Anda di halaman 1dari 7

SURAT

EDARAN
NOMOR SE-12/PJ/2020

TENTANG

PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBENAHAN ADMINISTRASI NOMOR POKOK WAJIB PAJAK
INSTANSI PEMERINTAH/BENDAHARA

Yth. 1. Pejabat Eselon II di Lingkungan Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak;
2. Kepala Kantor Wilayah di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak;
3. Kepala Kantor Pelayanan Pajak di Lingkungan Direktorat Jenderal Pajak; dan
4. Kepala Kantor Pelayanan, Penyuluhan, dan Konsultasi Perpajakan di Lingkungan Direktorat
Jenderal Pajak.

A. Umum
Sehubungan dengan telah diterbitkannya Peraturan Menteri Keuangan Nomor
231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib
Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Pemotongan
dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporan Pajak bagi Instansi Pemerintah
(selanjutnya disebut PMK-231), perlu disusun Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak sebagai
petunjuk pelaksanaan dan tindak lanjut atas penerbitan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP)
Instansi Pemerintah dan penghapusan NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara
Penerimaan, dan/atau NPWP Bendahara Desa, serta Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(PKP) Instansi Pemerintah dan Pencabutan Pengukuhan PKP Bendahara yang dimiliki
sebelum PMK-231 berlaku dalam rangka pembenahan basis data Instansi
Pemerintah/Bendahara.

Kegiatan pembenahan basis data NPWP Instansi Pemerintah/Bendahara dilakukan oleh


Kantor Pusat Direktorat Jenderal Pajak, meliputi Direktorat Peraturan Perpajakan I (PP I),
Direktorat Peraturan Perpajakan II (PP II), Direktorat Potensi Kepatuhan dan Penerimaan
(PKP), Direktorat Ekstensifikasi dan Penilaian (EP), Direktorat Data dan Informasi Perpajakan
(DIP), Direktorat Transformasi Proses Bisnis (TPB), dan Direktorat Teknologi Informasi dan
Komunikasi (TIK), untuk kemudian ditindaklanjuti oleh Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

B. Maksud dan Tujuan
1. Maksud
Surat Edaran Direktur Jenderal ini dimaksudkan sebagai pedoman dan acuan dalam
pelaksanaan penerbitan NPWP Instansi Pemerintah dan penghapusan NPWP Bendahara
Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau NPWP Bendahara Desa, serta
pengukuhan PKP Instansi Pemerintah dan pencabutan pengukuhan PKP Bendahara
secara jabatan sebagaimana dimaksud pada Pasal 27 Peraturan Menteri Keuangan
Nomor 231/PMK.03/2019.

2. Tujuan
Surat Edaran Direktur Jenderal ini bertujuan untuk
a. menjelaskan proses bisnis
1) penerbitan NPWP dan pengukuhan PKP Instansi Pemerintah;
2) penghapusan NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan,
dan/atau NPWP Bendahara Desa, pencabutan pengukuhan PKP Bendahara,
serta Ketentuan Pemenuhan Hak dan Kewajiban Perpajakan Instansi
Pemerintah/Bendahara; dan
3) perubahan data, permohonan Sertifikat Elektronik, dan aktivasi Akun PKP
Instansi Pemerintah;
b. memberikan kepastian hukum, kemudahan dan pelayanan prima kepada Instansi
Pemerintah/Bendahara;
c. meningkatkan akurasi basis data Master File Wajib Pajak (MFWP) Instansi
Pemerintah/Bendahara.

C. Ruang Lingkup
Ruang lingkup Surat Edaran Direktur Jenderal ini mengatur hal-hal sebagai berikut:
1. Pengertian;
2. Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP Instansi Pemerintah;
3. Penghapusan NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau
NPWP Bendahara Desa, Pencabutan Pengukuhan PKP Bendahara, serta Ketentuan
Pemenuhan Hak dan Kewajiban Perpajakan Instansi Pemerintah/Bendahara; dan
4. Perubahan Data, Permohonan Sertifikat Elektronik, dan Aktivasi Akun PKP Instansi
Pemerintah.

D. Dasar
1. Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 49, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3262) sebagaimana telah beberapa kali
diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan
Keempat Atas Undang-Undang Nomor 6 Tahun 1983 Tentang Ketentuan Umum dan
Tata Cara Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 62,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4999).
2. Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1983 Nomor 50, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3263) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2008 tentang Perubahan Keempat atas Undang-
Undang Nomor 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2008 Nomor 133, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4893).
3. Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai atas Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 1983 Nomor51, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 3264) sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Undang-Undang
Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan Ketiga atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun
1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 150,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5069).
4. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2011 tentang Tata Cara Pelaksanaan Hak dan
Pemenuhan Kewajiban Perpajakan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 162, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5268).
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 147/PMK.03/2017 tentang Tata Cara Pendaftaran
Wajib Pajak dan Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak serta Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
6. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran
dan Penghapusan Nomor Pokek Wajib Pajak, Pengukuhan dan Pencabutan Pengukuhan
Pengusaha Kena Pajak, serta Pemetongan dan/atau Pemungutan, Penyetoran, dan
Pelaperan Pajak bagi Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disebut PMK-231.
7. Peraturan Direktur Jenderal Pajak Nemor PER-20/PJ/2013 tentang Tata Cara
Pendaftaran dan Pemberian Nomer Pokek Wajib Pajak, Pelaporan Usaha dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, Penghapusan Nemer Pokok Wajib Pajak dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta Perubahan Data dan
Pemindahan Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal
Pajak Nemer PER-02/PJ/2018.
8. Keputusan Direktur Jenderal Pajak Nomer KEP-233/PJ/2012 tentang Klasifikasi Lapangan
Usaha Wajib Pajak sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Nemor KEP-321/PJ/2012.

E. Materi
1. Pengertian
a. Instansi Pemerintah adalah instansi pemerintah pusat, instansi pemerintah daerah,
dan instansi pemerintah desa, yang melaksanakan kegiatan pemerintahan serta
memiliki kewenangan dan tanggung jawab penggunaan anggaran.
b. Instansi Pemerintah Pusat adalah satuan kerja pada kementerian, lembaga
pemerintah nenkementerian, kesekretariatan lembaga negara, dan
kesekretariatan lembaga nonstruktural, termasuk Badan Layanan Umum, selaku
pengguna Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara yang wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan sesuai standar
akuntansi pemerintahan.
c. Instansi Pemerintah Daerah adalah satuan kerja perangkat daerah provinsi dan
satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota, termasuk Badan Layanan Umum
Daerah, selaku pengguna Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan sesuai standar
akuntansi pemerintahan.
d. Instansi Pemerintah Desa adalah unit organisasi penyelenggara pemerintahan
desa selaku pengguna Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa yang wajib
menyelenggarakan akuntansi dan menyusun laporan keuangan sesuai standar
akuntansi pemerintahan.
e. Pengusaha Kena Pajak Instansi Pemerintah, yang selanjutnya disebut PKP Instansi
Pemerintah, adalah Instansi Pemerintah yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan
Undang-Undang PPN.
f.Sertifikat Elektronik adalah sertifikat yang bersifat elektronik yang memuat tanda
tangan elektronik dan identitas yang menunjukan status subjek hukum para pihak
dalam transaksi elektronik yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak atau
penyelenggara sertifikasi elektronik.
g. Aktivasi Akun PKP adalah proses aktivasi terhadap wadah layanan perpajakan
secara elektronik untuk Pengusaha Kena Pajak dalam melaksanakan ketentuan
Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai.
h. Aktivasi Sementara Wajib Pajak Hapus adalah pengaktifan kembali Wajib Pajak
Hapus menjadi Wajib Pajak Aktif Sementara yang dilakukan secara jabatan
berdasarkan data dan/atau informasi yang dimaksudkan agar hak atau kewajiban
Wajib Pajak atas masa/tahun pajak sebelum NPWP dihapus dapat dilaksanakan.

2. Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP Instansi Pemerintah
a. Penerbitan NPWP Instansi Pemerintah dilakukan secara jabatan terhadap Instansi
Pemerintah Pusat, Instansi Pemerintah Daerah, dan Instansi Pemerintah Desa,
sesuai dengan data referensi Instansi Pemerintah yang tersedia pada basis data
Direktorat Jenderal Pajak (DJP).
b. Dalam hal Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada huruf a, melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak kecuali pengusaha kecil
sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan yang mengatur mengenai batasan
pengusaha kecil, maka pengukuhan PKP Instansi Pemerintah dilakukan bersamaan
dengan penerbitan NPWP Instansi Pemerintah.
c. Tanggal terdaftar Instansi Pemerintah sebagai Wajib Pajak dan tanggal Instansi
Pemerintah dikukuhkan sebagai PKP yaitu tanggal 1 April 2020.
d. Standar pengisian data Instansi Pemerintah pada basis data MFWP dilakukan
sebagai berikut:
1) Instansi Pemerintah Pusat
a) Kode referensi: Kode Satuan Kerja sesuai referensi Satuan Kerja pada
Direktorat Jenderal Anggaran dan/atau Direktorat Jenderal
Perbendaharaan.
b) Penamaan: [nama Satuan Kerja] [nama unit organisasi], di mana nama
Satuan Kerja merupakan nama unit yang menerima Daftar Isian
Pelaksanaan Anggaran (DIPA) dan nama unit organisasi adalah nama unit
eselon I dan Kementerian/Lembaga.
Contoh: [KPP Pratama Bogor] [Ditjen Pajak Kementerian Keuangan].
2) Instansi Pemerintah Daerah
a) Kode referensi: Gabungan dari 6 (enam) digit kode Pemerintah Daerah dan
8 (delapan) digit kode unik Instansi Pemerintah Daerah (2 digit Kode Urusan,
2 digit Kode Bidang, 2 digit Kode Unit dan 2 digit Kode Sub Unit) sesuai
referensi Satuan Kerja pada Direktorat Jenderal Perimbangan Keuangan.
b) Penamaan: [nama dinas atau sub unit penerimaan Dokumen Pelaksanaan
Anggaran] [nama Pemerintah Daerah], di mana nama Pemerintah Daerah
adalah nama Provinsi/Kabupaten/Kota.
Contoh: [Dinas Pekerjaan Umum] [Kota Surabaya].
3) Instansi Pemerintah Desa
a) Kode referensi: Kode Wilayah sesuai referensi data desa pada Kementerian
Dalam Negeri.
b) Penamaan: Desa [nama desa] [nama kecamatan] [nama kabupaten/kota].
Contoh: Desa [Warungbanten] [Kecamatan Cibeber] [Kabupaten Lebak].
e. Penerbitan NPWP Instansi Pemerintah dan Pengukuhan PKP Instansi Pemerintah
Secara Jabatan dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1) Direktur PP I, Direktur PP II, Direktur PKP, Direktur EP, Direktur DIP, dan Direktur
TPB menyiapkan data referensi Instansi Pemerintah yang akan diterbitkan
NPWP Instansi Pemerintah secara jabatan.
2) Direktur PP I, Direktur PP II, Direktur PKP, Direktur EP, Direktur DIP, Direktur TPB,
dan Direktur TIK melakukan penelitian daftar Instansi Pemerintah sebagaimana
dimaksud pada angka 1).
3) Direktur TIK membuat Berita Acara Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP
Instansi Pemerintah Secara Jabatan yang ditandatangani bersama Direktur PP I,
Direktur PP II, Direktur PKP, Direktur EP, Direktur DIP, Direktur TPB, dan Direktur
TIK dengan menggunakan contoh format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran huruf A.
4) Berdasarkan Berita Acara Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP Instansi
Pemerintah Secara Jabatan, Direktur PP I membuat rancangan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak tentang Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP Instansi
Pemerintah Secara Jabatan.
5) Direktur DIP menerbitkan NPWP dan melakukan pengukuhan PKP pada basis
data MFWP berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penerbitan
NPWP dan Pengukuhan PKP Instansi Pemerintah Secara Jabatan.
6) Berdasarkan Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penerbitan NPWP dan
Pengukuhan PKP Instansi Pemerintah Secara Jabatan, Kepala KPP tempat
Instansi Pemerintah terdaftar mencetak dan menyampaikan Surat
Pemberitahuan Penerbitan NPWP Instansi Pemerintah Secara Jabatan kepada
Instansi Pemerintah, dengan menggunakan contoh format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran huruf B. Penyampaian pemberitahuan penerbitan
NPWP Instansi Pemerintah secara jabatan kepada Instansi Pemerintah dapat
juga dilakukan melalui media elektronik, antara lain telepon, email, dan Short
Message Service (SMS).
f. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penerbitan NPWP dan Pengukuhan PKP
Instansi Pemerintah Secara Jabatan diterbitkan paling lambat 10 (sepuluh) hari
kerja sebelum tanggal terdaftar NPWP Instansi Pemerintah pada basis data MFWP.
g. Dalam hal Instansi Pemerintah tidak dilakukan penerbitan NPWP secara jabatan
oleh KPDJP dan tidak terdapat dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak
sebagaimana dimaksud pada huruf f, maka Kepala KPP yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kedudukan Instansi Pemerintah dapat memproses penerbitan
NPWP sesuai dengan ketentuan dan prosedur mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak,
Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, baik berdasarkan
permohonan maupun secara jabatan.
h. Kepala KPP menerbitkan NPWP Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
huruf 9 dengan dilengkapi dokumen persyaratan sebagai berikut:
1) fotokopi dokumen penunjukan sebagai:
a. kepala Instansi Pemerintah Pusat, Kuasa Pengguna Anggaran, atau pejabat
yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada Instansi Pemerintah
Pusat, untuk Instansi Pemerintah Pusat;
b. kepala Instansi Pemerintah Daerah atau pejabat yang melaksanakan fungsi
tata usaha keuangan pada satuan kerja perangkat daerah untuk Instansi
Pemerintah Daerah; atau
c. kepala desa atau perangkat desa yang melaksanakan pengelolaan
keuangan desa berdasarkan keputusan kepala desa untuk Instansi
Pemerintah Desa;
2) fotokopi dokumen penunjukan Bendahara Pengeluaran, Bendahara
Penerimaan, dan/atau Kepala Urusan Keuangan Desa; dan
3) fotokopi Kartu Tanda Penduduk orang pribadi yang ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada angka 1) dan angka 2).
i. Penerbitan NPWP oleh KPP sebagaimana dimaksud pada huruf g, tetap
memperhatikan standar pengisian data sebagaimana dimaksud pada huruf d.
j. Dalam hal NPWP sebagaimana dimaksud pada huruf 9 tidak dapat diterbitkan pada
Aplikasi Registrasi karena tidak memenuhi standar pengisian data, Kepala KPP
menyampaikan permintaan untuk pemutakhiran data pada basis data MFWP ke
Direktorat TIK.
k. Dalam rangka pemutakhiran basis data referensi Instansi Pemerintah, KPDJP
berkoordinasi dengan Instansi yang berwenang mengelola data referensi Instansi
Pemerintah.
l. Berdasarkan hasil pemutakhiran basis data referensi Instansi Pemerintah sesuai
dengan tata kelola penjaminan kualitas data yang berlaku, Direktur Jenderal Pajak
dapat menerbitkan NPWP secara jabatan terhadap Instansi Pemerintah sesuai
dengan ketentuan dan prosedur mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat
Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

3. Penghapusan NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau
NPWP Bendahara Desa, Pencabutan Pengukuhan PKP Bendahara, serta Ketentuan
Pemenuhan Hak dan Kewajiban Perpajakan Instansi Pemerintah/Bendahara
a. NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau NPWP
Bendahara Oesa yang dilakukan penghapusan NPWP adalah NPWP dengan
kategori Bendahara pada basis data MFWP yang memenuhi kriteria:
1) mempunyai KLU Bendahara sesuai dengan Keputusan Direktur Jenderal Pajak
yang mengatur mengenai Klasifikasi Lapangan Usaha Wajib Pajak;
2) nama Wajib Pajak mengandung kata Bendahara atau kata lain yang
diindikasikan sebagai Wajib Pajak Bendahara; atau
3) Wajib Pajak yang seharusnya tidak termasuk dalam kategori Bendahara pada
basis data MFWP.
b. Penghapusan NPWP sekolah penerima dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
secara jabatan oleh KPDJP yang termasuk dalam kategori Bendahara pada basis
data MFWP dilakukan sepanjang data referensi sekolah penerima dana BOS telah
tersedia pada basis data OJP.
c. Penghapusan NPWP sekolah penerima dana BOS sebagaimana dimaksud pada
huruf b dan penerbitan NPWP baru terhadap sekolah penerima dana BOS,
dilakukan sesuai dengan prosedur yang dijelaskan dalam Surat Edaran Direktur
Jenderal ini.
d. Dalam hal NPWP sebagaimana dimaksud pada huruf a belum dihapus secara
jabatan oleh KPOJP pada basis data MFWP, berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan Instansi Pemerintah
untuk masa pajak sebelum PMK-231 berlaku, tetap menggunakan NPWP
Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau NPWP
Bendahara Desa yang lama.
2) pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan sekolah penerima
dana BOS untuk masa pajak sebelum NPWP dihapus, tetap menggunakan NPWP
sekolah penerima dana BOS yang lama.
e. Dalam hal NPWP sebagaimana dimaksud pada huruf a telah dihapus secara
jabatan oleh KPDJP pada basis data MFWP, berlaku ketentuan sebagai berikut:
1) pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan Instansi Pemerintah
untuk masa pajak sebelum PMK-231 berlaku, tetap menggunakan NPWP
Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau NPWP
Bendahara Desa yang lama melalui prosedur Aktivasi Sementara Wajib Pajak
Hapusyang dilakukan oleh KPP sesuai dengan prosedur yang dijelaskan dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak,
Sertifikat Elektronik, dan Pengusaha Kena Pajak.
2) pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan Instansi Pemerintah
untuk masa pajak setelah PMK-231 berlaku, menggunakan NPWP Instansi
Pemerintah yang baru.
3) pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan sekolah penerima
dana BOS untuk masa pajak sebelum NPWP dihapus, tetap menggunakan NPWP
sekolah penerima dana BOS yang lama melalui prosedur Aktivasi Sementara
Wajib Pajak Hapusyang dilakukan oleh KPP, sesuai dengan prosedur yang
dijelaskan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak mengenai Nomor Pokok
Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
4) pelaksanaan hak dan pemenuhan kewajiban perpajakan sekolah penerima
dana BOS untuk masa pajak setelah NPWP dihapus, menggunakan NPWP
sekolah penerima dana BOS yang baru.
f. Dalam hal NPWP yang telah dihapus memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
pada huruf a angka 1) dan/atau angka 2) seharusnya tidak dilakukan penghapusan
NPWP dan Instansi Pemerintah tersebut tidak diterbitkan NPWP secara jabatan oleh
KPDJP, maka Kepala KPPdapat menerbitkan NPWP Baru terhadap Instansi
Pemerintah dengan mengikuti ketentuan sebagaimana dijelaskan pada angka 2
huruf h, huruf i, dan huruf j.
g. Dalam hal NPWP yang telah dihapus memenuhi kriteria sebagaimana dimaksud
pada huruf a angka 3) seharusnya tidak dilakukan penghapusan NPWP (misalnya
Wajib Pajak Orang Pribadi atau Wajib Pajak Badan), maka Kepala KPP melakukan
pembatalan penghapusan NPWP sesuai dengan prosedur yang dijelaskan dalam
Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat
Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak. Terhadap pembatalan
penghapusan NPWP tersebut, KPP menyampaikan permintaan untuk pemutakhiran
data pada basis data MFWP ke Direktorat TIK.
h. Dalam hal NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau
NPWP Bendahara Desa yang dilakukan penghapusan berstatus sebagai PKP pada
basis data MFWP, maka pencabutan pengukuhan PKP dilakukan bersamaan dengan
penghapusan NPWP Bendahara.
i. Penghapusan NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan,
dan/atau NPWP Bendahara Desa serta Pencabutan Pengukuhan PKP Bendahara
dilakukan dengan prosedur sebagai berikut:
1) Direktur DIP melakukan identifikasi data NPWP Bendahara pada basis data
MFWP (baik berstatus PKP atau tidak) dengan kriteria sesuai dengan huruf a dan
membuat Daftar Wajib Pajak Bendahara pada Basis Data MFWP yang
Memenuhi Kriteria Penghapusan NPWP dan/atau Pencabutan Pengukuhan PKP
serta rnenyampalkan daftar tersebut ke Direktur PP I dengan menggunakan
contoh format sebagaimana dimaksud dalam Lampiran huruf C.
2) Direktur PP I melakukan penelitian daftar NPWP Bendahara sebagaimana
dimaksud pada angka 1) dan melakukan pembahasan bersama Direktur PP II,
Direktur PKP, Direktur EP, Direktur DIP, Direktur TPB, dan Direktur TIK.
3) Direktur DIP melakukan penghapusan NPWP dan pencabutan pengukuhan PKP
serta membuat Berita Acara Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan
PKP Bendahara Secara Jabatan yang ditandatangani bersama Direktur PP I,
Direktur PP II, Direktur PKP, Direktur EP, Direktur DIP, Direktur TPB, dan Direktur
TIK dengan menggunakan contoh format sebagaimana dimaksud dalam
Lampiran huruf D.
4) Berdasarkan Berita Acara Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan
PKP Bendahara Secara Jabatan, Direktur PP I membuat rancangan Keputusan
Direktur Jenderal Pajak tentang Penghapusan NPWP dan Pencabutan
Pengukuhan PKP Bendahara Secara Jabatan.
j. Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penghapusan NPWP dan Pencabutan
Pengukuhan PKP Bendahara Secara Jabatan diterbitkan paling lambat 10 (sepuluh)
hari kerja setelah penghapusan NPWP dan pencabutan pengukuhan PKP
Bendahara pada basis data MFWP.
k. Dalam hal NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau
NPWP Bendahara Desa sedang dalam proses penghapusan NPWP di KPP dan tidak
terdapat dalam Keputusan Direktur Jenderal Pajak tentang Penghapusan NPWP dan
Pencabutan Pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud pada huruf j, maka Kepala
KPP tetap memproses penghapusan NPWP tersebut sesuai dengan prosedur yang
dijelaskan dalam Surat Edaran Direktur Jenderal Pajak mengenai Nomor Pokok
Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
l. Dalam hal NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau
NPWP Bendahara Oesa sedang dalam proses penghapusan NPWP di KPP dan
terdapat dalam Keputusan Oirektur Jenderal Pajak tentang Penghapusan NPWP dan
Pencabutan Pengukuhan PKP Bendahara sebagaimana dimaksud pada huruf j,
maka Kepala KPP menyampaikan permintaan mengenai pembatalan permohonan
penghapusan NPWP pada basis data DJP ke Direktorat TIK.
m. Terhadap NPWP Bendahara Pengeluaran, NPWP Bendahara Penerimaan, dan/atau
NPWP Bendahara Oesa yang tidak dilakukan penghapusan NPWP dan pencabutan
pengukuhan PKP Bendahara secara jabatan oleh KPOJP, maka Kepala KPP
memproses penghapusan NPWP dan pencabutan pengukuhan PKP sesuai dengan
ketentuan dan prosedur mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik,
dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
n. Penghapusan NPWP dan pencabutan pengukuhan PKP oleh Kepala KPP
sebagaimana dimaksud pada huruf m terhadap sekolah penerima dana BOS,
dilakukan sepanjang Direktur Je.nderal Pajak telah menerbitkan Keputusan Direktur
Jenderal Pajak mengenai Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP
Bendahara sekolah penerima dana BOS yang lama.
o. Berdasarkan hasil pemutakhiran basis data referensi Instansi Pemerintah sesuai
dengan tata kelola penjaminan kualitas data yang berlaku, Direktur Jenderal Pajak
dapat menghapus NPWP secara jabatan terhadap Instansi Pemerintah sesuai
dengan ketentuan dan prosedur mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat
Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

4. Perubahan Data, Permohonan Sertifikat Elektronik, dan Aktivasi Akun PKP Instansi
Pemerintah
a. Terhadap permohonan perubahan data, permohonan Sertifikat Elektronik aktivasi
Akun PKP, dan/atau aktivasi EFIN yang disampaikan oleh Instansi Pemerintah
setelah menerima NPWP yang baru, Kepala KPP tempat Instansi Pemerintah
terdaftar menindaklanjuti sesuai dengan ketentuan atau prosedur mengenai
Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena
Pajak serta Pengamanan Transaksi Elektronik Layanan Pajak Online.
b. Kepala KPP tempat Instansi Pemerintah terdaftar menindaklanjuti permohonan
perubahan data NPWP Instansi Pemerintah dengan meneliti kelengkapan sebagai
berikut:
1) fotokopi dokumen penunjukan sebagai:
a) kepala Instansi Pemerintah Pusat, Kuasa Pengguna Anggaran, atau pejabat
yang melaksanakan fungsi tata usaha keuangan pada Instansi Pemerintah
Pusat, untuk Instansi Pemerintah Pusat;
b) kepala Instansi Pemerintah Daerah atau pejabat yang melaksanakan fungsi
tata usaha keuangan pada satuan kerja perangkat daerah untuk Instansi
Pemerintah Daerah; atau
c) kepala desa atau perangkat desa yang melaksanakan pengelolaan
keuangan desa berdasarkan keputusan kepala desa untuk Instansi
Pemerintah Desa;
2) fotokopi dokumen penunjukan Bendahara Pengeluaran, Bendahara
Penerimaan, dan/atau Kepala Urusan Keuangan Desa; dan
3) fotokopi Kartu Tanda Penduduk orang pribadi yang ditunjuk sebagaimana
dimaksud pada angka 1) dan angka 2).
c. Kepala KPP tempat Instansi Pemerintah terdaftar menindaklanjuti permohonan
perubahan data yang diajukan oleh Instansi Pemerintahdengan menggunakan
formulir sebagaimana dimaksud dalam Lampiran huruf E sesuai dengan ketentuan
yang mengatur mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
d. Dalam hal perubahan data NPWP Instansi Pemerintah mengakibatkan pemindahan
KPP administrasi, Kepala KPP tempat Instansi Pemerintah terdaftar menindaklanjuti
dengan pemindahan tempat Wajib Pajak terdaftar sesuai dengan ketentuan dan
prosedur mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak, Sertifikat Elektronik, dan
Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.
e. Setelah melakukan prosedur perubahan data sebagaimana dimaksud pada huruf c,
Kepala KPP menerbitkan dan menyampaikan Surat Keterangan Terdaftar (SKT),
Kartu NPWP, dan/atau Surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (SPPKP) kepada
Instansi Pemerintah.
f. Dalam hal Instansi Pemerintah tidak menyampaikan permohonan perubahan data
sampai dengan tanggal 30 April 2020, Kepala KPP tempat Instansi Pemerintah
terdaftar membuat dan menyampaikan surat permintaan klarifikasi/pemenuhan
kelengkapan dokumen dengan menggunakan contoh format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran huruf F.
g. Kepala KPP tempat Instansi Pemerintah terdaftar melakukan monitoring atas surat
permintaan klarifikasi/pemenuhan kelengkapan dokumen yang telah dikirimkan,
dan menindaklanjuti dengan:
1) melakukan perubahan data NPWP Instansi Pemerintah, menerbitkan dan
menyampaikan SKT, Kartu NPWP, dan/atau SPPKP, serta mengarsipkan
dokumen klarifikasi atau kelengkapan yang diminta, dalam hal Instansi
Pemerintah menyampaikan klarifikasi atau kelengkapan dokumen sesuai
dengan jangka waktu yang ditentukan dalam surat permintaan
klarifikasi/pemenuhan kelengkapan dokumen; atau
2) membuat daftar nominatif Wajib Pajak untuk ditetapkan sebagai Wajib Pajak
Non-efektif secara jabatan, dalam hal Instansi Pemerintah tidak menyampaikan
klarifikasi atau kelengkapan dokumen sesuai dengan jangka waktu yang
ditentukan dalam surat permintaan klarifikasi/pemenuhan kelengkapan
dokumen.

h. Kepala KPP menyampaikan Laporan Tindak Lanjut Perubahan Data NPWP Instansi
Pemerintah/Bendahara dengan menggunakan contoh format sebagaimana
dimaksud dalam Lampiran huruf G secara elektronik ke alamat email
pengembangan.pelayanan@pajak.go.id dan/atau tertulis ke Direktorat TPB paling
lambat akhir bulan Juli 2020.
i. Berdasarkan hasil pemutakhiran basis data referensi Instansi Pemerintah sesuai
dengan tata kelola penjaminan kualitas data yang berlaku, Direktur Jenderal Pajak
dapat melakukan perubahan data secara jabatan terhadap Instansi Pemerintah
sesuai dengan ketentuan dan prosedur mengenai Nomor Pokok Wajib Pajak,
Sertifikat Elektronik, dan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak.

F. Penutup
Surat Edaran Direktur Jenderal ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan.

Demikian Surat Edaran Direktur Jenderal ini disampaikan untuk diketahui dan dilaksanakan
dengan sebaik-baiknya.

Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 11 Maret 2020
DIREKTUR JENDERAL,
SURYO UTOMO

Anda mungkin juga menyukai