Anda di halaman 1dari 65

PAJAK

PERTAMBAHAN
NILAI
REVIEW TENTANG PPN
DEFINISI.Istilah dalam UU PPN
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa
di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur
produksi dan distribusi.
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-
tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai
kepabeanan.
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang
tidak berwujud.
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
Definisi/Istilah dalam UU PPN
Barang/Jasa Kena Pajak adalah barang/jasa yang dikenai Pajak
berdasarkan UU tentang PPN
Penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
penyerahan barang / pemberian jasa kena pajak.
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean adalah setiap
pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendahara pemerintah,
badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh
Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara pemerintah, badan,
atau instansi pemerintah tersebut.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yang tetap dinamakan Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai

Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002
tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009.

Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak
Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006

Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003.

Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2007
Suatu jenis pajak yang timbulnya kewajiban pajaknya
sangat ditentukan oleh objek pajak.
Pajak Objektif. Keadaan subjek pajak tidak menjadi penentu kecuali
untuk kasus tertentu.

Sepanjang suatu transaksi memenuhi syarat


Dikenakan pada setiap sebagaimana disebutkan dalam Dasar Hukum, maka
rantai distribusi (Multi pihak PKP Penjual berkewajiban memungut PPN atas
Stage Tax) transaksi yang terjadi dan kemudian menyetorkan ke
Kas Negara dan melaporkannya.

Menggunakan PPN hanya dikenakan atas nilai tambah yang terjadi


mekanisme atas BKP karena adanya proses pabrikasi maupun
pengkreditan. distribusi.
Pajak atas konsumsi Salah satu syarat dikenakannya PPN atas suatu transaksi adalah
dalam negeri bahwa BKP/JKP dikonsumsi di dalam Daerah Pabean.

Beban konsumen PPN merupakan pajak tidak langsung sehingga beban pajaknya bisa
akhir dialihkan oleh PKP

PPN bukan merupakan beban yang menambah harga pokok


Netral terhadap penjualan karena PPN menganut sistem pengkreditan yang
persaingan memungkinkan PPN yang dibayarkan pada saat pembelian
diperhitungkan dengan PPN yang harus dipungut saat penjualan..

Menganut
Suatu transaksi dikenakan PPN atau tidak, terlebih dahulu
destination harus dilihat di negara mana pihak konsumen berada
principle
Prinsip Pemungutan

Prinsip Tempat
Tujuan
Dipungut di tempat Prinsip Tempat Asal
konsumsi. Dipungut di tempat asal barang
atau jasa.

8
PENGUSAHA KENA PAJAK
Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai Pajak
Pertambahan Nilai, wajib melaporkan usahanya pada kantor
DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.

Wajib Pajak yang dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak


diberikah Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
(NPPKP).

Fungsi NPPKP :
Sebagai Identitas PKP
Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan
PPnBM
Pengawasan administrasi perpajakan.
PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
NPPKP dapat dihapuskan apabila :
1. PKP pindah alamat;
2. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi
3. PKP lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP.

Pengusaha Kena Pajak mengisi formulir dan mengajukan permohonan pencabutan NPPKP setelah lewat
jangka waktu 3 bulan setelah akhir tahun pajak
DJP harus memberi keputusan dalam jangka waktu 3 bulan sejak permohonan diterima (dengan pemeriksaan)
Jika lewat jangka waktu tersebut keputusan tidak diberikan maka permohonan dianggap dikabulkan dan Surat
pencabutan NPPKP harus diterbitkan dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah jangka waktu
tersebut berakhir
Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan melalui proses pemeriksaan.
Syarat administratif untuk Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) : Utang pajak
yang ada telah dilunasi dan telah dilaksanakan PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan)
PENCABUTAN PKP
Pemungut PPN
Pasal 3A Ayat (3), Pasal 16A UU PPN, KMK No. 563/ KMK.03/ 2003,
PMK No. 40/ PMK.03/ 2010

Bertugas memungut,
memotong, dan
Pihak pemungut antara lain:
menyetorkan PPN, Bendaharawan entitas pemerintah
menggantikan peran atas penyerahan kepada pemerintah.
PKP yang Pengguna BKP-TB atau JKP dari luar
daerah pabean, atas pemanfaatan di
melakukan dalam daerah pabean.
penyerahan.

12
Penyerahan Kepada Bendaharawan Pemerintah
yang Tidak Dipungut PPN
Penyerahan bernilai < Rp 1.000.000,00 dan
tidak dipecah pecah.

Penyerahan terkait pembebasan tanah.

Penyerahan BBM dan non BBM oleh


Pertamina.

Penyerahan jasa telepon/ telekomunikasi.

Penyerahan jasa angkutan udara.

Penyerahan BKP atau JKP yang tidak


dipungut atas dibebaskan dari PPN.
13
Subjek Pajak PPN dan PPnBM

Subjek Pajak PPN


dan PPnBM adalah
Pengusaha yang telah
dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena
Pajak (PKP) yang
melakukan kegiatan
penyerahan
BKP/JKP.
Penyerahan Barang Kena
Penyerahan Jasa Pajak di dalam Daerah
Kena Pajak di Pabean yang dilakukan
dalam Daerah oleh Pengusaha;
Pabean yang
Impor Barang Kena
dilakukan oleh
Pajak;
Pengusaha;

Pemanfaatan Barang Objek Pajak Pemanfaatan Jasa


Kena Pajak tidak
Pertambahan Kena Pajak dari luar
berwujud dari luar Daerah Pabean di
Daerah Pabean di Nilai (Ps 4 dalam Daerah
dalam Daerah Pabean;
ayat 1) Pabean;

Ekspor Barang Kena Pajak


Berwujud oleh Pengusaha
Kena Pajak.
Barang Kena Pajak (BKP)
BKP adalah
barang yang BKP Berwujud
dikenai PPN Bergerak
dan/ atau (Misal Barang
Dagang)
PPnBM
BKP Berwujud

BKP BKP Berwujud


Tak Bergerak
BKP Tak
Berwujud (Misal Bangunan
(Misal Hak Paten,
Lisensi, HAKI)

16
Lingkup BKP Tak Berwujud

17
Lingkup Penyerahan BKP (1)
Pasal 1A Ayat (1) UU PPN

Penyerahan akibat perjanjian jual beli,


sewa, tukar menukar, dan sebaginya.

Penyerahan akibat perjanjian sewa beli


dan leasing.

Penyerahan kepada pedagang


perantara melalui juru lelang.

Pemakaian sendiri atau pemberian


cuma cuma.
18
Lingkup Penyerahan BKP (2)
Pasal 1A Ayat (1) UU PPN

Penjualan barang yang semula


tidak untuk diperjualbelikan.

Penyerahan kantor pusat cabang


atau antar cabang.

Penyerahan konsinyasi.

Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang


dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.

19
Penyerahan yang Bukan Penyerahan BKP
Pasal 1A Ayat (2), Pasal 16D UU PPN

Penyerahan kepada makelar.

Penyerahan untuk jaminan utang piutang.

Penyerahan kantor pusat cabang atau antar kantor cabang,


jika terdapat pemusatan tempat terutang.

Pengalihan akibat penggabungan, peleburan, penekanan,


pemecahan, dan pengambilalihan usaha antara dua PKP.

Penyerahan barang yang semula tidak untuk diperjualbelikan


dan Pajak Masukannya tidak dapat dikreditkan.
20
Barang Tidak Dikenai PPN
Pasal 4A Ayat (2) UU PPN
Hasil pertambangan dan pengeboran yang
daimbil langsung dari sumbernya.
Minyak, gas, batubara, panas bumi, bijih logam dan mineral
batuan.

Barang kebutuhan pokok yang dibutuhkan


masayarakat banyak.
Beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu,
buah buahan, dan sayur sayuran.

Hidangan yang disajikan di hotel dan restoran


atau oleh katering.

Uang, emas batangan, dan surat berharga.

21
Penyerahan dan Impor BKP Dibebaskan dari PPN
PP No. 38 Tahun 2003

Pesawat, suku cadang


Rumah Sederhana,
dan alat keselamatan Kereta api dan suku
RSS, Rusun Sederhana,
diterima Perusahaan cadang diterima PT.
pondok boro, asrama
Angkutan Udara Niaga KAI.
mahasiswa.
Nasional.

Kapal, suku cadang dan Peralatan dan suku


Senjata, amunisi, alat
alat keselamatan cadang untuk
angkutan diterima
diterima Perusahaan penyediaan data batas
Kemhan, TNI, dan
Pelayaran Niaga dan foto udara wilayah
Polri.
Nasional. NKRI.

Buku pelajaran dan


Vaksin polio.
kitab suci.

22
Syarat RS, RSS, dan Rusun Sederhana
Dibebaskan dari PPN
PMK No. 31/ PMK.03/ 2011

RS dan RSS Rusun Sederhana

Berluas < 36 meter Berluas < 21 meter


persegi. persegi.

Berharga jual < Rp Berharga jual < Rp


70.000.000,00 75.000.000,00

Merupakan unit pertama yang Merupakan unit pertama yang


dimiliki dan untuk ditinggali dimiliki dan untuk ditinggali
sendiri. sendiri.
23
Penyerahan dan Impor BKP Strategis
Dibebaskan dari PPN
PP No. 31 Tahun 2007, PMK No. 31/ PMK.03/ 2008

Barang modal berupa mesin dan peralatan, tidak


termasuk suku cadang. Syarat rusunami yang
(Perlu Surat Keterangan Bebas PPN) dibebaskan dari PPN:
Makanan ternak, unggas, dan ikan, berikut Berluas antara 21 36
bahan bakunya.
meter persegi.
Berharga tidak melebihi
Air bersih yang dialirkan Perusahaan Air Minum.
Rp 144.000.000,00.
Diperuntukkan WP OP
Listrik perumahan dengan daya < 6.600 Watt. berpenghasilan maksimal
Rp 4.500.000,00 per
Barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan,
peternakan, dan perikanan. bulan.
Merupakan unit pertama
Bibit dan benih pertanian, perkebunan, yang dimiliki dan
kehutanan, peternakan, dan perikanan.
digunakan sendiri.
Dibangun sesuai
Rumah susun sederhana milik (rusunami).
Peraturan Menteri PU.
24
Ketentuan Khusus:
Penyerahan dan Impor Dibebaskan dari PPN
Apabila:
Kapal, suku cadang, dan alat keselamatan yang diterima
Perusahaan Pelayaran Niaga Nasional.
Pesawat, suku cadang, dan alat keselamatan yang diterima
Perusahaan Angkutan Udara Nasional.
Kereta api dan suku cadang yang diterima PT. KAI.
Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik.
Rumah susun sederhana milik (rusunami).
Dipergunakan tidak sesuai tujuan semula atau
dipindahtangankan sebelum 5 tahun berlalu, maka PPN yang
semula dibebaskan menjadi wajib dibayar.

25
Pengertian Jasa Kena Pajak (JKP)
JKP adalah kegiatan pelayanan yang menyebabkan
suatu fasilitas, kemudahan atau hak menjadi
tersedia untuk dipakai.

Pengertian meliputi pula jasa untuk berproduksi


dengan material dan berdasar petunjuk pemesan
(maklon).

JKP tersebut dikenai PPN.


26
Lingkup JKP dari Luar Daerah Pabean
Jasa melekat
pada benda
bergerak di
daerah pabean.
Jasa melekat Contoh: Jasa Jasa yang
pada benda tak persewaan mesin dilakukan secara
produksi. langsung di
bergerak di daerah pabean.
daerah pabean. Contoh: Jasa
Contoh: Jasa pengacara, akuntan,
desain konstruksi surveyor.
bangunan.
JKP dari
Luar
Daerah
Pabean
27
Jasa Tidak Dikenai PPN (1)
Pasal 4A Ayat (3) UU PPN

28
Jasa Tidak Dikenai PPN (2)
Pasal 4A Ayat (3) UU PPN

Jasa Jasa Jasa Layanan


Keuangan Asuransi Pemerintah

Jasa Surat Jasa Telepon


Jasa Wesel
Berperangko Umum Koin

Jasa Tempat Jasa Tenaga


Parkir Kerja
29
Penyerahan JKP Dibebaskan dari PPN
PP No. 38 Tahun 2003

30
Ekspor Jasa Dikenai PPN
PMK No. 30/ PMK.03/ 2011

Jasa Maklon, yang berkarakteristik:


Pemesan berada di luar daerah pabean dan tidak
memiliki BUT.
Spesifikasi dan bahan disediakan pemesan.
Kepemilikan barang adalah hak pemesan.
Barang dikirimkan ke luar daerah pabean setelah
selesai pengerjaannya.

Jasa yang melekat Jasa yang melekat


terhadap benda tak terhadap benda
bergerak di luar bergerak di luar
daerah pabean. daerah pabean.
31
Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
Pasal 2, 8A UU PPN

DPP tidak mengakui pembayaran di atas atau di


bawah kewajaran akibat hubungan istimewa.

32
DPP: Nilai Lain (1)
PMK No. 75/ PMK.03/ 2010
Untuk pemakaian sendiri dan pemberian cuma cuma.
Harga jual atau penggantian, dikurangi laba kotor.

Untuk BKP yang semula tidak hendak diperjualbelikan.


Harga pasar wajar.

Untuk penyerahan pusat cabang atau antar cabang


Harga Pokok Penjualan atau harga perolehan.

33
DPP: Nilai Lain (2)
PMK No. 75/ PMK.03/ 2010
Untuk penyerahan kepada pedagang perantara.
Nilai kesepakatan dengan pembeli.

Untuk penyerahan melalui juru lelang.


Harga lelang.

Untuk penyerahan jasa pengiriman paket, biro perjalanan, dan biro


pariwisata.
10% dari jumlah tagihan. Pajak Masukan tidak dapat dikreditkan.

34
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak A

PT. Bawakaraeng melakukan penyerahan BKP melalui beberapa


transaksi sebagai berikut.
Penjualan produk kepada konsumen, dengan HPP Rp 625.000.000,00,
profit margin 20%, dan diskon tunai 2%. Seperempat dari penjualan
dilaksanakan secara tunai. Di samping itu, BKP dikenai pula PPnBM
20%.
Pemberian in kind produk bagi pegawai yang sebenarnya dapat dijual
dengan harga Rp 180.000.000,00.
Penyumbangan produk bagi korban bencana, dengan nilai penjualan
potensial Rp 330.000.000,00.
Transfer produk dari pabrik ke gudang di provinsi berbeda, untuk
kemudian dijual dengan harga Rp 945.000.000,00.
Berapakah nilai DPP untuk masing - masing transaksi?

35
Pembahasan Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak A

Jawaban :
DPP Penjualan = Harga Jual sebelum diskon dan pajak
= 120% x 625.000.000
= 750.000.000
DPP Pemakaian Sendiri = Harga Jual Keuntungan
= 100/ 120 x 180.000.000
= 150.000.000
DPP Pemberian Cuma Cuma = Harga Jual Keuntungan
= 100/ 120 x 330.000.000
=275.000.000
DPP Transfer Antar Cabang = Harga Pokok Penjualan
= 100/ 120 x 945.000.000
= 787.500.000

36
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak B

Fa. Cikurai merupakan memiliki usaha biro perjalanan


yang mencatatkan transaksi bisnis berikut.
Melayani paket liburan dengan total transaksi Rp
1.575.000.000,00. Profit margin perusahaan 5%.
Melayani pemesanan hotel dengan total transaksi Rp
365.000.000,00. Komisi rata - rata yang diperoleh sebesar
15%. Seperlima transaksi dilakukan dengan pelanggan
berkala yang memperoleh diskon 3%.
Menjual gedung kantor lama yang memiliki nilai buku Rp
310.000.000,00 dan akumulasi depresiasi Rp
150.000.000,00 dengan harga Rp 215.000.000,00.
Berapakah nilai DPP untuk masing - masing transaksi?
37
Pembahasan Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak B

Jawaban :
DPP Biro Perjalanan= 10% x Penggantian sebelum diskon dan pajak
= 10% x1.575.000.000
= 157.500.000
DPP Biro Perjalanan= 10% x Penggantian sebelum diskon dan pajak
= 10% x 365.000.000
= 36.500.000
DPP Pelepasan Aset Semula Tak Untuk Dijual = Nilai Wajar
= 215.000.000

38
Nilai Penyerahan Menggunakan
Valuta Asing
PP No. 1 Tahun 2012

Dipergunakan
Kurs KMK Saat untuk konversi
Pembuatan Faktur atas setiap
jenis
penyerahan.

39
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak C
CV. Gamkonora melakukan impor persediaan dengan nilai
pembelian $ 3650, biaya pengangkutan $ 250, dan premi
asuransi 15% dari nilai pembelian. Impor tersebut dikenai Bea
Masuk 10%, Bea Masuk Tambahan Rp 2.150.000,00, PPh 22
dengan tarif 2,5%, serta PPnBM dengan tarif 30%. Kurs KMK
saat pemasukan barang adalah Rp 12.900/ $, sedangkan saat
melakukan pembayaran kepada penjual adalah Rp 12.800/ $.
Berapakah DPP transaksi impor tersebut?

40
Pembahasan Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak C

Jawaban :
Cost 3.650
Insurance 250
Freight (15% Cost) 547,50
CIF 4.447,50
Bea Masuk (10%) 444,75
Bea Masuk Lainnya 2.150.000
DPP Impor = CIF + Pungutan Kepabeanan
= 4.447,50 x 12.900 +((444,75 x 12.900) + 2.150.000)
= 57.372.750 + (5.737.275 + 2.150.000)
= 57.372.750 + 7.887.275
= 65.260.025

41
Tarif
Pasal 7 UU PPN
Berlaku atas
10 penyerahan secara
umum. Tarif dapat diubah menjadi
% minimal 5% dan maksimal
15% dengan PP.

Berlaku atas ekspor.


Pajak Masukan
0% bersifat dapat
dikreditkan.
42
Ketentuan Khusus:
Nilai PPN Terutang
Apabila dalam naskah kontrak tidak diketahui apakah
komponen PPN atau PPnBM telah termasuk di dalam nilai
kontrak, maka diasumsikan bahwa nilai kontrak tersebut
belum termasuk komponen PPN atau PPnBM.

Penghapusan piutang atau ketidakmampuan penagihan


piutang oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), serta musnahnya
BKP tidak mempengaruhi besaran PPN terutang.

Apabila terjadi kesalahan pemungutan PPN, maka pihak


yang dapat mengajukan permohonan restitusi adalah pihak
yang dipungut PPN, sepanjang PPN belum dikreditkan atau
dibebankan.
43
Ilustrasi
Nilai PPN
Koperasi Halimun memiliki usaha produksi mobnas dan melakukan
penyerahan atas berbagai transaksi berikut.
Penjualan kepada konsumen akhir dalam negeri senilai Rp
3.775.000.000,00.
Ekspor ke pasar luar negeri senilai Rp 6.115.000.000,00.
Penyerahan kepada konsumen korporat dengan nilai kontrak Rp
5.750.000.000,00. Atas nilai kontrak tersebut telah termasuk PPnBM
dengan tarif 20%, PPh 22 industri otomotif dengan tarif 0,45%, dan
diskon kuantitas 5,45%.
Penyerahan kepada bendaharawan pemda dengan kas diterima Rp
3.425.000.000,00. Atas pembayaran tersebut telah dipotong PPN,
PPnBM dengan tarif 20%, dan PPh 22 bendaharawan negara dengan
tarif 1,5%.
Berapakah nilai PPN terutang atas setiap transaksi tersebut?
44
Pembahasan Ilustrasi
Nilai PPN
Jawaban :
PPN Penyerahan Dalam Negeri = 10% x 3.775.000.000
= 377.500.000
PPN Ekspor = 0% x 6.115.000.000
=0
PPN Konsumen Korporat
= 10/ (100 + 20 + 0,45 5,45) x 5.750.000.000
= 10/ 115 x 5.750.000.000
= 500.000.000
PPN Penyerahan Bendaharawan
= 10/ (100 10 20 1.5) x 3.425.000.000
= 10/ 68.5 x 3.425.000.000
= 500.000.000
45
Saat Terutang
Pasal 11 UU PPN

Saat penyerahan, impor, pemanfaatan, atau ekspor.

Saat pembayaran, jika dilaksanakan lebih dahulu.

Saat saat lain.

Untuk BKP Berwujud, saat penyerahan kepada pihak pengirim.


Untuk BKP Tak Berwujud, saat pengakuan piutang, penagihan, atau
saat penandatangan kontrak.
Untuk penyerahan akibat perubahan bentuk, penggabungan, atau
pemekaran usaha, saat hasil RUPS ditetapkan.

46
Saat Penyetoran dan Pelaporan
Pasal 15A UU PPN

Satu hari setelah Batas penyetoran PPN


terutang. dipungut atas impor.

Tanggal 7 bulan Batas penyetoran PPN


berikutnya setelah dipungut bendaharawan
terutang. pemerintah.

Akhir bulan
Batas penyetoran PPN yang
berikutnya setelah
berlaku secara umum.
terutang.

Akhir bulan
Batas pelaporan SPT Masa
berikutnya setelah
PPN.
terutang.

47
Tempat Terutang
Pasal 12 Ayat (3), (4) UU PPN
Tempat pengukuhan PKP.
Berlaku atas penyerahan BKP atau JKP.

Tempat dimasukkannya BKP.


Berlaku atas Impor

Tempat kedudukan pihak yang memanfaatkan.


Berlaku atas pemanfaatan BKP-TB atau JKP di dalam daerah pabean.

Tempat bangunan didirikan.


Berlaku atas kegiatan membangun sendiri.

Tempat kedudukan kantor cabang


Berlaku atas penyerahan antar cabang.

48
Pemusatan Tempat Terutang
Pasal 12 Ayat (1), (2) UU PPN

PKP memiliki satu


Berada di tempat terutang
bawah PPN.
naungan
satu KPP.
PKP
memiliki
beberapa
tempat PKP memohon PKP memiliki satu
kedudukan pemusatan tempat pusat tempat
usaha. Berada di terutang. terutang PPN.
bawah
naungan
beberapa
KPP.
PKP tidak PKP memiliki
mengajukan beberapa tempat
permohonan. terutang.

49
Kriteria Pusat Tempat Terutang
PER No. 19/ PJ./ 2010

Berada di
kawasan
berikat.

Tidak dapat
dijadikan
pusat, apabila:
Mendapat Berada di
kemudahan Kawasan
impor untuk Ekonomi
tujuan ekspor. Khusus.

50
Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (1), (6) UU PPN, PER No. 27/ PJ./ 2011

Faktur pajak merupakan bukti pemungutan PPN yang dibuat


oleh Pengusaha Kena Pajak atau Ditjen Bea Cukai (atas
impor).

Faktur pajak merupakan bukti administratif yang


memungkinkan PKP melakukan pengkreditan PPN
Masukan.

Faktur dapat berupa bukti transaksi umum yang dipersamakan.


51
Konten Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (5) UU PPN

Identitas PKP
Penjual

Tanda tangan Identitas PKP


verifikasi. Pembeli

Kode, nomor seri, Jenis dan Nilai


dan tanggal. BKP

Nilai PPN dan


PPnBM

52
Saat Pembuatan Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (1a), (2), (2a) UU PPN, PER No. 65/ PJ./ 2010

Saat penyerahan BKP Saat pembayaran, jika


atau JKP. mendahului penyerahan.

Saat pembayaran termin, Saat penyampaian


untuk penyerahan tagihan, untuk penyerahan
bertahap. kepada Pemungut PPN.

Saat akhir bulan terutang,


untuk Faktur Pajak
Gabungan.

53
Ilustrasi
Saat Pemfakturan
Fa. Leuser melakukan penyerahan BKP dengan rincian penanggalan berikut.
5 Januari mengirimkan barang kepada PT. Lalakon, pembayaran diterima
tanggal 4 Februari.
13 Februari menerima pembayaran di muka dari PT. Lamajang. Pengiriman
dilakukan tiga hari setelahnya.
22 Maret menerima 20% pembayaran atas pemesanan PT. Lampobattang,
tanggal 3 April sebesar 40%, tanggal 16 April sebesar 20%, dan tanggal 21 April
untuk sisanya. Pengiriman dilakukan secara bertahap sesuai tanggal
pembayaran.
30 Mei menerima pesanan dari Pemkot, barang dikirimkan tanggal 2 Juni,
tagihan dikirimkan tanggal 5 Juni, pemeriksaan dilaksanakan tanggal 11 Juni,
dan pembayaran diterima tanggal 17 Juni.
1 Juni menerima pesanan dari PT. Lokon. Klien ini merupakan pelanggan
berkala yang sepanjang Juni melakukan pemesanan di tanggal 3, 6, 18, 23, dan
29 Juni.
Tanggal berapakah faktur pajak seharusnya dibuat untuk setiap transaksinya?
54
Pembahasan Ilustrasi
Saat Pemfakturan
Jawaban :

No. Penerima Tanggal Saat Pemfakturan


Faktur Faktur
1. PT. Lalakon 5 Januari Saat penyerahan.
2. PT. Lamajang 13 Februari Saat pembayaran yang
mendahului
penyerahan.
3. PT. 22 Maret, 3 16, Saat pembayaran
Lampobattang dan 21 April termin untuk
pembayaran berkala.
4. Pemkot 5 Juni Saat penagihan.
5. PT. Lokon 31 Juni Saat akhir bulan,
untuk faktur pajak
gabungan.
55
56
Sistem Kredit PPN
Pasal 9 Ayat (2), (3), (4), (4a) UU PPN

PPN Keluaran PPN Masukan PPN Kurang Bayar PPN Lebih Bayar

Merupakan Merupakan Ketika PPN Ketika PPN


PPN yang PPN yang Keluaran Masukan
dipungut dibayarkan melebihi melebihi
PKP Penjual PKP PPN PPN
atas Pembeli Masukan. Keluaran.
penyerahan kepada PKP Selisih Selisih
kepada PKP Penjual atas tersebut tersebut
Pembeli. penyerahan harus dikompensa
yang disetorkan si di masa
dimintanya. kepada kas pajak
negara. berikut atau
direstitusi
paska masa
pajak
Desember.

57
Syarat Umum Pengkreditan PPN Masukan
Pasal 9 Ayat (9) UU PPN

BKP atau JKP


Berkaitan langsung dimanfaatkan untuk
dengan kegiatan usaha. penyerahan yang bersifat
terutang PPN.

PPN
Masukan

Dikreditkan maksimal 3
Dibuktikan oleh faktur
bulan setelah
pajak yang absah secara
penyerahan BKP atau
material dan formal.
JKP.
58
PPN Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan
Pasal 9 Ayat (8) UU PPN

Berasal dari perolehan BKP atau JKP sebelum dikukuhkan


sebagai PKP.

Tidak berkaitan langsung dengan kegiatan produksi,


distribusi, dan manajemen.

Dimanfaatkan untuk penyerahan yang tidak terutang atau


dibebaskan dari PPN.

Berasal dari perolehan dan pemeliharaan kendaraan sedan,


jeep, station wagon, van, atau kombi.

Faktur pajak cacat atau hilang.

PPN Masukan ditagih dengan Surat Ketetapan Pajak (SKP).

Tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN.

59
MEKANISME PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum


dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang
sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling
lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang
bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya dan
belum dilakukan pemeriksaan. Jika waktu tersebut telah
dilampaui, pengkreditan PM dapat dilakukan melalui
pembetulan SPT Masa PPN yang bersangkutan.

Pengkreditan PM tersebut hanya dapat dilakukan apabila PM


yang bersangkutan belum dibebankan sebagai biaya atau tidak
ditambahkan kepada harga perolehan BKP atau JKP yang
bersangkutan, dan kepada PKP belum dilakukan pemeriksaan
pajak.
Ilustrasi
PPN Kurang (Lebih) Bayar
CV. Malabar sepanjang triwulan IV tahun 2012
mencatatkan nilai PPN Keluaran dan PPN Masukan sebagai
berikut.
No. Masa Pajak PPN Keluaran PPN Masukan
1. September 23.150.000 21.565.000
2. Oktober 31.750.000 33.955.000
3. November 17.225.000 11.595.000
4. Desember 45.825.000 50.775.000

Berapakah besaran PPN kurang (lebih) bayar di akhir setiap


masa? Bagaimana status dan perlakuannya?

61
Pembahasan Ilustrasi
PPN Kurang (Lebih) Bayar
Jawaban :

No. Masa Pajak PPN PPN PPN Kurang Perlakuan


Keluaran Masukan (Lebih) Bayar
1. September 23.150.000 21.565.000 1.585.000 Wajib disetor maksimal
30 Oktober.
2. Oktober 31.750.000 33.955.000 (2.205.000) Dikompensasikan ke
masa November.
3. November 17.225.000 11.595.000 3.425.000 Wajib disetor maksimal
31 Desember.
4. Desember 45.825.000 50.775.000 (4.950.000) Dapat dimohonkan
restitusi.

62
PPN Tidak Dipungut dan PPN Dibebaskan
Pasal 16B UU PPN

63
MEKANISME PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Keluaran adalah PM terhadap
pengeluaran untuk :

1. Perolehan BKP atau JKP sebelum dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak)

2. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha

3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon kecuali
merupakan barang dagangan atau disewakan

4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum
dikukuhkan sebagai PKP

5. Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan dan tidak
mencantumkan nama, alamat dan NPWP pembeli.

6. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean yang faktur pajaknya
tidak memenuhi ketentuan.

7. Perolehan BKP atau JKP yang PMnya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak

8. Perolehan BKP atau JKP yang Pmnya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang ditemukan
pada waktu dilakukan pemeriksaan pajak

9. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi.
MEKANISME PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN
PKP yang telah dilakukan pemeriksaan pajak, terhadap PM yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN tidak
dapat dikreditkan.

Contoh dalam SPT Masa PPN dilaporkan sbb. :

Pajak Keluaran = Rp 10.000.000

Pajak Masukan = Rp 8.000.000

Dari hasil pemeriksaan pajak diketahui :

Pajak Keluaran = Rp 15.000.000

Pajak Masukan = Rp 11.000.000

Dalam hal ini, PM yang dapat dikreditkan bukan Rp 11.000.000, tetapi tetap sebesar Rp 8.000.000 sesuai dengan PM yang
dilaporkan dalam SPT Masa PPN.

Dengan demikian penghitungan hasil pemeriksaan :

Pajak Keluaran = Rp 15.000.000

Pajak Masukan = Rp 8.000.000

Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000

Kurang Bayar menurut SPT = Rp 2.000.000

Masih Kurang Bayar = Rp 5.000.000

Anda mungkin juga menyukai