Anda di halaman 1dari 154

IHT PENYEGARAN

PPN & PPnBM


www.pajak.go.id
2

SOBAT PPN ANDA…

Rifky Kusuma Wardana, SST, SH, M.Int.Tax


Seksi Peraturan PPN Industri I

Yudi Pratama Tanjung, SH, MH


Seksi Peraturan PPN Industri II

Bersama rekan-rekan Subdit PPN Industri & Subdit PPN Perdagangan, Jasa, dan PTLL
DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN I
Karakteristik
PPN

3
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

01
Pajak atas konsumsi
di Dalam Negeri

02 Pajak
Tidak Langsung

03
Multi Stage
Non Cummulative

04 Pajak Objektif

4
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

PPN
01 Pajak atas konsumsi
di Dalam Negeri
PPN bukan pajak atas PPN menganut
kegiatan bisnis destination principle

Pemikul beban pajak Pajak dikenakan di tempat


adalah konsumen tujuan barang atau jasa
akan dikonsumsi

Dalam hal menyangkut arus lintas batas,


tempat konsumsi/pemanfaatan merupakan
faktor dominan menimbulkan utang pajak
5
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

02 Pajak
Tidak Langsung NEGARA

BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Jasa Penerima Jasa
PPN

Penanggung Pemikul Beban


Jawab Pajak

6
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

03 Multi Stage
Non Cummulative 10.000 14.000 16.000 17.000

Industri Industri Pedagang Pedagang K


Tekstil Garmen Besar Eceran
o
n
PPN PPN PPN PPN s
1.100 1.540 1.760 1.870 u
m
1.100 1.540 1.760
e
440 220 110 n

Kas Kas Kas Kas


Contoh : Negara Negara
Negara Negara
Siklus penyerahan
pakaian
7
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN

04 Pajak Objektif Timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan


oleh adanya objek pajak

Kondisi subjektif subjek pajak tidak relevan

Tidak memperhatikan azas keadilan pemungutan


pajak

Dampak regresif (kesenjangan beban pajak)

Untuk mengurangi regresivitas PPN, bagi konsumen


BKP Mewah dikenakan PPnBM di samping PPN

8
History Undang-Undang PPN

UU no 8 tahun 1983 tentang Pajak


Pertambahan Nilai Barang dan UU no 18 tahun 2000 UU no 11 tahun 2020
Jasa dan Pajak Penjualan atas tentang Cipta Kerja
Barang Mewah

1 3 4 5 6
UU no 7 tahun 2021
UU no 42 tahun 2009
tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan

2
UU no 11 tahun 1994

9
Subjek
PPN

10
Pengusaha Kena Pajak
Subjek Pajak

Pengusaha Kena Pajak


Pengusaha adalah
Orang pribadi atau badan dalam bentuk adalah
apapun yang dalam kegiatan usaha atau Pengusaha yang melakukan penyerahan
pekerjaannya menghasilkan barang, BKP dan/atau JKP yang dikenai pajak
mengimpor barang, mengekspor barang, berdasarkan UU PPN
melakukan usaha perdagangan, (Pasal 1angka 15 UU PPN)
memanfaatkan barang tidak berwujud dari
luar Daerah Pabean, melakukan usaha
jasa termasuk mengekspor jasa, atau
memanfaatkan jasa dari luar Daerah
Pabean
(Pasal 1angka 14 UU PPN) Pengusaha Kecil
Pengusaha yang selama satu tahun buku
melakukan penyerahan BKP dan/atau
JKP dengan jumlah peredaran bruto
dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp4.800.000.000,- (empat milyar delapan
ratus juta rupiah)
PMK 197/PMK.03/2013

Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak, memungut, menyetor, melaporkan PPN dan PPn
BM Terutang kecuali Pengusaha Kecil yang batasannya ditetapkan oleh
Menteri Keuangan
11
Timeline Pelaporan Pengukuhan PKP
Subjek Pajak

Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des

Penyerahan Omset >4,8 M Tidak/Terlambat lapor PKP


dapat dikenai sanksi
Wajib Lapor PKP
Maksimal Akhir
Bulan Berikutnya

12
Kapan maksimal
lapor PKP?
PT ABC bergerak dalam bidang perdagangan barang elektronik sejak 2
Januari 2022 terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Sunter.
Peredaran bruto selama tahun 2022 sbb

Bulan Peredaran Bruto Bulan Peredaran Bruto


Januari 1,100,000,000 Juli 1,175,000,000
Februari 2,175,000,000 Agustus 1,185,000,000
Maret 50,000,000 September 115,000,000
April 1,200,000,000 Oktober 1,105,000,000
Mei 1,150,000,000 Nopember 95,000,000
Juni 1,120,000,000 Desember 1,130,000,000

13
Objek
PPN

14
Objek PPN

PA S A L 4 ( 1 ) PA S A L 1 6 C PA S A L 1 6 D
Kegiatan Membangun Sendiri Penyerahan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjual-belikan

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak PPN dikenakan atas Penyerahan BKP berupa aktiva
a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang yang menurut tujuan semula tidak untuk
yang dilakukan oleh Pengusaha; pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas Penyerahan
b. impor BKP; atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata aktiva yang Pajak Masukan-nya tidak dapat
c. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean oleh caranya diatur dengan PMK dikreditkan menurut Pasal 9 ayat (8) huruf b dan c
Pengusaha;
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di Peraturan terkait: Pasal 9 (8) huruf b & c:
dalam Daerah Pabean; PMK-61/PMK.03/2022 Pengkreditan Pajak Masukan tidak berlaku bagi
f. ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena pengeluaran:
Pajak; Ketentuan b. perolehan BKP/JKP yang tidak ada hubungan
g. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha • Luas minimal 200m2 langsung dengan kegiatan usaha;
Kena Pajak; dan • Saat terutang → Saat mulai dibangun sampai c. perolehan/pemeliharaan kendaraan bermotor
h. ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak. dengan selesai sedan dan station wagon, KECUALI sebagai
• Tempat terutang → tempat bangunan didirikan barang dagangan/disewakan

PPN Terutang: PPN Terutang: PPN Terutang:


11% x DPP 20% x 11% x Biaya Pembangunan (tdk termasuk 11% x DPP
(untuk ekspor berlaku tarif 0%) tanah) Faktur Pajak Kode 09
15
Objek PPN
Pasal 16C UU PPN

Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas kegiatan


PPN KMS membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam
Kegiatan Membangun Sendiri kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi
atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya
diatur dengan Keputusan Menteri Keuangan
Mau bangun Bangun (Pasal 16C UU PPN)
apa lagi pak?
semangat..
Yang dimaksud dengan Kegiatan Membangun Sendiri
adalah kegiatan membangun bangunan yang yang
dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh
orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri
Kecuali
20% x 11% x Total atau digunakan pihak lain.
perolehan
Biaya tanah
Bangunan adalah satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam
atau dilekatkan secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau
perairan dengan kriteria :
• konstruksi utamanya terdiri kayu, beton, pasangan batu bata
atau bahan sejenis, dan/atau baja;
• diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha;
dan
Wajib disetor max tgl 15 bulan berikutnya • luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
16
Objek PPN
Pasal 16C UU PPN

Pada April 2022 Bapak Budi memulai membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal pribadinya.
Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Bapak Budi dalam upaya membangun rumah tersebut sampai dengan selesainya bangunan tersebut
adalah sebagai berikut:
• pembelian tanah sebesar Rp200.000.000,
• pembelian bahan baku bangunan keseluruhan Rp180.000.000,
• biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp70.000.000.
Maka berapakah PPN yang terutang atas pembangunan rumah tersebut?

Jawab:
Sesuai dengan PMK No. 61/ 2022 PPN terutang atas KMS adalah:
= 20 % X TARIF PPN X DPP
= (20% X 11% ) X Biaya, tidak termasuk biaya pembelian tanah
= (20% X 11%) X (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)

Dengan demikian, PPN terutang atas KMS oleh Bapak Budi adalah
= 20% X 11% X Rp250.000.000
= Rp 5.500.000
Objek PPN
Pasal 16D UU PPN

Penyerahan BKP berupa


Aktiva yang semula tidak
diperjualbelikan

Kecuali atas aktiva yang PM nya


tidak dapat dikreditkan

Ex: Perolehan BKP yang tidak mempunyai


hubungan langsung dengan kegiatan
usaha

18
NON-BKP &
NON-JKP

19
Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN

Barang/Jasa

Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP

Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut

20
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP

No Pasal 4 ayat (2) Pasal 4 ayat (2)


Sebelum UU HPP Sejak UU HPP
1 barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang Dihapus
diambil langsung dari sumbernya, tidak termasuk hasil
pertambangan batubara

2 barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh Dihapus


rakyat banyak

3 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan
dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan
oleh usaha jasa boga atau katering oleh usaha jasa boga atau katering, yang merupakan objek
pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah
dan retribusi daerah

4 uang, emas batangan, dan surat berharga uang, emas batangan untuk cadangan devisa, dan surat
berharga.

21
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP

Jenis Barang yang tidak dikenai PPN


Sebelum UU HPP Sejak UU HPP
a. jasa pelayanan kesehatan medik; a. Dihapus
b. jasa pelayanan sosial; b. Dihapus
c. jasa pengiriman surat dengan perangko; c. Dihapus
d. jasa keuangan; d. Dihapus
e. jasa asuransi; e. Dihapus
f. jasa keagamaan; f. jasa keagamaan;
g. jasa pendidikan; g. Dihapus
h. jasa kesenian dan hiburan; h. jasa kesenian dan hiburan;
i. jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan; i. Dihapus
j. jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan j. Dihapus
udara dalam negeri yang menjadi bagian yang tidak terpisahkan k. Dihapus
dari jasa angkutan udara luar negeri; l. jasa perhotelan;
k. jasa tenaga kerja; m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
l. jasa perhotelan; menjalankan pemerintahan secara umum;
m. jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka n. Jasa penyediaan tempat parkir;
menjalankan pemerintahan secara umum; o. Dihapus
n. Jasa penyediaan tempat parkir; p. Dihapus
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam; q. Jasa boga atau katering
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos; dan
q. Jasa boga atau katering
22
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP

Jasa Keagamaan
Meliputi:

Jasa Pelayanan Rumah Ibadah Jasa Penyelenggaraan Kegaitan


Keagamaan

Jasa pemberian khotbah atau Jasa lainnya di bidang keagamaan


dakwah

Tidak termasuk jasa penyelenggaraan perjalanan ibadah keagamaan yang juga menyelenggarakan perjalanan ke tempat lain

23
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP

PMK-70/PMK.03/2022
Jasa kesenian dan hiburan yang bukan objek PPN meliputi:
a. tontonan film atau bentuk tontonan audio visual lainnya yang
dipertontonkan secara langsung di suatu lokasi tertentu;
b. pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
c. kontes kecantikan;
d. kontes binaraga;
e. pameran;
f. pertunjukan sirkus, akrobat, dan sulap;
g. pacuan kuda dan perlombaan kendaraan bermotor;
h. permainan ketangkasan;
i. olahraga permainan dengan menggunakan tempat/ruang dan/atau
peralatan dan perlengkapan untuk olahraga dan kebugaran;
j. rekreasi wahana air, wahana ekologi, wahana pendidikan, wahana
Tidak Termasuk budaya, wahana salju, wahana permainan, pemancingan,
 kegiatan pelayanan penyediaan tempat/ruang dan/atau agrowisata, dan kebun binatang;
peralatan dan perlengkapan untuk permainan golf; dan k. panti pijat dan pijat refleksi; dan
 penyerahan jasa digital berupa penayangan (streaming) l. diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap atau perawatan
film atau audio visual lainnya melalui saluran internet atau dengan air (spa).
jaringan elektronik.
24
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP

jasa yang disediakan merupakan jasa sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang
oleh Pemerintah dalam hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah sesuai kewenangannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan jasa tersebut
rangka menjalankan tidak dapat disediakan oleh bentuk usaha lain.
pemerintahan secara
umum

PMK-82/PMK.03/2012 Termasuk
 Pemberian IMB
 Pemberian izin usaha perdagangan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
 Pembuatan Kartu Tanda Penduduk
ayat (1) adalah unit tertentu dari badan
pemerintah yang memenuhi kriteria sebagai
bukan subjek pajak dalam negeri

Termasuk
 Pemberian Hak Paten, merek, hak cipta
 Pembuatan Akte kelahiran, akta nikah
 Pemberian visa

25
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP

PMK-70/PMK.03/2022
Jasa Perhotelan, meliputi:

Hotel
Hostel Guest house,
Motel Vila
Losmen Tempat tinggal pribadi
Pondok wisata yang berfungsi sebagai
Wisma pariwisata Bungalow
Pesanggrahan hotel,
Resort glamping
cottage

meliputi jasa penyediaan akomodasi dan fasilitas


meliputi jasa penunjang sebagaimana dimaksud pada ayat (1) Tidak termasuk sewa ruangan selain
penyewaan kamar termasuk fasilitas tambahannya serta fasilitas untuk acara, bukan penyewaan unit
dan/atau jasa terkait untuk tamu yang menginap apartemen & kondominium, dan jasa
penyewaan ruangan biro perjalanan

26
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP

Jasa Penyediaan Tempat PMK-70/PMK.03/2022


Parkir JASA PENYEDIAAN PARKIR
Meliputi
a. Penyediaan atau penyelenggaraan
tempat parkir;
b. Pelayanan memarkirkan kendaraan
(valet)

Tidak termasuk Jasa


Pengelolaan tempat parkir
Yaitu jasa yang dilakukan oleh
Pengusaha pengelola tempat
parkir untuk mengelola tempat
parkir yang dimiliki atau
disediakan oleh pemilik tempat
parkir, dengan menerima imbalan
dari pemilik tempat parkir,
termasuk imbalan dalam bentuk
bagi hasil

27
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP

PMK-70/PMK.03/2022
meliputi makanan dan
minuman baik yang
Jasa boga atau katering, Makanan dan minuman yang disajikan:
a. di hotel;
dikonsumsi di tempat • proses penyediaan bahan baku dan b. di restoran, rumah makan, warung, dan
maupun tidak bahan setengah jadi, pembuatan, sejenisnya; dan
penyimpanan, dan penyajian c. oleh Pengusaha jasa boga atau katering,
berdasarkan pesanan;
• penyajian di lokasi yang diinginkan yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
oleh pemesan dan berbeda dengan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
lokasi dimana proses pembuatan retribusi daerah, termasuk jenis barang yang tidak
dan penyimpanan dilakukan; dan dikenai Pajak Pertambahan Nilai
• penyajian dilakukan dengan atau
tanpa peralatan dan petugasnya

Restoran/Rumah
Tidak Termasuk makan/warung dan sejenisnya
 Swalayan yang tidak semata-mata paling sedikit menyediakan
menjual makanan/minuman layanan penyajian makanan
 Pengusaha pabrik makanan dan/atau minuman berupa
dan/atau minuman; atau penyediaan fasilitas meja, kursi,
 Lounge bandara dan/atau peralatan untuk makan
dan minum di tempat

28
PENYERAHAN

29
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1)

BKP berupa persediaan dan/atau aktiva


yang menurut tujuan semula tidak untuk
A Penyerahan hak atas BKP karena E diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
perjanjian
saat pembubaran perusahaan;

Pengalihan BKP karena perjanjian sewa penyerahan BKP dari pusat ke cabang
B beli atau sewa guna usaha (leasing); F atau sebaliknya dan/atau antar
cabang;

Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka


Penyerahan BKP kepada pedagang perjanjian pembiayaan yang dilakukan
C perantara atau melalui juru lelang; H berdasarkan prinsip syariah, yang
penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yang membutuhkan BKP.

Note:
pemakaian sendiri dan/atau Pasal 4(1) huruf g “penyerahan BKP secara konsinyasi” tidak
D pemberian cuma-cuma; lagi masuk dalam definisi penyerahan sejak diundangkannya
UU CIKA
30
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf a

02
Penyerahan hak atas BKP karena TUKAR
suatu perjanjian MENUKAR

JUAL BELI
03 DENGAN
JUAL BELI ANGSURAN

01 PERJANJIAN LAIN YANG


MENGAKIBATKAN
PENYERAHAN BKP
04
31
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf b

Yang dimaksud dengan "pengalihan Barang Kena Pajak


Penyerahan Barang Kena Pajak dapat
karena suatu perjanjian sewa guna usaha (leasing)"
terjadi karena perjanjian sewa beli dan/atau
adalah penyerahan Barang Kena Pajak yang disebabkan
perjanjian sewa guna usaha (leasing)
oleh perjanjian sewa guna usaha (leasing) dengan hak
opsi.

Dalam hal penyerahan Barang Kena Pajak oleh


Pengusaha Kena Pajak dalam rangka perjanjian sewa
guna usaha (leasing) dengan hak opsi, Barang Kena
Pajak dianggap diserahkan langsung dari Pengusaha
Kena Pajak pemasok (supplier) kepada pihak yang
membutuhkan barang (lessee).

32
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf c

Penyerahan BKP kepada Pedagang


Perantara atau melalui Juru Lelang Yang dimaksud dengan "pedagang perantara" adalah
orang pribadi atau badan yang dalam kegiatan usaha atau
pekerjaannya dengan nama sendiri melakukan perjanjian
atau perikatan atas dan untuk tanggungan orang lain
dengan mendapat upah atau balas jasa tertentu, misalnya
komisioner.

Yang dimaksud dengan "juru lelang" adalah juru lelang


Pemerintah atau yang ditunjuk oleh Pemerintah.

33
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf d

Pemakaian Sendiri dan Pemberian Cuma-


Cuma Yang dimaksud dengan "pemakaian sendiri" adalah
pemakaian untuk kepentingan pengusaha sendiri,
pengurus, atau karyawan, baik barang produksi sendiri
maupun bukan produksi sendiri.

Yang dimaksud dengan "pemberian cuma-cuma" adalah


pemberian yang diberikan tanpa pembayaran baik barang
produksi sendiri maupun bukan produksi sendiri, seperti
pemberian contoh barang untuk promosi kepada relasi
atau pembeli.

34
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf e

Barang Kena Pajak berupa persediaan


Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau aktiva
dan/atau aktiva yang menurut tujuan
yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan,
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
masih tersisa pada saat pembubaran
disamakan dengan pemakaian sendiri sehingga dianggap
perusahaan
sebagai penyerahan Barang Kena Pajak.

Dikecualikan dari ketentuan pada huruf e ini adalah penyerahan


sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A ayat (2) huruf e yaitu :
(Barang Kena Pajak berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat
dikreditkan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan
huruf c)

35
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf f

Penyerahan BKP dari kantor pusat ke


Dalam hal suatu perusahaan mempunyai lebih dari satu
cabang atau sebaliknya dan/atau
tempat pajak terutang baik sebagai pusat maupun
penyerahan BKP antar cabang
sebagai cabang perusahaan, pemindahan Barang Kena
Pajak antartempat tersebut merupakan penyerahan
Barang Kena Pajak.

Yang dimaksud dengan “pusat” adalah tempat tinggal atau


tempat kedudukan.

Yang dimaksud dengan “cabang” antara lain lokasi usaha,


perwakilan, unit pemasaran, dan tempat kegiatan usaha
sejenisnya

36
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf h

Dalam transaksi murabahah, bank syariah bertindak


Penyerahan Barang Kena Pajak oleh sebagai penyedia dana untuk membeli sebuah kendaraan
Pengusaha Kena Pajak dalam rangka bermotor dari Pengusaha Kena Pajak A atas pesanan
perjanjian pembiayaan yang dilakukan nasabah bank syariah (Tuan B).
berdasarkan prinsip syariah, yang Meskipun berdasarkan prinsip syariah, bank syariah harus
penyerahannya dianggap langsung dari membeli dahulu kendaraan bermotor tersebut dan
Pengusaha Kena Pajak kepada pihak yang kemudian menjualnya kepada Tuan B, berdasarkan
membutuhkan Barang Kena Pajak Undang-Undang ini, penyerahan kendaraan bermotor
tersebut dianggap dilakukan langsung oleh Pengusaha
Kena Pajak A kepada Tuan B

37
TIDAK TERMASUK
PENYERAHAN

38
Tidak Termasuk Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (2)

pengalihan Barang Kena Pajak dalam


penyerahan BKP kepada makelar;
A D rangka penggabungan, peleburan,
pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha, serta pengalihan
Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran
modal pengganti saham dengan syarat
pihak yang melakukan pengalihan dan
yang menerima pengalihan adalah
Pengusaha Kena Pajak; dan
penyerahan BKP untuk jaminan utang-
B piutang;

Barang Kena Pajak berupa aktiva yang


E menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan, dan yang
Penyerahan BKP dalam hal PKP Pajak Masukan atas perolehannya tidak
C melakukan pemusatan tempat pajak dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
terutang; dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b.

39
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 1A ayat (2) huruf d
PASAL
112
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah
pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha, serta pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran modal
pengganti saham, dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima
pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak.

Aturan sebelumnya

Pengalihan BKP (Barang Kena Pajak) untuk setoran modal pengganti saham (inbreng) merupakan
penyerahan BKP.
Saat Penyerahan Inbreng yg Tidak Memenuhi Pasal 1A (2) UU PPN
PP-9

INBRENG YANG TIDAK TERUTANG PPN INBRENG


Pengalihan BKP untuk tujuan
setoran modal pengganti saham Saat penyerahan atas pengalihan BKP untuk tujuan setoran
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 1A modal pengganti saham yang tidak memenuhi ketentuan
ayat (2) huruf d Undang-Undang PPN Pasal 1A ayat (2) huruf d Undang-Undang PPN, pada saat:
meliputi pengalihan BKP untuk tujuan
setoran modal kepada badan • disepakati atau ditetapkannya pengalihan BKP untuk
sebagaimana dimaksud dalam
Undang-Undang PPN.
tujuan setoran modal pengganti saham sebagaimana
dimaksud Pasal 5A yang tertuang dalam perjanjian
pengalihan BKP untuk tujuan setoran modal; atau
Pasal 1 angka 13 Undang-Undang PPN
Badan adalah sekumpulan orang dan/atau modal yang • ditandatanganinya akta mengenai pengalihan BKP untuk
merupakan kesatuan baik yang melakukan usaha maupun yang
tidak melakukan usaha yang meliputi perseroan terbatas,
tujuan setoran modal pengganti saham sebagaimana
perseroan komanditer, perseroan lainnya, badan usaha milik dimaksud Pasal 5A oleh notaris.
negara atau badan usaha milik daerah dengan nama dan dalam
bentuk apapun, firma, kongsi, koperasi, dana pensiun, persekutuan,
perkumpulan, yayasan, organisasi massa, organisasi sosial politik,
atau organisasi lainnya, lembaga dan bentuk badan lainnya
termasuk kontrak investasi kolektif dan bentuk usaha tetap.

DASAR HUKUM Pasal 5A dan Pasal 17 ayat (3) huruf e PP-1 stdd PP-9
www.pajak.go.
id
TARIF
PPN

42
TARIF PPN
Pasal 7 UU PPN

URAIAN SEBELUM 1 APRIL 2022 SETELAH 1 APRIL 2022

TARIF NORMAL 10% 11% dan akan menjadi


12% paling lambat
1 Januari 2025

EKSPOR BKP 0% 0%
EKSPOR JKP
EKSPOR BKPTB

43
CARA
MENGHITUNG
PAJAK

44
CARA MENGHITUNG PAJAK
Pasal 8A UU PPN

Harga Jual (Pasal 1 angka 18)


Nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta oleh penjual karena
penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan
PPN TERUTANG = TARIF x DPP harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
Penggantian (Pasal 1 angka 19)
Nilai berupa uang, termasuk biaya yang diminta oleh pengusaha
karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak Berwujud,
tidak termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang
HARGA JUAL NILAI IMPOR dicantumkan dalam Faktur Pajak, atau
DPP Nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar oleh
Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima
manfaat BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak
PENGGANTIAN NILAI EKSPOR
Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
NILAI LAIN Nilai Impor (Pasal 1 angka 20)
Nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk
ditambah pungutan berdasarkan ketentuan kepabeanan dan cukai
untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM.

Nilai Ekspor (Pasal 1 angka 26)


Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta oleh eksportir.

45
DPP
NILAI LAIN
& BESARAN
TERTENTU

46
DPP Nilai Lain VS Besaran Tertentu

Penyerahan JKP: Rp1.000.000 Penyerahan JKP: Rp1.000.000


DPP berupa Nilai Lain sebesar 10% Besaran tertentu sebesar 1,1%

Maka: Maka:
DPP: 10% x Rp1.000.000=Rp100.000 DPP: Rp1.000.000
PPN: 11% x Rp100.000=Rp11.000 PPN: 1,1% x Rp1.000.000=Rp11.000

Penjual dapat mengkreditkan PM Penjual tidak dapat mengkreditkan PM

47
DPP Nilai Lain VS Besaran Tertentu

Perbedaan PPN Menggunakan PPN Menggunakan


DPP Nilai Lain Besaran Tertentu
Dasar Hukum Pasal 8A Pasal 9A

Cara Menghitung PPN Tarif PPN x DPP Tarif x Formula Tertentu x DPP
Terutang (Harga Jual/Penggantian/Nilai Tertentu)

Pajak Masukan yang Dapat dikreditkan Tidak Dapat Dikreditkan


berhubungan dengan
penyerahan

48
DPP NILAI LAIN
Berikut adalah PPN yang menggunakan DPP Nilai Lain (PMK-75/PMK.03/2010 stdtd PMK 121/PMK.03/2015):
No Jenis Penyerahan DPP Nilai Lain
1 Pemakaian sendiri BKP/JKP Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor

2 Pemberian cuma-cuma BKP/JKP Harga Jual atau Penggantian setelah


dikurangi laba kotor

3 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang, atau sebaliknya, atau antar Harga pokok penjualan atau harga
cabang perolehan

4 Penyerahan film cerita Perkiraan hasil rata2/judul


5 Penyerahan produk hasil tembakau 9,9% x HJE
(PMK 63/PMK.03/2022)
6 BKP berupa persediaan/aktiva yang menurut tujuan semula tidak Harga pasar wajar
untuk diperjualbelikan yang masih tersisa saat pembubaran
7 Penyerahan BKP kepada Pedagang Perantara Harga disepakati
8 Penyerahan BKP melalui Juru Lelang Harga Lelang

49
KEMUDAHAN DAN PENYEDERHANAAN Pasal 9A baru

BESARAN TERTENTU

 Pengusaha Kena Pajak dengan ketentuan:


a. mempunyai peredaran usaha dalam 1 (satu) tahun buku tidak melebihi jumlah tertentu
b. melakukan kegiatan usaha tertentu
c. melakukan penyerahan Barang Kena Pajak tertentu dan/atau Jasa Kena Pajak tertentu
dapat memungut PPN yang terutang dengan besaran tertentu.

 Atas Pajak Masukan perolehan BKP/JKP, impor BKP, dan pemanfaatan JKP/BKP tidak berwujud oleh PKP tersebut tidak
dapat dikreditkan.

 Contoh:
 PKP yang melakukan penyerahan jasa pengiriman paket
 PKP yang melakukan penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata berupa
penyerahan paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan sarana akomodasi yang penyerahannya
tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan
 PKP yang melakukan penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa
pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges)

Pasal 9A merupakan pasal baru


50 www.pajak.go.
id
BESARAN TERTENTU
PPN KMS 2,2% x DPP PMK-61/PMK.03/2022
LPG Tertentu (LPG 3 kg) 1,1/101,1 x (Harga Jual Agen – HJE) PMK-62/PMK.03/2022
1,1/101,1 x (Harga Jual Pangkalan – Harga Jual Agen)

Barang Hasil Pertanian Tertentu 1,1% x Harga Jual PMK-64/PMK.03/2022


Kendaraan Bermotor Bekas 1,1% x Harga Jual PMK-65/PMK.03/2022
Jasa Agen Asuransi 1,1% x Komisi/Imbalan PMK-67/PMK.03/2022
Jasa Pialang Asuransi/Reasuransi 2,2% x Komisi/Imbalan
Perdagangan Aset Kripto 0,11% x Nilai Transaksi PMK-68/PMK.03/2022
(jika exchanger terdaftar di Bappebti)
0,22% x Nilai Transaksi
(jika exchanger tidak terdaftar di Bappebti)

Jasa pengiriman paket pos 1,1% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih PMK-71/PMK.03/2022
Jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata 1,1% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih PMK-71/PMK.03/2022
Jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam 1,1% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih PMK-71/PMK.03/2022
tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya
transportasi (freight charges)
Jasa pemasaran dengan media voucer, jasa penyelenggaraanl ayanan 1,1% x Harga Jual Voucher PMK-71/PMK.03/2022
transaksi pembayaran terkait dengan distribusi voucer, jasa
penyelenggaraan program loyalitas dan penghargaan pelanggan
(consumer loyalty/reward program)

Jasa perjalanan ke tempat lain dalam perjalanan ibadah keagamaan 1,1% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih PMK-71/PMK.03/2022
(jika dirinci)
0,55% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih
(jika tidak dirinci) 51
SAAT &
TEMPAT
TERUTANG

52
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat Penyerahan Saat penerimaan saat penerimaan saat PKP rekanan


BKP dan/atau pembayaran dalam hal pembayaran termin menyampaikan tagihan
penyerahan JKP penerimaan dalam hal kepada Bendahara
pembayaran terjadi penyerahan sebagian Pemerintah sebagai
sebelum penyerahan tahap pekerjaan Pemungut PPN
BKP dan/atau JKP
53
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

“Saat penyerahan yang merupakan dasar Penyerahan dianggap telah terjadi, apabila risiko dan
penentuan saat terutang PPN dan saat manfaat kepemilikan barang telah berpindah kepada
pembuatan Faktur Pajak disinkronisasikan pembeli dan jumlah pendapatan dari transaksi tersebut
dengan praktik yang lazim terjadi dalam dapat diukur dengan handal
kegiatan usaha yang tercermin dalam
praktik pencatatan atau pembukuan
Pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang dicerminkan
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
dengan penerbitan invoice/faktur penjualan yang sekaligus
umum serta diterapkan secara konsisten
menjadi dokumen sumber dan sebagai dasar pencatatan
oleh PKP”
pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang

Saat Pembuatan
Saat Terutang Pajak Saat Penyerahan
Faktur Pajak

54
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat Penyerahan Barang Bergerak

a. diserahkan secara langsung kepada pembeli atau Penjualan langsung dan


pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli; penjualan eceran

b. diserahkan secara langsung kepada penerima Pemberian cuma-cuma,


barang; pemakaian sendiri, dan
penyerahan antarcabang

c. diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa Penjualan dengan syarat fob
angkutan; atau shipping point

d. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau


pada saat diterbitkan faktur penjualan, sesuai Selain kriteria di atas
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten.
55
Contoh Saat Penyerahan BKP Bergerak

1 PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada Tuan Igna
pada tanggal 15 Mei 2011.

2 PT Berkah (Jakarta) menjual BKP kepada PT Ceria (Surabaya) dengan syarat


pengiriman fob shipping point. Barang dikeluarkan dari gudang PT Berkah dan
dikirim ke gudang PT Ceria pada tanggal 10 Juni 2011 dengan menggunakan
perusahaan ekspedisi dengan tanggal DO (delivery order) 10 Juni 2011. Barang
diterima oleh PT Ceria pada tanggal 12 Juni 2011.

56
Contoh Transaksi Penjualan
(fob destination)
16 Agustus

12 Agustus
Penjual menerbitkan
Faktur Penjualan
13-16 Agustus
Barang keluar dari
gudang Penjual

Perakitan & ujicoba


13 Agustus barang oleh Pembeli

Faktur Pajak
Barang diterima
Diterbitkan
Pembeli

57
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat Penyerahan Barang Tidak Bergerak

Terjadi saat penyerahan hak untuk menggunakan atau


menguasai BKP

secara yuridis secara nyata

58
Contoh Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak

1 Perjanjian jual beli sebuah rumah ditandatangani tanggal 1 Mei 2011.


Perjanjian penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai rumah tersebut dibuat
atau ditandatangani tanggal 1 September 2011.

2 Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, rumah telah
diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Faktur
Pajak harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada
dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.

59
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat Penyerahan BKP Tidak Berwujud

a. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan
oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten

Dalam hal b. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau
tidak diketahui kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya

60
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat Penyerahan BKP (Aktiva) yang masih


tersisa pada saat pembubaran perusahaan

a. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris

b. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan


dalam Anggaran Dasar
Mana yang terjadi
lebih dulu
c. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan
dibubarkan

d. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah tidak


melakukan kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil
pemeriksaan atau berdasarkan data atau dokumen yang ada

61
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat Penyerahan BKP Restrukturisasi


Usaha

Perubahan bentuk usaha

ATAU
a. Saat disepakati atau ditetapkan sesuai hasil
Penggabungan usaha
Rapat Umum Pemegang Saham yang
Peleburan usaha tertuang dalam perjanjian; atau

Pemekaran usaha
b. Saat ditandatanganinya akta oleh Notaris
Pemecahan usaha

Pengambilalihan usaha

Tidak memenuhi
Pasal 1A (2) UU PPN
62
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat Penyerahan Jasa Kena Pajak

1) diakui sebagai piutang atau penghasilan atau pada saat diterbitkan


faktur penjualan sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum dan diterapkan secara konsisten

Dalam hal 2) kontrak atau perjanjian ditandatangani


tidak diketahui

3) saat mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai


secara nyata, baik sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian
cuma-cuma atau pemakaian sendiri

63
Contoh Saat Penyerahan Jasa Kena Pajak
1 PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan masa kontrak
selama 12 tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:
• PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tanggal 1 September 2011;
• Nilai kontrak sewa selama 12 tahun adalah Rp 120.000.000,00
• Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal 29 September
dengan pembayaran sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per tahun.
Pada tanggal 29 September 2011 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk
tahun pertama.

2 1. PT Setiyakom adalah suatu perusahaan jasa telekomunikasi.


2. PT Setiyakom melakukan penagihan kepada pelanggan sesuai dengan periode
pemakaian selama satu bulan.
3. Pengumpulan data-data pemakaian dari pelanggan memerlukan waktu beberapa
hari, sehingga faktur penjualan baru dapat diterbitkan beberapa hari setelahnya.
4. Untuk pemakaian oleh pelanggan pada tanggal 1 – 30 Juni 2011, PT Setiyakom
menerbitkan faktur penjualan (melakukan penagihan) pada tanggal 5 Juli 2011.

64
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud


atau Jasa Kena Pajak dari Luar Daerah
Pabean

Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud


dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dinyatakan sebagai utang
oleh pihak yang memanfaatkannya

Mana yang Saat harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
terjadi lebih penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang
dahulu menyerahkannya
Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau
seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya

65
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN

Saat saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke


Impor BKP dalam Daerah Pabean PIB

Saat saat Barang Kena Pajak dimasukkan ke


dalam Daerah Pabean PEB
Ekspor BKP

saat Penggantian atas Barang Kena


Saat Pajak Tidak Berwujud yang diekspor
Ekspor BKP tersebut dicatat atau diakui sebagai
Tidak Berwujud piutang atau penghasilan Pemberitahuan
Ekspor JKP/BKP
Tidak Berwujud
Saat saat Penggantian atas jasa yang
Ekspor JKP diekspor tersebut dicatat atau diakui
sebagai piutang atau penghasilan
66
Saat Penyerahan secara Konsinyasi PP-9

KONSINYASI
KONSINYASI
yaitu penyerahan BKP yang Saat Penyerahan bagi pemilik barang (consignor):
dilakukan dengan cara: Pada saat harga atas penyerahan BKP diakui sebagai piutang atau penghasilan,
atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh PKP consignor, sesuai dengan
a. consignor menitipkan BKP kepada prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.
consignee; DAN
b. consignee menyerahkan BKP yang
dititipkan sebagaimana dimaksud pada
Saat Penyerahan bagi penerima barang (consignee):
huruf a kepada pembeli BKP dimaksud. Pada saat:
• BKP berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau
pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;
• BKP berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima
barang untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan
dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan antarcabang;
• BKP berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa
angkutan; atau
• harga atas penyerahan BKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh PKP consignee, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.
DASAR HUKUM Pasal 17A PP-1 stdd PP-9
TEMPAT
PAJAK TERUTANG

68
TEMPAT PAJAK TERUTANG
Pasal 11 UU PPN

Objek PPN Tempat terutang


 penyerahan BKP PKP OP :
 penyerahan JKP; tempat tinggal dan/atau tempat
 ekspor BKP Berwujud; kegiatan usaha,
 ekspor BKP Tidak Berwujud; atau
 ekspor JKP. PKP Badan:
tempat kedudukan dan tempat
kegiatan usaha
Impor BKP tempat BKP dimasukkan dan dipungut
melalui DJBC
 Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud tempat tinggal atau tempat kedudukan
 Pemanfaatan JKP dan/atau tempat kegiatan usaha
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean

69
FAKTUR
PAJAK

70
Kewajiban dan Saat Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak harus dibuat pada:


 saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP;
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:  saat penerimaan pembayaran dalam hal
 penyerahan BKP; penerimaan pembayaran terjadi sebelum
 penyerahan JKP; penyerahan BKP dan/atau JKP;
 ekspor BKP berwujud;  saat penerimaan pembayaran termin dalam hal
penyerahan sebagian tahap pekerjaan;
 ekspor BKP tidak berwujud; dan/atau
 saat ekspor BKP berwujud, BKP tidak berwujud,
 ekspor JKP. dan/atau ekspor JKP; atau
 saat lain yang diatur berdasarkan PMK tersendiri.

Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP serta saat ekspor NEW

BKP berwujud, ekspor BKP tidak berwujud, dan/atau ekspor JKP


dilaksanakan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
 Pasal 17 dan Pasal 17A PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.

www.pajak.go.id
Faktur Pajak Gabungan
PKP dapat membuat Faktur Pajak gabungan:
 1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli BKP dan/atau penerima JKP yang sama
selama 1 (satu) bulan kalender.
 Harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
 Dalam hal terdapat pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya sebelum NEW

penyerahan BKP dan/atau JKP yang diterima dalam bulan penyerahan,


Faktur Pajak gabungan tetap dibuat paling lama pada akhir bulan
penyerahan BKP dan/atau JKP.
 Dalam hal PKP melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP yang wajib dibuat
Faktur Pajak dengan menggunakan lebih dari 1 (satu) kode transaksi, PKP
dapat membuat Faktur Pajak gabungan atas penyerahan dengan kode
transaksi yang sama, untuk tiap-tiap kode transaksi.
 Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 1 PER.

PENGECUALIAN:
Faktur Pajak gabungan tidak dapat dibuat atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP ke dan/atau dari kawasan tertentu atau tempat tertentu.
www.pajak.go.id
Contoh Pembuatan Faktur Pajak Gabungan (1/2)
Contoh 1:
PT A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT B dan menerima pembayaran dari PT B selama bulan April 2022
sebagai berikut:
Harga Jual/
Tanggal Uraian
Pembayaran (Rp)
4 Penyerahan BKP 1.000.000
11 Penyerahan BKP 1.500.000
18 Penyerahan BKP 2.000.000
19 Penerimaan pembayaran dari PT B atas penyerahan tanggal 4 April 2022 1.000.000
25 Penyerahan BKP 2.500.000
26 Penerimaan pembayaran uang muka dari PT B untuk penyerahan yang akan 250.000
dilakukan pada bulan Mei 2022
30 Penyerahan BKP 3.000.000

Dalam hal atas penyerahan tersebut hanya menggunakan 1 (satu) kode transaksi dan PT A memilih membuat Faktur Pajak gabungan
maka PT A wajib membuat Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 yang meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan dan
pembayaran uang muka yang diterima pada bulan April 2022, yaitu dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp10.250.000,00
(Rp1.000.000,00 + Rp1.500.000,00 + Rp2.000.000,00 + Rp2.500.000,00 + Rp250.000,00 + Rp3.000.000,00).
Contoh Pembuatan Faktur Pajak Gabungan (2/2)
Contoh 2:
PT A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV C sebagai berikut:
a. penjualan BKP berupa komputer pada tanggal 2, 9, 16, 23, dan 30 April 2022; dan
b. pemberian cuma-cuma BKP berupa keyboard dan mouse komputer pada tanggal 4, 11, 18, dan 25 April 2022.
Berdasarkan data di atas maka PT A wajib membuat Faktur Pajak dengan menggunakan kode transaksi 01 atas
penyerahan (penjualan) BKP berupa komputer dan kode transaksi 04 atas penyerahan (pemberian cuma-cuma) BKP
berupa keyboard dan mouse komputer. Dalam hal PT A memilih untuk membuat Faktur Pajak gabungan maka PT A
wajib membuat:
a. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 dengan menggunakan kode transaksi 01 yang meliputi
seluruh penyerahan BKP berupa komputer yang dilakukan pada bulan April 2022; dan
b. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 25 April 2022 atau paling lama tanggal 30 April 2022 dengan
menggunakan kode transaksi 04 yang meliputi seluruh penyerahan BKP berupa keyboard dan mouse komputer
yang dilakukan pada bulan April 2022.
Keterangan dalam Faktur Pajak
Keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau JKP yang harus dicantumkan dalam Faktur Pajak:
 nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP/JKP;
 identitas pembeli BKP atau penerima JKP yang meliputi:
NEW
• nama, alamat, dan NPWP, bagi Wajib Pajak dalam negeri badan dan instansi pemerintah;
• nama, alamat, dan NPWP atau NIK, bagi subjek pajak dalam negeri orang pribadi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• nama, alamat, dan nomor paspor, bagi subjek pajak luar negeri orang pribadi; atau
• nama dan alamat, bagi subjek pajak luar negeri badan atau bukan merupakan subjek pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 UU PPh;
 jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
 PPN yang dipungut;
 PPnBM yang dipungut;
 kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
 nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.

NIK mempunyai kedudukan yang sama


dengan NPWP dalam rangka pembuatan
Faktur Pajak dan pengkreditan Pajak Masukan
 Pasal 19A ayat (3) PP-1/2012 s.t.d.d. PP-9/2021.
Tata Cara Pengisian Keterangan dalam Faktur Pajak (1/2)

Identitas PKP Penjual


Nama, alamat, dan NPWP wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, dan NPWP yang tercantum dalam *) Dalam hal nama/alamat
Surat Pengukuhan PKP. *) yang tercantum dalam
SKT/SPPKP berbeda dengan
Identitas Pembeli BKP/Penerima JKP nama/alamat yang
 Nama, alamat, NPWP, NIK, dan nomor paspor wajib diisi sesuai dengan nama, alamat, NPWP, NIK, sebenarnya/sesungguhnya,
WP harus mengajukan
dan nomor paspor yang sebenarnya/sesungguhnya.
permohonan perubahan
 Bagi subjek pajak dalam negeri, nama dan alamat dapat diisi sesuai dengan nama dan alamat data berupa nama/alamat
yang tercantum dalam Surat Keterangan Terdaftar atau Surat Pengukuhan PKP. *) dalam SKT/SPPKP agar
sesuai dengan keadaan
yang sebenarnya/
Jenis Barang/Jasa sesungguhnya.
 Wajib diisi dengan keterangan yang sebenarnya/sesungguhnya mengenai BKP/JKP yang diserahkan.
 Untuk penyerahan BKP ke Kawasan Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas  ditambah HS Code.
 Untuk penyerahan BKP berupa kendaraan bermotor baru untuk dilakukan registrasi kendaraan bermotor baru sesuai
ketentuan yang berlaku, PKP dealer harus mencantumkan keterangan berupa merek, tipe, varian, dan nomor rangka.
 Untuk penyerahan BKP berupa tanah dan/atau bangunan diisi dengan keterangan yang paling sedikit memuat informasi
berupa alamat lengkap tanah dan/atau bangunan dimaksud.
Tata Cara Pengisian Keterangan dalam Faktur Pajak (2/2)
Dasar Pengenaan Pajak
Rp  nilai pada jumlah Harga Jual/Penggantian/Uang Muka/Termin sebagaimana dimaksud pada angka 5
dikurangi dengan potongan harga dan uang muka yang telah diterima;
 dasar pengenaan pajak berupa nilai lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan; atau
 nilai tertentu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan, yang menjadi
dasar penghitungan PPN yang dipungut dan disetor dengan besaran tertentu sebagaimana diatur dalam Pasal
9A ayat (1) UU PPN.
PPN yang Dipungut
Rp  tarif PPN Pasal 7 ayat (1) UU PPN x Dasar Pengenaan Pajak; atau
 besaran tertentu PPN yang dipungut berdasarkan Pasal 9A ayat (1) UU PPN.

01
Kode dan NSFP
02
03
Total 16 digit: 2 digit kode transaksi, 1 digit kode status, dan 13 NSFP.

Nama dan Penanda Tangan Faktur Pajak


 Nama diisi sesuai KTP/paspor yang berlaku.
 Telah didaftarkan sebagai penanda tangan Faktur Pajak pada aplikasi e-Faktur.
 PKP dapat menunjuk lebih dari 1 (satu) pejabat/pegawai untuk menandatangani e-Faktur.
 Termasuk pejabat/pegawai di cabang dalam hal PKP melakukan pemusatan tempat PPN terutang.
 Tanda tangan berupa Tanda Tangan Elektronik.
Contoh Pengisian DPP dan PPN dalam Faktur Pajak
 DPP normal:
Penyerahan garmen dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 yang PPN-nya dipungut dengan tarif 11%.
 DPP Nilai Lain:
Pemakaian sendiri BKP dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 dan laba kotor sebesar Rp10.000.000,00
yang PPN-nya dipungut dengan tarif 11%.
 Besaran Tertentu PPN:
Penyerahan kendaraan bermotor bekas dengan Harga Jual sebesar Rp100.000.000,00 yang PPN-nya dipungut
dengan besaran tertentu sebesar 1,1% dari Harga Jual.

Dari ketiga contoh di atas maka pengisian DPP dan PPN dalam Faktur Pajak yaitu sebagai berikut:

Besaran Tertentu
Keterangan Normal Nilai Lain
PPN
Harga Jual 100.000.000 100.000.000 100.000.000
DPP 100.000.000 90.000.000 100.000.000
PPN 11.000.000 9.900.000 1.100.000

www.pajak.go.id
Kode Transaksi dalam Faktur Pajak 2.3

Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang


01 Urutan Prioritas Penggunaan Kode Transaksi
melakukan penyerahan BKP/JKP.
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN instansi pemerintah yang Kode Transaksi
02 PPN/PPnBM-nya dipungut oleh instansi pemerintah.
Penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN lainnya (selain instansi
03 pemerintah) yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh pemungut PPN lainnya. Termasuk Ya
07/08
07/08?
Penyerahan BKP/JKP yang DPP-nya menggunakan nilai lain cfm. Pasal 8A
04 ayat (1) UU PPN yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang melakukan Tidak
penyerahan BKP/JKP.
Penyerahan BKP/JKP yang PPN-nya dipungut dengan besaran tertentu cfm. Termasuk Ya
05 02/03
Pasal 9A ayat (1) UU PPN oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP. 02/03?

Penyerahan lainnya yang PPN/PPnBM-nya dipungut oleh PKP yang Tidak


06 melakukan penyerahan BKP/JKP (menggunakan tarif selain Pasal 7 ayat (1)
UU PPN, penyerahan BKP kepada turis). Ya
Termasuk
06
Penyerahan BKP/JKP yang PPN/PPnBM-nya mendapatkan fasilitas tidak 06?
07 dipungut atau ditanggung pemerintah.
Tidak
Penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan fasilitas dibebaskan dari pengenaan
08 PPN/PPnBM.
Termasuk Ya
04/05
Penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk 04/05?
09 diperjualbelikan cfm. Pasal 16D UU PPN yang PPN-nya dipungut oleh PKP
Tidak
yang melakukan penyerahan BKP.
Catatan: Untuk pelaporan CK-1 atas penyerahan hasil tembakau dalam Formulir 1111 A2 01
SPT Masa PPN pada aplikasi e-Faktur yang semula menggunakan kode transaksi 06 diubah
menjadi menggunakan kode transaksi 04.
Bentuk Faktur Pajak dan Aplikasinya
FAKTUR PAJAK:
 berbentuk elektronik; e-Faktur
 dibuat menggunakan aplikasi atau sistem yang disediakan
dan/atau ditentukan oleh DJP; dan
 dicantumkan tanda tangan elektronik. Aplikasi e-Faktur
 aplikasi e-Faktur Client Desktop
 aplikasi e-Faktur Web Based
PENGECUALIAN:  aplikasi e-Faktur Host-to-Host (H2H)
• H2H Penyelenggara (PJAP)
Faktur Pajak atas:
 penyerahan BKP/JKP kepada pembeli BKP/penerima JKP dengan
karakteristik konsumen akhir cfm. Pasal 13 ayat (5a) UU PPN (eceran); PKP di TLDDP, TPB, atau KEK wajib
 penyerahan BKP/JKP dan/atau ekspor BKP/BKP tidak berwujud/ JKP, membuat e-Faktur atas penyerahan
yang bukti pungutan PPN-nya berupa dokumen tertentu yang BKP kepada pembeli BKP di Kawasan
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak cfm. Pasal 13 ayat Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas.
(6) UU PPN (dokumen tertentu); dan
 penyerahan BKP kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri
cfm. Pasal 16E UU PPN (VAT refund),
 dibuat sesuai dengan peraturan terkait.
Tampilan PDF atau Cetakan Kertas e-Faktur

e-Faktur
Tidak Wajib
Dicetak

Tidak lagi
mencantumkan
persentase (%)
tarif PPN
Batas Waktu Upload e-Faktur 3.5

e-Faktur wajib diunggah (di-upload) menggunakan aplikasi


e-Faktur untuk memperoleh persetujuan DJP.

e-Faktur yang tidak memperoleh persetujuan DJP


 BUKAN FAKTUR PAJAK
UPLOAD
PALING LAMBAT
Syarat untuk memperoleh persetujuan DJP:
 NSFP yang digunakan untuk penomoran e-Faktur merupakan TANGGAL 15
NSFP yang diberikan oleh DJP; dan BULAN BERIKUTNYA
 e-Faktur diunggah (di-upload) dalam jangka waktu paling setelah tanggal e-Faktur
lambat tanggal 15 bulan berikutnya setelah tanggal
pembuatan e-Faktur.

Catatan:
Untuk e-Faktur yang dibuat dengan mencantumkan tanggal
sebelum tanggal 1 April 2022, wajib diunggah (di-upload)
menggunakan aplikasi e-Faktur untuk memperoleh persetujuan DJP
paling lambat tanggal 15 Mei 2022. Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 3 PER

www.pajak.go.id
Cap/Keterangan Fasilitas PPN/PPnBM 3.7

PPN ATAU PPN & PPnBM


TIDAK DIPUNGUT
Harus diberikan keterangan melalui aplikasi
e-Faktur mengenai:
PPN ATAU PPN & PPnBM  PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut,
dibebaskan, atau ditanggung pemerintah; dan
DIBEBASKAN
 peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan yang mendasarinya.
PPN ATAU PPN & PPnBM
DITANGGUNG PEMERINTAH

www.pajak.go.id
Tata Cara Pembetulan/Penggantian Faktur Pajak
 Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan
aplikasi e-Faktur atas permintaan pembeli BKP/penerima JKP atau
Pembetulan/Penggantian kemauan sendiri.
 SPT Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang diganti masih
Salah dalam pengisian/penulisan
dapat disampaikan atau dilakukan pembetulan sesuai ketentuan.
sehingga tidak memuat
keterangan yang benar, lengkap,  NSFP Faktur Pajak pengganti sama dengan NSFP Faktur Pajak yang diganti.
dan jelas.  Kode status diisi 1 (satu), kode transaksi yang digunakan sesuai
peruntukan.
 Tanggal Faktur Pajak pengganti yaitu tanggal pada saat Faktur Pajak
pengganti dibuat.
 Dalam hal PKP penjual telah melaporkan Faktur Pajak yang diganti dalam
SPT Masa PPN maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa
PPN yang bersangkutan untuk melaporkan Faktur Pajak pengganti.
 Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang diganti dalam
SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa
PPN yang bersangkutan untuk melaporkan Faktur Pajak pengganti.

Dengan implementasi aplikasi e-Faktur 3.0, pelaporan e-Faktur pengganti


dilakukan secara prepopulated.
Tata Cara Pembatalan Faktur Pajak
 Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan aplikasi
e-Faktur.
Pembatalan  SPT Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang dibatalkan masih
dapat disampaikan atau dilakukan pembetulan sesuai ketentuan.
 Penyerahan BKP/JKP yang
 Dalam hal pembatalan Faktur Pajak karena terjadi pembatalan transaksi, harus
transaksinya dibatalkan. didukung bukti/dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi pembatalan
 Penyerahan barang/jasa transaksi.
yang seharusnya tidak  Dalam hal PKP penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam
dibuatkan e-Faktur. SPT Masa PPN maka PKP penjual harus tetap melaporkan Faktur Pajak yang
dibatalkan tersebut dalam SPT Masa PPN dengan mencantumkan nilai DPP,
PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
 Dalam hal PKP penjual telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam
SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN
yang bersangkutan dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
tersebut dengan mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).
 Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan dalam
SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN
yang bersangkutan dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan
tersebut dengan mencantumkan nilai DPP, PPN, dan PPnBM sebesar 0 (nol).

Dengan implementasi aplikasi e-Faktur 3.0, pelaporan e-Faktur yang dibatalkan


dilakukan secara prepopulated.
Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran NEW

 PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pembeli BKP/


penerima JKP dengan karakteristik konsumen akhir, termasuk yang
Penyerahan
dilakukan melalui PMSE, merupakan PKP Pedagang Eceran.
Bukan Konsumen
PKP  Tidak ditentukan berdasarkan KLU.
Akhir
 PKP Pedagang Eceran dapat membuat Faktur Pajak eceran atas
penyerahan BKP/JKP kepada konsumen akhir tanpa mencantumkan
BKP/JKP identitas pembeli serta nama dan tanda tangan penjual.
Termasuk melalui PMSE
• Faktur Pajak eceran dapat berupa: bon kontan, faktur penjualan, segi
cash register, karcis, kuitansi, atau tanda bukti penyerahan atau
pembayaran lain yang sejenis
BKP/JKP  Dapat berbentuk elektronik.
Termasuk melalui PMSE Konsumen Akhir

Faktur Pajak eceran dapat juga dibuat atas:


Karakteristik Konsumen Akhir  pemakaian sendiri BKP/JKP; dan
 pembeli barang dan/atau penerima jasa mengonsumsi secara  pemberian cuma-cuma BKP/JKP kepada
langsung barang dan/atau jasa yang dibeli/diterima; dan konsumen akhir.
 pembeli barang dan/atau penerima jasa tidak menggunakan atau  penyerahan BKP/JKP yang mendapatkan
memanfaatkan barang dan/atau jasa yang dibeli/diterima untuk fasilitas tidak dipungut PPN atau
kegiatan usaha. dibebaskan dari pengenaan PPN.
Faktur Pajak bagi PKP Pedagang Eceran NEW
5.2

PENGECUALIAN BKP/JKP Tertentu


PKP Pedagang Eceran yang melakukan  Penyerahan dan penyewaan:
penyerahan BKP tertentu atau JKP • angkutan darat: kendaraan bermotor.
tertentu kepada Konsumen Akhir wajib • angkutan air: kapal pesiar, kapal ekskursi,
membuat e-Faktur. kapal feri, yacht.
• tanah/bangunan.
• angkutan udara: pesawat terbang, helikopter,
balon udara.
 Penyerahan:
• senjata api dan peluru senjata api.
Pembetulan/Penggantian dan Pembatalan Faktur Pajak
bagi PKP Pedagang Eceran

Rp…

PKP pedagang eceran dapat melakukan


Rp 25.500,00 pembetulan atau penggantian dan
Rp299.000,00
Rp 32.990,00
pembatalan Faktur Pajak sesuai dengan
Rp 6.500,00 kelaziman usaha PKP pedagang eceran.
Rp363.990,00
Rp400.000,00
Rp 36.010,00
Persyaratan Formal dan Material Faktur Pajak

Faktur Pajak harus memenuhi:

Persyaratan Formal Persyaratan Material


Berisi keterangan yang sebenarnya atau
Diisi secara benar, lengkap, dan jelas sesuai sesungguhnya mengenai penyerahan BKP
dengan ketentuan Pasal 13 ayat (5) UU PPN dan/atau JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor
atau ketentuan Pasal 13 ayat (6) UU PPN BKP tidak berwujud, ekspor JKP, impor BKP,
untuk dokumen tertentu yang kedudukannya atau pemanfaatan BKP tidak berwujud
dipersamakan dengan Faktur Pajak dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean
Faktur Pajak Tidak Lengkap, Terlambat Dibuat, dan Dianggap Tidak Dibuat 6.2

Tidak memenuhi
TIDAK LENGKAP persyaratan formal TERLAMBAT DIBUAT

 e-Faktur tidak mencantumkan keterangan cfm. Tanggal yang tercantum dalam Faktur Pajak melewati saat
Pasal 5 PER atau Faktur Pajak PKP pedagang eceran seharusnya Faktur Pajak dibuat.
tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat
(2) PER.
 Mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya DIANGGAP TIDAK DIBUAT
atau sesungguhnya.
 Berisi keterangan yang tidak sesuai dengan Faktur Pajak dibuat setelah melewati jangka waktu 3 bulan
ketentuan pengisian keterangan cfm. PER. sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat.

PKP yang membuat Faktur Pajak tidak lengkap, terlambat membuat Faktur Pajak, dan/atau
dianggap tidak membuat Faktur Pajak dikenai sanksi Pasal 14 ayat (4) UU KUP.

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tidak lengkap dan/atau yang dianggap tidak
dibuat merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Contoh Faktur Pajak Tidak Lengkap
PT I merupakan PKP yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri (pabrikan) sepatu. Berdasarkan surat pengukuhan PKP, diketahui PT I
memiliki NPWP 03.456.789.1-012.000 dan beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 42G, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Selain
menjual sepatu kepada distributor, PT I juga melakukan penjualan kepada pembeli dengan karakteristik konsumen akhir melalui toko ritelnya
yang bernama Toko I-Sepatu.
a. PT I menjual sepatu kepada distributor Tuan Ogi, warga negara Indonesia orang pribadi, yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 42B,
Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak dengan mencantumkan
identitas Pembeli BKP sebagai berikut:
Nama : Ogi
Alamat : Jalan Gatot Subroto No. 42B, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190
NPWP : 00.000.000.0-000.000
NIK/paspor : -
Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap karena Faktur Pajak tidak mencantumkan keterangan cfm.
Pasal 5 huruf b angka 2 PER, yaitu mencantumkan NPWP 00.000.000.0-000.000, tetapi tidak mencantumkan NIK.
b. PT I menjual sepatu kepada distributor CV J, NPWP 72.345.678.9-012.000. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak
dengan mencantumkan kode transaksi 04 pada isian kode dan NSFP. Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak
lengkap karena Faktur Pajak berisi keterangan yang tidak sesuai dengan tata cara cfm. Lampiran huruf B angka 2 huruf a angka 1) PER,
yaitu mencantumkan kode transaksi 04, seharusnya kode transaksi 01.
c. PT I menjual sepatu kepada konsumen akhir Nyonya Fio melalui Toko I-Sepatu. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak
bagi PKP pedagang eceran berupa faktur penjualan dengan mencantumkan identitas penjual BKP sebagai berikut:
Nama : PT I
NPWP : 03.456.789.1-012.000
Alamat : -
Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap karena tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat
(2) huruf a PER, yaitu tidak mencantumkan alamat PT I.
Contoh Faktur Pajak Terlambat Dibuat dan Tidak Terlambat Dibuat

Contoh 1:
PT K yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV L yang Faktur Pajaknya seharusnya dibuat
pada tanggal 12 April 2022. PT K membuat Faktur Pajak pada tanggal 13 April 2022 dengan mengisi kolom
tanggal Faktur Pajak 13 April 2022. Faktur Pajak tersebut merupakan Faktur Pajak yang terlambat dibuat.
 PT K dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
 Dalam hal CV L merupakan PKP maka PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan Pajak Masukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

Contoh 2:
Berdasarkan Contoh 1 pada slide 3.5.1:
PT H melakukan penyerahan BKP pada tanggal 11 April 2022, membuat e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal
Faktur Pajak 11 April 2022, dan mengunggah (meng-upload) ke DJP dengan menggunakan aplikasi e-Faktur
pada tanggal 14 Mei 2022. e-Faktur tersebut diberikan persetujuan dari DJP.
Faktur Pajak yang dibuat oleh PT H tersebut bukan merupakan Faktur Pajak yang terlambat dibuat karena
meskipun diunggah (di-upload) ke DJP dan memperoleh persetujuan dari DJP pada tanggal 14 Mei 2022, tetapi
tanggal pembuatan Faktur Pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut sama dengan tanggal saat Faktur
Pajak seharusnya dibuat, yaitu tanggal 11 April 2022.
Contoh Faktur Pajak Dianggap Tidak Dibuat

CV M yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT N yang Faktur Pajaknya seharusnya dibuat
pada tanggal 20 April 2022. Namun, tanggal pembuatan Faktur Pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak yaitu
20 Juli 2022.
Dengan demikian, Faktur Pajak tersebut merupakan Faktur Pajak yang dianggap tidak dibuat karena dibuat
setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat, yaitu setelah melewati
tanggal 19 Juli 2022.
 CV M dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
 Dalam hal PT N merupakan PKP maka PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak
Masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Ketentuan Lain-Lain

e-Faktur yang telah diunggah (di-upload) ke DJP dengan menggunakan aplikasi


1 e-Faktur dan telah memperoleh persetujuan dari DJP merupakan Faktur Pajak
yang dibuat oleh PKP.

Pengkreditan Pajak Masukan


2 PPN yang tercantum dalam e-Faktur atau dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan oleh PKP pembeli sepanjang PPN dimaksud:
 bukan merupakan PPN atas pengeluaran cfm. Pasal 9 ayat (8) UU PPN; dan
 tercantum dalam Faktur Pajak yang memenuhi persyaratan formal dan
material cfm. Pasal 13 ayat (9) UU PPN.

Pengujian Pajak Masukan


3
Pengkreditan Pajak Masukan oleh PKP pembeli tidak tergantung pada
pelaporan e-Faktur atau dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak dalam SPT Masa PPN PKP penjual.
 Untuk mengetahui pelaporan PKP penjual dilakukan menggunakan aplikasi/
data/informasi dalam sistem informasi DJP.
 Tidak perlu konfirmasi PK-PM ke KPP tempat PKP penjual dikukuhkan.
 KEP-754/PJ/2001 dicabut.
PENGKREDITAN
PAJAK MASUKAN

95
Pajak Masukan

Pasal 1 angka 24 UU PPN:

Pajak Masukan adalah PPN yang


seharusnya sudah dibayar oleh PKP
karena: Faktur Pajak atau dokumen tertentu yang
• perolehan BKP dan/atau JKP; kedudukannya dipersamakan dengan
Faktur Pajak
• pemanfaatan BKP tidak berwujud
Dokumen tertentu yang kedudukannya
dan/atau JKP dari luar Daerah dipersamakan dengan Faktur Pajak
Pabean; dan/atau
Dokumen tertentu yang kedudukannya
• impor BKP. dipersamakan dengan Faktur Pajak

www.pajak.go.id
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN

Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP
Pajak Masukan karena perolehan BKP dan/atau JKP; pemanfaatan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean; dan/atau impor BKP

Pajak Masukan dalam suatu Bagi PKP yang telah melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor
Masa Pajak dikreditkan dengan BKP, dan/atau ekspor JKP namun dalam suatu Masa Pajak tidak
Pajak Keluaran dalam Masa Pajak terdapat penyerahan dan/atau ekspor dimaksud, Pajak Masukan
yang sama dalam Masa Pajak dimaksud tetap dapat dikreditkan oleh PKP sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan

Pengkreditan menggunakan FP yang Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang
memenuhi persyaratan formal dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
material dan ayat (9)
Prinsip Pengkreditan PM 02

Pasal 9 ayat (2b) UU PPN:

Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9) UU PPN.

Persyaratan Formal Persyaratan Material


Diisi secara benar, lengkap, dan jelas sesuai Berisi keterangan yang sebenarnya atau
dengan ketentuan: sesungguhnya mengenai penyerahan BKP
• Pasal 13 ayat (5) UU PPN, untuk Faktur dan/atau JKP, ekspor BKP berwujud, ekspor
Pajak; atau BKP tidak berwujud, ekspor JKP, impor BKP,
• Pasal 13 ayat (6) UU PPN, untuk atau pemanfaatan BKP tidak berwujud
dokumen tertentu yang kedudukannya dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
dipersamakan dengan Faktur Pajak. Pabean di dalam Daerah Pabean

www.pajak.go.id
Saat Pengkreditan Pajak Masukan
Pasal 9 ayat (2) UU PPN:
Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak
yang sama. [Pasal 62 PMK-18/2021]
Pasal 9 ayat (9) UU PPN:
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada
Masa Pajak yang sama dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga)
Masa Pajak setelah berakhirnya Masa Pajak saat Faktur Pajak dibuat sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya atau belum ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan BKP
atau JKP serta memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan UU PPN. [Pasal 63 PMK-18/2021]

ILUSTRASI
Faktur Pajak Pajak Masukan dapat dikreditkan oleh PKP pada:
Masukan
tanggal
21 Jul 2022
ATAU ATAU ATAU

MASA PAJAK MASA PAJAK MASA PAJAK MASA PAJAK


JUL 2022 AGT 2022 SEP 2022 OKT 2022

www.pajak.go.id
Kriteria Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan

perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung


dengan kegiatan usaha (Pasal 9 ayat (8) huruf b)

Pengkreditan Pajak perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
Masukan tidak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak
dapat diberlakukan mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
bagi pengeluaran (Pasal 9 ayat (8) huruf f)
untuk:

pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) (Pasal 9 ayat (8) huruf g)

www.pajak.go.id
PENGKREDITAN PM
Bagi PKP yang belum
melakukan penyerahan
BKP/JKP

101
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 9 ayat (2a), ayat (4), ayat (4a), & ayat (6a)
PASAL
Pengaturan atas PM sebelum PKP melakukan penyerahan terutang PPN:
 Bagi PKP yang belum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP, PM atas
112
perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dapat dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan
sesuai dengan Undang-Undang ini.
(dapat dikreditkan atas semua perolehan BKP/JKP yang berhubungan langsung dengan penyerahan BKP/JKP).
 LB dikompensasi ke Masa Pajak berikutnya dan dapat direstitusi di akhir tahun buku.
 Jika 3 tahun pertama sejak mengkreditkan belum ada penyerahan BKP/JKP,
PPN menjadi tidak dapat dikreditkan (dibatalkan).
Aturan sebelumnya  Pasal 9 ayat (8) huruf j dihapus.

Bagi PKP yang belum berproduksi


sehingga belum melakukan
penyerahan yang terutang pajak,
PM atas perolehan dan/atau impor
barang modal dapat dikreditkan
(sebatas barang modal).
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Kriteria PM yang Dapat Dikreditkan bagi PKP yang Belum Melakukan Penyerahan

Pajak Masukan atas


pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar
perolehan Barang
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
Kena Pajak
Impor Barang
Kena Pajak
Pajak Masukan atas pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
perolehan Jasa Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam
Kena Pajak Daerah Pabean

PKP Belum Melakukan Penyerahan dalam jangka


waktu tertentu
Pajak Masukan Menjadi Tidak Dapat
Dikreditkan
PKP Belum Melakukan Penyerahan dan melakukan
pembubaran usaha, melakukan pencabutan PKP, atau
dilakukan pencabutan PKP secara jabatan

DASAR HUKUM Pasal 54 dan Pasal 55 ayat (1) PMK-18 www.pajak.go.


id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Kriteria PKP Belum Melakukan Penyerahan Yang Tidak Termasuk Penyerahan

1 PKP melakukan kegiatan pemakaian sendiri


PKP yang kegiatan usaha utamanya Perdagangan, apabila dalam dan/atau pemberian cuma-cuma BKP
jangka waktu tertentu tidak melakukan kegiatan penyerahan BKP dan/atau JKP
dan/atau ekspor BKP

PKP melakukan kegiatan penyerahan dari


2 pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
PKP yang kegiatan usaha utamanya Jasa, apabila dalam jangka waktu penyerahan antar cabang
tertentu tidak melakukan kegiatan penyerahan JKP dan/atau ekspor
JKP PKP melakukan penyerahan BKP berupa
aktiva yang menurut tujuan semula tidak
3 untuk diperjualbelikan
PKP yang kegiatan usaha utamanya Menghasilkan BKP, apabila dalam
jangka waktu tertentu tidak melakukan kegiatan penyerahan BKP PKP melakukan penyerahan BKP dan/atau
dan/atau ekspor BKP yang dihasilkan sendiri JKP yang tidak mempunyai hubungan
Pasal 54 PMK-18 langsung dengan kegiatan usaha utama

DASAR HUKUM Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) PMK-18 www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Jangka Waktu Pengkreditan PM Sebelum Penyerahan

1 3 (tiga) tahun sejak Masa Pajak


pengkreditan pertama kali PM

sektor usaha yang Menghasilkan BKP,


ditetapkan sampai dengan 5 (lima) tahun
2
ditetapkan lebih dari 3 (tiga) tahun sejak
Masa Pajak pengkreditan pertama kali PM
sektor usaha yang termasuk dalam Proyek
bagi Pengusaha Kena Pajak dalam sektor
Strategis Nasional yang mendapatkan
usaha tertentu penugasan pemerintah, ditetapkan sampai
dengan 6 (enam) tahun

DASAR HUKUM Pasal 56 PMK-18 www.pajak.go.


id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Perlakuan PM bagi PKP yang Melakukan Perubahan Kegiatan Usaha

PM yang telah dikreditkan dan belum dimintakan pengembalian dapat dikreditkan dalam hal BKP
1
dan/atau JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud digunakan untuk kegiatan usaha yang baru

PM yang telah dikreditkan dan telah dimintakan pengembalian, wajib dibayar kembali ke kas negara
2 dalam hal BKP dan/atau JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud tidak digunakan untuk kegiatan usaha yang baru

PM yang telah dikreditkan dan belum dimintakan pengembalian menjadi tidak dapat dikreditkan dalam
3 hal BKP dan/atau JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud tidak digunakan untuk kegiatan usaha yang baru

yang harus
dilakukan

melakukan pembetulan SPT Masa PPN dalam hal Pajak Masukan


menjadi tidak dapat dikreditkan

DASAR HUKUM Pasal 57 PMK-18 www.pajak.go.


id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Perlakuan Pajak Masukan yang Menjadi Tidak Dapat Dikreditkan


1 2
tidak dapat dikompensasikan ke Masa
wajib dibayar kembali ke kas NEGARA
Pajak berikutnya dan tidak dapat
diajukan permohonan pengembalian
Dalam Hal
Dalam Hal
telah menerima telah mengkreditkan
pengembalian dan/atau PM dengan PK
belum dimintakan
pengembalian

• PK atas penyerahan BKP berupa


aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan; atau

• PK atas penyerahan BKP dan/atau


JKP yang tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan
usaha utama
Contoh kasus tercantum dalam Lampiran XIV

DASAR HUKUM Pasal 58 PMK-18 www.pajak.go.


id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Saat terutang PM yang wajib dibayar Wajib disetor pada saat


kembali

Saat jangka waktu tertentu (3 tahun, 5 tahun, atau akhir bulan berikutnya setelah tanggal
6 tahun) berakhir berakhirnya jangka waktu tertentu (3 tahun)

akhir bulan berikutnya setelah tanggal


Saat tanggal pembubaran (pengakhiran) usaha berakhirnya jangka waktu tertentu bagi
atau pencabutan Pengusaha Kena Pajak sektor usaha tertentu (5 tahun/6 tahun)

akhir bulan berikutnya setelah tanggal


Saat Masa Pajak dilakukannya perubahan kegiatan pembubaran (pengakhiran) usaha atau
pencabutan Pengusaha Kena Pajak
usaha

akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak


dilakukannya perubahan kegiatan usaha

DASAR HUKUM Pasal 59 PMK-18 Contoh kasus tercantum dalam Lampiran XIV
www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Tata Cara Pembayaran Kembali Pajak Masukan

menggunakan Surat Setoran Pajak dengan mencantumkan keterangan "Pembayaran kembali


1 Pajak Masukan yang telah dikreditkan dan telah diberikan pengembalian"

2 dilaporkan pada Masa Pajak dilakukan pembayaran

Pajak Pertambahan Nilai yang telah dibayar atas pembayaran kembali Pajak Masukan, tidak dapat
3 dikreditkan sebagai Pajak Masukan

4 Pembayaran kembali Pajak Masukan menggunakan Kode Jenis Pajak (KJP) 411219 untuk jenis
pajak PPN Lainnya dan Kode Jenis Setor (KJS) 100 untuk pembayaran PPN terutang Lainnya

Contoh kasus tercantum dalam Lampiran XIV


DASAR HUKUM Pasal 59 PMK-18
www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Penetapan dan Sanksi-Sanksi

Terhadap PKP yang melakukan pembayaran kembali setelah tanggal jatuh tempo pembayaran pajak dikenai
1
sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-Undang KUP

2 Terhadap PKP yang tidak melakukan pembayaran kembali dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
diterbitkan SKPKB dan dikenai sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2a) Undang-Undang KUP

3 PM yang tercantum dalam SKPKB tidak termasuk dalam PM yang dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (9c) Undang-Undang PPN

DASAR HUKUM Pasal 60 PMK-18 www.pajak.go.


id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18

Ketentuan Peralihan

 Terhadap PKP yang belum melakukan penyerahan dan telah mengkreditkan PM, jangka waktu tertentu ditetapkan
sesuai dengan PMK ini.

 Pembetulan SPT Masa PPN pada Masa Pajak sebelum tanggal 2 November 2020 yang menyebabkan lebih bayar,
ketentuan pengembalian atas kelebihan PM dilakukan berdasarkan ketentuan dalam PMK ini.

Ketentuan Penutup

 Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PMK-31/PMK.03/2014 tentang Saat Penghitungan dan Tata Cara
Pembayaran Kembali Pajak Masukan yang Telah Dikreditkan dan Telah Diberikan Pengembalian bagi Pengusaha Kena
Pajak yang Mengalami Keadaan Gagal Berproduksi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.

DASAR HUKUM Pasal 110 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 118 PMK-18
www.pajak.go.
id
PENGKREDITAN PM
Bagi Pengusaha sebelum
dikukuhkan menjadi PKP

112
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 9 ayat (9a)
PASAL
112

PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP serta  Pasal 9 ayat (8) huruf a
dan huruf d dihapus.
Deemed pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP
Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean sebelum
Masukan
Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, dapat dikreditkan
80% oleh PKP dengan menggunakan pedoman pengkreditan PM
sebesar 80% dari Pajak Keluaran yang seharusnya dipungut.

Aturan sebelumnya

Pajak Masukan (PM) perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP,
tidak dapat dikreditkan.
Tata Cara Pengkreditan Pajak Masukan PMK-18

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak


yang memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat
(5) dan ayat (9) Undang-Undang PPN merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan oleh PKP dalam suatu Masa Pajak
sejak Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
PPN yang tercantum dalam dokumen
tertentu yang kedudukannya sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
dipersamakan dengan Faktur Pajak undangan di bidang perpajakan.
yang memenuhi ketentuan Pasal 13 ayat
(6) dan ayat (9) Undang-Undang PPN

Bagi PKP yang telah melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP, dan/atau ekspor JKP
namun dalam suatu Masa Pajak tidak terdapat penyerahan dan/atau ekspor dimaksud, Pajak Masukan
dalam Masa Pajak dimaksud dapat dikreditkan oleh PKP
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

DASAR HUKUM Pasal 62 PMK-18


www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan Sebelum Dikukuhkan Menjadi PKP PMK-18
2018 2019 2020 Sejak UU Cika

pengusaha seharusnya dikukuhkan


sebagai PKP
PEDOMAN
Pajak Masukan atas PENGKREDITAN
perolehan dan/atau
pemanfaatan
PAJAK MASUKAN
sebesar
sebelum pengusaha
Pengusaha
80%
Telah menyerahkan
PKP dikukuhkan
sebagai PKP dapat
Mendaftarkan BKP/JKP > Rp4,8M Pengusaha dikukuhkan
(sesuai PMK-197) sebagai PKP dikreditkan oleh
NPWP PKP menggunakan dari Pajak Keluaran
Namun belum dikukuhkan PKP yang seharusnya
dipungut oleh PKP
DENGAN KETENTUAN
o Masa Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP yaitu Masa Pajak sebelum tanggal pengukuhan PKP
o Berlaku untuk mekanisme self assessment dengan cara dengan melaporkan SPT Masa PPN 1111 atau SPT Masa PPN 1111 DM dan berlaku untuk
mekanisme official assessment (pemeriksaan atau pengukuhan PKP secara jabatan).
o PKP tidak dapat menggunakan nilai lain (misalnya jasa biro pariwisata) atau pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan (misalnya
penyerahan kendaraan bermotor bekas) untuk periode sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP.
o Pajak Keluaran yang seharusnya dipungut sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP terhitung sejak pengusaha seharusnya dikukuhkan PKP dan dihitung
dengan menggunakan DPP Harga Jual atau Penggantian.
o PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak dan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur Pajak atas perolehan BKP dan/atau
JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.

DASAR HUKUM Pasal 65 dan Pasal 66 PMK-18


www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan Sebelum Dikukuhkan Menjadi PKP PMK-18

PETUNJUK PENGISIAN SPT


Kolom masa Pajak: ____ s.d. ____ - ______. Contoh Kasus
Diisi dengan: PT D dikukuhkan sebagai PKP pada tanggal 15 April 2020.
Periode tahun buku PT D adalah Januari s.d. Desember. PT D
a. Masa Pajak terakhir dalam suatu tahun buku
seharusnya wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan
sebelum tahun buku saat Pengusaha dikukuhkan
sebagai PKP pada Masa Pajak Agustus 2018. PT D dapat
sebagai PKP, yang meliputi Pajak Keluaran atas
mengkreditkan Pajak Masukan sebelum PT D dikukuhkan
penyerahan BKP dan/ atau JKP untuk periode tahun
sebagai PKP dengan menggunakan pedoman pengkreditan
buku yang bersangkutan; atau
Pajak Masukan sebesar 80% dari Pajak Keluaran yang
b. Masa Pajak terakhir sebelum Pengusaha dikukuhkan seharusnya dipungut sejak Masa Pajak Agustus 2018.
sebagai PKP dalam tahun buku saat Pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP, yang meliputi Pajak Keluaran
atas penyerahan BKP dan/ atau JKP sebelum Pengusaha Pengisian kolom masa pajak dalam SPT Masa PPN PT D:
dikukuhkan sebagai PKP untuk periode tahun buku a. untuk Masa Pajak Agustus s.d. Desember 2018, diisi
yang bersangkutan. dengan 12 s.d. 12 – 2018;
b. untuk Masa Pajak Januari s.d. Desember 2019, diisi
dengan 12 s.d. 12 - 2019; dan
• DASAR HUKUM Pasal 65 dan Pasal 66 PMK-18 c. untuk Masa Pajak Januari s.d. April 2020, diisi dengan 03
• Petunjuk penyampaian SPT dan contoh kasus tercantum dalam s.d. 03 – 2020.
LAMPIRAN XVII PMK-18
www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan Sebelum Dikukuhkan Menjadi PKP PMK-18

PETUNJUK PENGISIAN SPT

SPT MASA PPN 1111 SPT MASA PPN 1111 DM


a. Pajak Keluaran dilaporkan secara digunggung pada a. Memberikan tanda silang (X) pada opsi Berdasarkan Kegiatan Usaha.
Formulir 1111 AB bagian I.B.2 Penyerahan Dalam b. Bagian I Penyerahan Barang dan Jasa:
Negeri dengan Faktur Pajak yang Digunggung. 1) Bagian I.A Penyerahan Barang diisi dengan jumlah seluruh penyerahan barang
b. Pajak Masukan dilaporkan pada Formulir 1111 AB dikurangi dengan retur
bagian III.B.3 Hasil Penghitungan Kembali Pajak 2) Bagian I.B Penyerahan Jasa diisi dengan jumlah seluruh penyerahan jasa dikurangi
Masukan yang telah dikreditkan sebagai penambah dengan pembatalan jasa
(pengurang) Pajak Masukan, sebesar 80% dari Pajak 3) Bagian 1.C Jumlah (I.A+ I.B) diisi dengan jumlah penyerahan barang dan jasa dari
Keluaran sebagaimana dimaksud pada huruf a. bagian I.A+ I.B
c. Bagian II Penghitungan PPN Kurang Bayar/Lebih Bayar:
1) Bagian II.A Pajak Keluaran
a) Bagian II.A.1 Penyerahan Barang = 10% x jumlah pada I.A
b) Bagian II.A.2 Penyerahan Jasa = 10% x jumlah pada I.B
c) Bagian II.A.3 Jumlah (II.A.1 + II.A.2) diisi dengan jumlah Pajak Keluaran dari
bagian II.A.1 + II.A.2.
2) Bagian II.C Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
a) Bagian 11.C.1 Penyerahan Barang = 80 % x jumlah pada II.A.1
b) Bagian 11.C.2 Penyerahan Jasa = 80 % x jumlah pada II.A.2
• DASAR HUKUM Pasal 65 dan Pasal 66 PMK-18 c) Bagian 11.C.3 Jumlah (11.C.1 + 11.C.2) Diisi dengan jumlah Pajak Masukan
• Petunjuk penyampaian SPT dan contoh kasus tercantum yang dapat dikreditkan dari bagian II.C. l + 11.C.2.
dalam LAMPIRAN XVII PMK-18
www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan Sebelum Dikukuhkan Menjadi PKP PMK-18

KETENTUAN PERALIHAN

PKP dapat mengajukan pengurangan atas jumlah pajak yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang KUP atas
surat ketetapan pajak yang diterbitkan sejak tanggal 2 November 2020 sampai dengan
berlakunya Peraturan Menteri ini atas penyerahan BKP dan/atau JKP sebelum Pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP dengan ketentuan:
a. hasil pemeriksaan tidak memperhitungkan Pajak Masukan dengan menggunakan
pedoman pengkreditan Pajak Masukan; dan
b. PKP tidak menyetujui hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a.

DASAR HUKUM Pasal 110 ayat (3) PMK-18


www.pajak.go.
id
PENGKREDITAN PM
Yang ditemukan saat
dilakukan pemeriksaan

119
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 9 ayat (9b)
PASAL
112
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta  Pasal 9 ayat (8) huruf i
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dihapus.
Sesuai dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang tidak
Bukti dilaporkan dalam SPT Masa PPN yang diberitahukan
Faktur
Pajak yang dan/atau ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
dimiliki dapat dikreditkan oleh PKP sepanjang memenuhi ketentuan
pengkreditan sesuai dengan Undang-Undang ini.

Aturan sebelumnya

Pajak Masukan (PM) tidak dilaporkan di SPT & ditemukan saat pemeriksaan,
tidak dapat dikreditkan.
Pengkreditan Pajak Masukan yang Diberitahukan dan/atau Ditemukan
pada Waktu Dilakukan Pemeriksaan PMK-18

DIBERITAHUKAN DITEMUKAN
PKP memberitahukan kepada DJP atas Pajak Masukan
yang belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN dengan DAN/ Dalam hal DJP menemukan dokumen* yang
belum dilaporkan oleh PKP dalam SPT Masa
memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen* ATAU Fiskus PPN
PKP sesuai ketentuan PMK Nomor 17 Tahun 2013

*dokumen berupa:
1. Faktur Pajak; dan/atau
2. dokumen tertentu,
yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN

dilakukan pengkreditan Pajak Masukan dengan diperhitungkan dalam ketetapan


pajak yang akan diterbitkan

DENGAN KETENTUAN:
• PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut memenuhi ketentuan sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sesuai peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan
• Pengkreditan Pajak Masukan hanya dilakukan saat pemeriksaan berlangsung sepanjang SPHP belum disampaikan ke PKP

• DASAR HUKUM Pasal 67 PMK-18


• Contoh kasus tercantum dalam LAMPIRAN XVIII PMK-18 www.pajak.go.
id
PENGKREDITAN PM
Yang ditagih dengan
ketetapan pajak

122
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 9 ayat (9c)
PASAL
112
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP  Pasal 9 ayat (8) huruf h
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang ditagih dihapus.

Sebesar
dengan penerbitan ketetapan pajak dapat dikreditkan oleh
POKOK PKP sebesar jumlah pokok PPN yang tercantum dalam
PAJAK ketetapan pajak dengan ketentuan ketetapan pajak dimaksud
telah dilakukan pelunasan dan tidak dilakukan upaya hukum
serta memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan
Undang-Undang ini.
Aturan sebelumnya

Pajak Masukan (PM) ditagih dengan ketetapan pajak,


tidak dapat dikreditkan.
Pengkreditan Pajak Masukan yang Ditagih dengan Ketetapan Pajak
PMK-18
Pajak Masukan atas perolehan, impor, dan pemanfaatan, yang ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak, dapat
dikreditkan oleh PKP sebesar jumlah pokok pajak yang tercantum dalam ketetapan pajak
DENGAN KETENTUAN:
o PKP menyetujui hasil pemeriksaan atas ketetapan pajak
o Pelunasan dilakukan sejak UU Cika mulai berlaku dengan menggunakan SSP (BPN) atau sarana lain yang dipersamakan dengan SSP (Pbk
atau SP2D/BPN atas kompensasi utang pajak)
o Yang dikreditkan hanya jumlah pokok pajak yang tercantum dalam SKP
o Tidak dilakukan upaya hukum (keberatan, Pasal 36 UU KUP, atau peninjauan kembali), termasuk upaya hukum yaitu gugatan
o Pengkreditan Pajak Masukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

CARA PENGKREDITAN
Ketetapan pajak meliputi: Dilampiri dengan seluruh
o BPN dengan mencantumkan NTPN;
PAJAK MASUKAN
1. SKP atas perolehan BKP/JKP;
2. SKP atas impor BKP o Bukti Pbk (PMK-242); dan/atau
3. SKP atas pemanfaatan JKP; atau o SP2D atau BPN atas kompensasi utang PKP melaporkan dokumen tertentu
4. SKP atas pemanfaatan BKP TB pajak (PMK-244)
atas pelunasan SKP dalam SPT Masa PPN sesuai dengan
Masa Pajak pelunasan terakhir
Dokumen Tertentu yang kedudukannya atau 3 Masa Pajak setelah pelunasan
MERUPAKAN dipersamakan dengan Faktur Pajak terakhir

DASAR HUKUM Pasal 68 PMK-18


www.pajak.go.
id
PMK-18
ILUSTRASI

DAPAT DIKREDITKAN OLEH PKP PADA


PELUNASAN TERAKHIR
PADA TANGGAL
15/01/2021
ATAU ATAU ATAU
MASA PAJAK MASA PAJAK MASA PAJAK MASA PAJAK
JAN 2021 FEB 2021 MAR 2021 APRIL 2021

PETUNJUK PENGISIAN SPT


1. Untuk ketetapan pajak yang terkait dengan impor BKP, serta pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau pemanfaatan JKP
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dilaporkan dalam Formulir 1111
B1. Apabila pelaporan dalam Formulir 1111 B1 dimaksud belum dapat dilakukan pada aplikasi yang disediakan dan/atau
ditentukan oleh Direktorat Jenderal Pajak, Pajak Masukan dilaporkan dalam Formulir 1111 B2.
2. Untuk ketetapan pajak yang terkait dengan perolehan BKP dan/ atau JKP, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dilaporkan
dalam Formulir 1111 B2.
3. Dalam hal Pajak Masukan sebagaimana dimaksud pada angka 1 dan angka 2 merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat
dikreditkan, Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan tersebut dilaporkan dalam Formulir 1111 B3.

• DASAR HUKUM Pasal 68 PMK-18


• Petunjuk penyampaian SPT dan contoh kasus tercantum dalam LAMPIRAN XIX PMK-18
www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan yang Ditagih dengan Ketetapan Pajak
PMK-18

KETENTUAN PERALIHAN
Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta pemanfaatan BKP tidak
berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang
ditagih dengan ketetapan pajak yang diterbitkan sebelum tanggal 2 November 2020 dapat
dikreditkan oleh PKP sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68
ayat (1)* dan jumlah PPN yang masih harus dibayar meliputi pokok pajak dan sanksi
sebagaimana tercantum dalam ketetapan pajak telah dilunasi sejak tanggal 2 November 2020.
*Pasal 68 ayat (1):
a. ketetapan pajak dimaksud merupakan SKP yang diterbitkan hanya untuk menagih Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP,
impor BKP, serta pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
b. PKP menyetujui seluruh hasil pemeriksaan atas ketetapan pajak;
c. jumlah PPN yang masih harus dibayar meliputi pokok pajak dan sanksi sebagaimana tercantum dalam ketetapan pajak telah dilakukan
pelunasan;
d. tidak dilakukan upaya hukum atas ketetapan pajak; dan
e. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.

DASAR HUKUM Pasal 110 ayat (4) PMK-18


www.pajak.go.
id
PENGKREDITAN PM
Bagi PKP yang melakukan
penyerahan terutang dan
tidak terutang pajak

127
PEDOMAN PENGHITUNGAN PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN BAGI PIHAK YANG
MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG DAN TIDAK TERUTANG

1 2 3

Pengusaha Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak Pengusaha Kena Pajak


menghitung Pajak Masukan menghitung kembali Pajak melakukan penyesuaian
yang dapat dikreditkan Masukan yang dapat dikreditkan jumlah Pajak Masukan yang
berdasarkan perkiraan & berdasarkan realisasi telah dikreditkan berdasarkan
melaporkan dalam SPT Masa penyerahan hasil penghitungan kembali
PPN

PERKIRAAN REALISASI PENYESUAIAN

P P’ P
MASA MANFAAT BKP/JKP UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN KEMBALI PM

Penghitungan kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan dilakukan selama
masa manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri ini

1 4 10
1 (satu) tahun 4 (empat) tahun 10 (sepuluh) tahun
untuk BKP dan JKP yang masa
untuk BKP selain tanah untuk BKP berupa tanah
manfaatnya tidak lebih dari 1
dan/atau bangunan dan JKP, dan/atau bangunan dan JKP,
(satu) tahun
yang masa manfaatnya lebih
dari 1 (satu) tahun
STEP 1:
PKP MENGHITUNG PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN BERDASARKAN PERKIRAAN

Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan didapat dengan:

Mengalikan jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
dengan persentase yang sebanding dengan perkiraan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak
Masukan yang Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap perkiraan
penyerahan seluruhnya.

P = PM ×

P Z

Persentase (%) yang sebanding dengan


jumlah Pajak Masukan PM perkiraan Penyerahan yang Terutang
yang dapat dikreditkan Pajak dan Pajak Masukan yang
berdasarkan perkiraan jumlah Pajak Masukan Berkenaan dengan Penyerahannya
atas perolehan BKP Dapat Dikreditkan terhadap perkiraan
dan/atau JKP penyerahan seluruhnya
STEP 2:
PKP MELAKUKAN PENGHITUNGAN KEMBALI PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
BERDASARKAN REALISASI
Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi didapat dengan:

mengalikan alokasi Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP dengan persentase yang
sebanding dengan realisasi Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan
dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap realisasi penyerahan seluruhnya dalam setiap
Tahun Pajak

PM
P’ = × Z’
T
P’ Z’

jumlah Pajak Masukan yang dapat Persentase (%) yang sebanding


dikreditkan berdasarkan realisasi dengan realisasi Penyerahan
penyerahan pada suatu Tahun yang Terutang Pajak dan Pajak
Pajak Masukan yang Berkenaan
PM T dengan Penyerahannya Dapat
Dikreditkan terhadap realisasi
penyerahan seluruhnya
jumlah Pajak Masukan Masa manfaat
atas perolehan BKP dan/atau JKP BKP dan/atau JKP

Penghitungan kembali Pajak Masukan dilakukan pada tahun-tahun pajak setelah Tahun Pajak dilakukannya pengkreditan Pajak
Masukan berdasarkan perkiraan
STEP 3:
PKP MELAKUKAN PENYESUAIAN JUMLAH PAJAK MASUKAN YANG TELAH DIKREDITKAN

Penyesuaian jumlah Pajak Masukan yang telah dikreditkan didapat dengan:

menghitung selisih antara Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan
dengan alokasi Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan

P
P =P’ -
T
P P

besarnya penyesuaian Pajak jumlah Pajak Masukan


Masukan yang telah yang dapat dikreditkan
dikreditkan P’ berdasarkan perkiraan
T
jumlah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan berdasarkan realisasi Masa manfaat
penyerahan pada suatu Tahun BKP dan/atau JKP
Pajak

Besarnya penyesuaian Pajak Masukan yang dapat dikreditkan diperhitungkan dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
pada suatu Masa Pajak paling lambat pada Masa Pajak ketiga dalam tahun-tahun pajak dilakukannya penghitungan kembali.
FASILITAS
PPN

133
SKEMA FASILITAS PPN

UU PPN
UU No. 8 UU No. 11 UU No. 18 UU No. 42 UU No. 11 UU No. 7
1983 1994 2000 2009 2020 2021

Ekspor 0%
Dipungut 11%
BKP/JKP
Impor &
Penyerahan 11%
PPN ATAS Dalam Negeri
KONSUMSI DIKENAKAN Dibebaskan
BARANG / PPN
Psl 16B
JASA UU PPN Tidak Dipungut
FASILITAS
Non PPN
BKP/JKP Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari
pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;
TIDAK b. penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu;
DIKENAKAN c. impor BKP tertentu;
PPN d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean; dan
e. pemanfaatan JKP tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean,
diatur dengan Peraturan Pemerintah
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU ATAU JKP TERTENTU
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 3 & PASAL 4)

No BKP TERTENTU KET


1 Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN) dan vaksin dalam rangka penanggulangan Impor dan
Corona Virus Disease 2019 (COVID-19) Penyerahan
2 Buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran agama Impor dan
Penyerahan
3 Barang Kena Pajak yang diterima oleh kementerian, badan atau lembaga yang menangani bencana pada pemerintah pusat Impor dan
atau pemerintah daerah dalam penanganan bencana alam atau nonalam yang ditetapkan sebagai bencana nasional Penyerahan

No JKP TERTENTU KET


1 Jasa konstruksi yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan pembangunan tempat yang hanya untuk keperluan ibadah Penyerahan
2 Jasa konstruksi yang diserahkan oleh kontraktor untuk pembangunan bangunan yang diperuntukkan bagi korban bencana alam Penyerahan
atau nonalam yang ditetapkan sebagai bencana nasional, dan biayanya berasal dari:
1. APBN;
2. APBD; dan/atau
3. sumbangan.
3 Jasa Kena Pajak selain jasa konstruksi yang diterima oleh kementerian, badan atau lembaga yang menangani bencana pada Penyerahan
pemerintah pusat atau pemerintah daerah dalam penanganan bencana alam nasional dan nonalam nasional
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 6)

N
BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET
o
1 Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung Impor dan
dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, termasuk yang atas Penyerahan
SKB impornya dilakukan oleh pihak yang melakukan pekerjaan konstruksi terintegrasi, tidak termasuk suku cadang

2 Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan maupun pembudidayaan, yang kriteria dan/atau Impor dan
perinciannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini Penyerahan
3 Jangat dan kulit mentah, yang tidak disamak Impor dan
Penyerahan
4 Ternak yang kriteria dan/atau perinciannya diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang Impor dan
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian Penyerahan
5 Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan Impor dan
Penyerahan
6 Pakan ternak, sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan hewan, tidak termasuk pakan hewan Impor dan
kesayangan Penyerahan
7 Pakan ikan yang memenuhi persyaratan umum dan khusus/teknis dalam impor pakan ikan (untuk impor) atau memenuhi persyaratan Impor dan
pendaftaran dan peredaran pakan ikan (untuk penyerahan) sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Penyerahan
perikanan
8 Bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan bahan baku utama pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan dan pelengkap pakan, yang Impor dan
kriteria dan/atau perinciannya diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan Penyerahan
pemerintahan di bidang pertanian dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan
9 Bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak batangan Impor dan
Penyerahan
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 6)
No BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET

10 senjata, amunisi, helm antipeluru dan jaket atau rompi antipeluru, kendaraan darat khusus, radar, dan suku cadangnya, yang diimpor Impor dan
oleh/diserahkan kepada: Penyerahan
SKB 1. kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan atau keamanan negara
(impor dan penyerahan);
2. Badan Narkotika Nasional (impor dan penyerahan); atau
3. pihak lain yang ditunjuk oleh kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertahanan atau keamanan negara atau Badan Narkotika Nasional, untuk melakukan Impor tersebut (impor);

11 komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor oleh badan usaha milik negara yang bergerak dalam industri Impor dan
pertahanan nasional yang ditunjuk oleh kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Penyerahan
SKB pertahanan atau keamanan negara, atau Badan Narkotika Nasional, yang digunakan dalam pembuatan senjata, amunisi, kendaraan darat
khusus, radar, dan suku cadangnya yang akan diserahkan kepada:
1. kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan atau keamanan negara;
atau
2. Badan Narkotika Nasional
12 senjata, amunisi, peralatan militer, dan perlengkapan militer milik negara lain yang diimpor oleh Tentara Nasional Indonesia dalam rangka Impor
kegiatan militer sebagai bagian dari kerja sama militer berupa latihan militer bersama
13 peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Impor dan
pertahanan atau Tentara Nasional Indonesia untuk penyediaan data batas, peta hasil topografi, peta hasil hidrografi, dan foto udara Penyerahan
SKB wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan nasional, yang diimpor oleh/ diserahkan
kepada:
1. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan (impor dan penyerahan);
2. Tentara Nasional Indonesia (impor dan penyerahan); atau
3. pihak yang ditunjuk oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan atau Tentara Nasional
Indonesia (impor);
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 6)

No BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET

14 kendaraan dinas khusus kepresidenan yang diimpor oleh lembaga kepresidenan atau pihak yang ditunjuk oleh lembaga kepresidenan Impor
untuk melakukan Impor, yang diberikan pembebasan Bea Masuk
15 barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum, serta barang untuk konservasi Impor
alam, yang diberikan pembebasan Bea Masuk
16 barang tertentu dalam kelompok barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak Impor dan
(beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu, buah-buahan, sayur-sayuran) Penyerahan
17 gula konsumsi dalam bentuk gula kristal putih yang berasal dari tebu tanpa tambahan bahan perasa atau pewarna Impor dan
Penyerahan
18 barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, tidak termasuk hasil pertambangan batu bara, Impor dan
meliputi: Penyerahan
1. minyak mentah (crude oil);
2. gas bumi, yaitu gas bumi yang dialirkan melalui pipa, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh
masyarakat;
3. panas bumi;
4. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, feldspar, garam batu (halite),
grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, obsidian, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit,
fosfat, talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatom, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosit, zeolit, basal, trakhit, dan belerang, yang
batasan dan kriterianya dapat diatur dengan Peraturan Menteri; dan
5. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit;

19 liquified natural gas (LNG) dan compressed natural gas (CNG) Impor dan
Penyerahan
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 6)

No BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET


20 barang yang diimpor oleh pemerintah pusat atau pemerintah daerah yang ditujukan untuk kepentingan umum, yang diberikan pembebasan Bea Impor
Masuk
21 obat-obatan yang diimpor dengan menggunakan APBN atau APBD untuk kepentingan masyarakat, yang diberikan pembebasan Bea Masuk Impor

22 bahan terapi manusia, pengelompokan darah dan bahan penjenisan jaringan yang diimpor dengan menggunakan APBN atau APBD untuk Impor
kepentingan masyarakat, yang diberikan pembebasan Bea Masuk
23 satuan rumah susun umum milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit/pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi Penyerahan
ketentuan sebagai berikut:
1. luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m2 dan tidak melebihi 36 m2;
2. pembangunannya mengacu kepada peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat;
3. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang rumah susun; dan
4. batasan terkait harga jual satuan rumah susun umum milik dan penghasilan bagi orang pribadi yang memperoleh satuan rumah susun
umum milik diatur oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat;

24 rumah umum, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar, serta rumah pekerja, yang batasannya diatur oleh Menteri Keuangan setelah Penyerahan
mendapat pertimbangan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat
25 listrik, termasuk biaya penyambungan listrik dan biaya beban listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 voltase ampere Penyerahan

26 air bersih Penyerahan


PENYERAHAN DAN/ATAU PEMANFAATAN JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 10)

No JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET

1 Jasa pelayanan kesehatan medis Penyerahan dan


Pemanfaatan
2 Jasa pelayanan sosial Penyerahan dan
Pemanfaatan
3 Jasa pengiriman surat dengan perangko Penyerahan dan
Pemanfaatan
4 Jasa keuangan Penyerahan dan
Pemanfaatan
5 Jasa asuransi Penyerahan dan
Pemanfaatan
6 Jasa pendidikan Penyerahan dan
Pemanfaatan
7 Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan Penyerahan dan
Pemanfaatan
8 Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang menjadi bagian tidak terpisahkan dari Penyerahan dan
jasa angkutan luar negeri Pemanfaatan
PENYERAHAN DAN/ATAU PEMANFAATAN JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 10)

No JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET

9 jasa tenaga kerja Penyerahan dan


Pemanfaatan

10 jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam Penyerahan dan


Pemanfaatan

11 jasa pengiriman uang dengan wesel pos Penyerahan dan


Pemanfaatan

12 jasa persewaan rumah susun umum dan rumah umum Penyerahan dan
Pemanfaatan

13 jasa yang diterima oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan atau Tentara Penyerahan dan
Nasional Indonesia yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas, peta hasil topografi, peta hasil hidrografi, dan foto Pemanfaatan
SKB udara wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS SERTA PENYERAHAN
DAN/ATAU PEMANFAATAN JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG TIDAK DIPUNGUT PPN
(PASAL 25 DAN PASAL 26)
No BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET

1 Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku cadangnya, dan alat Penyerahan dan
keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang Impor
SKTD diimpor oleh/ diserahkan kepada kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertahanan atau keamanan negara
2 Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku cadangnya, dan alat Impor
keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang
SKTD diimpor oleh pihak lain yang ditunjuk oleh kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertahanan atau keamanan negara, untuk melakukan impor tersebut
3 kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan, kapal penangkap ikan, Penyerahan dan
kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta suku cadangnya, alat perlengkapan kapal, alat keselamatan pelayaran dan alat Impor
SKTD keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh/ diserahkan kepada perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan
penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan perusahaan penyelenggara jasa
angkutan sungai, danau dan penyeberangan nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya
4 pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia, peralatan untuk Penyerahan dan
perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh/ diserahkan kepada badan usaha angkutan udara niaga Impor
SKTD nasional
5 suku cadang pesawat udara serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang Penyerahan dan
ditunjuk oleh/ yang diperoleh oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa Impor
SKTD perawatan dan perbaikan pesawat udara kepada badan usaha angkutan udara niaga nasional
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS SERTA PENYERAHAN
DAN/ATAU PEMANFAATAN JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG TIDAK DIPUNGUT PPN
(PASAL 25 DAN PASAL 26)
No BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET

6 kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan serta prasarana perkeretaapian yang diimpor Penyerahan dan
dan digunakan oleh/ diserahkan kepada Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Impor
SKTD Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum
7 komponen atau bahan yang diimpor oleh/ diserahkan kepada pihak yang ditunjuk olehBadan Usaha Penyelenggara Sarana Penyerahan dan
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum, dalam rangka pembuatan : Impor
SKTD 1. kereta api;
2. suku cadang;
3. peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; dan/atau
4. prasarana perkeretaapian
yang akan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum
8 emas batangan selain untuk kepentingan cadangan devisa negara Penyerahan dan
Impor
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS SERTA PENYERAHAN
DAN/ATAU PEMANFAATAN JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG TIDAK DIPUNGUT PPN
(PASAL 25 DAN PASAL 26)
No JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET

1 Jasa persewaan pesawat udara yang dimanfaatkan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional Pemanfaatan
SKTD
2 Jasa yang diterima oleh perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan Penyerahan dan
penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan Pemanfaatan
SKTD nasional yang meliputi:
1. jasa persewaan kapal;
2. jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3. jasa perawatan dan perbaikan kapal;
3 Jasa yang diterima oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional yang meliputi: Penyerahan dan
1. jasa persewaan pesawat udara; dan Pemanfaatan
SKTD
2. jasa perawatan dan perbaikan pesawat udara
4 Jasa perawatan dan perbaikan kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum Penyerahan dan
SKTD Pemanfaatan
IMPOR BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK YANG TIDAK DIPUNGUT PPN (PASAL 28)

No BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK KET


1 barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan oleh badan atau lembaga di bidang ibadah untuk Impor
umum, amal, sosial, atau kebudayaan yang:
1. berkedudukan di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia;
2. pendiriannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan; dan
3. bersifat nonprofit

2 barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan oleh: Impor
1. perguruan tinggi;
2. kementerian atau lembaga pemerintah yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi; atau
3. badan atau lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha dan salah satu kegiatannya melakukan penelitian atau
percobaan guna peningkatan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
3 barang untuk keperluan khusus penyandang disabilitas oleh badan atau lembaga sosial yang mengurus penyandang disabilitas Impor

4 peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah Impor

5 barang pindahan tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri, mahasiswa yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota Impor
Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri sekurang-kurangnya selama
1 (satu) tahun, jika barang tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia
setempat
IMPOR BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK YANG TIDAK DIPUNGUT PPN (PASAL 28)

No BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK KET

6 barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai Impor
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan
7 barang impor sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai impor sementara Impor

8 barang yang dipergunakan oleh K3S untuk: Impor


1. kegiatan usaha hulu minyak dan gas bumi meliputi eksplorasi dan eksploitasi; atau
2. kegiatan penyelenggaraan panas bumi untuk pemanfaatan tidak langsung yang meliputi Penugasan Survei Pendahuluan dan
Eksplorasi (PSPE), eksplorasi, eksploitasi, dan pemanfaatan
9 barang yang telah diekspor kemudian diimpor kembali dalam kualitas yang sama dengan kualitas pada saat diekspor Impor

10 barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian, kemudian diimpor kembali Impor

11 barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain yang mendapat kemudahan Impor untuk tujuan ekspor Impor

12 barang dan bahan atau mesin yang diimpor oleh usaha atau industri mikro, kecil, dan menengah atau konsorsium untuk usaha atau Impor
industri mikro, kecil, dan menengah dengan menggunakan kemudahan Impor untuk tujuan ekspor
13 barang dalam rangka Perjanjian Kerjasama/Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang dilakukan oleh Kontraktor Perjanjian Impor
Kerjasama/Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kontraknya ditandatangani sebelum tahun 1990;
2. kontraknya mencantumkan ketentuan mengenai pemberian pembebasan atau keringanan Bea Masuk atas Impor barang dalam
rangka Perjanjian Kerjasama/Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara;
3. kontraknya tidak mencantumkan ketentuan mengenai jangka waktu pemberian pembebasan atau keringanan Bea Masuk; dan
4. barang impornya merupakan Barang Milik Negara
IMPOR BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK YANG TIDAK DIPUNGUT PPN (PASAL 28)

No BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK KET


14 barang kiriman hadiah/hibah untuk kepentingan penanggulangan bencana alam yang diajukan oleh: Impor
1. badan atau lembaga yang bergerak di bidang ibadah untuk umum, amal, sosial, atau kebudayaan;
2. pemerintah pusat dan pemerintah daerah; atau
3. lembaga internasional atau lembaga asing non pemerintah.
PPnBM

148
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH 1
Karakteristik PPnBM - Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) UU PPN & PPnBM

a. PPnBM merupakan pungutan tambahan di samping PPN.


b. PPnBM hanya dikenakan satu kali yaitu pada saat impor atau saat
penyerahan di dalam daerah pabean oleh pabrikan yang menghasilkannya.
c. PPnBM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPnBM.

Pertimbangan pengenaan PPnBM:


1. Perlu keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen yang berpenghasilan
rendah dan konsumen yang berpenghasilan tinggi.
2. Perlu adanya pengendalian pola konsumsi atas BKP yang tergolong mewah.
3. Perlu adanya perlindungan terhadap produsen kecil atau tradisional.
4. Perlu untuk mengamankan penerimaan negara.

www.pajak.go.id
TARIF DAN PENGELOMPOKAN 2

Tarif PPnBM
• Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%. (Pasal 8 ayat (1) UU PPN &
PPnBM)
• Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai tarif 0%. (Pasal 8 ayat (2) UU PPN & PPnBM)

Pengelompokan BKP yang tergolong mewah:


• BKP yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor.
 PP 73/2019 s.t.d.d. PP 74/2021
 PMK 141/2021 s.t.d.d. PMK 42/2022
• BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor.
 PP 61/2020
 PMK 96/2021

www.pajak.go.id
BKP YANG TERGOLONG MEWAH BERUPA KENDARAAN BERMOTOR 3
PP 73/2019 s.t.d.d. PP 74/2021
PMK 141/2021 s.t.d.d. PMK 42/2022 “Konsumsi BBM atau
Konsumsi Bahan Bakar
Kapasitas Mesin
tingkat emisi CO2
(km/l)
Kategori
Diesel/
Emisi CO2 ditentukan berdasarkan
Bensin < 1.5 1.5 - 3.0 > 3.0 - 4.0
Semi Diesel
laporan hasil
> 15.5 > 17.5 < 150 15% 40%

< 10 Orang
> 11.5 - 15.5 > 13 - 17.5 150 - 200 20% 50% pengujian dan/atau
> 9.3 - 11.5 10.5 s.d 13 > 200 - 250 25% 60%
Angkutan Orang
< 9.3 < 10.5 > 250 40% 70%
sertifikat uji tipe
≥ 10 s.d 15 > 11.6 > 13.1 < 200 15% 25% kendaraan bermotor
Orang ≤ 11.6 ≤ 13.1 ≥ 200 20% 30%
> 15.5 >17.5 < 150 10% 20% yang diterbitkan oleh
Komersial Kabin Ganda 11.6 - 15.5
<11.6
13.1 - 17.5
<13.1
150 - 200
>200
12%
15%
25%
30%
kementerian yang
KBH2 ≥ 20 ≥ 21.8 ≤ 120 3% menyelenggarakan
> 23 > 26 < 100 6% 20%
Full HEV > 18.4 - 23 > 20 - 26 100 - 125 7% 25% urusan pemerintahan di
> 15.5 - 18.4 > 17.5 - 20 > 125 - 150 8% 30%
bidang prasarana dan
> 23 > 26 < 100 8% 20%
Program Mild HEV > 18.4 - 23 > 20 - 26 100 - 125 10% 25% sarana transportasi”
> 15.5 - 18.4 > 17.5 - 20 > 125 - 150 12% 30%
Flexy Engine
- - - 8%
(Bio Fuel)
PHEV Semua Jenis Semua Jenis Semua Jenis 5%
BEV/FC Semua Jenis Semua Jenis Semua Jenis 0%

www.pajak.go.id
PEMBEBASAN PPnBM KENDARAAN BERMOTOR 4
PPnBM dibebaskan atas impor atau penyerahan:
a. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum.
b. Kendaraan yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan.
c. Kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 s.d 15 orang termasuk pengemudi, yang
digunakan untuk kendaraan dinas Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
d. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli Tentara Nasional Indonesia
atau
 Kepolisian Negara
Pembebasan Republik
diperoleh melaluiIndonesia.
mekanisme SKB PPnBM atas kendaraan bermotor
dan harus dimiliki sebelum pengajuan pemberitahuan pabean impor atau
penyerahan kendaraan bermotor dilakukan.
 PPnBM yang telah dibebaskan wajib dibayar apabila dalam jangka waktu 4 tahun
sejak dilakukan impor atau perolehan, kendaraan tersebut:
• Digunakan tidak sesuai tujuan semula; atau
• Dipindahtangankan kepada pihak lain.

www.pajak.go.id
BKP YANG TERGOLONG MEWAH SELAIN KENDARAAN BERMOTOR 5

Tarif dan Pengecualian (Pasal 2, Pasal 3, dan Pasal 4 PMK 96/2021)


Pengecualian/
Tarif PPnBM Uraian Barang
Pembebasan
Kelompok hunian mewah seperti rumah mewah, apartemen, kondominium, town house, dan
20%
sejenisnya dengan harga jual sebesar Rp30.000.000.000,00 (tiga puluh miliar) atau lebih.
a. Kelompok balon udara dan balon udara yang dapat dikemudikan, pesawat udara lainnya tanpa
tenaga penggerak.
40%
b. Kelompok peluru senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara:
Peluru dan bagiannya, tidak termasuk peluru senapan angin. Tanpa SKB
PPnBM dalam hal
a. Kelompok pesawat udara selain yang dikenakan tarif 40%, kecuali untuk keperluan negara atau telah memperoleh
angkutan udara niaga: fasilitas dibebaskan
a. Helikopter. atau tidak
b. Pesawat udara dan kendaraan udara lainnya, selain helikopter. dipungut PPN
sesuai dengan
50% b. Kelompok senjata api dan senjata api lainnya, kecuali untuk keperluan negara: peraturan
- Senjata artileri perundang-
- Revolver dan pistol undangan di
- Senjata api (selain senjata artileri, revolver dan pistol) dan peralatan semacam itu yang bidang perpajakan.
dioperasikan dengan penembakan bahan peledak.

Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum:

a. Kapal pesiar, kapal ekskursi, kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk pengangkutan
75% orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.
Dengan SKB
b. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum atau usaha pariwisata.
PPnBM
www.pajak.go.id
THANK
YOU

Anda mungkin juga menyukai