Anda di halaman 1dari 79

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Fahmi Roy Dalimunthe, SE., MM., Ak., CA., CPA., BKP


CONTENTS
Karakteristik PPN
Objek PPN

Subjek PPN

Tarif PPN
Saat danTempatTerutang

Dasar Pengenaan Pajak

OUTLINE Faktur Pajak

Restitusi
Pelaporan PPN

RestitusiTuris Asing
KARAKTERISTIK
PPN
Karakteristik PPN
Pajak atas konsumsi umum dalam
1
negeri

2
Pajak tidak langsung

Multi stage non komulatif


3

4
Pajak Obyektif
1 Pajak atas konsumsi umum dalam negeri

PPN

PPN bukan pajak atas PPN menganut


kegiatan bisnis destination principle

Pemikul beban pajak Pajak dikenakan di tempat


adalah konsumen tujuan barang atau jasa
akan dikonsumsi

Dalam hal menyangkut arus lintas batas,


tempat konsumsi/pemanfaatan merupakan
faktor dominan menimbulkan utang pajak
2 Pajak Tidak Langsung

NEGARA

BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Penerima Jasa
Jasa PPN

Penanggung Pemikul Beban


Jawab Pajak
3 Multi Stage non Komulatif
Contoh :
Siklus penyerahan
pakaian

10.000 14.000 16.000 17.000


Industri Industri Pedagang Pedagang K
Tekstil Garmen Besar Eceran o
n
PPN PPN PPN PPN s
1.000 1.400 1.600 1.700 u
m
1.000 1.400 1.600 e
400 200 100 n

Kas Kas Kas Kas


Negara Negara Negara Negara
4 Pajak Objektif
Timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan
oleh adanya objek pajak

Kondisi subjektif subjek pajak tidak relevan

Tidak memperhatikan azas keadilan


pemungutan pajak

Dampak regresif (kesenjangan beban pajak)

Untuk mengurangi regresivitas PPN, bagi konsumen


BKP Mewah dikenakan PPnBM di samping PPN
OBJEK
PPN
OBJEK PPN

 Umum

 Pasal 4  Yang dikenakan PPN


 Pasal 4A  Non BKP dan Non JKP
 Khusus

 Pasal 16 C  Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dilakukan


Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
 Pasal 16 D  Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh pengusaha kena pajak
OBJEK PPN UMUM
Pasal 4 ayat (1)

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


a
yang dilakukan oleh Pengusaha
b Impor Barang Kena Pajak

Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


c
yang dilakukan oleh Pengusaha
d Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
e Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
f Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

g Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak


OBJEK PPN KHUSUS
PASAL 16 C DAN PASAL 16 D

 PPN Atas Kegiatan Membangun Sendiri


 Penyerahan BKP berupa Aktiva yang Menurut
Tujuan Seluma Tidak untuk Diperjualbelikan
Pasal 16C UU PPN 1984 Pasal 16D UU PPN 1984
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
PASAL 16 C
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri
yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
{Pasal 16C UU PPN 1984}

KepMenKeu Nomor 554/KMK.04/2000 diubah dengan Nomor


320/KMK.03/2002 terakhir diubah dengan PerMenkeu No.
163/PMK.03/2012

Yang dimaksud dengan Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan


membangun bangunan yang yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
Bangunan adalah satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria :
a) konstruksi utamanya terdiri kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b) diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c) luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
PASAL 16 C

Atas kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN dengan tarif 10% dikalikan dengan Dasar
Pengenaan Pajak yaitu 20% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Saat terutangnya PPN atas kegiatan membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya
bangunan.

Tempat PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah ditempat bangunan tersebut
didirikan.
Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan sebesar sebesar 10% x 20% x jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya dan wajib disetor ke Kas Negara melalui
Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak.
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
tersebut kepada KPP yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut berada, dengan lembar
menggunakan lembar ke-3 SSP paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Kegiatan membangun sendiri yg dilakukan secara bertahap dianggap satu kesatuan kegiatan
sepanjang tenggang waktu antar tahapan tersebut tidak lebih dari 2 tahun.
PENYERAHAN AKTIVA YANG SEMULA TIDAK DIPERJUALBELIKAN
PASAL 16 D

PPN dikenakan atas :

Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak


untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak

kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan

Perolehan BKP/JKP yang tidak Perolehan dan pemeliharaan kendaraan


mempunyai hubungan langsung dengan bermotor sedan dan station wagon, kec brg
kegiatan usaha dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat (8) huruf b) (Pasal 9 ayat (8) huruf c)

PKP harus buat Faktur Pajak


OBJEK PAJAK Pasal 16 D

PPN dikenakan atas :

Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak

kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan

Perolehan BKP/JKP yang tidak Perolehan dan pemeliharaan kendaraan


mempunyai hubungan langsung dengan bermotor sedan dan station wagon, kec brg
kegiatan usaha dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat (8) huruf b) (Pasal 9 ayat (8) huruf c)

PKP harus buat Faktur Pajak


NON BKP
Pasal 4A ayat 2
Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN

Barang/Jasa

Non-BKP dan
BKP dan JKP
Non-JKP

Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut
NON BKP

Pasal 4A ayat (2)

1
barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil
langsung dari sumbernya

barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat


2 banyak

3 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah


makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering

4 uang, emas batangan, dan surat berharga


Granit
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya;

 minyak mentah (crude oil);


 gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
 panas bumi;
 asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar),
garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin,
leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan
kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap
(fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
 batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
 bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit.
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak;
 beras; gabah; jagung; sagu; kedelai;
 garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
 daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain,
dan/atau direbus;
 telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas;
 susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan
maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan
lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
 buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah
melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, digrading,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
 sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang
dicacah.
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,
meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi
di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering; dan

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan


pajak berganda karena sudah merupakan objek
pengenaan Pajak Daerah.
Non BKP
d. uang, emas batangan, dan surat
berharga
NON JKP
Pasal 4A ayat 3
Pasal 4A ayat (3)
NON JKP
k jasa tenaga kerja
a jasa pelayanan kesehatan medis
l jasa perhotelan
b Jasa pelayanan sosial
c m jasa jasa yang disediakan
Jasa pengiriman surat dengan
oleh pemerintah dalam
perangko
rangka menjalankan
d Jasa keuangan pemerintahan secara umum
e Jasa asuransi n jasa penyediaan tempat parkir
f Jasa keagamaan o jasa telepon umum dengan
g menggunakan uang logam
Jasa pendidikan p jasa pengiriman uang dengan
h wesel pos
Jasa kesenian & hiburan
q jasa boga atau katering
i Jasa penyiaran yang tidak bersifat
iklan
j jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri
Non JKP
jasa pelayanan kesehatan Pasal 4A ayat (3)

medis, meliputi:
 jasa dokter umum, dokter
spesialis, dan dokter gigi;
 jasa dokter hewan;
 jasa ahli kesehatan seperti ahli
akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan
ahli fisioterapi;
 jasa kebidanan dan dukun bayi;
 jasa paramedis dan perawat;
 jasa rumah sakit, rumah bersalin,
klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium;
 jasa psikolog dan psikiater; dan
 jasa pengobatan alternatif,
termasuk yang dilakukan oleh
paranormal.
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa pelayanan sosial; meliputi:


 jasa pelayanan panti asuhan dan
panti jompo;
 jasa pemadam kebakaran;
 jasa pemberian pertolongan
pada kecelakaan;
 jasa lembaga rehabilitasi;
 jasa penyediaan rumah duka
atau jasa pemakaman, termasuk
krematorium; dan
 jasa di bidang olahraga kecuali
yang bersifat komersial.

30
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa pengiriman surat dengan
perangko
Jasa pengiriman surat dengan
perangko meliputi jasa pengiriman
surat dengan menggunakan
perangko tempel dan
menggunakan cara lain pengganti
perangko tempel
Non JKP Non JKP
jasa keuangan, meliputi : Pasal 4A ayat (3)

 jasa menghimpun dana dari masyarakat


berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu;
 jasa menempatkan dana, meminjam dana,
atau meminjamkan dana kepada pihak lain
dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk,
cek, atau sarana lainnya;
 jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, berupa :
 sewa guna usaha dengan hak opsi;
 anjak piutang;
 usaha kartu kredit; dan/atau
 pembiayaan konsumen;
 jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum
gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
 jasa penjaminan.

32
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa asuransi
o Yang dimaksud dengan "jasa
asuransi" adalah jasa pertanggungan
yang meliputi asuransi kerugian,
asuransi jiwa, dan reasuransi, yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis asuransi,
o tidak termasuk jasa penunjang
asuransi seperti agen asuransi, penilai
kerugian asuransi, dan konsultan
asuransi

33
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa keagamaan, meliputi:
o jasa pelayanan rumah ibadah;
o jasa pemberian khotbah atau
dakwah;
o jasa penyelenggaraan kegiatan
keagamaan; dan
o jasa lainnya di bidang keagamaan.

34
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa pendidikan, meliputi:
o jasa penyelenggaraan
pendidikan sekolah, seperti
jasa penyelenggaraan
pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan luar
biasa, pendidikan kedinasan,
pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional; dan
o jasa penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah

35
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa kesenian dan hiburan


Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan
oleh pekerja seni dan hiburan
Non JKP Non JKP
jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan Pasal 4A ayat (3)

Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio
atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang
tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
udara luar negeri
Non JKP Non JKP
jasa tenaga kerja, meliputi: Pasal 4A ayat (3)

o jasa tenaga kerja;


o jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang
pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga
kerja tersebut; dan
o jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja

Cleaning service
jasa perhotelan, meliputi:
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

 jasa penyewaan kamar, termasuk


tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel,
serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang
menginap; dan
 jasa penyewaan ruangan untuk
kegiatan acara atau pertemuan di
hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel
Non JKP Non JKP
jasa yang disediakan oleh pemerintah Pasal 4A ayat (3)

dalam rangka menjalankan pemerintahan


secara umum.
antara lain pemberian Izin Mendirikan
Bangunan, pemberian Izin Usaha
Perdagangan, pemberian NPWP, dan
pembuatan KTP
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa penyediaan tempat parkir,
yang dilakukan oleh pemilik
tempat parkir dan/atau
pengusaha kepada pengguna
tempat parkir dengan dipungut
bayaran
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam


yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa pengiriman uang dengan wesel pos

44
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa boga atau katering

45
Syarat-syarat Penyerahan
BKP JKP
1. barang berwujud yang 1. jasa yang diserahkan merupakan
diserahkan merupakan Barang Jasa Kena Pajak;
Kena Pajak;
2. penyerahan dilakukan di dalam
2. barang tidak berwujud yang Daerah Pabean; dan
diserahkan merupakan Barang 3. penyerahan dilakukan dalam
Kena Pajak Tidak Berwujud; kegiatan usaha atau pekerjaannya.
3. penyerahan dilakukan di dalam
Daerah Pabean; dan
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf c
4. penyerahan dilakukan dalam
rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya. !
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf a
Syarat-syarat PenyeJrEahan

Yang diserahkan BKP/JKP K


u
m
u
Dilakukan di dalam Daerah
Pabean l
a
t
i
Dalam Kegiatan
Indonesia, Hal.29
Untung Sukardji, Pokok-Pokok PPN

Usaha/Pekerjaan PKP f
Syarat Penyerahan
BKP/JKP Dikenakan
PPN
Ada unsur Sesuai Kegiatan
Pengulangan sehari-hari PKP
PENYERAHAN
Penyerahan BKP Pasal 1A ayat (1)

1 Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian


2 Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
guna usaha (leasing)
3 Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau melalui Juru Lelang
4 Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma
5 BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
6 Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang
7 Penyerahan BKP secara Konsinyasi
8 Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yg dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yg penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yg membutuhkan BKP

49
Tidak Termasuk Penyerahan BKP Pasal 1A ayat (2)

1 Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud KUHD

2 Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

3 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau


antar cabang dlm hal PKP melakukan pemusatan
4 Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak
yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak
5 Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf a
1

Penyerahan hak atas BKP karena


suatu perjanjian

Jual beli

Tukar menukar

Jual beli dengan angsuran

Perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas BKP

51
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf b
2

Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau


perjanjian sewa guna usaha (leasing)

Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna
usaha (leasing)” adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian
sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi

Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena Pajak dianggap
diserahkan langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok (supplier) kepada pihak yang
membutuhkan barang (lessee).

52
SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
SE-129/PJ/2010

BKP berasal dari Pemasok BKP milik Lessor

BKP dianggap diserahkan dari


Pemasok ke Lessee Lessor melakukan 2 penyerahan:

Lessor melakukan jasa pembiayaan Jasa pembiayaan (non objek JKP)


(non objek JKP)
Penyerahan BKP
Pemasok membuat Faktur Pajak
kepada Lessee
Lessor membuat Faktur Pajak
kepada Lessee
DPP sebesar harga jual dr Pemasok
ke Lessee DPP sebesar harga jual dr Lessor ke
Lessee non bunga pembiayaan

53
TRANSAKSI SALE AND LEASEBACK
SE-129/PJ/2010

Dengan Hak Opsi Tanpa Hak Opsi

Penyerahan BKP dari Lessee ke


Lessor (sale) merupakan bukan Penyerahan BKP dari Lessee ke
Objek BKP Lessor (sale) merupakan Objek BKP

Penyerahan jasa pembiayaan dari


Penyerahan jasa pembiayaan dari Lessor Lessor ke Lessee (leaseback)
ke Lessee (leaseback) bukan Objek JKP
merupakan Objek JKP

54
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf c
3

Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau melalui Juru


Lelang

Penjelasan:
Yang dimaksud dengan “pedagang perantara” adalah orang pribadi atau badan
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan
perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan
mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner.

Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru lelang Pemerintah atau yang
ditunjuk oleh Pemerintah
55
Pasal 8 Penyerahan BKP melalui Juru Lelang

FP

Pemilik BKP Juru BKP Pembeli


(Pemenang
Barang Lelang Lelang)

Tidak ada FP

Bayar SSP

Diatur lebih
PP 1 tahun 2012 lanjut di PMK

56
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf d
4
Pemakaian sendiri dan/atau Pemberian cuma-cuma

Barang Kena Pajak


Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri” adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha sendiri,
pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma” adalah pemberian yang diberikan tanpa pembayaran baik
barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, seperti pemberian contoh barang untuk promosi
kepada relasi atau pembeli

KEP-87/PJ./2002 dan SE-04/PJ.51/2002 :


•Pemakaian sendiri terdiri dari pemakaian sendiri untuk tujuan produktif dan untuk tujuan bukan produktif.
•Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, dan tidak terutang
PPN.
•Pemakaian sendiri yang bukan untuk tujuan produktif dikenakan PPN.
•Atas pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak baik yang dilakukan secara tersendiri atau menyatu dengan
barang yang dijual serta atas pemberian cuma-cuma Jasa Kena Pajak terutang PPN dan harus diterbitkan
Faktur Pajak. 57
Pasal 5 Pemakaian Sendiri

Dilakukan Penyerahan:
pemungutan OUTPUT - Tidak Terutang PPN
PPN - Dibebaskan PPN
Produktif

Tidak
Dilakukan
Pemungutan Penyerahan Terutang PPN
Pemakaian OUTPUT
PPN PPN Tidak Dipungut
Sendiri BKP/JKP
(Terutang PPN) (Tidak Dibuat
Faktur Pajak)

Dilakukan
Konsumtif pemungutan
PPN

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk melakukan PP 1 tahun
penyerahan yang terutang PPN 2012
58
Pasal 5 Contoh Pemakaian Sendiri
Pabrikan Ban

OUTPUT
Tidak dilakukan
pemungutan PPN Penjualan
(Tidak Dibuat Faktur Pajak) Terutang Ban
PPN
Truk Pengangkut Ban

Unit Pemakaian Sendiri


Produksi Ban
Ban
OUTPUT
Dilakukan Jasa Angkutan
pemungutan PPN Umum
Tidak Terutang
Angkutan Umum PPN

59
Pasal 5 Skema Pemakaian Sendiri
BKP/JKP (PPN) BKP/JKP (PPN)

INPUT
INPUT
1
PEMAKAIAN SENDIRI OUTPUT
Divisi A Divisi B
3
2

PKP X

Tidak Terutang PPN


2 1 Tidak Dapat Dikreditkan
BKP/JKP Dibebaskan PPN

BKP/JKP Terutang PPN


2 1 Dapat Dikreditkan
BKP/JKP Tidak dipungut PPN

Tidak Terutang PPN


3 2 Dilakukan pemungutan PPN
BKP/JKP Dibebaskan PPN

BKP/JKP Terutang PPN Tidak dilakukan pemungutan PPN


3 BKP/JKP Tidak dipungut PPN 2 (Tidak Dibuat Faktur Pajak)

60
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
5 Pasal 1A ayat (1) huruf e

Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut


tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan

Penjelasan:
Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan, disamakan dengan pemakaian sendiri, sehingga
dianggap sebagai penyerahan BKP.

Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini adalah penyerahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1A ayat (2) huruf e yaitu :
(Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya
tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c)
61
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf f
6
Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang

Penjelasan :
Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang baik
sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan Barang Kena Pajak
antartempat tersebut merupakan penyerahan Barang Kena Pajak.

Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat tinggal atau tempat kedudukan.

Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran,
dan tempat kegiatan usaha sejenisnya

62
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
7
Pasal 1A ayat (1) huruf g

Penyerahan BKP secara


Konsinyasi

63
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
8 Pasal 1A ayat (1) huruf h

Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena
Pajak

Penjelasan:
Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli
sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan nasabah bank syariah
(Tuan B).
Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor
tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan
kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada
Tuan B

64
SKEMA MURABAHAH (Pasal 1A ayat (1) huruf h)

ARUS FISIK BRG


PENJUAL /
NASABAH
SUPPLIER

BANK
SYARIAH

Dengan mekanisme passthrough maka penyerahan BKP dianggap diserahkan langsung dari Supplier
ke Nasabah 65
SKEMA KREDIT PERBANKAN KONVENSIONAL

UANG
PENJUAL /
NASABAH
SUPPLIER
BARANG

BANK

 Bank hanya memberikan kredit (uang) pada nasabah untuk beli barang
 Bank tidak terlibat jual beli BKP
 Penyerahan BKP yang terutang PPN dilakukan langsung dari Supplier ke Nasabah
Bunga merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3) d)66
SKEMA PEMBIAYAAN SYARIAH

PENJUAL / ARUS FISIK BRG


NASABAH
SUPPLIER

BANK
SYARIAH

 Untuk memenuhi ketentuan syariah dlm memberikan pembiayaan syariah kepada nasabah, Bank
harus terlibat jual beli barang, tidak hanya memberikat uang (kredit) pada nasabah
 Bank membeli dari Supplier dan menjualnya pada Nasabah
 Terdapat dua transaksi penyerahan BKP yg terutang PPN, yaitu dari Supplier ke Bank Syariah dan
dari Bank Syariah ke Nasabah
Margin merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3) d)67
SUBJEK
PPN
PENGUSAHA
Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
Daerah Pabean
(Pasal 1 angka 14 UU PPN)

PENGUSAHA KENA PAJAK


Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang dikenai pajak
berdasarkan UU PPN
(Pasal 1 angka 15 UU PPN)

PENGUSAHA KECIL
Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP
dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(KepMenkeu No: 571/KMK.03/2003 diubah dengan PerMenkeu No.68/PMK.03/2010)
69
SUBJEK PAJAK PASAL 3A AYAT (1)
PENGUSAHA yang

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

ekspor Jasa Kena Pajak

wajib ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;


memungut ;
menyetorkan ; kecuali Pengusaha Kecil
melaporkan PPN dan PPn BM terutang yang batasannya ditetapkan Menkeu

Pengusaha Kecil dapat memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak


Ps.3A ayat (1a) 70
PENGUSAHA KECIL

Pengusaha Kecil dapat memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak


Ps.3A ayat (1a)

Batasan Pengusaha Kecil

Rp 600 juta >=


PMK 68/PMK.03/2010

2014
Rp4,8 miliar >=
PMK 197/PMK.03/2013

71
SUBYEK PAJAK PASAL 3A AYAT (3)

ORANG PRIBADI ATAU BADAN yang

memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
(Pasal 4 ayat (1) huruf d)

memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean


(Pasal 4 ayat (1) huruf e)

Bagi PKP Menyetor menggunakan SSP wajib


Melapor menggunakan SPT
Masa PPN
memungut ;
Bagi Non Menyetor menggunakan SSP
PKP Melapor menggunakan SSP menyetorkan ;
lembar ke-3
melaporkan PPN dan PPn BM terutang
PMK 40/PMK.03/2010

72
SUBJEK PAJAK

Pengusaha
Melakukan: Melakukan :
• Penyerahan BKP • Impor BKP
• Penyerahan JKP • Memanfaatkan BKP tidak
• Ekspor BKP Berwujud berwujud dari luar daerah Pabean
• Ekspor BKP Tidak • Memanfaatkan JKP dari luar
Berwujud daerah Pabean
• Ekspor JKP • Penyerahan 16C
• Penyerahan 16D

PKP PKP/NON
PKP
73
Pasal 2 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha
Omzet 1
tahun > 4,8
Melakukan: miliar
Wajib
• Penyerahan BKP
• Penyerahan JKP
• Ekspor BKP Berwujud PKP
• Ekspor BKP Tidak Dapat
Berwujud Omzet 1
Memilih
• Ekspor JKP tahun < 4,8
miliar

PMK Wajib
197/2013 memungut,
Bermaksud menyetor, dan
melakukan Dapat
melapor PPN
Memilih
penyerahan/ekspor terutang

Pengusaha yang sejak semula bermaksud melakukan penyerahan, dapat melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PP 1 Tahun
PKP 2012
74
Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP

Penyerahan Omzet > 4,8


miliar
Pra produksi

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL

Dapat lapor PKP


Ps 2 PP 1/2012
Dapat lapor PKP
PMK 197/2013

Wajib lapor PKP


p.l. akhir Juni
Tidak/Terlambat
PMK 197/2013 lapor PKP
Dapat dikenai sanksi

PMK 197/2013 jo
PP 74/2011

Pengusaha yang tidak/terlambat lapor untuk dikukuhkan sbg PKP, dapat dikenai sanksi sejak omzetnya melebihi PP 1 Tahun
Rp600 juta 2012
75
Pasal 3 Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

Bentuk kerja sama operasi = Badan (bentuk badan lainnya)


“Pasal 1 angka 13 UU PPN”

PT ABC

Penyerahan
atas nama JO
JO Pemilik Proyek
JO
Wajib PKP

PT DEF

PP 1 Tahun
JO wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO
2012
76
Pasal 3 Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

Penyerahan
atas nama PT X
PT X

Pemilik Proyek
JO

JO Tidak
Wajib PKP
PT Y

PP 1 Tahun
JO tidak wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal tidak melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO
2012

77
SENTRALISASI TIDAK ADA PENGUSAHA DESENTRALISASI
KECIL BAGI KANTOR CABANG

KPP
PT A Pengukuhan PKP PRATAMA Pengukuhan PKP Pt B
Pusat BOGOR Pusat

Omzet = Rp 2 milyar Total Omzet = Rp 2 milyar

KPP
PT A Pt B
PRATAMA Pengukuhan PKP
CAB. 1 CAB. 1
DEPOK

Omzet = Rp 590 juta

PT A KPP Pt B
CAB. 2 PRATAMA Pengukuhan PKP CAB. 2
SERANG

Omzet = Rp 420 juta


78
Latihan
• PT ABC bergerak dalam bidang perdagangan barang elektronik sejak 2
Januari 2010 terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Sunter.
Peredaran bruto selama tahun 2010 sbb
Bulan Peredaran Bruto Bulan Peredaran Bruto
Januari 100.000.000 Juli 75.000.000
Februari 175.000.000 Agustus 85.000.000
Maret 50.000.000 September 115.000.000
April 200.000.000 Oktober 105.000.000
Mei 150.000.000 Nopember 95.000.000
Juni 120.000.000 Desember 130.000.000
 Kapan paling lama PT ABC harus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak?
 Jika PT ABC tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
dan pada tanggal 31 Desember 2010 KPP Pratama Sunter mengukuhkan
PT ABC sebagai PKP secara jabatan berapa nilai SKP dan/STP yang harus
dibayar?

Anda mungkin juga menyukai