PERTAMBAHAN NILAI
Kelompok
2
RISKA OKTAVIANA
SUKRIYADI
FERNANDHI DWI PRAKOSO
Sifat, Karakteristik, dan
Keunggulan/Kelemahan PPN
1. Multi Stage Tax
4. Pajak Objektif
5. Sistem Pengkreditan
Netral
• Tidak mempengaruhi pola konsumsi wajib pajak.
Menghindari Pajak Berganda
• Pajak atas konsumsi tidak akan dikenakan dua kali.
KEUNGGULAN DAN KELEMAHAN PPN
Keunggulan PPN
1. Mencegah terjadinya pajak pengenaan berganda
2. Netral dalam perdagangan lokal dan internasional
3. Ditinjau dari besar pendapatan negara, PPN mendapat predikat sebagai Money Maker (mesin/penghasil
uang) karena konsumen selaku pemikul beban pajak tidak merasa dibebani oleh pajak tersebut sehingga
memudahkan fiskus (pejabat pajak) untuk memungutnya.
Kelemahan PPN
- Biaya administasi relatif tinggi bila dibandingkan dengan pajak tidak langsung lainnya, baik dipihak
administrasi pajak maupun dipihak pengusaha kena pajak.
- Menimbulkan dampak regresif, yaitu semakin tinggi tingkat kemampuan konsumen, semakin ringan
beban pajak yang dipikul.
- PPn sangat rawan dari upaya penyelundupan pajak
- PPN menuntuk tingkat pengawasan yang lebih cermat oleh administrasi pajak terhadap tingkat
kepatuhan wajib pajak dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya
PERATURAN TERBARU 1
1. UU Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Perubahan Ketiga UU Nomor 8 tahun 1983 yang kedua
Nomor 18 Tahun 2000 Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
2. Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun 2012 Tanggal 03 Januari 2012, Tentang Perubahan PP 143
Tahun 2000 dan PP 24 Tahun 2002 tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009.
3. PMK Nomor 136/PMK.03/2012 Tanggal 16 Agustus 2012 tentang Perubahan Atas Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 85/PMK.03/2012 Tentang Penunjukan Badan Usaha Milik Negara
Untuk Memungut, Menyetor, Dan Melaporkan Pajak Pertambahan Nilai Atau Pajak Pertambahan
Nilai Dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, Dan
Pelaporannya.
PERATURAN TERBARU 2
4. Peraturan Direktur Jendral pajak (DJP) Nomor PER - 25/ PJ/2014, Tanggal 23 September 2014.
Tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor PER-44/PJ/2010
Tentang Bentuk, Isi, Dan Tata Cara Pengisian Serta Penyampaian Surat Pemberitahuan Masa
Pajak Pertambahan Nilai (Spt Masa PPN)
5. Peraturan Menteri Keungan Nomor 206/PMK.010/2015 Perubahan Atas Peraturan Menteri
Keuangan Nomor 106/PMK.010/2015, 130/PMK.011/2013, 121/PMK.011/2013,
103/PMK.03/2009, 620/PMK.03/2004, Tentang Jenis BKP yang tergolong mewah selain
Kendaraan Bermotor yang dikenakan PPnMB
PERATURAN TERBARU 3
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 64/PMK.011/2014 yang sebelumnya adalah
Keputusan Menteri Keuangan nomor 355/KMK.03/2003 tentang Jenis Kendaraan
Bermotor yang dikenakan PPnBM
7. Peraturan Pemerintah Nomor 22 Tahun 2014 Tanggal 19 Maret 2014 tentang
Perubahan Atas Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2013, PP No 12 Tahun 2006, PP
No 41 Tahun 2005, PP 55 Tahun 2004, PP No 43 Tahun 2003, PP No 6 Tahun 2003, PP 7
Tahun 2002, PP 60 Tahun 2001, PP 145 Tahun 2000 Tentang Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah Berupa Kendaraan Bermotor Yang Dikenai Pajak Penjualan
Atas Barang Mewah.
8. Peraturan Direktur Jendral Pajak Nomor Kep-229/PJ/2003 tanggal 12 Agustus 2003
tentang tata cara pemberian dan dan penatausahaan pembebasan serta pengambilan
PPnBM atas Impor atau Penyerahan Kendaraan Bermotor.
BARANG KENA PAJAK (BKP)
BKP adalah
barang yang BKP Berwujud
dikenai PPN Bergerak
dan/ atau (Misal Barang
PPnBM Dagang)
BKP Berwujud
BKP-TB BKP
BKP BKP
dari luar Berwujud
Berwujud
daerah
pabean
BKP-TB
BKP Tak
Berwujud
(BKP-TB) JKP dari
luar JKP
daerah
pabean
JKP
PEMUNGUT PPN
Bertugas memungut,
Pihak pemungut antara lain:
memotong, dan • Bendaharawan entitas pemerintah atas
menyetorkan PPN, penyerahan kepada pemerintah.
menggantikan peran PKP • Pengguna BKP-TB atau JKP dari luar
yang melakukan daerah pabean, atas pemanfaatan di
penyerahan. dalam daerah pabean.
PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)
UU PPN No.42 TAHUN 2009
Berdasarkan Objek PPN pengusaha dapat dikelompokkan sebagai berikut:
KEWAJIBAN UNTUK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
UU KUP Nomor 28 Tahun 2007 pasal 2 ayat (2) menyatakan bahwa Setiap Wajib
Pajak sebagai Pengusaha yang dikenai pajak berdasarkan Undang- Undang Pajak
Pertambahan Nilai 1984 dan perubahannya, wajib melaporkan usahanya pada
kantor Direktorat Jenderal Pajak yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal
atau tempat kedudukan Pengusaha, dan tempat kegiatan usaha dilakukan untuk
dikukuhkan menjadi Pengusaha Kena Pajak.
Jadi untuk wajib pajak orang pribadi ataupun badan yang baru memulai kegiatan
usahanya, setelah mendaftarkan diri dan mendapatkan NPWP maka jika WP
tersebut melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang memenuhi persyaratan
untuk dikukuhkan sebagai PKP maka WP tersebut wajib melaporkan untuk
dikukuhkan sebagai PKP.
SANKSI
Pajak Penjualan atas Barang Mewah, atau sering disebut PPnBM adalah
Pajak Pertambahan yang dikenai terhadap Penyerahan Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusahan yang
menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya, dan juga terhadap impor Barang Kena Pajak
yang tergolong mewah.
• Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dan harus dikenai PPnBM
adalah:
• Barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
• Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
• Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi
• Barang yang dikonsumsi hanya untuk menunjukkan status atau kelas social
PPN DAN PPnBM ATAS IMPORTASI
No.78/PMK.03/2010 No.21/pmk.011/2014
Adanya pengelompokan kegiatan Pengusaha Kena Pajak melakukan
usaha terpadu, usaha yang kegiatan usaha (tidak
penyerahan terutang pajak dan menjelaskan kegiatan usaha
tidak terutang pajak usaha untuk terpadu, dll.)
menghasilkan, memperdagangkan Diantara Pasal 2 dan 3 disisipkan
barang dan jasa, usaha yang atas satu pasal, yakni pasal 2A.
penyerahan sebagian terutang
pajak dan sebagian tdk terutang.
TATA CARA PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN BAGI PKP YANG MELAKUKAN PENYERAHAN
YANG TERUTANG PAJAK DAN TIDAK TERUTANG
Perlakuan Pengkreditan Pajak Masukan:
a. Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP hanya digunakan
untuk kegiatan yang terkait dengan penyerahan yang terutang PPN
dapat dikreditkan.
b. Pajak masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP yang hanya digunakan
untuk kegiatan yang terkait dengan penyerahan yang tidak terutang
PPN atau mendapatkan fasilitas dibebaskan dari pengenaan PPN, tidak
dapat dikreditkan seluruhnya.
c. Sedangkan Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP yang
belum dapat dipastikan penggunaannya untuk penyerahan yang
terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak,
pengkreditannya menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan
Pajak Masukan sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri
KAWASAN BEBAS
1. Mengubah Pasal 14, dan diberi tambahan tiga ayat pada ayat (2), yaitu
ayat (2a), (2b), (2c), berisi:
• (2a) ketentuan mengenai PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atas
pemasukan barang yang harus dipenuhi oleh setiap PKB dan.atau PDKB.
• (2b) PPN atan PPN dan PPnBM tidak dipungut atas pemasukan barang, harus
dilakukan oleh PKB dan/atau PDKB dengan menggunakan faktur pajak.
• (2c) dalam ketentuan (2a) dan (2b) tidak dipenuhi, tidak dapat dikreditkan
2. Ada penambahan pasal, yaitu 18A, yang berisi PKB dan/atau PDKB
tidak dapat memanfaatkan pengembalian kelebihan pembayaran
pajak sesuai pasal 17C dan/atau Pasal 17D UU No.16 Tahun 2009,
dan/atau Pasal 9 ayat (4c) UU No.42 Tahun 2009.
3. Dll.
PERBEDAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
No.147/PMK.04/2011 TERHADAP No.44/PMK.04/2012
1. Ketentuan pasal 58 diubah sehingga ada ketentuan lebih lanjut atas beberapa
tata cara yang diatur dengan Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai
serta ketentuan lebih lanjut mengenai penerbitan faktur pajak atas
pemasukan dan pengeluaran barang ke kawasan berikat, dan tata cara
pelaporan dan pembayaran PPN atau PPN dan PPnBM, serta PPh Pasal 22
Impor atas pengeluaran barang yang diatur dengan peraturan Direktur
Jenderal Pajak.
2. Dalam pasal 1 poin 10 terdapat pertambahan peralatan pabrik sebagai
Barang Modal yang sebelumnya hanya peralatan untuk pembangunan,
perluasan, atau konstruksi Kawasan Berikat, mesin, dan cetakan (moulding).
3. Pada Pasal 32, ayat (1) poin b terdapat perubahan yang sebelumnya
perpindahan tangan ke Kawasan Berikat hanya setelah dua tahun sejak
diimpor dan telah dipergunakan di Kawasan Berikat bersangkutan. Menjadi
setelah dua tahun dan sebelum dua tahun, dengan memperhatikan alasan
pemindahtanganan.
4. dll.
PERBEDAAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
No.147/PMK.04/2011 TERHADAP No.120/PMK.04/2013
1. Mengubah ketentuan Pasal 3 ayat (6) yang sebelumnya kegiatan
menimbun barang impor dan/atau barang dari tempat lain dalam
daerah pabean yang akan diolah atau digabungkan kemudian diekspor.
Menjadi, barang yang ditimbun tersebut yang akan diolah atau
digabungkan sebelum diekspor atau diimpor untuk dipakai.
2. Ada tambahan ayat (8) dan (9) pada Pasal 3, yang berisi
mengkategorikan berdasarkan risiko pengusaha PKB dan PDKB, serta
ketentuan ayat (8) dilaksanakan dengan ketentuan yang berlaku.
3. Pasal 24A ayat (1) diubah dari yang sebelumnya persetujuan untuk
pemasukan barang modal berupa peralatan pabrik dan/atau suku
cadang barang modal diberikan oleh Kepala Kantor Wilayah atau
Kepala Kantor Pelayanan Utama atas permohonan Pengusaha Kawasan
Berikat atau PDKB, berubah menjadi diberikan oleh Kepala Kantor
Pabean atas permohonan Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB.
4. dll.
Pertanyaan (sesi 1)
• Noverina: objek pajak ekspor jasa PPN, contoh jasa yang bisa
dikenakan PPN?
• Nadian: Kelebihan dan kelamahan jika tidak ikut dikukuhkan
atau ikut dikukuhkan
• RIAN: Barang dan Jasa yang dikenai PPN, ada beras, daging,
sayur sayuran, dll. Karena tidak dikenakan biaya, ditemui di
mart, ada tertera PPN, apakah dikenakan PPN? Jika iya kenapa?