Katakanlah PT ABC tahun 2017 memperoleh pendapatan neto di dalam negeri sebesar Rp
25.000.000.000 dan dari luar negeri sebesar Rp 10.000.000.000. Asumsi pajak di luar negeri
sebesar 20%.
Namun ingat, apabila wajib pajak hendak mengkreditkan PPh terutang yang sudah
dibayarkan pada pajak dalam negeri, terlebih dahulu Anda harus melapor kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan melaporkannya pada saat melapor SPT Tahunan.
Pelaporannya dilengkapi dengan Tax Return yang dilaporkan di luar negeri dan dokumen-
dokumen pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak di luar negeri.
Penggabungan Penghasilan
Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan sebagai berikut:
Contoh kasus:
PT Mandiri menerima dan memperoleh penghasilan neto dari sumber luar negeri dalam tahun
2016 sebagai berikut:
1. Hasil usaha di negara Jerman dalam Tahun Pajak 2018 sebesar Rp700.000.000,00
2. Di negara Belanda, memperoleh dividen atas kepemilikan sahamnya di “ABC Com
sebesar Rpl.000.000.000,00 yaitu berasal dari keuntungan tahun 2012 yang ditetapkan
RUPS tahun 2014, dan baru dibayarkan tahun 2018.
3. Di negara Inggris, memperoleh dividen atas penyertaan saham sebanyak 75% di
“DEF Corp.” Sebesar Rp2.000.000.000,00. Saham tersebut tidak diperdagangkan di
bursa efek. Dividen tersebut berasal dari keuntungan saham 2017 yang berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan ditetapkan diperoleh tahun 2018.
4. Penghasilan berupa bunga semester Il tahun 2018 sebesar Rp500.000.000,.00 dari
Bangkok Bank di Thailand. Penghasilan tersebut baru akan diterima pada bulan April
2019
Penghasilan dari sumber luar negeri yang digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari
dalam negeri dalam Tahun Pajak 2018 adalah penghasilan pada angka 1, 2, dan 3 Sementara
itu, penghasilan pada angka 4 digabungkan dengan penghasilan PT Mandiri dari dalam negeri
dalam Tahun Pajak 2019.
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah di antara 3 unsur/perhitungan berikut ini
Contoh Kasus:
1. Penghasilan dari luar negeri Rp5.000.000.000,00, dengan tarif pajak sebesar 40%.
2. Penghasilan usaha di Indonesia Rp4.000.000.000,00.
Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah dari 3 unsur/perhitungan berikut
(Rp5.000.000.000,00:Rp9.000.000.000,00) x Rp2.250.000.000,00 =
Rpl.250.000.000,0
PPh terutang (menurut tarif Pasal 17) = Rp9.000.000.000,00 x 25% =
Rp2.250.000.000,00
Dengan demikian kredit pajak yang diperkenankan adalah pada poin 2 sebesar
Rp1.250.000.000,00.
Contoh Kasus:
Contoh Kasus:
Untuk negara A
(Rpl.000.000 000,00: Rp8.000,000.000,00)x Rp2.000.000.000,00 = Rp250.000.000.0
Untuk negara B
Di negara C
PT Fiskal menderita kerugian sebesar Rp. 2.000.000.000,00. Kerugian ini tidak dapat
dimasukkan dalam perhitungan penghasilan kena pajak. Kerugian ini juga tidak
Contoh Kasus:
PT Global Prima di Jakarta memperoleh penghasilan neto dalam tahun 2018 sebagai berikut :
SPT 2018
Pembetulan SPT
Terhadap PPh yang masih harus dibayar sebesar Rp. 50.000.000,00 tidak ditagih bunga.
soal 1
Menentukan Batas Maskimum Kredit Pajak
• PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri
dan luar negeri.
• Penghasilan neto dalam negeri Rp 3.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong
sebesar Rp 5.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 5.000.000.000.
• Pajak yang telah dibayar diluar negeri 40%.
• Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak
penghasilan yang harus dibayar di dalam negeri.
Soal 2
Batas Maksimum Kredit Pajak Untuk Setiap Negara
• PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri
dan luar negeri.
• Penghasilan neto dalam negeri Rp 60.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong
sebesar Rp 10.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 4.000.000.000.
• Pajak yang telah dibayar diluar negeri 30% untuk di Hongkong, 40% untuk Korea.
• Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak
penghasilan yang harus dibayar di dalam negeri.
Soal 3
Kredit Pajak Untuk Kerugian Usaha di Luar Negeri
• PT Maju di Bandung selama tahun 2013 memperoleh penghasilan dari dalam negeri
dan luar negeri.
• Penghasilan neto dalam negeri Rp 4.000.000.000 sedangkan yang di Hongkong
sebesar Rp 1.000.000.000, dan Korea sebesar Rp 3.000.000.000 serta di Jepang
mengalami kerugian sebesar Rp 2.000.000.000.
• Pajak yang telah dibayar diluar negeri 35% untuk di Hongkong, 20% untuk Korea.
Berapa PPh pasal 24 yang diperkenankan untuk dikreditkan dengan pajak penghasilan yang
harus dibayar.
J