Anda di halaman 1dari 7

Pengertian Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

• Pajak Pertambahan Nilai adalah pajak tidak langsung yang dikenakan pada setiap
pertambahaan nilai atau transaksi penyerahan barang dan atau jasa kena pajak
dalam pendistribusiannya dari produsen ke konsumen.
• Disebut pajak tidak langsung karena tidak langsung dibebankan kepada
penanggung pajak (konsumen) tetapi melalui mekanisme pemungutan pajak dan
disetor oleh pihak lain (penjual). Transaksi penyerahannya bisa dalam bentuk
jual-beli, pemanfaatan jasa dan sewa-menyewa.
• PPN memiliki dasar hukum yang menaunginya, yakni Undang-Undang Nomor 8
Tahun 1983 yang beberapa kali mengalami perubahan. Pertama, Undang-Undang
Nomor 18 Tahun 2000 tentang PPN Barang dan Jasa dan PPnBM, selanjutnya,
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 Tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
dan Jasa dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah, Yang terbaru, dasar hukum
PPN berada di dalam peraturan perundang-undangan perpajakan, yaitu pada
Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan
Perpajakan.
Subjek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

Subjek PPN adalah Pengusaha Kena Pajak (PKP),


pengertian PKP sesuai pasal 1 angka 15 disebutkan
Pengusaha Kena Pajak adalah pengusaha yang
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai pajak
berdasarkan Undang-undang PPN, tidak termasuk
pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan Menteri
Keuangan, kecuali pengusaha kecil tersebut memilih
untuk dikukuhkan menjadi PKP.
Objek Pajak Pertambahan Nilai (PPN)

• Objek PPN dapat diartikan sebagai barang dan jasa kena pajak yang terkena pungutan Pajak Pertambahan Nilai
(PPN). Sejatinya semua barang dan jasa merupakan objek PPN, namun ada beberapa pertimbangan, baik soal
ekonomi maupun sosial, maka ada beberapa barang dan jasa yang tidak dikenakan PPN, sehingga tidak termasuk
dalam objek PPN.

• Berdasarkan UU PPN dan PPnBM Pasal 4 Ayat (1), kategori yang termasuk objek PPN antara lain:
1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
2. Impor BKP.
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP.
7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP.
8. Ekspor JKP oleh PKP.
Barang atau Jasa yang Tidak Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai (PPN):

 Barang hasil pertambangan atau pengeboran (minyak mentah, asbes, batu bara,
gas bumi, dan lain-lain).
 Barang Kebutuhan Pokok (beras, jagung, susu, daging, kedelai, sayuran, dan
lainnya).
 Makanan dan minuman yang disajikan di rumah makan atau restoran.
 Uang, emas batangan, dan surat-surat berharga
 Jasa pelayanan medis, pelayanan sosial, jasa keuangan, asuransi,
pendidikan dan sebagainya.
Pengertian Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

• Pajak Penjualan atas Barang Mewah adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi
BKP yang tergolong mewah di dalam daerah pabean.
• Dasar hukum PPnBM adalah Undang-Undang (UU) Nomor 8 Tahun 1983
tentang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah
(PPnBM). UU Nomor 8 Tahun 1983 ini juga dikenal dengan nama UU PPN.
Dasar hukum PPN dan PPnBM selalu berjalan beriringan sebab PPnBM tidak
mungkin dikenakan tanpa adanya pengenaan PPN. Artinya, ketika konsumen
membeli suatu Barang Kena Pajak (BKP) yang tergolong mewah, konsumen
dikenakan PPN dan PPnBM.
• Dalam perjalanannya, UU Nomor 8 Tahun 1983 mengalami perubahan hingga
akhirnya menjadi UU Nomor 42 Tahun 2009, yang juga disebut UU PPN.
Perubahan terakhir ini tetap merupakan dasar hukum PPnBM.
Subjek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

Subjek pajak PPnBM dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu:

a. Pengusaha Kena Pajak:

1. Pengusaha Kena Pajak yang meliputi pabrikan/produsen.


2. Pengusaha real estate, importir, indentor.
3. Pengusaha bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan.
4. Pemegang hak paten dan merk dagang.
5. Kontraktor / sub kontraktor bangunan.

b. Pengusaha yang memilih menjadi PKP

Meliputi eksportir dan pedagang yang menyerahkan BKP kepada PKP


Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPnBM)

• Objek PPnBM:
1. Penyerahan Barang Kena Pijak yang tergolong mewah yang dilakukan oleh pengusaha
yang menghasilkan barang tersebut di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya.
2. Impor Barang Kena Pajak yang tergolong mewah
• DPP PPnBMP
PnBM dikenakan hanya 1 (satu) kali pada waktu penyerahan Barang Kena Pajak yang
tergolong mewah oleh pengusaha yang menghasilkan atau pada waktu impor Barang Kena
Pajak yang tergolong mewah.

Anda mungkin juga menyukai