Objek PPN
Subjek PPN
Tarif PPN
Restitusi
Pelaporan PPN
Pajak Obyektif
4
1 Pajak atas konsumsi umum dalam negeri
PPN
NEGARA
BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Penerima Jasa
Jasa PPN
Umum
g Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
Atas kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN dengan tarif 10% dikalikan dengan Dasar
Pengenaan Pajak yaitu 20% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.
Saat terutangnya PPN atas kegiatan membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya
bangunan.
Tempat PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah ditempat bangunan tersebut
didirikan.
Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan sebesar sebesar 10% x 20% x jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya dan wajib disetor ke Kas Negara melalui
Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak.
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
tersebut kepada KPP yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut berada, dengan lembar
menggunakan lembar ke-3 SSP paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Kegiatan membangun sendiri yg dilakukan secara bertahap dianggap satu kesatuan kegiatan
sepanjang tenggang waktu antar tahapan tersebut tidak lebih dari 2 tahun.
PENYERAHAN AKTIVA YANG SEMULA TIDAK DIPERJUALBELIKAN
PASAL 16 D
kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak
kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan
Barang/Jasa
Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP
Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut
NON BKP
medis, meliputi:
⧫ jasa dokter umum, dokter
spesialis, dan dokter gigi;
⧫ jasa dokter hewan;
⧫ jasa ahli kesehatan seperti ahli
akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan
ahli fisioterapi;
⧫ jasa kebidanan dan dukun bayi;
⧫ jasa paramedis dan perawat;
⧫ jasa rumah sakit, rumah bersalin,
klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium;
⧫ jasa psikolog dan psikiater; dan
⧫ jasa pengobatan alternatif,
termasuk yang dilakukan oleh
paranormal.
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
31
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa pengiriman surat dengan
perangko
Jasa pengiriman surat dengan
perangko meliputi jasa pengiriman
surat dengan menggunakan
perangko tempel dan
menggunakan cara lain pengganti
perangko tempel
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa keuangan, meliputi :
jasa menghimpun dana dari masyarakat
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu;
jasa menempatkan dana, meminjam dana,
atau meminjamkan dana kepada pihak lain
dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk,
cek, atau sarana lainnya;
jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, berupa :
sewa guna usaha dengan hak opsi;
anjak piutang;
usaha kartu kredit; dan/atau
pembiayaan konsumen;
jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum
gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
jasa penjaminan.
33
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa asuransi
o Yang dimaksud dengan "jasa
asuransi" adalah jasa pertanggungan
yang meliputi asuransi kerugian,
asuransi jiwa, dan reasuransi, yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis asuransi,
o tidak termasuk jasa penunjang
asuransi seperti agen asuransi, penilai
kerugian asuransi, dan konsultan
asuransi
34
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa keagamaan, meliputi:
o jasa pelayanan rumah ibadah;
o jasa pemberian khotbah atau
dakwah;
o jasa penyelenggaraan kegiatan
keagamaan; dan
o jasa lainnya di bidang keagamaan.
35
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa pendidikan, meliputi:
o jasa penyelenggaraan
pendidikan sekolah, seperti
jasa penyelenggaraan
pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan luar
biasa, pendidikan kedinasan,
pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional; dan
o jasa penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah
36
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
udara luar negeri
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa tenaga kerja, meliputi:
o jasa tenaga kerja;
o jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang
pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga
kerja tersebut; dan
o jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja
Cleaning service
jasa perhotelan, meliputi:
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
45
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
46
Syarat-syarat Penyerahan
BKP JKP
1. barang berwujud yang 1. jasa yang diserahkan merupakan
diserahkan merupakan Barang Jasa Kena Pajak;
Kena Pajak;
2. penyerahan dilakukan di dalam
2. barang tidak berwujud yang Daerah Pabean; dan
diserahkan merupakan Barang 3. penyerahan dilakukan dalam
Kena Pajak Tidak Berwujud; kegiatan usaha atau pekerjaannya.
3. penyerahan dilakukan di dalam
Daerah Pabean; dan
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf c
4. penyerahan dilakukan dalam
rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya. !
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf a
OBJEK PPN
Syarat-syarat Penyerahan
Dalam Kegiatan
Usaha/Pekerjaan PKP f
Syarat Penyerahan
BKP/JKP Dikenakan
PPN
Ada unsur Sesuai Kegiatan
Pengulangan sehari-hari PKP
PENYERAHAN
Penyerahan BKP Pasal 1A ayat (1)
50
Tidak Termasuk Penyerahan BKP Pasal 1A ayat (2)
Jual beli
Tukar menukar
52
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf b
2
Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna
usaha (leasing)” adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian
sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi
Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena Pajak dianggap
diserahkan langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok (supplier) kepada pihak yang
membutuhkan barang (lessee).
53
SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
SE-129/PJ/2010
54
TRANSAKSI SALE AND LEASEBACK
SE-129/PJ/2010
55
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf c
3
Penjelasan:
Yang dimaksud dengan “pedagang perantara” adalah orang pribadi atau badan
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan
perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan
mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner.
Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru lelang Pemerintah atau yang
ditunjuk oleh Pemerintah
56
Pasal 8 Penyerahan BKP melalui Juru Lelang
FP
Tidak ada FP
Bayar SSP
Diatur lebih
PP 1 tahun 2012 lanjut di PMK
57
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf d
4
Pemakaian sendiri dan/atau Pemberian cuma-cuma
Dilakukan Penyerahan:
pemungutan OUTPUT - Tidak Terutang PPN
PPN - Dibebaskan PPN
Produktif
Tidak
Dilakukan
Pemungutan Penyerahan Terutang PPN
Pemakaian OUTPUT
PPN PPN Tidak Dipungut
Sendiri BKP/JKP
(Terutang PPN) (Tidak Dibuat
Faktur Pajak)
Dilakukan
Konsumtif pemungutan
PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk melakukan PP 1 tahun
penyerahan yang terutang PPN 2012
59
Pasal 5 Contoh Pemakaian Sendiri
Pabrikan Ban
OUTPUT
Tidak dilakukan
pemungutan PPN Penjualan
(Tidak Dibuat Faktur Pajak) Terutang Ban
PPN
Truk Pengangkut Ban
60
Pasal 5 Skema Pemakaian Sendiri
BKP/JKP (PPN) BKP/JKP (PPN)
INPUT
INPUT
1
PEMAKAIAN SENDIRI OUTPUT
Divisi A Divisi B
3
2
PKP X
61
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
5 Pasal 1A ayat (1) huruf e
Penjelasan:
Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan, disamakan dengan pemakaian sendiri, sehingga
dianggap sebagai penyerahan BKP.
Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini adalah penyerahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1A ayat (2) huruf e yaitu :
(Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya
tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c)
62
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf f
6
Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang
Penjelasan :
Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang baik
sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan Barang Kena Pajak
antartempat tersebut merupakan penyerahan Barang Kena Pajak.
Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat tinggal atau tempat kedudukan.
Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran,
dan tempat kegiatan usaha sejenisnya
63
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
7
Pasal 1A ayat (1) huruf g
64
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
8 Pasal 1A ayat (1) huruf h
Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena
Pajak
Penjelasan:
Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli
sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan nasabah bank syariah
(Tuan B).
Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor
tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan
kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada
Tuan B
65
SKEMA MURABAHAH (Pasal 1A ayat (1) huruf h)
BANK
SYARIAH
Dengan mekanisme passthrough maka penyerahan BKP dianggap diserahkan langsung dari Supplier
ke Nasabah 66
SKEMA KREDIT PERBANKAN KONVENSIONAL
UANG
PENJUAL /
NASABAH
SUPPLIER
BARANG
BANK
▪ Bank hanya memberikan kredit (uang) pada nasabah untuk beli barang
▪ Bank tidak terlibat jual beli BKP
▪ Penyerahan BKP yang terutang PPN dilakukan langsung dari Supplier ke Nasabah
▪Bunga merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
▪Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3) d)
67
SKEMA PEMBIAYAAN SYARIAH
BANK
SYARIAH
▪ Untuk memenuhi ketentuan syariah dlm memberikan pembiayaan syariah kepada nasabah, Bank
harus terlibat jual beli barang, tidak hanya memberikat uang (kredit) pada nasabah
▪ Bank membeli dari Supplier dan menjualnya pada Nasabah
▪ Terdapat dua transaksi penyerahan BKP yg terutang PPN, yaitu dari Supplier ke Bank Syariah dan
dari Bank Syariah ke Nasabah
▪Margin merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
▪Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3) d) 68
SUBJEK
PPN
PENGUSAHA
Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
Daerah Pabean
(Pasal 1 angka 14 UU PPN)
PENGUSAHA KECIL
Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP
dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(KepMenkeu No: 571/KMK.03/2003 diubah dengan PerMenkeu No.68/PMK.03/2010)
70
SUBJEK PAJAK PASAL 3A AYAT (1)
PENGUSAHA yang
2014
Rp4,8 miliar >=
PMK 197/PMK.03/2013
72
SUBYEK PAJAK PASAL 3A AYAT (3)
memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
(Pasal 4 ayat (1) huruf d)
73
SUBJEK PAJAK
Pengusaha
Melakukan: Melakukan :
• Penyerahan BKP • Impor BKP
• Penyerahan JKP • Memanfaatkan BKP tidak
• Ekspor BKP Berwujud berwujud dari luar daerah Pabean
• Ekspor BKP Tidak • Memanfaatkan JKP dari luar
Berwujud daerah Pabean
• Ekspor JKP • Penyerahan 16C
• Penyerahan 16D
PKP PKP/NON
PKP
74
Pasal 2 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha
Omzet 1
tahun > 4,8
Melakukan: miliar
Wajib
• Penyerahan BKP
• Penyerahan JKP
• Ekspor BKP Berwujud
• Ekspor BKP Tidak
PKP
Dapat
Berwujud Omzet 1 Memilih
• Ekspor JKP tahun < 4,8
miliar
PMK Wajib
197/2013 memungut,
Bermaksud menyetor, dan
melakukan Dapat
Memilih
melapor PPN
penyerahan/ekspor terutang
Pengusaha yang sejak semula bermaksud melakukan penyerahan, dapat melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PP 1 Tahun
PKP 2012
75
Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP
PMK 197/2013 jo
PP 74/2011
Pengusaha yang tidak/terlambat lapor untuk dikukuhkan sbg PKP, dapat dikenai sanksi sejak omzetnya melebihi PP 1 Tahun
Rp600 juta 2012
76
Pasal 3 Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)
PT ABC
Penyerahan
atas nama JO
JO Pemilik Proyek
JO
Wajib PKP
PT DEF
PP 1 Tahun
JO wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO
2012
77
Pasal 3 Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)
Penyerahan
atas nama PT X
PT X
Pemilik Proyek
JO
JO Tidak
Wajib PKP
PT Y
PP 1 Tahun
JO tidak wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal tidak melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO
2012
78
SENTRALISASI TIDAK ADA PENGUSAHA DESENTRALISASI
KECIL BAGI KANTOR CABANG
KPP
PT A Pengukuhan PKP PRATAMA Pengukuhan PKP Pt B
Pusat BOGOR Pusat
KPP
PT A Pt B
PRATAMA Pengukuhan PKP
CAB. 1 CAB. 1
DEPOK
PT A KPP Pt B
CAB. 2 PRATAMA Pengukuhan PKP CAB. 2
SERANG
1 Penyerahan BKP;
2 Impor BKP;
3 Penyerahan JKP;
4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean;
5 Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean;
6 Ekspor BKP Berwujud;
7 Ekspor BKP Tidak Berwujud; Accrual Basis
8 Ekspor JKP;
(2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP, atau dalam hal
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari
Luar daerah Pabean; saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran
Cash Basis
84
PP 1 - 2012 Saat Penyerahan Pasal 17
Saat Pembuatan
Saat Terutang Pajak Saat Penyerahan
Faktur Pajak
“Saat penyerahan yang merupakan dasar penentuan saat terutang PPN dan saat
pembuatan Faktur Pajak disinkronisasikan dengan praktik yang lazim terjadi dalam
kegiatan usaha yang tercermin dalam praktik pencatatan atau pembukuan berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum serta diterapkan secara konsisten oleh PKP”
“Penyerahan dianggap telah terjadi, apabila resiko dan manfaat kepemilikan barang
telah berpindah kepada pembeli dan jumlah pendapatan dari transaksi tersebut dapat
diukur dengan handal”
85
PP 1 - 2012 Saat Pembuatan Faktur Pajak
86
Saat Penyerahan BKP Bergerak
c. diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa Penjualan dengan syarat fob
angkutan; atau shipping point
87
Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak
1 PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada Tuan Igna
pada tanggal 15 Mei 2011.
88
Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak
12 Agustus
Penjual menerbitkan
Faktur Penjualan
13-16 Agustus
Barang keluar dari
gudang Penjual
Faktur Pajak
Barang diterima
Diterbitkan
Pembeli
89
LATIHAN
Terjadi perjanjian jual beli satu unit sepeda motor dengan harga
jual Rp. 6.000.000,00. Uang muka diterima tanggal 10 Juni 2010
Rp. 600.000,00, sedangkan sisanya diangsur sebanyak 6 kali @
Rp. 900.000. Penyerahan sepeda motor dilakukan tanggal 17
Juli 2010 bersamaan dengan Angsuran I sebesar Rp.
900.000,00. Kapankan saat terutang dan berapakan DPP nya ?
90
Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak
92
Contoh Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak
2 Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, rumah telah
diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Faktur
Pajak harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada
dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.
93
Saat Penyerahan BKP Tidak Berwujud
a. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Dalam hal
Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip
tidak diketahui
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan
secara konsisten
Pemberian cuma-cuma,
pemakaian sendiri, dan
penyerahan antarcabang
94
Saat Penyerahan BKP (Aktiva)
Saat Penyerahan untuk persediaan dan aktiva yang masih tersisa
pada saat pembubaran perusahaan?
95
Saat Penyerahan BKP (Restrukturisasi Usaha)
ATAU
a. Saat disepakati atau ditetapkan sesuai hasil
Penggabungan usaha
Rapat Umum Pemegang Saham yang
Peleburan usaha tertuang dalam perjanjian; atau
Pemekaran usaha
b. Saat ditandatanganinya akta oleh Notaris
Pemecahan usaha
Pengambilalihan usaha
Tidak memenuhi
Pasal 1A (2) UU PPN
96
Saat Penyerahan JKP
97
Contoh Saat Penyerahan JKP
1 PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan masa kontrak
selama 12 tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:
• PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tanggal 1 September 2011;
• Nilai kontrak sewa selama 12 tahun adalah Rp 120.000.000,00
• Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal 29 September
dengan pembayaran sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per tahun.
Pada tanggal 29 September 2011 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk
tahun pertama.
98
Saat Penyerahan - Pemanfaatan dari luar DP
Saat Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/ JKP dari luar Daerah Pabean
Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang
oleh pihak yang memanfaatkannya
Mana yang Saat harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
terjadi lebih penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang
dahulu menyerahkannya
Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau
seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya
Tidak Diketahui
99
Saat Penyerahan – Impor & Ekspor
Saat saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke
Impor BKP dalam Daerah Pabean PIB
100
TEMPAT PAJAK TERUTANG PASAL 12 UU PPN
melakukan penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean memanfaatkan Barang Kena
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean Pajak Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean
melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
ekspor Jasa Kena Pajak memanfaatkan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Pabean
TERUTANG DI
TERUTANG DI
Tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan;
atau Tempat lain yang diatur dengan Per Dirjen PKP OP dg tempat tinggal
kecuali pemusatan tdk sama dg tempat usaha
Dalam hal impor
dengan pemberitahuan Terutang di tempat kegiatan usaha,
secara tertulis dari PKP, sepanjang tdk ada usaha di tempat tinggal
DJP dapat menetapkan 1
tempat atau lebih sebagai
tempat pajak terutang Ditempat BKP dimasukkan dan dipungut melalui Bea dan Cukai
101
PASAL 18 PP 1 - 2012 Pemusatan PPN
PKP
Administrasi Penjualan
wajib terpusat pada
tempat pemusatan
102
FAKTUR PAJAK
103
DASAR HUKUM
UU KUP (Pasal 14 ayat (1))
UU PPN
PP 1 th. 2012
PMK-151/PMK.11/2013
104
Pengertian Faktur Pajak
Pasal 1 angka 23 UU No. 42 Tahun 2009
105
Jenis Faktur Pajak
FAKTUR PAJAK
Pasal 1 angka 23 UU
PPN dan PPnBM
Pasal 20
Faktur Pajak PKP Pedagang Eceran
PP 1 Tahun 2012
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (Ps.4 ayat (1) huruf c)
melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud (Ps.4 ayat (1) huruf f)
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (Ps.4 ayat (1) huruf g)
ekspor Jasa Kena Pajak (Ps.4 ayat (1) huruf h)
penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak (Ps.16 D)
kecuali atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan
sbgmn dimaksud Ps. 9 ayat (8) huruf b dan c
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), PKP dapat membuat 1
(satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP atau
penerima JKP yang sama selama 1 (satu) bulan kalender {Pasal 13 ayat (2) UU PPN}
108
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PASAL 13 AYAT (1a)
saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak
saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
111
PP 1/2012
1
Diterbitkan faktur penjualan
2 Saat mulai tersedia fasilitas atau kemudaan untuk dipakai secara nyara
112
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PP 1/2012
115
SAAT PEMBUATAN FAKTURPAJAK PP 1/2012
116
SAAT PEMBUATAN FAKTURPAJAK PP 1/2012
117
SAAT PEMBUATAN FAKTURPAJAK PP 1/2012
EKSPOR JKP
118
Penjelasan Ps 13(2a)
Untuk meringankan beban administrasi, PKP
diperkenankan membuat FP gabungan paling lama
pada akhir bulan penyerahan BKP dan/atau JKP
meskipun di dalam bulan penyerahan telah terjadi
pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya
Contoh 1
Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak kepada pengusaha B
pada tanggal 1, 5, 10, 11, 12, 20, 25, 28, dan 31 Juli
2010, tetapi sampai dengan tanggal 31 Juli 2010 sama
sekali belum ada pembayaran atas penyerahan
tersebut, Pengusaha Kena Pajak A diperkenankan
membuat 1 (satu) Faktur Pajak gabungan meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan pada bulan Juli,
yaitu paling lama tanggal 31 Juli 2010
119
Contoh 2
Pengusaha Kena Pajak A melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak kepada pengusaha B pada tanggal 2, 7, 9, 10, 12, 20, 26,
28, 29 dan 30 September 2010. Pada tanggal 28 September
2010 terdapat pembayaran oleh Pengusaha B atas penyerahan
tanggal 2 September 2010. Dalam hal Pengusaha Kena
Pajak A menerbitkan Faktur Pajak gabungan, Faktur Pajak
gabungan dibuat pada tanggal 30 September 2010 yang meliputi
seluruh penyerahan yang terjadi pada bulan September.
Contoh 3
Pengusaha Kena Pajak A melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak kepada pengusaha B pada tanggal 2, 7, 9, 10, 12, 20, 26,
28, 29, dan 30 September 2010. Pada tanggal 28 September
2010 terdapat pembayaran atas penyerahan tanggal 2
September 2010 dan pembayaran uang muka untuk penyerahan
yang akan dilakukan pada bulan Oktober 2010 oleh Pengusaha
B. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A menerbitkan Faktur Pajak
gabungan, Faktur Pajak gabungan dibuat pada tanggal 30
September 2010 yang meliputi seluruh penyerahan dan
pembayaran uang muka yang dilakukan pada bulan September
120
KETERANGAN DALAM FAKTUR PAJAK
KETERANGAN
DALAM FAKTUR Pajak Pertambahan Nilai yang
PAJAK dipungut
Pasal 3 dan 4
PER-24/PJ/2012
Contoh Faktur
Pajak
Lampira n IA
PER-24/PJ/2012
Contoh Faktur
Pajak (Valas)
Lampira n IB
PER-24/PJ/2012
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
0 0 0 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1
Kode Tahun
Transaksi Kode Status Penerbitan
Lampiran III
PER-24/PJ/2012
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
Kode Transaksi
0 0 0 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1
Diisi dengan ketentuan:
01 digunakan untuk penyerahan yang PPN nya dipungut oleh PKP Penjual. (selain kode 04-09)
02 digunakan untuk penyerahan kepada Pemungut PPN Bendahara Pemerintah.
03 digunakan untuk penyerahan kepada Pemungut PPN Lainnya (selain Bendahara Pemerintah).
04 digunakan untuk penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain, PPN dipungut PKP Penjual.
05 Kode ini tidak dapat digunakan lagi sejak 1 April 2010.
06 digunakan untuk penyerahan Lainnya yang PPN nya dipungut PKP Penjual, dan penyerahan kepada
orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing).
07 digunakan untuk: penyerahan yang mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung
Pemerintah berdasarkan ketentuan.
08 digunakan untuk penyerahan yang Dibebaskan dari pengenaan PPN dan PPnBM kepada selain
Pemungut PPN.
09 digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D yang PPN nya dipungut PKP Penjual.
Lampiran III
PER-24/PJ/2012
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
Kode Status
0 0 0 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1
Lampiran III
PER-24/PJ/2012
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
CONTOH
0 1 0 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1
berarti penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPNnya
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) Penjual yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), Faktur Pajak Normal
(bukan Faktur Pajak Pengganti), dengan nomor seri 900-13.00000001 sesuai
dengan nomor seri pemberian dari Direktorat Jenderal Pajak
0 1 1 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1
berarti penyerahan yang terutang PPN dan PPNnya dipungut oleh PKP Penjual
yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan status Faktur Pajak
Pengganti. Faktur Pajak Pengganti diterbitkan dengan nomor seri
900-13.00000001 sesuai dengan nomor seri Faktur Pajak yang diganti
Lampiran III
PER-24/PJ/2012
Perolehan Nomor Seri Faktur Pajak
PERSYARATAN
KODE AKTIVASI
DAN PASSWORD
NOMOR SERI
FAKTUR PAJAK
Pasal 8 dan 9
PER-24/PJ/2012
Perolehan Nomor Seri Faktur Pajak
PROSEDUR PEROLEHAN
KODE AKTIVASI DAN PASSWORD
1
Surat Surat pemberitahuan kode aktivasi atau
permohona surat pemberitahuan penolakan dikirim
n kode via pos
aktivasi
3
3
Password di email
PKP
4 KPP
Surat pemberitahuan kode
aktivasi kempos
5
Pemberitahuan
kempos di email
Pasal 8 dan 9
PER-24/PJ/2012
Perolehan Nomor Seri Faktur Pajak
PROSEDUR PEROLEHAN
NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
1
surat permintaan
nomor seri
2
Surat Pemberitahuan
nomor seri Faktur Pajak
PKP KPP
Pasal 8 dan 9
PER-24/PJ/2012
Perolehan Nomor Seri Faktur Pajak
SPT manual
NOMOR SERI Max. 75 nomor seri
FAKTUR PAJAK
SPT elektronik/ e-SPT
Max 120 % dari jumlah
Nomor Seri Faktur Pajak penerbitan Faktur Pajak
diberikan dalam bentuk blok nomor. selama 3 (tiga) bulan sebelumnya
Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas dan benar sesuai
dengan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
Undang-Undang PPN, serta ditandatangani oleh pejabat/kuasa yang
ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya
Dalam hal diperlukan, PKP dapat menambahkan keterangan lain dalam Faktur
Pajak selain keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
Undang-Undang PPN
Walaupun Faktur Pajak telah memenuhi ketentuan formal dan sudah dibayar
PPN nya akan tetapi bila tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya
maka faktur pajak tersebut tidak memenuhi syarat material.
135
Pemberitahuan Penandatangan
Faktur Pajak
Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis nama pejabat yang
berhak menandatangani Faktur Pajak disertai
dengan contoh tandatangannya kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak paling lama pada akhir
bulan berikutnya sejak bulan pejabat tersebut mulai
melakukan penandatanganan Faktur Pajak dengan
menggunakan formulir yg ditentukan.
Penandatanganan Faktur Pajak
1 atau lebih
Pejabat/Pegawai yang
berhak menandatangani FP
Contoh tandatangan
Yang masih
berlaku pada
saat Faktur
Pajak
TIDAK MENYAMPAIKAN/TERLAMBAT??
ditandatangani
Faktur Pajak yang diterbitkan sampai dengan
diterimanya pemberitahuan merupakan
Faktur Pajak Tidak Lengkap
Pasal 13
PER-24/PJ/2012
Penggantian Faktur Pajak
Salah
isi/tulis
PKP lawan transaksi yang telah
mengkreditkan Pajak Masukan atas
FP yang diganti harus melakukan
pembetulan sepanjang masih dapat
Tidak memuat keterangan yang dilakukan pembetulan
lengkap, benar, dan jelas
FP
Pengganti
Pasal 15
PER-24/PJ/2012
Penggantian Faktur Pajak
Permohonan tertulis
PKP Penjual untuk meminta copy PKP Pembeli
FP
Lb 1 → PKP
Copy dibuat 2 Penjual
rangkap
Lb 2 → arsip
KPP
LEGALISASI
OLEH KPP
TEMPAT
PEMBELI
TERDAFTAR
Lampiran VI
PER-24/PJ/2012
Penggantian Faktur Pajak
Permohonan
PKP Penjual tertulis untuk PKP Pembeli
meminta copy FP
Lb 1 → PKP Penjual
Copy dibuat 2
rangkap
Lb 2 → arsip KPP
LEGALISASI
OLEH KPP
TEMPAT
PEMBELI
TERDAFTAR
Lampiran VI
PER-24/PJ/2012
Pembatalan Faktur Pajak
FP sudah
diterbitkan
❖Dilaporkan dalam
SPT Masa PPN
❖Kolom DPP, FP tetap diadministrasikan PKP Penjual
PPN, PPnBM
KPP tempat
diisi 0
penjual
Menyampaikan surat pemberitahuan
dan copy FP yang dibatalkan
KPP tempat
pembeli
Lampiran VI
PER-24/PJ/2012
Pembatalan Faktur Pajak
FP sudah
dilaporkan di SPT
Masa PPN
Pembetulan Pembetulan
SPT SPT
Melaporkan faktur pajak
yang dibatalkan dengan
mencantumkan 0 pada
kolom DPP, PPN, PPnBM
Lampiran VI
PER-24/PJ/2012
TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING
Bayarnya
pake dollar
ya gan....
PPN dan PPnBM
dikonversi ke
Rupiah
Pasal 14
PP No.1 Tahun 2012
Pasal 14 Transaksi dengan Mata Uang Asing
Faktur Pajak
terlambat dibuat
tidak diperlakukan
Tidak dapat
sebagai Faktur
dikreditkan
Dibuat melewati Pajak
3 bulan
sejak saat Faktur Pajak
seharusnya dibuat
dianggap tidak
menerbitkan
Faktur Pajak
Saat penyerahan
= saat pembuatan FP
PP1 - 2012
148
SANKSI PERPAJAKAN
149
FAKTUR PAJAK KHUSUS
CONTOH FAKTUR PAJAK KHUSUS
NAMA : ………………………………………………………(6)
TOURIST NAME
NOMOR PASPOR : ………………………………………………………(7)
Passport No.
ALAMAT : ………………………………………………………(8)
ADDRESS
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*)
mengajukan pengembalian
/apply for refund…………… (12)
tanda tangan turis Tanda tangan Penjual dan Stempel
/tourist signature /Toko Retail’s Signature & Stamp
152
KETERANGAN DLM FAKTUR PAJAK
BAGI PKP PE
153
TATA CARA PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PKP PE
FP PKP PE dapat berupa bon kontan, faktur penjualan, segi kas register,
karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan/pembayaran yg sejenis.
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak adalah kode dan nomor urut yang
dibuat sendiri oleh PKP PE.
FP dianggap dibuat dua rangkap atau lebih dlm hal FP dibuat dlm satu
lembar yg terdiri atas dua atau lebih bagian yg disediakan utk disobek
Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) dari BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu
Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yg dibuat Pertamina untuk penyerahan BBM/non BBM
Ticket, tagihan surat muatan udara (Airway Bill) atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan
udara dalam negeri
Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri invoice sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan
Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP dilampiri
Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran Pabean Cukai dan Pajak (SSPCP) dan/atau bukti pungutan pajak oleh DJBC yang
mencantumkan identitas pemilik barang, yang merupakan satu kesatuanyang tidak terpisahkan, untuk impor BKP
SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari luar Daerah Pabean
Bukti tagihan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Perusahaaan Air Minum
Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perusahaan perantara efek
156
RETUR BKP/JKP
DASAR HUKUM
Pasal 5A UU PPN
PMK-65/PMK.03/2010
SE-131/PJ/2010
KETERANGAN/INFORMASI
Nota Retur paling sedikit harus memuat Nota Pembatalan paling sedikit harus memuat
nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari BKP Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari JKP
yang dikembalikan yang dibatalkan
nama, alamat, dan NPWP Pembeli nama, alamat, dan NPWP Penerima Jasa
nama, alamat, NPWP PKP Penjual nama, alamat, NPWP PKP Pemberi JKP
jenis barang, jumlah Harga Jual Barang Kena Pajak yang jenis jasa dan jumlah Penggantian JKP yang dibatalkan
dikembalikan
PPN atas BKP yang dikembalikan, atau PPPnBM yang PPN atas JKP yang dibatalkan
dikembalikan
tanggal pembuatan Nota Retur tanggal pembuatan Nota Pembatalan
nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani
Nota Retur Nota Pembatalan
KETENTUAN UMUM
nota retur atas pengembalian BKP atau nota pembatalan atas pembatalan
penyerahan JKP yang Faktur Pajak atas penyerahannya tidak mencantumkan
identitas Pembeli atau Penerima Jasa, tidak dapat dipergunakan sebagai
pengurang Pajak Keluaran bagi PKP Penjual atau Pemberi JKP
SE-131/PJ/2010
Matriks Retur BKP
PKP Penjual Pembeli
Mengurangi PK dan PPn BM PKP :
- Mengurangi PM dan PPnBM
- Mengurangi biaya atau harta
Bukan PKP:
- Mengurangi biaya atau harta
Pengurangan dilakukan dalam Pengurangan dilakukan dalam masa pajak saat
masa pajak saat pengembalian BKP pengembalian BKP
162
PASAL 1 angka 24 dan 25UU PPN
Definisi
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak
karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari
luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena
Pajak.
PM dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan PK untuk Masa Ayat (2)
Pajak yang sama
164
PASAL 9 UU PPN
Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga Ayat (2a)
belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak
Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat
dikreditkan
165
PASAL 9 UU PPN
167
PASAL 9 UU PPN
Ayat (4)
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak
Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak
yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
d pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak
f perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat
(9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak
pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak
169
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
g Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6)
h perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
i perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
j perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak
sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2a)
bagi pengeluaran untuk:
Contoh:
Contoh:
174
Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang ditemukan pada waktu
dilakukan pemeriksaan
175
PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Pasal 9 (8) i UU PPN
PP 143/2000 jo PP 24/2002
apabila pada saat pemeriksaan diketahui adanya perolehan BKP/JKP yang telah dibukukan atau
dicatat dalam pembukuan PKP,namun Faktur Pajaknya belum atau terlambat diterima sehingga
belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN untuk Masa ybs., maka PM dalam Faktur Pajak tersebut
dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa Pajak
ybs.
Misal :
Pemeriksaan SPT Masa Januari 2010 dilakukan tanggal 24 Maret 2010, dan ditemukan FP tanggal
12 Januari 2010 yang baru diterima pada tanggal 22 Maret 2010, dan belum dilaporkan dalam SPT
Masa PPN Januari atau Februari 2010,namun perolehannya sudah dicatat dalam pembukuan, maka
Faktur Pajak tertanggal 12 Januari 2010 tersebut tetap dapat dikreditkan dalam Masa PPN Masa
Maret atau April 2010
176
Pajak Masukan terkait Penyerahan Yang Tidak
Terutang Pajak
179
Contoh:
PM dikreditkan PKP C
FP DITERIMA
28/8/10
C
BKP BKP/JKP
FP 24/6/10
23/8/10
A BKP B D
180
PAJAK MASUKAN
DAPAT DIKREDITKAN
SYARAT FORMAL SYARAT MATERIIL
(Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)
(Ps. 13 ay. 5 UU PPN 1984)
MANA- DISTRI-
JEMEN BUSI
181
Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak Masukan
182
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MEMPUNYAI
PEREDARAN USAHA TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU
DASAR HUKUM
PMK-74/PMK.03/2010
Syarat PKP
melebihi Rp1.800.000.000,00 untuk setiap 1
thn buku; atau
b. WP yang baru dikukuhkan sebagai PKP
185
CONTOH PERHITUNGAN
(DEEMED PAJAK MASUKAN UNTUK OMZET TERTENTU)
1.000.000 + 1.200.000 +
PPN 100.000 PPN 120.000
PK PM PK PM
SPT PPN
BKP JKP
PK = 120.000 PK = 120.000
PM = 84.000 (70% X PK) PM = 72.000 (60% X PK)
SETOR = 36.000 (30% X PK) SETOR = 48.000 (40% X PK)
186
Ketentuan Lain Deemeed Omzet
Nilai tersebut sudah termasuk PPN dan para pihak telah melakukan
pemungutan PPN sesuai ketentuan yang berlaku
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI
PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA TERTENTU
DASAR HUKUM
PMK-79/PMK.03/2010
Semata-mata
190
CONTOH PERHITUNGAN
(DEEMED PAJAK MASUKAN UNTUK KEGIATAN TERTENTU)
1.000.000 + 1.200.000 +
PPN 100.000 PPN 120.000
PK PM PK PM
SPT PPN
MOBIL BEKAS EMAS PERHIASAN
PK = 120.000 PK = 120.000
PM = 108.000 (90% X PK) PM = 96.000 (80% X PK)
SETOR = 12.000 (10% X PK) SETOR = 24.000 (20% X PK)
191
Ketentuan Umum Deemeed Kegiatan
DASAR HUKUM
PMK-78/PMK.03/2010
Apabila dlm suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yg terutang pajak
juga melakukan penyerahan yg tdk terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan utk
penyerahan yg terutang pajak tdk dpt diketahui dg pasti, jumlah Pajak Masukan yg
dpt dikreditkan utk penyerahan yg terutang pajak dihitung dg menggunakan
pedoman yg diatur dg Peraturan Menteri Keuangan
penyerahan barang atau jasa yang dikenai PPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 UU PPN, tidak termasuk penyerahan
yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud
Penyerahan terutang dalam Pasal 16B UU PPN
a. P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.
b. P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun.
dengan ketentuan:
P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap seluruh
penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
Contoh:
Pengusaha Kena Pajak B adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industri pembuatan sepatu.
Pada bulan Januari 2011 membeli generator listrik dengan nilai
perolehan sebesar Rp 100.000.000,00 dan Pajak Pertambahan Nilai Rp
10.000.000,00.
Generator listrik tersebut dimaksudkan untuk digunakan seluruhnya
untuk kegiatan pabrik.
Maka Pajak Masukan atas perolehan generator listrik yang dapat
dikreditkan pada Masa Pajak Januari 2011 adalah Rp 10.000.000,00.
Selama tahun 2011 ternyata generator listrik tersebut digunakan :
untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2011 :
10% untuk perumahan karyawan dan direksi;
90% untuk kegiatan pabrik, dan
untuk bulan Juli sampai dengan Desember 2011 :
20% untuk perumahan karyawan dan direksi;
80% untuk kegiatan pabrik.
197
Rata-rata penggunaan generator listrik untuk kegiatan pabrik adalah :
( 90% + 80% ) / 2 = 85%
Rp 10.000.000,00
85% x ---------------------- = Rp 2.125.000,00
4
198
Pajak Masukan atas perolehan generator listrik yang telah
dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat generator
listrik tersebut adalah :
Rp 10.000.000,00
----------------------- = Rp 2.500.000,00
4
Jadi Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali
(mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Februari 2012)
adalah sebesar : Rp 2.500.000,00 – Rp 2.125.000,00 =
Rp 375.000,00
199
Contoh:
Pengusaha Kena Pajak C adalah perusahaan integrated (terpadu)
yang bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak
jagung.
Pada bulan April 2011 membeli truk yang digunakan baik untuk
perkebunan jagung maupun untuk pabrik minyak jagung dengan
harga perolehan sebesar Rp 200.000.000,00 dan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar Rp 20.000.000,00.
Berdasarkan data-data yang dimiliki, diperkirakan persentase
rata-rata jumlah penyerahan yang terutang pajak terhadap
penyerahan seluruhnya adalah sebesar 70%.
Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun
buku 2011 adalah Rp 100.000.000.000,00, yang berasal dari
penjualan jagung sebesar Rp 40.000.000.000,00 dan penjualan
minyak jagung sebesar Rp 60.000.000.000,00. Masa manfaat truk
sebenarnya adalah 5 (lima) tahun,
200
Masa manfaat truk sebenarnya adalah 5 (lima) tahun, tetapi untuk
tujuan penghitungan Pajak Masukan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan ini ditetapkan 4 (empat) tahun.
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN
Masa Pajak April 2011 sebesar :
Rp 20.000.000,00 x 70% = Rp 14.000.000,00
201
Pajak Masukan atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk
tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah :
Rp 14.000.000,00
----------------------- = Rp 3.500.000,00
4
Jadi Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali
(mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2012)
adalah sebesar : Rp 3.500.000,00 – Rp 3.000.000,00 =
Rp 500.000,00
202
PEMBAYARAN KEMBALI PM
BAGI PKP YG MENGALAMI
GAGAL PRODUKSI
DASAR HUKUM
PMK-81/PMK.03/2010
Pajak Masukan yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian wajib
dibayar kembali oleh Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak
tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi
❖ Force Majeur
Dalam hal keadaan Gagal Berproduksi disebabkan oleh bencana alam atau sebab
lain di luar kekuasaan PKP ( force majeur), PKP tidak wajib membayar kembali
Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehan Barang Modal yang telah
dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.
Contoh
PKP ABC bergerak dalam bidang industri garmen telah
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak sejak 2 Januari 2011.
Pada bulan Januari 2011 PKP ABC melaporkan dalam SPT Masa
PPN Lebih bayar Rp 100 juta akibat pengkreditan pajak
masukan pembelian mesin senilai Rp 1 Milyar.
Atas kelebihan pembayaran tersebut telah diterbitkan SKPLB
tanggal 25 Agustus 2011 dan diterbitkan SKPKPP tanggal 2
September 2011
Pertanyaan :
Kapan PKP ABC dianggap gagal produksi
Kapan PKP ABC harus menyetor kembali pajak masukan
yang telah direstitusi
Berapa sanksi yang dikenakan
Pasal 20 Pedagang Eceran
Tanpa keterangan :
➢identitas pembeli ; dan
➢nama dan tanda tangan
penjual Tidak diterbitkan
Pedagan
Membuat Surat Tagihan
g Eceran Faktur Pajak tidak Pajak
lengkap
Kegiatan usaha/pekerjaannya
Kegiatan usaha/pekerjaannya melakukan
melakukan penyerahan JKP dengan cara
penyerahan BKP dengan cara :
:
a. melalui suatu tempat penjualan eceran
a. melalui suatu tempat penyerahan
atau langsung datang ke tempat
jasa secara langsung kepada
konsumen akhir;
konsumen akhir atau langsung datang
b. langsung kepada konsumen akhir, tanpa
ke tempat konsumen akhir;
didahului dengan penawaran; dan
b. langsung kepada konsumen akhir,
c. pada umumnya dilakukan secara tunai
tanpa didahului dengan penawaran;
dan penjual/pembeli langsung
dan
menyerahkan/membawa BKP yang
c. pada umumnya dilakukan secara
dibeli.
tunai.
PP 1 - 2012
206
Pasal 20 Pabrikan Yang Melakukan Penyerahan Eceran
Dapat
Penyerahan Faktur Pajak tidak
eceran lengkap
Tanpa keterangan :
Pabrikan
➢identitas pembeli
/Distribu ➢nama dan tanda tangan
tor penjual
Penyerahan Harus
tidak eceran Faktur Pajak lengkap
207
DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)
&
TARIF PPN
208
DPP ?
1. PKP Abadi Jaya menjual satu unit Mobil Box yang digunakan untuk pemasaran
produknya kepada Tn. Jaya sebesar Rp.50.000.000,00
2. PKP Auto Service adalah bengkel mobil melakukan penyerahan jasa service
sebesar Rp. 200.000,00 dan penjualan Oli Mesin dan Busi sebesar Rp.
250.000,00
3. Bendaharawan Pemda membeli seperangkat komputer kepada CV ABC
dengan harga Rp. 5.500.000, harga sudah termasuk PPN
4. PKP Mobil2000 adalah pabrikan kendaraan bermotor berupa sedan. Pada
tanggal 10 Mei 2011 diimpor 10 unit mobil sedan dalam bentuk CBU dengan
Nilai Impor Rp. 2.000.000.000,00. Atas impor tersebut terutang Bea Masuk
25%.
5. PKP GL Electronic adalah pabrikan produk elektronik, memberikan satu unit
Televisi 60 Inch untuk display di salah satu outlet costumernya. Harga jual TV
tersebut adalah 24 Juta termasuk laba sebesar 20%
6. Tn. Bobby membeli rumah dari PKP Arion Indah selaku Pengembang melalui
Lelang Non Eksekusi Sukarela sebesar Rp. 300 juta. Harga Pasar rumah
tersebut sebenarnya Rp. 500 juta dan NJOP sebesar Rp. 470 juta.
7. Harga satu bungkus rokok di supermarket adalah Rp. 10.000,00 namun harga
eceran yang tertera di rokok tersebut Rp. 9.500,00
PASAL 1 ANGKA 17 UU PPN
DASAR PENGENAAN PAJAK
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena
Harga Jual penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha
karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini
Penggantian dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh
penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai
Nilai Impor untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini
Nilai Ekspor nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir
Nilai Lain Ditetapkan dengan Per. Menkeu: Nomor 75/PMK.03/2010 jo 102/PMK.011/2011 210
(PerMenkeu Nomor 75/PMK.03/2010)
PPnBM
DPP PPnBM Sudah Dibayar
PP 1/2012
212
Pasal 10 & 11 Rumus Penghitungan PPN
Kontrak atau PPN ditulis
Perjanjian terpisah
Jika Dianggap belum
ATAU Tidak termasuk PPN
Harga sudah
termasuk PPN
ATAU PPN = 10 % x harga/pembayaran
Harga termasuk
PPN & PPnBM
PPN = 10 . x harga/pembayaran
110 PPN = 10 . x harga/pembayaran
110 + t
t = Tarif PPnBM
PPnBM = t . x harga/pembayaran
110 + t
PP 1 Tahun
2012
213
Pasal 7 UU PPN 1984 TARIF PPN
10 %
• Ekspor BKP
• Ekspor BKP Tidak Berwujud 0%
• Ekspor JKP
PM dapat dikreditkan
Pasal 6 PP 1 - 2012 PENYERAHAN JKP
Terutang
Selain ketiga jenis JKP di atas PPN
Tarif 10 %
Pasal 6
PP1 - 2012
Contoh Penyerahan JKP di Dalam Daerah Pabean
A corp.
PT B
Kontrak
Hasil Survei Korea
Indonesia
Terutang PPN
PT DEF
217
Pasal 14 Transaksi dengan Mata Uang Asing
11 Januari 5 Februari
Uang Muka
Pelunasan
Pembayaran Di Muka
- FP dibuat Penyerahan Pelunasan Pembayaran
- Tidak perlu buat FP
Penggantian FP
- Kurs : Rp9.076,00
Barang diserahkan Penggantian FP
- FP dibuat - Kurs : Rp9.136,00
- Kurs : Rp9.136,00
PP 1218
Tahun
2012
Restitusi
Pasal 9 UU PPN jo PMK-
PENGKREDITAN PM 72/PMK.03/2010
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih
besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
Ayat (4)
Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku
Ayat (4a)
kecuali
a. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. PKP yang melakukan penyerahan BKPdan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN;
c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut;
d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor JKP, dan/atau
f. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
220
Ayat (4b)
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PPN Pasal 9 UU PPN
Pengembalian kelebihan PM kepada PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) huruf a
sampai dengan huruf e, yang mempunyai kriteria sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1) UU 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya
Ayat (4c)
bukan Pasal 17C ayat (5) UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya
221
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN
Tepat waktu dlm penyampaian SPT Masa PPN selama 12 bulan terakhir
Nilai BKP yg dijual pada tahun sebelumnya paling sedikit 75 % adalah produksi sendiri
Laporan keuangan untuk 2 tahun pajak sebelumnya diaudit Akuntan Publik dengan pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Dengan Pengecualian
223
Dalam hal diperiksa,
Kriteria Kriteria Wajib Proses Jangka Produk
terdapat KB
Skema Restitusi PPN Resiko Pajak Pengembalian Waktu Hukum
Sanksi Dasar Hukum
Pengembalian
Kenaikan Psl 17C (5)
Pendahuluan
1 bulan SKPPKP 100% atau 17D (5)
PKP juga (Psl 17C/17D UU
SKPKB UU KUP
Restitusi akhir tahun buku, berstatus WP KUP)
selain PKP: Patuh (17C) atau
1. Eksportir WP Kecil (17D)
Pemeriksaan Kenaikan
2. Penyerahan kpd Pemungut Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
PM > PK KOMPENSASI 3. Penyerahan yg PPN-nya Tidak KUP
KUP) SKPKBT
Dipungut
(Psl 9 ayat (4)) 4. Ekspor JKP/ BKP Tidak
Berwujud PKP tidak
5. Belum berproduksi Pemeriksaan Kenaikan
berstatus WP Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
(Psl 9 ayat (4a)) Patuh (17C) atau KUP
KUP) SKPKBT
WP Kecil (17D)
PKP tidak
Pengembalian Bunga 2%
berstatus WP Psl 9 (4f) UU
Pendahuluan 1 bulan SKPPKP perbulan
Patuh (17C) atau PPN
(Psl 17C UU KUP) max 24 bulan
WP Kecil (17D)
Resiko
Rendah
PKP juga
Restitusi setiap Masa Pajak, Pengembalian Bunga 2%
berstatus WP Psl 9 (4f) UU
oleh PKP: Pendahuluan 1 bulan SKPPKP perbulan
Patuh (17C) atau PPN
(Psl 17C UU KUP) max 24 bulan
1. Eksportir WP Kecil (17D)
2. Penyerahan kpd
Pemungut
3. Penyerahan yg PPN-nya PKP tidak
Tidak Dipungut Pemeriksaan Kenaikan
berstatus WP Psl 15 (2) UU
4. Ekspor JKP/ BKP Tidak (Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
Patuh (17C) atau KUP
Berwujud KUP) SKPKBT
WP Kecil (17D)
Non Resiko
5. Belum berproduksi Pengembalian
Rendah Kenaikan Psl 17C (5)
Pendahuluan
1 bulan SKPPKP 100% atau 17D (5)
(Psl 9 ayat (4b)) PKP juga (Psl 17C/17D UU
SKPKB UU KUP
berstatus WP KUP)
Patuh (17C) atau
WP Kecil (17D)
Pemeriksaan Kenaikan
Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
KUP
KUP) SKPKBT
Alur Restitusi PPN
Penelitian SKPPKP
1 bln
-TPT
SPT LB - KP2KP
17C KUP, 17D KUP, SKPKPP
- Pos/Kurir
9 (4c) PPN
- e-filing
1 bln
SUBJEK PAJAK
adalah orang pribadi yang memiliki paspor yang diterbitkan oleh negara lain dan
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. bukan Warga Negara Indonesia atau bukan Permanent Resident of Indonesia, yang
tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 2 (dua) bulan sejak tanggal
kedatangannya; dan/atau
2. bukan kru dari maskapai penerbangan.
TEMPAT VAT REFUND
Berdasarkan KMK :
1. Bandar Udara Soekarno-
Hatta, Jakarta;
2. Bandar Udara Ngurah Rai,
Denpasar;
3. Adi Sucipto, Yogyakarta;
4. Djuanda, Surabaya; dan
5. Polonia, Medan.
DEFINISI
BARANG BAWAAN
adalah Barang Kena Pajak yang dibeli oleh Orang Pribadi dari Toko Retail dan
dibawa keluar Daerah Pabean oleh yang bersangkutan dengan menggunakan moda
transportasi pesawat udara, melalui Bandar Udara, tidak termasuk makanan, minuman,
produk-produk tembakau, senjata api dan bahan peledak dan barang yang dilarang
dibawa ke dalam pesawat
TOKO RETAIL
adalah toko yang menjual Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, serta berpartisipasi dalam skema
pengembalian Pajak Pertambahan Nilai kepada Orang Pribadi, yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Jendeal Pajak berdasarkan permohonan.
DEFINISI
1. Pembelian dilakukan di Toko Retail yang telah di tunjuk Direktorat Jenderal Pajak
2. Dengan nilai Pajak Pertambahan Nilai paling sedikit Rp500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) atas pembelian Barang Bawaan dalam 1 (satu) Faktur Pajak Khusus
dari 1 (satu) toko pada 1 (satu) tanggal yang sama
3. PPN tersebut telah dibayar
4. Dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan Orang
Pribadi ke luar Daerah Pabean
4. TOKO RETAIL
237
238
KEP-386/PJ./2010 tanggal 9 Desember 2010
239
TOKO RETAIL
SKEMA PEMBELIAN DI TOKO RETAIL
Pembelian dengan nilai sebesar Rp. 5 Jt
(exclude PPN) dalam jk waktu 1 bulan sebelum
keberangkatan
1
Memperlihatkan paspor
Pemegang Paspor LN
Toko Ritel “VAT Refund”
3 TOKO RETAIL:
CASH TRANSFER
yang dapat dikembalikan secara cash Rp. 5.000.000, usulan sebelumnya Rp. 10.000.000
FAKTUR PAJAK KHUSUS
CONTOH FAKTUR PAJAK KHUSUS
NAMA : ………………………………………………………(6)
TOURIST NAME
NOMOR PASPOR : ………………………………………………………(7)
Passport No.
ALAMAT : ………………………………………………………(8)
ADDRESS
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*)
mengajukan pengembalian
/apply for refund…………… (12)
tanda tangan turis Tanda tangan Penjual dan Stempel
/tourist signature /Toko Retail’s Signature & Stamp
back
TANDA ENDORSEMENT
PPN DIKEMBALIKAN
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NO………. /PMK.03/2010
SEBESAR:
PPN : Rp……………………………………………………
NAMA
NIP
DITOLAK
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NO………. /PMK.03/2010
NAMA
NIP
Nota Persetujuan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PPN
Tanggal/Date:
Nomor Paspor / :
Passport Numb er
Nomor Permohonan / :
VAT Refund Numb er
Pengembalian Melalui / :
Tunai/Cash Transf er/Transfer
Refund through
Transf er melalui/please
Nama Bank/Bank Name : ..............................................................
Ma ta Ua ng/Currency : ..............................................................
No. Re ke ni ng :
PPN/VAT
Jumlah Yang Dikembalikan / Refund Amount
Aw al/Beginning Amount Menjadi/To b e Amount
*)
Setuju dikembalikan sebesar Rp. 5.000.000,00
Agree for refund amount Rp. 5.000.000,00 *) Rp ...........................
Tanda Tangan Orang Pribadi/ Tanda Tangan Petugas Konter Pemeriksaan/ Tanda Tangan Petugas Konter Pembayaran/
Tourist signature Verification Counter Officer Signature Payment Counter Officer Signature
*) di isi/tercetak dalam hal pengembalian lebih dari Rp.5.000.000,00 tetapi menghendaki dikembalikan RP.5.000.000,00
*)
filled in when the VAT Refund is more than Rp. 5.000.000,00 but the tourist wants refund only Rp. 5.000.000,00 in cash
back
10. PELAPORAN PPN
Kemana ya
lapor PPN ???
KPP Pratama
PKP
Bank
PELAPORAN PAJAK TERUTANG
Pasal 3A UU PPN
MEKANISME PELAPORAN
Form
1107/1108
•SPT Masa PPN Induk
Form
1107/1108A
•Pajak Keluaran
Form
1107/1108B
•Pajak Masukan
KETENTUAN UMUM
PPN/PPnBM yang
dibayar atas BKP yang
•Dapat diminta kembali
dibawa keluar daerah
Pabean
•Paspor
Dokumen yang harus
•Tiket Pesawat
ditunjukkan
•Faktur Pajak