Anda di halaman 1dari 11

PPh Pasal 24

WP dalam negeri terutang PPh atas seluruh penghasilan,


baik yg diperoleh di Indonesia maupun dari luar Indonesia
digabungkan (dari Indonesia + dari luar Indonesia).
Penghasilan yg diterima di luar negeri telah dikenakan
pajak di luar negeri
Untuk menghidari pajak berganda maka pajak luar negeri
dikurangkan (dikreditkan) thd PPh yg terutang atas
seluruh penghasilan.
Pasal 24 UU PPh mengatur ttg penghitungan besarnya PPh
yg dibayar di luar negeri yg dpt dikreditkan thd PPh yg
terutang atas seluruh penghasilan WP dalam negeri..
Pengkreditan pajak luar negeri terhadap PPh terutang
atas seluruh penghasilan dilakukan pd tahun saat
digabungkannya penghasilan tsb.

Indonesia menerapkan azas per country limitation.


Pengkreditan pajak luar negeri dilakukan secara
sendiri-sendiri untuk masing-masing negara.

Saat penggabungan penghasilan:


Penghasilan dari usaha dilakukan dlm tahun pajak saat
diperolehnya penghasilan tsb (accrual basis).
Contoh:
PT Sanjaya memperoleh dan menerima penghasilan
neto dari kegiatan usaha di Australia dalam tahun 2011
sebesar Rp 925.000.000,--
Penghasilan di Australia tsb. harus digabungkan dg
penghasilan dalam negeri pd tahun 2011.
Penghasilan lain misal: bunga, sewa, royalti,
hadiah, dilakukan dlm tahun pajak saat
diterimanya penghasilan tsb (cash basis).
Contoh:
PT Mitra memperoleh bunga dari Singapore
Bank untuk semester II tahun 2011 Rp
200.000.000,-- Bunga tsb baru akan diterima
bulan Pebruari 2012.
Penghasilan bunga dari Singapore Bank
tsb harus digabungkan dg penghasilan
dalam negeri pada tahun 2012.
Penghasilan berupa dividen dilakukan
penggabungan dg penghasilan dalam negeri
dalam tahun pajak saat perolehan tsb
ditetapkan sesuai Keputusan Menkeu.
Contoh:
PT Kencana memperoleh dividen atas
penyertaan saham pada Benelux Corp. yang
berasal dari keuntungan tahun 2010, yg
berdasarkan Keputusan Menkeu ditetapkan
diperoleh tahun 2011.
Penghasilan dividen tsb digabungkan dg
penghasilan dalam negeri tahun 2011.
Batas Maksimum Kredit Pajak
Luar Negeri (Batas MKPLN)

Batas maksimum kredit pajak diambil


berdasarkan angka yg terendah dari tiga
hasil perhitungan sbb.:
1. Jumlah pajak yg terutang/dibayar di luar
negeri.
2. Jumlah PPh terutang untuk seluruh PKP (jika
PKP < penghas. luar negeri).
3. (Penghas. LN : seluruh PKP) X PPh.
Contoh:

PT Pelangi memperoleh penghasilan neto dalam tahun


2011 sbb.:
1. Penghasilan di Singapura Rp 5.000.000.000,- dengan
tarif 30%
2. Penghasilan usaha di dalam negeri Rp 3.000.000.000,-

Jumlah penghasilan neto =


Rp 5.000.000.000,- + Rp 3.000.000.000,- = Rp
8.000.000.000,--

Berdasarkan data tersebut kemudian dihitung batas


maksimum kredit pajak luar negeri untuk negara ybs
pada suatu tahun pajak.
Batas MKPLN diambil dari hasil perhitungan yg
terendah sbb.:

1. PPh yg terutang di luar negeri =


30% X Rp 5.000.000.000,- = Rp 1.500.000.000
2. PPh terutang atas seluruh penghasilan =
25% X Rp 8.000.000.000 = Rp 2.000.000.000
3. 5.000.000.000
X 2.000.000.000 = 1.250.000.000
8.000.000.000

Hasil perhitungan yg terendah adalah 1.250.000.000,-- maka


kredit pajak yg diperkenankan adalah Rp 1.250.000.000,--
Penghitungan batas maksimum kredit
pajak luar negeri dilakukan secara sendiri-
sendiri untuk masing-masing negara (Per
Country Limitation) dan kerugian di luar
negeri tidak dihitung.
Contoh:
PT Bintang dalam tahun 2012
memperoleh
Laba/Rugi sbb.:
1. Di Argentina memperoleh penghas. (laba)
sebesar Rp 1.000.000.000,-- dengan tarif
35% (= Rp 350.000.000,--)
2. Di Brazil memperoleh laba Rp 3.000.000.000,--
dengan tarif pajak 20% (= Rp 600.000.000,--)
3. Di China menderita kerugian Rp 2.000.000.000,--
4. Penghasilan usaha di Indonesia Rp
4.000.000.000,--

Kredit pajak luar negeri dihitung sbb.:


1. Penghasilan luar negeri:
a. Laba di Argentina = Rp 1.000.000.000,--
b. Laba di Brazil = Rp 3.000.000.000,--
c. Rugi di China = Rp -
Jml. penghas luar neg. = Rp 4.000.000.000,--
5. Penghas. dlm neg. = Rp 4.000.000.000,--
6. Jml. Penghas. Neto = Rp 8.000.000.000,--
4. PPh terutang = 25% X Rp 8.000.000.000
= Rp 2.000.000.000
5. Batas kredit pajak masing-masing negara:
a. Untuk negara Argentina:
1) Pajak di Argentina = Rp 350.000.000,--
2) PPh terutang = Rp 2.000.000.000,--
3) (1.000.000.000 : 8.000.000.000) X
2.000.000.000=250.000.000

Batas maksimum pajak yg dpt dikreditkan


sebesar
Rp 250.000.000,-- (yg terkecil)
B. Untuk negara Brazil:
1) Pajak di Brazil Rp 600.000.000,--
2) PPh terutang Rp 2.000.000.000,--
3) (3.000.000.000 : 8.000.000.000) X 2.000.000.000 = Rp
750.000.000
Batas maksimum kredit pajak yg diperbolehkan
sebesar Rp 600.000.000,-- (yg terkecil)

C. Di negeri China PT Bintang menderita kerugian


shg tidak dpt dimasukkan dlm penghitungan
penghasilan kena pajak.

6. Jumlah kredit pajak luar negeri yg diperbolehkan


sebesar
Rp 250.000.000,-- + Rp 600.000.000,-- = Rp
850.000.000,--

Anda mungkin juga menyukai