Anda di halaman 1dari 20

“KEWENANGAN PEMERINTAH DAERAH PASCA

BERLAKUNYA SISTEM PERIJINAN ONLINE (OSS) ONLINE


SINGLE SUBMISSION”
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Hukum Pemda dan Tata Ruang

Dosen Pangampu
Abrori, S.H.I., S.H., M.H.

Disusun oleh :

Rista Asriyanti
NE18255050

SEKOLAH TINGGI ILMU ADMINISTRASI CIMAHI

TAHUN 2021

1
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, Tuhan sumber segala ilmu
pengetahuan yang telah memberikan rahmat dan hidayahnya sehingga makalah
ini dapat diselesaikan dengan baik tepat pada waktunya. Shalawat dan salam
selalu terlimpah curahkan kepada Rasulullah SAW. Berkat rahmat-Nya penulis
mampu menyelesaikan tugas makalah ini guna memenuhi tugas mata kuliah
Hukum Pemda dan Tata Ruang. Tidak lupa penulis sampaikan banyak terima
kasih kepada semua pihak yang telah membantu dalam pembuatan makalah ini,
karena berkatnya lah penulis dapat menyusun makalah ini.

Makalah ini disusun agar pembaca dapat memperluas pemahaman


kaitannya dengan Kewenangan Pemerintah Daerah Pasca Berlakunya Sistem
Perijinan Online (Oss) Online Single Submission, yang penulis sajikan dari
berbagai sumber informasi dan referensi. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas dan menjadi sumbangan pemikiran kepada pembaca
khususnya teman-teman. Penulis sadar bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan dan jauh dari sempurna. Untuk itu, penulis menerima berbagai saran
maupun kritikan yang bersifat membangun. Akhir kata penulis mengucapkan
terima kasih, semoga tulisan ini bermanfaat bagi para pembaca.

Cimahi, 24 Maret 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………………………………...... i


DAFTAR ISI ………………………………………………………………… ii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………..... 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………...... 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………......... 2
C. Manfaat dan Tujuan …………………………………………………….. 2
BAB II LANDASAN TEORI ……………………………………………...... 3
A. Kepemimpinan .......................................................................................... 3
BAB III PEMBAHASAN …………………………………………………… 5
A. Pengertian Kepemimpinan Dalam Islam ….............................
5
…………..
B. Raelita Kepemimpinan Islam di Indonesia ............................................... 6
C. Tantangan Kepemimpinan Islam di Indonesia .......................................... 9
D. Peluang Kepemimpinan Islam di Indonesia .............................................. 11
E. Kementerian Dalam Negeri dan Islam ...................................................... 14
BAB IV PENUTUP ......................................................................................... 16
4.1. Kesimpulan ............................................................................................... 16
4.2. Saran ......................................................................................................... 16
DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………...... iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Allah SWT menciptakan manusia adalah untuk menyembah kepada-


Nya (QS al-Zariyat/51: 56). Bagian dari perwujudan ibadah adalah semua
manusia dituntut antara lain hidup teratur dan damai dalam rangka kemasla-
hatannya. Mewujudkan hidup teratur dan damai, diantaranya dibutuhkan
pemimpin yang bisa mengyomi dan menjembatani antar manusia, baik antar
individu maupun antar kelompok yang ada dalam masyarakat.
Persoalan pemimpin adalah salah satu misi yang diamanatkan Allah
SWT. kepada manusia (QS al-Baqarah/2: 30). Ayat ini memberi informasi
bahwa penciptaan Nabi Adam AS.yang diyakini umat Islam sebagai manusia
pertama di alam raya ini adalah untuk menjadi pemimpin yang diambil dari
salah satu makna khalifah1 seperti salah satu kata yang disebutkan dalam ayat
tersebut. Misi yang diemban oleh manusia sejak lahirnya manusia pertama
adalah persoalan kepemimpinan yang berlaku umum untuk semua manusia,
baik yang diberi amanah sebagai pemimpin maupun bagi umat yang
dipimpinnya pada semua aspek kehidupannya. Itulah sebabnya memilih
pemimpin sebagai bagian dari masalah kepemimpinan yang diamanatkan
kepada manusia adalah hal sangat penting.
Untuk mendapatkan pemimpin yang baik seperti di Indonesia,
dibutuhkan proses yang mempertimbangkan semua aspek, baik yang
berkaitan dengan kepribadian calon pemimpin maupun kondisi sosial
masyarakat yang dipimpinnya dan peraturan yang digunakan sebagai
landasan hukumnya. Keadaan kepribadian, misalnya kemampuan (skilnya),
pengalamannya, kesehatannya. Kondisi sosial masyarakat, misalnya
kebersamaan wilayah tempat tinggal, prinsip sosial, politik dan keagamaan.
Peraturan yang digunakan, misalnya secara hukum dipastikan warga negara
Indonesia, semua warga negara berhak dipilih dan memilih dengan tidak
membedakan atribut kelompok keturunan, suku, agama dan semacamnya.
Bentuk Negara Kesatuan Republik Indonesia sudah menjadi
kesepkatan bangsa Indonesia sejak lahirnya negara Indonesia sampai

1
2

sekarang. Komitmen ini menjadi dasar dan acuan yang dipatuhi dalam semua
aktifitas kehidupan bangsa Indonesia, tidak terkecuali dalam hal persoalan
memilih pemimpin. Siapa dan dari manapun dia, jika secara hukum
mensyahkan dirinya sebagai warga negara Indonesia, maka dia memiliki hak
yang sama untuk memilih dan dipilih sesuai peraturan yang berlaku.

B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang yang penulis uraikan, banyak permasalahan yang penulis
dapatkan. Permasalahan tesebut antara lain :
1. Apa pengertian Kepemimpinan Islam ?
2. Bagaimana realita Kepemimpian Islam di Indonesia ?
3. Apa tantangan Kepemimpinan Islam di Indonesia ?
4. Apa peluang Kepemimpinan Islam di Indonesia ?
5. Bagaimana keterkaitan antara Kementrian Dalam Negeri dan Kepemimpin
Islam ?

C. Manfaat dan tujuan  


Tujuan dari penulisan makalah ini, selain sebagai syarat kelulusan mata
kuliah studi kepemimpinan islam, diharapkan juga dapat menjadi pengantar
untuk :
1. Mengetahui pengertian Kepemimpinan Islam
2. Mengetahui realita Kepemimpian Islam di Indonesia
3. Mengetahui tantangan Kepemimpinan Islam di Indonesia
4. Mengetahui peluang Kepemimpinan Islam di Indonesia
5. Mengetahui keterkaitan antara Kementrian Dalam Negeri dan
Kepemimpin Islam
BAB II

LANDASAN TEORI

Islam adalah agama universal. Dilihat dari sisi lingkup ajarannya, agama
Islam universal karena ajarannya meliputi kehidupan dunia dari semua aspeknya
dan kehidupan akhirat pada semua hal yang terkait dengannya. Dilihat dari segi
keberadaan dan tempat berlakunya, Islam adalah agama yang diakui
keberadaannya dan dianut oleh sebahagian penduduk dunia. Salah satu tempat
atau negara yang berpenduduk mayoritas Islam adalah Indonesia. Bahkan
Indonesia adalah negara yang memiliki penganut agama Islam terbanyak di dunia.
Sekalipun demikian, selain agama Islam agama lain juga diakui keberadaannya
dan memiliki hak hidup beraktifitas yang sama dengan agama Islam. Agama-
agama dan pemeluknya tersebut, khususnya dalam persoalan kepemimpinan,
semuanya berhak berpartisipasi dalam hal yang berkaitan dengan regulasi
kepemimpinan dan penerapannya di Indonesia. Sehubungan dengan hal di atas,
diketengahkan beberapa hal berkaitan dengan kepemimpinan Islam dan hal yang
berkenaan dengan masalah kepemimpinan yang menjadi regulasi atau norma
umum yang berlaku di Indonesia.
Terdapat menimal tiga istilah yang bermakna pemimpin dalam Islam,
yaitu: “Imam, Khalifah dan Amiril Mukminin”. Imam (imamah) adalah suatu
kedudukan yang diadakan untuk mengganti kenabian dalam urusan memelihara
agama dan mengendalikan kepemimpinan dunia. Khalifah samakedudukannya
dengan kedudukan Rasul di tengah-tengah kaum muslimin. Khalifah posisinya
sebagai pimpinan umum negara dan wajib umat menaatinya. Di tangan khalifah
saja kendali pimpinan umat. Semua jabatan yang lain, baik yang berkaitan
maupun agama berpangkal pada khalifah. Amiril mukminin, makna ini adalah
gelar baru yang diadakan semenjak zaman khilafah, mereka menamakan
komandan angkatan perang dengan nama “amir”.
Istilah-istilah tersebut bermakna sebagai pemimpin tertinggi negara.
Sesungguhnya bukan itu saja, tetapi walaupun seseorang pemimpin pada satu
kelompok terkecilpun seperti pemimpin dalam rumah tangga disebut juga sebagai
pemimpin. Yang penting, seseorang tersebut memenuhi unsur kepemipinan,

3
4

seperti membimbing, mengontrol dan dapat memengaruhi pikiran, perasaan dan


tingkahlaku seseorang dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Apapun istilah
yang digunakan sebagai sebuah nama untuk seorang pemimpin, dari pemimpin
yang terkecil sampai pemimpin yang besar, bukanlah itu yang menjadi substansi.
Tetapi yang terpenting, bagaimana amanah yang diberikan kepada seorang
pemimpin dapat diembang dengan baik untuk kemaslahatan orang-orang yang
dipimpinnya pada semua aspek kehidupan.
Berkenaan dengan dasar kepemimpinan dalam Islam, tentu mengacu
kepada alQur’an, hadis dan pendapat para ulama.AlQur’an adalah dasar dan
sumber pertama dan utama dalam ajaran Islam bagi semua aspek kehidupan.
Kemudian dikuatkan dan dijelaskan oleh hadis Rasulullah SAW. Ssebagai dasar
dan sumber kedua. Selanjutnya dijelaskan lebih rinci oleh para ulama melalui
ijtihad mereka, apakah dengan cara menafsirkan ayat, mensyarah hadis ataupun
lewat pemikiran mereka sendiri yang tidak bertentangan dengan AlQur’an dan
hadis.
BAB III

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kepemimpinan Islam


Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan istilah khilafah,
imamah, dan ulil amri juga ada istilah ra’in. Kata khalifah mengandung
makna ganda. Di satu pihak khalifah diartikan diartikan sebagai kepala negara
dalam pemerintahan dan kerajaan islam di masa lalu, yang dalam konteks
kerajaan pengertiannnya sama dengan sulthan. Selain itu dikenal pula istilah
khalifatur Rasul atau khalifatun nubuwwah yaitu pengganti Nabi sebagai
pembawa risalah atau syariat, memberantas kedhaliman dan menegakkan
keadilan. Firman Allah dalam surat al-Baqarah ayat 30 berikut :

Artinya :
Dan (ingatlah) tatkala Tuhan engkau berkata kepada Malaikat : Sesungguhnya Aku
hendak menjadikan di bumi seorang khalifah. Berkata mereka : Apakah Engkau
hendak menjadikan padanya orang yang merusak di dalam nya dan menumpahkan
darah, padahal kami bertasbih dengan memuji Engkau dan memuliakan Engkau ?
Dia berkata : Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui.
Dari firman Allah SWT tersebut dijelaskan bahwasanya tidak sekedar
menunjuk pada para khalifah pengganti Rasulullah, tetapi adalah penciptaan
manusia yang diberi tugas untuk memakmurkan bumi. Tugasnya adalah
menyeru dan menyuruh orang lain berbuat amar ma’ruf nahi munkar.
Dalam surat Yunus ayat 4 dijelaskan bahwa perbuatan manusia yang
disebut kepemimpinan tidak pernah lepas dari perhatian dan penilaian Allah.
Oleh karena itu    secara spiritual kepemimpinan harus diartikan sebagai

5
6

kemampuan melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan Allah baik


secara bersama-sama maupun perseorangan. Kepemimpinan dalam arti
spiritual tiada lain daripada ketaatan atau kemampuan mentaati perintah dan
larangan Allah dan RasulNya dalam semua aspek Kehidupan.
Dalam pengertian spiritual ini kita dapat menyimpulkan
bahwa kepemimpinan Islam secara mutlak adalah bersumber dari Allah yang
telah menjadikan manusia sebagi khalifah di bumi sehingga dimensi control
tidak terbatas pada interaksi      antara yang memimpin dengan yang
dipimpin, tetapi baik antara pemimpin dan yang dipimpin harus sama-sama
mempertanggung jawabkan amanah yang diembannya sebagai seorang
khalifah di bumi.
Secara empiris kepemimpinan merupakan proses, yang berisi
rangkaian kegiatan     yang saling mempengaruhi, berkesinambungan dan
terarah pada satu tujuan. Rangkaian     kegiatan itu berwujud kemampuan
mempengaruhi dan mengarahkan perasaan dan pikiran orang lain agar
bersedia melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin dan teraah pada
tujuan yang telah disepakati bersama.

B. Realita Kepemimpinan Islam di Indonesia


Dahulu, Rasulullah SAW pernah diberikan tiga tawaran oleh musuh-
musuhya agar Beliau beralih ke pihak mereka. Tawaran yang pertama adalah
harta yang melimpah yang kemudian tawaran ini Beliau tolak. Disusul
dengan tawaran kedua yakni wanita yang cantik, ini tak sedikitpun
menggetarkan keteguhan hati Beliau. Dan yang ketiga yang akan menjadi
sorotan ialah tawaran untuk menjadi raja atau pemimpin kaum. Saat itu raja
adalah seseorang yang memiliki kekuatan dan kekuasaan penuh.
Rasulullah SAW menyadari saat itu yang ada ialah sistem yang jahil,
sehingga tidak ada gunanya menjadi pemimpin saat itu, kalaupun syariat
islam diterapkan, maka sistem yang ada akan menolak, bukannya
kemaslahatan yang akan didapat melainkan mudharat (“Fiqh Pergerakan”
Sayyid Quthb). Sehingga Beliau memulai membangun dari dasar, membina
7

para sahabat-sahabatnya, dari masa dakwah yang sembunyi-sembunyi, hingga


akhirnya terang-terangan dan melakukan ekspansi.
Kisah lain adalah Khalifah Umar bi Khatab. Ketika Beliau diangkat
menjadi khalifah menggantikan Abu Bakar, pertama yang Beliau ucapkan
adalah Istighfar dengan kelopak yang dipenuhi air mata, karena mengingat
pemimpin adalah sebuah amanat besar yang mesti diemban. Pernah suatu
malam Khalifah Umar bin Khaththab r.a. berjalan menyusuri lorong-lorong
kota Madinah. Bersama seorang pembantunya, Umar hendak melihat keadaan
rakyatnya. Mereka mendapati seorang wanita dan anak-anaknya yang masih
kecil duduk mengitari periuk besar di atas tungku api. Anak-anak itu terlihat
menangis. Umar lalu mendekat dan bertanya, “Apa yang sedang terjadi?”.
“Kami sudah dua hari tidak makan. Kami kedinginan dan kelaparan,” jawab
wanita itu. Ia tidak tahu kalau yang ada di hadapannya itu adalah Khalifah
Umar. “Lalu apa yang ada di dalam periuk itu?”, tanya Umar. “Air, agar
mereka diam dan tertidur”, jawab wanita itu. “Apa kau tidak memberi tahu
pada Khalifah Umar?”. “Seharusnya dialah yang harus tahu keadaan kami.
Dia punya kuda, juga ribuan pegawai dan tentara. Dia seharusnya tidak boleh
tidur nyenyak di rumahnya, sementara ada rakyatnya seperti kami yang
kedinginan dan kelaparan”, tegas wanita itu.
Hati Umar tergetar dan sangat pedih. Umar bergegas pergi mengajak
pembantunya menuju ke gudang penyimpanan gandum. Umar mengambil
sekarung gandum dan hendak memanggulnya. Sang pembantu mencegah,
“Jangan, Tuan, biarlah saya saja yang memanggulnya.” Umar malah marah
dan menghardik, “Apakah kamu juga akan memanggul dosaku di Hari
Kiamat kelak!” Pembantu itu diam seribu bahasa. Ia lalu membantu Umar
menaikkan sekarung gandum itu ke pundaknya. Umar juga menenteng
beberapa liter minyak samin. Kemudian Umar berjalan tergesa menuju rumah
wanita tadi, tidak peduli dengan beratnya beban dan dinginnya malam.
Bencana krisis kepemimpinan sedang melanda di negeri ini, yang ada
sekarang pemimpin cenderung dijadikan sebagai jabatan prestise yang dicari
banyak orang bahkan kecenderungan ini merambah ke kalangan artis. Jika
dahulu Rasulullah ditawari menjadi seorang raja akan tetapi beliau tolak
8

karena sistem yang ada saat itu adalah sistem jahil, maka Beliau membangun
kepemimpinan mulai dari pondasi dasar. Namun sekarang para pemimpin
muncul dipermukaan hanya menjelang momentum pemilihan umum dan
cenderung instan, banyak yang mengabaikan untuk membangun dari awal.
Jabatan dijadikannya sebuah pekerjaan yang menghasilkan uang, jika modal
yang dahulu dikeluarkan untuk menjadi pemimpin menghabiskan banyak
uang, maka bukan menjadi hal yang mustahil lagi untuk mengembalikan
modal saat periode jabatan. Sehingga yang mucul adalah korupsi merambah
diberbagai penjuru negeri ini.
Menurut hasil survey dari lembaga Kemitran Partnership 2010 di 27
provinsi. Survei menyebutkan 78 persen responden mempersepsikan DPR
sebagai lembaga terkorup, lembaga hukum 70 persen, dan pemerintah 32
persen (tempointeraktif.com, 8/5/15).
Jika dahulu Umar bin Khatab pernah menangis melihat Rasulullah
tidur hanya beralaskan tikar hingga membekas dipunggung Beliau, maka bisa
dilihat Wakil Rakyat dinegeri ini semakin menjadi-jadi untuk memanjakan
dan memperkaya diri mereka sendiri.
Peran warga negara terhadap keberlangsungan pemerintahan memang
sangat dominan, karena Indonesia adalah negara yang demokratis, sehingga
warga negara mayoritas tersebut memungkinkan menjadi cara untuk
mengembangkan konsep islam dalam pemerintahan dengan memilih
pemimpin yang beragama islam. Dan kenyataannya semua presiden Indonesia
beragama islam, walaupun tidak sepenuhnya menerapkan konsep islam dalam
pemerintahannya. Kepemimpinan Islam di Indonesia kian lama semakin
berkembang, dengan adanya  organisasi yang berideologikan islam,
organisasi tersebut menunjukkan konsep islam dalam berpolitik. Tujuan salah
satu organisasi Islam adalah terwujudnya masyarakat madani yang adil,
makmur, sejahtera lahir batin, dan demokratis dalam wadah Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila di  bawah rida Allah SWT.
Tujuan tersebut yang memang memperlihatkan konsep kepemimpinan islam.
Organisasi yang ada pada saat ini memang bukan organisasi yang
berideologikan islam kebanyakan, tetapi orang-orang yang tergabung dalam
9

organisasi tersebut mayoritas beragama  islam, walaupun bukan berlandaskan


islam kepemimpinan organisasi tersebut, secara tersirat mengadopsi konsep-
konsep islam yang dibawakan oleh orang yang menjalankan
kepemimpinannya dipartai tersebut. Akan tetapi konsep islam seakan-akan
hilang dengan  banyaknya kasus-kasus Korupsi, Kolusi dan Nepotisme
(KKN) yang dialami para pelaksana  pemerintahan yang notabennya
beragama islam.
Hal ini membuat kepemimpinan islam mengalami keterpurukan.
Untuk itu perlu dipertanyakan tentang pemahaman konsep islam kepada
setiap pemimpin di Indonesia. Mungkin didalam sebuah pemerintahan juga
terdapat orang-orang yang memang mengerti konsep islam, sehingga terdapat
beberapa substansi  pemerintahan yang dapat berjalan dengan konsep islami
walaupun tidak secara tertulis. Realita yang terjadi saat ini pada partai Islam
sungguh amat memprihatinkan. Bahkan dalam beberapa survey, partai Islam
diperkirakan akan hilang seiring perkembangan zaman karena
ketidakmampuan partai Islam menangkap cepat aspirasi ummat, disinyalir
menjadi salah satu titik kemunduran partai Islam pada Pemilu ke depan.
Partai Islam dipandang hanya menampilkan jargon dan slogan, tanpa
implementasi ideologi perjuangan.
Pemimpin dan kepemimpinannya merupakan sesuatu yang tidak dapat
dipisahkan dari kehidupan umat manusia dan berperan sentral dalam
menjalankan roda organisasi. Bahkan, pemimpin dengan kepemimpinannya
menentukan maju atau mundurnya suatu organisasi, dan dalam lingkup lebih
luas menentukan jatuh dan bangunnya suatu bangsa dan negara.

C. Tantangan Kepemimpinan Islam di Indonesia


Tantangan lingkungan Indonesia masa depan sangat beragam. Apalagi
sekarang ini dinamika perubahan yang begitu cepat. Dinamika perubahan itu
tercipta dari isu-isu seperti globalisasi, regionalisasi, knowledge economy,
dan borderless world. Dalam menghadapi situasi dunia yang dinamis seperti
itu, bangsa ini harus punya perspektif yang berbeda tentang tipe
kepemimpinannya. Pemimpin di masa mendatang bukan hanya pemimpin
10

yang berkarateristik seperti diinginkan oleh para pengikutnya. Tapi, seorang


pemimpin yang menerapkan Al Quran dan Hadits dalam setiap
kepemimpinannya serta memiliki akhlak mulia seperti Rasulullah. Dan
akhlak mulia Rasulullah tersebut, yaitu :
1. Berpengetahuan luas, kreatif, inisiatif, peka, lapang dada, selalu tanggap.
2. Adil, jujur, dan konsekuen.
3. Bertanggung jawab.
4. Dapat menjaga amanah dan kepercayaan orang lain.
5. Ikhlas dan memiliki semangat pengabdian.
Dan kelemahan mendasar kepemimpinan islam diIndonesia adalah
para pemimpinnya tidak menggarap isu-isu populis dan strategis, seperti
buruh, tenaga kerja, pengangguran, kemiskinan, petani, korupsi, lingkungan
hidup, dan lain-lain. Padahal inilah masalah besar di dalam bangsa kita yang
memerlukan solusi kongkrit
Yang menjadi tantangan terbesar kepemimpinan islam adalah para
pemimpinnya mempertahankan dan menjunjung tinggi nilai-nilai islam dalam
organisasi yang dapat memperjuangkan aspirasi yang terkait dengan
masyarakat muslim di Indonesia seperti: haji, zakat, sertifikasi halal,
pendidikan siswa madrasah, pesantren, guru agama, dan lain-lain.
Serta menyelesaikan masalah yang ada dibangsa ini dengan tindakan
yang nyata, mulai dari kemiskinan, pengangguran, korupsi yang dilakukan
para petinggi negeri ini, lingkungan hidup, dan lain lain. Tentunya dengan
berpegang teguh pada nilai – nilai Islam.
Sehingga kepercayaan masyarakat terutama masyarakat muslim di
Indonesia akan kembali terhadap pemimpin islam, yaitu dengan cara
membuktikan kinerja yang baik yang sesuai di jalan Allah dan kembali
menjungjung tinggi nilai-nilai islam agar masyarakat muslim bisa
mempercayakan masalah keagamaan, seperti banyaknya penyimpangan
terhadap konsep agama islam di kalangan masyarakat.
11

D. Peluang Kepemimpinan Islam di Indonesia


a. Melalui Jalur Bisnis
Dalam menghadapi perekonomian yang terjadi saat ini yaitu
worldwide Barat, Pemimpin Indonesia harus memposisikan diri sesuai
dengan nilai – nilai keislaman. Seperti yang telah diajarkan oleh
Rasulullah, yaitu menjadi seorang enterprenur sejati dan berakhlak sebagai
hamba Allah SWT. Dan menjauhkan bisnis kita hanya dari keuntungan
Semata.
Oleh karena itu, kita sebagai umat muslim harus mengikuti cara
berbisnis Rasulullah dengan tetap beretika dalam menjalankan bisnis.
Caranya, yaitu :
1. Jujur di dalam bisnisnya,
Kejujuran adalah syarat fundamental dalam berbisnis yang di lakukkan
oleh RasullAllah Muhammad SAW. Beliau pernah melarang para
pedagang untuk meletakkan barang busuk/jelek di dalam dagangannya.
dan beliau selalu memberikan barang sesuai dengan seadannya dan
terbaik bagi konsumennya.
2. Berprinsip pada nilai Illahi,
Bisnis yang di lakukkan tidak terlepas dari pengawasan Tuhan. Dan
menyadarkan manusia sebagai makluk Illahiyah (berTuhan).
3. Prinsip kebebasan Individu yang bertanggung Jawab,
4. Bukan bisnis hasil dari paksaan atau riba, yang menjerat kebebasan
individu.
5. Bertanggung Jawab
Bertanggung Jawab moral kepada Tuhan atas perilaku bisnisnya
maupun orang lain/ partner bisnisnya maupun konsumennya.
6. Keadilan dan Keseimbangan
Keadilan dan keseimbangan sosial, bukan hanya keuntungan semata
tetapi kemitraan/ bantu membantu di dalam bisnisnya (Win-Win-
Solution)
12

7. Tidak hanya mengejar keuntungan, dan berorientasi untuk menolong


orang lain
8. Berniat baik di bisnisnya
Berniat baik adalah aset paling berharga oleh pelaku bisnis selain
untuk menjadi terbaik tapi bermanfaat bagi orang lain.
9. Branding/menjaga nama baik
Rasulullah selalu menggunakan cara ini sebagai modal

b. Melalui Jalur Legislatif


Pemilu adalah sebuah momen perubahan dan titik penentuan nasib
bangsa dan umat ini ke depan, entah ke arah kemajuan ataupun ke arah
kemunduran. Sebagai umat Islam, tentunya kita sangat mengharapkan
adanya kemajuan bangsa ini dalam berbagai bidang; baik itu bidang
agama, pendidikan, sosial, dan lainnya. Namun hal ini tentu tak akan
tercapai tanpa adanya usaha dan ikhtiar yang maksimal. Salah satunya
adalah dengan menjadikan momen pemilu yang merupakan waktu pemilu
anggota legislatif (DPR) sebagai salah satu momen menuju kemajuan dan
perbaikan bangsa serta umat ini.
Tidak terpungkiri adanya perbedaan pendapat di kalangan umat
Islam tentang boleh tidaknya memberikan suara dalam pemilu. Namun
melihat realita bangsa dan kondisi umat ini yang semakin hari kian
terzalimi oleh berbagai sekte pemikiran dan keagamaan lewat partisipasi
mereka dalam keanggotaan DPR atau legislatif, dan instansi pemerintahan
lainnya.
Maka setidaknya hak pilih kita seharusnya digunakan dan diberikan
kepada partai atau caleg yang berkompeten, memiliki agenda dan misi
perjuangan akan tegaknya syariat dan hak-hak umat islam. Tujuannya
untuk meminimalisir mudharat yang akan muncul ketimbang jika orang-
orang kafir atau pengusung aliran atau pemikiran sesat terpilih sebagai
anggota DPR. Sebab tidak terbayangkan kerusakan yang akan terjadi di
negeri ini, jika anggota legislatif dan wakil-wakil rakyatnya dipenuhi oleh
13

kaum liberal, sekuler, Syiah , ataupun aliran lainnya. Hal ini sesuai dengan
kaidah fiqh yang artinya :
“Jika dua mafsadat saling berlawanan maka yang terbesar hendaknya
dicegah dengan melakukan yang terkecil”.
Berbagai kriteria pemimpin yang sesuai dengan Al Quran dan
Hadits ini hendaknya dijadikan acuan dalam memilih. Jika tidak terpenuhi
pada seorang calon wakil rakyat yang memperjuangkan Islam, maka
hendaknya memilih yang lebih banyak berkriteria seperti ini walaupun
tidak harus sempurna. Ini semua demi mengejar maslahat dan
meminimalisir mafsadat, agar negara dan umat ini tidak berada dibawah
kekuasaan dan genggaman kaum Syiah, Liberal dan Sekuler yang sangat
membahayakan.

c. Melalui Jalur Yudikatif


Yudikatif berfungsi sebagai lembaga pengawas dan penegak
hukum. Lembaga ini mempunyai dan menjalankan kekuasaan untuk
membela hukum-hukum positif dari setiap serangan dan pelanggaran yang
ada.
Keadaan peradilan di negara kita tercinta ini sedang mengalami
kekacauan, dimana sistem peradilan sudah tidak lagi berlaku adil dan
tegas. Contohnya saja seorang nenek yang mengambil cacao dipenjara
selama beberapa tahun, sedangkan para pejabat yang korupsi dibiarkan
saja dan dihukum lebih ringan dari nenek tersebut.
Dan disinilah diperlukan seorang pemimpin yang berakhlak mulia
dan sesuai dengan perintah Allah SWT. Karena ketika seorang muslim
kemudian menjabat jabatan itu, maka menjadi wajib baginya untuk
memutuskan dengan landasan Syariat Islam. Dan ia tidak dibenarkan
melepaskan jabatan ini jika ia mampu memutuskan hukum sesuai dengan
wahyu Allah.
Oleh karena itu, untuk menegakkan sistem peradilan yang sesuai,
maka para pemimpin harus bersikap adil dalam menentukan hukuman
seseorang, bersikap tegas, dan sesuai dengan syariat islam tentunya. Dan
14

disitu lah titik agar peradilan diIndonesia semakin baik dan adil untuk
semuanya.

E. Kementrian Dalam Negeri dan Islam


Kementerian Dalam Negeri mempunyai tugas menyelenggarakan
urusan pemerintahan dalam negeri untuk membantu Presiden dalam
menyelenggarakan pemerintahan negara. Kementerian Dalam Negeri
menyelenggarakan fungsi:
1. perumusan, penetapan, dan pelaksanaan kebijakan di bidang politik dan
pemerintahan umum, otonomi daerah, pembinaan administrasi
kewilayahan, pembinaan pemerintahan desa, pembinaan urusan
pemerintahan dan pembangunan daerah, pembinaan keuangan daerah,
serta kependudukan dan pencatatan sipil, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
2. koordinasi pelaksanaan tugas, pembinaan, dan pemberian dukungan
administrasi kepada seluruh unsur organisasi di lingkungan Kementerian
Dalam Negeri;
3. pengelolaan barang milik/kekayaan negara yang menjadi tanggung jawab
Kementerian Dalam Negeri;
4. pengawasan atas pelaksanaan tugas di lingkungan Kementerian Dalam
Negeri;
5. pelaksanaan bimbingan teknis dan supervisi atas pelaksanaan urusan
Kementerian Dalam Negeri di daerah;
6. pengoordinasian, pembinaan dan pengawasan umum, fasilitasi, dan
evaluasi atas penyelenggaraan pemerintahan daerah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan;
7. pelaksanaan penelitian dan pengembangan di bidang pemerintahan dalam
negeri;
8. pelaksanaan pengembangan sumber daya manusia di bidang pemerintahan
dalam negeri;
9. pelaksanaan kegiatan teknis dari pusat sampai ke daerah; dan
15

10. pelaksanaan dukungan yang bersifat substantif kepada seluruh unsur


organisasi di lingkungan Kementerian Dalam Negeri
Indonesia adalah negara dengan mayoritas penduduknya beragama
islam. Oleh karena itu, setiap kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah
hendaknya disesuaikan dengan nilai – nilai keislaman. Begitu juga dengan
kementrian dalam negeri yang harus menyesuaikan dan memfilter setiap
penyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri dan disesuaikan dengan
syariat islam.
Rakyat yang sejahtera mengartikan bahwa kinerja dengan konsep
islami memang membawa kemaslahatan bagi setiap umat. Pemerintahan
seperti itu yang mungkin dapat mempertahankan atau bahkan menjunjung
tinggi konsep islami dalam penyelenggara negara yang diharapkan masyarakat
Indonesia. Dengan begitu kepemimpinan islam di Indonesia sedikit demi
sedikit akan terangkat citranya dengan kinerja yang baik dan benar.
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan proses, yang berisi rangkaian kegiatan yang


saling mempengaruhi, berkesinambungan dan terarah pada satu tujuan. Rangkaian
kegiatan itu berwujud kemampuan mempengaruhi dan mengarahkan perasaan dan
pikiran orang lain agar bersedia melakukan sesuatu yang diinginkan pemimpin
dan terarah pada tujuan yang telah disepakati bersama.
Rakyat yang sejahtera mengartikan bahwa kinerja dengan konsep islami
memang membawa kemaslahatan bagi setiap umat. Pemerintahan seperti itu yang
mungkin dapat mempertahankan atau bahkan menjungjung tinggi konsep islami
dalam penyelenggara negara yang diharapkan masyarakat Indonesia. Dengan
begitu kepemimpinan islam di Indonesia sedikit demi sedikit akan terangkat
citranya dengan kinerja yang baik dan benar.
Begitu juga dengan kementrian dalam negeri yang harus menyesuaikan dan
memfilter setiap Penyelenggarakan urusan pemerintahan dalam negeri dengan
disesuaikan dengan syariat islam.
B. Saran-saran

Dengan melihat perkembangan konsep islam di tengah-tengah


pemerintahan Indonesia, peluang kepemimpinan islam di Indonesia masih cukup
tinggi, dengan adanya kementrian dalam negeri yang diharapkan dapat
menjunjung tinggi nilai-nilai islami. Perlu di tingkatkan lagi nilai-nilai islam yang
sudah seharusnya lekat pada semua institusi atau organisasi islam lainnya agar
masyarakat terutama masyarakat muslim dapat kembali mempercayakan segala
urusan kenegaraan kepada kader-kader islamnya

16
DAFTAR PUSTAKA

Aunur Rohim Fakih. Kepemimpinan Islam. 2005. UII Press Yogyakarta:


Yogyakarta
Imam Moedjiono.  Kepemimpinan dan Keorganisasian. 2002. UII Press
Yogyakarta: Yogyakarta
Hadari Nawawi. Kepemimpinan menurut Islam. 1993. Gajah mada university
Press: Yogyakarta. 
HMHI.Implemetasi Kepemimpinan Islam di Indonesia
[http://hukumislam-uii.blogspot.com/2009/05/implementasi-
kepemimpinan-islam- di.html],diakses 8 Mei 2015 
http://fecon.uii.ac.id/images/Hand_Out/Akt/SKI/prinsip%20kepemimpinan
%20islam.pdf],
diakses 8 Mei 2015

iii

Anda mungkin juga menyukai