Anda di halaman 1dari 3

Kelompok 

1
1. Anggil Pratiwi (2020017117)
2. Anzela Yohanis (2020017169)
3.Antonius Rizky Noviandi (2020017074)
4. Eka FebyWulandari (2020017137)
5. Nadia Khasanah Septiani (2020017008)
6. Tifenia Ananda (2020017045)
7. Yogi Karuna Candra (2020017101)
8. Pebi Ariski (2018017070)

Topik Pajak PPNBM,objek pajak PPNBM, dan pengecualiannyaPPnBM (Pajak Penjualan Barang
Mewah)
Mengenal Subjek PPnBM
PPnBM merupakan pajak yang dikenakan pada barang yang digolongkan sebagai barang
mewah. Dasar Hukum PPnBM Penerapan pungutan PPnBM tentunya memiliki beberapa
ketentuan tertentu yang diharus dipatuhi. Ketentuan-ketentuan ini terdapat dalam :
 Undang-undang No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah
 UU No. 42 Tahun 2009 tentang PPN
Peraturan mengenai PPN dan PPnBM ada dalam undang-undang yang sama karena PPnBM
tidak dapat dikenakan sendiri tanpa pengenaan PPN. Hampir semua barang yang dikonsumsi
dikenakan PPN, sedangkan penyerahan PPnBM bersifat lebih spesifik yaitu pada saat
penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) yang masuk dalam kategori barang mewah oleh
Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang menghasilkan barang mewah/pada waktu impor. Jadi
dapat dikatakan bahwa PPnBM merupakan pungutan pelengkap atas pengenaan PPN.

Dasar Pertimbangan Pengenaan PPnBM


Atas penyerahan BKP yang tergolong mewah oleh produsen/impor BKP yang tergolong
mewah, di samping dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM dengan pertimbangan:

 Diperlukan adanya keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang


berpenghasilan rendah dan konsumen berpenghasilan tinggi.
 Diperlukan adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah.
 Diperlukan adanya perlindungan terhadap produsen kecil/tradisional.

Subjek PPnBM
Subjek PPnBM adalah PKP yang menghasilkan BKP tergolong mewah dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya, dan pengusaha yang mengimpor barang yang tergolong
mewah. Walaupun demikian karena PPn dan PPNBM merupakan pajak tidak langsung, maka
prinsipnya beban pajak dapat digeser kepada pihak lain.
Subjek pajak PPnBM dapat dibagi menjadi 2 kategori yaitu :
 Pengusaha Kena Pajak
PKP adalah pribadi/badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan
usaha/pekerjaannya menghasilkan BKP, mengimpor BKP, mengekspor BKP serta
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan BKP tidak berwujud dari luar daerah
pabean, melakukan usaha JKP/ memanfaatkan JKP dari luar daerah pabean.
Berikut ini beberapa contoh subjek PPnBM:
 Pengusaha Kena Pajak yang meliputi pabrikan/ produsen.
 Pengusaha real estate,importir, indentor
 Pengusaha bidang pertanian, peternakan, perikanan, kehutanan dan perkebunan.
 Pemegang hak paten dan merk dagang.
 Kontraktor/ sub kontraktor bangunan.
 Pengusaha yang memilih menjadi PKP
Meliputi eksportir dan pedagang yang menyerahkan BKP kepada PKP.

Objek PPnBM
Berdasarkan Pasal 5 ayat 1 Undang-undang No.42 tahun 2009, PPnBM dikenakan atas
Penyerahan BKP tergolong mewah yang diserahkan oleh pengusaha yang menghasilkan BKP
barang mewah. Dilakukan di dalam daerah pabean dan dilakukan dalam kegiatan
usaha/pekerjaan pengusaha
PPnBM dikenakan atas:
 Barang yang bukan merupakan kebutuhan pokok.
 Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu.
 Barang yang dikonsumsi untuk menunjukan status atau barang umumnya digunakan
oleh masyarakat berpenghasilkan tinggi.
 Pengecualian Objek PPnBM
Jenis barang yang tidak dikenakan PPnBM diantaranya :
 Barang hasil pertanian, hasil perkebunan dan hasil kehutanan yang dipetik langsung/
disadap langsung dari sumbernya.
 Barang hasil perburuan.
 Barang hasil pertambangan.
 Saham obligasi dan surat berharga.
Mekanisme Pengenaan PPnBM
Mekanisme pengenaan PPnBM sedikit berbeda dengan PPN. Mekanisme pemungutan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah dilakukan dengan faktur pajak sebagaimana diisyaratkan
dalam pemungutan PPN. Hanya saja, bagi PPnBM tidak dikenal istilah pajak masukan,
sehingga tidak dikenal sistem pengkreditan seperti dalam PPN.
Pengenaan tarif Barang Kena Pajak tergolong mewah digolongkan ke dalam beberapa
kategori sebagai berikut ini:
 Tarif 10% = Kendaraan umum kategori tertentu, alat rumah tangga, alat pendingin,
hunian mewah, televisi, dan minuman non-alkohol.
 Tarif 20% = Kendaraan bermotor kategori tertentu, alat fotografi, berbagai jenis
permadani, peralatan olahraga impor, dan barang
 Tarif 25% = Kendaraan bermotor berat dan berbahan bakar solar, misalnya combi,
pick up, dan minibus.
 Tarif 35% = Minuman bebas alkohol, bahan berbahan kulit impor, batu kristal, bus,
dan barang pecah belah

Anda mungkin juga menyukai