Anda di halaman 1dari 249

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Telp : 0821 4152 0064 - Email : daniel@taxonindo.com


CONTENTS
Karakteristik PPN

Objek PPN

Subjek PPN

Tarif PPN

Saat dan Tempat Terutang

Dasar Pengenaan Pajak


OUTLINE Faktur Pajak

Restitusi

Pelaporan PPN

Restitusi Turis Asing


KARAKTERISTIK
PPN
Karakteristik PPN
Pajak atas konsumsi umum dalam 1
negeri

Pajak tidak langsung


2

Multi stage non komulatif


3

Pajak Obyektif
4
1 Pajak atas konsumsi umum dalam negeri

PPN

PPN bukan pajak atas PPN menganut


kegiatan bisnis destination principle

Pemikul beban pajak Pajak dikenakan di tempat


adalah konsumen tujuan barang atau jasa
akan dikonsumsi

Dalam hal menyangkut arus lintas batas,


tempat konsumsi/pemanfaatan merupakan
faktor dominan menimbulkan utang pajak
2 Pajak Tidak Langsung

NEGARA

BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Penerima Jasa
Jasa PPN

Penanggung Pemikul Beban


Jawab Pajak
3 Multi Stage non Komulatif
Contoh :
Siklus penyerahan
pakaian

10.000 14.000 16.000 17.000


Industri Industri Pedagang Pedagang K
Tekstil Garmen Besar Eceran
o
n
PPN PPN PPN PPN s
1.000 1.400 1.600 1.700 u
m
1.000 1.400 1.600
e
400 200 100 n

Kas Kas Kas Kas


Negara Negara Negara Negara
4 Pajak Objektif
Timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan
oleh adanya objek pajak

Kondisi subjektif subjek pajak tidak relevan

Tidak memperhatikan azas keadilan


pemungutan pajak

Dampak regresif (kesenjangan beban pajak)

Untuk mengurangi regresivitas PPN, bagi konsumen


BKP Mewah dikenakan PPnBM di samping PPN
OBJEK
PPN
OBJEK PPN

 Umum

 Pasal 4 → Yang dikenakan PPN


 Pasal 4A → Non BKP dan Non JKP
 Khusus

 Pasal 16 C → Kegiatan Membangun Sendiri Yang Dilakukan


Tidak Dalam Kegiatan Usaha Atau Pekerjaan
 Pasal 16 D → Penyerahan barang kena pajak berupa aktiva
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan
oleh pengusaha kena pajak
OBJEK PPN UMUM
Pasal 4 ayat (1)

penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


a
yang dilakukan oleh Pengusaha
b Impor Barang Kena Pajak

Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


c
yang dilakukan oleh Pengusaha
d Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean
Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
e
di dalam Daerah Pabean
f Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

g Ekspor Barang Kena Pajak tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

h Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak


OBJEK PPN KHUSUS
PASAL 16 C DAN PASAL 16 D

❖ PPN Atas Kegiatan Membangun Sendiri


❖ Penyerahan BKP berupa Aktiva yang Menurut
Tujuan Seluma Tidak untuk Diperjualbelikan
Pasal 16C UU PPN 1984 Pasal 16D UU PPN 1984
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
PASAL 16 C
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan membangun sendiri
yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang
pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan
pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan
Menteri Keuangan.
{Pasal 16C UU PPN 1984}

KepMenKeu Nomor 554/KMK.04/2000 diubah dengan Nomor


320/KMK.03/2002 terakhir diubah dengan PerMenkeu No.
163/PMK.03/2012

Yang dimaksud dengan Kegiatan Membangun Sendiri adalah kegiatan


membangun bangunan yang yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya
digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
Bangunan adalah satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada
satu kesatuan tanah dan/atau perairan dengan kriteria :
a) konstruksi utamanya terdiri kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b) diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c) luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
KEGIATAN MEMBANGUN SENDIRI
PASAL 16 C

Atas kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN dengan tarif 10% dikalikan dengan Dasar
Pengenaan Pajak yaitu 20% dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan tanah.

Saat terutangnya PPN atas kegiatan membangun sendiri terjadi pada saat mulai dibangunnya
bangunan.

Tempat PPN terutang atas kegiatan membangun sendiri adalah ditempat bangunan tersebut
didirikan.
Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan sebesar sebesar 10% x 20% x jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya dan wajib disetor ke Kas Negara melalui
Kantor Pos atau Bank Persepsi paling lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa
pajak.
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
tersebut kepada KPP yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut berada, dengan lembar
menggunakan lembar ke-3 SSP paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Kegiatan membangun sendiri yg dilakukan secara bertahap dianggap satu kesatuan kegiatan
sepanjang tenggang waktu antar tahapan tersebut tidak lebih dari 2 tahun.
PENYERAHAN AKTIVA YANG SEMULA TIDAK DIPERJUALBELIKAN
PASAL 16 D

PPN dikenakan atas :

Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak


untuk diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak

kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan

Perolehan BKP/JKP yang tidak Perolehan dan pemeliharaan kendaraan


mempunyai hubungan langsung dengan bermotor sedan dan station wagon, kec brg
kegiatan usaha dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat (8) huruf b) (Pasal 9 ayat (8) huruf c)

PKP harus buat Faktur Pajak


OBJEK PAJAK Pasal 16 D

PPN dikenakan atas :

Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak

kecuali,
atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan

Perolehan BKP/JKP yang tidak Perolehan dan pemeliharaan kendaraan


mempunyai hubungan langsung dengan bermotor sedan dan station wagon, kec brg
kegiatan usaha dagangan atau disewakan
(Pasal 9 ayat (8) huruf b) (Pasal 9 ayat (8) huruf c)

PKP harus buat Faktur Pajak


NON BKP
Pasal 4A ayat 2
Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN

Barang/Jasa

Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP

Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut
NON BKP

Pasal 4A ayat (2)

barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil


1 langsung dari sumbernya

barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat


2 banyak

3 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah


makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman
baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan
dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering

4 uang, emas batangan, dan surat berharga


Granit
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya;

 minyak mentah (crude oil);


 gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
 panas bumi;
 asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar),
garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin,
leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan
kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah serap
(fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras,
yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
 batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
 bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih
perak, serta bijih bauksit.
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP
b. barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh
rakyat banyak;
 beras; gabah; jagung; sagu; kedelai;
 garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
 daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses
disembelih, dikuliti, dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak
dikemas, digarami, dikapur, diasamkan, diawetkan dengan cara lain,
dan/atau direbus;
 telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan,
diasinkan, atau dikemas;
 susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan
maupun dipanaskan, tidak mengandung tambahan gula atau bahan
lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
 buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah
melalui proses dicuci, disortasi, dikupas, dipotong, diiris, digrading,
dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
 sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan,
dan/atau disimpan pada suhu rendah, termasuk sayuran segar yang
dicacah.
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP
c. makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,
meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi
di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan
minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau
katering; dan

Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan


pajak berganda karena sudah merupakan objek
pengenaan Pajak Daerah.
Non BKP
d. uang, emas batangan, dan surat
berharga
NON JKP
Pasal 4A ayat 3
Pasal 4A ayat (3)
NON JKP
k jasa tenaga kerja
a jasa pelayanan kesehatan medis
l jasa perhotelan
b Jasa pelayanan sosial
m jasa jasa yang disediakan
c Jasa pengiriman surat dengan
oleh pemerintah dalam
perangko
rangka menjalankan
d Jasa keuangan pemerintahan secara umum
e Jasa asuransi n jasa penyediaan tempat parkir
f Jasa keagamaan o jasa telepon umum dengan
menggunakan uang logam
g Jasa pendidikan p jasa pengiriman uang dengan
wesel pos
h Jasa kesenian & hiburan
q
Jasa penyiaran yang tidak bersifat jasa boga atau katering
i
iklan
jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak
j
terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri
Non JKP
jasa pelayanan kesehatan Pasal 4A ayat (3)

medis, meliputi:
⧫ jasa dokter umum, dokter
spesialis, dan dokter gigi;
⧫ jasa dokter hewan;
⧫ jasa ahli kesehatan seperti ahli
akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan
ahli fisioterapi;
⧫ jasa kebidanan dan dukun bayi;
⧫ jasa paramedis dan perawat;
⧫ jasa rumah sakit, rumah bersalin,
klinik kesehatan, laboratorium
kesehatan, dan sanatorium;
⧫ jasa psikolog dan psikiater; dan
⧫ jasa pengobatan alternatif,
termasuk yang dilakukan oleh
paranormal.
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa pelayanan sosial; meliputi:


⧫ jasa pelayanan panti asuhan dan
panti jompo;
⧫ jasa pemadam kebakaran;
⧫ jasa pemberian pertolongan
pada kecelakaan;
⧫ jasa lembaga rehabilitasi;
⧫ jasa penyediaan rumah duka
atau jasa pemakaman, termasuk
krematorium; dan
⧫ jasa di bidang olahraga kecuali
yang bersifat komersial.

31
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa pengiriman surat dengan
perangko
Jasa pengiriman surat dengan
perangko meliputi jasa pengiriman
surat dengan menggunakan
perangko tempel dan
menggunakan cara lain pengganti
perangko tempel
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa keuangan, meliputi :
 jasa menghimpun dana dari masyarakat
berupa giro, deposito berjangka, sertifikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang
dipersamakan dengan itu;
 jasa menempatkan dana, meminjam dana,
atau meminjamkan dana kepada pihak lain
dengan menggunakan surat, sarana
telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk,
cek, atau sarana lainnya;
 jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan
berdasarkan prinsip syariah, berupa :
 sewa guna usaha dengan hak opsi;
 anjak piutang;
 usaha kartu kredit; dan/atau
 pembiayaan konsumen;
 jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum
gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
 jasa penjaminan.

33
Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa asuransi
o Yang dimaksud dengan "jasa
asuransi" adalah jasa pertanggungan
yang meliputi asuransi kerugian,
asuransi jiwa, dan reasuransi, yang
dilakukan oleh perusahaan asuransi
kepada pemegang polis asuransi,
o tidak termasuk jasa penunjang
asuransi seperti agen asuransi, penilai
kerugian asuransi, dan konsultan
asuransi

34
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa keagamaan, meliputi:
o jasa pelayanan rumah ibadah;
o jasa pemberian khotbah atau
dakwah;
o jasa penyelenggaraan kegiatan
keagamaan; dan
o jasa lainnya di bidang keagamaan.

35
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa pendidikan, meliputi:
o jasa penyelenggaraan
pendidikan sekolah, seperti
jasa penyelenggaraan
pendidikan umum, pendidikan
kejuruan, pendidikan luar
biasa, pendidikan kedinasan,
pendidikan keagamaan,
pendidikan akademik, dan
pendidikan profesional; dan
o jasa penyelenggaraan
pendidikan luar sekolah

36
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa kesenian dan hiburan


Jasa kesenian dan hiburan meliputi semua jenis jasa yang dilakukan
oleh pekerja seni dan hiburan
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan meliputi jasa penyiaran radio
atau televisi yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang
tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor yang bertujuan
komersial
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam
negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari jasa angkutan
udara luar negeri
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa tenaga kerja, meliputi:
o jasa tenaga kerja;
o jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang
pengusaha penyedia tenaga kerja tidak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga
kerja tersebut; dan
o jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja

Cleaning service
jasa perhotelan, meliputi:
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

 jasa penyewaan kamar, termasuk


tambahannya di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel,
serta fasilitas yang terkait dengan
kegiatan perhotelan untuk tamu yang
menginap; dan
 jasa penyewaan ruangan untuk
kegiatan acara atau pertemuan di
hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa yang disediakan oleh pemerintah
dalam rangka menjalankan pemerintahan
secara umum.
antara lain pemberian Izin Mendirikan
Bangunan, pemberian Izin Usaha
Perdagangan, pemberian NPWP, dan
pembuatan KTP
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)
jasa penyediaan tempat parkir,
yang dilakukan oleh pemilik
tempat parkir dan/atau
pengusaha kepada pengguna
tempat parkir dengan dipungut
bayaran
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam


yang diselenggarakan oleh pemerintah maupun swasta
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa pengiriman uang dengan wesel pos

45
Non JKP Non JKP
Pasal 4A ayat (3)

jasa boga atau katering

46
Syarat-syarat Penyerahan
BKP JKP
1. barang berwujud yang 1. jasa yang diserahkan merupakan
diserahkan merupakan Barang Jasa Kena Pajak;
Kena Pajak;
2. penyerahan dilakukan di dalam
2. barang tidak berwujud yang Daerah Pabean; dan
diserahkan merupakan Barang 3. penyerahan dilakukan dalam
Kena Pajak Tidak Berwujud; kegiatan usaha atau pekerjaannya.
3. penyerahan dilakukan di dalam
Daerah Pabean; dan
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf c
4. penyerahan dilakukan dalam
rangka kegiatan usaha atau
pekerjaannya. !
Penjelasan Pasal 4 ayat (1) huruf a
OBJEK PPN
Syarat-syarat Penyerahan

Yang diserahkan BKP/JKP K


u
m
Dilakukan di dalam Daerah u
Pabean l
a
t
i
Indonesia, Hal.29
Untung Sukardji, Pokok-Pokok PPN

Dalam Kegiatan
Usaha/Pekerjaan PKP f
Syarat Penyerahan
BKP/JKP Dikenakan
PPN
Ada unsur Sesuai Kegiatan
Pengulangan sehari-hari PKP
PENYERAHAN
Penyerahan BKP Pasal 1A ayat (1)

1 Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian


2 Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa
guna usaha (leasing)
3 Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau melalui Juru Lelang
4 Pemakaian sendiri dan pemberian cuma-cuma
5 BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
6 Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau sebaliknya dan
penyerahan BKP antar cabang
7 Penyerahan BKP secara Konsinyasi
8 Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yg dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yg penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yg membutuhkan BKP

50
Tidak Termasuk Penyerahan BKP Pasal 1A ayat (2)

1 Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud KUHD

2 Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

3 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau


antar cabang dlm hal PKP melakukan pemusatan
4 Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak
yang melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak
5 Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf a
1

Penyerahan hak atas BKP karena


suatu perjanjian

Jual beli

Tukar menukar

Jual beli dengan angsuran

Perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas BKP

52
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf b
2

Pengalihan BKP oleh karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau


perjanjian sewa guna usaha (leasing)

Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “pengalihan Barang Kena Pajak karena suatu perjanjian sewa guna
usaha (leasing)” adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang disebabkan oleh perjanjian
sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi

Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka
perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena Pajak dianggap
diserahkan langsung dari Pengusaha Kena Pajak pemasok (supplier) kepada pihak yang
membutuhkan barang (lessee).

53
SEWA GUNA USAHA DENGAN HAK OPSI
SE-129/PJ/2010

BKP berasal dari Pemasok BKP milik Lessor

BKP dianggap diserahkan dari


Pemasok ke Lessee Lessor melakukan 2 penyerahan:

Lessor melakukan jasa pembiayaan Jasa pembiayaan (non objek JKP)


(non objek JKP)
Penyerahan BKP
Pemasok membuat Faktur Pajak
kepada Lessee
Lessor membuat Faktur Pajak
kepada Lessee
DPP sebesar harga jual dr Pemasok
ke Lessee DPP sebesar harga jual dr Lessor ke
Lessee non bunga pembiayaan

54
TRANSAKSI SALE AND LEASEBACK
SE-129/PJ/2010

Dengan Hak Opsi Tanpa Hak Opsi

Penyerahan BKP dari Lessee ke


Lessor (sale) merupakan bukan Penyerahan BKP dari Lessee ke
Objek BKP Lessor (sale) merupakan Objek BKP

Penyerahan jasa pembiayaan dari


Penyerahan jasa pembiayaan dari Lessor Lessor ke Lessee (leaseback)
ke Lessee (leaseback) bukan Objek JKP
merupakan Objek JKP

55
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf c
3

Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara atau melalui Juru


Lelang

Penjelasan:
Yang dimaksud dengan “pedagang perantara” adalah orang pribadi atau badan
yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan
perjanjian atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain dengan
mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya komisioner.

Yang dimaksud dengan “juru lelang” adalah juru lelang Pemerintah atau yang
ditunjuk oleh Pemerintah
56
Pasal 8 Penyerahan BKP melalui Juru Lelang

FP

Pemilik BKP Juru BKP Pembeli


(Pemenang
Barang Lelang Lelang)

Tidak ada FP

Bayar SSP

Diatur lebih
PP 1 tahun 2012 lanjut di PMK

57
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf d
4
Pemakaian sendiri dan/atau Pemberian cuma-cuma

Barang Kena Pajak


Penjelasan :
Yang dimaksud dengan “pemakaian sendiri” adalah pemakaian untuk kepentingan pengusaha sendiri,
pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri.
Yang dimaksud dengan “pemberian cuma-cuma” adalah pemberian yang diberikan tanpa pembayaran baik
barang produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, seperti pemberian contoh barang untuk promosi
kepada relasi atau pembeli

KEP-87/PJ./2002 dan SE-04/PJ.51/2002 :


•Pemakaian sendiri terdiri dari pemakaian sendiri untuk tujuan produktif dan untuk tujuan bukan produktif.
•Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak termasuk dalam pengertian penyerahan BKP, dan tidak terutang
PPN.
•Pemakaian sendiri yang bukan untuk tujuan produktif dikenakan PPN.
•Atas pemberian cuma-cuma Barang Kena Pajak baik yang dilakukan secara tersendiri atau menyatu dengan
barang yang dijual serta atas pemberian cuma-cuma Jasa Kena Pajak terutang PPN dan harus diterbitkan
Faktur Pajak. 58
Pasal 5 Pemakaian Sendiri

Dilakukan Penyerahan:
pemungutan OUTPUT - Tidak Terutang PPN
PPN - Dibebaskan PPN
Produktif

Tidak
Dilakukan
Pemungutan Penyerahan Terutang PPN
Pemakaian OUTPUT
PPN PPN Tidak Dipungut
Sendiri BKP/JKP
(Terutang PPN) (Tidak Dibuat
Faktur Pajak)

Dilakukan
Konsumtif pemungutan
PPN

Pemakaian sendiri untuk tujuan produktif tidak perlu dibuat Faktur Pajak, sepanjang digunakan untuk melakukan PP 1 tahun
penyerahan yang terutang PPN 2012
59
Pasal 5 Contoh Pemakaian Sendiri
Pabrikan Ban

OUTPUT
Tidak dilakukan
pemungutan PPN Penjualan
(Tidak Dibuat Faktur Pajak) Terutang Ban
PPN
Truk Pengangkut Ban

Unit Pemakaian Sendiri


Produksi Ban
Ban
OUTPUT
Dilakukan Jasa Angkutan
pemungutan PPN Umum
Tidak Terutang
Angkutan Umum PPN

60
Pasal 5 Skema Pemakaian Sendiri
BKP/JKP (PPN) BKP/JKP (PPN)

INPUT
INPUT
1
PEMAKAIAN SENDIRI OUTPUT
Divisi A Divisi B
3
2

PKP X

Tidak Terutang PPN


2 1 Tidak Dapat Dikreditkan
BKP/JKP Dibebaskan PPN

BKP/JKP Terutang PPN


2 1 Dapat Dikreditkan
BKP/JKP Tidak dipungut PPN

Tidak Terutang PPN


3 2 Dilakukan pemungutan PPN
BKP/JKP Dibebaskan PPN

BKP/JKP Terutang PPN Tidak dilakukan pemungutan PPN


3 BKP/JKP Tidak dipungut PPN 2 (Tidak Dibuat Faktur Pajak)

61
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
5 Pasal 1A ayat (1) huruf e

Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut


tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan

Penjelasan:
Persediaan BKP dan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan, disamakan dengan pemakaian sendiri, sehingga
dianggap sebagai penyerahan BKP.

Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini adalah penyerahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 1A ayat (2) huruf e yaitu :
(Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya
tidak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c)
62
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
Pasal 1A ayat (1) huruf f
6
Penyerahan BKP dari kantor pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar cabang

Penjelasan :
Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu tempat pajak terutang baik
sebagai pusat maupun sebagai cabang perusahaan, pemindahan Barang Kena Pajak
antartempat tersebut merupakan penyerahan Barang Kena Pajak.

Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat tinggal atau tempat kedudukan.

Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain lokasi usaha, perwakilan, unit pemasaran,
dan tempat kegiatan usaha sejenisnya

63
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
7
Pasal 1A ayat (1) huruf g

Penyerahan BKP secara


Konsinyasi

64
PENYERAHAN BARANG KENA PAJAK
8 Pasal 1A ayat (1) huruf h

Penyerahan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian
pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang membutuhkan Barang Kena
Pajak

Penjelasan:
Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak sebagai penyedia dana untuk membeli
sebuah kendaraan bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan nasabah bank syariah
(Tuan B).
Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus membeli dahulu kendaraan bermotor
tersebut dan kemudian menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan Undang-Undang ini, penyerahan
kendaraan bermotor tersebut dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha Kena Pajak A kepada
Tuan B

65
SKEMA MURABAHAH (Pasal 1A ayat (1) huruf h)

ARUS FISIK BRG


PENJUAL /
NASABAH
SUPPLIER

BANK
SYARIAH

Dengan mekanisme passthrough maka penyerahan BKP dianggap diserahkan langsung dari Supplier
ke Nasabah 66
SKEMA KREDIT PERBANKAN KONVENSIONAL

UANG
PENJUAL /
NASABAH
SUPPLIER
BARANG

BANK

▪ Bank hanya memberikan kredit (uang) pada nasabah untuk beli barang
▪ Bank tidak terlibat jual beli BKP
▪ Penyerahan BKP yang terutang PPN dilakukan langsung dari Supplier ke Nasabah
▪Bunga merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
▪Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3) d)
67
SKEMA PEMBIAYAAN SYARIAH

PENJUAL / ARUS FISIK BRG


NASABAH
SUPPLIER

BANK
SYARIAH

▪ Untuk memenuhi ketentuan syariah dlm memberikan pembiayaan syariah kepada nasabah, Bank
harus terlibat jual beli barang, tidak hanya memberikat uang (kredit) pada nasabah
▪ Bank membeli dari Supplier dan menjualnya pada Nasabah
▪ Terdapat dua transaksi penyerahan BKP yg terutang PPN, yaitu dari Supplier ke Bank Syariah dan
dari Bank Syariah ke Nasabah
▪Margin merupakan imbalan jasa yang dibebankan Bank kepada nasabah (jasa pembiayaan)
▪Jasa pembiayaan termasuk jasa keuangan yang bukan merupakan Jasa Kena Pajak (ps.4A (3) d) 68
SUBJEK
PPN
PENGUSAHA
Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang, melakukan
usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
Daerah Pabean
(Pasal 1 angka 14 UU PPN)

PENGUSAHA KENA PAJAK


Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang dikenai pajak
berdasarkan UU PPN
(Pasal 1 angka 15 UU PPN)

PENGUSAHA KECIL
Pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP
dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp600.000.000,00 (enam ratus juta rupiah).
(KepMenkeu No: 571/KMK.03/2003 diubah dengan PerMenkeu No.68/PMK.03/2010)
70
SUBJEK PAJAK PASAL 3A AYAT (1)
PENGUSAHA yang

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean


melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud

ekspor Jasa Kena Pajak

wajib ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud

melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;


memungut ;
menyetorkan ; kecuali Pengusaha Kecil
melaporkan PPN dan PPn BM terutang yang batasannya ditetapkan Menkeu

Pengusaha Kecil dapat memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak


Ps.3A ayat (1a) 71
PENGUSAHA KECIL

Pengusaha Kecil dapat memilih dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak


Ps.3A ayat (1a)

Batasan Pengusaha Kecil

Rp 600 juta >=


PMK 68/PMK.03/2010

2014
Rp4,8 miliar >=
PMK 197/PMK.03/2013

72
SUBYEK PAJAK PASAL 3A AYAT (3)

ORANG PRIBADI ATAU BADAN yang

memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
(Pasal 4 ayat (1) huruf d)

memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean


(Pasal 4 ayat (1) huruf e)

Bagi PKP Menyetor menggunakan SSP wajib


Melapor menggunakan SPT
Masa PPN
memungut ;
Bagi Non Menyetor menggunakan SSP
PKP Melapor menggunakan SSP menyetorkan ;
lembar ke-3
melaporkan PPN dan PPn BM terutang
PMK 40/PMK.03/2010

73
SUBJEK PAJAK

Pengusaha
Melakukan: Melakukan :
• Penyerahan BKP • Impor BKP
• Penyerahan JKP • Memanfaatkan BKP tidak
• Ekspor BKP Berwujud berwujud dari luar daerah Pabean
• Ekspor BKP Tidak • Memanfaatkan JKP dari luar
Berwujud daerah Pabean
• Ekspor JKP • Penyerahan 16C
• Penyerahan 16D

PKP PKP/NON
PKP
74
Pasal 2 Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

Pengusaha
Omzet 1
tahun > 4,8
Melakukan: miliar
Wajib
• Penyerahan BKP
• Penyerahan JKP
• Ekspor BKP Berwujud
• Ekspor BKP Tidak
PKP
Dapat
Berwujud Omzet 1 Memilih
• Ekspor JKP tahun < 4,8
miliar

PMK Wajib
197/2013 memungut,
Bermaksud menyetor, dan
melakukan Dapat
Memilih
melapor PPN
penyerahan/ekspor terutang

Pengusaha yang sejak semula bermaksud melakukan penyerahan, dapat melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai PP 1 Tahun
PKP 2012
75
Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP

Penyerahan Omzet > 4,8


miliar
Pra produksi

JAN FEB MAR APR MEI JUN JUL

Dapat lapor PKP


Ps 2 PP 1/2012
Dapat lapor PKP
PMK 197/2013

Wajib lapor PKP


p.l. akhir Juni
Tidak/Terlambat
PMK 197/2013 lapor PKP
Dapat dikenai sanksi

PMK 197/2013 jo
PP 74/2011

Pengusaha yang tidak/terlambat lapor untuk dikukuhkan sbg PKP, dapat dikenai sanksi sejak omzetnya melebihi PP 1 Tahun
Rp600 juta 2012
76
Pasal 3 Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

Bentuk kerja sama operasi = Badan (bentuk badan lainnya)


“Pasal 1 angka 13 UU PPN”

PT ABC

Penyerahan
atas nama JO
JO Pemilik Proyek
JO
Wajib PKP

PT DEF

PP 1 Tahun
JO wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO
2012
77
Pasal 3 Bentuk Kerja Sama Operasi (Joint Operation)

Penyerahan
atas nama PT X
PT X

Pemilik Proyek
JO

JO Tidak
Wajib PKP
PT Y

PP 1 Tahun
JO tidak wajib dikukuhkan sebagai PKP dalam hal tidak melakukan penyerahan BKP/JKP atas nama JO
2012

78
SENTRALISASI TIDAK ADA PENGUSAHA DESENTRALISASI
KECIL BAGI KANTOR CABANG

KPP
PT A Pengukuhan PKP PRATAMA Pengukuhan PKP Pt B
Pusat BOGOR Pusat

Omzet = Rp 2 milyar Total Omzet = Rp 2 milyar

KPP
PT A Pt B
PRATAMA Pengukuhan PKP
CAB. 1 CAB. 1
DEPOK

Omzet = Rp 590 juta

PT A KPP Pt B
CAB. 2 PRATAMA Pengukuhan PKP CAB. 2
SERANG

Omzet = Rp 420 juta


79
Latihan
• PT ABC bergerak dalam bidang perdagangan barang elektronik sejak 2
Januari 2010 terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Sunter.
Peredaran bruto selama tahun 2010 sbb
Bulan Peredaran Bruto Bulan Peredaran Bruto
Januari 100.000.000 Juli 75.000.000
Februari 175.000.000 Agustus 85.000.000
Maret 50.000.000 September 115.000.000
April 200.000.000 Oktober 105.000.000
Mei 150.000.000 Nopember 95.000.000
Juni 120.000.000 Desember 130.000.000
◼ Kapan paling lama PT ABC harus melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebagai pengusaha kena pajak?
◼ Jika PT ABC tidak melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
dan pada tanggal 31 Desember 2010 KPP Pratama Sunter mengukuhkan
PT ABC sebagai PKP secara jabatan berapa nilai SKP dan/STP yang harus
dibayar?
TARIF
PPN
SAAT & TEMPAT
TERUTANGNYA
PAJAK
Pasal 11
SAAT TERUTANG PAJAK
(1) Terutangnya pajak terjadi pada saat:

1 Penyerahan BKP;
2 Impor BKP;
3 Penyerahan JKP;
4 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Luar Daerah Pabean;
5 Pemanfaatan JKP dari Luar Daerah Pabean;
6 Ekspor BKP Berwujud;
7 Ekspor BKP Tidak Berwujud; Accrual Basis
8 Ekspor JKP;

(2) Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP, atau dalam hal
pembayaran dilakukan sebelum dimulainya pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari
Luar daerah Pabean; saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran

Cash Basis
84
PP 1 - 2012 Saat Penyerahan Pasal 17

Pasal 11 UU PPN Pasal 13 UU PPN

Saat Pembuatan
Saat Terutang Pajak Saat Penyerahan
Faktur Pajak

“Saat penyerahan yang merupakan dasar penentuan saat terutang PPN dan saat
pembuatan Faktur Pajak disinkronisasikan dengan praktik yang lazim terjadi dalam
kegiatan usaha yang tercermin dalam praktik pencatatan atau pembukuan berdasarkan
prinsip akuntansi yang berlaku umum serta diterapkan secara konsisten oleh PKP”

“Penyerahan dianggap telah terjadi, apabila resiko dan manfaat kepemilikan barang
telah berpindah kepada pembeli dan jumlah pendapatan dari transaksi tersebut dapat
diukur dengan handal”

“Pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang dicerminkan dengan penerbitan


invoice/faktur penjualan yang sekaligus menjadi dokumen sumber dan sebagai dasar
pencatatan pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang”

85
PP 1 - 2012 Saat Pembuatan Faktur Pajak

saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP

saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan


pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau JKP

saat penerimaan pembayaran termin dalam hal


penyerahan sebagian tahap pekerjaan

saat PKP rekanan menyampaikan tagihan kepada


Bendahara Pemerintah sebagai Pemungut PPN

86
Saat Penyerahan BKP Bergerak

a. diserahkan secara langsung kepada pembeli atau Penjualan langsung dan


pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli; penjualan eceran

b. diserahkan secara langsung kepada penerima Pemberian cuma-cuma,


barang; pemakaian sendiri, dan
penyerahan antarcabang

c. diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa Penjualan dengan syarat fob
angkutan; atau shipping point

d. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau


pada saat diterbitkan faktur penjualan, sesuai Selain kriteria di atas
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten.

87
Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

1 PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada Tuan Igna
pada tanggal 15 Mei 2011.

2 PT Berkah (Jakarta) menjual BKP kepada PT Ceria (Surabaya) dengan syarat


pengiriman fob shipping point. Barang dikeluarkan dari gudang PT Berkah dan
dikirim ke gudang PT Ceria pada tanggal 10 Juni 2011 dengan menggunakan
perusahaan ekspedisi dengan tanggal DO (delivery order) 10 Juni 2011. Barang
diterima oleh PT Ceria pada tanggal 12 Juni 2011.

88
Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

Contoh Transaksi Penjualan


(fob destination)
16 Agustus

12 Agustus
Penjual menerbitkan
Faktur Penjualan
13-16 Agustus
Barang keluar dari
gudang Penjual

Perakitan & ujicoba


13 Agustus barang oleh Pembeli

Faktur Pajak
Barang diterima
Diterbitkan
Pembeli

89
LATIHAN

Terjadi perjanjian jual beli satu unit sepeda motor dengan harga
jual Rp. 6.000.000,00. Uang muka diterima tanggal 10 Juni 2010
Rp. 600.000,00, sedangkan sisanya diangsur sebanyak 6 kali @
Rp. 900.000. Penyerahan sepeda motor dilakukan tanggal 17
Juli 2010 bersamaan dengan Angsuran I sebesar Rp.
900.000,00. Kapankan saat terutang dan berapakan DPP nya ?

Jika penyerahan sepeda motor dilakukan bersamaan dengan


pembayaran uang muka yaitu tanggal 10 Juni 2010, kapankan
saat terutang dan berapakan DPP nya ?

90
Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai Barang Kena


Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata, kepada pihak
pembeli

92
Contoh Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

1 Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal 1 Mei 2011.


Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah tersebut dibuat
atau ditandatangani tanggal 1 September 2011.

2 Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, rumah telah
diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Faktur
Pajak harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada
dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.

93
Saat Penyerahan BKP Tidak Berwujud
a. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Dalam hal
Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip
tidak diketahui
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan
secara konsisten

b. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau


saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan
untuk dipakai secara nyata, sebagian atau
seluruhnya

Pemberian cuma-cuma,
pemakaian sendiri, dan
penyerahan antarcabang

94
Saat Penyerahan BKP (Aktiva)
Saat Penyerahan untuk persediaan dan aktiva yang masih tersisa
pada saat pembubaran perusahaan?

a. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris

b. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan


yang ditetapkan dalam Anggaran Dasar
Mana yang terjadi
lebih dulu
c. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan
perusahaan dibubarkan

d. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-


nyata sudah tidak melakukan kegiatan usaha atau
sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan
atau berdasarkan data atau dokumen yang ada

95
Saat Penyerahan BKP (Restrukturisasi Usaha)

Saat Penyerahan BKP


Perubahan bentuk usaha

ATAU
a. Saat disepakati atau ditetapkan sesuai hasil
Penggabungan usaha
Rapat Umum Pemegang Saham yang
Peleburan usaha tertuang dalam perjanjian; atau

Pemekaran usaha
b. Saat ditandatanganinya akta oleh Notaris
Pemecahan usaha

Pengambilalihan usaha

Tidak memenuhi
Pasal 1A (2) UU PPN

96
Saat Penyerahan JKP

1) diakui sebagai piutang atau penghasilan atau


pada saat diterbitkan faktur penjualan sesuai Dalam hal
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum tidak diketahui
dan diterapkan secara konsisten

2) kontrak atau perjanjian ditandatangani

3) saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan


Pemberian cuma-cuma,
untuk dipakai secara nyata, baik sebagian atau
seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma
pemakaian sendiri, dan
atau pemakaian sendiri penyerahan antarcabang

97
Contoh Saat Penyerahan JKP
1 PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan masa kontrak
selama 12 tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:
• PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tanggal 1 September 2011;
• Nilai kontrak sewa selama 12 tahun adalah Rp 120.000.000,00
• Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal 29 September
dengan pembayaran sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per tahun.
Pada tanggal 29 September 2011 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk
tahun pertama.

2 1. PT Setiyakom adalah suatu perusahaan jasa telekomunikasi.


2. PT Setiyakom melakukan penagihan kepada pelanggan sesuai dengan periode
pemakaian selama satu bulan.
3. Pengumpulan data-data pemakaian dari pelanggan memerlukan waktu beberapa hari,
sehingga faktur penjualan baru dapat diterbitkan beberapa hari setelahnya.
4. Untuk pemakaian oleh pelanggan pada tanggal 1 – 30 Juni 2011, PT Setiyakom
menerbitkan faktur penjualan (melakukan penagihan) pada tanggal 5 Juli 2011.

98
Saat Penyerahan - Pemanfaatan dari luar DP
Saat Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/ JKP dari luar Daerah Pabean
Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang
oleh pihak yang memanfaatkannya

Mana yang Saat harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
terjadi lebih penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang
dahulu menyerahkannya
Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau
seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya

Tidak Diketahui

tanggal ditandatanganinya kontrak


atau perjanjian

99
Saat Penyerahan – Impor & Ekspor
Saat saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke
Impor BKP dalam Daerah Pabean PIB

Saat saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke


dalam Daerah Pabean PEB
Ekspor BKP

saat Penggantian atas Barang Kena


Saat Pajak Tidak Berwujud yang diekspor
Ekspor BKP tersebut dicatat atau diakui sebagai
Tidak Berwujud piutang atau penghasilan Pemberitahuan
Ekspor JKP/BKP
Tidak Berwujud
Saat saat Penggantian atas jasa yang
Ekspor JKP diekspor tersebut dicatat atau diakui
sebagai piutang atau penghasilan

100
TEMPAT PAJAK TERUTANG PASAL 12 UU PPN

PENGUSAHA KENA PAJAK ORANG PRIBADI/BADAN

melakukan penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean memanfaatkan Barang Kena
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean Pajak Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean
melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
ekspor Jasa Kena Pajak memanfaatkan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud Pabean
TERUTANG DI
TERUTANG DI

Tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan;
atau Tempat lain yang diatur dengan Per Dirjen PKP OP dg tempat tinggal
kecuali pemusatan tdk sama dg tempat usaha
Dalam hal impor
dengan pemberitahuan Terutang di tempat kegiatan usaha,
secara tertulis dari PKP, sepanjang tdk ada usaha di tempat tinggal
DJP dapat menetapkan 1
tempat atau lebih sebagai
tempat pajak terutang Ditempat BKP dimasukkan dan dipungut melalui Bea dan Cukai
101
PASAL 18 PP 1 - 2012 Pemusatan PPN

PKP

Memiliki > 1 Tempat Dapat menyampaikan Pemusatan Tempat


Kegiatan Usaha pemberitahuan Terutang PPN

Administrasi Penjualan
wajib terpusat pada
tempat pemusatan

102
FAKTUR PAJAK

103
DASAR HUKUM
UU KUP (Pasal 14 ayat (1))

UU PPN

PP 1 th. 2012

PMK-151/PMK.11/2013

PER-24/PJ/2012 stdd PER-08/PJ/2013

104
Pengertian Faktur Pajak
Pasal 1 angka 23 UU No. 42 Tahun 2009

 Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat


oleh Pengusaha Kena Pajak yang melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak atau penyerahan Jasa
Kena Pajak.

105
Jenis Faktur Pajak

FAKTUR PAJAK
Pasal 1 angka 23 UU
PPN dan PPnBM

Faktur Pajak dengan menggunakan contoh dalam


PER-24/PJ/2012
PER-24/PJ/2012

Faktur Penjualan yang memenuhi persyaratan Pasal 14


sebagai faktur pajak PER-24/PJ/2012

Pasal 13 ayat (2)


Faktur Pajak Gabungan UU PPN dan PPnBM

Pasal 16E UU PPN


Faktur Pajak Khusus
dan PPnBM

Pasal 20
Faktur Pajak PKP Pedagang Eceran
PP 1 Tahun 2012

Dokumen tertentu yang kedudukannya Pasal 13 ayat (6) UU


dipersamakan dengan faktur pajak PPN dan PPnBM
KEWAJIBAN MEMBUAT FAKTUR PAJAK Pasal 13 (1) UU PPN

wajib buat FP untuk setiap


PENGUSAHA KENA PAJAK
penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (Ps. 4 ayat (1) huruf a)

penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean (Ps.4 ayat (1) huruf c)
melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud (Ps.4 ayat (1) huruf f)
ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud (Ps.4 ayat (1) huruf g)
ekspor Jasa Kena Pajak (Ps.4 ayat (1) huruf h)
penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan oleh Pengusaha Kena Pajak (Ps.16 D)
kecuali atas penyerahan aktiva yang PM-nya tidak dapat dikreditkan
sbgmn dimaksud Ps. 9 ayat (8) huruf b dan c
Dikecualikan dari ketentuan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), PKP dapat membuat 1
(satu) Faktur Pajak meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan kepada pembeli BKP atau
penerima JKP yang sama selama 1 (satu) bulan kalender {Pasal 13 ayat (2) UU PPN}

FAKTUR PAJAK GABUNGAN 107


Penjelasan Ps 13(1)
 Dalam hal terjadi penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak, Pengusaha Kena Pajak yang
menyerahkan Barang Kena Pajak dan/atau menyerahkan
Jasa Kena Pajak itu wajib
 memungut Pajak Pertambahan Nilai yang terutang dan
 memberikan Faktur Pajak sebagai bukti pungutan pajak.

 Faktur Pajak tidak perlu dibuat secara khusus atau


berbeda dengan faktur penjualan.

 Faktur Pajak dapat berupa faktur penjualan atau dokumen


tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak oleh
Direktur Jenderal Pajak

108
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PASAL 13 AYAT (1a)

Faktur Pajak harus dibuat pada :

saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak

saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum


penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak
saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap pekerjaan

saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan

pada saat PKP rekanan menyampaikan


tagihan kepada bendahara Pemerintah
FAKTUR PAJAK sebagai Pemungut PPN
GABUNGAN (PER-13/PJ./2010 stdd PER-65/PJ/2010)

Paling lama akhir bulan penyerahan

AYAT (2a) 109


PP 1 / 2012
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK
PENYERAHAN BKP BERWUJUD BERUPA BARANG BERGERAK

pada saat barang diserahkan

secara langsung kepada pembeli


1 secara langsung kepada pihak ketiga atas nama pembeli

Langsung kepada penerima barang untuk:

2 Pemberian Cuma Cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan


pusat ke cabang atau sebaliknya dan antar cabang

3 kepada juru kirim atau pengusaha jasa angkutan

Diakui sebagai piutang/penghasilan atau


4 saat diterbitkan faktur penjualan 110
PP 1 / 2012

SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

PENYERAHAN BKP BERWUJUD BERUPA


BARANG TIDAK BERGERAK

Terjadi saat penyerahan hak untuk menggunakan atau


menguasai BKP

secara yuridis secara nyata

111
PP 1/2012

SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

PENYERAHAN BKP TIDAK BERWUJUD

harga penyerahannya diakui sebagai piutang / penghasilan

1
Diterbitkan faktur penjualan

ditandatangani kontrak / perjanjian

2 Saat mulai tersedia fasilitas atau kemudaan untuk dipakai secara nyara

112
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PP 1/2012

BKP persediaan / Aktiva yang menurut tujuan semula tidak


untuk diperjualbelikan yang masih tersisa
pada saat pembubaran perusahaan

pada saat mana yang terjadi lebih dahulu :

1 ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris; atau

berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang


2 ditetapkan dalam Anggaran Dasar; atau

tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan


3 perusahaan dibubarkan; atau

diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak


4 melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan
hasil pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada.113
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PP 1/2012

Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha yang tidak
memenuhi Pasal 1A ayat (2) huruf d UU PPN atau perubahan
bentuk usaha

Saat disepakati atau ditetapkannya penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
perubahan bentuk usaha sesuai hasil RUPS yang tertuang dalam
perjanjian
Atau
Ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha, atau
perubahan bentuk usaha oleh notaris
114
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PP 1/2012

SAAT PENYERAHAN JKP

harga penyerahannya diakui sebagai piutang / penghasilan


1 Diterbitkan faktur penjualan

2 ditandatangani kontrak / perjanjian

Saat mulai tersedia fasilitas atau kemudaan untuk dipakai


3 secara nyata, sebagian atau seluruhnya dalam hal
pemberian Cuma Cuma atau pemakaian sendiri JKP

115
SAAT PEMBUATAN FAKTURPAJAK PP 1/2012

EKSPOR BKP BERWUJUD

saat Barang Kena Pajak dikeluarkan


dari Daerah Pabean

116
SAAT PEMBUATAN FAKTURPAJAK PP 1/2012

EKSPOR BKP TIDAK BERWUJUD

saat penggantian BKP tidak berwujud


dicatat / diakui sebagai piutang atau
penghasilan

117
SAAT PEMBUATAN FAKTURPAJAK PP 1/2012

EKSPOR JKP

saat penggantian dicatat / diakui


sebagai piutang atau penghasilan

118
Penjelasan Ps 13(2a)
 Untuk meringankan beban administrasi, PKP
diperkenankan membuat FP gabungan paling lama
pada akhir bulan penyerahan BKP dan/atau JKP
meskipun di dalam bulan penyerahan telah terjadi
pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya
Contoh 1
 Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A melakukan
penyerahan Barang Kena Pajak kepada pengusaha B
pada tanggal 1, 5, 10, 11, 12, 20, 25, 28, dan 31 Juli
2010, tetapi sampai dengan tanggal 31 Juli 2010 sama
sekali belum ada pembayaran atas penyerahan
tersebut, Pengusaha Kena Pajak A diperkenankan
membuat 1 (satu) Faktur Pajak gabungan meliputi
seluruh penyerahan yang dilakukan pada bulan Juli,
yaitu paling lama tanggal 31 Juli 2010
119
Contoh 2
 Pengusaha Kena Pajak A melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak kepada pengusaha B pada tanggal 2, 7, 9, 10, 12, 20, 26,
28, 29 dan 30 September 2010. Pada tanggal 28 September
2010 terdapat pembayaran oleh Pengusaha B atas penyerahan
tanggal 2 September 2010. Dalam hal Pengusaha Kena
Pajak A menerbitkan Faktur Pajak gabungan, Faktur Pajak
gabungan dibuat pada tanggal 30 September 2010 yang meliputi
seluruh penyerahan yang terjadi pada bulan September.
Contoh 3
 Pengusaha Kena Pajak A melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak kepada pengusaha B pada tanggal 2, 7, 9, 10, 12, 20, 26,
28, 29, dan 30 September 2010. Pada tanggal 28 September
2010 terdapat pembayaran atas penyerahan tanggal 2
September 2010 dan pembayaran uang muka untuk penyerahan
yang akan dilakukan pada bulan Oktober 2010 oleh Pengusaha
B. Dalam hal Pengusaha Kena Pajak A menerbitkan Faktur Pajak
gabungan, Faktur Pajak gabungan dibuat pada tanggal 30
September 2010 yang meliputi seluruh penyerahan dan
pembayaran uang muka yang dilakukan pada bulan September
120
KETERANGAN DALAM FAKTUR PAJAK

Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan


Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak

Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli


Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak

Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau


Penggantian, dan potongan harga

KETERANGAN
DALAM FAKTUR Pajak Pertambahan Nilai yang
PAJAK dipungut

Pajak Penjualan atas Barang


Mewah yang dipungut

Kode, nomor seri, dan tanggal


pembuatan Faktur Pajak

Nama dan tanda tangan yang berhak


menandatangani Faktur Pajak
Pasal 13 ayat (5)
UU PPN dan PPnBM
Bentuk, Ukuran, dan Pengadaan Faktur Pajak

Bentuk dan ukuran Faktur Pajak Dapat dibuat


disesuaikan dengan kepentingan sebagaimana
PKP contoh

Pengadaan Faktur Pajak dilakukan


oleh PKP

Paling sedikit dibuat dalam 2


rangkap
Lembar ke 1 : untuk pembeli Selebihnya harus
jelas peruntukannya
Lembar ke 2 : untuk arsip PKP dalam lembar faktur

Pasal 3 dan 4
PER-24/PJ/2012
Contoh Faktur
Pajak
Lampira n IA
PER-24/PJ/2012
Contoh Faktur
Pajak (Valas)
Lampira n IB
PER-24/PJ/2012
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

0 0 0 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1

Kode Tahun
Transaksi Kode Status Penerbitan

Kode FP Nomor Seri FP 11 digit nomor urut


dipisahkan 2 digit
Ditentukan oleh tahun penerbitan
Direktorat Jenderal
Pajak

Lampiran III
PER-24/PJ/2012
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

Kode Transaksi

0 0 0 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1
Diisi dengan ketentuan:
01 digunakan untuk penyerahan yang PPN nya dipungut oleh PKP Penjual. (selain kode 04-09)
02 digunakan untuk penyerahan kepada Pemungut PPN Bendahara Pemerintah.
03 digunakan untuk penyerahan kepada Pemungut PPN Lainnya (selain Bendahara Pemerintah).
04 digunakan untuk penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain, PPN dipungut PKP Penjual.
05 Kode ini tidak dapat digunakan lagi sejak 1 April 2010.
06 digunakan untuk penyerahan Lainnya yang PPN nya dipungut PKP Penjual, dan penyerahan kepada
orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing).
07 digunakan untuk: penyerahan yang mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung
Pemerintah berdasarkan ketentuan.

08 digunakan untuk penyerahan yang Dibebaskan dari pengenaan PPN dan PPnBM kepada selain
Pemungut PPN.
09 digunakan untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D yang PPN nya dipungut PKP Penjual.

Lampiran III
PER-24/PJ/2012
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

Kode Status

0 0 0 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1

Diisi dengan ketentuan:


0 Faktur Pajak Normal
1 Faktur Pajak Pengganti

Dalam hal diterbitkan Faktur Pajak Kode status


Pengganti ke-2, ke-3 dan seterusnya tetap “1”

Lampiran III
PER-24/PJ/2012
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

CONTOH

0 1 0 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1

berarti penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dan PPNnya
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) Penjual yang melakukan penyerahan
Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP), Faktur Pajak Normal
(bukan Faktur Pajak Pengganti), dengan nomor seri 900-13.00000001 sesuai
dengan nomor seri pemberian dari Direktorat Jenderal Pajak

0 1 1 . 9 0 0 - 1 3 . 0 0 0 0 0 0 0 1

berarti penyerahan yang terutang PPN dan PPNnya dipungut oleh PKP Penjual
yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan status Faktur Pajak
Pengganti. Faktur Pajak Pengganti diterbitkan dengan nomor seri
900-13.00000001 sesuai dengan nomor seri Faktur Pajak yang diganti

Lampiran III
PER-24/PJ/2012
Perolehan Nomor Seri Faktur Pajak

PERSYARATAN
KODE AKTIVASI
DAN PASSWORD

PKP telah dilakukan Registrasi Ulang PKP


dan laporan hasil registrasi ulang/verifikasi telah memiliki Kode Aktivasi dan Password
menyatakan PKP tetap dikukuhkan

telah melaporkan SPT Masa PPN untuk 3


PKP telah dilakukan verifikasi berdasarkan
(tiga) masa pajak terakhir yang telah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor
jatuh tempo secara berturut-turut pada
73/PMK.03/2012
tanggal permintaan disampaikan

NOMOR SERI
FAKTUR PAJAK

Pasal 8 dan 9
PER-24/PJ/2012
Perolehan Nomor Seri Faktur Pajak

PROSEDUR PEROLEHAN
KODE AKTIVASI DAN PASSWORD

1
Surat Surat pemberitahuan kode aktivasi atau
permohona surat pemberitahuan penolakan dikirim
n kode via pos
aktivasi
3

3
Password di email
PKP
4 KPP
Surat pemberitahuan kode
aktivasi kempos

5
Pemberitahuan
kempos di email

Pasal 8 dan 9
PER-24/PJ/2012
Perolehan Nomor Seri Faktur Pajak

PROSEDUR PEROLEHAN
NOMOR SERI FAKTUR PAJAK

1
surat permintaan
nomor seri

2
Surat Pemberitahuan
nomor seri Faktur Pajak
PKP KPP

Surat pemberitahuan Nomor Seri Faktur


Pajak yang hilang, rusak, atau tidak
tercetak dengan jelas,
Dapat dimintakan kembali ke KPP

Pasal 8 dan 9
PER-24/PJ/2012
Perolehan Nomor Seri Faktur Pajak

Jumlah Nomor Seri Faktur Pajak


yang dapat diberikan

SPT manual
NOMOR SERI Max. 75 nomor seri
FAKTUR PAJAK
SPT elektronik/ e-SPT
Max 120 % dari jumlah
Nomor Seri Faktur Pajak penerbitan Faktur Pajak
diberikan dalam bentuk blok nomor. selama 3 (tiga) bulan sebelumnya

PKP meminta 100 nomor seri, maka Apabila diperlukan, PKP


yang diberikan dapat berupa: dapat mengajukan lagi
900.13.00000001 s.d. permintaan Nomor Seri Faktur Pajak
900.13.00000100 ke KPP.

Nomor Seri Faktur Pajak yang


tidak digunakan dalam suatu
tahun pajak dilaporkan
bersamaan dengan SPT Masa PPN
Pasal 10, Lampiran III Desember tahun ybs
PER-24/PJ/2012
Konsekuensi Penggunaan Nomor Seri Faktur Pajak

PKP yang membuat Faktur Pajak


dengan menggunakan
Nomor Seri Faktur Pajak ganda atau
Nomor Seri Faktur Pajak yang sama
lebih dari 1 (satu) dalam tahun pajak
yang sama, maka seluruh Faktur Pajak
dengan Nomor Seri Faktur Pajak Dalam hal PKP melakukan pengisian
tersebut termasuk Faktur Pajak Tidak Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak
Lengkap yang tidak sesuai dengan ketentuan
Pasal 10 ayat (2) sebagaimana diatur dalam Peraturan
PER-24/PJ/2012 Direktur Jenderal Pajak ini, maka
Faktur Pajak yang diterbitkan
merupakan Faktur Pajak Tidak
Lengkap.
Pasal 12
PER-24/PJ/2012
TATACARA PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

PERSYARATAN FORMAL DAN MATERIAL

Faktur Pajak harus diisi secara lengkap, jelas dan benar sesuai
dengan keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
Undang-Undang PPN, serta ditandatangani oleh pejabat/kuasa yang
ditunjuk oleh PKP untuk menandatanganinya

Dalam hal diperlukan, PKP dapat menambahkan keterangan lain dalam Faktur
Pajak selain keterangan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
Undang-Undang PPN

FP yg tdk diisi secara PPN tidak dapat dikreditkan


lengkap, jelas, oleh pembeli Barang Kena
benar,dan/atau tidak
ditandatangani merupakan
Pajak atau penerima Jasa
Faktur Pajak cacat Kena Pajak 134
PERSYARATAN FORMAL DAN MATERIAL

Faktur Pajak harus berisi keterangan yang


sebenarnya atau sesungguhnya mengenai
penyerahan BKP/JKP, Ekspor BKP, ekspor JKP
impor BKP atau pemanfaatan BKP tidak berwujud
atau JKP dari luar daerah pabean

Walaupun Faktur Pajak telah memenuhi ketentuan formal dan sudah dibayar
PPN nya akan tetapi bila tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya
maka faktur pajak tersebut tidak memenuhi syarat material.

135
Pemberitahuan Penandatangan
Faktur Pajak
 Pengusaha Kena Pajak wajib menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis nama pejabat yang
berhak menandatangani Faktur Pajak disertai
dengan contoh tandatangannya kepada Kepala
Kantor Pelayanan Pajak paling lama pada akhir
bulan berikutnya sejak bulan pejabat tersebut mulai
melakukan penandatanganan Faktur Pajak dengan
menggunakan formulir yg ditentukan.
Penandatanganan Faktur Pajak

1 atau lebih
Pejabat/Pegawai yang
berhak menandatangani FP

Contoh tandatangan

Fotokopi kartu identitas


yang telah dilegalisasi
KTP
Paling lambat akhir bulan
berikutnya seja bulan SIM
pejaba/pegawai mulai
menandatangani Faktur Pajak Paspor

Yang masih
berlaku pada
saat Faktur
Pajak
TIDAK MENYAMPAIKAN/TERLAMBAT??
ditandatangani
Faktur Pajak yang diterbitkan sampai dengan
diterimanya pemberitahuan merupakan
Faktur Pajak Tidak Lengkap
Pasal 13
PER-24/PJ/2012
Penggantian Faktur Pajak

Sepanjang SPT Masa


FP PPN dimana FP diganti
FP Cacat masih dapat dilakukan
Rusak pembetulan

Salah
isi/tulis
PKP lawan transaksi yang telah
mengkreditkan Pajak Masukan atas
FP yang diganti harus melakukan
pembetulan sepanjang masih dapat
Tidak memuat keterangan yang dilakukan pembetulan
lengkap, benar, dan jelas

FP
Pengganti
Pasal 15
PER-24/PJ/2012
Penggantian Faktur Pajak

TATA CARA PENGGANTIAN

Penggantian FP atas permintaan PKP Pembeli


atau atas kemauan sendiri

Tidak boleh dengan cara menghapus,


mencoret, atau dengan cara lain

Dilakukan dengan menerbitkan FP pengganti

Diisi dengan keterangan yang


seharusnya
Faktur Pajak yang diganti:
FP
Kode dan Nomor Seri : ............. Pengganti Dilampiri dengan faktur pajak yang diganti
Tanggal : ............. dibubuhkan
cap Nomor Seri FP → nomor FP yang diganti
Tanggal → tgl pembuatan FP pengganti

PKP wajib membetulkan SPT pada masa


terjadinya kesalahan
Penggantian Faktur Pajak

FP Hilang PKP Penjual

Permohonan tertulis
PKP Penjual untuk meminta copy PKP Pembeli
FP

Lb 1 → PKP
Copy dibuat 2 Penjual
rangkap
Lb 2 → arsip
KPP

LEGALISASI
OLEH KPP
TEMPAT
PEMBELI
TERDAFTAR

Lampiran VI
PER-24/PJ/2012
Penggantian Faktur Pajak

FP Hilang PKP Pembeli

Permohonan
PKP Penjual tertulis untuk PKP Pembeli
meminta copy FP

Lb 1 → PKP Penjual
Copy dibuat 2
rangkap
Lb 2 → arsip KPP

LEGALISASI
OLEH KPP
TEMPAT
PEMBELI
TERDAFTAR

Lampiran VI
PER-24/PJ/2012
Pembatalan Faktur Pajak

PKP PENJUAL PEMBELI

FP sudah
diterbitkan

Harus didukung bukti dan dokumen

❖Dilaporkan dalam
SPT Masa PPN
❖Kolom DPP, FP tetap diadministrasikan PKP Penjual
PPN, PPnBM
KPP tempat
diisi 0
penjual
Menyampaikan surat pemberitahuan
dan copy FP yang dibatalkan
KPP tempat
pembeli

Lampiran VI
PER-24/PJ/2012
Pembatalan Faktur Pajak

PKP PENJUAL PEMBELI

FP sudah
dilaporkan di SPT
Masa PPN

Pembetulan Pembetulan
SPT SPT
Melaporkan faktur pajak
yang dibatalkan dengan
mencantumkan 0 pada
kolom DPP, PPN, PPnBM

Lampiran VI
PER-24/PJ/2012
TRANSAKSI DENGAN MATA UANG ASING

Bayarnya
pake dollar
ya gan....
PPN dan PPnBM
dikonversi ke
Rupiah

Kurs Menteri Keuangan


Yang berlaku
pada saat pembuatan FP

Pasal 14
PP No.1 Tahun 2012
Pasal 14 Transaksi dengan Mata Uang Asing

Transaksi dengan PPN dan PPnBM Sesuai kurs


menggunakan dikonversi ke KMK pada saat
mata uang asing dalam mata uang pembuatan
rupiah Faktur Pajak
Termasuk transaksi
penyerahan kepada
Pemungut PPN selain
Bendahara Pemerintah
Periode : 2-8 Januari 2012 Periode : 23-29 Januari 2012
KMK No : 1571/KM.1/2011 KMK No : 33/KM.1/2012
Kurs USD: Rp9.076,00 Kurs USD: Rp9.060,00
Periode : 9-15 Januari 2012 Periode : 30 Jan – 5 Feb 2012
KMK No : 6/KM.1/2012 KMK No : 54 /KM.1/2012
2 Januari Kurs USD : Rp9.136,00 Kurs USD: Rp8.952,00
25 Januari

Pembayaran Di Muka 11 Januari 5 Februari


- FP dibuat Pelunasan Pembayaran
- Kurs : Rp9.076,00 - Tidak perlu buat FP
Barang diserahkan Penggantian FP
- FP dibuat - Kurs : Rp9.136,00
- Kurs : Rp9.136,00
Penerbitan Faktur Pajak Lewat 3 Bulan

 Pengusaha Kena Pajak yang menerbitkan Faktur Pajak


setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak
saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 2 dianggap tidak menerbitkan
Faktur Pajak.
 Pengusaha Kena Pajak yang menerima Faktur Pajak
tsb tidak dapat mengkreditkan Pajak Pertambahan
Nilai yang tercantum di dalamnya
Faktur Pajak Terlambat

Faktur Pajak
terlambat dibuat

tidak diperlakukan
Tidak dapat
sebagai Faktur
dikreditkan
Dibuat melewati Pajak
3 bulan
sejak saat Faktur Pajak
seharusnya dibuat

dianggap tidak
menerbitkan
Faktur Pajak

Pasal 19 ayat (3), (4), dan (5)


PP 1 Tahun 2012
Pasal 19 Ilustrasi Faktur Pajak Terlambat

5 Jan Februari Maret 5 Apr

Saat penyerahan
= saat pembuatan FP

FP > 5 Jan s.d 4 April


FP terlambat diterbitkan FP > 5 April
- Sanksi 2% x DPP FP terlambat diterbitkan
- PM dapat dikreditkan oleh - Sanksi 2% x DPP
Pembeli - PM tidak dapat
dikreditkan oleh
Pembeli

PP1 - 2012

148
SANKSI PERPAJAKAN

PKP dikenai sanksi administrasi Pasal 14 ayat


(4) UU KUP dalam hal:
➢ Tidak membuat faktur pajak atau membuat faktur pajak tetapi tidak tepat waktu.
➢ menerbitkan FP yang tidak memuat keterangan dan/atau tidak mengisi secara
lengkap, jelas, benar, dan/atau tidak ditandatangani oleh Pejabat atau Kuasa yang
ditunjuk oleh PKP untuk menandatangani FP. Kecuali dalam hal FP tidak memuat:
▪ Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP; atau
▪ Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP, dan nama dan
tandatangan yang berhak menandatangani FP untuk PKP pedagang eceran
➢ Melaporkan faktur pajak tidak sesuai dengan masa penerbitan faktur pajak.

Sanksi = Membayar PPN terutang ditambah sanksi Pasal 14 ayat 4 UU KUP


(2% X Dasar Pengenaan Pajak)

PKP dikenai sanksi pidana Pasal 39A UU KUP


dalam hal:
➢ menerbitkan dan/atau menggunakan Faktur Pajak yang tidak berdasarkan transaksi
yg sebenarnya
➢ menerbitkan Faktur Pajak tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP

149
FAKTUR PAJAK KHUSUS
CONTOH FAKTUR PAJAK KHUSUS

FAKTUR PAJAK KHUSUS/TAX INVOICE


XXX-XX-XX-00000001 ……………. (1)
(Tanggal/Date dd-mm-yy) (2)

PENGUSAHA KENA PAJAK : ………………………………………………………(3)


TAXABLE PERSON FOR VAT PURPOSES
NPWP : ………………………………………………………(4)
TAXPAYER IDENTITY NUMBER
ALAMAT : ………………………………………………………(5)
ADDRESS

NAMA : ………………………………………………………(6)
TOURIST NAME
NOMOR PASPOR : ………………………………………………………(7)
Passport No.
ALAMAT : ………………………………………………………(8)
ADDRESS

Total Pembayaran/Total Paid 45.000.000 ………. (9)


PPN/VAT (10/110) 4.090.909……… (10)
Telah dilayani oleh:
/You have been attended by
Esra Maheri……………… (11)
*)
Pernyataan Toko Retail/ Toko Retail’s Declaration
Saya menyatakan bahwa turis telah melakukan pembelian barang dan berhak untuk meminta pengembalian restitusi
Pajak Pertambahan Nilai
(I declared that tourist has purchased the goods and is entitled to claim for a refund)
*)
Pernyataan Turis/Tourist’s Declaration
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya memenuhi kriteria dan persyaratan untuk mengajukan permohonan
pengembalian PPN sesuai dengan skema restitusi PPN turis asing. Saya menyatakan bahwa saya memahami
kriteria dan persyaratan yang telah diberitahukan kepada saya. Saya akan mengizinkan DJP untuk melakukan
pemeriksaan dokumen dan barang bawaan saya.
(I hereby declare that I meet the eligibility criteria and will comply with the conditions and requirements for claiming
VAT refund under the tourist refund scheme. I confirm that I fully understand the eligibility criteria, conditions and
requirements which have been made known to me. I will allow DGT to inspect my good)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*)
mengajukan pengembalian
/apply for refund…………… (12)
tanda tangan turis Tanda tangan Penjual dan Stempel
/tourist signature /Toko Retail’s Signature & Stamp

(Nama/Name)…………(13) (Nama)………………….. (14)


FAKTUR PAJAK BAGI PKP
PP 1/2012
PEDAGANG ECERAN

melalui tempat penjualan eceran


atau langsung mendatangi tempat
konsumen akhir

PKP yg dlm dg cara penjualan eceran yng


kegiatan dilakukan langsung kpd konsumen
PKP usaha/pekerja akhir, tanpa didahului dengan
PE annya penawaran tertulis, pemesanan
menyerahkan tertulis,kontrak atau lelang; dan
BKP

pada umumnya penyerahan BKP


atau transaksi jualbeli dilakukan
secara tunai dan penjual langsung
menyerahkan BKP atau pembeli
langsung membawa BKP yang
dibelinya.
151
FAKTUR PAJAK BAGI PKP
PP 1/2012
PEDAGANG ECERAN

melalui tempat penyerahan jasa


Secara langsung kepada
konsumen akhir

PKP yg dlm dg cara penyerahan langsung kpd


kegiatan konsumen akhir, tanpa didahului
PKP usaha/pekerja dengan penawaran tertulis,
PE annya pemesanan tertulis,kontrak atau
menyerahkan lelang; dan
JKP

pada umumnya pembayaran atas


penyerahan JKP dilakukan secara
tunai

152
KETERANGAN DLM FAKTUR PAJAK
BAGI PKP PE

Nama, alamat, NPWP dari PKP PE ybs.

Jenis BKP yang diserahkan


Wajib diisi
KETERANGAN secara
MINIMAL DLM Jml Harga Jual yg sudah termasuk PPN, lengkap,
atau ditulis secara terpisah. jelas, dan
FP PKP PE
benar.

PPnBM yang dipungut

Kode, Nomor Seri dan tanggal


pembuatan FP

153
TATA CARA PEMBUATAN FAKTUR PAJAK PKP PE

FP PKP PE dapat berupa bon kontan, faktur penjualan, segi kas register,
karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan/pembayaran yg sejenis.

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak adalah kode dan nomor urut yang
dibuat sendiri oleh PKP PE.

FP dibuat paling sedikit dalam 2 (dua) rangkap, masing-masing utk


pembeli BKP dan PKP PE

FP dianggap dibuat dua rangkap atau lebih dlm hal FP dibuat dlm satu
lembar yg terdiri atas dua atau lebih bagian yg disediakan utk disobek

Lembar kedua FP dpt berupa rekaman FP dlm bentuk media elektronik,


yaitu sarana penyimpanan data seperti diskette, Digital Data Storage
(DDS) atau Digital Audio Tape (DAT), dan Compact Disc (CD).

PKP Pabrikan/Distributor yg dlm kegiatan


usaha/pekerjaan juga melakukan penyerahan BKP SE-137/PJ/2010
secara eceran melalui gerai (outlet), dpt membuat
FP seperti yang dibuat oleh PKP PE 154
DOKUMEN TERTENTU YANG KEDUDUKANNYA DIPERSAMAKAN DENGAN FP
PER-10/PJ/2010 stdd PER-67/PJ/2010 sttd PER-27/PJ/2011
Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah diberikan persetujuan ekspor oleh pejabat berwenang DJBC dan dilampiri
invoice sbg kesatuan tidak terpisahkan

Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) dari BULOG/DOLOG untuk penyaluran tepung terigu

Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yg dibuat Pertamina untuk penyerahan BBM/non BBM

Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi

Ticket, tagihan surat muatan udara (Airway Bill) atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa angkutan
udara dalam negeri

Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhan

Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik

Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri invoice sebagai kesatuan yang tidak terpisahkan

Pemberitahuan Impor Barang (PIB) yang mencantumkan identitas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP dilampiri
Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran Pabean Cukai dan Pajak (SSPCP) dan/atau bukti pungutan pajak oleh DJBC yang
mencantumkan identitas pemilik barang, yang merupakan satu kesatuanyang tidak terpisahkan, untuk impor BKP
SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud/JKP dari luar Daerah Pabean

Bukti tagihan atas penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak oleh Perusahaaan Air Minum

Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perusahaan perantara efek

Bukti tagihan atas penyerahan Jasa Kena Pajak oleh perbankan


155
KETERANGAN DLM PER-10/PJ/2010 stdd PER-67/PJ/2010
DOKUMEN TERTENTU
KETERANGAN MINIMAL YG WAJIB DICANTUMKAN
DALAM DOKUMEN TERTENTU

paling sedikit harus memuat :

Nama, alamat dan NPWP yang melakukan ekspor atau penyerahan

Jumlah satuan apabila ada

Dasar Pengenaan Pajak

Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam hal ekspor

156
RETUR BKP/JKP
DASAR HUKUM

Pasal 5A UU PPN

PMK-65/PMK.03/2010

SE-131/PJ/2010

PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yang


dikembalikan/dibatalkan, baik seluruhnya maupun
sebagian, dapat dikurangkan dari PPN yang
terutang dalam Masa Pajak terjadinya pembatalan
tersebut
158
PMK-65/PMK.03/2010

KETERANGAN/INFORMASI

Nota Retur paling sedikit harus memuat Nota Pembatalan paling sedikit harus memuat

nomor urut Nota Retur Nomor Nota Pembatalan

nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari BKP Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari JKP
yang dikembalikan yang dibatalkan
nama, alamat, dan NPWP Pembeli nama, alamat, dan NPWP Penerima Jasa

nama, alamat, NPWP PKP Penjual nama, alamat, NPWP PKP Pemberi JKP

jenis barang, jumlah Harga Jual Barang Kena Pajak yang jenis jasa dan jumlah Penggantian JKP yang dibatalkan
dikembalikan
PPN atas BKP yang dikembalikan, atau PPPnBM yang PPN atas JKP yang dibatalkan
dikembalikan
tanggal pembuatan Nota Retur tanggal pembuatan Nota Pembatalan

nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani
Nota Retur Nota Pembatalan
KETENTUAN UMUM

Nota Retur Nota Pembatalan


Saat pembuatan saat BKP dikembalikan saat JKP dibatalkan
Rangkap Minimum 2: PKP Penjual dan arsip pembeli Minimum 2: PKP Penjual dan arsip pembeli
Jika pembeli bukan PKP: dibuat rangkap 3, + Jika pembeli bukan PKP: dibuat rangkap 3, +
KPP Pembeli KPP Pembeli

Pengembalian - Tidak mencantumkan keterangan secara - Tidak mencantumkan keterangan secara


BKP/Pembatalan JKP lengkap lengkap
dianggap tidak terjadi - Tidak dibuat pada saat BKP dikembalikan - Tidak dibuat pada saat JKP dikembalikan
dalam hal: - Tidak menyampaikan lembar 3 ke KPP - Tidak menyampaikan lembar 3 ke KPP
Pembeli Pembeli

nota retur atas pengembalian BKP atau nota pembatalan atas pembatalan
penyerahan JKP yang Faktur Pajak atas penyerahannya tidak mencantumkan
identitas Pembeli atau Penerima Jasa, tidak dapat dipergunakan sebagai
pengurang Pajak Keluaran bagi PKP Penjual atau Pemberi JKP

SE-131/PJ/2010
Matriks Retur BKP
PKP Penjual Pembeli
Mengurangi PK dan PPn BM  PKP :
- Mengurangi PM dan PPnBM
- Mengurangi biaya atau harta
 Bukan PKP:
- Mengurangi biaya atau harta
Pengurangan dilakukan dalam Pengurangan dilakukan dalam masa pajak saat
masa pajak saat pengembalian BKP pengembalian BKP

Matriks Retur JKP


PKP Penjual Pembeli
Mengurangi PK  PKP :
- Mengurangi PM
- Mengurangi biaya atau harta
 Bukan PKP:
- Mengurangi biaya atau harta
Pengurangan dilakukan dalam Pengurangan dilakukan dalam masa pajak saat
masa pajak saat pembatalan JKP pembatalan JKP
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

162
PASAL 1 angka 24 dan 25UU PPN
Definisi
Pajak Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang
seharusnya sudah dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak
karena perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak dan/atau pemanfaatan
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar Daerah
Pabean dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari
luar Daerah Pabean dan/atau impor Barang Kena
Pajak.

Pajak Keluaran adalah Pajak Pertambahan Nilai


terutang yang wajib dipungut oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak, penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Barang
Kena Pajak Berwujud, ekspor Barang Kena Pajak
Tidak Berwujud dan/atau ekspor Jasa Kena Pajak.
163
PASAL 9 UU PPN

PRINSIP PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

PM dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan PK untuk Masa Ayat (2)
Pajak yang sama

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum


dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada Masa Pajak yang Ayat (9)
sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling
lama 3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang
bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai biaya
dan belum dilakukan pemeriksaan

164
PASAL 9 UU PPN

PRINSIP PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum berproduksi sehingga Ayat (2a)
belum melakukan penyerahan yang terutang pajak, Pajak
Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat
dikreditkan

Barang modal adalah harta berwujud yang memiliki masa PP 1 / 2012


manfaat lebih dari 1 (satu) tahun yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan termasuk pengeluaran yang
dikapitalisasikan ke barang modal tersebut

165
PASAL 9 UU PPN

PRINSIP PENGKREDITAN (Lanjutan...)


Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur
Ayat (2b)
Pajak yang memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9)
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan BKP dan / atau
PP 1 / 2012
JKP harus dikreditkan dengan Pajak Keluaran di tempat
Pengusaha Kena Pajak dikukuhkan.
Ex : alamat di FP sama dg alamat di SK pengukuhan
Dalam hal impor BKP, DJP karena jabatan atau
berdasarkan permohonan tertulis dari PKP dapat
menentukan tempat lain selain tempat dilakukannya impor
BKP sebagai tempat pengkreditan Pajak Masukan.

=>PM dikreditkan di tempat PKP dikukuhkan


=> Dikukuhkan di beberapa tempat maka dapat memilih
166
PASAL 9 UU PPN

PRINSIP PENGKREDITAN (Lanjutan...)

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar


daripada Pajak Masukan, selisihnya merupakan Pajak Ayat (3)
Pertambahan Nilai yang harus disetor oleh Pengusaha Kena
Pajak
Penyetoran Pajak Pertambahan Nilai oleh Pengusaha Kena
Pajak harus dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya
setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan

Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai


disampaikan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
berakhirnya Masa Pajak

167
PASAL 9 UU PPN

PRINSIP PENGKREDITAN (Lanjutan...)

Ayat (4)
Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan lebih besar daripada Pajak
Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak
yang dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya

Atas kelebihan Pajak Masukan tsb dapat diajukan Ayat (4a)

permohonan pengembalian pada akhir tahun buku.


Termasuk dalam pengertian akhir tahun buku dalam
ketentuan ini adalah Masa Pajak saat Wajib Pajak
melakukan pengakhiran usaha (bubar).
168
Pasal 9 ayat (8)
PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
bagi pengeluaran untuk:

a perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP

b perolehan BKP/JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan


usaha

c perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station


wagon, kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan

d pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
Pajak dari luar Daerah Pabean sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak
f perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Faktur Pajaknya tidak
memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat
(9) atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak
pembeli Barang Kena Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak
169
pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud atau pemanfaatan Jasa Kena
g Pajak dari luar Daerah Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6)

h perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak

i perolehan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang Pajak Masukannya
tidak dilaporkan dalam Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai, yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan

j perolehan Barang Kena Pajak selain barang modal atau Jasa Kena Pajak
sebelum Pengusaha Kena Pajak berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat
(2a)
bagi pengeluaran untuk:

Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang tidak


terutang PPN atau mendapat fasilitas PPN dibebaskan
sebagaimana dimaksud dalam Ps 9 ayat (5) dan Ps 16B ayat (3).
170
PEROLEHAN BKP/JKP sebelum PENGUSAHA
DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP

Ketentuan memberikan kepastian hukum bahwa Pajak


Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan

Contoh:

Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan


sebagai Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April
2010. Pengukuhan sebagai Pengusaha Kena Pajak
diberikan pada tanggal 20 April 2010 dan berlaku surut
sejak tanggal 19 April 2010. Pajak Masukan yang diperoleh
sebelum tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan
berdasarkan ketentuan ini
171
PEROLEHAN BKP Atau JKP YANG TDK MEMPUNYAI
HUBUNGAN LANGSUNG DENGAN KEGIATAN USAHA

Yang dimaksud dengan pengeluaran yang langsung berhubungan


dengan kegiatan usaha adalah pengeluaran untuk kegiatan
produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen.
Ketentuan ini berlaku untuk semua bidang usaha
Agar dapat dikreditkan, Pajak Masukan juga harus memenuhi
syarat bahwa pengeluaran tersebut berkaitan dengan adanya
penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai

Oleh karena itu, meskipun suatu pengeluaran telah memenuhi


syarat adanya hubungan langsung dengan kegiatan usaha, masih
dimungkinkan Pajak Masukan tersebut tidak dapat dikreditkan,
yaitu apabila pengeluaran dimaksud tidak ada kaitannya dengan
penyerahan yang terutang Pajak Pertambahan Nilai
172
Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud Atau JKP Dari Luar Daerah
Pabean Sebelum Pengusaha Dikukuhkan Sebagai PKP

Ketentuan ini memberikan kepastian hukum bahwa Pajak


Masukan yang diperoleh sebelum pengusaha dikukuhkan
sebagai Pengusaha Kena Pajak tidak dapat dikreditkan.

Contoh:

Pengusaha A melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak pada tanggal 19 April 2010. Pengukuhan
sebagai Pengusaha Kena Pajak diberikan pada tanggal 20 April
2010 dan berlaku surut sejak tanggal 19 April 2010. Pajak
Masukan atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean yang diperoleh
sebelum tanggal 19 April 2010 tidak dapat dikreditkan
berdasarkan ketentuan ini.
173
Perolehan BKP Atau JKP Yang Pajak Masukannya
Ditagih Dengan Penerbitan Ketetapan Pajak

Dalam hal tertentu dapat terjadi Pengusaha Kena Pajak baru


membayar Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas
perolehan atau pemanfaatan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena
Pajak setelah diterbitkan ketetapan pajak.

Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar atas ketetapan pajak


tersebut tidak merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan.

174
Perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak
dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang ditemukan pada waktu
dilakukan pemeriksaan

Pajak Keluaran = Rp10.000.000,00


Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00
Dari hasil pemeriksaan diketahui:
Pajak Keluaran = Rp15.000.000,00
Pajak Masukan = Rp11.000.000,00
Dalam hal ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tidak sebesar Rp11.000.000,00,
tetapi tetap sebesar Rp8.000.000,00 sesuai dengan yang dilaporkan dalam Surat
Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai.
Dengan demikian, perhitungan hasil pemeriksaan
Pajak Keluaran = Rp15.000.000,00
Pajak Masukan = Rp 8.000.000,00 (-)
Kurang Bayar menurut hasil pemeriksaan = Rp 7.000.000,00
Kurang Bayar menurut Surat = Rp 2.000.000,00 (-)
Pemberitahuan
Masih kurang dibayar = Rp 5.000.000,00

175
PAJAK MASUKAN YANG TIDAK DAPAT DIKREDITKAN
Pasal 9 (8) i UU PPN

bagi pengeluaran untuk:


Perolehan BKP/JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN, yang
diketemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.

PP 143/2000 jo PP 24/2002

apabila pada saat pemeriksaan diketahui adanya perolehan BKP/JKP yang telah dibukukan atau
dicatat dalam pembukuan PKP,namun Faktur Pajaknya belum atau terlambat diterima sehingga
belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN untuk Masa ybs., maka PM dalam Faktur Pajak tersebut
dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa Pajak
ybs.

Misal :
Pemeriksaan SPT Masa Januari 2010 dilakukan tanggal 24 Maret 2010, dan ditemukan FP tanggal
12 Januari 2010 yang baru diterima pada tanggal 22 Maret 2010, dan belum dilaporkan dalam SPT
Masa PPN Januari atau Februari 2010,namun perolehannya sudah dicatat dalam pembukuan, maka
Faktur Pajak tertanggal 12 Januari 2010 tersebut tetap dapat dikreditkan dalam Masa PPN Masa
Maret atau April 2010

176
Pajak Masukan terkait Penyerahan Yang Tidak
Terutang Pajak

Yang dimaksud dengan "penyerahan yang terutang pajak" adalah


penyerahan barang atau jasa yang sesuai dengan ketentuan
Undang-Undang ini dikenai Pajak Pertambahan Nilai.
Yang dimaksud dengan "penyerahan yang tidak terutang pajak"
adalah penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai Pajak
Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A dan
yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16B.
Pengusaha Kena Pajak yang dalam suatu Masa Pajak melakukan
penyerahan yang terutang pajak dan penyerahan yang tidak
terutang pajak hanya dapat mengkreditkan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahan yang terutang pajak. Bagian
penyerahan yang terutang pajak tersebut harus dapat diketahui
dengan pasti dari pembukuan Pengusaha Kena Pajak. 177
Contoh:
Pengusaha Kena Pajak melakukan beberapa macam penyerahan, yaitu:
a. penyerahan yang terutang pajak = Rp25.000.000,00
Pajak Keluaran = Rp2.500.000,00
b. penyerahan yang tidak terutang Pajak Pertambahan Nilai = Rp5.000.000,00
Pajak Keluaran = nihil
c. penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai = Rp5.000.000,00
Pajak Keluaran = nihil
Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan:
a. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang
terutang pajak = Rp1.500.000,00
b. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang tidak
dikenai Pajak Pertambahan Nilai = Rp300.000,00
c. Barang Kena Pajak dan Jasa Kena Pajak yang berkaitan dengan penyerahan yang
dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai = Rp500.000,00
Menurut ketentuan ini, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dengan Pajak Keluaran
sebesar Rp2.500.000,00 hanya sebesar Rp1.500.000,00.
Penggabungan, Peleburan, Pemekaran, Pemecahan,
Dan Pengambilalihan Usaha

Dalam hal terjadi pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka


penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha, Pajak Masukan atas Barang Kena Pajak
yang dialihkan yang belum dikreditkan oleh Pengusaha Kena
Pajak yang mengalihkan dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena
Pajak yang menerima pengalihan, sepanjang Faktur Pajaknya
diterima setelah terjadinya pengalihan dan Pajak Masukan
tersebut belum dibebankan sebagai biaya atau dikapitalisasi

179
Contoh:
PM dikreditkan PKP C

FP DITERIMA
28/8/10
C
BKP BKP/JKP
FP 24/6/10
23/8/10
A BKP B D

180
PAJAK MASUKAN
DAPAT DIKREDITKAN
SYARAT FORMAL SYARAT MATERIIL
(Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)
(Ps. 13 ay. 5 UU PPN 1984)

DALAM FAKTUR PAJAK BELUM DIBEBANKAN


STANDAR YG TDK CACAT SEBAGAI BIAYA
(Ps. 9 ay. 8 UU PPN 1984) (Ps. 9 ay. 9 UU PPN 1984)

UNTUK PEROLEHAN BKP DAN/


KEGI-
JKP YG BERHUB. LANGSUNG
ATAN
DG KEGIATAN USAHA MELAKU-
USAHA
KAN PENYER. KENA PAJAK
PRO- PEMA- (Ps. 9 ay. 5 & ay. 8 huruf b
DUKSI UU PPN 1984)
SARAN

MANA- DISTRI-
JEMEN BUSI
181
Pedoman Penghitungan Pengkreditan
Pajak Masukan

Pengusaha Kena Pajak yang peredaran usahanya dalam 1 (satu)


tahun tidak melebihi jumlah tertentu

Pengusaha Kena Pajak yang melakukan kegiatan usaha


tertentu

(diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan)

182
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BAGI PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MEMPUNYAI
PEREDARAN USAHA TIDAK MELEBIHI JUMLAH TERTENTU

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (7) UU PPN

PMK-74/PMK.03/2010

PKP yang mempunyai peredaran usaha dalam 1


(satu) tahun buku tidak melebihi
Rp1.800.000.000,00 dapat menghitung Pajak
Masukan dengan menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan
183
Ketentuan Umum Deemeed Omzet

a. Omzet dlm 2 thn buku sebelumnya tdk

Syarat PKP
melebihi Rp1.800.000.000,00 untuk setiap 1
thn buku; atau
b. WP yang baru dikukuhkan sebagai PKP

mulai Masa Pajak berikutnya setelah peredaran


Wajib pindah ke PK-PM usahanya melebihi Rp1.800.000.000,00

Dikenai sanksi jika tdk pindah ke mekanisme PK-PM


PM yg dpt dikreditkan adalah PM mulai masa pajak
saat digunakannya mekanisme PK-PM

Kembali menggunakan PKP dpt kembali menggunakan


deemed omzet apabila peredaran
deemed omzet dalam 2 tahun tdk melebihi Rp1,8 M
paling lama pd saat penyampaian SPT PPN Masa
Wajib pemberitahuan Pajak pertama thn buku dimulainya deemed omzet
tertulis paling lama pd saat penyampaian SPT PPN Masa
Pajak saat dikukuhkan sebagai PKP, bagi PKP baru
PKP yg menggunakan deemed omzet hrs taat asas
Wajib konsisten dalam 1 thn buku, sepanjang omzet dlm 1 thn
buku tdk melebihi Rp1.8 M 184
Deemed Omzet

Prosentase PM Penghitungan PK PPN Disetor

JKP 60% x PK PK = 10% x DPP JKP 4% x DPP

BKP 70% x PK DPP = peredaran usaha BKP 3% x DPP

185
CONTOH PERHITUNGAN
(DEEMED PAJAK MASUKAN UNTUK OMZET TERTENTU)

FP : 100.000 (10% x Harga) FP : 120.000 (10% x Harga)

PKP BKP/JKP PKP BKP/JKP PKP


A Harga: 1.000.000 B Harga: 1.200.000 C

1.000.000 + 1.200.000 +
PPN 100.000 PPN 120.000

PK PM PK PM
SPT PPN
BKP JKP
PK = 120.000 PK = 120.000
PM = 84.000 (70% X PK) PM = 72.000 (60% X PK)
SETOR = 36.000 (30% X PK) SETOR = 48.000 (40% X PK)

186
Ketentuan Lain Deemeed Omzet

PKP yg menggunakan deemed omzet tdk dpt


membebankan PPN atas perolehan BKP
Pembiayaan atas PM dan/atau JKP
penghitungan PPh
sebagai biaya untuk

PPN atas penyerahan BKP dan/atau JKP yg di retur


akan mengurangi PPN yang terutang dlm Masa Pajak
Retur penjualan terjadinya retur, sepanjang Faktur Pajak atas
penyerahan BKP dan/atau JKP tersebut telah
dilaporkan dalam SPT PPN

PKP dg Deemed PKP yg sudah menggunakan Deemed


Kegiatan tdk boleh menggunakan
Kegiatan deemed omzet
PKP nemilih pindah ke mekanisme PK-PM, hanya
diperkenankan mulai Masa Pajak pertama thn berikutnya
Pindah ke mekanisme
Wajib memberitahukan scr tertulis ke KPP paling lama pd
PK-PM saat penyampaian SPT PPN pertama thn buku berikutnya

PM yg dpt dikreditkan adalah PM mulai masa pajak


pertama thn buku berikutnya
PKP yg menggunakan deemed omzet hrs taat asas
Wajib konsisten dalam 1 thn buku, sepanjang omzet dlm 1 thn
buku tdk melebihi Rp1.8 M 187
Contoh
 PT ABC pengusaha kena pajak bergerak dalam bidang penjualan
barang elektronik, peredaran usaha tahun 2010 sebesar Rp1,5 milyar
memilih menghitung PPN menggunakan pedoman pengkreditan
pajak masukan. Dalam masa pajak April 2011 PT ABC melakukan
penjualan dan pembelian sebagai berikut :
01-Apr-11Penjualan 13.200.000 22-Apr-11Penjualan 12.100.000
04-Apr-11Penjualan 12.100.000 23-Apr-11Penjualan 18.700.000
07-Apr-11Pembelian 18.700.000 24-Apr-11Pembelian 5.500.000
08-Apr-11Penjualan 5.500.000 25-Apr-11Penjualan 17.600.000
09-Apr-11Penjualan 17.600.000 26-Apr-11Penjualan 9.900.000
10-Apr-11Pembelian 9.900.000 27-Apr-11Pembelian 7.700.000
11-Apr-11Penjualan 7.700.000 28-Apr-11Penjualan 15.400.000
20-Apr-11Penjualan 15.400.000 29-Apr-11Penjualan 13.200.000
21-Apr-11Pembelian 13.200.000 30-Apr-11Pembelian 12.100.000

 Nilai tersebut sudah termasuk PPN dan para pihak telah melakukan
pemungutan PPN sesuai ketentuan yang berlaku
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI
PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN USAHA TERTENTU

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (7A) UU PPN

PMK-79/PMK.03/2010

Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena


Pajak yang melakukan kegiatan usaha tertentu dihitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan
(Demmed Kegiatan)

Semata-mata

Penjualan kendaraan bermotor bekas secara eceran

Penjualan emas perhiasan secara eceran


189
Deemed Kegiatan

Prosentase PM Penghitungan PK PPN Disetor

kendaraan 90% x PK PK = 10% x DPP kendaraan 1% x DPP

emas 80% x PK DPP = peredaran usaha emas 2% x DPP

190
CONTOH PERHITUNGAN
(DEEMED PAJAK MASUKAN UNTUK KEGIATAN TERTENTU)

FP : 100.000 (10% x Harga) FP : 120.000 (10% x Harga)

PKP BKP/JKP PKP BKP PKP


A Harga: 1.000.000 B Harga: 1.200.000 C

1.000.000 + 1.200.000 +
PPN 100.000 PPN 120.000

PK PM PK PM
SPT PPN
MOBIL BEKAS EMAS PERHIASAN
PK = 120.000 PK = 120.000
PM = 108.000 (90% X PK) PM = 96.000 (80% X PK)
SETOR = 12.000 (10% X PK) SETOR = 24.000 (20% X PK)

191
Ketentuan Umum Deemeed Kegiatan

PKP yang melakukan Kegiatan


Kewajiban PKP Usaha Tertentu, wajib
menggunakan Deemed menggunakan Pedoman
Penghitungan Pengkreditan Pajak
Kegiatan
Masukan (demmed kegiatan)

PKP yg menggunakan deemed


kegiatan tdk dpt membebankan
Pembiayaan atas PM PPN atas perolehan BKP dan/atau
JKP sebagai biaya untuk
penghitungan PPh

PPN atas penyerahan BKP dan/atau


JKP yg di retur akan mengurangi
PPN yang terutang dlm Masa Pajak
Retur penjualan terjadinya retur, sepanjang Faktur
Pajak atas penyerahan BKP
dan/atau JKP tersebut telah
192
dilaporkan dalam SPT PPN
Contoh
 Tn Amir seorang pedagang emas eceran
mempunyai toko yang terletak di Pasar Cikini.
Peredaran usaha dalam 1 tahun rata-rata Rp 5
Milyar
 Dalam masa pajak April 2011 Tn Amir melakukan
penjualan total sebesar Rp 200.000.000
 Berdasarkan data yang dimiliki Tn Amir memiliki
2 lembar faktur pajak masukan yaitu faktur pajak
masukan untuk sewa toko dengan nilai PPN Rp 10
juta dan pajak masukan untuk pembelian plastik
kemasan dengan nilai PPN Rp 2 juta
PM BAGI PKP YG MELAKUKAN
PENYERAHAN TERUTANG DAN
TDK TERUTANG

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (6) UU PPN

PMK-78/PMK.03/2010

Apabila dlm suatu Masa Pajak PKP selain melakukan penyerahan yg terutang pajak
juga melakukan penyerahan yg tdk terutang pajak, sedangkan Pajak Masukan utk
penyerahan yg terutang pajak tdk dpt diketahui dg pasti, jumlah Pajak Masukan yg
dpt dikreditkan utk penyerahan yg terutang pajak dihitung dg menggunakan
pedoman yg diatur dg Peraturan Menteri Keuangan
penyerahan barang atau jasa yang dikenai PPN sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 UU PPN, tidak termasuk penyerahan
yang dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud
Penyerahan terutang dalam Pasal 16B UU PPN

penyerahan barang dan jasa yang tidak dikenai PPN


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4A UU PPN dan yang
dibebaskan dari pengenaan PPN sebagaimana dimaksud
Penyerahan tdk terutang dalam Pasal 16B UU PPN
194
Kondisi:

Usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan


sebagian lainnya tidak terutang pajak,
unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang
Terutang Pajak; dan
unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang
Tidak Terutang Pajak.

usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang tidak


terutang pajak;

usaha untuk menghasilkan, memperdagangkan barang, dan


usaha jasa yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang
tidak terutang pajak; atau
usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan sebagian lainnya
tidak terutang pajak,
195
❖ Pengkreditan PM pada saat Perolehan BKP/JKP
Rumus:
P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dg jumlah Penyerahan yg Terutang Pajak terhadap penyerahan seluruhnya.

❖ Penghitungan Kembali PM yang Dapat Dikreditkan


Dilakukan setiap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan dengan PM yang dapat
dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lama pada bulan ketiga setelah berakhirnya tahun
buku, dg rumus:

a. P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.
b. P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun.
dengan ketentuan:
P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak terhadap seluruh
penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
Contoh:
 Pengusaha Kena Pajak B adalah perusahaan yang bergerak di bidang
industri pembuatan sepatu.
 Pada bulan Januari 2011 membeli generator listrik dengan nilai
perolehan sebesar Rp 100.000.000,00 dan Pajak Pertambahan Nilai Rp
10.000.000,00.
 Generator listrik tersebut dimaksudkan untuk digunakan seluruhnya
untuk kegiatan pabrik.
 Maka Pajak Masukan atas perolehan generator listrik yang dapat
dikreditkan pada Masa Pajak Januari 2011 adalah Rp 10.000.000,00.
 Selama tahun 2011 ternyata generator listrik tersebut digunakan :
 untuk bulan Januari sampai dengan Juni 2011 :
 10% untuk perumahan karyawan dan direksi;
 90% untuk kegiatan pabrik, dan
 untuk bulan Juli sampai dengan Desember 2011 :
 20% untuk perumahan karyawan dan direksi;
 80% untuk kegiatan pabrik.

197
Rata-rata penggunaan generator listrik untuk kegiatan pabrik adalah :
( 90% + 80% ) / 2 = 85%

Masa manfaat generator listrik tersebut sebenarnya adalah 5 (lima)


tahun, tetapi untuk penghitungan kembali Pajak Masukan ini masa
manfaat generator listrik tersebut ditetapkan 4 (empat) tahun

Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan


untuk tahun buku 2011 yang dilakukan pada Masa Pajak
Februari 2012 adalah sebagai berikut :

Rp 10.000.000,00
85% x ---------------------- = Rp 2.125.000,00
4
198
Pajak Masukan atas perolehan generator listrik yang telah
dikreditkan untuk tiap tahun buku sesuai masa manfaat generator
listrik tersebut adalah :
Rp 10.000.000,00
----------------------- = Rp 2.500.000,00
4
Jadi Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali
(mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Februari 2012)
adalah sebesar : Rp 2.500.000,00 – Rp 2.125.000,00 =
Rp 375.000,00

Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di atas


dilakukan sampai dengan masa manfaat generator listrik berakhir.

199
Contoh:
 Pengusaha Kena Pajak C adalah perusahaan integrated (terpadu)
yang bergerak di bidang perkebunan jagung dan pabrik minyak
jagung.
 Pada bulan April 2011 membeli truk yang digunakan baik untuk
perkebunan jagung maupun untuk pabrik minyak jagung dengan
harga perolehan sebesar Rp 200.000.000,00 dan Pajak
Pertambahan Nilai sebesar Rp 20.000.000,00.
 Berdasarkan data-data yang dimiliki, diperkirakan persentase
rata-rata jumlah penyerahan yang terutang pajak terhadap
penyerahan seluruhnya adalah sebesar 70%.
 Selanjutnya diketahui bahwa total peredaran usaha selama tahun
buku 2011 adalah Rp 100.000.000.000,00, yang berasal dari
penjualan jagung sebesar Rp 40.000.000.000,00 dan penjualan
minyak jagung sebesar Rp 60.000.000.000,00. Masa manfaat truk
sebenarnya adalah 5 (lima) tahun,

200
Masa manfaat truk sebenarnya adalah 5 (lima) tahun, tetapi untuk
tujuan penghitungan Pajak Masukan berdasarkan Peraturan Menteri
Keuangan ini ditetapkan 4 (empat) tahun.
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dalam SPT Masa PPN
Masa Pajak April 2011 sebesar :
Rp 20.000.000,00 x 70% = Rp 14.000.000,00

Penghitungan kembali Pajak Masukan atas perolehan truk yang


dapat dikreditkan selama tahun buku 2011 yang dilakukan pada
Masa Pajak Maret 2012 adalah :
Rp 60.000.000.000,00 Rp 20.000.000,00
---------------------------- x ------------------------ = Rp 3.000.000,00
Rp 100.000.000.000,00 4

201
Pajak Masukan atas perolehan truk yang telah dikreditkan untuk
tiap tahun buku sesuai masa manfaat truk tersebut adalah :
Rp 14.000.000,00
----------------------- = Rp 3.500.000,00
4
Jadi Pajak Masukan yang harus diperhitungkan kembali
(mengurangi Pajak Masukan untuk Masa Pajak Maret 2012)
adalah sebesar : Rp 3.500.000,00 – Rp 3.000.000,00 =
Rp 500.000,00

Penghitungan kembali Pajak Masukan seperti perhitungan di


atas dilakukan setiap tahun sampai dengan masa manfaat truk
berakhir

202
PEMBAYARAN KEMBALI PM
BAGI PKP YG MENGALAMI
GAGAL PRODUKSI

DASAR HUKUM

Pasal 9 ayat (6a) dan (6b) UU PPN

PMK-81/PMK.03/2010

Pajak Masukan yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian wajib
dibayar kembali oleh Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pengusaha Kena Pajak
tersebut mengalami keadaan gagal berproduksi

apabila dlm jangka waktu 3 thn sejak pertama kali


PKP Produsen mengkreditkan Pajak Masukan tdk melakukan kegiatan
penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP, dan/atau ekspor
JKP yg berasal dari hasil produksinya sendiri

apabila dlm jangka waktu 1 thn sejak pertama kali


mengkreditkan Pajak Masukan tdk melakukan kegiatan
PKP non Produsen penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP, dan/atau
ekspor JKP
203
❖ Pembayaran Kembali PM
1. PKP yang Gagal Berproduksi wajib membayar kembali Pajak Masukan sebesar
Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehan barang modal yang telah
dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.
2. Pajak Masukan tersebut disetorkan paling lama akhir bulan berikutnya setelah
Saat Gagal Berproduksi, dengan menggunakan SSP dengan mencantumkan
keterangan “Pembayaran kembali Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehan
barang modal yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian”.
3. Pembayaran kembali Pajak Masukan tersebut dilaporkan pada Masa Pajak
dilakukan pembayaran.

❖ Force Majeur

Dalam hal keadaan Gagal Berproduksi disebabkan oleh bencana alam atau sebab
lain di luar kekuasaan PKP ( force majeur), PKP tidak wajib membayar kembali
Pajak Masukan atas impor dan/atau perolehan Barang Modal yang telah
dikreditkan dan telah diberikan pengembalian.
Contoh
 PKP ABC bergerak dalam bidang industri garmen telah
dikukuhkan sebagai pengusaha kena pajak sejak 2 Januari 2011.
 Pada bulan Januari 2011 PKP ABC melaporkan dalam SPT Masa
PPN Lebih bayar Rp 100 juta akibat pengkreditan pajak
masukan pembelian mesin senilai Rp 1 Milyar.
 Atas kelebihan pembayaran tersebut telah diterbitkan SKPLB
tanggal 25 Agustus 2011 dan diterbitkan SKPKPP tanggal 2
September 2011
 Pertanyaan :
 Kapan PKP ABC dianggap gagal produksi
 Kapan PKP ABC harus menyetor kembali pajak masukan
yang telah direstitusi
 Berapa sanksi yang dikenakan
Pasal 20 Pedagang Eceran
Tanpa keterangan :
➢identitas pembeli ; dan
➢nama dan tanda tangan
penjual Tidak diterbitkan
Pedagan
Membuat Surat Tagihan
g Eceran Faktur Pajak tidak Pajak
lengkap

Kegiatan usaha/pekerjaannya
Kegiatan usaha/pekerjaannya melakukan
melakukan penyerahan JKP dengan cara
penyerahan BKP dengan cara :
:
a. melalui suatu tempat penjualan eceran
a. melalui suatu tempat penyerahan
atau langsung datang ke tempat
jasa secara langsung kepada
konsumen akhir;
konsumen akhir atau langsung datang
b. langsung kepada konsumen akhir, tanpa
ke tempat konsumen akhir;
didahului dengan penawaran; dan
b. langsung kepada konsumen akhir,
c. pada umumnya dilakukan secara tunai
tanpa didahului dengan penawaran;
dan penjual/pembeli langsung
dan
menyerahkan/membawa BKP yang
c. pada umumnya dilakukan secara
dibeli.
tunai.

PP 1 - 2012

206
Pasal 20 Pabrikan Yang Melakukan Penyerahan Eceran

Dapat
Penyerahan Faktur Pajak tidak
eceran lengkap
Tanpa keterangan :
Pabrikan
➢identitas pembeli
/Distribu ➢nama dan tanda tangan
tor penjual

Penyerahan Harus
tidak eceran Faktur Pajak lengkap

207
DASAR PENGENAAN PAJAK (DPP)
&
TARIF PPN

208
DPP ?
1. PKP Abadi Jaya menjual satu unit Mobil Box yang digunakan untuk pemasaran
produknya kepada Tn. Jaya sebesar Rp.50.000.000,00
2. PKP Auto Service adalah bengkel mobil melakukan penyerahan jasa service
sebesar Rp. 200.000,00 dan penjualan Oli Mesin dan Busi sebesar Rp.
250.000,00
3. Bendaharawan Pemda membeli seperangkat komputer kepada CV ABC
dengan harga Rp. 5.500.000, harga sudah termasuk PPN
4. PKP Mobil2000 adalah pabrikan kendaraan bermotor berupa sedan. Pada
tanggal 10 Mei 2011 diimpor 10 unit mobil sedan dalam bentuk CBU dengan
Nilai Impor Rp. 2.000.000.000,00. Atas impor tersebut terutang Bea Masuk
25%.
5. PKP GL Electronic adalah pabrikan produk elektronik, memberikan satu unit
Televisi 60 Inch untuk display di salah satu outlet costumernya. Harga jual TV
tersebut adalah 24 Juta termasuk laba sebesar 20%
6. Tn. Bobby membeli rumah dari PKP Arion Indah selaku Pengembang melalui
Lelang Non Eksekusi Sukarela sebesar Rp. 300 juta. Harga Pasar rumah
tersebut sebenarnya Rp. 500 juta dan NJOP sebesar Rp. 470 juta.
7. Harga satu bungkus rokok di supermarket adalah Rp. 10.000,00 namun harga
eceran yang tertera di rokok tersebut Rp. 9.500,00
PASAL 1 ANGKA 17 UU PPN
DASAR PENGENAAN PAJAK
nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual karena
Harga Jual penyerahan Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut
Undang-Undang ini dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak

nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha
karena penyerahan Jasa Kena Pajak, ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut menurut Undang-Undang ini
Penggantian dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau
seharusnya dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan Jasa Kena Pajak dan/atau oleh
penerima manfaat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud karena pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean

nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah pungutan berdasarkan
ketentuan dalam peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai
Nilai Impor untuk impor Barang Kena Pajak, tidak termasuk Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang dipungut menurut Undang-Undang ini

Nilai Ekspor nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir

Nilai Lain Ditetapkan dengan Per. Menkeu: Nomor 75/PMK.03/2010 jo 102/PMK.011/2011 210
(PerMenkeu Nomor 75/PMK.03/2010)

DPP NILAI LAIN


Pemakaian sendiri/pemberian cuma-cuma BKP/JKP Harga jual/penggantian dikurangi laba kotor
Rekaman suara atau rekaman suara dan gambar Perkiraan harga jual rata-rata
Film cerita Perkiraan hasil rata-rata per judul film

Penyerahan produk hasil tembakau Harga jual eceran

BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang


menurut tujuan semula tidak untuk dijual yang masih Harga pasar wajar
ada pada saat pembubaran perusahaan
Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau
HPP atau harga perolehan
sebaliknya dan/atau antar cabang
Penyerahan BKP kepada pedagang perantara Harga yang disepakati
Penyerahan BKP melalui juru lelang Harga lelang
10% x jumlah tagihan atau jumlah yg seharusnya
Jasa pengiriman paket ditagih
10% x jumlah tagihan atau jumlah yg seharusnya
Jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata ditagih 211
DPP BARANG MEWAH

PKP menghasilkan BKP mewah menggunakan BKP


mewah lainnya

PPnBM
DPP PPnBM Sudah Dibayar

DPP berupa Harga Jual Termasuk PPnBM

PP 1/2012
212
Pasal 10 & 11 Rumus Penghitungan PPN
Kontrak atau PPN ditulis
Perjanjian terpisah
Jika Dianggap belum
ATAU Tidak termasuk PPN
Harga sudah
termasuk PPN
ATAU PPN = 10 % x harga/pembayaran

Harga termasuk
PPN & PPnBM

PPN = 10 . x harga/pembayaran
110 PPN = 10 . x harga/pembayaran
110 + t
t = Tarif PPnBM
PPnBM = t . x harga/pembayaran
110 + t

PP 1 Tahun
2012
213
Pasal 7 UU PPN 1984 TARIF PPN

10 %

• Ekspor BKP
• Ekspor BKP Tidak Berwujud 0%
• Ekspor JKP

PM dapat dikreditkan
Pasal 6 PP 1 - 2012 PENYERAHAN JKP

PPN dikenakan atas penyerahan JKP di dalam Daerah


Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha yang
dimanfaatkan di dalam ataupun di luar Daerah
Pabean

Penjelasan Pasal 4 (1) huruf c tidak mensyaratkan


apakah jasa harus dikonsumsi atau dimanfaatkan di
dalam daerah pabean atau tidak.
Pasal 6 PP 1 - 2012 PENYERAHAN JKP

Atas ekspor JKP :


• Jasa Maklon
• Jasa perbaikan dan perawatan yang
melekat pada barang bergerak yang Terutang
dimanfaatkan di luar daerah pabean PPN
• Jasa Konstruksi yang melekat pada Tarif 0 %
barang tidak bergerak yang terletak
di luar daerah pabean

Terutang
Selain ketiga jenis JKP di atas PPN
Tarif 10 %
Pasal 6
PP1 - 2012
Contoh Penyerahan JKP di Dalam Daerah Pabean

A corp.

Japan Not Balok


Indonesia Z corp.
lagu Terutang PPN

PT B
Kontrak
Hasil Survei Korea
Indonesia
Terutang PPN

PT DEF

217
Pasal 14 Transaksi dengan Mata Uang Asing

Transaksi dengan PPN dan PPnBM Sesuai kurs KMK


menggunakan mata dikonversi ke pada saat
uang asing dalam mata pembuatan
uang rupiah Faktur Pajak
Termasuk transaksi penyerahan
kepada Pemungut PPN selain
Bendahara Pemerintah

Periode : 2-8 Januari 2012 Periode : 23-29 Januari 2012


KMK No : 1571/KM.1/2011 KMK No : 33/KM.1/2012
Kurs USD: Rp9.076,00 Kurs USD: Rp9.060,00
Periode : 9-15 Januari 2012 Periode : 30 Jan – 5 Feb 2012
KMK No : 6/KM.1/2012 KMK No : 54 /KM.1/2012
2 Januari Kurs USD : Rp9.136,00 Kurs USD: Rp8.952,00
25 Januari

11 Januari 5 Februari
Uang Muka
Pelunasan
Pembayaran Di Muka
- FP dibuat Penyerahan Pelunasan Pembayaran
- Tidak perlu buat FP
Penggantian FP
- Kurs : Rp9.076,00
Barang diserahkan Penggantian FP
- FP dibuat - Kurs : Rp9.136,00
- Kurs : Rp9.136,00
PP 1218
Tahun
2012
Restitusi
Pasal 9 UU PPN jo PMK-
PENGKREDITAN PM 72/PMK.03/2010

Apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih
besar daripada Pajak Keluaran, selisihnya merupakan kelebihan pajak yang
dikompensasikan ke Masa Pajak berikutnya
Ayat (4)

Atas kelebihan Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) dapat
diajukan permohonan pengembalian pada akhir tahun buku
Ayat (4a)

kecuali
a. PKP yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud;
b. PKP yang melakukan penyerahan BKPdan/atau penyerahan JKP kepada Pemungut PPN;
c. PKP yang melakukan penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang PPN-nya tidak dipungut;
d. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud;
e. Pengusaha Kena Pajak yang melakukan ekspor JKP, dan/atau
f. Pengusaha Kena Pajak dalam tahap belum berproduksi sebagaimana dimaksud pada ayat (2a)
220
Ayat (4b)
PENGEMBALIAN KELEBIHAN PPN Pasal 9 UU PPN

Pengembalian kelebihan PM kepada PKP sebagaimana dimaksud pada ayat (4b) huruf a
sampai dengan huruf e, yang mempunyai kriteria sebagai PKP berisiko rendah, dilakukan
dengan pengembalian pendahuluan kelebihan pajak sesuai ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 17C ayat (1) UU 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya
Ayat (4c)

Ketentuan mengenai PKP berisiko rendah yang diberikan pengembalian pendahuluan


kelebihan pajak diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
Ayat (4d)
Direktur Jenderal Pajak dapat melakukan pemeriksaan terhadap PKP sebagaimana
dimaksud pada ayat (4c) dan menerbitkan surat ketepan pajak setelah melakukan
pengembalian pendahuluan kelebihan pajak
Ayat (4e)
Apabila berdasarkan hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada ayat (4e), Direktur
Jenderal Pajak menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar, jumlah kekurangan pajak
ditambah dengan sanksi administrasi berupa bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal
13 ayat (2) UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya

bukan Pasal 17C ayat (5) UU Nomor 6 Tahun 1983 tentang KUP dan perubahannya
221
PENGEMBALIAN PENDAHULUAN

PKP dapat diberikan pengembalian pendahuluan kelebihan pembayaran pajak adalah


PKP yang memenuhi ketentuan :

Telah ditetapkan sebagai WP Kecil (Pasal 17D UU


PKP berisiko rendah WP Patuh (Pasal 17C UU KUP)
PMK-71/PMK.03/2010 KUP) PMK-193/PMK.03/2007 stdd
PMK-54/PMK.03/2009

dan melakukan kegiatan: kriteria:


ekspor BKP; SPT Tepat waktu;
kriteria:
penyerahan BKP/JKP kpd Tdk ada tunggakan pajak, Omzet < Rp400 juta; dan
Pemungut PPN; kec ada izin angsur/tunda;
penyerahan BKP/JKP yang PPN- Hasil audit KAP WTP 3 tahun LB < Rp28 juta
nya tidak dipungut; berturut; dan

ekspor BKP TB; atau Tdk dipidana pajak 5 tahun


terakhir;
ekspor JKP 222
PMK-71/PMK.03/2010
PKP BERISIKO RENDAH

Untuk ditetapkan sebagai PKP berisiko rendah harus memenuhi syarat :

a. PKP merupakan perusahaan terbuka yg paling sedikit 40 % dari Tidak pernah


dilakukan
seluruh saham disetornya diperdagangkan di bursa efek di Indonesia pemeriksaan
bukti permulaan
b. PKP merupakan perusahaan yang saham mayoritasnya dimiliki secara dan/atau
langsung oleh Pemerintah Pusat dan/atau Pemerintah Daerah penyidikan dlm
jangka waktu 24
c. Produsen selain PKP pada huruf a dan b, yang memenuhi persyaratan : bulan terakhir

Tepat waktu dlm penyampaian SPT Masa PPN selama 12 bulan terakhir
Nilai BKP yg dijual pada tahun sebelumnya paling sedikit 75 % adalah produksi sendiri

Laporan keuangan untuk 2 tahun pajak sebelumnya diaudit Akuntan Publik dengan pendapat
Wajar Tanpa Pengecualian atau Wajar Dengan Pengecualian

223
Dalam hal diperiksa,
Kriteria Kriteria Wajib Proses Jangka Produk
terdapat KB
Skema Restitusi PPN Resiko Pajak Pengembalian Waktu Hukum
Sanksi Dasar Hukum

Pengembalian
Kenaikan Psl 17C (5)
Pendahuluan
1 bulan SKPPKP 100% atau 17D (5)
PKP juga (Psl 17C/17D UU
SKPKB UU KUP
Restitusi akhir tahun buku, berstatus WP KUP)
selain PKP: Patuh (17C) atau
1. Eksportir WP Kecil (17D)
Pemeriksaan Kenaikan
2. Penyerahan kpd Pemungut Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
PM > PK KOMPENSASI 3. Penyerahan yg PPN-nya Tidak KUP
KUP) SKPKBT
Dipungut
(Psl 9 ayat (4)) 4. Ekspor JKP/ BKP Tidak
Berwujud PKP tidak
5. Belum berproduksi Pemeriksaan Kenaikan
berstatus WP Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
(Psl 9 ayat (4a)) Patuh (17C) atau KUP
KUP) SKPKBT
WP Kecil (17D)

PKP tidak
Pengembalian Bunga 2%
berstatus WP Psl 9 (4f) UU
Pendahuluan 1 bulan SKPPKP perbulan
Patuh (17C) atau PPN
(Psl 17C UU KUP) max 24 bulan
WP Kecil (17D)
Resiko
Rendah
PKP juga
Restitusi setiap Masa Pajak, Pengembalian Bunga 2%
berstatus WP Psl 9 (4f) UU
oleh PKP: Pendahuluan 1 bulan SKPPKP perbulan
Patuh (17C) atau PPN
(Psl 17C UU KUP) max 24 bulan
1. Eksportir WP Kecil (17D)
2. Penyerahan kpd
Pemungut
3. Penyerahan yg PPN-nya PKP tidak
Tidak Dipungut Pemeriksaan Kenaikan
berstatus WP Psl 15 (2) UU
4. Ekspor JKP/ BKP Tidak (Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
Patuh (17C) atau KUP
Berwujud KUP) SKPKBT
WP Kecil (17D)
Non Resiko
5. Belum berproduksi Pengembalian
Rendah Kenaikan Psl 17C (5)
Pendahuluan
1 bulan SKPPKP 100% atau 17D (5)
(Psl 9 ayat (4b)) PKP juga (Psl 17C/17D UU
SKPKB UU KUP
berstatus WP KUP)
Patuh (17C) atau
WP Kecil (17D)
Pemeriksaan Kenaikan
Psl 15 (2) UU
(Psl 17B (1) UU 12 bulan SKPLB 100%
KUP
KUP) SKPKBT
Alur Restitusi PPN

Penelitian SKPPKP
1 bln

-TPT
SPT LB - KP2KP
17C KUP, 17D KUP, SKPKPP
- Pos/Kurir
9 (4c) PPN
- e-filing
1 bln

Cara permohonan: Pemeriksaan SKPLB


- Menggunakan SPT SPMKP
- Surat tersendiri 12 bln

Selain 17C KUP, 17D


KUP, 9 (4c) PPN
PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NOMOR 76/PMK.03/2010 jo PMK 18/PMK.03/2011
TENTANG
TATA CARA PENGAJUAN DAN PENYELESAIAN PERMINTAAN KEMBALI
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI BARANG BAWAAN ORANG PRIBADI
PEMEGANG PASPOR LUAR NEGERI
1. LATAR BELAKANG

Pelaksanaan ketentuan Pasal 16E Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983


tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2009 dan ketentuan Pasal 17E Undang-
Undang Nomor 6 Tahun 1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara
Perpajakan sebagaimana telah beberapa kali diubah terakhir dengan
Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009

Memberikan daya tarik bagi orang pribadi pemegang paspor


luar negeri untuk berkunjung ke Indonesia
2. DEFINISI
VAT REFUND
Merupakan insentif perpajakan yang diberikan kepada orang pribadi pemegang
paspor luar negeri berupa pengembalian PPN yang sudah dibayar atas pembelian
Barang Kena Pajak di Indonesia yang kemudian dibawa orang pribadi tersebut ke luar
daerah pabean.

SUBJEK PAJAK
adalah orang pribadi yang memiliki paspor yang diterbitkan oleh negara lain dan
memenuhi syarat sebagai berikut:
1. bukan Warga Negara Indonesia atau bukan Permanent Resident of Indonesia, yang
tinggal atau berada di Indonesia tidak lebih dari 2 (dua) bulan sejak tanggal
kedatangannya; dan/atau
2. bukan kru dari maskapai penerbangan.
TEMPAT VAT REFUND

Berdasarkan KMK :
1. Bandar Udara Soekarno-
Hatta, Jakarta;
2. Bandar Udara Ngurah Rai,
Denpasar;
3. Adi Sucipto, Yogyakarta;
4. Djuanda, Surabaya; dan
5. Polonia, Medan.
DEFINISI

BARANG BAWAAN
adalah Barang Kena Pajak yang dibeli oleh Orang Pribadi dari Toko Retail dan
dibawa keluar Daerah Pabean oleh yang bersangkutan dengan menggunakan moda
transportasi pesawat udara, melalui Bandar Udara, tidak termasuk makanan, minuman,
produk-produk tembakau, senjata api dan bahan peledak dan barang yang dilarang
dibawa ke dalam pesawat

TOKO RETAIL
adalah toko yang menjual Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan telah
dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak, serta berpartisipasi dalam skema
pengembalian Pajak Pertambahan Nilai kepada Orang Pribadi, yang ditetapkan
dengan Keputusan Direktur Jendeal Pajak berdasarkan permohonan.
DEFINISI

FAKTUR PAJAK KHUSUS


adalah Faktur Pajak yang dilampiri dengan cash register/struk
pembayaran/invoice sebagai satu kesatuan yang tidak terpisahkan, yang
diterbitkan oleh Toko Retail atas pembelian Barang Bawaan yang Pajak
Pertambahan Nilainya akan diminta kembali oleh Orang Pribadi.

NOTA PERSETUJUAN PENGEMBALIAN KELEBIHAN PEMBAYARAN PPN


adalah dokumen yang menyatakan jumlah Pajak Pertambahan Nilai yang dapat
dikembalikan kepada Orang Pribadi.
3. SYARAT PENGEMBALIAN PPN

1. Pembelian dilakukan di Toko Retail yang telah di tunjuk Direktorat Jenderal Pajak
2. Dengan nilai Pajak Pertambahan Nilai paling sedikit Rp500.000,00 (lima ratus
ribu rupiah) atas pembelian Barang Bawaan dalam 1 (satu) Faktur Pajak Khusus
dari 1 (satu) toko pada 1 (satu) tanggal yang sama
3. PPN tersebut telah dibayar
4. Dilakukan dalam jangka waktu 1 (satu) bulan sebelum keberangkatan Orang
Pribadi ke luar Daerah Pabean
4. TOKO RETAIL

SYARAT PENUNJUKAN TOKO RETAIL


1. Telah dikukuhkan sebagai PKP.
2. Bagi yang telah mempunyai kewajiban menyampaikan Surat Pemberitahuan
(SPT), telah menyampaikan
✓ SPT Tahunan Pajak Penghasilan untuk tahun pajak terakhir.
✓ SPT Masa PPN untuk 6 (enam) masa pajak terakhir
3. Tersedianya perangkat komputer dengan spesifikasi sesuai dengan kebutuhan
aplikasi yang dikeluarkan oleh Direktorat Jenderal Pajak dan koneksi internet
4. Mengajukan permohonan ke KPP dimana Toko Retail di kukuhkan sebagai PKP
TOKO RETAIL

APA YANG HARUS DILAKUKAN TOKO RETAIL


1. menempelkan/memasang logo “INDONESIAN VAT REFUNDABLE SHOP” pada
Toko Retail tersebut;

2. menyediakan informasi mengenai fasilitas pengembalian PPN bagi pembeli yang


berstatus Orang Pribadi dalam bentuk penyediaan papan pengumuman, leaflet,
atau brosur mengenai pemberian fasilitas pengembalian PPN kepada Orang
Pribadi atas transaksi yang dilakukannya;
235
TOKO RETAIL

APA YANG HARUS DILAKUKAN TOKO RETAIL


1. Menerbitkan Faktur Pajak Khusus dengan format yang telah ditetapkan.
2. Faktur Pajak Khusus harus memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 13 ayat (5) Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai
3. Pada kolom Nomor Pokok Wajib Pajak dan alamat pembeli dalam Faktur Pajak
Khusus wajib diisi dengan nomor Paspor dan alamat lengkap Orang Pribadi sesuai
yang tercantum dalam paspornya
4. Faktur Pajak Khusus tersebut dapat berfungsi sebagai surat permohonan
pengembalian PPN
KEP-347/PJ./2010

237
238
KEP-386/PJ./2010 tanggal 9 Desember 2010

1. Mirota Batik; alamat: Jl. Ahmad Yani No. 9 Yogyakarta


2. PT Aseli Dagadu Djokdja; alamat: Jl. Pakuningratan 17 Yogyakarta
3. HS Silver; alamat: Jl. Mondorakan No. 1 Prenggan Kotagede, Yogyakarta
4. Ansor Silver; alamat: Jl. Tegalgendu No. 28 Kotagede, Yogyakarta
5. Batik Keris; alamat: Jl. Malioboro No. 21, Yogyakarta
6. Batik Keris; alamat: Plaza Ambarukmo, Yogyakarta
7. Batik Danarhadi; alamat: Jl. Laksda Adisutjipto No. 3 Yogyakarta
8. Margaria Batik; alamat: Jl. Ahmad Yani No. 65 Yogyakarta
9. Centro Departemen Store; alamat: Plaza Ambarukmo, Yogyakarta
10. Dowa; alamat: Jl. Godean KM 7 Sidomulyo, Sleman

239
TOKO RETAIL
SKEMA PEMBELIAN DI TOKO RETAIL
Pembelian dengan nilai sebesar Rp. 5 Jt
(exclude PPN) dalam jk waktu 1 bulan sebelum
keberangkatan
1
Memperlihatkan paspor

Pemegang Paspor LN
Toko Ritel “VAT Refund”
3 TOKO RETAIL:

- Meneliti Paspor pembeli 2


- Menerbitkan Faktur Pajak Khusus
- Menerima Faktur Pajak Khusus
SKEMA VAT REFUND

CASH TRANSFER

1. PENGEMBALIAN Rp. 500.000 S.D. RP


5.000.000.

2. ATAU LEBIH DARI RP 5.000.000 TETAPI PENGEMBALIAN > DARI. RP 5.000.000.


INGIN DIKEMBALIKAN DENGAN
CASH, MAKSIMUM PENGEMBALIAN
SEBESAR RP 5.000.000

CASH KERAS DI BANDARA TRANSFER DALAM MATA UANG


DALAM BENTUK RUPIAH SELAIN RUPIAH

JANGKA WAKTU PENYELESAIAN


SATU BULAN SETELAH PERMOHONAN

yang dapat dikembalikan secara cash Rp. 5.000.000, usulan sebelumnya Rp. 10.000.000
FAKTUR PAJAK KHUSUS
CONTOH FAKTUR PAJAK KHUSUS

FAKTUR PAJAK KHUSUS/TAX INVOICE


XXX-XX-XX-00000001 ……………. (1)
(Tanggal/Date dd-mm-yy) (2)

PENGUSAHA KENA PAJAK : ………………………………………………………(3)


TAXABLE PERSON FOR VAT PURPOSES
NPWP : ………………………………………………………(4)
TAXPAYER IDENTITY NUMBER
ALAMAT : ………………………………………………………(5)
ADDRESS

NAMA : ………………………………………………………(6)
TOURIST NAME
NOMOR PASPOR : ………………………………………………………(7)
Passport No.
ALAMAT : ………………………………………………………(8)
ADDRESS

Total Pembayaran/Total Paid 45.000.000 ………. (9)


PPN/VAT (10/110) 4.090.909……… (10)
Telah dilayani oleh:
/You have been attended by
Esra Maheri……………… (11)
*)
Pernyataan Toko Retail/ Toko Retail’s Declaration
Saya menyatakan bahwa turis telah melakukan pembelian barang dan berhak untuk meminta pengembalian restitusi
Pajak Pertambahan Nilai
(I declared that tourist has purchased the goods and is entitled to claim for a refund)
*)
Pernyataan Turis/Tourist’s Declaration
Dengan ini saya menyatakan bahwa saya memenuhi kriteria dan persyaratan untuk m engajukan permohonan
pengembalian PPN sesuai dengan skema restitusi PPN turis asing. Saya menyatakan bahwa saya memahami
kriteria dan persyaratan yang telah diberitahukan kepada saya. Saya akan mengizinkan DJP untuk melakukan
pemeriksaan dokumen dan barang bawaan saya.
(I hereby declare that I meet the eligibility criteria and will comply with the conditions and requirements for claiming
VAT refund under the tourist refund scheme. I confirm that I fully understand the eligibility criteria, conditions and
requirements which have been made known to me. I will allow DGT to inspect my good)

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
*)
mengajukan pengembalian
/apply for refund…………… (12)
tanda tangan turis Tanda tangan Penjual dan Stempel
/tourist signature /Toko Retail’s Signature & Stamp

(Nama/Name)…………(13) (Nama)………………….. (14)

back
TANDA ENDORSEMENT
PPN DIKEMBALIKAN
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NO………. /PMK.03/2010
SEBESAR:

PPN : Rp……………………………………………………

NAMA
NIP

DITOLAK
BERDASARKAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN
NO………. /PMK.03/2010

NAMA
NIP
Nota Persetujuan Pengembalian Kelebihan Pembayaran PPN
Tanggal/Date:

Nama sesuai Paspor / :


Name as in Passport

Nomor Paspor / :
Passport Numb er

Nomor Permohonan / :
VAT Refund Numb er

Pengembalian Melalui / :
Tunai/Cash Transf er/Transfer
Refund through

Transf er melalui/please
Nama Bank/Bank Name : ..............................................................
Ma ta Ua ng/Currency : ..............................................................
No. Re ke ni ng :

Jumlah Yang Dimohon :


/ Applied Amount Rp ..........................................................

PPN/VAT
Jumlah Yang Dikembalikan / Refund Amount
Aw al/Beginning Amount Menjadi/To b e Amount

Nomor Faktur / Tax


:
Invoice No. ...................................... Rp .................................................... Rp ............................................
Total Yang Dapat Dikembalikan /Total
Refundab le Rp .................................................... Rp ...........................................

*)
Setuju dikembalikan sebesar Rp. 5.000.000,00
Agree for refund amount Rp. 5.000.000,00 *) Rp ...........................

Tanda Tangan Orang Pribadi/ Tanda Tangan Petugas Konter Pemeriksaan/ Tanda Tangan Petugas Konter Pembayaran/
Tourist signature Verification Counter Officer Signature Payment Counter Officer Signature

Nama Orang Pribadi / Nama Nama


Tourist Name NIP NIP

*) di isi/tercetak dalam hal pengembalian lebih dari Rp.5.000.000,00 tetapi menghendaki dikembalikan RP.5.000.000,00
*)
filled in when the VAT Refund is more than Rp. 5.000.000,00 but the tourist wants refund only Rp. 5.000.000,00 in cash

back
10. PELAPORAN PPN
Kemana ya
lapor PPN ???

KPP Pratama

PKP

Bank
PELAPORAN PAJAK TERUTANG

Pasal 3 dan 4 UU KUP

Pasal 3A UU PPN
MEKANISME PELAPORAN

Dengan media SPT Masa PPN


Form 1195➔ 1107 → 1108 →
1111

Harus diisi dengan lengkap benar dan


ditandatangani oleh:
-Pengurus atau direksi bagi PKP Badan,
-WP yang tercantum dalam kartu NPWP
dan NP PKP,
BENTUK SPT MASA PPN

Form
1107/1108
•SPT Masa PPN Induk

Form
1107/1108A
•Pajak Keluaran

Form
1107/1108B
•Pajak Masukan
KETENTUAN UMUM

Dapat dikirimkan langsung ke KPP atau


melalui pos secara tercatat

Tanggal jatuh tempo adalah akhir


bulan berikutnya, apabila telambat
dikenakan denda Rp. 500,000

Form dan petunjuk pengisiannya


dapat diperoleh di KPP atau
diperbanyak sendiri
RESTITUSI TURIS ASING

PPN/PPnBM yang
dibayar atas BKP yang
•Dapat diminta kembali
dibawa keluar daerah
Pabean

•Nilai minimal Rp 500,000


Syarat •Pembelian 1 bulan sebelum keberangkatan
•FP memenuhi ketentuan Pasal 13 (5)

•Paspor
Dokumen yang harus
•Tiket Pesawat
ditunjukkan
•Faktur Pajak

Anda mungkin juga menyukai