Anda di halaman 1dari 12

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau

jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen. Dalam bahasa Inggris, PPN disebut Value Added
Tax (VAT) atau Goods and Services Tax (GST). PPN termasuk jenis pajak tidak langsung, maksudnya pajak
tersebut disetor oleh pihak lain (pedagang) yang bukan penanggung pajak atau dengan kata lain, penanggung
pajak (konsumen akhir) tidak menyetorkan langsung pajak yang ia tanggung.

1. Pengertian
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang dan
jasa. Pajak Pertambahan Nilai (PPN) merupakan pajak tidak langsung atau pajak obejektif, artinya wajib pajak
tidak harus menanggung beban pajak.Dasar hukum utama yang digunakan untuk penerapan PPN di Indonesia
adalah Undang-Undang No. 8 Tahun 1983 berikut perubahannya, yaitu Undang-Undang No. 11 Tahun 1994,
Undang-Undang No. 18 Tahun 2000, dan Undang Undang No. 42 Tahun 2009.

2. Subjek Pajak
Berdasarkan ketentuan, semua barang dan jasa akan menjadi objek pajak. Pada proses jual beli properti PPN
akan dibebankan kepada pihak pembeli properti dan hanya dikenakan 1x (satu kali) saat membeli properti baru
baik dari pihak developer maupun perorangan. Properti yang dikenai PPN adalah properti dengan nilai transaksi
diatas Rp. 36 juta rupiah. Apabila pembelian properti dilakukan dari developer, untuk pembayaran dan
pelaporan dilakukan melalui pihakdeveloper. Apabila pembelian properti dilakukan dari perorangan, maka
pembayaran dilakukan sendiri oleh pihak pembeli setelah transaksi selesai dilakukan selambat lambatnya
tanggal 15 pada bulan berikutnya dan dilaporkan kepada kantor pajak setempat selambat lambatnya tanggal
20 pada bulan berikutnya. Nilai PPN dihitung 10% dari nilai transaksi jual beli yang terjadi.
3. Tata Cara Pembayaran
Nilai transaksi yang dikenai Pajak Pertambahan Nilai sesuai dengan peraturan pemerintah, saat ini properti yang
dikenai pajak adalah properti dengan nilai transaksi diatas Rp. 36 juta rupiah. Jadi, apabila Anda membeli tanah
atau rumah dengan harga kurang dari Rp. 36 juta rupiah, maka Anda akan bebas dari kewajiban membayar
Pajak Pertambahan Nilai (PPN).

Bagi pihak developer, perhitungan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) harus diperhatikan dengan benar, karena
akan berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan. Apabila developer memiliki sistem pembayaran pajak
yang kurang baik, maka besar kemungkinan akan terkena sanksi berupa denda yang dapat menyebabkan pailit
pada perusahaan. Menurut undang undang perpajakan, tarif yang dikenakan atas penjualan properti adalah 10
% secara umum dari harga jual, sedangkan kelompok hunian mewah seperti apartemen, town house dan

sejenisnya akan dikenakan tarif pajak sebesar 20% dari harga jual. Untuk developer yang membangun
perumahan dasar pengenaan pajaknya adalah sebesar 100 % dari harga jual rumah.
Sedangkan properti yang dihasilkan dari kegiatan membangun sendiri diatur dalam undang undang, Dasar
Pengenaan Pajak (DPP) adalah 40% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah. Properti membangun sendiri yang dikenakan
Pajak Pertambahan Nilai adalah bangunan yang diperuntuk-kan untuk tempat tinggal atau usaha dengan luas
bangunan 400 m2 atau lebih dan bersifat permanen.
Secara Umum rumus perhitungan Pajak Pertambahan Nilai adalah

PPN

Tarif x DPP

Dimana :

PPN = Pajak pertambahan nilai

Tarif = 10 % untuk harga jual umum, 0% untuk eksport. nilai ini bisa berubah-ubah sesuai kebijakan
pemerintah pada lokasi dan waktu perhitungan PPN.

DPP = dasar pengenaan pajak. besarnya juga bervariasi ada yang 100% nilai harga jual, ada juga yang
sekian persen dari harga penjualan. tergantung peraturan pemerintah sebagai penarik pajak.

Dari rumus tersebut maka kita perlu memantau peraturan pemerintah sehingga dapat menghitung PPN dengan
tepat. Untuk memudahkan penjelasan ini, maka kita uraikan DPP real estate dua jenis yaitu antara membangun
sendiri dan membangun untuk komersial.
Untuk beberapa jenis rumah atau bangunan ada yang dibebaskan dari Pajak Pertambahan Nilai, yaitu jenis
rumah sederhana atau rumah inti tumbuh (rumah tinggal utama) yang dibeli dengan sistem cash maupun kredit
dengan ketentuan sebagai berikut:
-

harga

jual

tidak

melebihi

Rp

55.000.000,-

(lima

puluh

lima

juta

rupiah)

- merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

Berikut ini adalah beberapa ilustrasi pembayaran Pajak Pertambahan Nilai

1. Properti membangun sendiri


A membangun rumah tinggal dengan biaya pengeluaran sebesar Rp. 200.000.000,-

Dasar Pengenaan Pajak yang berlaku adalah 40 %, maka perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya A adalah:

PPN

Tarif Pajak x DPP

DPP

40 % x Rp. 200.000.000,-

PPN

Rp. 80.000.000,-

10 % x Rp 80.000.000,-

Rp 8.000.000,-

Jadi, Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan oleh A sebesar Rp. 8.000.000,2. Properti membangun untuk kepentingan komersial
Developer X membangun perumahan sebanyak 100 unit dengan harga per rumah Rp. 500.000.000,Dengan Dasar Pengenaan Pajak Sebesar 100 %, maka perhitungan Pajak Pertambahan Nilainya developer X
adalah:

PPN

Tarif Pajak x DPP

DPP

100 % x Total Harga Jual Rumah

100 % x (100 x Rp. 500.000.000,-)

100 % x Rp 50.000.000.000,-

Rp 50.000.000.000,-

10 % x DPP

10 % x Rp 50.000.000.000,-

Rp. 5.000.000.000,-

PPN

Jadi, Pajak Pertambahan Nilai yang harus dibayarkan oleh developer X sebesar Rp. 5.000.000.000,-

B. Objek Pajak
1. Objek Pajak Pertambahan Nilai
a.

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

b.

impor Barang Kena Pajak;

c.

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;

d.

pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;

e.

pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean; atau

f.

ekspor Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.

2. Barang Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai


a.

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya;

b.

barang-barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak;

c.

makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya;

d.

uang, emas batangan, dan surat-surat berharga.

3. Jasa Kena Pajak yang tidak dikenakan Pajak Pertambahan Nilai


a.

jasa di bidang pelayanan kesehatan medik;

b.

jasa di bidang pelayanan sosial;

c.

jasa di bidang pengiriman surat dengan perangko;

d.

jasa di bidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan hak opsi;

e.

jasa di bidang keagamaan;

f.

jasa di bidang pendidikan;

g.

jasa di bidang kesenian dan hiburan yang telah dikenakan pajak tontonan;

h.

jasa di bidang penyiaran yang bukan bersifat iklan;

i.

jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air;

j.

jasa di bidang tenaga kerja;

k.

jasa di bidang perhotelan;

l.

jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum.

4. Objek Pajak Penjualan atas Barang Mewah


a.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh persen), adalah :

kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, dan pesawat penerima
siaran televisi;

b.

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga;

kelompok mesin pengatur suhu udara;

kelompok alat perekam atau reproduksi gambar, pesawat penerima siaran radio;

kelompok alat fotografi, alat sinematografi, dan perlengkapannya.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen), adalah:

kelompok alat rumah tangga, pesawat pendingin, pesawat pemanas, selain yang disebut pada
huruf a;

kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan
sejenisnya;

kelompok pesawat penerima siaran televisi dan antena serta reflektor antena, selain yang
disebut pada huruf a;

kelompok mesin pengatur suhu udara, mesin pencuci piring, mesin pengering, pesawat
elektromagnetik dan instrumen musik;

c.

kelompok wangi-wangian;

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh persen), adalah:

kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, kecuali untuk keperluan negara
atau angkutan umum;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a.

d.

Kelompok Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% (empat puluh persen), adalah :

kelompok minuman yang mengandung alkohol;

kelompok barang yang terbuat dari kulit atau kulit tiruan;

kelompok permadani yang terbuat dari sutra atau wool;

kelompok barang kaca dari kristal timbal dari jenis yang digunakan untuk meja, dapur, rias,
kantor, dekorasi dalam ruangan atau keperluan semacam itu;

kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari logam mulia atau dari
logam yang dilapisi logam mulia atau campuran daripadanya;

kelompok kapal atau kendaraan air lainnya, sampan dan kano, selain yang disebut pada huruf
c, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum;

kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa
tenaga penggerak;

kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara;

kelompok jenis alas kaki;

kelompok barang-barang perabot rumah tangga dan kantor;

kelompok barang-barang yang terbuat dari porselin, tanah lempung cina atau keramik;

Kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu selain batu jalan
atau batu tepi jalan.

e.

Kelompok Barang kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh persen), adalah:

kelompok permadani yang terbuat dari bulu hewan halus;

kelompok pesawat udara selain yang dimaksud pada huruf d, kecuali untuk keperluan negara
atau angkutan udara niaga;

kelompok peralatan dan perlengkapan olah raga selain yang disebut pada huruf a dan huruf c;

kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara.

f.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah selain kendaraan bermotor yang dikenakan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75% (tujuh puluh lima persen), adalah :

kelompok minuman yang mengandung alkohol selain yang disebut pada huruf d;

kelompok barang-barang yang sebagian atau seluruhnya terbuat dari batu mulia dan/atau
mutiara atau campuran daripadanya;

g.

kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 10% (sepuluh persen), adalah :

kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang sampai dengan 15 (lima belas)
orang termasuk pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi
diesel), dengan semua kapasitas isi silinder; dan

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi
(diesel/semi diesel) dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi
silinder sampai dengan 1500 cc.

h.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 20% (dua puluh persen), adalah :

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi
selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau dengan nyala kompresi
(diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2), dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc; dan

kendaraan bermotor dengan kabin ganda (Double cabin), dalam bentuk kendaraan bak terbuka
atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 (tiga) orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 1 (satu) gandar
penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan semua kapasitas
isi silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 (lima) ton.

i.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 30% (tiga puluh persen), adalah
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa:

kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel/semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1500 cc; dan

kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel/semi diesel), dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas
isi silinder sampai dengan 1500 cc.

j.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 40% (empat puluh persen), adalah
kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi, berupa :

kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api, dengan
sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc sampai
dengan 3000 cc;

kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain
sedan atau station wagon, dengan sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4) dengan kapasitas isi
silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 3000 cc; dan

kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel), berupa sedan
atau station wagon dan selain sedan atau station wagon, dengan sistem 2 (dua) gandar
penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1500 cc sampai dengan 2500 cc.

k.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% (lima puluh persen) adalah
semua jenis kendaraan khusus yang dibuat untuk golf.

l.

Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 60% (enam puluh persen), adalah:

kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan
500 cc; dan

kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan
kendaraan semacam itu.

m. Kelompok Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah yang berupa kendaraan bermotor yang
dikenakan Pajak Penjualan atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 75% (tujuh puluh lima persen),
adalah :

kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi,
dengan motor bakar cetus api, berupa sedan atau station wagon dan selain sedan atau station
wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 (dua) gandar
penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3000 cc;

kendaraan bermotor pengangkutan kurang dari 10 (sepuluh) orang termasuk pengemudi,


dengan motor bakar nyala kompresi (diesel/semi diesel) berupa sedan atau station wagon dan
selain sedan atau station wagon, dengan sistem 1 (satu) gandar penggerak (4x2) atau dengan
sistem 2 (dua) gandar penggerak (4x4), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2500 cc;

kendaraan bermotor beroda 2 (dua) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc;

trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.

n.

Kendaraan bermotor yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah:

kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah, kendaraan
pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum;

kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan;

kendaraan bermotor untuk pengangkutan 10 (sepuluh) orang atau lebih termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel/semi diesel), dengan semua kapasitas isi silinder,
yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI;

kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.

C. Tarif Pajak

1. Pajak Pertambahan Nilai


a.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen).

b.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak adalah 0% (nol persen).

c.

Dengan Peraturan Pemerintah, tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi
serendah-rendahnya 5% (lima persen) dan setinggi-tingginya 15% (lima belas persen).

2. Pajak Penjualan atas Barang Mewah

A.

a.

Tarif Pajak Penjualan Atas Barang Mewah adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling
tinggi 75% (tujuh puluh lima persen).

b.

Atas ekspor Barang Kena Pajak Yang Tergolong Mewah dikenakan pajak dengan tarif 0% (nol persen).

CARA MENGHITUNG PAJAK, TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
(PPN)
Cara Menghitung Pajak
Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang dihitung dengan cara
mengalikan tarif pajak dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

B.
1.

Tarif PPN
Tarif PPN
Diatur dalam Pasal 7 UU PPN 1984, antara lain:
a.
Tarif Pajak Pertambahan Nilai adalah 10% (sepuluh persen)
b. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (Nol Persen) diterapkan pada:
1)
Ekspor Barang Kena Pajak berwujud,
2)
Ekspor Barang Kena Pajak tidak berwujud, dan/atau
3)
Ekspor Jasa Kena Pajak.
c.
Tarif pajak sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diubah menjadi paling rendah 5% (lima persen) dan
paling tinggi 15% (lima belas persen) yang perubahan tarif nya diatur dengan Peraturan Pemerintah (PP)

C.

1.

Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


Dasar Pengenaan Pajak adalah jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau nilai lain yang
dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang.
Harga Jual
Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
karena penyerahan Barang kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2.

Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
pengusaha karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan
potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajakatau nilai berupa uang yang dibayar atau seharus nya
dibayar oleh penerima jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh penerima manfaat Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar daerah pabean didalam
daerah pabean.

3.

Nilai Impor
Nilai impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan
berdasarkan ketentuan dalam peraturan perUndang-Undanga an yang mengatur mengenail kepabeanan dan

cukai untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
Nilai Impor = Cost, Insurance, and Freight (CIF) + Bea Masuk + Bea Masuk Tambahan
4.

Nilai Ekspor
Nilai ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
eksportir.

5.

Nilai Lain.
Nilai laian adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai dasar pengenaan pajak. Ketentuan mengenai nilai
lain sebagai dasar pengenaan apajk diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan Nomor: 75/PMK.03/2010 tanggal
31 Maret 2010, ditetapkan sebagai berikut:
Pemakaian sendiri/pemberian Cuma-Cuma, DPP adalah harga jual/penggantian dikurangi laba kotor.
Penyerahan media rekaman suara atau gambar DPP adalah perkiraan Harga Jual rata-rata
Penyerahan film cerita, DPP adalah perkiraan hasil rata-rata perjudul film.
Penyerahan produk hasil tembakau, DPP adalah harga jual eceran.
BKP persediaanan/atau aktiva yang menurut semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran, DPP adalah harga pasar wajar.
Penyerahan BKP/JKP dari pusat kecabang atau sebaliknya dan penyerahan BKP/JKP antar cabang, DPP adalah
Harga Pokok Penjualan atau harga eceran.
Penyerahan BKP kepada pedagang perantara, DPP adalah harga yang disepakati antara pedagang perantara dan
pembeli.
Penyerahan BKP melalui juru lelang, DPP adalah harga lelang.
Jasa pengiriman paket, DPP adalah 10% dari tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.
Jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata, DPP adalah 10% dari tagihan atau yang seharus nya ditagih.
Pajak Masukan sehubungan dengan:
Penyerahan jasa yang dilakukan oleh pengusaha biro perjalanan dan pariwisata
Penyerahan jasa pengiriman paket.
Tidak dapat dikreditkan karena dalam PPN yang dibayar telah diperhitungkan dengan pajak masukan
atas perolehan BKP/JKP tersebut.

a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
h.
i.
j.

D.
1.

2.

Contoh Perhitungan PPN dan PPnBM


Mengatur cara menghitung Pajak Pertambahan Nilai yang terutang. Contoh perhitungan PPN dan PPnBM
Pengusaha Kena Pajak A menjual tunai Barang Kena Pajak dengan harga jual Rp. 25.000.000
PPN = 10% x Rp. 25.000.000
= Rp. 2.500.000
PPN Rp. 2.500.000 adalah pajak keluaran yang dipungut oleh PKP A atas penjualan BKP
Pengusaha Kena Pajak B melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan memperoleh penggantian Rp.
20.000.000
PPN = Rp. 10% x Rp. 20.000.000
= Rp. 2.000.000
PPN Rp. 2.000.000 adalah pajak keluaran yang dipungut PKP B atas penyerahan JKP.

3.

Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar pabean dengan nilai impor Rp. 15.000.000
PPN = 10% x Rp. 15.000.000
= Rp. 1.500.000
PPN Rp. 1.500.000 dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai

4.

Pengusaha Kena Pajak D melakukan ekspor Barang Kena Pajak dengan nilai ekspor Rp. 10.000.000
PPN = 0% x Rp. 15.000.000

= Rp. 0
PPN Rp. 0 adalah pajak keluaran
5.

6.

Pengusaha Kena Pajak A mengimpor Barang Kena Pajak dengan nilai impor Rp. 5.000.000 Barang Kena
Pajak tersebut, selain dikenakan Pajak Pertambahan Nilai, missalnya juga dikenakan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah dengan tarif 20% dengan demikian, perhituangan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan
atas Barang Mewah yang terutang atas impor Barang Kena Pajak tersebut adalah:
Dasar Pengenaan Pajak =Rp. 5.000.000
Pajak Pertambahan Nilai
10% x Rp. 5.000.000
=Rp. 500.000
PPnBM
=Rp. 5.000.000
20% x Rp.5.000.000
= Rp.1.000.000
Pengusaha Kena Pajak D menyerahkan Barang Kena Pajak secara Cuma-Cuma untuk membantu korban
bencana merapi Yogyakarta senilai Rp. 330.000.000 termasuk laba 10%. Berapa PPN yang terutang atas
penyerahan BKP tersebut:
DPP =

100
x harga jual termasuk laba
100 + %laba
100
110

x Rp. 330.000.000

= Rp. 300.000.000
PPN = 10% x Rp. 300.000.000
= Rp. 30.000.000
7.

PT. sentosa adalah PKP dengan bidang usaha pemborong bangunan telah selesai pembangunan sendiri satu unit
gedung seluas 400 M2 untuk rumah direksi, dengan biaya Rp. 183.000.000 termasuk PPN atas pembelian bahan
bangunan Rp. 13.000.000 hitung PPN yang terutang atas kegiatan ini?
Jawab.
DPP = Penggantian
PPN = 10% X ( Rp. 183.000.000 Rp. 13.000.000)
= 10% X Rp. 170.000.000
= Rp. 17.000.000

Anda mungkin juga menyukai