KEUANGAN
REPUBLIK INDONESIA
SALINAN
I
kartu kredit pemerintah;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 2 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
-3 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 4 -
MEMUTUSKAN:
Menetapkan PERATURAN MENTER! KEUANGAN TENTANG PERUBAHAN
ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN NOMOR
231/PMK.03/2019 TENTANG TATA CARA PENDAFTARAN
DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK WAJIB PAJAK,
PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN PENGUKUHAN
PENGUSAHA KENA PAJAK, SERTA PEMOTONGAN DAN/ ATAU
PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN PAJAK BAGI
INSTANSI PEMERINTAH.
Pasal I
Beberapa ketentuan dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor
231/PMK.03/2019 tentang Tata Cara Pendaftaran dan
Penghapusan Nomor Pokok Wajib Pajak, Pengukuhan dan
Pencabutan Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak, serta
Pemotongan dan/ atau Pemungutan, Penyetoran, dan
Pelaporan Pajak bagi Instansi Pemerintah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2019 Nomor 1746), diubah sebagai
berikut:
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini, yang dimaksud dengan:
1. Undang-Undang Pajak Penghasilan yang selanjutnya
disebut Undang-Undang PPh adalah Undang-Undang
www.jdih.kemenkeu.go.id
-5-
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 6 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
-7 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 8 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 9 -
Pasal 3
(1) Instansi Pemerintah yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak kecuali
pengusaha kecil sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai
batasan pengusaha kecil, wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP.
f~
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 10 -
Pasal 7
Ketentuan mengenai pedoman teknis:
1. pendaftaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2
ayat (1);
2. pengukuhan PKP sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 ayat (1);
3. perubahan data Instansi Pemerintah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 5 ayat (1) huruf a;
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 11 -
Pasal 9
(1) Pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 8 ayat (3) huruf a, meliputi
pemotongan PPh atas penghasilan yang dibayarkan
kepada rekanan pemerintah atas:
a. persewaan tanah dan/ atau bangunan;
b. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan;
c. usahajasa konstruksi;
d. hadiah undian; dan
e. pembelian barang atau penggunaan jasa dari
Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto
tertentu.
(2) Tidak termasuk pembayaran atas persewaan tanah
dan/ atau bangunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, yaitu pembayaran atas penggunaan
jasa pelayanan penginapan serta akomodasinya.
(3) Wajib Pajak yang memiliki peredaran bruto tertentu
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e yaitu
Wajib Pajak yang dikenai PPh yang bersifat final
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan yang mengatur mengenai PPh atas
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 12 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 13 -
Pasal 10
(1) Pemotongan PPh Pasal 15 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) huruf b, meliputi pemotongan
PPh kepada rekanan pemerintah yang merupakan
Wajib Pajak tertentu atas:
a. imbalan jasa pelayaran dalam negeri;
b. imbalan jasa penerbangan dalam negeri; atau
c. imbalan jasa pelayaran dan/ atau penerbangan
luar negeri.
(2) Instansi Pemerintah tidak melakukan pemotongan
PPh Pasal 15 atas pembayaran dengan mekanisme
Uang Persediaan sehubungan dengan imbalan jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang dilakukan
melalui Pihak Lain dalam Sistem Informasi
Pengadaan, yang telah dipungut PPh Pasal 22 oleh
Pihak Lain.
(3) Ketentuan mengenai pedoman teknis penghitungan
dan pemotongan PPh Pasal 15 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Pasal 11
(1) Pemotongan PPh Pasal 21 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) huruf c, meliputi pemotongan
PPh atas penghasilan sehubungan dengan pekerjaan,
jasa, atau kegiatan dengan nama dan dalam bentuk
apa pun yang dibayarkan kepada rekanan
pemerintah yang merupakan Wajib Pajak orang
pribadi dalam negeri.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 14 -
Pasal 12
(1) Pemungutan PPh Pasal 22 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) huruf d, meliputi pemungutan
PPh sehubungan dengan pembayaran atas pembelian
barang kepada rekanan pemerintah.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 15 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 16 -
Pasal 13
(1) Pemotongan PPh Pasal 23 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) huruf e, meliputi pemotongan
PPh atas penghasilan yang dibayarkan, disediakan
untuk dibayarkan, atau telah jatuh tempo
pembayarannya kepada rekanan pemerintah yang
merupakan Wajib Pajak dalam negeri atau bentuk
usaha tetap berupa:
a. bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan karenajaminan pengembalian utang;
b. royalti;
c. hadiah, penghargaan, bonus, dan sejenisnya
selain yang telah dipotong PPh Pasal 21;
d. sewa dan penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta, kecuali sewa dan
penghasilan lain sehubungan dengan
penggunaan harta yang telah dikenai PPh Pasal
4 ayat (2); dan/atau
e. imbalan sehubungan dengan jasa yang
pembayarannya dibebankan pada anggaran
pendapatan dan belanja negara, anggaran
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 17 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 18 -
Pasal 14
(1) Pemotongan PPh Pasal 26 sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (3) huruf f, meliputi pemotongan
PPh atas penghasilan yang dibayarkan kepada
rekanan pemerintah yang merupakan Wajib Pajak
luar negeri selain bentuk usaha tetap berupa:
a. bunga termasuk premium, diskonto, dan
imbalan sehubungan dengan jaminan
pengembalian utang;
b. royalti, sewa, dan penghasilan lain sehubungan
dengan penggunaan harta;
c. imbalan sehubungan dengan jasa, pekerjaan,
dan kegiatan; dan/ atau
d. hadiah dan penghargaan.
(2) Ketentuan mengenai pedoman teknis penghitungan
dan pemotongan PPh Pasal 26 sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) tercantum dalam Lampiran
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 19 -
Pasal 16
(1) Instansi Pemerintah ditunjuk sebagai pemungut PPN
atau PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan
Barang Kena Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak oleh
PKP Rekanan Pemerintah kepada Instansi
Pemerintah.
(2) Instansi Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) wajib memungut, menyetor, dan melaporkan
PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
(3) Ketentuan mengenai pedoman teknis penghitungan
dan pemungutan PPN sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) tercantum dalam Lampiran yang merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri
ini.
Pasal 17
(1) Jumlah PPN yang wajib dipungut oleh Instansi
Pemerintah dihitung dengan cara mengalikan tarif
PPN yang berlaku dengan dasar pengenaan pajak
atau menggunakan besaran tertentu sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
(2) Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak selain
terutang PPN juga terutang PPnBM, jumlah PPnBM
yang wajib dipungut oleh Instansi Pemerintah
dihitung dengan cara mengalikan tarif PPnBM yang
berlaku dengan dasar pengenaan pajak sesuai
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 20 -
Pasal 18
(1) PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut oleh
Instansi Pemerintah, dalam hal:
a. pembayaran yang jumlahnya paling banyak
Rp2.000.000,00 (dua juta rupiah) tidak
termasukjumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang
terutang, dan bukan merupakan pembayaran
yang dipecah dari suatu transaksi yang nilai
sebenarnya lebih dari Rp2.000.000,00 (duajuta
rupiah);
b. pembayaran dengan kartu kredit pemerintah
atas belanja Instansi Pemerintah;
c. pembayaran untuk pengadaan tanah;
d. pembayaran atas penyerahan bahan bakar
minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT
Pertamina (Persero) dan/atau anak usaha PT
Pertamina (Persero) yang meliputi PT Pertamina
Patra Niaga, PT Kilang Pertamina Internasional,
dan PT Elnusa Pertrofin;
e. pembayaran atas penyerahan jasa
telekomunikasi oleh perusahaan
telekomunikasi;
f. pembayaran atas Jasa angkutan udara yang
diserahkan oleh perusahaan penerbangan;
g. pembayaran atas penyerahan Barang Kena
Pajak dan/ atau Jasa Kena Pajak yang menurut
ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan, mendapat fasilitas PPN tidak
dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN;
dan/atau
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 21 -
Pasal 20
(1) PKP Instansi Pemerintah yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan, wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan PPN yang
terutang.
(2) PPN yang terutang sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dihitung dengan cara mengalikan tarif PPN yang
berlaku dengan dasar pengenaan pajak atau
menggunakan besaran tertentu sesuai dengan
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 22 -
Pasal II
Peraturan Menteri ini mulai berlaku pada tanggal 1 Mei 2022.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 23 -
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal 30 Maret 2022
ttd.
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal 30 Maret 2022
DIREKTUR JENDERAL
PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN
KEMENTERIAN HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
ttd.
BENNY RIYANTO
.\
1/
YAH4l
i::��199703 1 001
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 24
LAMPIRAN
PERATURAN MENTER! KEUANGAN REPUBLIK INDONESIA
NOMOR 59 /PMK.03/2022
TENTANG
PERUBAHAN ATAS PERATURAN MENTER! KEUANGAN
NOMOR 231/PMK.03/2019 TENTANG TATA CARA
PENDAFTARAN DAN PENGHAPUSAN NOMOR POKOK
WAJIB PAJAK, PENGUKUHAN DAN PENCABUTAN
PENGUKUHAN PENGUSAHA KENA PAJAK, SERTA
PEMOTONGAN DAN/ATAU PEMUNGUTAN, PENYETORAN,
DAN PELAPORAN PAJAK BAGI INSTANSI PEMERINTAH
/;r
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 25 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 26 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 27 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 28 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 29 -
'-1/
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 30 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 31 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 32 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 33 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 34 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 35 -
B. Penghitungan dan Pemotongan PPh Pasal 4 Ayat (2) Pengalihan Hak atas
Tanah dan/atau Bangunan
1. Instansi Pemerintah wajib memotong PPh Pasal 4 ayat (2) atas
pembayaran kepada orang pribadi atau badan dari:
a. pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan; atau
b. perjanjian pengikatan jual beli atas tanah dan/ atau bangunan
beserta perubahannya.
2. Pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka 1 huruf a
merupakan pembayaran kepada pihak yang mengalihkan hak atas
tanah dan/atau bangunan melalui penjualan, tukar-menukar,
pelepasan hak, penyerahan hak, lelang, hibah, waris, atau cara lain
yang disepakati antara para pihak.
3. Pembayaran sebagaimana dimaksud pada angka ·l huruf b
merupakan pembayaran kepada:
a. pihak penjual yang namanya tercantum dalam perjanjian
pengikatan jual beli pada saat pertama kali ditandatangani;
atau
b. pihak pembeli yang namanya tercantum dalam perjanjian
pengikatan jual beli sebelum terjadinya perubahan atau
adendum perjanjian pengikatan jual beli, atas terjadinya
perubahan pihak pembeli dalam perjanjian pengikatan jual
beli tersebut.
4. Besarnya pemotongan PPh sebagaimana dimaksud pada angka 1
sebesar:
a. 0% (no! persen) atas pengalihan hak atas tanah dan/ atau
bangunan kepada pemerintah, badan usaha milik negara yang
mendapat penugasan khusus dari pemerintah, atau badan
usaha milik daerah yang mendapat penugasan khusus dari
kepala daerah, sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai pengadaan
tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum;
b. 1% (satu persen) dari jumlah bruto nilai pengalihan hak atas
tanah dan/atau bangunan berupa rumah sederhana dan
rumah susun sederhana yang dilakukan oleh Wajib Pajak yang
usaha pokoknya melakukan pengalihan hak atas tanah
dan/ atau bangunan; atau
c. 2,5% (dua koma Iima persen) dari jumlah bruto nilai
pengalihan hak atas tanah dan/ atau bangunan selain
pengalihan hak atas tanah dan/atau bangunan sebagaimana
dimaksud pada huruf a dan huruf b.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 36 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 37 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 38 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 39 -
Contoh 1:
Instansi Pemerintah Provinsi X akan melakukan pembangunan
gedung kantor. Adapun pemenang tender adalah PT Y sebagai
pelaksana konstruksi (memiliki sertifikat badan usaha kualifikasi
menengah) dan PT Z sebagai penyediajasa konsultansi konstruksi
(memiliki sertifikat badan usaha kualifikasi besar). Nilai proyek
berdasarkan kontrak adalah Rpl0.000.000.000,00 (sepuluh miliar
rupiah), tidak termasuk PPN. Pembayaran dilakukan sesuai dengan
progress pembangunan yang dilaporkan. Pada tanggal 22 Mei 2022
dilakukan pembayaran kepada PT Y sebesar Rpl.000.000.000,00
(satu miliar rupiah) dan kepada PT Z sebesar Rpl00.000.000,00
(seratus juta rupiah). Instansi Pemerintah X memotong PPh final
Pasal 4 ayat (2) atas jasa konstruksi sebagai berikut:
a. pelaksanaan konstruksi oleh PT Y adalah 2,65% x
Rpl.000.000.000,00 - Rp26.500.000,00; dan
b. konsultansi konstruksi oleh PT Z adalah 3,5% x
Rpl00.000.000,00 - Rp3.500.000,00.
Jumlah PPh yang dipotong dan disetor oleh Instansi Pemerintah X
sebesar Rp30.000.000,00 (tiga puluhjuta rupiah).
Contoh 2:
Instansi Pemerintah S memesan jasa konsultansi kepada Tuan P
untuk renovasi gedung sebesar Rp25.000.000,00 (dua puluh lima
juta rupiah). Pemesanan jasa konsultansi tersebut dilakukan
melalui marketplace T yang tergabung dalam Sistem lnformasi
Pengadaan. Pembayaran dilakukan oleh Instansi Pemerintah S
dengan menggunakan Uang Persediaan. Atas pembayaran jasa
konsultansi tersebut:
a. dikecualikan dari pemotongan PPh Pasal 4 ayat (2) oleh
Instansi Pemerintah S; dan
b. dipungut PPh Pasal 22 oleh marketplace T.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 40 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 41 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 42 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 43 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 44 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 45 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 46 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 47 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 48 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 49 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 50 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 51 -
Rp (72.000.000,00)
5) PKP Rp 12.875.382,00
Pembulatan Rp 12.875.000,00
6) PPh Pasal 21 setahun (5%) Rp 643.750,00
PPh Pasal 21 sebulan
(643. 750 : 12) Rp 53.646,00
Tambahan 20% lebih tinggi bagi
yang belum ber-NPWP -
Total PPh Pasal 21 Rp 53.646,00
Catatan:
1. PPh Pasal 21 yang terutang setiap bulan sebesar
Rp53.646,00 (lima puluh tiga ribu enam ratus empat
puluh enam rupiah) yang ditanggung pemerintah.
2. Kewajiban Kantor Intansi Pemerintah A atas pembayaran
gaji adalah:
a) memotong PPh Pasal 21 atas pembayaran gaji;
b) menyetorkan PPh Pasal 21;
c) melaporkan SPT Masa PPh Pasal 21 ke KPP tempat
Kantor Intansi Pemerintah A terdaftar.
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 52 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 53 -
,1//
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 54 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 55 -
2)Pengurang
a. Biaya Jabatan (5% x 100.889.400) Rp 5.044.470,00
b. Juran pensiun Rp 3.814.326,00 +
(12 X 4,75% 6.691.800) Rp (8.858. 796,00)
3) Penghasilan neto setahun Rp 92.030.604,00
4) PTKP (K/3)
Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000,00
Status WP Kawin Rp 4.500.000,00
Tanggungan R2 13.500.000,00
(72.000.000,00)
5) Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 20.030.604,00
Pembulatan Rp 20.030.000,00
6) PPh Pasal 21 setahun atas seluruh Rp 1.001.500,00
penghasilan (5% x 20.030.000)
7) PPh Pasal 21 atas gaji dan tunjangan
gaji ke 13 (1.001.500 - 643.750) Rp 357.750,00
8) Tambahan 20% lebih tinggi bagi yang
belum ber-NPWP Rp -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 56 -
4) PTKP (K/3)
Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000,00
Status WP Kawin Rp 4.500.000,00
Tanggungan Rp 13.500.000,00 +
Rp (72.000.000,00)
5) Penghasilan Kena Pajak Rp 16.040.604,00
Pembulatan Rp 16.040.000,00
6) PPh Pasal 21 setahun Rp 802.000,00
(5% X 16.040.000)
PPh Pasal 21 Januari-Juli
(7 X 53.646) Rp (375.522,00)
PPh Pasal 21 Agus-Nov
(4 X 13.746) Rp (54.984,00)
PPh Pasal 21 Gaji 13 Rp (357.750,00) +
Rp (788.256,00)
7) Total PPh Pasal 21 Rp 13.744,00
Penyesuaian penghitungan PPh Pasal 21 Tuan W untuk Masa
Pajak Desember 2022 di Kantor Intansi Pemerintah B:
Informasi Jumlah
1) Penghasilan bruto Agustus sampai Rp 15.000.000,00
Desember
Penghasilan di Kantor Intansi
Pemerintah A (Jan-Des) Rp 96.689.400,00
Pembulatan - +
Total Penghasilan bruto setahun Rp 111.689.400,00
2) Pengurang
a. Biaya Jabatan
(5% X 111.689.400) Rp 5.584.470,00
b. Iuran pensiun
(12 X 4,75% X 6.691.800) Rp 3.814.326,00 +
Rp (9.398. 796,00)
3) Penghasilan neto setahun Rp 102.290.604,00
4) PTKP (K/3)
Untuk Wajib Pajak Rp 54.000.000,00
Status WP Kawin Rp 4.500.000,00
Tanggungan Rp 13.500.000,00 +
Rp (72.000.000,00)
5) Penghasilan Kena Pajak (PKP) Rp 30.290.604,00
Pembulatan Rp 30.290.000,00
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 57 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 58 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 59 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 60 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 61 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 62 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 63 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 64 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 65 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 66 -
Contoh:
Infonnasi Jumlah
Jumlah p_embayaran Rp 2.775.000,00
Jumlah PPN (11/ 111 x Rp2.775.000,00) Rp 275.000,00
Jumlah yang dibayarkan kepada PKP
Rekanan (Rp2.775.000,00 - Rp275.000,00) Rp 2.500.000,00
2. Penyerahan Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dari PKP
Rekanan yang menghasilkan Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah, selain terutang PPN juga terutang PPnBM, maka jumlah
PPN dan PPnBM yang dipungut adalah sebagai berikut:
Dalam hal terutang PPnBM dengan tarif sebesar 20% (dua puluh
persen), jumlah PPN yang dipungut sebesar 11/131 bagian dari
jumlah pembayaran sedangkan jumlah PPnBM yang dipungut
sebesar 20 / 131 bagian dari jumlah pembayaran.
Contoh : PPnBM dengan tarif 20% (dua puluh persen)
Infonnasi Jumlah
Jumlah pembayaran Rp 3.275.000,00
Jumlah PPN yang dipungut: Rp 275.000,00
(11/ 131 x Rp3.275.000,00)
Jumlah PPnBM yang dipungut: Rp 500.000,00
(20/ 131 x Rp3.275.000,00)
Jumlah yang dibayarkan kepada PKP
Rekanan Rp3.275.000,00 -
(Rp275.000,00+ Rp500.000,00) Rp 2.500.000,00
3. Dalam haljumlah pembayaran paling banyak Rp2.000.000,00 (dua
juta rupiah) tidak tennasukjumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang
terutang, dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari
suatu transaksi yang nilai sebenarnya lebih dari Rp2.000.000,00
(dua juta rupiah), PPN tidak perlu dipungut oleh Instansi
Pemerintah.
Contoh 1:
lnfonnasi Jumlah
Jumlah pembayaran Rp 2.109.000,00
Jumlah PPN: 11/111 x Rp2.109.000,00 Rp 209.000,00
Jumlah yang dibayarkan kepada PKP
Rekanan (Rp2.109.000,00 - Rp209.000,00) Rp 1.900.000,00
Meskipun pembayaran tennasuk PPN Rp2.109.000,00 (dua JUta
seratus sembilan ribu rupiah) tetapi karena pembayaran kepada
PKP Rekanan Pemerintah tidak tennasuk PPN atau PPN berjumlah
Rpl.900.000,00 (satu juta sembilan ratus ribu rupiah), tidak lebih
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 67 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 68 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 69 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 70 -
www.jdih.kemenkeu.go.id
- 71 -
Contoh 2:
BLVD A merupakan Rumah Sakit Vmum Daerah Kabupaten A yang
telah dikukuhkan sebagai PKP Instansi Pemerintah, selain
menyediakan jasa pelayanan kesehatan medis, juga melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak berupa penyerahan obat rawat
jalan, sehingga atas penyerahan obat dimaksud merupakan
penyerahan Barang Kena Pajak yang terutang PPN. Pajak Masukan
sehubungan dengan penyerahan Barang Kena Pajak dimaksud
dihitung sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang mengatur mengenai pedoman penghitungan pengkreditan
Pajak Masukan bagi PKP yang melakukan penyerahan yang
terutang pajak dan penyerahan yang tidak terutang pajak.
BLUD A membeli perlengkapan farmasi yang digunakan untuk
fasilitas farmasi dalam rangka penyediaan obat rawat inap serta
obat rawat jalan dengan nilai Pajak Masukan sebesar
Rp20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah). Berdasarkan
pembukuan, penjualan obat rawat jalan BLVD A sebanyak 25%
(dua puluh lima persen) dari total seluruh penyerahan obat. Oleh
karena itu, BLVD A dapat mengkreditkan Pajak Masukan atas
pembelian perlengkapan farmasi sebesar Rp20.000.000,00 x 25%
= Rp5.000.000,00. Jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
oleh BLVD A sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah).
www.jdih.kemenkeu.go.id