Anda di halaman 1dari 203

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 1983

TENTANG KETENTUAN UMUM DAN TATA CARA PERPAJAKAN


SEBAGAIMANA TELAH BEBERAPA KALI DIUBAH TERAKHIR DENGAN
PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG UNDANG
NOMOR 2 TAHUN 2022 TENTANG CIPTA KERJA
Ciri-ciri Pajak
• Berdasarkan Undang-undang dan aturan
pelaksanaan
• Tidak dapat ditunjukkan kontraprestasi
individual oleh pemerintah
• Dipungut oleh negara baik pusat atau daerah
• Diperuntukan untuk pengeluaran negara
Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara
yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat
FUNGSI PAJAK
• Fungsi Budgetair :
Pajak berfungsi sebagai sumber dana yang
diperuntukkan bagi pembiayaan Fungsi Redistribusi :
pengeluaran pemerintah baik pengeluaran Menekankan pemerataan dan
rutin maupun pengeluaran pembangunan. keadilan dalam masyarakat

• Fungsi Regulerend : Fungsi Demokrasi :


Pajak berfungsi sebagai alat untuk Perwujudan sistem gotong
mengatur atau melaksanakan berbagai royong / partisipasi masyarakat
kebijakan di bidang sosial dan ekonomi.
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK
(Adam Smith)

Equality Certainty
Pajak bersifat adil dan merata Penetapan pajak tidak ditentukan
sewenang-wenang

Pajak dikenakan
saat tidak menyulitkan WP
Biaya pemungutan dan pemenuhan
Convenience kewajiban minimal
Economical
Pay As You Earn (PAYE)
ASAS PEMUNGUTAN PAJAK

Asas menurut Asas Yuridis Asas Ekonomis


Falsafah Hukum:

a. Teori Asuransi Pemungutan Pajak Negara menghendaki agar


berdasarkan UUD 1945 kehidupan ekonomi
b. Teori (Pasal 23 A) masyarakat meningkat,
Kepentingan
sehingga pajak tidak
c. Teori Gaya Pikul boleh menghambat
d. Teori Bhakti kelancaran ekonomi
e. Teori Asas Daya
Beli
Asas Pemungutan Pajak
• Asas Tempat Tinggal : Negara memungut pajak
dari seluruh penghasilan berdasarkan tempat tinggal
WP
• Asas Kebangsaan : Negara memungut pajak
berdasarkan kebangsaan suatu negara
• Asas Sumber : Negara memungut pajak
berdasarkan sumber penghasilannya
Hukum Pajak = Hukum Publik
Hukum Perdata : Penghasilan, kekayaan,
perjanjian, penyerahan hak, dll

Hukum Pidana dan Peradilan : Tindakan Pidana


Pajak, Pengadilan Pajak
PEMBAGIAN HUKUM PAJAK
• UU No. 6/1983 (KUP)
Hukum Pajak Formil • UU No. 19/1997 (PPSP)
(memuat bentuk/tatacara
untuk mewujudkan hukum
• UU No. 14/2002 (PP)
materiil menjadi kenyataan)

Hukum Pajak Materiil (memuat • UU No. 7/1983 (PPh)


norma” yg menerangkan • UU No. 8/1983 (PPN & PPn BM)
peristiwa keadaan (objek pajak),
yang dikenakan (subjek pajak), • UU No. 12/1985 (PBB)
besaran pajak, hubungan hukum • UU No. 13/1985 (BM)
pemerintah dengan WP
SANKSI PAJAK

Terbagi dua
1. Sanksi administrasi
a. Sanksi bunga
b. Denda Administrasi
c. Sanksi Kenaikan
2. Sanksi Pidana
a. Denda Pidana
b. Pidana kurungan
c. Pidana penjara
Jenis Pajak
• Menurut Golongan
Pajak Langsung : Pajak yang pembebanannya tidak dapat dilimpahkan kepada pihak
lain, sehingga harus menjadi beban langsung WP, seperti PPh.
Pajak Tidak Langsung : Pajak yang pembebanannya dapat dilimpahkan kepada pihak
lain, seperti PPN
• Menurut Sifatnya
Pajak Subjektif : Pajak dikenakan berdasarkan subjeknya untuk kemudian diperhatikan
syarat objektifnya yang melekat (PPh).
Pajak Objektif : Pajak yang didasarkan pada objeknya tanpa memperhatikan keadaan
Subjek (PPN)
• Menurut Pemungutnya
Pajak Pusat : Pajak yang dipungut oleh pemerintah pusat (APBN) PPh, PPN, PPnBM, PBB
P3, Bea Materai)
Pajak Daerah : Pajak yang dipungut oleh pemprov (pajak kendaraan bermotor, air tanah)
dan Pemkot/Pemkab (Pajak hotel, restoran, hiburan, reklame, penerangan jalan, galian C,
parker, BPHTB, PBB P2 perkotaan dan pedesaan).
Cara Pemungutan Pajak
• Stelsel Nyata : Pengenaan Pajak didasarkan pada objek
penghasilan yang telah diperoleh (nyata)
• Stelsel Anggapan : Pengenaan Pajak didasarkan pada
suatu anggapan yang diatur UU, misalnya penentuan PPh
tahun berjalan berdasarkan penghasilan tahun sebelumnya
• Stelsel Campuran : kombinasi stelsel nyata dan
anggapan
SISTEM PEMUNGUTAN PAJAK
OFFICIAL • Fiskus Aktif
ASSESSMENT • Wajib Pajak pasif
SYSTEM • Utang timbul karena SKP/SPPT

SELF • Menghitung,
• memperhitungkan,
ASSESSMENT • membayar,
SYSTEM • melaporkan oleh WAJIB PAJAK

WITHHOLDING • Pihak ketiga memotong atau memungut


ASSESSMENT • bukti pelunasan atau kredit pajak bagi wajib
pajak
SYSTEM
Perlawanan Terhadap Pajak
• Perlawanan Pasif
Struktur Ekonomi
Sistem perpajakan
• Perlawanan Aktif
Tax Avoidance
Tax Evasion
Melalaikan Pajak
Tarif Pajak
• Prosentase Tarif Pajak Penghasilan
Tarif Marginal : berlaku untuk suatu kenaikan DPP
Tarif Efektif : Prosentase tarif pajak yang efektif berlaku atas DPP tertentu

• Struktur Tarif Pajak


Tarif pajak proporsional/sebanding : persentase tetap
terhadap jumlah berapapun yang menjadi DPP (PPN)
Tarif pajak progresif : persentase menjadi lebih besar apabila
jumlah DPP semakin besar (PPh)
Tarif pajak degresif : persentase menjadi lebih kecil apabila
jumlah DPP semakin kecil
Tarif pajak tetap : tarif dengan jumlah tetap (sama besar) terhadap
berapapun jumlah DPP (Bea Meterai)
Menafsirkan Peraturan Pajak
• Baca dan tafsirkan dimulai dari Undang-
undang hingga aturan pelaksanaannya seperti
Peraturan Pemerintah, Peraturan Menteri
Keuangan, Peraturan Dirjen Pajak, dan Surat
Edaran Dirjen Pajak.
• Menyeimbangkan asas legalitas dan asas
kemanfaatan dalam mengimplementasikan
peraturan pajak
CIRCUMNAVIGATION UU KUP Pelaporan pajak

Kewajiban mendaftarkan
NPWP dan pengukuhan PKP Pembukuan & Himbauan-konseling &
pencatatan Pemeriksaan pajak

Pembayaran pajak
Wajib Pajak
Upaya Hukum

Penagihan pajak Penetapan &


ketetapan

Pengembalian kelebihan
pembayaran pajak
Ketentuan khusus Tindak pidana perpajakan &
penyidikan
Imbalan bunga
UU No. 6 Th. 1983 sebagaimana diubah terakhir dengan
UU No. 16 Th. 2009 tentang
KETENTUAN UMUM DAN
TATA CARA PERPAJAKAN

MENGATUR
KETENTUAN FORMAL
BAGI

PPh PPN / B.M. PBB PPSP


PPn BM

Pajak lainnya yang mengacu kepada UU ini

KECUALI DIATUR TERSENDIRI


DALAM UU YANG BERSANGKUTAN
Modul Brevet KUP 1
Definisi (Pengertian)
Pasal 1 (2 – 41)
1. Pajak 26. Bukti Permulaan
2. Wajib Pajak
3. Badan 27. Pemeriksaan Bukti Permulaan
4. Pengusaha 28. Penanggung Pajak
5. PKP
29. Pembukuan
6. NPWP
7. Masa Pajak 30. Penelitian
8. Tahun Pajak 31. Penyidikan
9. Bagian Tahun Pajak
10. Pajak yang Terutang
32. Penyidik
11. SPT 33. SK Pembetulan
12. SPT Masa 34. SK Keberatan
13. SPT Tahunan
14. SSP 35. Putusan Banding
15. SKP 36. Putusan Gugatan
16. SKPKB 37. Putusan PK
17. SKPKBT
18. SKPN 38. SK Pengembalian Pendahuluan
19. SKPLB Kelebihan Pajak
20. STP 39. SK Pemberian Imbalan Bunga
21. Surat Paksa
22. Kredit Pajak PPh 40. Tanggal Dikiring
23. Kredit Pajak PPN 41. Tanggal Diterima
24. Pekerjaan Bebas
25. Pemeriksaan
DEFINISI PAJAK
Pasal 1 (1)

Pajak adalah kontribusi wajib kepada negara


yang terutang oleh orang pribadi atau badan
yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-
Undang, dengan tidak mendapatkan imbalan
secara langsung dan digunakan untuk
keperluan negara bagi sebesar-besarnya
kemakmuran rakyat.
WAJIB PAJAK
Pasal 1 ayat (2, 3)

Orang Pribadi atau Badan yang meliputi :


• Pembayar Pajak
• Pemotong Pajak, dan
• Pemungut Pajak (konvensional)
• Pemungut Pajak (Pihak lain yaitu pihak yang terlibat
Langsung atau yang memfasilitasi transaksi –
Contoh : PPMSE- Digital Tax- Pasal 32A)

Yang mempunyai Hak dan Kewajiban perpajakan


Sesuai UU Perpajakan

Modul Brevet KUP 3


Perbedaan
WP DN vs WP LN
KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI &
MELAPORKAN USAHA
Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU KUP

1. KEWAJIBAN MENDAFTARKAN DIRI UNTUK MENDAPATKAN NPWP (memenuhi syarat subjektif dan
Objektif:
 WP tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan memperoleh penghasilan diatas
PTKP
 WP yang melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas
 Wanita Kawin yg dikenakan pajak secara terpisah karena :
- Hidup terpisah berdasarkan keputusan hakim
- dikehendaki secara tertulis berdasarkan perjanjian pemisahan penghasilan dan harta
- Memilih terpisah
 Semua badan
 Setiap WP hanya diberikan satu NPWP.

2. MELAPORKAN USAHA UNTUK DIKUKUHKAN MENJADI PKP :


- Pengusaha yg telah melampaui batasan pengusaha Kecil pada suatu masa dalam suatu tahun buku
- Pengusaha Kecil yang memilih menjadi PKP
3. SANKSI PERPAJAKAN
Wajib pajak yang tidak mendaftarkan diri atau melaporkan usahanya akan dikenakan sanksi menurut
peraturan perundang-undangan yang berlaku.

KUP 4
FUNGSI
NPWP Bagi WP NPWP / PPKP
OP Penduduk
Indonesia Penjelasan Pasal 2 ayat (1) dan (2) UU KUP
menggunakan

Nomor Induk
Kependudukan
(NIK)
SEBAGAI SARANA

 tanda pengenal diri atau identitas WP;


 dalam melaksanakan hak dan kewajiban perpajakan;
 ketertiban pembayaran pajak & pengawasan
administrasi perpajakan.
(juga untuk mendapatkan pelayanan dari Instansi
tertentu)

KUP 5
NIK = NPWP

www.pajak.go.id
NPWP = NIK 1
1

• Pelaksanaan amanat UU HPP yang mengatur


bahwa Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
orang pribadi yang merupakan penduduk
Indonesia Menggunakan Nomor Induk
Kependudukan (NIK)
www.pajak.go.id
Format NPWP Baru, Sejak KAPAN ? 1
2
Dengan ketentuan:

s.d. 31 Desember 2023


Format NPWP Baru berlaku sejak
NIK dan NPWP dengan format 16 digit dilakukan
pada layanan administrasi perpajakan secara terbatas

14 Juli 2022 Per 1 Januari 2024


seluruh layanan administrasi perpajakan dan layanan
lain yang membutuhkan NPWP, sudah menggunakan
NPWP dengan format baru

Sejak tanggal 14 Juli 2022, NIK digunakan sebagai NPWP bagi Wajib Pajak orang pribadi
penduduk dan NIK dengan format 16 digit bagi Wajib Pajak orang pribadi bukan penduduk,
Wajib Pajak badan serta Wajib Pajak instansi pemerintah

www.pajak.go.id
TEMPAT PENDAFTARAN
WAJIB PAJAK
Pasal 2 ayat (1) dan ayat (3) UU KUP

WAJIB PAJAK

Orang Pribadi / Pemungut / Pemotong


Warisan Belum Terbagi (Badan / Bendahara)
BADAN

KANTOR PELAYANAN PAJAK


PENGUSAHA
TERTENTU

TEMPAT TINGGAL

TEMPAT KEDUDUKAN
DAN TEMPAT
KEGIATAN USAHA
Modul Kuliah KUP 6
TEMPAT
PELAPORAN USAHA
Pasal 2 ayat (2) UU KUP

WP SEBAGAI PENGUSAHA
YANG DIKENAKAN PAJAK MENURUT UU PPN

ORANG
BADAN
PRIBADI

KANTOR PELAYANAN PAJAK

Tempat Tinggal dan/atau Tempat Tempat Kedudukan dan Tempat Keg.


Usaha Usaha

Pasal 45 dan 46 PMK-147/PMK,03/2017


PENERBITAN
NPWP DAN ATAU PENGUKUHAN PKP
SECARA JABATAN
Pasal 2 ayat (4) UU KUP

DIRJEN PAJAK

MENERBITKAN
NPWP DAN ATAU PPKP
SECARA JABATAN

APABILA ORANG PRIBADI ATAU BADAN YANG TELAH MEMENUHI


SYARAT SEBAGAI WP/PKP TETAPI TIDAK MENDAFTARKAN DIRI
DAN / ATAU TIDAK MELAPORKAN USAHANYA

Modul Kuliah KUP 9


KEWAJIBAN PERPAJAKAN
SELAMA 5 TAHUN KE BELAKANG
Pasal 2 ayat (4a)

PEMENUHAN KEWAJIBAN PERPAJAKAN BAGI WAJIB PAJAK


ATAU PENGUSAHA KENA PAJAK YANG DITERBITKAN
NPWP DAN/ATAU PKP

SECARA
Jabatan dan Self Assessment
DIMULAI SEJAK SAAT WAJIB PAJAK MEMENUHI PERSYARATAN

SUBJEKTIF OBJEKTIF

PALING LAMA 5 (LIMA) TAHUN SEBELUM DITERBITKANNYA NPWP


DAN/ATAU DIKUKUHKANNYA SEBAGAI PKP
JANGKA WAKTU PENDAFTARAN NPWP
DAN PELAPORAN PPKP
Pasal 2 ayat (5) UU KUP, PMK-147/PMK.03/2017, PER-04/PJ/2020

NPWP PKP

OP Usahawan Paling lambat 1 bulan setelah • Pengusaha yang memenuhi ketentuan


(menjalankan usaha sebagai PKP, paling lambat sebelum
kegiatan usaha mulai dijalankan melakukan penyerahan barang/jasa,
atau pekerjaan bebas)
kecuali pengusaha kecil
• Paling lambat akhir bulan berikutnya
Paling lambat pada akhir bulan setelah bulan saat Pengusaha kecil
WP ORANG berikutnya, setelah penghasilan sampai memiliki peredaran bruto dari
PRIBADI Non dengan suatu bulan yang disetahunkan penyerahan BKP/JKP melebihi
Usahawan sama dengan atau telah melebihi PTKP batasan pengusaha kecil yaitu 4,8
Milyar dalam setahun
• Pengusaha yang sejak semula
bermaksud melakukan penyerahan
Badan Paling lama 1 (satu) bulan setelah BKP/JKP dapat dikukuhkan sebagai
PKP
Saat pendirian
SYARAT-SYARAT UNTUK MENDAPATKAN NPWP/ PPKP
BAGI WP ORANG PRIBADI DAN JANGKA WAKTU
PENERBITAN
PMK-147/PMK.03/2017 PER-04/PJ/2020

WP ORANG PRIBADI

USAHAWAN NON USAHAWAN

MENGISI DAN MENANDATANGANI SENDIRI


FORMULIR PENDAFTARAN

DILAMPIRI FOTO KOPI :


- KTP/SIM/KK/PASPOR&KItas; DILAMPIRI FOTO KOPI :KTP/ SIM/
dan
- Dokumen yang menunjukkan adanya kegiatan usaha KK/ PASPOR & Kitas

• Apabila hasil lolos validasi NIK dan nomor KK, persyaratan diatas tidak
perlu dilampirkan
• Proses NPWP dan PKP 1 hari kerja setelah permohonan diterima lengkap
KUP 11
SYARAT-SYARAT UNTUK MENDAPATKAN NPWP/ PPKP
WP BADAN & PEMUNGUT/PEMOTONG DAN JANGKA
WAKTU PENERBITAN
PMK-147/PMK.03/2017 PER-04/PJ/2020

WAJIB PAJAK

PEMUNGUT/
BADAN JO
PEMOTONG
MENGISI DAN MENANDATANGANI SENDIRI/
FORMULIR PENDAFTARAN

DILAMPIRI FOTO KOPI : DILAMPIRI FOTO KOPI : DILAMPIRI FOTO KOPI :


- AKTE PENDIRIAN; dan - PERJANJIAN KERJA - SURAT PENUNJUKKAN SEBAGAI PIMPINAN
PENGELOLA KEUANGAN
- KTP & NPWP pengurus SAMASEBAGAI JO
- NPWP OP PIMPINAN PENGELOLA KEUANGAN
- Dokumen menunjukkan tempat - NPWP MASING- - DOKUMEN PENUNJUKKAN BENDAHARA
Usaha badan MASING ANGGOTA JO - NPWP OP YANG DITUNJUK BENDAHARA.

• UNTUK NPWP DAN PKP PALING LAMA 1 HARI


SETELAH PERMOHONAN DITERIMA LENGKAP
KUP 12
EFIN dan Sertifikat Elektronik

EFIN : Electronic Filing Identification Number (untuk


WP dapat akses pada DJP ONLINE)

1. Bagi Pengusaha Kena Pajak dan Pemotong Pajak Pajak


2. Sertifikat Elektronik digunakan untuk aplikasi efaktur dan
layanan website pemberian nomor seri faktur pajak (enofa)
3. Sertifikasi elektronik berlaku selama 2 tahun
4. Aktivasi Sertifikat elektronik oleh PKP dengan mengajukan
permohonan bersamaan dengan pengajuan permohonan PKP
atau dengan permintaan sendiri paling lama 3 bulan setelah
dikukuhkan sebagai PKP
5. KPP melakukan penelitian lapangan paling lama 10 hari kerja
6. Penelitian lapangan dilakukan untuk menguji kesesuaian
informasi yg tercantum dalam dokumen yang disyaratkan
dengan keadaan yang sebenarnya
7. Hasil Penelitian lapangan berupa mengaktifkan sertifikat
elektronik atau mencabut pengukuhan PKP.
8. PKP yang tidak menyampaikan permintaan aktivasi dalam jk
waktu 3 bulan akan dilakukan pencabutan PKP
Direktur Jenderal Pajak berwenang untuk menonaktifkan sementara Sertifikat
Elektronik terhadap PKP dengan kriteria sebagai berikut:
a.PKP yang tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai untuk 3 (tiga) Masa Pajak berturut-turut;
b.PKP yang terindikasi menggunakan tanpa danjatau menyalahgunakan hak
pengukuhan atau PKP;
c.PKP selain sebagaimana dimaksud dalam huruf a dan huruf b yang tidak
melaksanakan kewajiban sesuai dengan ketentuan perundang-undangan
perpajakan sesuai dengan kriteria yang ditetapkan oleh Direktur Jenderal
Pajak.

Terhadap penonaktifan sementara sertifikat elektronik, PKP dapat


menyampaikan klarifikasi paling lama 1 bulan sejak penonaktifan
a.apabila tidak memenuhi kriteria penonaktifan maka dilakukan pengaktifan
kembali Sertel
b.Apabila PKP tidak menyampaikan klarifikasi atau klarifikasi WP ditolak ,
maka dilakukan pencabutan Pengukuhan PKP
Perubahan Data Wajib Pajak
WAJIB PAJAK PINDAH ALAMAT
Perhatikan Hak dan Kewajiban pada KPP Lama)

Permohonan WP dengan Surat


Pernyataan Pindah

KPP Lama KPP Baru

KPP Lama menerbitkan Tindasan Pernyataan


SURAT PINDAH kepada
WP untuk diserahkan ke Pindah, oleh WP
KPP Baru dikirimkan ke KPP Lama

KPP baru menerbitkan NPWP dan atau SPPKP

KUP 13
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (6)

DIAJUKAN PERMOHONAN PENGHAPUSAN NPWP oleh WAJIB PAJAK


dan/atau AHLI WARISNYA apabila WAJIB PAJAK SUDAH TIDAK
MEMENUHI PERSYARATAN SUBJEKTIF DAN/ATAU OBJEKTIF
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

WAJIB PAJAK BADAN


DILIKUIDASI karena PENGHENTIAN
atau PENGGABUNGAN USAHA

WAJIB PAJAK BENTUK USAHA TETAP


MENGHENTIKAN USAHANYA DI INDONESIA

DIANGGAP PERLU oleh DIRJEN PAJAK untuk MENGHAPUSKAN


NPWP dari WAJIB PAJAK yang SUDAH TIDAK MEMENUHI
PERSYARATAN SUBJEKTIF DAN/ATAU OBJEKTF
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
PENGHAPUSAN NPWP YANG SUDAH TIDAK MEMENUHI
SYARAT SUBJEKTIF DAN ATAU / OBJEKTIF
Dilakukan dalam hal :
WP OP meninggal dunia dan tidak meninggalkan warisan

WP OP yang telah meninggalkan Indonesia untuk selama-lamanya

WP yang memiliki lebih dari 1 (satu) NPWP

WP OP berstatus pengurus, komisaris, pemegang saham atau pemilik dan


Pegawai yang diberikan NPWP melalui pemberi kerja dan penghasilan neto nya dibawah PTKP

Wanita yang sebelumnya telah memiliki NPWP dan menikah

Wanita kawin yang memiliki NPWP berbeda dengan suami dan pelaksanaan
Kewajiban perpajakannya digabung dengan suami

Instansi Pemerintah yang sudah tidak memenuhi persyaratan


Wp yang memiliki NPWP Cabang karena urusan PBB Pekebunan, Kehutanan, Pertambangan,
serta tidak lagi mempunyai hak atau memperoleh manfaat atas bumi dan/bangunan

KUP 14
PENGHAPUSAN NPWP YANG SUDAH TIDAK MEMENUHI
SYARAT SUBJEKTIF DAN ATAU / OBJEKTIF
Dilakukan dalam hal :
anak yang belum berumur 18 (delapan belas) tahun dan belum pernah menikah,
yang telah memiliki NPWP

Wajib Pajak Warisan Belum Terbagi dalam hal warisan telah selesai dibagi

Wajib Pajak cabang yang tidak melakukan kegiatan usaha lagi atau ditutup, atau tempat
kegiatan usahanya pindah ke wilayah kerja KPP lain

WP OP berstatus pengurus, komisaris, pemegang saham atau pemilik dan


Pegawai yang diberikan NPWP melalui pemberi kerja dan penghasilan neto nya dibawah PTKP

Wajib Pajak Badan dilikuidasi atau dibubarkan karena penghentian atau penggabungan usaha

Wajib Pajak bentuk usaha tetap yang telah menghentikan kegiatan usahanya di Indonesia

Penghapusan NPWP harus diselesaikan dalam jangka waktu 6 bulan untuk OP dan
12 bulan untuk Badan sejak tanggal diterimanya permohonan secara lengkap

KUP 14
KEPUTUSAN atas PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP
Pasal 2 ayat (7)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK SETELAH MELAKUKAN

PEMERIKSAAN
HARUS MEMBERIKAN KEPUTUSAN ATAS PERMOHONAN
PENGHAPUSAN NPWP DALAM JANGKA WAKTU

6 BULAN 12 BULAN

WP OP WP BADAN

SEJAK PERMOHONAN DITERIMA SECARA LENGKAP


PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
Pasal 2 ayat (8)

DIREKTUR JENDERAL PAJAK DAPAT MELAKUKAN


PENCABUTAN PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK

PERMOHONAN
JABATAN
WP

PEMERIKSAAN

KEPUTUSAN 6 BULAN
WAKIL/
KUASA
PASAL 32 UU KUP
Ayat 1
Dalam menjalankan hak dan kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan, Wajib Pajak diwakili dalam hal :

Badan Pengurus

Badan yang dinyatakan pailit Kurator

orang atau badan yang ditugasi


Badan dalam pembubaran
untuk melakukan pemberesan

Badan dalam likuidasi Likuidator

suatu warisan yang salah seorang ahli warisnya, pelaksana


wasiatnya atau yang mengurus harta
belum terbagi peninggalannya

anak yang belum dewasa atau orang wali atau pengampunya


yang berada dalam pengampuan
PASAL 32 UU KUP
Ayat (2)
Wakil sebagaimana dimaksud pada ayat (1) bertanggung jawab secara pribadi
dan/atau secara renteng atas pembayaran pajak yang terutang, kecuali apabila
dapat membuktikan dan meyakinkan Direktur Jenderal Pajak bahwa mereka dalam
kedudukannya benar-benar tidak mungkin untuk dibebani tanggung jawab atas
pajak yang terutang tersebut.
Ayat (3)

Orang pribadi atau badan dapat menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus untuk
menjalankan hak dan memenuhi kewajiban sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan

Penjelasan Ayat (3)


Yang dimaksud dengan "kuasa" adalah orang yang menerima kuasa khusus dari Wajib
Pajak untuk menjalankan hak dan memenuhi kewajiban perpajakan tertentu dari Wajib
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang- undangan perpajakan.

Ayat (3a)
Seorang kuasa yang ditunjuk sebagaimana dimaksud pada ayat (3) harus mempunyai
kompetensi tertentu dalam aspek perpajakan (Kompetensi tertentu antara lain jenjang
pendidikan tertentu, sertifikasi, dan/atau pembinaan olehasosiasi atau Kementerian
Keuangan)., kecuali kuasa yang ditunjuk merupakan suami, istri, atau keluarga sedarah atau
semenda sampai dengan derajat kedua
PMK 229 Tahun 2014 (Kuasa WP)
Kuasa WP
1

Konsultan Pajak
Karyawan Wajib Pajak
2 Persyaratan Kuasa
Persyaratan Umum :
• Menguasai Ketentuan Peraturan Perundang-undangan dibidang perpajakan
• Memiliki Surat Kuasa Khusus dari Wajib Pajak yang memberi kuasa
• Memiliki NPWP
• Telah menyampaikan SPT PPh Tahun Pajak terakhir
• Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak pidana di bidang perpajakan

Persyaratan tertentu :
• Untuk konsultan pajak harus memiliki izin praktik konsultan pajak dan menyerahkan surat
pernyataan sebagai konsultan pajak
• Untuk Karyawan memiliki sertifikat brevet perpajakan, ijazah pendidikan formal di bidang
perpajakan min D3 akreditasi A, Atau sertifikat konsultan Pajak dari panitia penyelenggara
sertifikasi konsultan pajak
• Untuk karyawan masuk dalam daftar karyawan tetap yang dilakukan pemotongan PPh Pasal
21 dalam SPT Masa PPh Pasal 21 yang telah dilaporkan WP

Untuk menyampaikan dan/atau menerima dokumen


perpajakan tertentu dari/kepada pegawai DJP boleh
mendelegasikan kepada orang lain atau karyawannya dengan
Surat Penunjukan
Penanggung Pajak
• Penanggung Pajak adalah orang pribadi atau badan yang
bertanggung jawab atas pembayaran pajak, termasuk wakil
yang menjalankan hak dan memenuhi kewajiban Wajib Pajak
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
• Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada
suatu saat, dalam Masa Pajak, dalam Tahun Pajak, atau
dalam Bagian Tahun Pajak sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan
• UTANG PAJAK ADALAH PAJAK YANG MASIH HARUS DIBAYAR
TERMASUK SANKSI ADMINISTRASI BERUPA BUNGA, DENDA ATAU
KENAIKAN YANG TERCANTUM DALAM SURAT KETETAPAN PAJAK
BERDASARKAN KETENTUAN PERATURAN PERUNDANG-
UNDANGAN PERPAJAKAN
PEMBUKUAN
& PENCATATAN
Pembukuan adalah suatu proses pencatatan yang
dilakukan secara teratur untuk mengumpulkan data
dan informasi keuangan yang meliputi harta,
kewajiban, modal, penghasilan dan biaya, serta
jumlah harga perolehan dan penyerahan barang
atau jasa, yang ditutup dengan menyusun laporan
keuangan berupa neraca, dan laporan laba rugi
untuk periode Tahun Pajak tersebut
Subjek Pajak Orang Pribadi

WP OP yang tidak
melakukan usaha atau
pekerjaan bebas
e.g.: Karyawan, PNS, TNI/Polri

1 WP OP yang
melakukan usaha

WP OP yang melakukan
pekerjaan bebas
pekerjaan yang dilakukan oleh orang pribadi yang
mempunyai keahlian khusus sebagai usaha untuk
memperoleh penghasilan yang tidak terikat oleh suatu
hubungan kerja
e.g. Pengacara, Akuntan, Konsultan, Penilai,
Arsitek, Notaris, Dokter, Aktuaris;
Subjek Pajak Badan
Sekumpulan ORANG dan/atau MODAL yang merupakan kesatuan
baik yang melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha
yang meliputi:

PERSEROAN TERBATAS

PERSEROAN KOMANDITER

PERSEROAN LAINNYA

BUMN/BUMD dengan nama dan dalam bentuk apapun

Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan,


Yayasan, Ormas, Orsospol, atau Organisasi Lainnya, Lembaga, BUT,
Dan bentuk badan lainnya termasuk Kontrak Investasi Kolektif
Pembukuan Menurut UU Pajak
(Pasal 28 UU KUP)

“Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan


kegiatan usaha atau pekerjaan bebas dan
Wajib Pajak badan di Indonesia wajib
menyelenggarakan pembukuan.”
(Ps 28 ayat (1) UU KUP)

Wajib Pajak yang dikecualikan dari kewajiban menyelenggarakan


pembukuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), tetapi wajib melakukan
pencatatan, adalah Wajib Pajak orang pribadi yang melakukan
kegiatan usaha atau pekerjaan bebas yang sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan perpajakan diperbolehkan
Peredaran <=
menghitung penghasilan neto dengan menggunakan Norma 4,8 M
Penghitungan Penghasilan Neto dan Wajib Pajak orang pribadi yang
tidak melakukan kegiatan usaha atau pekerjaan bebas.
(Ps 28 ayat (2) UU KUP)
Sanksi terkait Pembukuan

Sanksi Administratif (Pasal 13 ayat (3) UU KUP)


Tidak memenuhi kewajiban terkait pembukuan (Pasal 28) sehingga tidak dapat
diketahui besarnya pajak terutang:
a. bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam 1 (satu) Tahun Pajak;
b. bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong atau dipungut;
c. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang tidak atau kurang dibayar; atau
d. kenaikan sebesar 75% (tujuh puluh lima persen) dari Pajak Penghasilan yang dipotong atau dipungut tetapi tidak atau
kurang disetor

Sanksi Pidana (Pasal 39 ayat (1) UU KUP)

•Memperlihatkan pembukuan, pencatatan atau dokumen yang palsu/dipalsukan;


•Tidak menyelenggarakan pembukuan di Indonesia/tidak meminjamkan buku, catatan
atau dokumen sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara; maka
dipidana penjara paling singkat 6 bulan dan paling lama 6 tahun
dan didenda paling sedikit 2 kali jumlah pajak terutang tidak/kurang bayar dan
paling banyak 4 kali jumlah pajak terutang tidak/kurang bayar
SPT
(SURAT PEMBERITAHUAN)
SURAT PEMBERITAHUAN (SPT)

SURAT yang oleh WAJIB PAJAK digunakan untuk MELAPORKAN:

PENGHITUNGAN dan/atau PEMBAYARAN PAJAK

OBYEK PAJAK dan/atau BUKAN OBYEK PAJAK

HARTA dan KEWAJIBAN

SESUAI DENGAN KETENTUAN PERUNDANG-UNDANGAN PERPAJAKAN


Fungsi Surat Pemberitahuan
 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
dan/atau melalui pemotongan atau pemungutan pihak lain dalam 1
(satu) Tahun Pajak atau Bagian Tahun Pajak;
 penghasilan yang merupakan objek pajak dan/atau bukan objek
Pajak pajak;
Penghasilan  harta dan kewajiban; dan/atau
 pembayaran dari pemotong atau pemungut tentang pemotongan
atau pemungutan pajak orang pribadi atau badan lain dalam 1 (satu)
Masa Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
 pengkreditan Pajak Masukan terhadap Pajak Keluaran; dan
 pembayaran atau pelunasan pajak yang telah dilaksanakan sendiri
PPN/PPnBM
oleh Pengusaha Kena Pajak dan/atau melalui pihak lain dalam satu
Masa Pajak, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan perpajakan.
Bagi  sarana untuk melaporkan dan mempertanggungjawabkan pajak
pemotong/pemu yang dipotong atau dipungut dan disetorkanny
ngut pajak
Jenis SPT
• SPT Masa :
SPT Masa PPh
SPT Masa PPN
SPT Masa PPN bagi Pemungut PPN
• SPT Tahunan PPh
SPT Tahunan PPh untuk satu tahun pajak
SPT Tahunan PPh untuk bagian tahun pajak
1. Kewajiban Menyampaikan Surat Pemberitahuan

 Setiap Wajib Pajak wajib mengisi Surat Pemberitahuan dengan:


o benar, lengkap, dan jelas,
o dalam bahasa Indonesia dengan menggunakan huruf Latin, angka Arab,
satuan mata uang Rupiah, dan
o menandatangani serta menyampaikannya

 Penandatanganan SPT dapat dilakukan:


o secara biasa,
o dengan tanda tangan stempel, atau
o tanda tangan elektronik atau digital,
yang semuanya mempunyai kekuatan hukum yang sama

tata cara pelaksanaannya diatur dengan atau


berdasarkan PerMenKeu
Penyampaian SPT
benar benar dalam perhitungan, termasuk benar dalam penerapan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan,
dalam penulisan, dan sesuai dengan keadaan yang
sebenarnya;

lengkap memuat semua unsur-unsur yang berkaitan dengan objek


pajak dan unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam
Surat Pemberitahuan; dan

jelas melaporkan asal-usul atau sumber dari objek pajak dan


unsur-unsur lain yang harus dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan
Isi SPT
Isi SPT
Penandatanganan SPT

 Surat Pemberitahuan Wajib Pajak badan harus ditandatangani oleh


pengurus atau direksi.
 Dalam hal Wajib Pajak menunjuk seorang kuasa dengan surat kuasa khusus
untuk mengisi dan menandatangani Surat Pemberitahuan, surat kuasa
khusus tersebut harus dilampirkan pada Surat Pemberitahuan.
 Penandatanganan SPT sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 dilakukan
dengan cara :
 tanda tangan biasa;
 tanda tangan stempel; atau
 tanda tangan elektronik atau digital.
Tanda tangan stempel dan tanda tangan elektronik atau digital mempunyai
kekuatan hukum yang sama dengan tanda tangan biasa.
Pengambilan Surat Pemberitahuan

Hardcopy Kantor Pelayanan Pajak (KPP);


Kantor Pelayanan, Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan (KP2KP);
Kantor Wilayah Direktorat Jenderal Pajak;
Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;
Pojok Pajak, Mobil pajak;
diunduh dari website DJP http://www.pajak.go.id .

e-SPT diambil secara langsung oleh Wajib Pajak di Kantor Pelayanan Pajak atau
Kantor Pelayanan Penyuluhan dan Konsultasi Perpajakan; atau

diunduh dari website Direktorat Jenderal Pajak, dengan


alamat http://www.pajak.go.id .

SPT yang didapatkan dengan mengunduh dari situs internet Direktorat


Jenderal Pajak dan digandakan oleh Wajib Pajak mempunyai kekuatan hukum
yang sama dengan SPT yang diambil di kantor pajak.
Penyampaian Surat Pemberitahuan

 secara langsung;
 melalui pos dengan bukti pengiriman surat; atau
 dengan cara lain, meliputi :
 melalui perusahaan jasa ekspedisi atau jasa kurir dengan bukti
pengiriman surat; atau
 Saluran tertentu yang ditetapkan DJP (e-filling)

Pasal 9 PMK 243/PMK.03/2014


BATAS WAKTU PENYAMPAIAN SPT
Pasal 3 ayat (3)

PALING LAMA 20 (dua puluh) HARI


SPT MASA setelah AKHIR MASA PAJAK ,
(Khusus SPT Masa PPN Akhir bulan Berikutnya)

SPT TAHUNAN PPh PALING LAMA 3 (tiga) BULAN


WP OP setelah AKHIR TAHUN PAJAK

SPT TAHUNAN PPh PALING LAMA 4 (empat) BULAN


WP BADAN setelah AKHIR TAHUN PAJAK

Untuk SPT MasaApabila batas akhir pelaporan bertepatan dengan hari libur,
maka pelaporan dapat dilakukan paling lambat hari kerja berikutnya
Batas Waktu Penyampaian SPT
Disampaikan Jenis SPT
PPh Pasal 4 ayat (2) yang dipotong oleh Pemotong Pajak Penghasilan
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang dipotong oleh Pemotong PPh
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 21 yang dipotong oleh Pemotong PPh
PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26 yang dipotong oleh Pemotong PPh
PPh Pasal 25
PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas kepada
paling lama 20 (dua
penyalur/agen atau industri yang dipungut oleh Wajib Pajak badan yang bergerak
puluh) hari setelah dalam bidang produksi bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
Masa Pajak berakhir
PPh pasal 22 yang pemungutannya dilakukan oleh Wajib Pajak badan tertentu
sebagai Pemungut Pajak
PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang melaporkan beberapa Masa
Pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa
Pembayaran masa selain PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) Undang-Undang KUP yang
melaporkan beberapa masa pajak dalam satu Surat Pemberitahuan Masa
Batas Waktu Penyampaian SPT

PN yang terutang atas kegiatan membangun sendiri

PPN yang terutang atas pemanfaatan BKP tidak berwujud


dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean harus disetor oleh orang
pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean
paling lama akhir bulan
berikutnya setelah Masa Pajak
berakhir PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk

PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh


Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah atau instansi
Pemerintah yang ditunjuk

paling lama pada hari kerja PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut
terakhir minggu berikutnya oleh DJBC

paling lama 14 (empat belas)


PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
hari setelah Masa Pajak berakhir
PMK-9/PMK.03/2018
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 3 ayat (4)

WAJIB PAJAK DAPAT MEMPERPANJANG JANGKA WAKTU


PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PAJAK PENGHASILAN PALING LAMA 2
(DUA) BULAN DENGAN SYARAT :
a. Menyampaikan pemberitahuan secara tertulis, atau
b. Dengan cara lain

KEPADA DIRJEN PAJAK


KETENTUANNYA DIATUR DALAM PERMENKEU
Pasal 13 PER-243/PMK.03/2014
PERPANJANGAN JANGKA WAKTU
PENYAMPAIAN SPT TAHUNAN PPh
Pasal 3 ayat (5)

SELAIN PEMBERITAHUAN sebagaimana dimaksud


PASAL 3 AYAT (4), SYARAT LAIN YANG DITENTUKAN
ADALAH :
1. PEMBERITAHUAN HARUS DISERTAI DENGAN
PENGHITUNGAN SEMENTARA PAJAK YANG TERUTANG
DALAM 1 (SATU) TAHUN,
2. SURAT SETORAN PAJAK SEBAGAI BUKTI PELUNASAN
KEKURANGAN PEMBAYARAN PAJAK YANG TERUTANG.
3. LAPORAN KEUANGAN SEMENTARA (PASAL 14 PMK-243)
STP
Bunga Pasal 19 ayat (3)
• Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan menunda penyampaian
Surat Pemberitahuan Tahunan dan ternyata penghitungan
sementara pajak yang terutang sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 ayat (5) kurang dari jumlah pajak yang
sebenarnya terutang atas kekurangan pembayaran pajak
tersebut, Wajib Pajak dikenai bunga sebesar tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan yang dihitung
dari saat berakhirnya batas waktu penyampaian Surat
Pemberitahuan Tahunan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (3) huruf b dan huruf c sampai dengan tanggal
dibayarnya kekurangan pembayaran tersebut dan dikenakan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Pasal 113 UU Cipta Kerja


SURAT TEGURAN
KETERLAMBATAN PENYAMPAIAN SPT
Pasal 3 ayat (5a)

APABILA SURAT PEMBERITAHUAN (SPT) :

• TIDAK DISAMPAIKAN PADA WAKTU YANG TELAH


DITENTUKAN, ATAU
• PERPANJANGAN JANGKA WAKTU PENYAMPAIAN
TERLAMPAUI,

DIRJEN PAJAK DAPAT MENERBITKAN


SURAT TEGURAN
KEWAJIBAN DIRJEN PAJAK
sebagaimana dimaksud Pasal 3 ayat (7)
Pasal 3 ayat (7a)

DIRJEN PAJAK WAJIB MEMBERITAHUKAN


KEPADA WAJIB PAJAK,

APABILA DIANGGAP
SURAT PEMBERITAHUAN TIDAK DISAMPAIKAN
SEBAGAIMANA DIMAKSUD DALAM
PASAL 3 AYAT (7)
SPT dianggap tidak disampaikan
SANKSI ADMINISTRASI BERUPA DENDA
Pasal 7 ayat (1)

APABILA SPT TIDAK DISAMPAIKAN DALAM JANGKA WAKTU


ATAU BATAS WAKTU PERPANJANGAN, DIKENAKAN
SANKSI ADMINISTRASI
BERUPA DENDA

1. SPT MASA PPN Rp. 500.000,00

2. SPT MASA LAINNYA Rp. 100.000,00

3. SPT TAHUNAN PPh Rp. 1.000.000,00


WP BADAN
4. SPT TAHUNAN PPh Rp. 100.000,00
WP ORANG PRIBADI
SANKSI DENDA
TIDAK DILAKUKAN TERHADAP
Pasal 17 ayat (2) jo. PER-243/PMK.03/2014

1. WP ORANG PRIBADI yang TELAH MENINGGAL DUNIA;


2. WP ORANG PRIBADI yang SUDAH TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA ATAU PEKERJAAN BEBAS;
3. WP ORANG PRIBADI yang BERSTATUS SEBAGAI WARGA NEGARA
ASING yang TIDAK TINGGAL LAGI DI INDONESIA;
4. BUT yang TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN LAGI DI INDONESIA;
5. WP BADAN yang TIDAK MELAKUKAN KEGIATAN USAHA LAGI
TETAPI BELUM DIBUBARKAN SESUAI KETENTUAN YANG
BERLAKU;
6. BENDAHARA yang TIDAK MELAKUKAN PEMBAYARAN LAGI;
7. WP yang TERKENA BENCANA, yang KETENTUANNYA DI ATUR
DENGAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN; ATAU
8. WAJIB PAJAK LAIN yang DIATUR DENGAN ATAU BERDASARKAN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN.
WAJIB PAJAK LAIN
Pasal 17 PER-243/PMK.03/2014

YANG DIMAKSUD DALAM KETENTUAN DI ATAS


ADALAH :
• KERUSUHAN MASSAL,
• KEBAKARAN,
• LEDAKAN BOM ATAU AKSI TERORISME,
• PERANG ANTAR SUKU, ATAU
• KEGAGALAN SISTEM KOMPUTER ADMINISTRASI
PENERIMAAN NEGARA ATAU PERPAJAKAN
• KEADAAN LAIN BERDASARKAN PERTIMBANGAN
DIREKTUR JENDERAL PAJAK
WP PPh Tertentu yang dikecualikan dari kewajiban menyampaikan SPT
PEMBAYARAN
PAJAK
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak
Paling Lama Jenis Setoran
PPh Pasal 4 ayat (2)
PPh Pasal 15
PPh Pasal 21
Tanggal 10 bulan PPh Pasal 23 dan PPh Pasal 26
berikutnya PPh Pasal 22 atas penyerahan bahan bakar minyak, gas, dan pelumas
kepada penyalur/agen atau industri
PPh pasal 22 yang dipungut WP badan tertentu sebagai Pemungut
Pajak
PPh Pasal 4 ayat (2) yang harus dibayar sendiri oleh Wajib Pajak
PPh Pasal 15 yang harus dibayar sendiri
PPh Pasal 25
Tanggal 15 bulan
PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau JKP
berikutnya
dari luar Daerah Pabean
PPN atau PPN dan PPnBM oleh Pemungut PPN selain Bendahara
Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
Batas Waktu Pembayaran Pajak Untuk Masa Pajak
Disetor Paling Lama Jenis Setoran
Bersamaan dengan
PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor
pembayaran BM
Dalam Jangka waktu PPh Pasal 22, PPN atau PPN dan PPnBM atas impor yang dipungut
satu hari setelah oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
pemungutan
PPh Pasal 22 yang dipungut oleh bendahara
Pada hari yang sama PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
Pejabat Penandatangan SPM sebagai Pemungut PPN
Tanggal tujuh bulan PPN atau PPN dan PPnBM yang pemungutannya dilakukan oleh
berikutnya Bendahara Pemerintah atau instansi Pemerintah yang ditunjuk
Pada akhir masa pajak PPh Pasal 25 bagi Wajib Pajak dengan kriteria tertentu
terakhir sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3b) UU KUP
Sebelum SPT SPT Masa PPN
disampaikan SPT Tahunan
Pembayaran Pajak

Jika hari hari libur termasuk hari Sabtu, minggu atau hari libur nasional

libur termasuk hari yang diliburkan untuk penyelenggaraan Pemilihan


Umum yang ditetapkan oleh Pemerintah dan cuti bersama secara
nasional yang ditetapkan oleh Pemerintah
pembayaran atau penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya

Tempat menggunakan Surat Setoran Pajak ke kas negara melalui tempat


Pembayaran pembayaran yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan
Menteri Keuangan

dilakukan di Kantor Pos atau bank yang ditunjuk oleh Menteri


Keuangan
Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan Pembayaran
Pajak

Untuk Masa dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar


Pajak tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
(Pasal 9 Keuangan yang dihitung sejak berakhirnya tanggal
ayat (2a) jatuh tempo pembayaran sampai dengan tanggal Pembayaran atau
pembayaran, dan dikenakan paling lama 24 (dua penyetoran pajak
puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung sebagaimana
penuh 1 (satu) bulan. dimaksud pada
ayat (1), yang
Untuk PPh dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar dilakukan setelah
Setahun tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri tanggal jatuh
Keuangan yang dihitung sejak berakhirnya batas tempo pembayaran
(Pasal 9
ayat (2b) waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan atau penyetoran
sampai dengan tanggal pembayaran, dan dikenakan pajak,
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian
dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Pasal 113 UU Cipta Kerja


Sanksi Administrasi Atas Keterlambatan
Pembayaran Pajak Pasal 9 (Lanjutan)

Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh


Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada
ayat (2a) dan ayat (2b) dihitung berdasarkan
suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen)
dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada
tanggal dimulainya penghitungan sanksi.
Contoh
Bunga Pasal 9 ayat (2a)
• Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 PT ABC tahun 2020
sejumlah Rp 10.000.000,00 per bulan. Angsuran masa Agustus 2020
dibayar tanggal 18 Oktober 2020
• Apabila pada tanggal 2 Nov 2020 diterbitkan Surat Tagihan Pajak dan
tarif bunga perbulan yang ditetapkan Menteri Keuangan sebesar 1%
(lihat tarif bunga per 2 Nov 2020 karena masa dan tahun pajak
sebelum UU Cipta Kerja berlaku) maka sanksi bunga Pasal 9 ayat (2a)
dalam Surat Tagihan Pajak dihitung sbb:
16/9-15/10 16/10-18/10 = 2 bulan

1 2

 Sanksi bunga = 2 bulan x 1 % x Rp10.000.000,00


= Rp200.000,00
Contoh
Bunga Pasal 9 ayat (2a)
• Angsuran masa Pajak Penghasilan Pasal 25 PT ABC tahun 2020
sejumlah Rp 10.000.000,00 per bulan. Angsuran masa Desember
2020 dibayar tanggal 18 Februari 2021
• Apabila pada tanggal 2 Maret 2021 diterbitkan Surat Tagihan Pajak
dan tarif bunga perbulan yang ditetapkan Menteri Keuangan sebesar
1% (lihat tarif bunga pada tanggal dimulainya perhitungan sanksi yaitu
tanggal 16/1/2021) maka sanksi bunga Pasal 9 ayat (2a) dalam Surat
Tagihan Pajak dihitung sbb:
16/1-15/2 16/2-18/2 = 2 bulan

1 2
 Sanksi bunga = 2 bulan x 1 % x Rp10.000.000,00
= Rp200.000,00
Contoh
Bunga Pasal 9 ayat (2b)
• PT ABC menyetorkan PPh Pasal 29 Badan Tahun Pajak
2020 tanggal 31 Agustus 2021 Rp 10.000.000
• Apabila pada tanggal 2 November 2020 diterbitkan Surat
Tagihan Pajak dan tarif bunga perbulan yang ditetapkan
Menteri Keuangan sebesar 1% (lihat tarif bunga per 1 Mei
2021) maka sanksi bunga Pasal 9 ayat (2b) dalam Surat
Tagihan Pajak dihitung
Mei Jun Jul Agustus = 4 bulan

• 4 bulan x 1% x Rp 10.000.000,00 = Rp400.000,00.


STP
Bunga Pasal 19 ayat (1)
Apabila Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar atau Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar Tambahan, serta Surat
Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan, Putusan
Banding atau Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan
jumlah pajak yang masih harus dibayar bertambah, pada saat
jatuh tempo pelunasan tidak atau kurang dibayar, atas jumlah
pajak yang tidak atau kurang dibayar itu dikenai sanksi
administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan untuk seluruh masa, yang
dihitung dari tanggal jatuh tempo sampai dengan tanggal
pembayaran atau tanggal diterbitkannya Surat Tagihan Pajak,
dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta
bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.
Contoh
Bunga Pasal 19 ayat (1)
• Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar Rp 10.000.000,00 yang
diterbitkan tanggal 7 November 2020, dengan batas akhir
pelunasan tanggal 6 Desember 2020. Jumlah pembayaran
sampai dengan tanggal 6 Desember 2020 Rp 6.000.000,00.
Pada tanggal 7 Desember 2020 diterbitkan Surat Tagihan
Pajak dengan tarif bunga perbulan 0,5% sehingga perhitungan
sanksi bunga sebagai berikut:
– Pajak yang masih harus dibayar =Rp 10.000.000,00
– Dibayar sampai dengan jatuh tempo pelunasan =Rp 6.000.000,00(-)
– Kurang dibayar =Rp 4.000.000,00
– Bunga 1 (satu) bulan = (1 x 0,5% x Rp 4.000.000,00)
= Rp 20.000,00
Contoh
Bunga Pasal 19 ayat (1)
• Jumlah pajak yang masih harus dibayar berdasarkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar sebesar Rp 10.000.000,00 yang diterbitkan tanggal 7
Oktober 2020, dengan batas akhir pelunasan tanggal 6 November 2020
• Dalam hal terhadap Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tsb, Wajib Pajak
membayar Rp 10.000.000,00 pada tanggal 3 Desember 2020 dan pada
tanggal 5 Desember 2020 diterbitkan Surat Tagihan Pajak dengan tarif
bunga per bulan 0,5%, maka sanksi administrasi berupa bunga dihitung
sebagai berikut:
– Pajak yang masih harus dibayar =Rp 10.000.000,00
– Dibayar setelah jatuh tempo pelunasan =Rp 10.000.000,00
– Kurang dibayar =Rp 0,00
– Bunga 1 (satu) bulan (1 x 0,5% x Rp 10.000.000,00)
=Rp 50.000,00
STP
Bunga Pasal 19 ayat (2)
• Dalam hal Wajib Pajak diperbolehkan
mengangsur atau menunda pembayaran
pajak juga dikenai sanksi administrasi berupa
bunga sebesar tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan dari jumlah
pajak yang masih harus dibayar dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat)
bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh 1
(satu) bulan.
Contoh
Bunga Pasal 19 ayat (2)
• Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebesar
Rp1.120.000,00 yang diterbitkan pada tanggal 2 Januari 2017 dengan
batas akhir pelunasan tanggal 1 Februari 2017. Wajib Pajak tersebut
diperbolehkan untuk mengangsur pembayaran pajak dalam jangka waktu
5 (lima) bulan dengan jumlah yang tetap sebesar Rp224.000,00. Sanksi
administrasi berupa bunga untuk setiap angsuran dihitung sebagai berikut:
• angsuran ke-1 : 2% x Rp 1.120.000,00 = Rp 22.400,00.
• angsuran ke-2 : 2% x Rp 896.000,00 = Rp 17.920,00.
• angsuran ke-3 : 2% x Rp 672.000,00 = Rp 13.440,00.
• angsuran ke-4 : 2% x Rp 448.000,00 = Rp 8.960,00.
• angsuran ke-5 : 2% x Rp 224.000,00 = Rp 4.480,00.

• Tarif Bunga 2% berubah mengikuti acuan tarif bunga perbulan


berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mulai 2 November 2020
Contoh
Bunga Pasal 19 ayat (2)
• Wajib Pajak menerima Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
sebesar Rp1.120.000,00 yang diterbitkan pada tanggal 2
Januari 2017 dengan batas akhir pelunasan tanggal 1
Februari 2017
• Wajib Pajak tsb diperbolehkan untuk menunda pembayaran
pajak sampai dengan tanggal 30 Juni 2017.
• Sanksi administrasi berupa bunga atas penundaan
pembayaran Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar tersebut
sebesar 5 x 2% x Rp 1.120.000,00 = Rp 112.000,00

• Tarif Bunga 2% berubah mengikuti acuan tarif bunga perbulan


berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan mulai 2 November 2020
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1)

WAJIB PAJAK DENGAN KEMAUAN SENDIRI DAPAT


MEMBETULKAN SPT YANG TELAH DISAMPAIKAN,

DENGAN MENYAMPAIKAN
SURAT PERNYATAAN

SYARAT :
BELUM DILAKUKAN TINDAKAN PEMERIKSAAN
oleh DIREKTUR JENDERAL PAJAK.
PEMBETULAN SPT
Pasal 8 ayat (1a)

DALAM HAL PEMBETULAN SPT MENYATAKAN :

RUGI ATAU
LEBIH BAYAR

PEMBETULAN SPT HARUS DISAMPAIKAN


PALING LAMA 2 (DUA) TAHUN
SEBELUM DALUWARSA PENETAPAN
Yang dimaksud dengan daluwarsa penetapan adalah jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat
(1).
PEMBETULAN SPT WP Membetulkan SPT dengan
menyampaikan pernyataan
tertulis

Syarat, belum dilakukan:


o Verifikasi dalam rangka menerbitkan
skp;
o Pemeriksaan; atau
o Pemeriksaan Bukti Permulaan.

rugi atau lebih bayar

TIDAK YA

sampai paling lama 2 (dua) tahun


daluwarsa sebelum daluwarsa
100
Pasal 5
PEMBETULAN SPT TAHUNAN
Pasal 8 ayat (2)

Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan Tahunan


yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar, kepadanya dikenai
sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan atas jumlah pajak yang kurang dibayar,
dihitung sejak saat penyampaian Surat Pemberitahuan berakhir sampai
dengan tanggal pembayaran, dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh
empat) bulan, serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a) dihitung berdasarkan suku bunga acuan
ditambah 5% (lima persen dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal
dimulainya penghitungan sanksi.
PEMBETULAN SPT MASA
Pasal 8 ayat (2a)

Dalam hal Wajib Pajak membetulkan sendiri Surat Pemberitahuan


Masa yang mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar,
kepadanya dikenai sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif
bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan atas
jumlah pajak yang kurang dibayar, dihitung sejak jatuh tempo
pembayaran sampai dengan tanggal pembayaran, dan dikenakan
paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a) dihitung berdasarkan suku bunga acuan
ditambah 5% (lima persen dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal
dimulainya penghitungan sanksi
Contoh
Bunga Pasal 8 ayat (2)
• PT ABC melaporkan SPT Tahunan PPh Badan Tahun 2020 tanggal 1
April 2021 dengan PPh terutang 100.000.000
• Pada tanggal 8 Oktober 2021 PT ABC membetulkan SPT Tahunan PPh
Badan Tahun 2020 dengan PPh terutang menjadi 150.000.000,
sehingga ada kurang bayar (KB) Rp50.000.000,- karena pembetulan
dan telah dilakukan penyetoran KB tgl 8 Oktober 2021
• Apabila pada tanggal 2 Nov 2021 diterbitkan Surat Tagihan Pajak dan
apabila tarif bunga perbulan yang ditetapkan Menteri Keuangan sebesar
1% (lihat tarif bunga per 1 Mei 2021) , maka sanksi bunga Pasal 8 ayat
(2) dalam Surat Tagihan Pajak dihitung sbb
mei juni Juli Agustus September Oktober = 6 bulan

jumlah sanksi 50.000.000 x 1% x 6 bulan = 3.000.000


Contoh
Bunga Pasal 8 ayat (2a)
• PT ABC melaporkan SPT Masa PPh 21 Masa Pajak Januari 2020 tepat waktu
tanggal 20 Februari 2020 dengan PPh 21 terutang Rp 100.000.000 disetor tanggal
10 feb 2020
• Pada tanggal 8 Juli 2020 PT ABC membetulkan SPT Masa PPh 21 Masa Pajak
Januari 2020 dengan PPh 21 terutang menjadi Rp 150.000.000, sehingga ada
kurang bayar tambahan karena pembetulan sebesar Rp50.000.000,- yang disetor
tgl 8 Juli 2020
• Apabila pada tanggal 10 Nov 2020 diterbitkan Surat Tagihan Pajak dan tarif bunga
perbulan yang ditetapkan Menteri Keuangan sebesar 1%, (lihat tarif bunga per 2
Nov 2020 karena masa dan tahun pajak sebelum UU Cipta Kerja berlaku) maka
sanksi bunga Pasal 8 ayat (2a) dalam Surat Tagihan Pajak dihitung sbb
• 11/2-10/3 11/3-10/4 11/4-10/5 11/5-10/6 11/6-8/7 = 5 bulan
1 2 3 4 5

• Sanksi Bunga Pasal 8 ayat (2a) =


– 1% x 50.000.000 x 5 bulan = 2.500.000
Contoh
Bunga Pasal 8 ayat (2a)
• PT ABC melaporkan SPT Masa PPh 21 Masa Pajak Januari 2021 tepat waktu
tanggal 20 Februari 2021 dengan PPh 21 terutang Rp 100.000.000 disetor tanggal
10 feb 2021
• Pada tanggal 8 Juli 2021 PT ABC membetulkan SPT Masa PPh 21 Masa Pajak
Januari 2021 dengan PPh 21 terutang menjadi Rp 150.000.000, sehingga ada
kurang bayar tambahan karena pembetulan sebesar Rp50.000.000,- yang disetor
tgl 8 Juli 2021
• Apabila pada tanggal 10 Agustus 2021 diterbitkan Surat Tagihan Pajak dan tarif
bunga perbulan yang ditetapkan Menteri Keuangan sebesar 1%, (lihat tarif bunga
per 11 februari 2021 sebagai tgl dimulainya perhitungan sanksi), maka sanksi
bunga Pasal 8 ayat (2a) dalam Surat Tagihan Pajak dihitung sbb
• 11/2-10/3 11/3-10/4 11/4-10/5 11/5-10/6 11/6-8/7 = 5 bulan
1 2 3 4 5

• Sanksi Bunga Pasal 8 ayat (2a) =


– 1% x 50.000.000 x 5 bulan = 2.500.000
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PENGISIAN SPT
Pasal 8 ayat (4)

Walaupun Direktur Jenderal Pajak telah melakukan pemeriksaan, dengan


syarat Direktur Jenderal Pajak belum menerbitkan surat ketetapan pajak,
Wajib Pajak dengan kesadaran sendiri dapat mengungkapkan dalam
laporan tersendiri tentang ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan yang telah disampaikan sesuai
keadaan yang sebenarnya, yang dapat mengakibatkan:

a. pajak-pajak yang masih harus dibayar menjadi lebih besar atau lebih
kecil;
b. rugi berdasarkan ketentuan perpajakan menjadi lebih kecil atau lebih
besar;
c. jumlah harta menjadi lebih besar atau lebih kecil; atau
d. jumlah modal menjadi lebih besar atau lebih kecil

dan proses pemeriksaan tetap dilanjutkan.


PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PENGISIAN SPT
Pasal 8 ayat (4)

• Pajak yang kurang dibayar yang timbul sebagai akibat dari pengungkapan
ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
harus dilunasi oleh Wajib Pajak sebelum laporan tersendiri disampaikan beserta sanksi
administrasi berupa bunga sebesar tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan dari pajak yang kurang dibayar, yang dihitung sejak:
a.batas waktu penyampaian Surat Pemberitahuan Tahunan berakhir sampai dengan
tanggal pembayaran, untuk pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat
Pemberitahuan Tahunan; atau
b.jatuh tempo pembayaran berakhir sampai dengan tanggal pembayaran, untuk
pengungkapan ketidakbenaran pengisian Surat Pemberitahuan Masa,
dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan, serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan.

Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) dihitung berdasarkan suku bunga acuan ditambah 10% (sepuluh persen)
dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal dimulainya penghitungan sanksi.
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PENGISIAN SPT

Dirjen Wajib Pemeriksaan


Pajak Pajak tetap
dilanjutkan
skp
Pengungkapan
Pemeriksaan Ketidakbenaran
Pengisian SPT
Syarat:
Ditandatangani WP
Kesadaran sendiri penghitungan
kekurangan pajak
Laporan tertulis
dalam format SPT
SSP Kurang Bayar
Sepanjang SPHP belum
disampaikan SSP Sanksi Bunga

Catatan untuk SPT Masa PPN:


PM yg tidak dilaporkan dalam SPT  tidak dapat diperhitungkan dalam pengungkapan
ketidakbenaran pengisian SPT

108
Pasal 8
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN
Pasal 8 ayat (3)

Walaupun telah dilakukan tindakan pemeriksaan bukti permulaan, Wajib


Pajak dengan kemauan sendiri dapat mengungkapkan dengan pernyataan
tertulis mengenai ketidakbenaran perbuatannya, yaitu:
a.tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b.menyampaikan Surat Pemberitahuan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap, atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 38 atau Pasal 39 ayat (1) huruf c dan
huruf d, sepanjang mulainya Penyidikan belum diberitahukan kepada
Penuntut Umum melalui penyidik pejabat Polisi Negara Republik Indonesia.

•Pengungkapan ketidakbenaran perbuatan sebagaimana dimaksud pada


ayat (3) disertai pelunasan kekurangan pembayaran jumlah pajak yang
sebenarnya terutang beserta sanksi administrasi berupa denda sebesar
100% (seratus persen) dari jumlah pajak yang kurang dibayar.


PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN (1)

Pengungkapan Wajib
Ketidakbenaran Pajak
Perbuatan
Tidak sesuai
dengan Usulan
keadaan yg Penyidikan
sebenarnya
Dirjen Pemeriksaan
Pajak Bukper
Terbuka tetap
dilanjutkan sesuai
Pemeriksaan > dengan Temuan
dengan
Pemeriksaan Bukper
Bukper keadaan yg
Terbuka sebenarnya
Laporan Hasil Pemberitahuan
Pemeriksaan Tidak
Bukper Dilakukan
Penyidikan

Pemeriksaan terdapat
Bukper data lain

110
Pasal 7
PENGUNGKAPAN KETIDAKBENARAN PERBUATAN (2)

tidak menyampaikan SPT


alpa/
sengaja menyampaikan SPT tidak benar atau tidak lengkap, atau
melampirkan keterangan yg isinya tidak benar

Syarat:
Kemauan sendiri
Ditandatangani WP
Pernyataan tertulis
penghitungan kekurangan pajak dalam
Sepanjang mulainya penyidikan belum format SPT
diberitahukan kpd penuntut umum
SSP Kurang Bayar
SSP denda sebesar 100%

Dirjen Pajak
111
Pasal 7
STP
surat untuk melakukan tagihan pajak dan/ atau sanksi administrasi berupa bunga
dan/atau denda.
+ SANKSI
PPh dalam tahun berjalan Tidak atau Kurang Bayar
BUNGA sesuai
Tarif perbulan
Terdapat Kurang Bayar akibat salah tulis &/hitung
Menkeu
PENYEBAB Sesuai Pasal yg
DITERBITKANNYA WP dikenai sanksi berupa Bunga atau Denda
mengatur

STP Tidak membuat FP atau terlambat membuat


Faktur Pajak SANKSI
PKP

DENDA

(Ps.14) Tidak mengisi FP secara lengkap 1% x DPP

+ SANKSI
Terdapat Imbalan Bunga yang seharusnya tidak BUNGA sesuai
Diberikan kepada Wajib Pajak berdasarkan keputusan Tarif perbulan
Menkeu

Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dihitung
berdasarkan suku bunga acuan ditambah 5% (lima persen) dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada
tanggal dimulainya penghitungan sanksi.
dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan 112
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa bunga

Pasal 8 ayat (2) KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Tahunan yang
mengakibatkan utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 8 ayat (2a) KUP: dalam hal WP membetulkan sendiri SPT Masa yang mengakibatkan
utang pajak menjadi lebih besar;
Pasal 9 ayat (2a) KUP : pembayaran atau penyetoran pajak yang terutang dalam suatu
Masa Pajak dilakukan setelah tanggal jatuh tempo;
Pasal 9 ayat (2b) KUP : pembayaran atau penyetoran kekurangan pajak yang terutang
berdasarkan SPT Tahunan PPh dilakukan setelah tanggal jatuh tempo penyampaian SPT
Tahunan
Pasal 19 ayat (1) KUP: dalam hal jumlah pajak yang masih harus dibayar menurut
ketetapan, pada saat jatuh tempo tidak atau kurang dibayar;
Pasal 19 ayat (2) KUP: dalam hal WP diperbolehkan mengangsur atau menunda
pembayaran pajak;
Pasal 19 ayat (3) KUP: dalam hal WP menunda penyampaian SPT Tahunan yang
penghitungan sementara pajak yang terutang kurang dari jumlah pajak yang sebenarnya
terutang.
Pasal 14 ayat (1) huruf g: PKP yang gagal berproduksi dan telah diberikan pengembalian
Pajak Masukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (6a) UU PPN 1984 dan
perubahannya.
PENERBITAN STP Pasal 14 UU KUP

surat untuk melakukan tagihan sanksi administrasi berupa


denda

Pasal 14 ayat 1 huruf d: pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak, tetapi tidak membuat faktur pajak atau terlambat membuat Faktur Pajak;

Pasal 14 ayat 1 huruf e : pengusaha yang telah dikukuhkan sebagai PKP yang tidak mengisi
faktur pajak secara lengkap sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) UU PPN 1984
dan perubahannya, selain: identitas pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena
Pajak serta nama dan tanda tangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) huruf b
dan huruf g Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya dalam hal
penyerahan dilakukan oleh Pengusaha Kena Pajak pedagang eceran;;

Terhadap Pengusaha atau PKP tsb, selain wajib menyetor pajak yang terutang, dikenai sanksi
administrasi berupa denda sebesar 1% (dua persen) dari Dasar Pengenaan Pajak.
(Pasal 14 ayat 4 UU KUP)

Pasal 7 ayat 1 KUP yaitu sanksi administrasi berupa denda apabila SPT tidak disampaikan
dalam jangka waktunya;
Penerbitan STP (Lanjutan)
Surat Tagihan Pajak diterbitkan paling lama 5 (lima) tahun setelah saat terutangnya
pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau Tahun Pajak.

Dikecualikan dari ketentuan jangka waktu penerbitan sebagaimana dimaksud pada


ayat (5b):
a. Surat Tagihan Pajak atas sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
19 ayat (1) diterbitkan paling lama sesuai dengan daluwarsa penagihan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar serta Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan, dan Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan Keberatan,
Putusan Banding, serta Putusan Peninjauan Kembali, yang menyebabkan jumlah
pajak yang masih harus dibayar bertambah;
b. Surat Tagihan Pajak atas sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
25 ayat (9) dapat diterbitkan paling lama 5 (lima) tahun sejak tanggal penerbitan
Surat Keputusan Keberatan, apabila Wajib Pajak tidak mengajukan upaya banding;
dan
c. Surat Tagihan Pajak atas sanksi administrasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal
27 ayat (5d) dapat diterbitkan paling lama dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
tanggal Putusan Banding diucapkan oleh hakim Pengadilan Pajak dalam sidang
terbuka untuk umum.
Bunga Pasal 14 ayat (3)
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar
• Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2020 setiap bulan sebesar Rp
100.000.000,00 jatuh tempo tanggal 15 bulan berikutnya. Pajak
Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2020 dibayar tepat waktu sebesar Rp
40.000.000,00. sedangkan sisanya belum dibayar.
• Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut diterbitkan Surat
Tagihan Pajak pada tanggal 15 November 2020 dengan tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar 1% (lihat tarif
bunga per 2 Nov 2020 karena masa dan tahun pajak sebelum UU Cipta
Kerja berlaku), maka penghitungan STP sebagai berikut:
bulan keterlambatan : 16/7-15/8 16/8-15/9 16/9-15/10 16/10-15/11 = 4 bulan

– Kekurangan bayar Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2020


(Rp 100.000.000,00–Rp 40.000.000,00) = Rp 60.000.000,00
– Bunga = 4 x 1% xRp 60.000.000,00 = Rp 2.400.000,00
– Jumlah yang harus dibayar dalam STP = Rp 62.400.000,00
Bunga Pasal 14 ayat (3)
Pajak Penghasilan dalam tahun berjalan tidak atau
kurang dibayar
• Pajak Penghasilan Pasal 25 tahun 2021 setiap bulan sebesar Rp
100.000.000,00 jatuh tempo tanggal 15 bulan berikutnya. Pajak
Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2021 dibayar tepat waktu sebesar Rp
40.000.000,00. sedangkan sisanya belum dibayar.
• Atas kekurangan Pajak Penghasilan Pasal 25 tersebut diterbitkan Surat
Tagihan Pajak pada tanggal 15 November 2021 dengan tarif bunga per
bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar 1% ((lihat tarif
bunga per 16 Juli 2021 sebagai tgl dimulainya perhitungan sanksi), maka
penghitungan STP sebagai berikut:
bulan keterlambatan : 16/7-15/8 16/8-15/9 16/9-15/10 16/10-15/11 = 4 bulan

– Kekurangan bayar Pajak Penghasilan Pasal 25 bulan Juni 2020


(Rp 100.000.000,00–Rp 40.000.000,00) = Rp 60.000.000,00
– Bunga = 4 x 1% xRp 60.000.000,00 = Rp 2.400.000,00
– Jumlah yang harus dibayar dalam STP = Rp 62.400.000,00
Contoh
Denda Pasal 14 ayat (4)
• PT ABC menerbitkan Faktur Pajak Nomor 010.000-
08.000000001 tertanggal 15 November 2020 atas
penyerahan 1 unit barang kena pajak tanggal 10
Oktober 2020 dg harga jual (Dasar Pengenaan
Pajak) Rp 100.000.000 dan PPN 10.000.000 kepada
PT XYZ
• Faktur Pajak tsb terlambat diterbitkan
• Denda Pasal 14 ayat (4)
– 100.000.000 x 1% = 1.000.000
KETETAPAN
PAJAK
PENETAPAN
Setiap Wajib Pajak wajib membayar pajak yang terutang sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan, dengan tidak
menggantungkan pada adanya surat ketetapan pajak.
(Pasal 12 ayat 1 UU KUP)

Jumlah Pajak yang terutang menurut Surat Pemberitahuan yang


disampaikan oleh Wajib Pajak adalah jumlah pajak yang terutang
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
(Pasal 12 ayat 2 UU KUP)
PENETAPAN

PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-


barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama
tahun 2008 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan Tahun 2008, dengan
perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

jumlah pajak yang Pembayaran oleh WP tanpa didahului


terutang sesuai dengan surat ketetapan pajak, yaitu
dengan ketentuan melalui pemotongan/pemungutan pihak
peraturan ketiga dan dibayar sendiri.
perundang-undangan
perpajakan
KETETAPAN
Apabila Direktur Jenderal Pajak mendapatkan bukti jumlah pajak yang
terutang menurut Surat Pemberitahuan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) tidak benar, Direktur Jenderal Pajak menetapkan jumlah pajak yang
terutang.
(Pasal 12 ayat 3 UU KUP)

KETETAPAN
Berdasarkan hasil pemeriksaan
atau keterangan lain

Surat Ketetapan
Pajak
Contoh
PT XYZ adalah WP badan yang melakukan kegiatan usaha perdagangan barang-
barang elektronik. PT XYZ melaporkan seluruh penghasilan yang diperoleh selama
tahun 2008 dan kredit pajaknya dalam SPT PPh badan Tahun 2008, dengan
perincian sbb:
Penghasilan Neto: Rp1.000.000.000,00
PPh terutang Rp 282.500.000,00
Kredit Pajak Rp 202.500.000,00
Pajak yang kurang dibayar Rp 80.000.000,00

Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan bahwa pajak yang


dihitung dan dilaporkan PT XYZ dalam SPT PPh Tahun 2008 tidak
benar, misalnya pembebanan biaya ternyata melebihi yang
sebenarnya sehingga PPh terutang kurang dilaporkan.

maka Direktur Jenderal Pajak menetapkan besarnya pajak Surat


yang terutang sebagaimana mestinya menurut ketentuan Ketetapan
peraturan perundang-undangan perpajakan. Pajak
Surat Ketetapan Pajak
(SKP)

SKPKB SKPKBT SKPLB SKPN

124
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL
(SKPN)
(Pasal 1 Angka 18)

SURAT KETETAPAN PAJAK yang MENENTUKAN


JUMLAH POKOK PAJAK
SAMA BESARNYA DENGAN
JUMLAH KREDIT PAJAK
atau
PAJAK TIDAK TERUTANG
dan TIDAK ADA KREDIT PAJAK
SURAT KETETAPAN PAJAK
LEBIH BAYAR (SKPLB)
(Pasal 1 Angka 19)

SURAT KETETAPAN PAJAK yang MENENTUKAN


JUMLAH KELEBIHAN PEMBAYARAN PAJAK
KARENA
JUMLAH KREDIT PAJAK LEBIH BESAR
DARIPADA
PAJAK YANG TERUTANG atau
SEHARUSNYA TIDAK TERUTANG
SURAT KETETAPAN PAJAK KURANG BAYAR

(SKPKB)
(Pasal 1 Angka 16)

SURAT KETETAPAN PAJAK yang MENENTUKAN


BESARNYA JUMLAH POKOK PAJAK,
JUMLAH KREDIT PAJAK,
JUMLAH KEKURANGAN PEMBAYARAN POKOK
PAJAK, BESARNYA SANKSI ADMINISTRASI,
dan JUMLAH PAJAK yang MASIH HARUS DIBAYAR
Contoh SKPKB
SPT PPh Badan
PPh Terutang 100.000.000,-
Kredit Pajak 50.000.000,-
Kurang Bayar (PPh 29) 50.000.000,-

SKPKB
Pokok PPh Terutang 150.000.000,-
Kredit Pajak 100.000.000,- (termasuk PPh 29)
Pajak yang Kurang Dibayar 50.000.000,-
Sanksi Adm 20.000.000,-
Jumlah PPh Ymh Dibayar 70.000,000,-
Ps 13 KUP
Ps 13 (2)
SKPKB DJP dapat menerbitkan SKPKB Dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak,
atau berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak apabila :

• Terdapat pajak yang tidak atau kurang dibayar • Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
• WP diterbitkan NPWP &/ dikukuhkan PKP secara jabatan sesuai pasal 2 Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor Barang
ayat (4a) Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
dan telah diberikan pengembalian Pajak
Masukan atau telah mengkreditkan Pajak
Masukan sebagaimana dimaksud dalam
Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Pasal 9 ayat (6e) Undang-Undang Pajak
Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana Pertambahan Nilai 1984 dan
dimaksud pada ayat (1) huruf a dan huruf e ditambah perubahannya.
dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar
tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Keuangan, dihitung sejak saat terutangnya pajak
atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan Jumlah kekurangan pajak yang terutang dalam Surat Ketetapan
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf f
dan dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebesar tarif
bulan serta bagian dari bulan dihitung penuh 1 (satu) bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan, dihitung
bulan. (Pasal 13 ayat 2) sejak saat jatuh tempo pembayaran kembali berakhir sampai dengan
tanggal diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, dan
dikenakan paling lama 24 (dua puluh empat) bulan serta bagian dari
bulan dihitung penuh 1 (satu) bulan (Pasal 13 (2a))

Tarif bunga per bulan yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) dan ayat (2a) dihitung berdasarkan suku bunga acuan
ditambah 15% (lima belas persen) dan dibagi 12 (dua belas) yang berlaku pada
tanggal dimulainya penghitungan sanksi. (Pasal 13 (2b))
Bunga Pasal 13 ayat (2)
• PT ABC melaporkan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2019
tepat waktu dengan PPh terutang Rp 100.000.000
• Pada tanggal 12 Desember 2020 berdasarkan pemeriksaan
diterbitkan SKPKB dengan PPh terutang berdasarkan SKPKB
menjadi Rp150.000.000,-
1/1 1/2 1/3 1/4 1/5 1/6 1/7 1/8 1/9 1/10 1/11 1/12 = 12 bulan

• Tarif bunga perbulan bulan November 2020 ditetapkan sebesar 1,5% ((lihat tarif
bunga per 2 Nov 2020 karena masa dan tahun pajak sebelum UU Cipta Kerja
berlaku)
• Pokok Pajak yang Kurang Bayar = 50.000.000,-
• Bunga Pasal 13 ayat (2)
50.000.000 x 1,5% x 12 bulan = Rp9.000.000
• Pajak YMH dibayar = 50.000.000,- + 9.000.000,- = 59jt
Bunga Pasal 13 ayat (2)
• PT ABC melaporkan SPT Tahunan PPh Badan tahun 2020
tepat waktu dengan PPh terutang Rp 100.000.000
• Pada tanggal 12 November 2021 berdasarkan pemeriksaan
diterbitkan SKPKB dengan PPh terutang berdasarkan SKPKB
menjadi Rp150.000.000,-
1/1 1/2 1/3 1/4 1/5 1/6 1/7 1/8 1/9 1/10 12/11 = 11 bulan

• Tarif bunga perbulan bulan Januari 2021 ditetapkan sebesar 1,5% (lihat tarif
bunga tanggal 1 Januari 2021 sebagai tgl dimulainya perhitungan sanksi)
• Pokok Pajak yang Kurang Bayar = 50.000.000,-
• Bunga Pasal 13 ayat (2)
50.000.000 x 1,5% x 11 bulan = Rp8.250.000
• Pajak YMH dibayar = 50.000.000,- + 8.250.000,- = 58,25jt
Ps 13

SKPKB DJP dapat menerbitkan SKPKB Dalam jangka waktu 5 tahun setelah saat terutangnya pajak, atau
Ps 13 (3) KUP
berakhirnya masa pajak, bagian tahun pajak, atau tahun pajak apabila

• apabila Surat Pemberitahuan tidak disampaikan dalam jangka waktu sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (3)
dan setelah ditegur secara tertulis tidak disampaikan pada waktunya sebagaimana ditentukan dalam Surat Teguran;
• apabila berdasarkan hasil pemeriksaan mengenai Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah ternyata
tidak seharusnya dikompensasikan selisih lebih pajak atau tidak seharusnya dikenai tarif 0% (nol persen);
• apabila kewajiban sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 atau Pasal 29 tidak dipenuhi sehingga tidak dapat diketahui
besarnya pajak yang terutang

Jumlah pajak dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, huruf c, dan huruf
d ditambah dengan sanksi administrasi berupa :
a. bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dibayar dalam 1 (satu) Tahun Pajak;
b. bunga dari Pajak Penghasilan yang tidak atau kurang dipotong atau dipungut
c. Kenaikan 75% (seratus persen) dari Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang
Mewah yang tidak atau kurang dibayar.
d. Kenaikan 75% (seratus persen) dari Pajak Penghasilan yang dipotong atau dipungut tetapi tidak atau kurang disetor;

ayat 3a Dalam hal terdapat penerapan sanksi Ayat 3b Bunga sebagaimana dimaksud pada
administrasi berupa bunga dan kenaikan ayat (3) huruf a dan huruf b sebesar tarif bunga
berdasarkan hasil pemeriksaan Pajak Ayat 3c Tarif bunga per bulan yang
per bulan yang ditetapkan oleh Menteri
Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan Atas ditetapkan oleh Menteri Keuangan
Keuangan dihitung sejak saat terutangnya pajak
Barang Mewah sebagaimana dimaksud pada sebagaimana dimaksud pada ayat (3b)
atau berakhirnya Masa Pajak, Bagian Tahun
ayat (1) huruf a dan huruf c, dihitung berdasarkan suku bunga acuan
Pajak, atau Tahun Pajak sampai dengan
hanya diterapkan satu jenis sanksi ditambah 20% (dua puluhpersen) dan dibagi
diterbitkannya Surat Ketetapan Pajak Kurang
administrasi yang tertinggi nilai besaran 12 (dua belas) yang berlaku pada tanggal
Bayar, dan dikenakan paling lama 24
sanksinya. dimulainya penghitungan sanksi.
(dua puluh empat) bulan serta bagian dari bulan
dihitung penuh 1 (satu) bulan
Bunga Pasal 13 ayat (3) huruf a
• PT ABC Tidak melaporkan SPT Tahunan PPh
Badan tahun 2018 dan sudah disampaikan teguran
tertulis
• Pada tanggal 12 Desember 2021 berdasarkan
pemeriksaan diterbitkan SKPKB dengan PPh
terutang berdasarkan SKPKB Rp 150.000.000
• Pokok Pajak yang Kurang Bayar = 150.000.000,-
• Sanksi Pasal 13 ayat (3) berupa bunga dengan tarif
bunga per bulan 2%
24 bulan x 2% x 150.000.000,- = Rp72.000.000,-
• Pajak YMH dibayar = 150.000.000,- + 72.000.000,- = 222jt
Bunga Pasal 13 ayat (3) huruf b
• PT ABC Tidak melakukan pemotongan PPh Pasal 21 dan
tidak melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 masa januari
tahun 2018 serta sudah disampaikan teguran tertulis
• Pada tanggal 12 Desember 2021 berdasarkan pemeriksaan
diterbitkan SKPKB dengan PPh psal 21 terutang berdasarkan
SKPKB Rp 150.000.000
• Pokok Pajak yang Kurang Bayar = 150.000.000,-
• Sanksi Pasal 13 ayat (3) berupa bunga dengan tarif bunga
per bulan 2%
24 bulan x 2% x 150.000.000,- = Rp72.000.000,-
• Pajak YMH dibayar = 150.000.000,- + 72.000.000,- = 222jt
Bunga Pasal 13 ayat (3) huruf d
• PT ABC melakukan pemotongan PPh Pasal 21 namun
tidak menyetorkan dan melaporkan SPT Masa PPh Pasal
21 masa januari tahun 2018 serta sudah disampaikan
teguran tertulis
• Pada tanggal 12 Desember 2021 berdasarkan pemeriksaan
diterbitkan SKPKB dengan PPh psal 21 terutang berdasarkan
SKPKB Rp 150.000.000
• Pokok Pajak yang Kurang Bayar = 150.000.000,-
• Sanksi Pasal 13 ayat (3) berupa kenaikan 75%
75% x 150.000.000,- = Rp112.500.000,-
• Pajak YMH dibayar = 150.000.000,- + 72.000.000,- = 262,5jt
Daluarsa Penetapan (Pasal 13 (4)
Besarnya pajak yang terutang yang diberitahukan
oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan
menjadi pasti sesuai dengan ketentuan peraturan
perundangundangan perpajakan apabila dalam
jangka waktu 5 (lima) tahun sebagaimana dimaksud
pada ayat (1), setelah saat terutangnya pajak atau
berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak, atau
Tahun Pajak tidak diterbitkan surat ketetapan pajak,
kecuali Wajib Pajak melakukan tindak pidana di
bidang perpajakan dalam Masa Pajak, bagian Tahun
Pajak, atau Tahun Pajak dimaksud.
SURAT KETETAPAN PAJAK
KURANG BAYAR TAMBAHAN (SKPKBT)
(Pasal 1 Angka 17)

SURAT KETETAPAN PAJAK


yang MENENTUKAN
TAMBAHAN
ATAS JUMLAH PAJAK yang TELAH DITETAPKAN
SKPKBT

dalam jangka waktu 5 th


S Ditemukan data baru
Sanksi Administrasi
yg mengakibatkan Kenaikan Sebesar 100%
penambahan jumlah
K SKPKBT dari Pajak yg kurang
pajak terutang setelah dibayar (Pasal 15 ayat 2)
pemeriksaan dalam
P rangka penerbitan
SKPKBT

140
PENERBITAN SKPKBT Pasal 15 UU KUP
ayat 1

Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak


Kurang Bayar Tambahan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun setelah saat
terutangnya pajak atau berakhirnya Masa Pajak, bagian Tahun Pajak,
atau Tahun Pajak apabila ditemukan data baru yang mengakibatkan
penambahan jumlah pajak yang terutang setelah dilakukan tindakan
pemeriksaan dalam rangka penerbitan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan.

Apabila skp terdahulu terbit berdasarkan


termasuk data
sudah pernah pemeriksaan maka dilakukan pemeriksaan
baru adalah data
diterbitkan surat ulang. Apabila skp terbit berdasarkan
yang semula
ketetapan pajak keterangan lain maka dilakukan
belum terungkap
pemeriksaan, bukan pemeriksaan ulang
SKPKBT Ps 15 PP 74/2011

Data Baru

Pengakuan
dimiliki Dirjen Pajak
WP

Verifikasi/
Pemeriksaan/
Pemeriksaan/ Verifikasi Verifikasi
Pemeriksaan Ulang
Pemeriksaan Ulang

data baru selain Putusan pengadilan, hasil Putusan Pengadilan yang dapat hasil klarifikasi/ Keterangan tertulis
klarifikasi/ konfirmasi faktur pajak, menimbulkan kerugian pada konfirmasi faktur pajak dari WP atas
keterangan tertulis dari WP atas kehendak pendapatan negara kehendak sendiri
sendiri

SKPKBT (5 tahun setelah saat terutangnya pajak atau


berakhirnya masa pajak/bagian tahun pajak/tahun pajak)

Sanksi 100%  bila terbit dalam jangka Sanksi kenaikan 100% Sanksi 0%
Sanksi kenaikan 100%
waktu 5 tahun
Dirjen Pajak dapat menerbitkan
SKPKBT lebih dari 5 tahun
dengan sanksi bunga 48%
SKPKBT
Kenaikan Pasal 15 ayat (2)
• Jumlah kekurangan pajak yang terutang
dalam Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
Tambahan ditambah dengan sanksi
administrasi berupa kenaikan sebesar 100%
(seratus persen) dari jumlah kekurangan pajak
tersebut
DATA BARU

data atau keterangan mengenai segala sesuatu yang diperlukan untuk menghitung
belum
besarnya jumlah pajak yang terutang yang oleh Wajib Pajak
diberitahukan pada waktu penetapan semula,
baik dalam Surat Pemberitahuan dan lampiran-lampirannya maupun dalam
pembukuan perusahaan yang diserahkan pada waktu pemeriksaan.
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
DATA BARU
(Penjelasan Pasal 15 UU KUP)
Selain itu, yang termasuk dalam data baru adalah data yang semula belum
terungkap, yaitu data yang:

a. tidak diungkapkan oleh Wajib Pajak dalam Surat Pemberitahuan beserta


lampirannya (termasuk laporan keuangan); dan/atau
b. pada waktu pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak
mengungkapkan data dan/atau memberikan keterangan lain secara benar,
lengkap, dan terinci sehingga tidak memungkinkan fiskus dapat menerapkan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan dengan benar dalam
menghitung jumlah pajak yang terutang.

Walaupun Wajib Pajak telah memberitahukan data dalam Surat Pemberitahuan atau
mengungkapkannya pada waktu pemeriksaan, tetapi apabila memberitahukannya atau
mengungkapkannya dengan cara sedemikian rupa sehingga membuat fiskus tidak mungkin
menghitung besarnya jumlah pajak yang terutang secara benar sehingga jumlah pajak yang
terutang ditetapkan kurang dari yang seharusnya, hal tersebut termasuk dalam pengertian
data yang semula belum terungkap.
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan tertulis adanya biaya
iklan Rp10.000.000,00 sedangkan sesungguhnya biaya tersebut terdiri dari
Rp5.000.000,00 biaya iklan di media masa dan Rp5.000.000,00 sisanya adalah
sumbangan atau hadiah.

Apabila pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak


mengungkapkan perincian tersebut sehingga fiskus tidak
melakukan koreksi atas pengeluaran berupa sumbangan atau
hadiah, sehingga pajak yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar, maka data mengenai pengeluaran berupa
sumbangan atau hadiah tersebut adalah tergolong data yang
semula belum terungkap.
Data yang semula belum terungkap

misalnya
Dalam Surat Pemberitahuan dan atau laporan keuangan disebutkan
pengelompokan harta tetap yang disusutkan tanpa disertai dengan perincian
harta pada setiap kelompok yang dimaksud, demikian pula pada saat
pemeriksaan untuk penetapan semula Wajib Pajak tidak mengungkapkan
perincian tersebut, sehingga fiskus tidak dapat meneliti kebenaran
pengelompokan dimaksud.
Dalam pengelompokan tersebut sesungguhnya terdapat kesalahan, misalnya
harta yang seharusnya termasuk dalam kelompok harta berwujud bukan
bangunan kelompok 3 namun dikelompokkan ke dalam kelompok 2.

Oleh karena pada saat penetapan semula Wajib Pajak tidak


mengungkapkan perincian yang dimaksud maka tidak dilakukan
koreksi atas kesalahan pengelompokan harta tersebut, dan
sebagai akibatnya pajak yang terutang tidak dapat dihitung
secara benar. Apabila kemudian diketahui adanya kesalahan,
maka data pengelompokan harta tersebut adalah data yang
semula belum terungkap.
SURAT KETETAPAN PAJAK NIHIL

Pemeriksaan

Jumlah kredit pajak atau jumlah pajak


yg dibayar sama dgn jumlah pajak
yang terutang, atau pajak tidak
terutang & tidak ada kredit pajak atau
tidak ada pembayaran pajak

SURAT KETETAPAN PAJAK


NIHIL
SKPLB
PASAL 17 Dirjen Pajak menerbitkan SKPLB dalam hal:

jumlah kredit pajak atau jumlah pajak


PEMERIKSAAN yang dibayar > jumlah pajak yang
terutang

PENELITIAN kelebihan pembayaran pajak yang


PERMOHONAN WP
seharusnya tidak terutang

149
Pasal-Pasal dalam UU KUP yang berkaitan dengan restitusi

kredit pajak / jml pajak yg


PASAL 17(1) PEMERIKSAAN dibayar > jml pajak yg
terutang

WP MENGAJUKAN Pajak yang seharusnya tidak


PASAL 17(2) RESTITUSI terutang

PASAL 17B WP MENGAJUKAN RESTITUSI (selain 17C & 17 D)

PASAL 17C WP KRITERIA TERTENTU

PASAL 17D WP PERSYARATAN TERTENTU

Beli BKP di dalam Daerah


PASAL 17E OP BUKAN SPDN Pabean namun tidak dikonsumsi
di DP

150
Pasal 17 (1) KUP
PENERBITAN SKPLB
Direktur Jenderal Pajak setelah melakukan pemeriksaan,
menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar apabila jumlah
kredit pajak atau jumlah pajak yang dibayar lebih besar
daripada jumlah pajak yang terutang.

untuk PPh, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang,
untuk PPN, jumlah kredit pajak lebih besar dari jumlah pajak yang terutang.
Jika terdapat pajak yang dipungut oleh Pemungut PPN, jumlah pajak yang terutang
dihitung dengan cara jumlah Pajak Keluaran dikurangi dengan pajak yang dipungut oleh
Pemungut PPN tersebut

untuk PPnBM, jumlah pajak yang dibayar lebih besar daripada jumlah pajak yang
terutang.

SKPLB tersebut diterbitkan setelah dilakukan pemeriksaan atas SPT yang disampaikan WP yang
menyatakan kurang bayar, nihil, atau lebih bayar yang tidak disertai dengan permohonan pengembalian
kelebihan pembayaran pajak. Apabila WP setelah menerima SKPLB dan menghendaki pengembalian
kelebihan pembayaran pajak, wajib mengajukan permohonan tertulis sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 11 ayat (2).
PENERBITAN SKPLB Pasal 17 (2) KUP

Berdasarkan permohonan Wajib Pajak, Direktur Jenderal Pajak, setelah


meneliti kebenaran pembayaran pajak, menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Lebih Bayar apabila terdapat pembayaran pajak yang seharusnya
tidak terutang, yang ketentuannya diatur dengan atau berdasarkan
Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam hal terjadi kesalahan Jangka waktu paling lama 3 bulan sejak surat
pemotongan atau pemungutan permohonan diterima
a. Terlalu besar dipotong/dipungut; b. Seharusnya tidak dipotong/tidak dipungut
dan pajak yang salah dipotong/dipungut tsb telah disetorkan dan dilaporkan, WP yang
melakukan pemotongan/pemungutan atau PKP yang melakukan pemungutan tidak dapat
meminta kembali pajak yang salah dipotong atau dipungut tsb.

PPh yang salah dipotong atau dipungut tsb dapat diminta kembali oleh Wajib Pajak yang
dipotong/dipungut dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan.
PPN dan PPnBM yang salah dipungut tsb dapat diminta kembali oleh PKP yang dipungut
dengan surat permohonan, sepanjang belum dikreditkan atau belum dibebankan
sebagai biaya.

Pengembalian dapat dilakukan melalui WP/PKP yang memotong/memungut, dalam hal: a)


tidak memiliki NPWP; b) subjek pajak luar negeri; atau c) terdapat kesalahan penerapan
ketentuan oleh pemotong/pemungut.
SKPLB
PASAL 17B WP MENGAJUKAN RESTITUSI

SKPN
PERMOHONAN
WP
12 SKPKB
bulan
SKPLB
1
bulan
SKPLB
Pengembalian
PEMERIKSAAN

ketentuan 12 bulan tidak berlaku terhadap WP yang sedang dilakukan pemeriksaan Buper

Bila Melampaui 12 Bulan dianggap dikabulkan dan SKPLB diterbitkan


paling lama 1 bulan sejak Jk Waktu Berakhir
WP mendapatkan imbalan bunga sesuai tarif bunga perbulan dihitung sejak 1 bulan setelah jk
waktu berakhir s.d. diterbitkan SKPLB
SKPPKP
(SURAT KEPUTUSAN PENGEMBALIAN PENDAHULUAN KELEBIHAN PAJAK)

Permohonan WP

Penelitian

Pasal 17C (1) UU KUP Pasal 17D (1) UU KUP Pasal 9 (4c) UU PPN

PPh & PPN PPh & PPN PPN

PPh 3 bulan PPN 1 bulan


SKPPKP

Ps. 11 (1) UU
diperhitungkan dengan utangKUP
pajak Ps. 26 PP 74

SKPKPP
1 bulan sejak tanggal SKPPKP
Pasal 25 & 26
SKPPKP
WP KRITERIA TERTENTU

Tepat waktu dalam menyampaikan SPT

PASAL 17C Tidak mempunyai tunggakan pajak untuk semua jenis


pajak, kecuali tunggakan tsb telah memperoleh izin
untuk mengangsur/menunda

LK diaudit dengan pendapat WTP selama 3 tahun


berturut-turut

Tidak pernah dipidana karena melakukan tindak


pidana di bidang perpajakan dalam jangka waktu 5
tahun terakhir.

155
PENCABUTAN WAJIB PAJAK KRITERIA TERTENTU

WP dengan kriteria tertentu


17C (3) UU KUP

dicabut penetapannya dalam hal :

1.dilakukan Pemeriksaan Bukper secara


terbuka atau tindakan Penyidikan pidana
pajak;
2.terlambat menyampaikan SPT Masa untuk
suatu jenis pajak tertentu 2 Masa Pajak
berturut-turut;
3.terlambat menyampaikan SPT Masa untuk
suatu jenis pajak tertentu 3 Masa Pajak
dalam 1 tahun kalender; atau
4.terlambat menyampaikan SPT Tahunan.

Pasal 27
SKPPKP
PASAL 17C WP KRITERIA TERTENTU

SK
PERMOHONAN Pengembalian
WP
PENELITIAN
Pendahuluan
DAPAT
DIPERIKSA skp
Kelebihan Pajak

PPh 3 Bulan
PPN 1 Bulan
tahun

SANKSI
SKPKB KENAIKAN

100%
157
SKP
Kenaikan Pasal 17C ayat (5)
• Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan {atas WP yg
telah diberikan pengembalian pendahuluan WP
Patuh} Direktur Jenderal Pajak menerbitkan Surat
Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan
pajak ditambah dengan sanksi administrasi berupa
kenaikan sebesar 100% (seratus persen) dari jumlah
kekurangan pembayaran pajak
SKPPKP Persyaratan Tertentu (Pasal 17D)

159
SKPPKP
PASAL 17D WP PERSYARATAN TERTENTU

SK
PERMOHONAN Pengembalian DAPAT
WP
PENELITIAN
Pendahuluan DIPERIKSA skp
Kelebihan Pajak

PPh OP 15 hari Kerja

PPh Badan 1 Bulan tahun

PPN 1 Bulan
SANKSI
SKPKB KENAIKAN

100%
160
SKP
Kenaikan Pasal 17D ayat (5)
• Jika berdasarkan hasil pemeriksaan {atas WP
diberikan pengembalian pendahuluan WP
tertentu} Direktur Jenderal Pajak menerbitkan
Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah
pajak yang kurang dibayar ditambah dengan
sanksi administrasi berupa kenaikan sebesar
100% (seratus persen)
Batas waktu pengembalian kelebihan Pembayaran Pajak
Untuk menjamin kepastian hukum bagi Wajib Pajak dan ketertiban administrasi, batas waktu
pengembalian kelebihan pembayaran pajak ditetapkan paling lama 1 (satu) bulan:
a. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (1),
dihitung sejak tanggal diterimanya permohonan tertulis tentang pengembalian kelebihan
pembayaran pajak;
b. untuk Surat Ketetapan Pajak Lebih Bayar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (2)
dan Pasal 17B , dihitung sejak tanggal penerbitan;
c. untuk Surat Keputusan Pengembalian Pendahuluan Kelebihan Pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal l7C dan Pasal 17D, dihitung sejak tanggal penerbitan;
d. untuk Surat Keputusan Keberatan, Surat Keputusan Pembetulan, Surat Keputusan
Pengurangan Sanksi Administrasi, Surat Keputusan Penghapusan Sanksi Administrasi, Surat
Keputusan Pengurangan Ketetapan Pajak, Surat Keputusan Pembatalan Ketetapan Pajak atau
Surat Keputusan Pemberian Imbalan Bunga, dihitung sejak tanggal penerbitan;
e. untuk Putusan Banding dihitung sejak diterimanya Putusan Banding oleh Kantor Direktorat
Jenderal Pajak yang berwenang melaksanakan putusan pengadilan; atau
f. untuk Putusan Peninjauan Kembali dihitung sejak diterimanya Putusan Peninjauan Kembali
oleh Kantor Direktorat Jenderal Pajak yang berwenang melaksanakan putusan pengadilan,

sampai dengan saat diterbitkan Surat Keputusan Pengembalian Kelebihan Pembayaran Pajak.
Pemeriksaan
• Pemeriksaan adalah serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan,
dan/atau bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan suatu standar
pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan dan/atau untuk
tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan.
• Direktur Jenderal Pajak dalam rangka pengawasan kepatuhan pemenuhan kewajiban
perpajakan berwenang melakukan pemeriksaan untuk:
a. menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib Pajak; dan/atau
b. tujuan lain dalam rangka melaksanakan ketentuan peraturan perundang-undangan
perpajakan
• Pemeriksaan dapat dilakukan di kantor (Pemeriksaan Kantor) atau di tempat Wajib Pajak
(Pemeriksaan Lapangan) yang ruang lingkup pemeriksaannya dapat meliputi satu jenis
pajak, beberapa jenis pajak, atau seluruh jenis pajak, baik untuk tahun-tahun yang lalu
maupun untuk tahun berjalan.
• Pemeriksaan dapat dilakukan terhadap Wajib Pajak, termasuk terhadap instansi pemerintah
dan badan lain sebagai pemungut pajak atau pemotong pajak.
• Pelaksanaan pemeriksaan dalam rangka menguji pemenuhan kewajiban perpajakan Wajib
Pajak dilakukan dengan menelusuri kebenaran Surat Pemberitahuan, pembukuan atau
pencatatan, dan pemenuhan kewajiban perpajakan lainnya dibandingkan dengan keadaan
atau kegiatan usaha sebenarnya dari Wajib Pajak.
Pidana Pajak
Bukti Permulaan adalah keadaan, perbuatan, dan/atau bukti berupa
keterangan, tulisan, atau benda yang dapat memberikan petunjuk adanya
dugaan kuat bahwa sedang atau telah terjadi suatu tindak pidana di bidang
perpajakan yang dilakukan oleh siapa saja yang dapat menimbulkan
kerugian pada pendapatan negara.
Pemeriksaan Bukti Permulaan adalah pemeriksaan yang dilakukan untuk
mendapatkan bukti permulaan tentang adanya dugaan telah terjadi tindak
pidana di bidang perpajakan
Penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah serangkaian
tindakan yang dilakukan oleh penyidik untuk mencari serta mengumpulkan
bukti yang dengan bukti itu membuat terang tindak pidana di bidang
perpajakan yang terjadi serta menemukan tersangkanya
Pasal 38 Pidana Pajak
Setiap orang yang karena kealpaannya:
a. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan; atau
b. menyampaikan Surat Pemberitahuan, tetapi isinya tidak benar atau tidak lengkap,
atau melampirkan keterangan yang isinya tidak benar, sehingga dapat
menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana denda paling sedikit 1
(satu) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau jumlah pajak terutang yang tidak
atau kurang dibayar, atau kurang dibayar dan paling banyak 2 (dua) kali dipidana
kurungan paling singkat 3 (tiga) bulan atau paling lama 1 (satu) tahun.
Pasal 39 Pidana Pajak
Setiap orang yang dengan sengaja:
a. tidak mendaftarkan diri untuk diberikan Nomor Pokok Wajib Pajak atau tidak melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. menyalahgunakan atau menggunakan tanpa hak Nomor Pokok Wajib Pajak atau
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
c. tidak menyampaikan Surat Pemberitahuan;
d. menyampaikan Surat Pemberitahuan dan/atau keterangan yang isinya tidak benar atau tidak
lengkap;
e. menolak untuk dilakukan pemeriksaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29;
f. memperlihatkan pembukuan, pencatatan, atau dokumen lain yang palsu atau dipalsukan
seolah-olah benar, atau tidak menggambarkan keadaan yang sebenarnya;
g. tidak menyelenggarakan pembukuan atau pencatatan di Indonesia, tidak memperlihatkan
atau tidak meminjamkan buku, catatan, atau dokumen lain;
h. tidak menyimpan buku, catatan, atau dokumen yang menjadi dasar pembukuan atau
pencatatan dan dokumen lain termasuk hasil pengolahan data dari pembukuan yang dikelola
secara elektronik atau diselenggarakan secara program aplikasi on-line di Indonesia
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 28 ayat (11); atau i. tidak menyetorkan pajak yang telah
dipotong atau dipungut.
sehingga dapat menimbulkan kerugian pada pendapatan negara dipidana dengan pidana penjara paling
singkat 6 (enam) bulan dan paling lama 6 (enam) tahun dan denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak
terutang yang tidak atau kurang dibayar dan paling banyak 4 (empat) kali jumlah pajak terutang yang tidak atau
kurang dibayar
UPAYA HUKUM
PEMBETULAN-KEBERATAN-
BANDING-GUGATAN-PENGURANGAN
PEMBATALAN- PENINJAUAN
KEMBALI

(UPAYA HUKUM)
UPAYA PENYELESAIAN
SENGKETA PAJAK

DJP Pengadilan
Pajak MA

KEBERATAN (Ps.25) BANDING[Ps.27] PENINJAUAN


Pembetulan Suatu Keputusan [Ps.16]
KEMBALI
Pengurangan/Penghapusan Sanksi
Administrasi [Ps.36 (1) a] GUGATAN[Ps.23]
Pengurangan/Pembatalan surat
ketetapan pajak [Ps.36 (1) b]
Pengurangan/Pembatalan Surat
Tagihan Pajak [Ps.36 (1) c]
Pembatalan Hasil Pemeriksaan atau skp
Hasil Pemeriksaan [Ps.36 (1) d]
168
PEMBETULAN
atas permohonan WP atau karena jabatan,
Dirjen Pajak dapat membetulkan:

Berdasarkan SKP, STP, SK Pembetulan, SK Keberatan, SK Pengurangan/Penghapusan


Sanksi Administrasi, SK Pengurangan/Pembatalan Ketetapan Pajak,

Pasal 16 SKPPKP, atau SKPIB

UU KUP terdapat

(Pasal 34 PP 74/2011)
kesalahan tulis, kesalahan hitung,dan/atau kekeliruan
penerapan ketentuan per-UU-an Pajak

Sifat: Tidak mengandung persengketaan antara DJP dan WP


Hal-hal yang bersifat human error (Manusiawi)

DJP dalam jangka waktu paling lama 6 bulan harus memberi keputusan atas170
permohonan pembetulan
PEMBETULAN SUATU KEPUTUSAN

RUANG LINGKUP & JANGKA WAKTU

SALAH TULIS

kesalahan yang dapat berupa nama, alamat,NPWP, nomor SKP, jenis


pajak, Masa Pajak atau Tahun Pajak, dan tanggal jatuh tempo
• SALAH TULIS
SALAH HITUNG
• SALAH HITUNG
kesalahan yang berasal dari penjumlahan dan/atau pengurangan
dan/atau perkalian dan/atau pembagian suatu bilangan
• KELIRU
PENERAPAN KELIRU PENERAPAN KETENTUAN PAJAK
KETENTUAN PAJAK
kekeliruan dalam penerapan tarif, kekeliruan penerapan persentase
NPPN, kekeliruan penerapan sanksi administrasi, kekeliruan PTKP,
kekeliruan penghitungan PPh dalam tahun berjalan, & kekeliruan dalam
pengkreditan pajak

171
PEMBETULAN SUATU KEPUTUSAN

CARA PENGAJUAN

1 Disampaikan ke Kantor Ditjen Pajak yg menerbitkan surat keputusan

Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia disertai dengan alasan yang
2
mendukung

3 1 permohonan untuk 1 skp/STP/surat keputusan lain

Ditandatangani oleh WP, dalam hal permohonan ditandatangani oleh bukan WP, harus
4
dilampiri dengan surat kuasa khusus

172
PEMBETULAN SUATU KEPUTUSAN

BENTUK KEPUTUSAN

menambahkan

mengurangkan atau menghapuskan jumlah pajak yang terutang


dan/atau memperbaiki kesalahan dan kekeliruan lainnya

menolak permohonan Wajib Pajak

173
KEBERATAN
Bila WP berpendapat bahwa jumlah rugi, jumlah pajak, dan pemotongan / pemungutan pajak
tidak sebagaimana mestinya, WP dapat mengajukan keberatan hanya kepada Dirjen Pajak.

SKPKB
SKPN
SKPLB SK
KEBERATAN
KEBERATAN
SKPKBT
Pemotongan/
Pemungutan Pihak III

175
(Pasal 25 KUP)
KEBERATAN

1 Ditulis dalam bahasa Indonesia


PERSYARATAN FORMAL

Mengemukakan jumlah pajak yg terutang atau jumlah pajak yg dipotong


2 atau dipungut atau jumlah rugi menurut penghitungan WP dg disertai
alasan-alasan yg menjadi dasar penghitungan

3 1 keberatan untuk 1 skp / pemotongan pajak / pemungutan pajak

WP melunasi pajak yg masih harus dibayar minimal sejumlah yg disetujui


4
WP dalam closing conference
Diajukan dalam jangka waktu 3 bulan sejak tanggal dikirim skp atau
5 sejak tanggal pemotongan / pemungutan pajak oleh pihak III kecuali force
majeur
Ditandatangani oleh WP. Jika kuasa WP, harus dilampiri surat kuasa
6
khusus.
Permohonan yang tidak memenuhi syarat tersebut, tidak dipertimbangkan

176
KEBERATAN

mengabulkan
seluruhnya

Mengabulkan sebagian
SANKSI Jumlah pajak
KEPUTUSAN DENDA dalam SK
Keberatan
KEBERATAN menolak 30% dikurangi pajak

menambah besarnya
(STP) yang telah
dibayar sebelum
jumlah pajak yang Pasal mengajukan
masih harus dibayar 25 (9) keberatan

177
KEBERATAN

WP TIDAK BOLEH MENGAJUKAN

1 Pengurangan/Penghapusan Sanksi
KONSEKUENSI Administrasi
BAGI WP YANG MENGAJUKAN
KEBERATAN 2
Pengurangan/Pembatalan skp

3 Pembatalan skp dari hasil


pemeriksaan

178
HAL-HAL
sehubungan dengan pengajuan KEBERATAN

WP dapat meminta keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi


1
DPP, penghitungan rugi.

Jumlah pajak yang belum dibayar tertangguh hingga 1 bulan sejak


2
tanggal penerbitan SK-Keberatan

3 Bila diajukan Banding, denda 30% tidak dikenakan

179
ILUSTRASI
Asumsi: Wajib Pajak tidak mengajukan Banding

SEBELUM SK SANKSI DENDA PAJAK YG MASIH


KEBERATAN KEBERATAN 30% HARUS DIBAYAR

MENERIMA SELURUHNYA 0 0

SKPKB DIBAYAR
100.000.000
MENERIMA SEBAGIAN
600.000.000 30% x 500.000.000 650.000.000
(500 jt + 150 jt)
1.000.000.000
MENOLAK 1.170.000.000
30% x 900.000.000
1.000.000.000 (900 jt + 270 jt)

MENAMBAH 30% x 1.430.000.000


1.200.000.000 1.100.000.000 (1100 jt + 330 jt)

180
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN

KEBERATAN
BULAN

SEJAK PERMOHONAN
DITERIMA

181
JANGKA WAKTU PELUNASAN PAJAK

skp Jatuh Tempo


1
bulan
Sejak skp
diterbitkan

skp
SK
KEBERATAN
Jatuh Tempo
1
bulan
Sejak SK Keberatan
diterbitkan

Jangka waktu pelunasan pajak tertangguh sampai dengan 1 bulan sejak tanggal penerbitan SK
Keberatan
182
PENGURANGAN-PENGHAPUSAN -
PEMBATALAN
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Dirjen Pajak karena jabatan atau atas permohonan WP dapat


mengurangkan atau menghapuskan sanksi administrasi

Pasal 36 ayat (1) BUNGA, DENDA, KENAIKAN


huruf a
UU KUP dalam hal

Sanksi dikenakan karena kekhilafan WP atau bukan karena


kesalahannya

Permohonan hanya dapat diajukan max 2 kali------------------Pasal 36 ayat (1a)


KUP--- dengan permohonan kedua paling lambat 3 bulan sejak tgl SK yg pertama
184
dikirim
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia dan 1 permohonan untuk


1
1 STP/SKPKB/SKPKBT
PERSYARATAN FORMAL

2 Pokok Pajak telah dilunasi WP dan sanksi tersebut belum dibayar WP

Mengemukakan jumlah sanksi administrasi menurut WP dengan alasan


3
yang Jelas

Permohonan disampaikan ke KPP WP terdaftar dadan Ditandatangani oleh


4
WP. Jika kuasa WP, harus diampiri surat kuasa khusus.

5 Tidak mengajukan upaya hukum keberatan, pasal 36 ayat (1c)

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan formal, tidak dapat dipertimbangkan


185
PENGURANGAN/PENGHAPUSAN SANKSI ADMINISTRASI

PERMOHONAN DAPAT DIAJUKAN DALAM HAL:

tidak diajukan keberatan

telah diajukan keberatan, tetapi telah dicabut oleh WP

telah diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan

186
PENGURANGAN/PEMBATALAN skp/STP

Dirjen Pajak karena jabatan atau atas permohonan WP dapat


Berdasarkan mengurangkan / membatalkan skp (Pasal 36 1 b) & STP (Pasal 36
ayat 1 c) yang tidak benar
Pasal 36 ayat (1)
huruf b dan c
UU KUP

Permohonan hanya dapat diajukan max 2 kali-------------Pasal 36 ayat (1b dan


1c) KUP---dengan permohonan kedua paling lambat 3 bulan sejak tgl SK yg
pertama dikirim

187
PENGURANGAN/PEMBATALAN skp/STP

1 Diajukan secara tertulis dalam Bahasa Indonesia


PERSYARATAN FORMAL

2 1 permohonan untuk 1 STP/SKPKB/SKPKBT

mencantumkan jumlah pajak yang seharusnya terutang menurut


3 penghitungan Wajib Pajak disertai dengan alasan yang mendukung
permohonannya

4 Ditandatangani oleh WP. Jika kuasa WP, harus diampiri surat kuasa khusus.

5 disampaikan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat Wajib Pajak terdaftar

Permohonan yang tidak memenuhi persyaratan formal, tidak dapat dipertimbangkan


188
PENGURANGAN/PEMBATALAN skp/STP

PERMOHONAN DAPAT DIAJUKAN


DALAM HAL:

tidak diajukan keberatan

Telah diajukan keberatan, tetapi tidak dipertimbangkan

189
PENGURANGAN/PEMBATALAN skp/STP
SYARAT LAINNYA

wajib memberikan penjelasan dan atau pembuktian disertai


dengan dokumen/bukti dan buku-buku pendukung baik dalam
bentuk hard copy maupun soft copy sesuai surat permintaan dari
unit kantor Direktorat Jenderal Pajak yang menyelesaikan
permohonan pengurangan atau penghapusan sanksi administrasi

190
PEMBATALAN HASIL PEMERIKSAAN atau SKP HASIL PEMERIKSAAN

Dirjen Pajak karena jabatan atau atas permohonan WP dapat


membatalkan hasil pemeriksaan pajak atau skp dari hasil
pemeriksaan yang dilaksanakan tanpa:
Berdasarkan
Pasal 36 ayat (1)
1
huruf d penyampaian surat pemberitahuan hasil pemeriksaan
UU KUP
2 pembahasan akhir hasil pemeriksaan dengan WP

Permohonan hanya dapat diajukan max 1 kali----------Pasal 36 ayat (1d)


KUP---
191
JANGKA WAKTU PENYELESAIAN

Pembetulan Suatu Keputusan

Pengurangan/Penghapusan Sanksi
Administrasi

Pengurangan/Pembatalan KEPUTUSAN
Ketetapan Pajak
BULAN
Pembatalan Hasil Pemeriksaan sejak tgl terima
atau skp Hasil Pemeriksaan surat permohonan

Apabila dalam jangka waktu tersebut telah lewat & Dirjen Pajak tidak memberi suatu
keputusan, permohonan yang diajukan oleh WP dianggap dikabulkan dan Dirjen Pajak harus
menerbitkan keputusan sesuai dengan permohonan yang diajukan.

Pasal 36 ayat (1c) dan ayat (1d) KUP-- 192


BENTUK KEPUTUSAN YANG DAPAT DIBERIKAN

Pengurangan/Penghapusan Sanksi mengabulkan seluruhnya atau


Administrasi
sebagian
Pengurangan/Pembatalan Ketetapan
Pajak
menolak
Pembatalan Hasil Pemeriksaan atau
skp Hasil Pemeriksaan

Wajib Pajak dapat meminta secara tertulis kepada Dirjen Pajak mengenai alasan yang menjadi
dasar untuk menolak atau mengabulkan sebagian permohonan WP

193
BANDING & GUGATAN
BANDING DAN GUGATAN
Pelaksanaan Banding dan Gugatan
dilaksanakan di Pengadilan Pajak.

Keberadaan Pengadilan Pajak didasarkan pada


undang-undang nomor 14 tahun 2002 tentang
Pengadilan Pajak
UPAYA PENYELESAIAN
DI PENGADILAN PAJAK

BANDING

SKPKB
SKPN
SKPLB SK
KEBERATAN
SKPKBT
BANDING
Pemotongan/ PENGADILAN
Pemungutan Pihak III PAJAK

196
UU No 14 Tahun 2002
Banding adalah upaya hukum yang dapat dilakukan
oleh Wajib Pajak atau penanggung Pajak terhadap
suatu keputusan yang dapat diajukan Banding,
berdasarkan peraturan perundang-undangan
perpajakan yang berlaku

Pasal 1 angka 6 UU PP
UPAYA PENYELESAIAN
DI PENGADILAN PAJAK

BANDING
1 Ditulis dalam bahasa Indonesia
PERSYARATAN
FORMAL

2 Mengemukakan alasan yang jelas

3 Dalam jangka waktu 3 bulan sejak SK Keberatan diterima

4 Dilampiri dengan salinan SK Keberatan

Apabila diminta oleh WP untuk keperluan pengajuan permohonan banding, Dirjen Pajak wajib
memberikan keterangan secara tertulis hal-hal yang menjadi dasar SK-Keberatan yang
diterbitkan

Ps 36 ayat (4) UU PP---jumlah utang pajak telah dibayar 50 %


198
Pasal 35-36 UU PP
UPAYA PENYELESAIAN
DI PENGADILAN PAJAK

HAL-HAL
sehubungan dengan pengajuan BANDING

1 WP dapat meminta keterangan secara tertulis mengenai dasar keputusan

Jumlah pajak yang belum dibayar tertangguh hingga 1 bulan sejak tanggal Putusan
2
Banding

Jumlah pajak yang diajukan banding belum merupakan utang pajak sehingga tidak
3
ditagih dengan surat paksa

Pasal 27 KUP
199
UPAYA PENYELESAIAN
DI PENGADILAN PAJAK

BANDING

dikabulkan seluruhnya

dikabulkan sebagian
PERMOHONAN SANKSI Jumlah pajak dalam
Putusan Banding
BANDING DENDA dikurangi Pajak yang
ditolak 60% telah dibayar
sebelum mengajukan
(STP) keberatan
ditambah

200
Pasal 27 KUP
ILUSTRASI
SKPKB hasil pemeriksaan Rp100.000.000,00
Setuju Hasil Pemeriksaan Rp 30.000.000,00
Keputusan Keberatan, SKPKB menjadi Rp 80.000.000,00
Pajak Kurang Dibayar (80.000.000 - 30.000.000) Rp 50.000.000,00

Mengajukan Banding
[Tidak ada keharusan membayar sejumlah yang tidak disetujui (Ps.27 (5d)]

Putusan Banding, SKPKB menjadi Rp 65.000.000,00

Pajak Kurang Dibayar (65.000.000 - 30.000.000) Rp 35.000.000,00


Sanksi Denda (60% X Rp35.000.000) Rp 21.000.000,00
Harus Dilunasi Rp 56.000.000,-

201
UPAYA PENYELESAIAN
DI PENGADILAN PAJAK
GUGATAN
Atas Keputusan selain
SKPKB yg sesuai dg prosedur

SK Pembetulan
SK Keberatan yg telah sesuai prosedur

SK Pengurangan /Penghapusan Sanksi


Administrasi

SK Pengurangan /pembatalan Ketetapan Pajak


GUGATAN PENGADILAN
PAJAK
SKPPKP

Pasal 37 PP 74/ 2011


203

Anda mungkin juga menyukai