Anda di halaman 1dari 4

NAMA : ROSITA AZZAHRA

NIM : A031211075

RMK
PPN dan PPnBM

Perkembangan Dasar Hukum Pajak Pertambahan Nilai Indonesia

Undang-undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang lebih dikenal dengan nama UU Pajak Pertambahan Nilai 1984 merupakan salah satu produk
referensi system perpajakan nasional (tax reform) 1983. Sebagai pengganti UU nomot 19 Tahun 1951 Drt.jo UU
Nomor 35 Tahun 1953 entang pajak penjualan, UU PPN 1984 ini mulai berlaku pada tanggal 1 April 1985.

Dalam kurun waktu 15 tahun sejak muali berlaku, Undang-undang ini mengalami dua kali perubahan. Perubahan
yang pertama dilakukan dengan Undang-undang Nomor 11 Tahun 194 yang muali berlaku pada tanggal 1 januari
1995, sedangkan perubahan yang kedua dilakukan dengan Undang-Undang nomor 11 tahun 1994 yang muali
berlaku pada tanggal 1 januari 1995, sedangkan perubahan yang kedua dilakukan dengan Undang-undang Nomor
18 Tahun 2000 yang mulai berlaku sejak tanggal 1 januari 2001.

Karakteristik pajak pertambahan nilai

1. Pajak Pertambahan Nilai merupakan Pajak Tidak Langsung


2. Pajak Objektif

Tipe Pajak Pertambahan Nilai

1. Consumption Type VAT


2. Net Income Type VAT
3. Gross Product Type VAT

Pencatatan Dan Pebukuan Dalam Pajak Pertambahan Nilai

Pencatatan yang Wajib Diselenggarakan Oleh PKP :

1. Kuantum Barang Kena Pajak Yang diserahkan


2. Harga Perolehan Barang/Jasa Kena Pajak dan Pajak Masukan
3. Harga Jual/Penggantian dan Pajak keluaran yang dikenakan
4. Penyerahan yang terutang PPN 11%
5. Penyerahan yang terutang PPN 0%
6. Penyerahan yag tidak terutang PPN
7. Penyerahan yang terutang PPnBM

Barang Keena Pajak tidak berwujud :

1) Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta di bidang kesusastraan, kesenian atau karya ilmiah, paten,
desain atau model, rencana, formula atau proses rahasia,merek dagang, atau bentuk hak kekayaan
intelektual/ industrial atau hak serupa lainnya.

2) Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/ perlengkapan industrial, komersial, atau ilmiah.

3) Pemberian pengetahuan atau informasi di bidang ilmiah, teknikal, industrial, atau komersial.

4) pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak menggunakan hak-
hak tersebut pada huruf a, penggunaan atau hak menggunakan peralatan/ perlengkapan tersebut pada huruf
b, atau pemberian pengetahuan atau informasi tersebut pada huruf c, berupa:

5) penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, yang disalurkan kepada
masyaraka tmelalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang seupa;
6) penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau keduanya, untuk siaran televisi
atau radio yang disiarkan/ dipancarkan melalui satelit, kabel, serat optik, atau teknologi yang serupa;

7) penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spektrum radio komunikasi;

8) Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture films), film atau pita video untuk
siaran televisi, atau pita suara untuk siaran radio.

9) Pelepasan seluruhnya atau sebagaian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan
intelektual/ industrial atau hak-hak lainnya sebagaimana tersebut di atas.

Jasa Kena Pajak (JKP) :

Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang
menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan
untuk menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesanan.

Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.

Pengusaha Kena Pajak (PKP) :

1) Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang melakukan usaha perdagangan,
memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa termasuk mengekspor
jasa, atau memanfaatkan jasadari luar Daerah Pabean.

2) Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/ atau
penyerahan Jasa Kena Pajak yang dikenai paja berdasarkan Undang-Undang PPN 1984.

Objek Pajak Pertambahan Nilai

PPN dikenakan atas:

a. Penyerahan BKP di dalam daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-syaratnya adalah:

• Barang berwujud yang diserahkan merupakan BKP

• Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan BKP yang tidak berwujud

• Penyerahan dilakukan di daerah Pabean

• Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha

b. Impor BKP

c. Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha. Syarat-syaratnya adalah sebagai
berikut.

• Jasa yang diserahkan merupakan JKP

• Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean

• Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaanya

d. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dan dari luar Daerah Pabean di dalam daerah Pabean

e. Pemanfaatan JKP dari luar daerah Pabean

f. Ekspor BKP berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

g. Ekspor BK tidak Berwujud oleh pengusaha kena pajak


h. Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidaka dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi
atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau pihak lain.

i. Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semual tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali
atas penyerahan aktiva yang pajak Masukanya tidak dapat dikreditkan.

Pajak Penjualan Atas Barang Mewah (PPnBM)

Maka atas penyerahan BKP yang tergolong Mewah oleh produsen atau impor BKP yang tergolong mewah,
disamping dikenakan Pajak Pertambhan Nilai (PPN) juga dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (PPn
BM).Batasan suatu termasuk BKP yang tergolong mewah adalah:

a. Barang tersebut bukan merupakan barang kebutuhan pokok

b. Barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat tertentuu

c. Pada umumnya barang tersebut dikonsumsi oleh masyarakat yang berpenghasilan tinggi

d. Barang tersebut untuk menunjukan status

PPn BM dikenakan atas:

a. Penyerahan BKPyang tergolong barang mewah yang dilakukan oleh pengusaha yang berpenghasilan BKP
yang tergolong mewah tersebut di dalam daerah PAbean dalam kegiatan usaha atau pekerjaanya

b. Impor BKP yang tergolong mewah

Karaktreristik PPnBM

Dari Pasal 5 dan Pasal 10 UU PPN 1984 diketahui karakteristik (PPnBM) sebagai berikut:

a. PPnBM merupakan pungutan tambahan di smping PPN;

b. PPnBM hanya dikenakan satu kali yaitu pada saat impor, atau penyerahan di dalam Daerah Pabean BKP
yang tergolong Mewah oleh pabrikan yang menghasilkannya;

c. PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM. Namun, Pengusaha Kena Pajak yang mengekspor
BKP Yang Tergolong Mewah dapat meminta kembali PPnBM yang telah dibayar pada waktu perolehan BKP
Yang Tergolong Mewah yang dieskpor tersebut.

Berdasarkan ketentuan tersebut, pada dasarnya PPnBM hanya dikenakan satu kali yaitu pada mata rantai jalur
distribusi yang disebut dalam Pasal 5 UU PPN 1984.

Tujuan Pengenaan PPnBM di Samping PPN

Dalam memori penjelasan Pasal 5 UU PPN 1984 ditegaskan bahwa tujuan mengenakan PPnBM di samping PPN
adalah:

a. Untuk memperoleh keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dengan
konsumen yang berpenghasilan tinggi;

b. Untuk mengendalikan pola konsumsi BKP Yang Tergolong Mewah;

c. Melindungi produsen kecil atau tradisional;

d. Untuk mengemankan penerimaan negara.

3. Tarif PPnBM

Berdasarkan Pasal 8 UU PPN 1984, tarif PPnBM adalah sebagai berikut:


a. Atas impor atau penyerahan “Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah” oleh Pabrikan BKP yang
terrgolong mewah tersebut, dikenakan PPnBM di samping PPN;

b. Tarif PPnBM yang semula berkisar antara 10% sampai dengan setinggi-tingginya 50% sejak 1 Januari 2001
diubah menjadi paling rendah 10% dan paling tinggi 75%. Kemudian, pada UU No. 42 Tahun 2009, tarif
PPnBM tertinggi ialah mencapai 200%.

c. Atas ekspor BKP yang Tergolong Mewah dikenakan PPnBM dengan tarif 0%.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai

Tariff PN yang berlaku saat ini adalah 11%. Sedangkan tariff PPN sebesar 0% diterapkan atas:

a. Ekspor BKP Berwujud

b. Ekspor BKP Tidak Berwujud

c. Ekspor JKP

Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah

Tarif penjualan atas barang mewah dapat diterapkan dalam beberapa kelompok tariff, yaitu tariff paling rendah
adalah 10% dan yang paling tinggi adalah 200%. Ketentuan mengenai tariff kelompok barang kena pajak yang
tergolong mewah yang dikenai Pajank Penjualan Atas Barang Mewah dengan peraturan pemerintah. Sedangkan
ketentuan mengenai jenis barang yang dikenai PPn BM siatur dengan peraturan menteri keuangan.

Cara Menghitung PPn

PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Cara Menghitung PPn BM

PPn BM = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif Pajak

Anda mungkin juga menyukai