1. Jelaskan perbedaan mekanisme pemungutan PPN secara Umum dan secara Khusus (Pemungut
PPN), serta latar belakang Pemerintah menerapkan Pemunggut PPN?
Jawab:
Mekanisme khusus: Pembeli BKP/JKP berstatus Pemungut PPN (BUMN, kontraktor dan pemegang izin
kontrak kerja sama, bendaharawan pemerintah, dan Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara), PPN
yang terutang atas transaksi penyerahan BKP/JKP tidak dipungut oleh PKP Penjual, melainkan disetor
langsung ke kas negara oleh Pemungut PPN tersebut. Dengan demikian, Pemungut PPN hanya membayar
kepada PKP penjual sebesar harga jual, sedangkan PPN-nya (10%) disetor langsung ke kas negara. PPN
yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak Keluaran bagi PKP Penjual BKP/JKP,
yang sifatnya sebagai pajak yang harus dibayar (hutang pajak).
Mekanisme Umum: Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak
(BKP)/Jasa Kena Pajak (JKP) wajib memungut PPN dari pembeli/penerima BKP/JKP yang bersangkutan
sebesar 10% dari harga jual atau penggantian, dan membuat Faktur Pajak sebagai bukti pemungutannya.
2. Sebutkan pihak-pihak yang telah ditetapkan oleh Fiskus sebagai pemungut PPN, dan jelaskan
mekanisme pelaksanaan pemenuhan kewajiban PPN jika sesama Pemungut PPN melakukan
transaksi penyerahan BKP/JKP?
Jawab:
Pihak-pihak yang ditetapkan sebagai pemungut adalah Bendahara Pemerintah, Badan atau Instansi
Pemerintah.
3. Jelaskan mengapa Fiskus memberikan fasilitas PPN, kepada wajib pajak tertentu, serta tujuan
pemberian fasilitas tersebut.
Jawab:
Pada prinsip dasarnya UU PPN tahun 1984 menghendaki berlakunya asas equal treatment, yaitu
perlakuan yang sama terhadap wajib pajak dalam kondisi yang sama, sehingga tidak ada satu pasal pun
yang mengatur fasilitas di UU PPN tahun 1984. Dalam perkembangannya serta dalam rangka memenuhi
tuntutan pembangunan nasional, para pemilik modal baik dari dalam negeri maupun luar negeri banyak
yang menghendaki fasilitas di bidang PPN. Berdasarkan kenyataan tersebut maka ketika UU PPN
dilakukan perubahan pertama kali dengan UU nomor 11 tahun 1994, disisipkanlah pasal 16B yang
mengatur mengenai fasilitas pajak (PPN dan PPnBM).
Tujuan pemberian Fasilitas, dijelaskan dalam memori penjelasan pasal 16B UU PPN 1984, adalah untuk
memberikan fasilitas perpajakan yang benar-benar diperlukan terutama untuk berhasilnya sektor kegiatan
ekonomi yang berprioritas tinggi dalam skala nasional, mendorong perkembangan dunia usaha dan
meningkatkan daya saing, mendukung pertahanan nasional, serta memperlancar pembangunan nasional.
4. Jelaskan perbedaan antara fasilitas PPN tidak dipungut dan fasiltas PPN dibebaskan?, serta
berikan penjelasan perlakuan Pajak Masukannya?
Jawab:
PPN tidak dipunggut Kepres 96 tahun 1993 -> BKP untuk diolah lebih lanjut dari daerah pabean
ke EPTE, Kawasan berikat, termasuk antar Kawasan berikat dan EPTE.
Dibebaskan dari pengenaan PPN dan PPnBM Konvensi Wina tahun 1961 dan tahun 1963 jo UU
nomor 1 tahun 1982 -> Fasilitas korp diplomatic dan perwakilan organisasi internasional.
5. Jelaskan apa yang dimaksud dengan Kawasan bebas dan Pelabuhan bebas, Kawasan Berikat,
Serta Gudang Berikat, serta fasilitas yang di berikan oleh Fiscus?
Jawab:
Kawasan berikat merupakan bangunan, tempat atau kawasan dengan batas-batas yang telah ditentukan di
dalam wilayah Republik Indonesia (RI). Di dalam kawasan berikat ini diberlakukan aturan-aturan khusus
terkait kepabeanan. Aturan-aturan khusus dalam kawasan berikat ini diberlakukan atas barang yang
dimasukkan dari luar daerah pabean atau dari dalam daerah pabean lainnya. Gudang Berikat adalah
Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor, dapat disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan
berupa pengemasan/pengemasan kembali, penyortiran, penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan,
pemotongan, atas barang-barang tertentu dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali.
Kawasan bebas merupakan istilah yang mengacu pada kawasan perdagangan bebas yang ada dalam
wilayah hukum Indonesia. Kawasan bebas ini perlakuannya terpisah dari daerah pabean. Jadi, dalam
kawasan bebas tidak ada pengenaan bea masuk, Pajak Pertambahan Nilai (PPN), Pajak Penjualan atas
Barang Mewah (PPnBM) dan cukai. Pelabuhan bebas (Inggris: Free port) adalah pelabuhan yang
dibebaskan dari pengawasan pabean oleh pemerintah karena alasan-alasan khusus.
6. Jelaskan karakteristik barang kena pajak yang tergolong mewah, yang dikenakan PPnBM?
Jawab:
Barang-barang yang tergolong mewah dan dikenakan PPnBM adalah sebagai berikut:
Barang yang hanya dikonsumsi oleh masyarakat-masyarakat tertentu.
Barang yang dikonsumsi hanya oleh masyarakat yang memiliki penghasilan tinggi.
Untuk memperoleh keseimbangan pajak antara konsumen yang berpenghasilan rendah dengan
konsumen yang berpenghasilan tinggi.
Tarif PPnBM sebesar 10% diberlakukan untuk kelompok: Kendaraan bermotor untuk
pengangkutan 10 orang sampai dengan 15 orang termasuk pengemudi
Tarif PPnBM sebesar 20% diberlakukan untuk kelompok: Kendaraan bermotor untuk
pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain sedan atau station wagon
Tarif PPnBM sebesar 30%
Tarif PPnBM sebesar 40%
Tarif PPnBM sebesar 50%
Tarif PPnBM sebesar 60%
Tarif PPnBM sebesar 125%
Tarif PPnBM untuk kelompok non kendaraan bermotor diatur dalam PMK Nomor 35/PMK.010/2017
Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 20% diberlakukan pada:
Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan harga jual sebesar Rp 20 miliar atau
lebih.
Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 40% diberlakukan pada: Kelompok
balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa
tenaga penggerak.
Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 50%
Tarif PPnBM untuk non kendaraan bermotor sebesar 75%
10. Jelaskan perbedaan kriteria rumah (landed house) dan rumah susun yang dikenakan PPnBM
Jawab:
PPnBM yang termasuk kelompok tarif 20% merupakan hunian mewah seperti rumah mewah,
kondominuim, apartemen, town house, dan semacamnya. Berikut ini rinciannya:
Rumah dan town house dari jenis nonstrata title dengan harga jual senilai Rp20.000.000.000
hingga lebih.
Apartemen, town house dari jenis strata title, kondominium, dan sejenisnya dengan harga jual
sebesar Rp10.000.000.000 hingga lebih.