PPH PASAL 24
Fakultas : FBIS
Program studi : Manajemen
Tatap Muka
06
Kode Matakuliah : 11211T1CA
Disusun oleh :
PAJAK PENGHASILAN PPH PASAL 24
PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24) adalah peraturan yang mengatur hak wajib
pajak untuk memanfaatkan kredit pajak mereka di luar negeri, untuk mengurangi nilai pajak
terhutang yang dimiliki di Indonesia. Sehingga, jumlah pajak yang harus dibayar di Indonesia
dapat dikurangi dengan jumlah pajak yang telah mereka bayar di luar negeri, asalkan nilai kredit
pajak di luar negeri tidak melebihi hutang pajak yang ingin dibayar di Indonesia. Pemanfaatan
kredit pajak di luar negeri ini dimaksudkan agar wajib pajak tidak terkena pajak ganda.
Ada beberapa situasi dimana seorang wajib pajak memiliki kewajiban untuk membayar
pajak, tidak hanya di Indonesia tetapi juga di luar negeri. Oleh karena itu, jenis pajak ini,
yaitu PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24), mungkin dapat berlaku untuk Anda.
Sumber penghasilan kena pajak yang dapat digunakan untuk memotong hutang pajak
Indonesia adalah sebagai berikut:
1. Pendapatan dari saham dan surat berharga lainnya, serta keuntungan dari pengalihan
saham dan surat berharga lainnya.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-
benda bergerak.
3. Penghasilan berupa sewa yang berkaitan dengan penggunaan harta-benda tidak
bergerak.
4. Penghasilan berupa imbalan yang berhubungan dengan jasa, pekerjaan, dan kegiatan.
5. Pendapatan dari Bentuk Usaha Tetap (BUT) di luar negeri.
6. Penghasilan dari pengalihan sebagian atau seluruh hak penambangan atau tanda
keikutsertaan dalam pembiayaan atau pemanfaatan di sebuah perusahaan
pertambangan.
7. Keuntungan dari pengalihan aset tetap.
8. Keuntungan dari pengalihan aset yang merupakan bagian dari suatu bentuk usaha tetap
(BUT).
Jika nilai pajak di luar negeri yang telah Anda gunakan sebagai kredit pajak di Indonesia,
telah berkurang atau dikembalikan kepada Anda, sehingga nilai kredit Anda kurang untuk
menutup pajak terhutang Anda di sini, maka Anda harus membayar jumlah terhutang
tersebut ke kantor pelayanan pajak Indonesia. Apabila penghasilan luar negeri mengalami
perubahan, maka wajib pajak diharuskan melakukan pembetulan SPT tahun pajak yang
bersangkutan
1. Pajak Penghasilan yang terutang di luar negeri dapat dikreditkan dengan PPh yang
terutang di Indonesia.
2. Pengkreditan PPh yang dibayar di luar negeri (PPh Pasal 24) dilakukan dalam tahun
pajak digabungkannya penghasilan dari luar negeri tersebut dengan penghasilan di
Indonesia
3. Jumlah PPh Pasal 24 yang dapat dikreditkan maksimum sebesar jumlah yang lebih
rendah di antara PPh yang dibayar atau terutang di Luar Negeri dan jumlah yang dihitung
menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan seluruh Penghasilan
Kena Pajak, atau maksimum sebesar PPh yang terutang atas seluruh Penghasilan Kena
Pajak dalam hal di dalam negeri mengalami kerugian (Penghasilan dari luar negeri lebih
besar dari jumlah Penghasilan Kena Pajak)
4. Apabila m=penghasilan dari luar negeri dari beberapa negara, maka penghitungan PPh
pasal 24 dilakukan untuk masing-masing negara
5. Penghasilan Kena Pajak yang dikenakan PPh Final (Pasal 4 ayat 2) dan/atau
penghasilan yang dikenakan pajak tersendiri tidak dapat digabungkan dengan
penghasilan lainnya, baik yang diperoleh dari dalam negeri maupun luar negeri
6. Dalam hal jumlah PPh yang dibayarkan atau terutang di luar negeri melebihi PPh Pasal
24 yang dapat dikreditkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan di tahun
berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya, dan tidak dapat direstitusi
7. Dalam melaksanakan pengkreditan PPh luar negeri, wajib pajak wajib menyampaikan
permohonan ke KPP bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan PPh, dilampiri
dengan:
8. Atas permohonan wajib pajak, Kepala KPP dapat memperpanjang jangka waktu
penyampaian lampiran-lampiran seperti yang disebutkan di atas karena alasan-alasan
yang ada di luar kekuasaan wajib pajak
9. Dalam hal terjadinya perubahan besaran penghasilan yang berasal dari luar negeri,
wajib pajak perlu bahkan wajib melakukan pembetulan SPT Tahunan yang
bersangkutan dengan melampirkan dokumen-dokumen yang berkenaan dengan
perubahan tersebut
10. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan PPh kurang bayar, maka atas kekurangan
bayar tersebut tidak akan dikenakan sanksi bunga
11. Jika pembetulan SPT tersebut menyebabkan lebih bayar, maka atas kelebihan tersebut
dapat dikembalikan kepada wajib pajak setelah diperhitungkan dengan utang pajak
lainnya.
• Laporan keuangan.
• Fotokopi surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan, dalam hal terdapat kewajiban
untuk menyampaikan surat pemberitahuan tahunan pajak penghasilan.
• Penghitungan atau rincian laba dalam 5 tahunan terakhir.
• Bukti pembayaran pajak penghasilan atau bukti pemotongan pajak penghasilan atas
dividen yang diterima.
Penyampaian penghitungan tersebut dilakukan bersamaan dengan penyampaian SPT Tahunan
PPh.
Dari perhitungan di atas, kredit pajak luar negeri yang diperbolehkan adalah sebesar
Rp40.000.000 atau sebesar PPh yang terutang atau dibayar di Luar Negeri. Jumlah ini diperoleh
dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh
yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.
Kredit pajak yang diperoleh (PPh pasal 24) adalah Rp150.000.000. Jumlah ini diperoleh dengan
membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh yang
terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan adalah
Rp75.000.000. Namun ingat, apabila wajib pajak hendak mengkreditkan PPh terutang yang
sudah dibayarkan pada pajak dalam negeri, terlebih dahulu Anda harus melapor kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan melaporkannya pada saat melapor SPT Tahunan.
Pelaporannya dilengkapi dengan tax return yang dilaporkan di luar negeri dan dokumen-
dokumen pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak di luar negeri.
Koreksi PPh Pasal 24
Adanya koreksi di luar negeri, yang menyebabkan pajak atas penghasilan terutang di
luar negeri dilaporkan lebih besar dalam SPT Tahunan, dan menyebabkan pajak di luar negeri
tertera kurang bayar, maka akan berakibat kemungkinan PPh yang di Indonesia menjadi kurang
bayar. Nah, untuk yang satu ini, wajib pajak bisa melakukan koreksi sendiri dengan melakukan
pembetulan atas SPT. Jika pembetulan sudah dilakukan, maka bunga terutang atas pajak yang
kurang dibayar tidak akan ditagih.
Jika koreksi yang terjadi menyebabkan penghasilan terutang luar negeri lebih kecil
daripada yang dilaporkan dalam SPT, maka akan menyebabkan laporan pajak luar negeri lebih
bayar. Adanya koreksi ini mengakibatkan PPh terutang di Indonesia juga menjadi lebih kecil.
Akibatnya PPh kelebihan bayar. Kelebihan ini bisa dikembalikan setelah dilakukan perhitungan
dengan utang pajak yang lain.
DAFTAR PUSTAKA