Anda di halaman 1dari 3

Tinggal Kenangan

Pagi itu sangatlah cerah, mentari pagi muncul memancarkan sinar cerah dengan
semangat 67 eh semangat 45 maksudnya. Sama denganku, hari ini adalah hari dimana
pertama kalinya aku mengikuti kejuaran Petanque tingkat kabupaten Brebes bersama
orang yang selama ini aku kagumi. Semua sudah aku persiapkan dan tidak lupa selalu
berdoa kepada Tuhan YME agar mendapatkan hasil yang memuaskan.

Kejuaran tersebut dilaksanakan di sebuah stadion yang berada di tengah kota


Brebes, yang dinamakan Stadion Karang Birahi. Untuk sampai kesana, kami
menggunakan mobil milik salah satu guru kami. Berangkat dari rumah menuju ke
sekolah dengan hati gembira. Kakiku melangkah tepat di depan pintu gerbang sekolah
dan disambut ceria oleh sahabat sahabatku Salsa dan Erin. Kami tidak hanya pergi
bertiga, akan tetapi kami pergi berlima diantaranya ada Tara dan Lyla. Lyla adalah
salah satu atlet yang diunggulkan untuk menjuari kejuaraan Petanque tahun ini.
Yaps! hampir lupa, aku Naura kepanjangan dari Naura Cantika Putri. Cewek manis
berkumis tipis yang kini sedang dilanda asmara cinta.
“Ciee yang senyum senyum sendiri, kenapa? sakit?” ucap Erin sambil menekan
tangannya ke jidatku.
“Apaan sih Rin, emang aku gila” ucapku (memanyunkan bibir 5 meter).
“Ya mungkin, ya gak Sa?” ucap Erin melirik Salsa.
“Betul, kenapa kamu Ra?” ucap Salsa.
“Hari ini tuh hari special banget buat aku, aku mau buktikan ke pangeran cecakku kalau
aku tuh bisa lebih unggul dari Lyla” ucapku panjang lebar sambil bayangin apa yang
akan terjadi nantinya. Pangeran cecak? Ya, pangeran cecak adalah cowok yang aku
kagumi selama ini. Aku julukin pengeran cecak karena dia super duper takut sama
cecak, namanya Tara.

Waktu pemberangkatan tinggal sekitar 10 menit lagi, karena kami akan


berangkat tepat pukul 06.00 WIB. Kami satu persatu masuk kedalam mobil dan rasanya
sudah tidak sabar rasanya ingin cepat sampai disana. Kami tiba di stadion Karang
Birahi pukul 08.10 WIB, kebetulan aku mendapat nomor undi pertandingan pertama.
“Hay guys, doain aku ya. Semoga pertandingan ini sukses berjalan mulus semulus jalan
tol, amin” ucapku.
“Oke, tuh ada Tara kebetulan banget deketin gih” ucap Salsa.
“Sukses ya say” ucap mereka berdua serentak serta kepala dimiringkan ala-ala Rita
sugiarto penyanyi dangdut.

Aku berjalan dengan pedenya sampai gak lihat ada batu di depanku, untungnya
gak jatuh, kalau jatuh malu dong sama pangeran cecakku.
Setelah melewati satu dua tribun stadion, aku melihat Tara lagi berduaan sama Lyla
cewek yang paling aku benci karena gayanya yang kecentilan, sok cantik, sombong
pokoknya aku ilfeel banget deh sama dia. Tanpa sadar tali sepatu aku lepas dan
dengan tidak sengaja aku menginjak tali sepatuku yang membuat aku terjatuh, aku
berlari secepat mungkin sambil menangis.

Aku melihat ekspresi Salsa dan Erin kebingungan dengan tingkahku yang mulai
ceria berubah drastis menjadi duka membara.
“Naura, kamu kenapa?” ucap Salsa sambil memelukku.
“Tara sama Lyla berduaan mereka mesra banget” ucapku terbata bata.
“Udahlah cari yang lain, masih banyak kok. kamu fokus sama pertandingan aja, kata
kamu kan mau buktiin ke Tara” ucap Erin.

Pertandinganpun dimulai, selama pertandingan aku tidak bisa fokus sama sekali
karena terbayang bayang pangeran cecakku sedang berduan sama cewek yang aku
benci. Pada akhirnya hasil pertangingan itu tidak sesuai yang aku bayangkan, yang
tadinya aku mau membuktikan ke pangeran cecakku kalau aku lebih jago dari Lyla, tapi
hasilnya malah sebaliknya.

Sepulang pertandingan itu kurebahkan tubuhku di kasur empuk milikku. Kutatap


langit biru kamarku. Pikiran itu selalu terngiang ngiang di memory otakku. Kubangkitkan
tubuh ini menuju meja belajar. Pena menari nari amat lambat di atas kertas polos putih.
Kutulis kata puitis yang berisi sesuai isi hatiku.
Tinggal kenangan.

Kuukir namamu dalam hatiku


Agar hati ini tak dalam kekosongan.
Meskipun kau telah menodai hati ini,
Akan kuhapus dengan sejuta air mata.
Aku rela mentari membakar kulitku
Aku rela kebahagiaanku kuberikan padamu
Asal kau bahagia.
Namun itu dulu
Sekarang sudah terbalut
Oleh balutan kenangan.

For Tara (pangeran cecakku)

Pagi ini mendung, mentari enggan untuk memancarkan sinarnya, sama dengan
hatiku. Mungkin mentari mengerti apa yang sedang aku rasakan. Aku berjalan
sempoyongan dengan mata sembab gara-gara menangis semalaman menuju kelasku
disambut oleh sahabat-sahabatku.
“Naura kamu jangan begitu dong, kita kan juga turut sedih jadinya. Strong bro move on
bangkit dari keterpurukan ini” ucap Erin menenangkanku.
“Dan kamu jangan kaget ya, kalau Tara sama Lyla sudah jadian kemarin. Aku tahu
berita ini dari Gita teman sekelas kita” ucap Salsa.
“Iya makasih ya sahabat-sahabatku. Kalian itu orang yang selalu suport aku, aku
sayang kalian. Aku akan move on dari Tara dan selalu bersama kalian” ucapku
menangis terharu. Kita bertiga saling berpelukan.
Sahabat bukanlah selayaknya pacaran yang dapat putus atau nyambung. Namun,
Sahabat adalah persatuan yang abadi.

Anda mungkin juga menyukai