Anda di halaman 1dari 3

NAMA : ROSITA AZZAHRA

NIM : A031211075

RMK

PPh Pasal 24

Pengertian

PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24) adalah peraturan yang mengatur hak wajib pajak untuk
memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak terhutang yang dimiliki
di Indonesia.

Jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka
bayar di luar negeri, asalkan nilai kredit pajak di luar negeri tidak melebihi hutang pajak yang ingin
dibayar di Indonesia. Pemanfaatan kredit pajak di luar negeri ini dimaksudkan agar wajib pajak tidak
terkena pajak ganda.

Penghasilan kena pajak yang digunakan untuk memotong hutang pajak Indonesia

1. Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan saham dan
surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda
bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak bergerak.
4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda keikutsertaan
dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan pertambangan.
7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap (BUT).

Persyaratan Administratif Pengkreditan Pajak Luar Negeri

Menyampaikan permohonan ke Kantor Pelayanan Pajak (KPP).

Permohonan kemudian dilaporkan bersamaan pada saat pelaporan SPT Tahunan dengan melampirkan
sejumlah dokumen yakni:

1. Laporan keuangan dari luar negeri.

2. Fotokopi SPT (Tax Return) yang dilaporkan di luar negeri.

3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.


Demi meringankan beban pajak penghasilan yang diperoleh di luar negeri, maka penghasilan yang
diterima di luar negeri bisa dikreditkan terhadap pajak terutang atas seluruh penghasilan wajib pajak
dalam negeri.

Mekanisme Pengkreditan PPh yang Dibayarkan di Luar Negeri

1. Pajak Penghasilan yang terutang di luar negeri dapat dikreditkan dengan PPh yang terutang di
Indonesia.

2. Pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun pajak
digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di Indonesia

3. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih rendah di
antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang dihitung menurut
perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh Penghasilan Kena Pajak, atau
maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena Pajak dalam hal di dalam
negeri mengalami kerugian (Penghasilan dari luar negeri lebih besar dari jumlah Penghasilan
Kena Pajak)

4. Apabila penghasilan dari luar negeri dari beberapa negara, maka penghitungan PPh pasal 24
dilakukan untuk masing-masing negara

5. Penghasilan Kena Pajak yang dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat 2) dan/atau penghasilan yang
dikenakan pajak tersendiri tidak dapat digabungkan dengan penghasilan lainnya, baik yang
diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri

6. Dalam hal jumlah PPh yang dibayarkan atau terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal 24 yang
dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun berikutnya, tidak
boleh dibebankan sebagai biaya, dan tidak dapat direstitusi

7. Dalam melaksanakan pengkreditan PPh luar negeri, wajib pajak wajib menyampaikan
permohonan ke KPP bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh, dilampiri dengan:

a. Laporan keuangan dari penghasilan yang berasal dari luar negeri,


b. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri,
c. Dokumen pembayaran PPh di luar negeri.

8. Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu penyampaian
lampiran-lampiran seperti yang disebutkan di atas karena alasan-alasan yang ada di luar
kekuasaan wajib pajak
9. Dalam hal terjadinya perubahan besaran penghasilan yang berasal dari luar negeri, wajib pajak
perlu bahkan wajib melakukan pembetulan SPT Tahunan yang bersangkutan dengan
melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan perubahan tersebut

10. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang bayar, maka atas kekurangan bayar
tersebut tidak akan dikenakan sanksi bunga

11. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas kelebihan tersebut dapat
dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak lainnya.

Koreksi PPh Pasal 24

Wajib pajak bisa melakukan koreksi sendiri dengan melakukan pembetulan atas SPT. Jika pembetulan
sudah dilakukan, maka bunga terutang atas pajak yang kurang dibayar tidak akan ditagih. Jika koreksi
yang terjadi menyebabkan penghasilan terutang luar negeri lebih kecil daripada yang dilaporkan dalam
SPT, maka akan menyebabkan laporan pajak luar negeri lebih bayar. Adanya koreksi ini mengakibatkan
PPh terutang di Indonesia juga menjadi lebih kecil. Akibatnya PPh kelebihan bayar. Kelebihan ini bisa
dikembalikan setelah dilakukan perhitungan dengan utang pajak yang lain.

Anda mungkin juga menyukai