Bersama rekan-rekan Subdit PPN Industri & Subdit PPN Perdagangan, Jasa, dan PTLL
DIREKTORAT PERATURAN PERPAJAKAN I
Karakteristik
PPN
3
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN
01
Pajak atas konsumsi
di Dalam Negeri
02 Pajak
Tidak Langsung
03
Multi Stage
Non Cummulative
04 Pajak Objektif
4
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN
PPN
01 Pajak atas konsumsi
di Dalam Negeri
PPN bukan pajak atas PPN menganut
kegiatan bisnis destination principle
02 Pajak
Tidak Langsung NEGARA
BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Jasa Penerima Jasa
PPN
6
Karakteristik PPN
Ciri-ciri yang melekat pada jenis pajak PPN
03 Multi Stage
Non Cummulative 10.000 14.000 16.000 17.000
8
History Undang-Undang PPN
1 3 4 5 6
UU no 7 tahun 2021
UU no 42 tahun 2009
tentang Harmonisasi
Peraturan Perpajakan
2
UU no 11 tahun 1994
9
Subjek
PPN
10
Pengusaha Kena Pajak
Subjek Pajak
Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul Ags Sep Okt Nov Des
12
Kapan maksimal
lapor PKP?
PT ABC bergerak dalam bidang perdagangan barang elektronik sejak 2
Januari 2022 terdaftar sebagai Wajib Pajak di KPP Pratama Sunter.
Peredaran bruto selama tahun 2022 sbb
13
Objek
PPN
14
Objek PPN
PA S A L 4 ( 1 ) PA S A L 1 6 C PA S A L 1 6 D
Kegiatan Membangun Sendiri Penyerahan aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjual-belikan
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas: Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak PPN dikenakan atas Penyerahan BKP berupa aktiva
a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang yang menurut tujuan semula tidak untuk
yang dilakukan oleh Pengusaha; pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas Penyerahan
b. impor BKP; atau digunakan pihak lain yang batasan dan tata aktiva yang Pajak Masukan-nya tidak dapat
c. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean oleh caranya diatur dengan PMK dikreditkan menurut Pasal 9 ayat (8) huruf b dan c
Pengusaha;
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di Peraturan terkait: Pasal 9 (8) huruf b & c:
dalam Daerah Pabean; PMK-61/PMK.03/2022 Pengkreditan Pajak Masukan tidak berlaku bagi
f. ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena pengeluaran:
Pajak; Ketentuan b. perolehan BKP/JKP yang tidak ada hubungan
g. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha • Luas minimal 200m2 langsung dengan kegiatan usaha;
Kena Pajak; dan • Saat terutang → Saat mulai dibangun sampai c. perolehan/pemeliharaan kendaraan bermotor
h. ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak. dengan selesai sedan dan station wagon, KECUALI sebagai
• Tempat terutang → tempat bangunan didirikan barang dagangan/disewakan
Pada April 2022 Bapak Budi memulai membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal pribadinya.
Luas keseluruhan dari rumah tersebut adalah sebesar 200 m2, biaya-biaya yang dikeluarkan oleh
Bapak Budi dalam upaya membangun rumah tersebut sampai dengan selesainya bangunan tersebut
adalah sebagai berikut:
• pembelian tanah sebesar Rp200.000.000,
• pembelian bahan baku bangunan keseluruhan Rp180.000.000,
• biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp70.000.000.
Maka berapakah PPN yang terutang atas pembangunan rumah tersebut?
Jawab:
Sesuai dengan PMK No. 61/ 2022 PPN terutang atas KMS adalah:
= 20 % X TARIF PPN X DPP
= (20% X 11% ) X Biaya, tidak termasuk biaya pembelian tanah
= (20% X 11%) X (Rp 180.000.000 + Rp 70.000.000)
Dengan demikian, PPN terutang atas KMS oleh Bapak Budi adalah
= 20% X 11% X Rp250.000.000
= Rp 5.500.000
Objek PPN
Pasal 16D UU PPN
18
NON-BKP &
NON-JKP
19
Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN
Barang/Jasa
Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP
Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut
20
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP
3 makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran,
rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan rumah makan, warung, dan sejenisnya, meliputi makanan
dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun
tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan
oleh usaha jasa boga atau katering oleh usaha jasa boga atau katering, yang merupakan objek
pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah
dan retribusi daerah
4 uang, emas batangan, dan surat berharga uang, emas batangan untuk cadangan devisa, dan surat
berharga.
21
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP
Jasa Keagamaan
Meliputi:
Tidak termasuk jasa penyelenggaraan perjalanan ibadah keagamaan yang juga menyelenggarakan perjalanan ke tempat lain
23
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP
PMK-70/PMK.03/2022
Jasa kesenian dan hiburan yang bukan objek PPN meliputi:
a. tontonan film atau bentuk tontonan audio visual lainnya yang
dipertontonkan secara langsung di suatu lokasi tertentu;
b. pergelaran kesenian, musik, tari, dan/atau busana;
c. kontes kecantikan;
d. kontes binaraga;
e. pameran;
f. pertunjukan sirkus, akrobat, dan sulap;
g. pacuan kuda dan perlombaan kendaraan bermotor;
h. permainan ketangkasan;
i. olahraga permainan dengan menggunakan tempat/ruang dan/atau
peralatan dan perlengkapan untuk olahraga dan kebugaran;
j. rekreasi wahana air, wahana ekologi, wahana pendidikan, wahana
Tidak Termasuk budaya, wahana salju, wahana permainan, pemancingan,
kegiatan pelayanan penyediaan tempat/ruang dan/atau agrowisata, dan kebun binatang;
peralatan dan perlengkapan untuk permainan golf; dan k. panti pijat dan pijat refleksi; dan
penyerahan jasa digital berupa penayangan (streaming) l. diskotek, karaoke, kelab malam, bar, dan mandi uap atau perawatan
film atau audio visual lainnya melalui saluran internet atau dengan air (spa).
jaringan elektronik.
24
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP
jasa yang disediakan merupakan jasa sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang
oleh Pemerintah dalam hanya dapat dilakukan oleh Pemerintah sesuai kewenangannya
berdasarkan peraturan perundang-undangan dan jasa tersebut
rangka menjalankan tidak dapat disediakan oleh bentuk usaha lain.
pemerintahan secara
umum
PMK-82/PMK.03/2012 Termasuk
Pemberian IMB
Pemberian izin usaha perdagangan
Pemerintah sebagaimana dimaksud pada
Pembuatan Kartu Tanda Penduduk
ayat (1) adalah unit tertentu dari badan
pemerintah yang memenuhi kriteria sebagai
bukan subjek pajak dalam negeri
Termasuk
Pemberian Hak Paten, merek, hak cipta
Pembuatan Akte kelahiran, akta nikah
Pemberian visa
25
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP
PMK-70/PMK.03/2022
Jasa Perhotelan, meliputi:
Hotel
Hostel Guest house,
Motel Vila
Losmen Tempat tinggal pribadi
Pondok wisata yang berfungsi sebagai
Wisma pariwisata Bungalow
Pesanggrahan hotel,
Resort glamping
cottage
26
Pasal 4A ayat (3)
Non JKP
27
Pasal 4A ayat (2)
Non BKP
PMK-70/PMK.03/2022
meliputi makanan dan
minuman baik yang
Jasa boga atau katering, Makanan dan minuman yang disajikan:
a. di hotel;
dikonsumsi di tempat • proses penyediaan bahan baku dan b. di restoran, rumah makan, warung, dan
maupun tidak bahan setengah jadi, pembuatan, sejenisnya; dan
penyimpanan, dan penyajian c. oleh Pengusaha jasa boga atau katering,
berdasarkan pesanan;
• penyajian di lokasi yang diinginkan yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
oleh pemesan dan berbeda dengan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan
lokasi dimana proses pembuatan retribusi daerah, termasuk jenis barang yang tidak
dan penyimpanan dilakukan; dan dikenai Pajak Pertambahan Nilai
• penyajian dilakukan dengan atau
tanpa peralatan dan petugasnya
Restoran/Rumah
Tidak Termasuk makan/warung dan sejenisnya
Swalayan yang tidak semata-mata paling sedikit menyediakan
menjual makanan/minuman layanan penyajian makanan
Pengusaha pabrik makanan dan/atau minuman berupa
dan/atau minuman; atau penyediaan fasilitas meja, kursi,
Lounge bandara dan/atau peralatan untuk makan
dan minum di tempat
28
PENYERAHAN
29
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1)
Pengalihan BKP karena perjanjian sewa penyerahan BKP dari pusat ke cabang
B beli atau sewa guna usaha (leasing); F atau sebaliknya dan/atau antar
cabang;
Note:
pemakaian sendiri dan/atau Pasal 4(1) huruf g “penyerahan BKP secara konsinyasi” tidak
D pemberian cuma-cuma; lagi masuk dalam definisi penyerahan sejak diundangkannya
UU CIKA
30
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf a
02
Penyerahan hak atas BKP karena TUKAR
suatu perjanjian MENUKAR
JUAL BELI
03 DENGAN
JUAL BELI ANGSURAN
32
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf c
33
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf d
34
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf e
35
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf f
36
Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (1 ) huruf h
37
TIDAK TERMASUK
PENYERAHAN
38
Tidak Termasuk Penyerahan BKP
Pasal 1A ayat (2)
39
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 1A ayat (2) huruf d
PASAL
112
Yang tidak termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak adalah
pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha, serta pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan setoran modal
pengganti saham, dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima
pengalihan adalah Pengusaha Kena Pajak.
Aturan sebelumnya
Pengalihan BKP (Barang Kena Pajak) untuk setoran modal pengganti saham (inbreng) merupakan
penyerahan BKP.
Saat Penyerahan Inbreng yg Tidak Memenuhi Pasal 1A (2) UU PPN
PP-9
DASAR HUKUM Pasal 5A dan Pasal 17 ayat (3) huruf e PP-1 stdd PP-9
www.pajak.go.
id
TARIF
PPN
42
TARIF PPN
Pasal 7 UU PPN
EKSPOR BKP 0% 0%
EKSPOR JKP
EKSPOR BKPTB
43
CARA
MENGHITUNG
PAJAK
44
CARA MENGHITUNG PAJAK
Pasal 8A UU PPN
45
DPP
NILAI LAIN
& BESARAN
TERTENTU
46
DPP Nilai Lain VS Besaran Tertentu
Maka: Maka:
DPP: 10% x Rp1.000.000=Rp100.000 DPP: Rp1.000.000
PPN: 11% x Rp100.000=Rp11.000 PPN: 1,1% x Rp1.000.000=Rp11.000
47
DPP Nilai Lain VS Besaran Tertentu
Cara Menghitung PPN Tarif PPN x DPP Tarif x Formula Tertentu x DPP
Terutang (Harga Jual/Penggantian/Nilai Tertentu)
48
DPP NILAI LAIN
Berikut adalah PPN yang menggunakan DPP Nilai Lain (PMK-75/PMK.03/2010 stdtd PMK 121/PMK.03/2015):
No Jenis Penyerahan DPP Nilai Lain
1 Pemakaian sendiri BKP/JKP Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor
3 Penyerahan BKP dari pusat ke cabang, atau sebaliknya, atau antar Harga pokok penjualan atau harga
cabang perolehan
49
KEMUDAHAN DAN PENYEDERHANAAN Pasal 9A baru
BESARAN TERTENTU
Atas Pajak Masukan perolehan BKP/JKP, impor BKP, dan pemanfaatan JKP/BKP tidak berwujud oleh PKP tersebut tidak
dapat dikreditkan.
Contoh:
PKP yang melakukan penyerahan jasa pengiriman paket
PKP yang melakukan penyerahan jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata berupa
penyerahan paket wisata, pemesanan sarana angkutan, dan pemesanan sarana akomodasi yang penyerahannya
tidak didasari pada pemberian komisi/imbalan atas penyerahan jasa perantara penjualan
PKP yang melakukan penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam tagihan jasa
pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges)
Jasa pengiriman paket pos 1,1% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih PMK-71/PMK.03/2022
Jasa biro perjalanan wisata dan/atau jasa agen perjalanan wisata 1,1% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih PMK-71/PMK.03/2022
Jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang di dalam 1,1% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih PMK-71/PMK.03/2022
tagihan jasa pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya
transportasi (freight charges)
Jasa pemasaran dengan media voucer, jasa penyelenggaraanl ayanan 1,1% x Harga Jual Voucher PMK-71/PMK.03/2022
transaksi pembayaran terkait dengan distribusi voucer, jasa
penyelenggaraan program loyalitas dan penghargaan pelanggan
(consumer loyalty/reward program)
Jasa perjalanan ke tempat lain dalam perjalanan ibadah keagamaan 1,1% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih PMK-71/PMK.03/2022
(jika dirinci)
0,55% x dari jumlah yang ditagih/yang seharusnya ditagih
(jika tidak dirinci) 51
SAAT &
TEMPAT
TERUTANG
52
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
“Saat penyerahan yang merupakan dasar Penyerahan dianggap telah terjadi, apabila risiko dan
penentuan saat terutang PPN dan saat manfaat kepemilikan barang telah berpindah kepada
pembuatan Faktur Pajak disinkronisasikan pembeli dan jumlah pendapatan dari transaksi tersebut
dengan praktik yang lazim terjadi dalam dapat diukur dengan handal
kegiatan usaha yang tercermin dalam
praktik pencatatan atau pembukuan
Pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang dicerminkan
berdasarkan prinsip akuntansi yang berlaku
dengan penerbitan invoice/faktur penjualan yang sekaligus
umum serta diterapkan secara konsisten
menjadi dokumen sumber dan sebagai dasar pencatatan
oleh PKP”
pengakuan pendapatan atau pencatatan piutang
Saat Pembuatan
Saat Terutang Pajak Saat Penyerahan
Faktur Pajak
54
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
c. diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa Penjualan dengan syarat fob
angkutan; atau shipping point
1 PT Aman menyerahkan Barang Kena Pajak secara langsung kepada Tuan Igna
pada tanggal 15 Mei 2011.
56
Contoh Transaksi Penjualan
(fob destination)
16 Agustus
12 Agustus
Penjual menerbitkan
Faktur Penjualan
13-16 Agustus
Barang keluar dari
gudang Penjual
Faktur Pajak
Barang diterima
Diterbitkan
Pembeli
57
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
58
Contoh Saat Penyerahan BKP Tidak Bergerak
2 Bila sebelum surat atau akte tersebut dibuat atau ditandatangani, rumah telah
diserahkan atau berada dalam penguasaan pembeli atau penerimanya, maka Faktur
Pajak harus diterbitkan pada saat barang tersebut secara nyata diserahkan atau berada
dalam penguasaan pembeli atau penerima barang.
59
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
a. diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan
oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan
diterapkan secara konsisten
Dalam hal b. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau
tidak diketahui kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya
60
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
61
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
ATAU
a. Saat disepakati atau ditetapkan sesuai hasil
Penggabungan usaha
Rapat Umum Pemegang Saham yang
Peleburan usaha tertuang dalam perjanjian; atau
Pemekaran usaha
b. Saat ditandatanganinya akta oleh Notaris
Pemecahan usaha
Pengambilalihan usaha
Tidak memenuhi
Pasal 1A (2) UU PPN
62
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
63
Contoh Saat Penyerahan Jasa Kena Pajak
1 PT Semangat menyewakan satu unit ruko kepada PT Diatetupa dengan masa kontrak
selama 12 tahun. Dalam kontrak disepakati antara lain:
• PT Diatetupa mulai menggunakan ruko tanggal 1 September 2011;
• Nilai kontrak sewa selama 12 tahun adalah Rp 120.000.000,00
• Pembayaran sewa adalah tahunan dan disepakati dibayar setiap tanggal 29 September
dengan pembayaran sebesar Rp 10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) per tahun.
Pada tanggal 29 September 2011 PT Diatetupa melakukan pembayaran sewa untuk
tahun pertama.
64
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
Mana yang Saat harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau
terjadi lebih penggantian Jasa Kena Pajak tersebut ditagih oleh pihak yang
dahulu menyerahkannya
Saat harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut dibayar baik sebagian atau
seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya
65
SAAT TERUTANG PPN
Pasal 11 UU PPN
KONSINYASI
KONSINYASI
yaitu penyerahan BKP yang Saat Penyerahan bagi pemilik barang (consignor):
dilakukan dengan cara: Pada saat harga atas penyerahan BKP diakui sebagai piutang atau penghasilan,
atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh PKP consignor, sesuai dengan
a. consignor menitipkan BKP kepada prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.
consignee; DAN
b. consignee menyerahkan BKP yang
dititipkan sebagaimana dimaksud pada
Saat Penyerahan bagi penerima barang (consignee):
huruf a kepada pembeli BKP dimaksud. Pada saat:
• BKP berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau
pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;
• BKP berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima
barang untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan
dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan antarcabang;
• BKP berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa
angkutan; atau
• harga atas penyerahan BKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh PKP consignee, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.
DASAR HUKUM Pasal 17A PP-1 stdd PP-9
TEMPAT
PAJAK TERUTANG
68
TEMPAT PAJAK TERUTANG
Pasal 11 UU PPN
69
FAKTUR
PAJAK
70
Kewajiban dan Saat Pembuatan Faktur Pajak
Saat penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP serta saat ekspor NEW
www.pajak.go.id
Faktur Pajak Gabungan
PKP dapat membuat Faktur Pajak gabungan:
1 (satu) Faktur Pajak yang meliputi seluruh penyerahan yang
dilakukan kepada pembeli BKP dan/atau penerima JKP yang sama
selama 1 (satu) bulan kalender.
Harus dibuat paling lama pada akhir bulan penyerahan BKP
dan/atau JKP.
Dalam hal terdapat pembayaran baik sebagian maupun seluruhnya sebelum NEW
PENGECUALIAN:
Faktur Pajak gabungan tidak dapat dibuat atas penyerahan BKP dan/atau
JKP yang mendapat fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut
sesuai dengan ketentuan yang mengatur mengenai penyerahan BKP
dan/atau JKP ke dan/atau dari kawasan tertentu atau tempat tertentu.
www.pajak.go.id
Contoh Pembuatan Faktur Pajak Gabungan (1/2)
Contoh 1:
PT A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT B dan menerima pembayaran dari PT B selama bulan April 2022
sebagai berikut:
Harga Jual/
Tanggal Uraian
Pembayaran (Rp)
4 Penyerahan BKP 1.000.000
11 Penyerahan BKP 1.500.000
18 Penyerahan BKP 2.000.000
19 Penerimaan pembayaran dari PT B atas penyerahan tanggal 4 April 2022 1.000.000
25 Penyerahan BKP 2.500.000
26 Penerimaan pembayaran uang muka dari PT B untuk penyerahan yang akan 250.000
dilakukan pada bulan Mei 2022
30 Penyerahan BKP 3.000.000
Dalam hal atas penyerahan tersebut hanya menggunakan 1 (satu) kode transaksi dan PT A memilih membuat Faktur Pajak gabungan
maka PT A wajib membuat Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 yang meliputi seluruh penyerahan yang dilakukan dan
pembayaran uang muka yang diterima pada bulan April 2022, yaitu dengan Dasar Pengenaan Pajak sebesar Rp10.250.000,00
(Rp1.000.000,00 + Rp1.500.000,00 + Rp2.000.000,00 + Rp2.500.000,00 + Rp250.000,00 + Rp3.000.000,00).
Contoh Pembuatan Faktur Pajak Gabungan (2/2)
Contoh 2:
PT A yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV C sebagai berikut:
a. penjualan BKP berupa komputer pada tanggal 2, 9, 16, 23, dan 30 April 2022; dan
b. pemberian cuma-cuma BKP berupa keyboard dan mouse komputer pada tanggal 4, 11, 18, dan 25 April 2022.
Berdasarkan data di atas maka PT A wajib membuat Faktur Pajak dengan menggunakan kode transaksi 01 atas
penyerahan (penjualan) BKP berupa komputer dan kode transaksi 04 atas penyerahan (pemberian cuma-cuma) BKP
berupa keyboard dan mouse komputer. Dalam hal PT A memilih untuk membuat Faktur Pajak gabungan maka PT A
wajib membuat:
a. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 30 April 2022 dengan menggunakan kode transaksi 01 yang meliputi
seluruh penyerahan BKP berupa komputer yang dilakukan pada bulan April 2022; dan
b. 1 (satu) Faktur Pajak gabungan pada tanggal 25 April 2022 atau paling lama tanggal 30 April 2022 dengan
menggunakan kode transaksi 04 yang meliputi seluruh penyerahan BKP berupa keyboard dan mouse komputer
yang dilakukan pada bulan April 2022.
Keterangan dalam Faktur Pajak
Keterangan tentang penyerahan BKP dan/atau JKP yang harus dicantumkan dalam Faktur Pajak:
nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP/JKP;
identitas pembeli BKP atau penerima JKP yang meliputi:
NEW
• nama, alamat, dan NPWP, bagi Wajib Pajak dalam negeri badan dan instansi pemerintah;
• nama, alamat, dan NPWP atau NIK, bagi subjek pajak dalam negeri orang pribadi sesuai ketentuan peraturan
perundang-undangan;
• nama, alamat, dan nomor paspor, bagi subjek pajak luar negeri orang pribadi; atau
• nama dan alamat, bagi subjek pajak luar negeri badan atau bukan merupakan subjek pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 UU PPh;
jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
PPN yang dipungut;
PPnBM yang dipungut;
kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
01
Kode dan NSFP
02
03
Total 16 digit: 2 digit kode transaksi, 1 digit kode status, dan 13 NSFP.
Dari ketiga contoh di atas maka pengisian DPP dan PPN dalam Faktur Pajak yaitu sebagai berikut:
Besaran Tertentu
Keterangan Normal Nilai Lain
PPN
Harga Jual 100.000.000 100.000.000 100.000.000
DPP 100.000.000 90.000.000 100.000.000
PPN 11.000.000 9.900.000 1.100.000
www.pajak.go.id
Kode Transaksi dalam Faktur Pajak 2.3
e-Faktur
Tidak Wajib
Dicetak
Tidak lagi
mencantumkan
persentase (%)
tarif PPN
Batas Waktu Upload e-Faktur 3.5
Catatan:
Untuk e-Faktur yang dibuat dengan mencantumkan tanggal
sebelum tanggal 1 April 2022, wajib diunggah (di-upload)
menggunakan aplikasi e-Faktur untuk memperoleh persetujuan DJP
paling lambat tanggal 15 Mei 2022. Contoh kasus pada Lampiran huruf A angka 3 PER
www.pajak.go.id
Cap/Keterangan Fasilitas PPN/PPnBM 3.7
www.pajak.go.id
Tata Cara Pembetulan/Penggantian Faktur Pajak
Dilakukan oleh PKP yang membuat Faktur Pajak dengan menggunakan
aplikasi e-Faktur atas permintaan pembeli BKP/penerima JKP atau
Pembetulan/Penggantian kemauan sendiri.
SPT Masa PPN Masa Pajak dilaporkannya Faktur Pajak yang diganti masih
Salah dalam pengisian/penulisan
dapat disampaikan atau dilakukan pembetulan sesuai ketentuan.
sehingga tidak memuat
keterangan yang benar, lengkap, NSFP Faktur Pajak pengganti sama dengan NSFP Faktur Pajak yang diganti.
dan jelas. Kode status diisi 1 (satu), kode transaksi yang digunakan sesuai
peruntukan.
Tanggal Faktur Pajak pengganti yaitu tanggal pada saat Faktur Pajak
pengganti dibuat.
Dalam hal PKP penjual telah melaporkan Faktur Pajak yang diganti dalam
SPT Masa PPN maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa
PPN yang bersangkutan untuk melaporkan Faktur Pajak pengganti.
Dalam hal PKP pembeli telah melaporkan Faktur Pajak yang diganti dalam
SPT Masa PPN maka PKP pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa
PPN yang bersangkutan untuk melaporkan Faktur Pajak pengganti.
Rp…
Tidak memenuhi
TIDAK LENGKAP persyaratan formal TERLAMBAT DIBUAT
e-Faktur tidak mencantumkan keterangan cfm. Tanggal yang tercantum dalam Faktur Pajak melewati saat
Pasal 5 PER atau Faktur Pajak PKP pedagang eceran seharusnya Faktur Pajak dibuat.
tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat
(2) PER.
Mencantumkan keterangan yang tidak sebenarnya DIANGGAP TIDAK DIBUAT
atau sesungguhnya.
Berisi keterangan yang tidak sesuai dengan Faktur Pajak dibuat setelah melewati jangka waktu 3 bulan
ketentuan pengisian keterangan cfm. PER. sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat.
PKP yang membuat Faktur Pajak tidak lengkap, terlambat membuat Faktur Pajak, dan/atau
dianggap tidak membuat Faktur Pajak dikenai sanksi Pasal 14 ayat (4) UU KUP.
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tidak lengkap dan/atau yang dianggap tidak
dibuat merupakan Pajak Masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Contoh Faktur Pajak Tidak Lengkap
PT I merupakan PKP yang melakukan kegiatan usaha di bidang industri (pabrikan) sepatu. Berdasarkan surat pengukuhan PKP, diketahui PT I
memiliki NPWP 03.456.789.1-012.000 dan beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 42G, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Selain
menjual sepatu kepada distributor, PT I juga melakukan penjualan kepada pembeli dengan karakteristik konsumen akhir melalui toko ritelnya
yang bernama Toko I-Sepatu.
a. PT I menjual sepatu kepada distributor Tuan Ogi, warga negara Indonesia orang pribadi, yang beralamat di Jalan Gatot Subroto No. 42B,
Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak dengan mencantumkan
identitas Pembeli BKP sebagai berikut:
Nama : Ogi
Alamat : Jalan Gatot Subroto No. 42B, Senayan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan 12190
NPWP : 00.000.000.0-000.000
NIK/paspor : -
Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap karena Faktur Pajak tidak mencantumkan keterangan cfm.
Pasal 5 huruf b angka 2 PER, yaitu mencantumkan NPWP 00.000.000.0-000.000, tetapi tidak mencantumkan NIK.
b. PT I menjual sepatu kepada distributor CV J, NPWP 72.345.678.9-012.000. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak
dengan mencantumkan kode transaksi 04 pada isian kode dan NSFP. Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak
lengkap karena Faktur Pajak berisi keterangan yang tidak sesuai dengan tata cara cfm. Lampiran huruf B angka 2 huruf a angka 1) PER,
yaitu mencantumkan kode transaksi 04, seharusnya kode transaksi 01.
c. PT I menjual sepatu kepada konsumen akhir Nyonya Fio melalui Toko I-Sepatu. Atas penjualan sepatu tersebut, PT I membuat Faktur Pajak
bagi PKP pedagang eceran berupa faktur penjualan dengan mencantumkan identitas penjual BKP sebagai berikut:
Nama : PT I
NPWP : 03.456.789.1-012.000
Alamat : -
Dengan demikian, PT I membuat Faktur Pajak yang diisi secara tidak lengkap karena tidak mencantumkan keterangan cfm. Pasal 26 ayat
(2) huruf a PER, yaitu tidak mencantumkan alamat PT I.
Contoh Faktur Pajak Terlambat Dibuat dan Tidak Terlambat Dibuat
Contoh 1:
PT K yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada CV L yang Faktur Pajaknya seharusnya dibuat
pada tanggal 12 April 2022. PT K membuat Faktur Pajak pada tanggal 13 April 2022 dengan mengisi kolom
tanggal Faktur Pajak 13 April 2022. Faktur Pajak tersebut merupakan Faktur Pajak yang terlambat dibuat.
PT K dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
Dalam hal CV L merupakan PKP maka PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan Pajak Masukan sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Contoh 2:
Berdasarkan Contoh 1 pada slide 3.5.1:
PT H melakukan penyerahan BKP pada tanggal 11 April 2022, membuat e-Faktur dengan mengisi kolom tanggal
Faktur Pajak 11 April 2022, dan mengunggah (meng-upload) ke DJP dengan menggunakan aplikasi e-Faktur
pada tanggal 14 Mei 2022. e-Faktur tersebut diberikan persetujuan dari DJP.
Faktur Pajak yang dibuat oleh PT H tersebut bukan merupakan Faktur Pajak yang terlambat dibuat karena
meskipun diunggah (di-upload) ke DJP dan memperoleh persetujuan dari DJP pada tanggal 14 Mei 2022, tetapi
tanggal pembuatan Faktur Pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut sama dengan tanggal saat Faktur
Pajak seharusnya dibuat, yaitu tanggal 11 April 2022.
Contoh Faktur Pajak Dianggap Tidak Dibuat
CV M yang merupakan PKP melakukan penyerahan BKP kepada PT N yang Faktur Pajaknya seharusnya dibuat
pada tanggal 20 April 2022. Namun, tanggal pembuatan Faktur Pajak yang tercantum dalam Faktur Pajak yaitu
20 Juli 2022.
Dengan demikian, Faktur Pajak tersebut merupakan Faktur Pajak yang dianggap tidak dibuat karena dibuat
setelah melewati jangka waktu 3 (tiga) bulan sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat, yaitu setelah melewati
tanggal 19 Juli 2022.
CV M dikenai sanksi administratif sesuai dengan Pasal 14 ayat (4) Undang-Undang KUP.
Dalam hal PT N merupakan PKP maka PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut merupakan Pajak
Masukan yang tidak dapat dikreditkan.
Ketentuan Lain-Lain
95
Pajak Masukan
www.pajak.go.id
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP
Pajak Masukan karena perolehan BKP dan/atau JKP; pemanfaatan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean; dan/atau impor BKP
Pajak Masukan dalam suatu Bagi PKP yang telah melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor
Masa Pajak dikreditkan dengan BKP, dan/atau ekspor JKP namun dalam suatu Masa Pajak tidak
Pajak Keluaran dalam Masa Pajak terdapat penyerahan dan/atau ekspor dimaksud, Pajak Masukan
yang sama dalam Masa Pajak dimaksud tetap dapat dikreditkan oleh PKP sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
Pengkreditan menggunakan FP yang Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang
memenuhi persyaratan formal dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5)
material dan ayat (9)
Prinsip Pengkreditan PM 02
Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi
persyaratan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) dan ayat (9) UU PPN.
www.pajak.go.id
Saat Pengkreditan Pajak Masukan
Pasal 9 ayat (2) UU PPN:
Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak
yang sama. [Pasal 62 PMK-18/2021]
Pasal 9 ayat (9) UU PPN:
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada
Masa Pajak yang sama dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama 3 (tiga)
Masa Pajak setelah berakhirnya Masa Pajak saat Faktur Pajak dibuat sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya atau belum ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan BKP
atau JKP serta memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan UU PPN. [Pasal 63 PMK-18/2021]
ILUSTRASI
Faktur Pajak Pajak Masukan dapat dikreditkan oleh PKP pada:
Masukan
tanggal
21 Jul 2022
ATAU ATAU ATAU
www.pajak.go.id
Kriteria Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan
Pengkreditan Pajak perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan
Masukan tidak sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (5) atau ayat (9) atau tidak
dapat diberlakukan mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
bagi pengeluaran (Pasal 9 ayat (8) huruf f)
untuk:
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah
Pabean yang Faktur Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 13 ayat (6) (Pasal 9 ayat (8) huruf g)
www.pajak.go.id
PENGKREDITAN PM
Bagi PKP yang belum
melakukan penyerahan
BKP/JKP
101
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 9 ayat (2a), ayat (4), ayat (4a), & ayat (6a)
PASAL
Pengaturan atas PM sebelum PKP melakukan penyerahan terutang PPN:
Bagi PKP yang belum melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dan/atau ekspor BKP dan/atau JKP, PM atas
112
perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari
luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dapat dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan
sesuai dengan Undang-Undang ini.
(dapat dikreditkan atas semua perolehan BKP/JKP yang berhubungan langsung dengan penyerahan BKP/JKP).
LB dikompensasi ke Masa Pajak berikutnya dan dapat direstitusi di akhir tahun buku.
Jika 3 tahun pertama sejak mengkreditkan belum ada penyerahan BKP/JKP,
PPN menjadi tidak dapat dikreditkan (dibatalkan).
Aturan sebelumnya Pasal 9 ayat (8) huruf j dihapus.
Kriteria PM yang Dapat Dikreditkan bagi PKP yang Belum Melakukan Penyerahan
DASAR HUKUM Pasal 55 ayat (2) dan ayat (3) PMK-18 www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18
PM yang telah dikreditkan dan belum dimintakan pengembalian dapat dikreditkan dalam hal BKP
1
dan/atau JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud digunakan untuk kegiatan usaha yang baru
PM yang telah dikreditkan dan telah dimintakan pengembalian, wajib dibayar kembali ke kas negara
2 dalam hal BKP dan/atau JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud tidak digunakan untuk kegiatan usaha yang baru
PM yang telah dikreditkan dan belum dimintakan pengembalian menjadi tidak dapat dikreditkan dalam
3 hal BKP dan/atau JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud tidak digunakan untuk kegiatan usaha yang baru
yang harus
dilakukan
Saat jangka waktu tertentu (3 tahun, 5 tahun, atau akhir bulan berikutnya setelah tanggal
6 tahun) berakhir berakhirnya jangka waktu tertentu (3 tahun)
DASAR HUKUM Pasal 59 PMK-18 Contoh kasus tercantum dalam Lampiran XIV
www.pajak.go.
id
Pengkreditan Pajak Masukan bagi PKP yang Belum Melakukan
Penyerahan PMK-18
Pajak Pertambahan Nilai yang telah dibayar atas pembayaran kembali Pajak Masukan, tidak dapat
3 dikreditkan sebagai Pajak Masukan
4 Pembayaran kembali Pajak Masukan menggunakan Kode Jenis Pajak (KJP) 411219 untuk jenis
pajak PPN Lainnya dan Kode Jenis Setor (KJS) 100 untuk pembayaran PPN terutang Lainnya
Terhadap PKP yang melakukan pembayaran kembali setelah tanggal jatuh tempo pembayaran pajak dikenai
1
sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 9 ayat (2a) Undang-Undang KUP
2 Terhadap PKP yang tidak melakukan pembayaran kembali dalam jangka waktu yang telah ditentukan,
diterbitkan SKPKB dan dikenai sanksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 13 ayat (2a) Undang-Undang KUP
3 PM yang tercantum dalam SKPKB tidak termasuk dalam PM yang dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (9c) Undang-Undang PPN
Ketentuan Peralihan
Terhadap PKP yang belum melakukan penyerahan dan telah mengkreditkan PM, jangka waktu tertentu ditetapkan
sesuai dengan PMK ini.
Pembetulan SPT Masa PPN pada Masa Pajak sebelum tanggal 2 November 2020 yang menyebabkan lebih bayar,
ketentuan pengembalian atas kelebihan PM dilakukan berdasarkan ketentuan dalam PMK ini.
Ketentuan Penutup
Pada saat Peraturan Menteri ini mulai berlaku, PMK-31/PMK.03/2014 tentang Saat Penghitungan dan Tata Cara
Pembayaran Kembali Pajak Masukan yang Telah Dikreditkan dan Telah Diberikan Pengembalian bagi Pengusaha Kena
Pajak yang Mengalami Keadaan Gagal Berproduksi, dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
DASAR HUKUM Pasal 110 ayat (1) dan ayat (2) serta Pasal 118 PMK-18
www.pajak.go.
id
PENGKREDITAN PM
Bagi Pengusaha sebelum
dikukuhkan menjadi PKP
112
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 9 ayat (9a)
PASAL
112
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP serta Pasal 9 ayat (8) huruf a
dan huruf d dihapus.
Deemed pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP
Pajak dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean sebelum
Masukan
Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP, dapat dikreditkan
80% oleh PKP dengan menggunakan pedoman pengkreditan PM
sebesar 80% dari Pajak Keluaran yang seharusnya dipungut.
Aturan sebelumnya
Pajak Masukan (PM) perolehan BKP/JKP sebelum Pengusaha dikukuhkan sebagai PKP,
tidak dapat dikreditkan.
Tata Cara Pengkreditan Pajak Masukan PMK-18
Bagi PKP yang telah melakukan penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP, dan/atau ekspor JKP
namun dalam suatu Masa Pajak tidak terdapat penyerahan dan/atau ekspor dimaksud, Pajak Masukan
dalam Masa Pajak dimaksud dapat dikreditkan oleh PKP
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
KETENTUAN PERALIHAN
PKP dapat mengajukan pengurangan atas jumlah pajak yang tercantum dalam surat
ketetapan pajak sebagaimana diatur dalam Pasal 36 ayat (1) huruf b Undang-Undang KUP atas
surat ketetapan pajak yang diterbitkan sejak tanggal 2 November 2020 sampai dengan
berlakunya Peraturan Menteri ini atas penyerahan BKP dan/atau JKP sebelum Pengusaha
dikukuhkan sebagai PKP dengan ketentuan:
a. hasil pemeriksaan tidak memperhitungkan Pajak Masukan dengan menggunakan
pedoman pengkreditan Pajak Masukan; dan
b. PKP tidak menyetujui hasil pemeriksaan sebagaimana dimaksud pada huruf a.
119
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 9 ayat (9b)
PASAL
112
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta Pasal 9 ayat (8) huruf i
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dihapus.
Sesuai dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang tidak
Bukti dilaporkan dalam SPT Masa PPN yang diberitahukan
Faktur
Pajak yang dan/atau ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
dimiliki dapat dikreditkan oleh PKP sepanjang memenuhi ketentuan
pengkreditan sesuai dengan Undang-Undang ini.
Aturan sebelumnya
Pajak Masukan (PM) tidak dilaporkan di SPT & ditemukan saat pemeriksaan,
tidak dapat dikreditkan.
Pengkreditan Pajak Masukan yang Diberitahukan dan/atau Ditemukan
pada Waktu Dilakukan Pemeriksaan PMK-18
DIBERITAHUKAN DITEMUKAN
PKP memberitahukan kepada DJP atas Pajak Masukan
yang belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN dengan DAN/ Dalam hal DJP menemukan dokumen* yang
belum dilaporkan oleh PKP dalam SPT Masa
memperlihatkan dan/atau meminjamkan dokumen* ATAU Fiskus PPN
PKP sesuai ketentuan PMK Nomor 17 Tahun 2013
*dokumen berupa:
1. Faktur Pajak; dan/atau
2. dokumen tertentu,
yang tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN
DENGAN KETENTUAN:
• PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak tersebut memenuhi ketentuan sebagai Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sesuai peraturan
perundang-undangan di bidang perpajakan
• Pengkreditan Pajak Masukan hanya dilakukan saat pemeriksaan berlangsung sepanjang SPHP belum disampaikan ke PKP
122
UU CIPTA KERJA
POKOK PERUBAHAN Pasal 9 ayat (9c)
PASAL
112
PM atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP Pasal 9 ayat (8) huruf h
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang ditagih dihapus.
Sebesar
dengan penerbitan ketetapan pajak dapat dikreditkan oleh
POKOK PKP sebesar jumlah pokok PPN yang tercantum dalam
PAJAK ketetapan pajak dengan ketentuan ketetapan pajak dimaksud
telah dilakukan pelunasan dan tidak dilakukan upaya hukum
serta memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai dengan
Undang-Undang ini.
Aturan sebelumnya
CARA PENGKREDITAN
Ketetapan pajak meliputi: Dilampiri dengan seluruh
o BPN dengan mencantumkan NTPN;
PAJAK MASUKAN
1. SKP atas perolehan BKP/JKP;
2. SKP atas impor BKP o Bukti Pbk (PMK-242); dan/atau
3. SKP atas pemanfaatan JKP; atau o SP2D atau BPN atas kompensasi utang PKP melaporkan dokumen tertentu
4. SKP atas pemanfaatan BKP TB pajak (PMK-244)
atas pelunasan SKP dalam SPT Masa PPN sesuai dengan
Masa Pajak pelunasan terakhir
Dokumen Tertentu yang kedudukannya atau 3 Masa Pajak setelah pelunasan
MERUPAKAN dipersamakan dengan Faktur Pajak terakhir
KETENTUAN PERALIHAN
Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta pemanfaatan BKP tidak
berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean yang
ditagih dengan ketetapan pajak yang diterbitkan sebelum tanggal 2 November 2020 dapat
dikreditkan oleh PKP sepanjang memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 68
ayat (1)* dan jumlah PPN yang masih harus dibayar meliputi pokok pajak dan sanksi
sebagaimana tercantum dalam ketetapan pajak telah dilunasi sejak tanggal 2 November 2020.
*Pasal 68 ayat (1):
a. ketetapan pajak dimaksud merupakan SKP yang diterbitkan hanya untuk menagih Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP,
impor BKP, serta pemanfaatan BKP tidak berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
b. PKP menyetujui seluruh hasil pemeriksaan atas ketetapan pajak;
c. jumlah PPN yang masih harus dibayar meliputi pokok pajak dan sanksi sebagaimana tercantum dalam ketetapan pajak telah dilakukan
pelunasan;
d. tidak dilakukan upaya hukum atas ketetapan pajak; dan
e. sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
127
PEDOMAN PENGHITUNGAN PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN BAGI PIHAK YANG
MELAKUKAN PENYERAHAN YANG TERUTANG DAN TIDAK TERUTANG
1 2 3
P P’ P
MASA MANFAAT BKP/JKP UNTUK KEPERLUAN PENGHITUNGAN KEMBALI PM
Penghitungan kembali Pajak Masukan yang telah dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan dilakukan selama
masa manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak yang ditentukan berdasarkan Peraturan Menteri ini
1 4 10
1 (satu) tahun 4 (empat) tahun 10 (sepuluh) tahun
untuk BKP dan JKP yang masa
untuk BKP selain tanah untuk BKP berupa tanah
manfaatnya tidak lebih dari 1
dan/atau bangunan dan JKP, dan/atau bangunan dan JKP,
(satu) tahun
yang masa manfaatnya lebih
dari 1 (satu) tahun
STEP 1:
PKP MENGHITUNG PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN BERDASARKAN PERKIRAAN
Mengalikan jumlah Pajak Masukan atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak
dengan persentase yang sebanding dengan perkiraan Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak
Masukan yang Berkenaan dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap perkiraan
penyerahan seluruhnya.
P = PM ×
P Z
mengalikan alokasi Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP dengan persentase yang
sebanding dengan realisasi Penyerahan yang Terutang Pajak dan Pajak Masukan yang Berkenaan
dengan Penyerahannya Dapat Dikreditkan terhadap realisasi penyerahan seluruhnya dalam setiap
Tahun Pajak
PM
P’ = × Z’
T
P’ Z’
Penghitungan kembali Pajak Masukan dilakukan pada tahun-tahun pajak setelah Tahun Pajak dilakukannya pengkreditan Pajak
Masukan berdasarkan perkiraan
STEP 3:
PKP MELAKUKAN PENYESUAIAN JUMLAH PAJAK MASUKAN YANG TELAH DIKREDITKAN
menghitung selisih antara Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan realisasi penyerahan
dengan alokasi Pajak Masukan yang dapat dikreditkan berdasarkan perkiraan
P
P =P’ -
T
P P
Besarnya penyesuaian Pajak Masukan yang dapat dikreditkan diperhitungkan dengan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
pada suatu Masa Pajak paling lambat pada Masa Pajak ketiga dalam tahun-tahun pajak dilakukannya penghitungan kembali.
FASILITAS
PPN
133
SKEMA FASILITAS PPN
UU PPN
UU No. 8 UU No. 11 UU No. 18 UU No. 42 UU No. 11 UU No. 7
1983 1994 2000 2009 2020 2021
Ekspor 0%
Dipungut 11%
BKP/JKP
Impor &
Penyerahan 11%
PPN ATAS Dalam Negeri
KONSUMSI DIKENAKAN Dibebaskan
BARANG / PPN
Psl 16B
JASA UU PPN Tidak Dipungut
FASILITAS
Non PPN
BKP/JKP Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau seluruhnya atau dibebaskan dari
pengenaan pajak, baik untuk sementara waktu maupun selamanya, untuk:
a. kegiatan di kawasan tertentu atau tempat tertentu di dalam Daerah Pabean;
TIDAK b. penyerahan BKP tertentu atau penyerahan JKP tertentu;
DIKENAKAN c. impor BKP tertentu;
PPN d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud tertentu dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean; dan
e. pemanfaatan JKP tertentu dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean,
diatur dengan Peraturan Pemerintah
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU ATAU JKP TERTENTU
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 3 & PASAL 4)
N
BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET
o
1 Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang maupun terlepas, yang digunakan secara langsung Impor dan
dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, termasuk yang atas Penyerahan
SKB impornya dilakukan oleh pihak yang melakukan pekerjaan konstruksi terintegrasi, tidak termasuk suku cadang
2 Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan maupun pembudidayaan, yang kriteria dan/atau Impor dan
perinciannya sebagaimana tercantum dalam Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini Penyerahan
3 Jangat dan kulit mentah, yang tidak disamak Impor dan
Penyerahan
4 Ternak yang kriteria dan/atau perinciannya diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang Impor dan
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertanian Penyerahan
5 Bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan Impor dan
Penyerahan
6 Pakan ternak, sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kesehatan hewan, tidak termasuk pakan hewan Impor dan
kesayangan Penyerahan
7 Pakan ikan yang memenuhi persyaratan umum dan khusus/teknis dalam impor pakan ikan (untuk impor) atau memenuhi persyaratan Impor dan
pendaftaran dan peredaran pakan ikan (untuk penyerahan) sebagaimana diatur dalam ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Penyerahan
perikanan
8 Bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan bahan baku utama pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan dan pelengkap pakan, yang Impor dan
kriteria dan/atau perinciannya diatur dengan Peraturan Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan Penyerahan
pemerintahan di bidang pertanian dan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan
9 Bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak batangan Impor dan
Penyerahan
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 6)
No BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET
10 senjata, amunisi, helm antipeluru dan jaket atau rompi antipeluru, kendaraan darat khusus, radar, dan suku cadangnya, yang diimpor Impor dan
oleh/diserahkan kepada: Penyerahan
SKB 1. kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan atau keamanan negara
(impor dan penyerahan);
2. Badan Narkotika Nasional (impor dan penyerahan); atau
3. pihak lain yang ditunjuk oleh kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertahanan atau keamanan negara atau Badan Narkotika Nasional, untuk melakukan Impor tersebut (impor);
11 komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor oleh badan usaha milik negara yang bergerak dalam industri Impor dan
pertahanan nasional yang ditunjuk oleh kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Penyerahan
SKB pertahanan atau keamanan negara, atau Badan Narkotika Nasional, yang digunakan dalam pembuatan senjata, amunisi, kendaraan darat
khusus, radar, dan suku cadangnya yang akan diserahkan kepada:
1. kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan atau keamanan negara;
atau
2. Badan Narkotika Nasional
12 senjata, amunisi, peralatan militer, dan perlengkapan militer milik negara lain yang diimpor oleh Tentara Nasional Indonesia dalam rangka Impor
kegiatan militer sebagai bagian dari kerja sama militer berupa latihan militer bersama
13 peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang Impor dan
pertahanan atau Tentara Nasional Indonesia untuk penyediaan data batas, peta hasil topografi, peta hasil hidrografi, dan foto udara Penyerahan
SKB wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang dilakukan untuk mendukung pertahanan nasional, yang diimpor oleh/ diserahkan
kepada:
1. kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan (impor dan penyerahan);
2. Tentara Nasional Indonesia (impor dan penyerahan); atau
3. pihak yang ditunjuk oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan atau Tentara Nasional
Indonesia (impor);
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 6)
14 kendaraan dinas khusus kepresidenan yang diimpor oleh lembaga kepresidenan atau pihak yang ditunjuk oleh lembaga kepresidenan Impor
untuk melakukan Impor, yang diberikan pembebasan Bea Masuk
15 barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka untuk umum, serta barang untuk konservasi Impor
alam, yang diberikan pembebasan Bea Masuk
16 barang tertentu dalam kelompok barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak Impor dan
(beras, gabah, jagung, sagu, kedelai, garam, daging, telur, susu, buah-buahan, sayur-sayuran) Penyerahan
17 gula konsumsi dalam bentuk gula kristal putih yang berasal dari tebu tanpa tambahan bahan perasa atau pewarna Impor dan
Penyerahan
18 barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya, tidak termasuk hasil pertambangan batu bara, Impor dan
meliputi: Penyerahan
1. minyak mentah (crude oil);
2. gas bumi, yaitu gas bumi yang dialirkan melalui pipa, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh
masyarakat;
3. panas bumi;
4. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, feldspar, garam batu (halite),
grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, obsidian, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit,
fosfat, talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatom, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosit, zeolit, basal, trakhit, dan belerang, yang
batasan dan kriterianya dapat diatur dengan Peraturan Menteri; dan
5. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit;
19 liquified natural gas (LNG) dan compressed natural gas (CNG) Impor dan
Penyerahan
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS
YANG DIBEBASKAN DARI PENGENAAN PPN (PASAL 6)
22 bahan terapi manusia, pengelompokan darah dan bahan penjenisan jaringan yang diimpor dengan menggunakan APBN atau APBD untuk Impor
kepentingan masyarakat, yang diberikan pembebasan Bea Masuk
23 satuan rumah susun umum milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit/pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi Penyerahan
ketentuan sebagai berikut:
1. luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m2 dan tidak melebihi 36 m2;
2. pembangunannya mengacu kepada peraturan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan
perumahan rakyat;
3. merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang rumah susun; dan
4. batasan terkait harga jual satuan rumah susun umum milik dan penghasilan bagi orang pribadi yang memperoleh satuan rumah susun
umum milik diatur oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
24 rumah umum, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar, serta rumah pekerja, yang batasannya diatur oleh Menteri Keuangan setelah Penyerahan
mendapat pertimbangan menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat
25 listrik, termasuk biaya penyambungan listrik dan biaya beban listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 voltase ampere Penyerahan
12 jasa persewaan rumah susun umum dan rumah umum Penyerahan dan
Pemanfaatan
13 jasa yang diterima oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan atau Tentara Penyerahan dan
Nasional Indonesia yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan data batas, peta hasil topografi, peta hasil hidrografi, dan foto Pemanfaatan
SKB udara wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS SERTA PENYERAHAN
DAN/ATAU PEMANFAATAN JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG TIDAK DIPUNGUT PPN
(PASAL 25 DAN PASAL 26)
No BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET
1 Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku cadangnya, dan alat Penyerahan dan
keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang Impor
SKTD diimpor oleh/ diserahkan kepada kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang pertahanan atau keamanan negara
2 Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku cadangnya, dan alat Impor
keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang
SKTD diimpor oleh pihak lain yang ditunjuk oleh kementerian atau lembaga pemerintah yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertahanan atau keamanan negara, untuk melakukan impor tersebut
3 kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan penyeberangan, kapal penangkap ikan, Penyerahan dan
kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta suku cadangnya, alat perlengkapan kapal, alat keselamatan pelayaran dan alat Impor
SKTD keselamatan manusia yang diimpor dan digunakan oleh/ diserahkan kepada perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan
penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan perusahaan penyelenggara jasa
angkutan sungai, danau dan penyeberangan nasional, sesuai dengan kegiatan usahanya
4 pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia, peralatan untuk Penyerahan dan
perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh/ diserahkan kepada badan usaha angkutan udara niaga Impor
SKTD nasional
5 suku cadang pesawat udara serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang Penyerahan dan
ditunjuk oleh/ yang diperoleh oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa Impor
SKTD perawatan dan perbaikan pesawat udara kepada badan usaha angkutan udara niaga nasional
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS SERTA PENYERAHAN
DAN/ATAU PEMANFAATAN JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG TIDAK DIPUNGUT PPN
(PASAL 25 DAN PASAL 26)
No BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET
6 kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan serta prasarana perkeretaapian yang diimpor Penyerahan dan
dan digunakan oleh/ diserahkan kepada Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Impor
SKTD Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum
7 komponen atau bahan yang diimpor oleh/ diserahkan kepada pihak yang ditunjuk olehBadan Usaha Penyelenggara Sarana Penyerahan dan
Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum, dalam rangka pembuatan : Impor
SKTD 1. kereta api;
2. suku cadang;
3. peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; dan/atau
4. prasarana perkeretaapian
yang akan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum
8 emas batangan selain untuk kepentingan cadangan devisa negara Penyerahan dan
Impor
IMPOR DAN/ATAU PENYERAHAN BKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS SERTA PENYERAHAN
DAN/ATAU PEMANFAATAN JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS YANG TIDAK DIPUNGUT PPN
(PASAL 25 DAN PASAL 26)
No JKP TERTENTU YANG BERSIFAT STRATEGIS KET
1 Jasa persewaan pesawat udara yang dimanfaatkan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional Pemanfaatan
SKTD
2 Jasa yang diterima oleh perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan Penyerahan dan
penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan Pemanfaatan
SKTD nasional yang meliputi:
1. jasa persewaan kapal;
2. jasa kepelabuhanan meliputi jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3. jasa perawatan dan perbaikan kapal;
3 Jasa yang diterima oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional yang meliputi: Penyerahan dan
1. jasa persewaan pesawat udara; dan Pemanfaatan
SKTD
2. jasa perawatan dan perbaikan pesawat udara
4 Jasa perawatan dan perbaikan kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum Penyerahan dan
SKTD Pemanfaatan
IMPOR BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK YANG TIDAK DIPUNGUT PPN (PASAL 28)
2 barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan oleh: Impor
1. perguruan tinggi;
2. kementerian atau lembaga pemerintah yang melaksanakan kegiatan penelitian dan/atau pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi; atau
3. badan atau lembaga berbadan hukum yang melakukan kegiatan usaha dan salah satu kegiatannya melakukan penelitian atau
percobaan guna peningkatan atau pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
3 barang untuk keperluan khusus penyandang disabilitas oleh badan atau lembaga sosial yang mengurus penyandang disabilitas Impor
4 peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah Impor
5 barang pindahan tenaga kerja indonesia yang bekerja di luar negeri, mahasiswa yang belajar di luar negeri, Pegawai Negeri Sipil, anggota Impor
Tentara Nasional Indonesia, atau anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia yang bertugas di luar negeri sekurang-kurangnya selama
1 (satu) tahun, jika barang tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari Perwakilan Republik Indonesia
setempat
IMPOR BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK YANG TIDAK DIPUNGUT PPN (PASAL 28)
6 barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman sampai batas jumlah tertentu sesuai Impor
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan
7 barang impor sementara sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai impor sementara Impor
10 barang yang telah diekspor untuk keperluan perbaikan, pengerjaan, dan pengujian, kemudian diimpor kembali Impor
11 barang dan bahan untuk diolah, dirakit, atau dipasang pada barang lain yang mendapat kemudahan Impor untuk tujuan ekspor Impor
12 barang dan bahan atau mesin yang diimpor oleh usaha atau industri mikro, kecil, dan menengah atau konsorsium untuk usaha atau Impor
industri mikro, kecil, dan menengah dengan menggunakan kemudahan Impor untuk tujuan ekspor
13 barang dalam rangka Perjanjian Kerjasama/Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara yang dilakukan oleh Kontraktor Perjanjian Impor
Kerjasama/Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara dengan ketentuan sebagai berikut:
1. kontraknya ditandatangani sebelum tahun 1990;
2. kontraknya mencantumkan ketentuan mengenai pemberian pembebasan atau keringanan Bea Masuk atas Impor barang dalam
rangka Perjanjian Kerjasama/Karya Pengusahaan Pertambangan Batubara;
3. kontraknya tidak mencantumkan ketentuan mengenai jangka waktu pemberian pembebasan atau keringanan Bea Masuk; dan
4. barang impornya merupakan Barang Milik Negara
IMPOR BKP YANG DIBEBASKAN DARI PUNGUTAN BEA MASUK YANG TIDAK DIPUNGUT PPN (PASAL 28)
148
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH 1
Karakteristik PPnBM - Pasal 5 ayat (1) dan ayat (2) UU PPN & PPnBM
www.pajak.go.id
TARIF DAN PENGELOMPOKAN 2
Tarif PPnBM
• Tarif PPnBM ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%. (Pasal 8 ayat (1) UU PPN &
PPnBM)
• Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai tarif 0%. (Pasal 8 ayat (2) UU PPN & PPnBM)
www.pajak.go.id
BKP YANG TERGOLONG MEWAH BERUPA KENDARAAN BERMOTOR 3
PP 73/2019 s.t.d.d. PP 74/2021
PMK 141/2021 s.t.d.d. PMK 42/2022 “Konsumsi BBM atau
Konsumsi Bahan Bakar
Kapasitas Mesin
tingkat emisi CO2
(km/l)
Kategori
Diesel/
Emisi CO2 ditentukan berdasarkan
Bensin < 1.5 1.5 - 3.0 > 3.0 - 4.0
Semi Diesel
laporan hasil
> 15.5 > 17.5 < 150 15% 40%
< 10 Orang
> 11.5 - 15.5 > 13 - 17.5 150 - 200 20% 50% pengujian dan/atau
> 9.3 - 11.5 10.5 s.d 13 > 200 - 250 25% 60%
Angkutan Orang
< 9.3 < 10.5 > 250 40% 70%
sertifikat uji tipe
≥ 10 s.d 15 > 11.6 > 13.1 < 200 15% 25% kendaraan bermotor
Orang ≤ 11.6 ≤ 13.1 ≥ 200 20% 30%
> 15.5 >17.5 < 150 10% 20% yang diterbitkan oleh
Komersial Kabin Ganda 11.6 - 15.5
<11.6
13.1 - 17.5
<13.1
150 - 200
>200
12%
15%
25%
30%
kementerian yang
KBH2 ≥ 20 ≥ 21.8 ≤ 120 3% menyelenggarakan
> 23 > 26 < 100 6% 20%
Full HEV > 18.4 - 23 > 20 - 26 100 - 125 7% 25% urusan pemerintahan di
> 15.5 - 18.4 > 17.5 - 20 > 125 - 150 8% 30%
bidang prasarana dan
> 23 > 26 < 100 8% 20%
Program Mild HEV > 18.4 - 23 > 20 - 26 100 - 125 10% 25% sarana transportasi”
> 15.5 - 18.4 > 17.5 - 20 > 125 - 150 12% 30%
Flexy Engine
- - - 8%
(Bio Fuel)
PHEV Semua Jenis Semua Jenis Semua Jenis 5%
BEV/FC Semua Jenis Semua Jenis Semua Jenis 0%
www.pajak.go.id
PEMBEBASAN PPnBM KENDARAAN BERMOTOR 4
PPnBM dibebaskan atas impor atau penyerahan:
a. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum.
b. Kendaraan yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan.
c. Kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 s.d 15 orang termasuk pengemudi, yang
digunakan untuk kendaraan dinas Tentara Nasional Indonesia atau Kepolisian Negara
Republik Indonesia.
d. Kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli Tentara Nasional Indonesia
atau
Kepolisian Negara
Pembebasan Republik
diperoleh melaluiIndonesia.
mekanisme SKB PPnBM atas kendaraan bermotor
dan harus dimiliki sebelum pengajuan pemberitahuan pabean impor atau
penyerahan kendaraan bermotor dilakukan.
PPnBM yang telah dibebaskan wajib dibayar apabila dalam jangka waktu 4 tahun
sejak dilakukan impor atau perolehan, kendaraan tersebut:
• Digunakan tidak sesuai tujuan semula; atau
• Dipindahtangankan kepada pihak lain.
www.pajak.go.id
BKP YANG TERGOLONG MEWAH SELAIN KENDARAAN BERMOTOR 5
Kelompok kapal pesiar mewah, kecuali untuk keperluan negara atau angkutan umum:
a. Kapal pesiar, kapal ekskursi, kendaraan air semacam itu terutama dirancang untuk pengangkutan
75% orang, kapal feri dari semua jenis, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum.
Dengan SKB
b. Yacht, kecuali untuk kepentingan negara atau angkutan umum atau usaha pariwisata.
PPnBM
www.pajak.go.id
THANK
YOU