PERTAMBAHAN
NILAI
REVIEW TENTANG PPN
DEFINISI.Istilah dalam UU PPN
Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak atas konsumsi barang dan jasa
di Daerah Pabean yang dikenakan secara bertingkat di setiap jalur
produksi dan distribusi.
Daerah Pabean adalah wilayah Republik Indonesia yang meliputi
wilayah darat, perairan, dan ruang udara di atasnya, serta tempat-
tempat tertentu di Zona Ekonomi Eksklusif dan landas kontinen yang
di dalamnya berlaku Undang-Undang yang mengatur mengenai
kepabeanan.
Barang adalah barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya
dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang
tidak berwujud.
Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang atau fasilitas atau
kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang
dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
Definisi/Istilah dalam UU PPN
Barang/Jasa Kena Pajak adalah barang/jasa yang dikenai Pajak
berdasarkan UU tentang PPN
Penyerahan Barang/Jasa Kena Pajak adalah setiap kegiatan
penyerahan barang / pemberian jasa kena pajak.
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah Pabean adalah setiap
pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha
Kena Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak atau
penyerahan Jasa Kena Pajak.
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai adalah bendahara pemerintah,
badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh
Pengusaha Kena Pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak kepada bendahara pemerintah, badan,
atau instansi pemerintah tersebut.
Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009 yang tetap dinamakan Undang-undang Pajak
Pertambahan Nilai
Peraturan Pemerintah Nomor 143 Tahun 2000 jo. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2002
tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah
terakhir dengan Undang-undang Nomor 42 Tahun 2009.
Peraturan Pemerintah Nomor 144 Tahun 2000 tentang Jenis Barang dan Jasa yang Tidak
Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai.
Peraturan Pemerintah Nomor 145 Tahun 2000 tentang Kelompok Barang Kena Pajak yang
Tergolong Mewah yang Dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah sebagaimana telah
beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2006
Peraturan Pemerintah Nomor 146 Tahun 2000 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu yang Dibebaskan dari Pengenaan
Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan
Pemerintah Nomor 38 Tahun 2003.
Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2001 tentang Impor dan atau Penyerahan Barang Kena
Pajak Tertentu yang Bersifat Strategis yang Dibebaskan dari Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 31 Tahun
2007
Suatu jenis pajak yang timbulnya kewajiban pajaknya
sangat ditentukan oleh objek pajak.
Pajak Objektif. Keadaan subjek pajak tidak menjadi penentu kecuali
untuk kasus tertentu.
Beban konsumen PPN merupakan pajak tidak langsung sehingga beban pajaknya bisa
akhir dialihkan oleh PKP
Menganut
Suatu transaksi dikenakan PPN atau tidak, terlebih dahulu
destination harus dilihat di negara mana pihak konsumen berada
principle
Prinsip Pemungutan
Prinsip Tempat
Tujuan
Dipungut di tempat Prinsip Tempat Asal
konsumsi. Dipungut di tempat asal barang
atau jasa.
8
PENGUSAHA KENA PAJAK
Setiap Wajib Pajak sebagai pengusaha yang dikenai Pajak
Pertambahan Nilai, wajib melaporkan usahanya pada kantor
DJP yang wilayah kerjanya meliputi tempat tinggal atau
tempat kedudukan pengusaha dan tempat kegiatan usaha
dilakukan untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Fungsi NPPKP :
Sebagai Identitas PKP
Untuk melaksanakan hak dan kewajiban di bidang PPN dan
PPnBM
Pengawasan administrasi perpajakan.
PENCABUTAN PENGUKUHAN PKP
NPPKP dapat dihapuskan apabila :
1. PKP pindah alamat;
2. WP Badan yang telah dibubarkan secara resmi
3. PKP lainnya yang tidak memenuhi syarat lagi sebagai PKP.
Pengusaha Kena Pajak mengisi formulir dan mengajukan permohonan pencabutan NPPKP setelah lewat
jangka waktu 3 bulan setelah akhir tahun pajak
DJP harus memberi keputusan dalam jangka waktu 3 bulan sejak permohonan diterima (dengan pemeriksaan)
Jika lewat jangka waktu tersebut keputusan tidak diberikan maka permohonan dianggap dikabulkan dan Surat
pencabutan NPPKP harus diterbitkan dalam waktu selambat-lambatnya satu bulan setelah jangka waktu
tersebut berakhir
Penghapusan NPWP dan Pencabutan Pengukuhan PKP dilakukan melalui proses pemeriksaan.
Syarat administratif untuk Pencabutan Nomor Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak (NPPKP) : Utang pajak
yang ada telah dilunasi dan telah dilaksanakan PSL (Pemeriksaan Sederhana Lapangan)
PENCABUTAN PKP
Pemungut PPN
Pasal 3A Ayat (3), Pasal 16A UU PPN, KMK No. 563/ KMK.03/ 2003,
PMK No. 40/ PMK.03/ 2010
Bertugas memungut,
memotong, dan
Pihak pemungut antara lain:
menyetorkan PPN, Bendaharawan entitas pemerintah
menggantikan peran atas penyerahan kepada pemerintah.
PKP yang Pengguna BKP-TB atau JKP dari luar
daerah pabean, atas pemanfaatan di
melakukan dalam daerah pabean.
penyerahan.
12
Penyerahan Kepada Bendaharawan Pemerintah
yang Tidak Dipungut PPN
Penyerahan bernilai < Rp 1.000.000,00 dan
tidak dipecah pecah.
16
Lingkup BKP Tak Berwujud
17
Lingkup Penyerahan BKP (1)
Pasal 1A Ayat (1) UU PPN
Penyerahan konsinyasi.
19
Penyerahan yang Bukan Penyerahan BKP
Pasal 1A Ayat (2), Pasal 16D UU PPN
21
Penyerahan dan Impor BKP Dibebaskan dari PPN
PP No. 38 Tahun 2003
22
Syarat RS, RSS, dan Rusun Sederhana
Dibebaskan dari PPN
PMK No. 31/ PMK.03/ 2011
25
Pengertian Jasa Kena Pajak (JKP)
JKP adalah kegiatan pelayanan yang menyebabkan
suatu fasilitas, kemudahan atau hak menjadi
tersedia untuk dipakai.
28
Jasa Tidak Dikenai PPN (2)
Pasal 4A Ayat (3) UU PPN
30
Ekspor Jasa Dikenai PPN
PMK No. 30/ PMK.03/ 2011
32
DPP: Nilai Lain (1)
PMK No. 75/ PMK.03/ 2010
Untuk pemakaian sendiri dan pemberian cuma cuma.
Harga jual atau penggantian, dikurangi laba kotor.
33
DPP: Nilai Lain (2)
PMK No. 75/ PMK.03/ 2010
Untuk penyerahan kepada pedagang perantara.
Nilai kesepakatan dengan pembeli.
34
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak A
35
Pembahasan Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak A
Jawaban :
DPP Penjualan = Harga Jual sebelum diskon dan pajak
= 120% x 625.000.000
= 750.000.000
DPP Pemakaian Sendiri = Harga Jual Keuntungan
= 100/ 120 x 180.000.000
= 150.000.000
DPP Pemberian Cuma Cuma = Harga Jual Keuntungan
= 100/ 120 x 330.000.000
=275.000.000
DPP Transfer Antar Cabang = Harga Pokok Penjualan
= 100/ 120 x 945.000.000
= 787.500.000
36
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak B
Jawaban :
DPP Biro Perjalanan= 10% x Penggantian sebelum diskon dan pajak
= 10% x1.575.000.000
= 157.500.000
DPP Biro Perjalanan= 10% x Penggantian sebelum diskon dan pajak
= 10% x 365.000.000
= 36.500.000
DPP Pelepasan Aset Semula Tak Untuk Dijual = Nilai Wajar
= 215.000.000
38
Nilai Penyerahan Menggunakan
Valuta Asing
PP No. 1 Tahun 2012
Dipergunakan
Kurs KMK Saat untuk konversi
Pembuatan Faktur atas setiap
jenis
penyerahan.
39
Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak C
CV. Gamkonora melakukan impor persediaan dengan nilai
pembelian $ 3650, biaya pengangkutan $ 250, dan premi
asuransi 15% dari nilai pembelian. Impor tersebut dikenai Bea
Masuk 10%, Bea Masuk Tambahan Rp 2.150.000,00, PPh 22
dengan tarif 2,5%, serta PPnBM dengan tarif 30%. Kurs KMK
saat pemasukan barang adalah Rp 12.900/ $, sedangkan saat
melakukan pembayaran kepada penjual adalah Rp 12.800/ $.
Berapakah DPP transaksi impor tersebut?
40
Pembahasan Ilustrasi
Dasar Pengenaan Pajak C
Jawaban :
Cost 3.650
Insurance 250
Freight (15% Cost) 547,50
CIF 4.447,50
Bea Masuk (10%) 444,75
Bea Masuk Lainnya 2.150.000
DPP Impor = CIF + Pungutan Kepabeanan
= 4.447,50 x 12.900 +((444,75 x 12.900) + 2.150.000)
= 57.372.750 + (5.737.275 + 2.150.000)
= 57.372.750 + 7.887.275
= 65.260.025
41
Tarif
Pasal 7 UU PPN
Berlaku atas
10 penyerahan secara
umum. Tarif dapat diubah menjadi
% minimal 5% dan maksimal
15% dengan PP.
46
Saat Penyetoran dan Pelaporan
Pasal 15A UU PPN
Akhir bulan
Batas penyetoran PPN yang
berikutnya setelah
berlaku secara umum.
terutang.
Akhir bulan
Batas pelaporan SPT Masa
berikutnya setelah
PPN.
terutang.
47
Tempat Terutang
Pasal 12 Ayat (3), (4) UU PPN
Tempat pengukuhan PKP.
Berlaku atas penyerahan BKP atau JKP.
48
Pemusatan Tempat Terutang
Pasal 12 Ayat (1), (2) UU PPN
49
Kriteria Pusat Tempat Terutang
PER No. 19/ PJ./ 2010
Berada di
kawasan
berikat.
Tidak dapat
dijadikan
pusat, apabila:
Mendapat Berada di
kemudahan Kawasan
impor untuk Ekonomi
tujuan ekspor. Khusus.
50
Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (1), (6) UU PPN, PER No. 27/ PJ./ 2011
Identitas PKP
Penjual
52
Saat Pembuatan Faktur Pajak
Pasal 13 Ayat (1a), (2), (2a) UU PPN, PER No. 65/ PJ./ 2010
53
Ilustrasi
Saat Pemfakturan
Fa. Leuser melakukan penyerahan BKP dengan rincian penanggalan berikut.
5 Januari mengirimkan barang kepada PT. Lalakon, pembayaran diterima
tanggal 4 Februari.
13 Februari menerima pembayaran di muka dari PT. Lamajang. Pengiriman
dilakukan tiga hari setelahnya.
22 Maret menerima 20% pembayaran atas pemesanan PT. Lampobattang,
tanggal 3 April sebesar 40%, tanggal 16 April sebesar 20%, dan tanggal 21 April
untuk sisanya. Pengiriman dilakukan secara bertahap sesuai tanggal
pembayaran.
30 Mei menerima pesanan dari Pemkot, barang dikirimkan tanggal 2 Juni,
tagihan dikirimkan tanggal 5 Juni, pemeriksaan dilaksanakan tanggal 11 Juni,
dan pembayaran diterima tanggal 17 Juni.
1 Juni menerima pesanan dari PT. Lokon. Klien ini merupakan pelanggan
berkala yang sepanjang Juni melakukan pemesanan di tanggal 3, 6, 18, 23, dan
29 Juni.
Tanggal berapakah faktur pajak seharusnya dibuat untuk setiap transaksinya?
54
Pembahasan Ilustrasi
Saat Pemfakturan
Jawaban :
PPN Keluaran PPN Masukan PPN Kurang Bayar PPN Lebih Bayar
57
Syarat Umum Pengkreditan PPN Masukan
Pasal 9 Ayat (9) UU PPN
PPN
Masukan
Dikreditkan maksimal 3
Dibuktikan oleh faktur
bulan setelah
pajak yang absah secara
penyerahan BKP atau
material dan formal.
JKP.
58
PPN Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan
Pasal 9 Ayat (8) UU PPN
59
MEKANISME PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN
61
Pembahasan Ilustrasi
PPN Kurang (Lebih) Bayar
Jawaban :
62
PPN Tidak Dipungut dan PPN Dibebaskan
Pasal 16B UU PPN
63
MEKANISME PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN
Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan terhadap Pajak Keluaran adalah PM terhadap
pengeluaran untuk :
1. Perolehan BKP atau JKP sebelum dikukuhkan sebagai PKP (Pengusaha Kena Pajak)
2. Perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
3. Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon kecuali
merupakan barang dagangan atau disewakan
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum
dikukuhkan sebagai PKP
5. Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan dan tidak
mencantumkan nama, alamat dan NPWP pembeli.
6. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean yang faktur pajaknya
tidak memenuhi ketentuan.
7. Perolehan BKP atau JKP yang PMnya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
8. Perolehan BKP atau JKP yang Pmnya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang ditemukan
pada waktu dilakukan pemeriksaan pajak
9. Perolehan BKP selain barang modal atau JKP sebelum PKP berproduksi.
MEKANISME PENGKREDITAN PAJAK
MASUKAN DAN PAJAK KELUARAN
PKP yang telah dilakukan pemeriksaan pajak, terhadap PM yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN tidak
dapat dikreditkan.
Dalam hal ini, PM yang dapat dikreditkan bukan Rp 11.000.000, tetapi tetap sebesar Rp 8.000.000 sesuai dengan PM yang
dilaporkan dalam SPT Masa PPN.