai
tanpa mencantumkan keterangan mengenai identitas 3. Surat tagihan Pajak
pembeli serta nama dan tanda tangan penjual dalam hal 4. PKP tidak Terbitkan
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) Faktur
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) kepada pembeli
5. Sanksi Terkait SKPBT
dengan karakteristik konsumen akhir, yang diatur lebih
lanjut dengan PMK.” 6. Sanksi Penundaan
Pembayaran
7. Penghentian Penyelidikan
PERUBAHAN UU KUP
PENURUNAN SANKSI TELAT LAPOR PENURUNAN SANKSI
SPT & KURANG BAYAR PAJAK PELAPORAN PAJAK TIDAK
Penggunaan tingkat suku bunga acuan untuk sanksi
SESUAI
Penyampaian SPT Pajak tidak benar dikenakan
terlambat & kurang bayar pajak. Sebelumnya,
denda 100%. Pengenaan denda ini lebih rendah dari
pengenaan sanksi terlambay & kurang bayar pajak
yang sebelumnya tertulis pada UU KUP yang
sebesar 2% per bulan UU KUP No. 6/1983 yang sebesar 150%.
diubah dengan UU 16/2009. pada UU Cipta Kerja
Sanksi ini dikenakan pada WP, yang :
diubah menjadi disesuaikan dengan tingkat / tarif
 Tidak menyampaikan SPT
suku bunga acuan per bulan :
a. Jika pembetulan SPT dan Utang pajak jadi  Menyampaikan SPT yang isinya tidak benar atau
lebih besar tidak lengkap, atau melampirkan keterangan yang
b. Jika kurang bayar karena pembetulan SPT isinya tidak benar
Tahunan / Masa
c. Jika tidak melunasi SPT yang kurnag bayar Ketentuan ini tertuang dalam Pasal 8 ayat (3a)
d. Terlambat membayar PPh Pasal 29 SPT
Tahunan
e. Jika terlambat bayar SPT Masa
f. Jika telah mendapatkan SKPKB
PERUBAHAN UU KUP
SURAT TAGIHAN PAJAK PKP TIDAK TERBITKAN
FAKTUR
Denda kurang bayar atas STP bagi PKP.
Faktur tidak lengkap kena sanksi 1%
Dalam Pasal 14 ayat (3) dalam klaster perpajakan
Dalam Pasal 14 ayat (5) klaster perpajakan UU
UU Cipta Kerja ini, jika PPh Pengusaha Kena Pajak Cipta Kerja, disebutkan sanksi dalam STP karena
(PKP) kurang bayar akan dikenakan sanksi
PKP tidak menerbitkan faktur atau menerbitkan faktur
administratif berupa bunga sebesar tarif bunga per
tidak lengkap akan dikenakan sanksi 1% dari Dasar
bulan yang ditetapkan Menkeu dihitung sejak saat Pengenaan Pajak (DPP).
terutangnya pajak atau berkahirnya Masa Pajak,
bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan
diterbitkannya Surat Tagihan Pajak (STP).
PERUBAHAN UU KUP
SANKSI TERKAIT SKPKBT SANKSI PENUNDAAN
PEMBAYARAN
Denda terlambat bayar atas SKPKBT dan lainnya. ● Besar sanksi bunga dari penundaan pembayaran
STP keterlambatan pembayaran Surat Ketetapan Pajak karena mengangsur dikenakan tarif bunga yang
Kurang Bayar Tambahan (SKPKBT), SK Pembetulan, ditetapkan Menkeu dihitung berdasarkan suku
SK Keberatan, Banding dan Pengajuan Kembali, akan bunga acuan dibagi 12, maksimal 24 bulan.
dikenakan sanksi bunga per bulan yang ditetapkan ● Sedangkan bunga atas STP penundaan yang
Menkeu dihitung berdasarkan suku bunga acuan nilainya lebih kecil, dikenakan tarif bunga yang
dibagi 12 dan maksimal 24 bulan.
ditetapkan Menkeu dihitung berdasarkan suku
bunga acuan dibagi 12, maksimal 24 bulan.
PERUBAHAN UU PPN &
PPnBM
PENGHETIAAN PENYIDIKAN
PERUBAHAN UU PDRD

Sanksi denda tiga kali lipat


Sinkronisasi pajak
Dalam Pasal 44B klaster perpajakan UU Cipta Kerja, daerah
penghentian penyidikan tindak pidana di bidang
perpajakan hanya dilakukan setelah WP melunasi utang
pajak yang tidak/kurang bayar/seharusnya dikembalikan
dan ditambah dengan sanksi administrasi berupa denda
sebesar 3 kali jumlah pajak yang tidak/kurang dibayar,
atau yang tidak seharusnya dikembalikan.
PERUBAHAN UU PDRD
SINKRONASI PAJAK DAERAH

Dalam Pasal 156 A pada UU Cipta Kerja terkait PDRD, pemerintah pusat dalam hal ini
Menteri Keuangan memiliki kewenangan untuk mengevaluasi rancangan peraturan daerah
maupun peraturan daerah yang sudah ada terkait PDRD. Ketika suatu perda dinyatakan sudah
dicabut oleh presiden, maka pemda tidak bisa lagi menerapkan perda terkait PDRD tersebut.
Jika melanggar, dikenakan sanksi penundaan atau pemotongan dana alokasi umum dan/atau
dana bagi hasil.
TERIMAKAS
IH 

Anda mungkin juga menyukai