Anda di halaman 1dari 7

Nama : Oktavian Evan Pabubung

NIM : A031211114
Kelas : Perpajakan II – B
PAJAK PENGHASILAN PASAL 24

A. Pengertian PPh Pasal 24


PPh Pasal 24 (Pajak Penghasilan Pasal 24) adalah salah satu jenis pelunasan PPh dalam
tahun berjalan yang merupakan pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri atas
penghasilan dari luar negeri yang diterima atau diperoleh WP dalam negeri boleh
dikreditkan terhadap total pajak yang terutang berdasarkan Undang-Undang PPh dalam
tahun pajak yang sama. Menurut ketentuan perpajakan, Wajib Pajak Dalam Negeri terutang
pajak atas penghasilan kena pajak yang berasal dari penghasilan yang diterima atau
diperoleh baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri (World Wide Income).

Penentuan Sumber Penghasilan


Dalam menentukan jumlah penghasilan yang dapat dilihat di luar atau terutang di luar
yang dapat dikreditkan, perlu dilihat dari sumber penghasilan sebagai berikut:
1. Penghasilan dari saham dan sekuritas lainnya, maka sumber penghasilan adalah
tempat badan yang menerbitkan saham atau sekuritas berkedudukan tersebut.
2. Penghasilan berupa bunga, royalti, dan sewa sehubungan dengan penggunaan harta
bergerak, maka sumber penghasilan adalah negara tempat pihak yang membaya
(atau dibebani bunga, royalti, atau penggunaan harta) tersebut berada atau
berkedudukan.
3. Penghasilan berupa sewa sehubungan dengan penggunaan harta tak bergerak, maka
sumber penghasilan adalah tempat harta tersebut terletak.
4. Penghasilan berupa ketidakseimbangan sehubungan dengan jasa, pekerjaan, dan
kegiatan, maka sumber penghasilan adalah negara tempat pihak yang membayar
(atau ketidakseimbangan dibebani) tersebut berada atau berkedudukan.
5. Penghasilan berupa bentuk usaha tetap, maka sumber penghasilan adalah tempat
usaha tersebut menjalankan usaha atau melakukan kegiatan.

B. Dasar Perhitungan PPh Pasal 24


Pembayaran pajak bukan hanya dilakukan di dalam negeri namun dilakukan juga di
luar negeri. Terkait dengan pajak penghasilan pasal 24 adalah mengatur hak wajib pajak
dalam memanfaatkan kredit pajak luar negeri untuk membantu mengurangi nilai pajak
terhutang yang dimiliki di Indonesia.
Tentunya pembayaran pajak yang harus dibayar di Indonesia dapat dikurangi jika
jumlah pajak yang telah wajib pajak bayar di luar negeri nilai kredit pajaknya tidak
melebihi hutang pajak di Indonesia.
Jika nilai pajak di luar negeri yang sudah Anda gunakan sebagai kredit pajak di
Indonesia, telah berkurang atau dikembalikan kepada Anda, sehingga nilai kredit Anda
kurang untuk menutup pajak terhutang Anda di Indonesia, maka Anda harus membayar
jumlah terhutang tersebut ke kantor pelayanan pajak Indonesia.
Untuk lebih memahami perhitungan PPh Pasal 24, berikut adalah beberapa ulasan contoh
soal perhitungan PPh Pasal 24:
a) Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri
PT Putra Jaya yang beralamat di Bandung memperoleh penghasilan neto pada tahun 2018
sebagai berikut:
▪ Penghasilan dari dalam negeri Rp500.000.000
▪ Penghasilan dari luar negeri Rp750.000.000
(tarif pajak yang berlaku adalah 20%)
Berikut ini penghitungan kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24):
1. Menghitung PKP
Penghasilan dari dalam negeri Rp 500.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 750.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp1.250.000.000
2. Menghitung Total PPh Terutang
Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) b × Penghasilan Kena Pajak
22% × Rp1.250.000.000 = Rp275.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
Penghasilan luar negeri
× Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 750.000.000
× Rp275.00.000 = Rp165.000.000
Rp 1.250.000.000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri
Tarif Pajak di luar negeri × Penghasilan luar negeri
20% × Rp750.000.000 = Rp150.000.000
Kredit pajak luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah Rp150.000.000 atau sebesar
PPh yang terutang atau dibayar di luar negeri. Jumlah ini diperoleh dengan membandingkan
penghitungan total PPh terutang, PPh maksimum dikreditkan sesuai perbandingan
penghasilan, dan PPh terutang atau dibayar di luar negeri. Kemudian, dipilih nilai terendah
di antara ketiganya.
Jurnal:
• Jurnal pada saat penerimaan penghasilan luar negeri
Kas Rp600.000.000
Pajak dibayar dimuka Rp150.000.000
Pendapatan dividen Rp750.000.000
• Jurnal pada saat penghitungan PPh akhir tahun
Beban Pajak Rp275.000.000
Utang Pajak Rp125.000.000
Pajak dibayar dimuka PPh Pasal 24 Rp150.000.000

b) Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Dalam Negeri


PT Selera Rakyat berkedudukan di Indonesia memperoleh penghasilan neto dalam tahun
2018 sebagai berikut:
Di Belanda memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp600.000.000 (tarif pajak
yang berlaku 30%). Di dalam negeri menderita kerugian sebesar Rp200.000.000. Hitunglah
PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2017?
1. Menghitung PKP
Penghasilan dari luar negeri Rp 600.000.000
Penghasilan dari dalam negeri Rp 200.000.000 (-)
Jumlah penghasilan neto Rp 400.000.000
2. Menghitung Total PPh Terutang
Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) b × Penghasilan Kena Pajak
22% × Rp400.000.000 = Rp88.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
Penghasilan luar negeri
× Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 600.000.000
× Rp 88.000.000 = Rp 132.000.000
Rp 400.000.000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri
Tarif Pajak di luar negeri × Penghasilan luar negeri
30% × Rp600.000.000 = Rp180.000.000

Kredit pajak yang diperoleh (PPh pasal 24) adalah Rp132.000.000. Jumlah ini diperoleh
dengan membandingkan penghitungan PPh maksimum yang boleh dikreditkan dengan PPh
yang terutang atau dibayar di Luar Negeri, kemudian pilih jumlah yang terendah.

c) Penghitungan PPh Pasal 24 Jika Terjadi Kerugian Usaha di Luar Negeri


PT Selaras Abadi pada tahun 2017 memperoleh penghasilan neto sebagai berikut:
Di Thailand memperoleh penghasilan berupa laba usaha sebesar Rp300.000.000 (tarif
pajak yang berlaku 40%). Di Jerman menderita kerugian sebesar Rp500.000.000 (tarif
pajak yang berlaku 25%). Di dalam negeri memperoleh laba usah sebesar Rp500.000.000
Hitunglah PPh Pasal 24 atau kredit pajak luar negeri dari PT Sinar Gemilang tahun 2018?
1. Menghitung PKP
Penghasilan dari dalam negeri Rp 300.000.000
Penghasilan dari luar negeri Rp 500.000.000 (+)
Jumlah penghasilan neto Rp 800.000.000
2. Menghitung Total PPh Terutang
Tarif PPh Pasal 17 ayat (1) b × Penghasilan Kena Pajak
25% × Rp800.000.000 = Rp200.000.000
3. Menghitung PPh Maksimum Dikreditkan sesuai Perbandingan Penghasilan
Penghasilan luar negeri
× Total PPh terutang
Penghasilan kena pajak
Rp 300.000.000
× Rp 200.000.000 = Rp 75.000.000
Rp 800.000.000
4. Menghitung PPh yang Dipotong atau Dibayar di Luar Negeri
Tarif Pajak di luar negeri × Penghasilan luar negeri
40% × Rp300.000.000 = Rp120.000.000
Dari perhitungan di atas dapat disimpulkan bahwa PPh pasal 24 yang dapat dikreditkan
adalahRp75.000.000.

C. Tarif PPh Pasal 24


WAJIB pajak dalam negeri yang terutang pajak atas penghasilan kena pajak yang
berasal dari seluruh penghasilan termasuk penghasilan yang diterima atau diperoleh dari
luar negeri, maka seluruh penghasilan di dalam negeri maupun dari luar negeri tersebut
harus digabungkan.
Penggabungan penghasilan yang berasal dari luar negeri dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut :
1. Penggabungan penghasilan dari usaha dilakukan dalam tahun pajak diperolehnya
penghasilan tersebut (accrual basis).
2. Untuk penghasilan lainnya, dilakukan dalam tahun pajak diterimanya penghasilan
tersebut (cash basis).
3. Penggabungan penghasilan berupa dividen yang diperoleh wajib pajak dalam
negeri dari penyertaan modal sekurang-kurangnya 50% dari jumlah saham disetor
atau secara bersama-sama denga wajib pajak dalam negeri lainnya sekurang-
kurangnya 50% dari jumlah saham disetor pada badan usaha di luar negeri yang
sahamya tidak diperdagangkan di bursa efek, dilakukan dalam tahun pajak di mana
dividen tersebut diperoleh. Penjelasan lebih lanjut tertuang dalam Peraturan
Menteri Keuangan No.256/PMK.03/2008.
4. Kerugian yang diderita di luar negeri tidak boleh digabungkan dalam menghitung
Penghasilan Kena Pajak di Indonesia.

Batas Maksimum Kredit Pajak


Batas maksimum kredit pajak diambil yang terendah di antara 3 unsur/perhitungan
berikut ini:
1. Jumlah pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri.
2. (Penghasilan Luar Negeri: Seluruh Penghasilan Kena Pajak) × PPh atas seluruh
yang dikenakan tarif pasal 17.
3. Jumlah pajak yang terutang untuk seluruh penghasilan kena pajak (dalam hal
penghasilan kena pajak adalah lebih kecil daripada penghasilan luar negeri).

D. Menghitung Pajak Terutang PPh Pasal 24


Berikut sedikit ilustrasi penghitungan PPh Pasal 24:
Katakanlah PT Fantech tahun 2019 memperoleh pendapatan neto di dalam negeri sebesar
Rp25.000.000.000 dan dari luar negeri sebesar Rp10.000.000.000. Asumsi pajak di luar
negeri sebesar 20%. Total penghasilan yang tercatat adalah sebesar Rp35.000.000.000
(Penghasilan dalam negeri + penghasilan luar negeri)
Total PPh Terutang:
25% × Rp 35.000.000.000 = Rp 8.750.000.000
PPh Maksimum yang dapat dikreditkan:
(Penghasilan Luar Negeri/Total Penghasilan) ×Total PPh Terutang
(Rp 10.000.000.000/Rp 35.000.000.000) × Rp 8.750.000.000=Rp 2.500.000.000
Jadi, PPh terutang yang sudah dibayarkan di luar negeri adalah sebesar Rp 2.500.000.000.
Nah, nominal ini yang akhirnya digunakan sebagai pengurang pajak dalam negeri.
Namun ingat, apabila wajib pajak hendak mengkreditkan PPh terutang yang sudah
dibayarkan pada pajak dalam negeri, terlebih dahulu Anda harus melapor kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak (KPP) dan melaporkannya pada saat melapor SPT Tahunan.
Pelaporannya dilengkapi dengan tax return yang dilaporkan di luar negeri dan dokumen-
dokumen pembayaran pajak yang dilakukan oleh wajib pajak di luar negeri.

Penghitungan Kredit Pajak Luar Negeri


Besarnya kredit pajak adalah sebesar pajak penghasilan yang dibayar atau terutang di
luar negeri tetapi tidak boleh melebihi penghitungan pajak yang terutang berdasarkan
Undang-undang ini. Untuk memberikan perlakuan pemajakan yang sama antara
penghasilan yang diterima atau diperoleh dari luar negeri dengan penghasilan yang diterima
atau diperoleh di Indonesia, maka besarnya pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri
dapat dikreditkan terhadap pajak yang terutang di Indonesia tetapi tidak boleh melebihi
besarnya pajak yang dihitung berdasarkan Undang-undang ini.

Permohonan Kredit Pajak Luar Negeri


Pajak yang terutang atau dibayar di luar negeri akan dapat dikreditkan, tetapi dengan
syarat Wajib Pajak menyampaikan surat permohonan kepada Direktur Jenderal Pajak
dengan dilampiri:
1. Laporan tentang penghasilan yang berasal dari luar negeri;
2. Fotokopi Surat Pemberitahuan Pajak yang disampaikan di luar negeri; dan
3. Dokumen pembayaran pajak di luar negeri.
Permohonan kredit pajak luar negeri tersebut harus disampaikan bersamaan dengan
penyampaian Surat Pemberitahuan (SPT) PPh Tahunan. Direktur Jenderal Pajak dapat
memperpanjang jangka waktu pengiriman lampiran-lampiran permintaan tersebut karena
alasan-alasan di luar kekuasaan wajib Pajak.

Ketentuan Kredit Pajak Luar Negeri


Berikut ini ketentuan tentang jumlah kredit pajak luar negeri diperbolehkan:
1. Pajak atas penghasilan yang terutang atau dibayar di luar negeri yang dapat dikreditkan
terhadap total PPh terutang di Indonesia hanya pajak yang langsung dikenakan atas
penghasilan yang diterima atau diperoleh Wajib Pajak dari luar negeri tersebut. Pajak
atas penghasilan yang terutang di luar negeri adalah atas penghasilan yang diperoleh
dari usaha atau pekerjaan di luar negeri, sedangkan yang dimaksud dengan pajak
penghasilan yang diperoleh di luar negeri adalah atas penghasilan dari modal dan
penghasilan lainnya di luar negeri, seperti bunga, dividen, royalti, sewa, dan
sebagainya.

2. Besarnya kredit pajak yang diperbolehkan adalah setinggi-tingginya sama dengan


jumlah pajak yang dibayar atau terutang di luar negeri, tetapi tidak boleh melebihi
jumlah yang dihitung menurut perbandingan antara penghasilan dari luar negeri dan
penghasilan Kena Pajak (PKP), atau setinggi-tingginya sama dengan pajak yang
terutang atas PKP jika PKP lebih kecil dari penghasilan luar negeri (menganut Metode
Pengkreditan Pajak Terbatas atau Ordinary credit Method).
Secara ringkas, besarnya kredit luar negeri diperbolehkan (PPh Pasal 24) adalah nilai
terendah di antara tiga penghitungan berikut ini:
a. Total PPh terutang.
b. Penghasilan neto luar negeri Penghasilan kena pajak x Total PPh terutang.
c. PPh yang terutang dibayar di luar negeri.
Catatan:
• Total PKP = Penghasilan dari dalam negeri dan dari luar negeri.
• Total PPh terutang = Tarif Pasal 17 × Jumlah PKP.
• Penghasilan yang terutang dan/atau dibayar di luar negeri
= Tarif pajak luar negeri × penghasilan di luar negeri.
• Besarnya PKP sebagai dasar penghitungan total PPh terutang tidak memasukkan
penghasilan-penghasilan yang PPh-nya bersifat final.
Jika jumlah PPh yang dibayarkan atau terutang di luar negeri melebihi jumlah kredit
pajak yang diperbolehkan, kelebihan tersebut tidak dapat diperhitungkan bersama
dengan PPh yang terutang tahun berikutnya, tidak boleh dibebankan sebagai biaya atau
pengurang penghasilan, dan tidak dapat dimintakan restitusi.

Anda mungkin juga menyukai