REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
jdih.kemenkeu.go.id
- 2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PETUNJUK
TEKNIS AKUNTANSI PENERIMAAN NEGARA BUKAN PAJAK
DARI KEGIATAN USAHA PANAS BUMI.
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Penerimaan Negara Bukan Pajak yang selanjutnya
disingkat PNBP adalah pungutan yang dibayar oleh orang
pribadi atau badan dengan memperoleh manfaat langsung
maupun tidak langsung atas layanan atau pemanfaatan
sumber daya dan hak yang diperoleh negara, berdasarkan
peraturan perundang-undangan, yang menjadi
penerimaan pemerintah pusat di luar penerimaan
perpajakan dan hibah dan dikelola dalam mekanisme
anggaran pendapatan dan belanja negara.
2. PNBP dari Kegiatan Usaha Panas Bumi yang selanjutnya
disebut dengan PNBP Panas Bumi adalah PNBP yang
dikelola oleh Bendahara Umum Negara yang berasal dari
Setoran Bagian Pemerintah setelah dikurangi dengan
kewajiban perpajakan dan pungutan lainnya sesuai
dengan peraturan perundang-undangan.
3. Laporan Keuangan adalah bentuk pertanggungjawaban
pemerintah atas pelaksanaan anggaran, pendapatan dan
belanja negara berupa laporan realisasi anggaran, laporan
arus kas, laporan operasional, laporan perubahan saldo
anggaran lebih, laporan perubahan ekuitas, neraca, dan
catatan atas laporan keuangan.
4. Standar Akuntansi Pemerintahan yang selanjutnya
disingkat SAP adalah prinsip-prinsip akuntansi yang
diterapkan dalam menyusun dan menyajikan Laporan
Keuangan pemerintah.
jdih.kemenkeu.go.id
- 3 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -
Pasal 2
(1) Petunjuk teknis akuntansi PNBP Panas Bumi
sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri ini
disusun berdasarkan SAP berbasis akrual dan mengacu
pada Kebijakan Akuntansi Pemerintah Pusat.
(2) Ruang lingkup petunjuk teknis akuntansi PNBP Panas
Bumi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi
proses pengakuan, pengukuran, penyajian, dan
pengungkapan unsur Laporan Keuangan.
(3) Laporan Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
memuat:
a. aset;
b. kewajiban;
c. ekuitas;
d. pendapatan; dan
e. beban.
Pasal 3
Petunjuk teknis sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
digunakan bagi:
a. Satker PNBP Panas Bumi selaku Entitas Akuntansi
sebagai pedoman dalam penyusunan Laporan Keuangan
Satker PNBP Panas Bumi; dan
b. Kuasa Bendahara Umum Negara sebagai pedoman dalam
konsolidasian Laporan Keuangan Bendahara Umum
Negara.
Pasal 4
Petunjuk teknis akuntansi PNBP Panas Bumi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 tercantum dalam Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 5
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, Peraturan
Menteri Keuangan Nomor 221/PMK.02/2017 tentang Petunjuk
Teknis Akuntansi Penerimaan Negara Bukan Pajak dari
Kegiatan Usaha Panas Bumi (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2017 Nomor 1965) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 204/PMK.02/2018
tentang Perubahan atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor
221/PMK.02/2017 Petunjuk Teknis Akuntansi Penerimaan
Negara Bukan Pajak dari Kegiatan Usaha Panas Bumi (Berita
Negara Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1847), dicabut
dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 6
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
jdih.kemenkeu.go.id
- 5-
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2022
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Desember 2022
jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -
LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 238 /PMK.02/2022
TENTANG PETUNJUK TEKNIS AKUNTANSI PENERIMAAN
NEGARA BUKAN PAJAK DARI KEGIATAN USAHA PANAS
BUMI
I. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Sebagaimana diamanatkan Undang-Undang Nomor 17 Tahun
2003 tentang Keuangan Negara, Menteri/Pimpinan lembaga
sebagai Pengguna Anggaran/Barang mempunyai tugas antara
lain menyusun dan menyampaikan Laporan Keuangan
Kementerian Negara/Lembaga yang dipimpinnya. Sesuai dengan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang Pelaporan
Keuangan Dan Kinerja Instansi Pemerintah, Entitas Pelaporan
terdiri dari pemerintah pusat, Pemerintahan Daerah,
Kementerian Negara/Lembaga dan Bendahara Umum Negara.
Setiap Kuasa Pengguna Anggaran di lingkungan suatu
Kementerian Negara/Lembaga merupakan Entitas Akuntansi.
Satker PNBP Panas Bumi merupakan salah satu Entitas
Akuntansi dari BUN yang berkewajiban menyelenggarakan
akuntansi dan laporan pertanggungjawaban atas pelaksanaan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dengan menyusun
Laporan Keuangan paling sedikit berupa Laporan Realisasi
Anggaran; Neraca, dan Catatan atas Laporan Keuangan. Pasal 32
Undang-Undang Nomor i 7 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara mengamanatkan bahwa bentuk dan 1s1 laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan
Belanja Negara (APBN)/ Anggaran Pendapatan dan Belanja
Daerah (APBD) disusun dan disajikan sesuai dengan SAP.
Kebijakan akuntansi penting yang digunakan dalam penyusunan
Laporan Keuangan Satker PNBP Panas Bumi, khususnya yang
terkait dengan pendapatan yakni sebagai berikut:
a. Pendapatan-Laporan Realisasi Anggaran . yakni semua
penerimaan KUN yang menambah ekuitas dana lancar
dalam periode tahun yang bersangkutan yang menjadi hak
pemerintah pusat dan tidak perlu dibayar kembali oleh
pemerintah pusat;
b. Pendapatan berbasis kas diakui pada saat kas diterima pada
Rekening KUN; .
c. Pendapatan-Laporan Operasional yakni hak pemerintah
yang diakui sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun
anggaran yang bersangkutan dan tidak perlu dibayar
kembali;
d. Pendapatan-Laporan Operasiorial diakui pada saat
timbulnya hak atas bagian pemerintah yahg harus
dibayarkan oleh Pengusaha (atas triwulan yg bersangkutan),
jdih.kemenkeu.go.id
- 7 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 8 -
2. Dasar Hukum
Di dalam penyusunan petunjuk teknis ini, beberapa peraturan
perundang-undangan maupun ketentuan yang menjadi sumber
rujukan yaitu:
a. Kontrak Operasi Bersama Panas Bumi (Joint Operation
Contract);
b. Undang-Undang APBN dan Peraturan Pelaksanaannya;
c. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan
Negara;
d. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara;
e. Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2014 tentang Panas Bumi;
f. Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2018 tentang Penerimaan
Negara Bukan Pajak;
g. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2022 tentang Hubungan
Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah;
h. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006 tentang
Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah;
i. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar
Akuntansi Pemerintahan;
J. Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun · 2016 tentang
Besaran dan Tata Cara Pemberian Bonus Produksi Panas
Bumi;
k. Keputusan Presiden Nomor 49 Tahun 1991 tentang
Perlakuan Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan Nilai dan
PungutanPungutan Lainnya terhadap Pelaksanaan Kuasa
dan Ijin Pengusahaan Sumber Daya Panas Bumi Untuk
Pembangkitan Energi/Listrik;
1. Keputusan Menteri Keuangan Nomor 766/KMK.04/1992
tentang Tatacara Penghitungan, Penyetoran dan Pelaporan
Bagian Pemerintah, Pajak Penghasilan, Pajak Pertambahan
Nilai dan Pungutan-pungutan lainnya atas Hasil
jdih.kemenkeu.go.id
- 9 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
C. Acuan Penyusunan
jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
E. Ketentuan Lain-lain
jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
A. Kerangka Dasar
jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
b.
Negara (PUPN);
rincian jenis piutang menurut kualitas piutang; dan k
jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -
A. Definisi
Kewajiban yakni utang yang timbul dari peristiwa masa lalu yang
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah. Kewajiban Pemerintah dari kegiatan usaha Panas Bumi
pada prinsipnya merupakan kewajiban jangka pendek karena
penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluar sumber daya ekonomi
pemerintah dalam jangka waktu 12 (dua belas) bulan. Atas kewajiban
pemerintah dari kegiatan usaha Panas Bumi yang karena proses
bisnis belum selesai sehingga belum dapat diketahui nilai yang harus
dibayar secara definitif, maka pemerintah mencatat sebagai Utang
diestimasi.
B. Jenis
Kewajibanjangka pendek dari kegiatan usaha Panas Bumi merupakan
utang kepada pihak ketiga yaitu baik yang berasal dari Pengusaha
maupun instansi pemerintah lain.
Utang Pihak Ketiga panas bumi terdiri atas:
1. Utang kepada Pengusaha
Utang kepada Pengusaha meliputi kewajiban pemerintah yang
akan dibayarkan kepada Pengusaha, meliputi:
a) Utang Pihak Ketiga Panas Bumi diestimasi-Reimburs.ement
PPN;
b) Utang Pihak Ketiga Panas Bumi diestimasi-Penggantian
Bonus Produksi Panas Bumi;
c) Utang Pihak Ketiga Panas Bumi-Reimbursement PPN; dan
d) Utang Pihak Ketiga Panas Bumi-Penggantian Bonus
Produksi Panas Bumi.
2. Utang kepada instansi pemerintah
Utang kepada instansi pemerintah meliputi kewajiban Satker
PNBP Panas Bumi dari kegiatan usaha kepada instansi
pemerintah yang lain, meliputi:
a) Utang Pihak Ketiga Panas Bumi diestimasi-PBB Panas Bumi;
dan
b) Utang Pihak Ketiga Panas Bumi-PBB Panas Bumi.
3. Bagian Pemerintah dari Penerimaan Panas Bumi yang belum
dipindahbukukan
Bagian Pemerintah dari Penerimaan Panas Bumi yang belum
dipindahbukukan merupakan kewajiban Satker PNBP Panas
bumi kepada pemerintah yang akan dipindahbukukan ke
Rekening KUN.
C. Pengakuan
Kewajiban jangka pendek dari kegiatan usaha Panas Bumi diakui oleh
Satker PNBP Panas Bumi sebagai berikut:
1. Utang kepada Pengusaha diestimasi diakui pada saat
pencadangan utang kepada Pengusaha atas reimbursement PPN
dan penggantian bonus produksi dalam rekonsiliasi triwulanan.
2. Utang kepada instansi pemerintah diestimasi diakui pada saat
pencadangan utang kepada instansi pemerintah atas PBB Panas
Bumi dalam rekonsiliasi triwulanan.
jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -
D. Pengukuran
Utang jangka pendek dari kegiatan usaha Panas Bumi diestimasi
dicatat sebesar angka pencadangan utang jangka pendek yang
dituangkan dalam Berita Acara Rekonsiliasi (BAR) triwulanan.
Utang jangka pendek dari kegiatan usaha Panas Bumi definitif dicatat
sebesar tagihan yang diajukan atas kewajiban pemerintah.
jdih.kemenkeu.go.id
- 24 -
F. Dokumen Sumber
Dokumen sumber yang digunakan untuk mengakui dan mengukur
nilai kewajiban jangka pendek dari kegiatan usaha Panas Bumi yaitu:
1. BAR data Setoran Bagian Pemerintah, reimbursement PPN, PBB,
dan penggantian bonus produksi Panas Bumi secara Triwulanan.
2. Surat tagihan reimbursement PPN Panas Bumi dari Pengusaha.
3. Surat tagihan pembayaran PBB Panas Bumi dari Direktorat
Jenderal (Ditjen) Pajak.
4. Keputusan Menteri ESDM tentang penetapan besaran bonus
produksi panas bumi.
5. Surat permintaan pemindahbukuan pembayaran reimbursement
PPN.
6. Surat permintaan pemindahbukuan pembayaran PBB Panas
Bumi.
7. Surat permintaan pemindahbukuan penggantian bonus produksi
Panas Bumi.
8. Rekening koran harian Rekening Panas Bumi.
G. Perlakuan Khusus
Beberapa perlakuan khusus terkait transaksi kewajiban pada Satker
PNBP Panas Bumi yaitu:
1. Apabila berdasarkan hasil rekonsiliasi terdapat selisih lebih
pencadangan utang pihak ketiga Panas Bumi diestimasi-PBB
Panas Bumi dari total tagihan PBB Panas Bumi yang diajukan
Ditjen Pajak kepada Ditjen Anggaran, selisih lebih pencadangan
tersebut akan dikeluarkan dari pencadangan kewajiban kepada
pihak ketiga dan diperhitungkan sebagai Bagian Pemerintah dari
Penerimaan Panas Bumi yang belum dipindahbukukan.
Selanjutnya akan dipindahbukukan ke Rekening KUN dan diakui
sebagai Pendapatan LRA.
2. Apabila dalam proses verifikasi pembayaran reimbursement PPN
terdapat jumlah reimbursement PPN yang tidak memenuhi
kualifikasi untuk dibayarkan dan tidak dapat diajukan kembali
oleh Pengusaha disebabkan terdapat jawaban konfirmasi
keterkaitan Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak dari
Ditjen Energi Baru, Terbarukan, dan Konservasi Energi,
Kementerian ESDM yang menyatakan "tidak" dan/ atau terdapat
selisih lebih antara angka pencadangan dengan angka pengajuan
yang tidak akan diajukan kembali pada pengajuan reimbursement
PPN pengajuan berikutnya, maka atas angka reimbursement PPN
yang tidak dapat dibayarkan dan tidak dapat diajukan kembali
tersebut akan dikeluarkan dari pencadangan kewajiban kepada
pihak ketiga dan diperhitungkan sebagai Bagian Pemerintah dari
Penerimaan Panas Bumi yang belum dipindahbukukan.
Selanjutnya akan dipindahbukukan ke Rekening KUN dan diakui
sebagai Pendapatan LRA.
3. Apabila terdapat selisih lebih antara pencadangan bonus
produksi dengan nilai bonus produksi sebagaiinana Keputusan
Menteri ESDM, maka selisih lebih tersebut akan dikeluarka:n dari
pencadangan kewajiban kepada pihak ketiga dan diperhitungkan
jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -
Pendapatan PNBP Panas Bumi disajikan dalam dua laporan yaitu Laporan
Operasional yang berbasis akrual dan Laporan Realisasi Anggaran yang
berbasis kas.
jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -
d. Pengukuran
Pendapatan - Laporan Operasional diukur dengan ketentu:an
sebagai berikut:
a. sebesar nilai yang tercantum pada surat penetapan/tagihan
atas kekurangan pembayaran SBP dari hasil pemeriksaan
BPKP atau denda keterlambatan pembayaran SBP;
dan/atau
b. sebesar nilai Setoran Bagian Pemerintah oleh Pengusaha
Panas Bumi yang diterima di Rekening Panas Bumi No.
508.000084980.
4. Penyajian dan Pengungkapan
Pendapatan PNBP Panas Bumi-Laporan Operasional disajikan
dalam Laporan Operasional dengan rincian lebih lanjut disajikan
dan diungkapkan secara memadai dalam Catatan atas Laporan
Keuangan.
5. Dokumen Sumber
Dokumen sumber yang digunakan yaitu:
a. BAR data Setoran Bagian Pemerintah, reimbursement PPN,
PBB, dan penggantian bonus produksi Panas Bumi secara
triwulanan.
b. Surat penetapan/tagihan kekurangan pembayaran SBP
hasil pemeriksaan BPKP atau denda keterlambatan
pembayaran SBP.
c. Rekening koran harian Rekening Panas Bumi.
jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -
A. Definisi
Behan merupakan penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
atau biaya yang timbul akibat transaksi tersebut dalam periode
pelaporan yang berdampak pada penurunan ekuitas, baik berupa
pengeluaran, konsumsi aset, atau timbulnya kewajiban.
B. Jenis
Behan di dalam pengelolaan PNBP Panas Bumi berupa:
1. Behan diestimasi
Behan diestimasi yakni beban yang belum dapat ditentukan
jumlahnya secara pasti karena proses bisnis yang belum selesai.
Behan diestimasi dalam pengelolaan PNBP Panas Bumi terdiri
dari beban diestimasi - reimbursement PPN, beban diestimasi -
PBB Panas Bumi, dan beban diestimasi - Penggantian Bonus
Produksi.
2. Behan
Behan dalam pengelolaan PNBP Panas Bumi merupakan beban
yang sudah diketahui secara p~sti jumlahnya, terdiri dari beban
pembayaran reimbursement PPN dan beban pembayaran
penggantian bonus produksi.
3. Behan penyisihan piutang tidak tertagih
C. Pengakuan
Behan diakui saat pada saat timbulnya kewajiban, terjadinya
konsumsi aset, dan terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau
potensi jasa.
Untuk Behan atas periode triwulan IV (Oktober-Desember 20Xl)
diakui apabila beban tersebut dapaf diukur secara memadai
berdasarkan dokumen sumber yang telah diverifikasi dan telah
diperoleh sampai dengan sebelum disusunnya Laporan Keuangan
audited. Pengukuran dilakukan berdasarkan nilai yang tercantum
dalam Berita Acara Rekonsiliasi PNBP atas kegiatan usaha periode
tersebut serta disesuaikan dengan tagihan dari Pengusaha Panas
Bumi atau Keputusan Menteri ESDM tentang penetapan besaran
bonus produksi.
D. Pengukuran
Behan diestimasi dicatat sebesar nilai pencadangan utang kepada
pihak ketiga yang tercantum dalam BAR.
Behan pembayaran reimbursement PPN dicatat sebesar jumlah yang
tercantum dalam surat pengajuan reimbursement PPN dari pengusaha
panas bumi.
Behan pembayaran penggantian bonus produksi dicatat sebesar
jumlah yang tercantum dalam Keputusan Menteri ESDM tentang
penetapan besaran bonus produksi.
Behan penyisihan piutang tidak tertagih dicatat sebesar perhitungan
akuntansi atas perlakuan penyisihan piutang tidak tertagih dengan
memperhatikan masing-masing kualitas piutang.
jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -
Pendapatan XXX
Behan
jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -
13. Saat dicadangkan utang pihak ketiga Panas Bumi Triwulan III TA
20X2
a. D.1 Buu
k B esar a k rua1 a k an d..
1Jurna1 o1e h ap l"k
1 as1 se b agai. b en"ku:
t
Akun Uraian Akun Debit Kredit
596323 Beban diestimasi - reimbursement 70.000
PPN
212196 Utang pihak ketiga panas bumi 70.000
diestimasi - reimbursement PPN
jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -
jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -
jdih.kemenkeu.go.id