Anda di halaman 1dari 49

Prinsip, Sistem, Pendekatan

Mikro dan Makro Perhitungan


Potensi PDRD

Dr. Susilo, SE., MS


Bimbingan Teknis Penggalian Potensi PDRD
Pusat Kajian Keuangan Negara & Daerah FEB UB
Pendahuluan
Analisis potensi pendapatan penting untuk membuat
perencanaan anggaran yang komprehensif dan lebih
realistis. Analisis potensi pendapatan bertujuan untuk
mengetahui peluang besarnya perolehan pendapatan
optimal yang masih dapat direalisasikan.

Besarnya potensi pendapatan antar daerah berbeda


dipengaruhi oleh faktor demografi, ekonomi, sosial, dan
lingkungan.
Manajemen Keuangan Daerah
Keberhasilan Manajemen Keuangan Daerah ditentukan 3 pilar utama:

Manajemen
Pendapatan

Manajemen
Belanja

Manajemen
Pembiayaan
Kemandirian (Rasio Desentralisasi Fiskal)
Kabupaten/Kota & Provinsi Se-Indonesia 2017-2019
Dari 542 pemda, rata-rata
kemandirian keuangan
daerah selama tahun
2017-2019 adalah 13,1%.

3 provinsi dengan tingkat


kemandirian tertinggi
berturut-turut adalah DKI
Jakarta (70,6%); Bali
(58,9%); dan Jawa Timur
(57,9%)

3 kab/kota dengan
kemandirian tertinggi
antara lain Kab. Badung
(84%); Kota Surabaya
(62,2%); dan Kota
Tangerang Selatan (52,4%)
Sumber: DJPK, data olah (2021)
Kemandirian (Rasio Desentralisasi Fiskal):
PAD/Pendapatan Daerah x 100%
Pentingnya
Manajemen Pendapatan Daerah

POTENSI FISKAL
DAERAH
Manajemen Kemampuan daerah
Pendapatan mempengaruhi
dalam menghimpun
Daerah sumber – sumber
pendapatan yang
sah
Pentingnya
Manajemen Pendapatan Daerah

1. Tk. Kualitas
Pelaksanaan
Besar kecil Pemerintah
pendapatan 2. Tk. Kemampuan
mempengaruhi menyediakan
Pelayanan Publik
Enterpreneurial
3. Tk. Keberhasilan
Gov.
Program &
Kegiatan
Pembangunan
Fungsi PDRD

•Fungsi Penerimaan •Fungsi Pengaturan


(budgetair) dapat diartikan (regulerend), dalam hal
sebagai alat pemerintah daerah ini pajak daerah dapat digunakan
untuk menghimpun dana dari oleh pemerintah daerah sebagai
masyarakat untuk berbagai instrumen untuk mencapai
kepentingan pembiayaan tujuan-tujuan tertentu.
pembangunan daerah. Fungsi ini Pengenaan pajak daerah dapat
tercermin dalam prinsip efisiensi dilakukan untuk mempengaruhi
untuk mengisi kas daerah. tingkat konsumsi dari barang dan
jasa tertentu.
Siklus
Manajemen Pendapatan Daerah
Sistem Pemungutan PDRD
UU 34/2000

Open-List:
1. Provinsi boleh
menambah jenis retribusi UU 28/2009
daerah, sepanjang
memenuhi kriteria yang
ditetapkan dalam UU. Closed List:
2. Kabupaten/Kota boleh 1. Daerah tidak boleh
menambah jenis pajak memungut pajak dan
dan retribusi daerah, retribusi daerah selain
sepanjang memenuhi yang ditetapkan dalam UU.
kriteria yang ditetapkan
dlm UU. 2. Khusus untuk retribusi
dimungkinkan adanya
tambahan jenis retribusi
yang ditetapkan dengan
PP.
Sistem Pemungutan PDRD
1. Self Assessment System, adalah sistem pemungutan pajak daerah
yang dihitung, dilaporkan, dan dibayarkan sendiri oleh wajib pajak
daerah.
2. Official Assessment System, adalah sistem pemungutan pajak
yang nilai pajaknya ditetapkan oleh gubernur/bupati/walikota
melalui penerbitan Surat Ketetapan Pajak Daerah dan Surat
Ketetapan Retribusi.
3. Joint Collection System, adalah sistem pemungutan pajak daerah
yang dipungut oleh pemungut pajak penerangan jalan oleh PLN,
pajak bahan bakar kendaraan bermotor oleh Pertamina dan
sebagainya.
Prinsip Dasar
Manajemen Penerimaan Daerah
Perluasan Basis Penerimaan

Pengendalian atas Kebocoran


Pendapatan

Peningkatan Efisiensi Administrasi


pendapatan

Transparansi & Akuntabilitas


Prinsip-Prinsip Umum PDRD

Prinsip
Prinsip Keadilan
Kepastian
(equity)
(certainty)

Prinsip Prinsip Efisiensi


Kemudahan (efficiency)
(convenience)
Beberapa Prinsip Pengaturan
Pajak Daerah dan Retribusi Daerah
(UU No. 28 Tahun 2009)

1. Pemberian kewenangan pemungutan pajak daerah dan retribusi


daerah tidak membebani rakyat
2. Jenis pajak dan retribusi yang dapat dipungut oleh daerah hanya
ditetapkan dalam undang-undang
3. Pemberian kewenangan kepada daerah untuk mnetapkan tarif
pajak daerah dalam batas tarif minimum dan maksimum yang
ditetapkan dalam undang-undang
4. Pengawasan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah
dilakukan secara preventif dan korektif.
Perkembangan
Peraturan
Perundangan
tentang Pajak
Daerah
Jenis-Jenis Retribusi Daerah
Jasa Umum Jasa Usaha Perizinan Tertentu
1. Retribusi Pelayanan Kesehatan 1. Retribusi Pemakaian Kekayaan 1. Izin Tempat Penjualan
2. Retribusi Persampahan/ Kebersihan Daerah
Minuman Beralkohol
3. Retribusi KTP dan Akte Capil 2. Retribusi Pasar Grosir/Pertokoan
2. Retribusi Izin Mendirikan
4. Retribusi Pemakaman/ Pengabuan Mayat 3. Retribusi Tempat Pelelangan
4. Retribusi Terminal Bangunan
5. Retribusi Parkir di Tepi Jalan Umum 3. Retribusi Izin Gangguan
5. Retribusi Tempat Khusus Parkir
6. Retribusi Pelayanan Pasar 6. Retribusi Tempat Penginapan/ 4. Retribusi Izin Trayek
7. Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor Pesanggrahan/ Villa 5. Retribusi Izin Usaha
8. Retribusi Pemeriksaan Alat Pemadam Kebakaran 7. Retribusi Rumah Potong Hewan Perikanan
9. Retribusi Penggantian Biaya Cetak Peta 8. Retribusi Pelayanan 6. Retribusi Perpanjangan
10. Retribusi Pelayanan Tera/ Tera Ulang Kepelabuhanan IMTA
9. Retribusi Tempat Rekreasi dan
11. Retribusi Penyedotan Kakus
Olahraga
12. Retribusi Pengolahan Limbah Cair 10. Retribusi Penyeberangan di Air
13. Retribusi Pelayanan Pendidikan 11. Retribusi Penjualan Produksi
14. Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi Usaha Daerah
15. Retribusi Pengendalian lalu-lintas
Optimalisasi Sumber – Sumber
Pendapatan Daerah
1. Dapat membedakan antara :
 Sumber pendapatan yang saat ini ada & sudah ditetapkan
dengan perundang-undangan
 Sumber pendapatan dimasa yang akan datang (potensial) &
baru bisa diperoleh dengan upaya – upaya tertentu
2. Dapat menciptakan / mencari sumber penerimaan baru
 Pemanfaatan sumber penerimaan baru tergantung dari :
1. Kapasitas sumber
2. Proses keputusan politik atas keputusan
3. Perhitungan biaya dan hasil yg diperoleh
4. Sarana dan fasilitas penunjang
5. Keterampilan & profesionalitas aparat pengelola
Kepastian Hukum
1. Semua pungutan Daerah (PDRD) harus ditetapkan dengan Perda;
2. Perda menjadi instrumen/legal basis bagi wajib pajak dan wajib
pungut;
3. Perda merupakan alat kontrol dlm pengelolaan, transparansi, dan
akuntabilitas pungutan daerah.

Implikasi Sosial, Penerimaan Daerah


Ekonomi, dan 1. Adanya penguatan (taxing power) dlm mendukung peningkatan
PAD;
Fiskal Daerah 2. Penguatan PAD tercermin dlm bentuk pengalihan PBB dan BPHTB,
serta penambahan jenis dan perluasan objek pajak/retribusi
tertentu.

Pelayanan Publik
IMPLIKASI 1. Meningkatnya PAD diharapkan dpt memperbaiki kualitas pelayanan
publik
UU No. 28/ 2009 2. Perbaikan fungsi pelayanan melalui pembangunan dan
pemeliharaan prasarana dan sarana yg disediakan oleh Daerah

Daya Saing dan Kerjasama Antar Daerah


1. Mendorong Pemda dlm melakukan kerjasama dengan Pihak Ketiga
dengan prinsip saling menguntungkan;
2. Menciptakan iklim investasi yang kondusif di Daerah;
3. Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat setempat.
Potensi & Penerimaan

“Penentuan Potensi”

“Realisasi Penerimaan”
Mengapa Tahu Potensi?

 Tahu potensi, baru kemudian merencanakan


peningkatan penerimaan pajak daerah.
 Selisih potensi dengan realisasi:
o estimasi potensi yang lebih rendah
o sistem dan prosedur
o kombinasi keduanya
Perhitungan Potensi Pendapatan
Basis Mikro

1. Perhitungan potensi pendapatan basis mikro dilakukan dengan cara


menghitung potensi pendapatan untuk masing-masing objek
pendapatan, dengan mengalikan tarif suatu pajak/retribusi dengan
basis pajak/retribus. (Potensi Pendapatan Pajak/Retribusi = Basis
Pajak/Retribusi x Tarif Pajak/ Retribusi)
2. Perhitungan dengan menggunakan Analisis Klasifikasi (Overlay)
3. Perhitungan dengan menggunakan Analisis Ability to Pay (ATP) dan
Analisis Willingnes to Pay (WTP)
Potensi Pajak Hotel

1. Identifikasi objek pajak


2. Menentukan sample (hotel yang akan diteliti)
3. Observasi : kelas/jenis kamar, tariff kamar, jumlah
kamar, dan tingkat hunian kamar
4. Menghitung rata-rata hunian kamar
5. Menghitung potensi pajak
Contoh Perhitungan
Langkah 1 : Menghitung Rata-rata Hunian Kamar

Metode 1 : Rata-rata Sederhana


Jumlah Kamar
Situasi Keterangan
Terpakai (JKT)
Ramai 150
Normal 80 Rata-rata Hunian Kamar
Sepi 55 = Σ JKT / n = 285 / 3 = 95
Jumlah 285

Metode 2 : Rata-rata Tertimbang


Jumlah Kamar
Situasi Frekuensi - Jumlah Hari Omzet x Frekuensi Keterangan
Terpakai (JKT)
Ramai 150 100 15,000
Rata-rata Tertimbang =
Normal 80 170 13,600
Σ JKT x Frek / Σ hari =
Sepi 55 90 4,950
33.550 / 360 = 93,19
Jumlah 285 360 hari 33,550

Dalam hal ini misalkan dipilih nilai terbesar yaitu 95


Lanjutan..

Langkah 2 : Menghitung Tarif Rata-rata Kamar

Langkah 3 : Menghitung Potensi Pajak Hotel


Potensi Pajak Hotel = Rata-rata Hunian Kamar x Tarif Rata-rata x 360 hari x Tarif Pajak
= 95 kamar x Rp 614.285 x 360 hari x 10%
= Rp 2.100.854.700 per tahun
Potensi Pajak Restoran

1. Identifikasi objek pajak


2. Menentukan sample (restoran yang akan diteliti)
3. Observasi : omzet penjualan, jumlah pengunjung
restoran, jumlah meja/ kursi tersedia, daftar menu
dan harga, dsb.
4. Menghitung rata-rata omzet penjualan
5. Menghitung potensi pajak
Contoh Perhitungan
Langkah 1 : Menghitung Rata-rata Omzet Penjualan

Metode 1 : Rata-rata Omzet Penjualan per Hari


Omzet Penjualan
Situasi Keterangan
(Rp)
Ramai 2,500,000
Rata-rata omzet Penjualan
Normal 1,500,000
= Σ Jml Omzet / n =
Sepi 800,000
4.800.000 / 3 = 1.600.000
Jumlah 4,800,000

Metode 2 : Rata-rata Tertimbang Omzet Penjualan


Omzet Penjualan
Situasi Frekuensi - Jumlah Hari Omzet x Frekuensi Keterangan
(Rp)
Ramasi 2,500,000 110 275,000,000 Rata-rata Tertimbang =
Normal 1,500,000 150 225,000,000 Σ omzet / Σ hari =
Sepi 800,000 100 80,000,000 580.000.000 / 360 =
Jumlah 4,800,000 360 hari 580,000,000 1.611.111

Dalam hal ini misalkan dipilih angka yang bulat yaitu Rp 1.600.000
Lanjutan..

Langkah 3 : Menghitung Potensi Pajak Restoran

Potensi Pajak Restoran = Rata-rata Omzet Penjualan x 360 hari x Tarif Pajak
= Rp 1.600.000 x 360 hari x 10%
= Rp 57.600.000 per tahun
Potensi Pajak Hiburan

1. Identifikasi objek pajak


2. Menentukan sample (penyelenggara hiburan)
3. Observasi : omzet penjualan tiket, tingkat
kunjungan, jumlah kursi tersedia, frekuensi
pertunjukan, harga tiket masuk, dsb.
4. Menghitung perkiraan omzet penjualan
5. Menghitung potensi pajak
Contoh Perhitungan
Sebagai ilustrasi “Bioskop 25”
Data :
Jumlah Kursi : 500
Harga Tiket : Rp 15.000 (biasa); Rp 25.000 (ramai)
Jumlah Hari kategori sepi : 48 hari
Jumlah hari kategori normal : 216 hari
Jumlah hari kategori ramai : 96 hari
Frekuensi Pertunjukan : 6 kali penayangan per hari
Tingkat Kunjungan : 45% (sepi); 60% (normal); 90% (ramai)
Tarif Pajak Hiburan : 15%

Berdasarkan data tersebut maka dapat dihitung potensi pajak:


Jumlah Harga Tiket Jumlah Jumlah Tingkat
Sutuasi Omzet (Rp) Tarif Pajak Potensi Pajak (Rp)
Kursi (Rp) Hari Tayang Kunjungan
Sepi 500 15,000 48 6 45% 972,000,000 15% 145,800,000
Normal 500 15,000 216 6 60% 5,832,000,000 15% 874,800,000
Ramai 500 25,000 96 6 90% 6,480,000,000 15% 972,000,000
Jumlah Potensi Pajak Hiburan 1,992,600,000
Potensi Pajak Parkir
1. Identifikasi objek pajak, yakni identifikasi
penyelenggara tempat parker diluar badan jalan
oleh orang pribadi/ badan
2. Menentukan sample (tempat parkir)
3. Observasi : jumlah kendaraan yang parker, tariff
parker, luas area parker, daya tampung, dsb.
4. Menghitung rata-rata pendapatan parker per hari
5. Menghitung potensi pajak
Contoh Perhitungan
Sebagai ilustrasi “Swalayan” Data :

Keterangan Jumlah

Tarif Parkir Kendaraan Bermotor :


0 s.d 1 jam pertama
Mobil Rp 2.000
Sepeda Motor Rp 1.000
Tambahan 1 jam berikutnya
Mobil Rp 1.000
Sepeda Motor Rp 500
Rata-rata Lama Parkir
Mobil 1 jam
Sepeda Motor 45 menit
Daya Tampung Tempat Parkir
Mobil 100 mobil
Sepeda Motor 1.000 sepeda motor
Jam buka 09.00 - 21.00 12 jam
Lanjutan..

Langkah 2 : Menghitung Rata-rata Pendapatan Parkir

Pendapatan
Situasi Kendaraan Jumlah (N) Tarif (T) - Rp Keterangan
Parkir (N x T)
Mobil 700 2,000 1,400,000
Ramai
Sepeda Motor 5,000 1,000 5,000,000
Rata-rata Pendapatan =
Mobil 500 2,000 1,000,000
Normal Σ Pendapatan / Σ Situasi
Sepeda Motor 3,000 1,000 3,000,000
= 13.000.000 / 3 =
Mobil 300 2,000 600,000
Sepi 4.333.333
Sepeda Motor 2,000 1,000 2,000,000
Jumlah 13,000,000

Langkah 3 : Menghitung Potensi Pajak Parkir


Potensi Pajak Parkir = Rata-rata Pendapatan Parkir 360 hari x Tarif Pajak
= Rp 4.333.333 x 360 hari x 20%
= Rp 311.999.976 per tahun
Potensi Retribusi Pasar
Untuk menghitung potensi retribusi pasar, perlu
dikumpulkan data berikut:
1. Fasilitas pasar
2. Jenis dagangan
3. Jumlah petugas pemungut
4. Tarif retribusi
5. Jumlah kios dan los
6. Luas pasar dan area kaki lima
7. Jumlah pedagang
8. Data penerimaan retribusi tahunan
Contoh Perhitungan
Data :
Nama Pasar : Pasar Rakyat
Kelas Pasar : Kelas I
Jumlah Pedagang : 950
Jumlah Kios : 410
Luas Kios : 530 m²
Jumlah Los : 190
Luas Los : 1.140 m²
Kaki Lima : 260
Tarif Retribusi Kios : Rp 2.500 per hari
Tarif Retribusi Los : Rp 2.000 per hari Berdasarkan data tersebut maka dapat
Tarif Retribusi K5 : Rp 1.500 per hari dihitung potensi retribusi:
Hari Pasaran : Buka setiap hari

{(Jml. Kios x TR) + (Jml. Los x TR) + (Jml. K5 x TR)} x {Ʃaktivitas pasar sebulan x 12}
= {(410 x Rp 2.500) + (190 x Rp 2.000) + (260 x Rp 1.500)} x 350 hari
= 1.795.000 x 350 hari
= Rp 628.250.000 per tahun
Potensi Retribusi Parkir
1. Menentukan tempat parkir yang akan diteliti
2. Observasi data jumlah kendaraan parkir, tariff
parkir, luas area parkir, daya tamping, dsb.
3. Menghitung rata-rata jumlah kendaraan yang
parkir per hari
4. Menghitung potensi retribusi parkir
Contoh Perhitungan
Langkah 1 : Melakukan Observasi

Keterangan Jumlah
Tarif Retribusi Parkir
- Mobil Rp2.000
- Sepeda Mototr Rp1.000
Rata-rata lama parkir
- Mobil 1 jam
- Sepeda Mototr 1 jam
Daya Tampung Tempat Parkir
- Mobil 100
- Sepeda Mototr 1000
Jam kerja pelayanan parkir 09.00 - 21.00 12 jam per hari
Lanjutan..
Langkah 2 : Menghitung Rata-rata Jumlah Kendaraan yang Parkir

Rata-rata Mobil Rata-rata Sepeda


Situasi Kendaraan Jumlah (N)
Parkir per Hari Motor Parkir per Hari
Ramai Mobil 500
Sepeda Motor 2.000 Rata-rata Sepeda
Rata-rata Mobil Parkir
Nirmal Mobil 300 Motor = Σ Spd Motor
= Σ Mobil Parkir / Σ
Sepeda Motor 1.200 Parkir / Σsituasi =
Situasi = (500 + 300 +
Sepi Mobil 100 (2000 + 1200 + 700)/ 3 =
100)/ 3 = 900/ 3 = 300
Sepeda Motor 700 3900/ 3 = 1300
Jumlah

Langkah 3 : Menghitung Potensi Retribusi Parkir

{Rata-rata mobil x TR) + (Rata-rata sepeda motor x TR)} x 360 hari


= {(300 x Rp 2.000) + (1.300 x Rp 1.000)} x 360
= Rp 1.900.000 x 360
= Rp 684.000.000 per tahun
Analisis Klasifikasi (Overlay)
Analisis klasifikasi (overlay) merupakan analisis yang digunakan untuk melihat
deskripsi pemungutan pajakr/retribusi apakah memiliki potensi berdasarkan
kriteria pertumbuhan pajak/retribusi dan kriteria kontribusi pajak/retribusi.

Apabila masuk ke dalam kategori Prima dan Potensial, maka dapat


dilakukan intensifikasi, sementara jika masuk ke dalam kategori
Berkembang dan Terbelakang, maka dapat dilakukan ekstensifikasi.
Contoh..

Analisis Klasifikasi (Overlay) Retribusi Pelayanan Pasar Umum Kabupaten X

Langkah 1: Mencari Rasio Pertumbuhan

Pertumbuhan
Realisasi Pertumbuhan
Realisasi Total Realisasi
Penerimaan Total Realisasi
Penerimaan Penerimaan Rasio
Tahun Retribusi Penerimaan
Retribusi Retribusi di Pertumbuhan
Pelayanan Pasar Retribusi di
Pelayanan Pasar Kabupaten X
Umum Kabupaten X
Umum
2015 2,742,945,500 - 12,937,888,996 - -
2016 2,856,888,900 4.15% 13,270,678,211 2.57% 1.615
2017 3,180,787,900 11.34% 14,679,063,610 10.61% 1.068
2018 3,738,225,000 17.53% 16,089,648,260 9.61% 1.824
2019 3,962,518,500 6.00% 14,543,459,300 -9.61% -0.624
2020 3,300,454,000 -16.71% 14,042,013,692 -3.45% 4.846
Contoh..

Analisis Klasifikasi (Overlay) Retribusi Pelayanan Pasar Umum Kabupaten X

Langkah 1: Mencari Rasio Kontribusi

Realisasi
Total Realisasi
Penerimaan Rata-rata Setiap
Penerimaan Rasio
Tahun Retribusi Jenis Retribusi
Retribusi di Kontribusi
Pelayanan Pasar di Kabupaten X
Kabupaten X
Umum

2016 2,856,888,900 13,270,678,211 2,211,779,702 1.292


2017 3,180,787,900 14,679,063,610 2,097,009,087 1.517
2018 3,738,225,000 16,089,648,260 2,298,521,180 1.626
2019 3,962,518,500 14,543,459,300 2,077,637,043 1.907
2020 3,300,454,000 14,042,013,692 2,006,001,956 1.645
Contoh..

Analisis Klasifikasi (Overlay) Retribusi Pelayanan Pasar Umum Kabupaten X

Secara rata-rata, klasifikasi retribusi pelayanan pasar umum tergolong ke dalam


kategori penerimaan “PRIMA”. Artinya, dapat dilakukan cara intensifikasi guna
mengoptimalkan penerimaan dengan cara pemungutan secara efektif dan efisien
pada objek dan subjek retribusi yang sudah ada, misalnya melakukan perhitungan
potensi, penyuluhan, peningkatan pengawasan dan pelayanan.
a. Analisis Ability to Pay (ATP)
Ability To Pay (ATP) adalah kemampuan seseorang untuk membayar jasa
pelayanan yang diterimanya berdasarkan pendapatan yang dianggap ideal
(Tamin, 1999).
Pendekatan yang digunakan dalam analisis ATP didasarkan pada beberapa hal
antara lain pendapatan pengguna jasa per bulan, persentase biaya berdagang
dari pendapatan per bulan, persentase biaya retribusi dari biaya berdagang per
bulan, dan frekuensi berdagang di pasar per bulan. Pendekatan perhitungan
nilai ATP retribusi pelayanan pasar di Kabupaten Blitar dengan rumus sebagai
berikut:

ATP = (Ph x Ptp x Pp )/Fp

Ph : Pendapatan pengguna jasa per bulan (Rp/bulan)


Ptp : Persentase biaya berdagang dari pendapatan per bulan
Pp : Persentase biaya retribusi dari biaya berdagang per bulan
Fp : Frekuensi berdagang di pasar per bulan
b. Analisis Willingnes to Pay (WTP)
Willingness To Pay (WTP) adalah kesediaan pengguna mengeluarkan imbalan
atas fasilitas yang telah dinikmatinya (Tamin, 1999). Pendekatan yang
digunakan dalam analisis WTP didasarkan pada persepsi pedagang terhadap
fasilitas pasar yang telah tersedia. Untuk menghitung WTP, dapat digunakan
rumus sebagai berikut:

WTP = (Σ(A x J))/T

Dengan:
A = Besarnya tarif yang dipilih pedagang
J = Jumlah pedagang yang memilih
T = Jumlah pedagang
Contoh Hasil Perhitungan ATP dan WTP Retribusi Pelayanan Pasar Umum Kabupaten X

TIPE PASAR
KIOS
A B C D
TARIF > ATP > WTP TARIF > ATP > WTP ATP > TARIF > WTP TARIF > ATP > WTP
Sembilan Bahan Pokok
8000 > 7278 > 3667 7500 > 4500 > 3250 5833 > 5500 > 4667 4000 > 3222 > 2056
TARIF > ATP > WTP TARIF = ATP > WTP TARIF > ATP > WTP ATP > TARIF > WTP
Hasil Pertanian
7800 > 6200 > 5833 7000 = 7000 > 5000 5000 > 4250 > 3500 4000 > 3500 >2813
TARIF > ATP > WTP TARIF > ATP > WTP TARIF > ATP > WTP ATP > TARIF > WTP
Hasil Kerajinan
7500 > 6800 > 4600 7000 > 4750 > 3500 4500 > 3250 > 2000 3222 > 3000 > 2056
TARIF > ATP > WTP TARIF > ATP > WTP ATP > TARIF > WTP TARIF > ATP > WTP
Logam Mulia
10500 > 8800 > 6600 10000 > 9333 > 6667 6750 > 6500 > 5500 5000 > 4125 > 2000
TARIF > ATP > WTP TARIF > ATP > WTP TARIF > ATP > WTP TARIF > ATP > WTP
Warung
8000 > 7200 > 3000 7500 > 6500 > 4500 5500 > 3250 > 2500 4000 > 3500 > 2062

Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan ATP WTP yang kemudian dibandingkan
dengan tarif yang berlaku.
• Pada tabel yang berwarna merah menunjukkan bahwa kemampuan membayar
retribusi para pedagang lebih rendah dari tarif yang berlaku.
• Pada tabel yang berwarna hijau menunjukkan bahwa kemampuan membayar
retribusi para pedagang lebih tinggi atau sama dengan dari tarif yang berlaku.
Contoh Hasil Perhitungan ATP dan WTP Retribusi Pelayanan Pasar Umum Kabupaten X

TIPE PASAR
LOS
A B C D
ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF
Sembilan Bahan Pokok
2958 > 1917 > 1500 4429 > 3429 > 1000 3667 > 2333 > 900 3125 > 1937 > 800
ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF
Hasil Pertanian
2941 > 1765 > 1200 2833 > 1667 > 1000 4333 > 2667 > 800 1938 > 1125 > 700
ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF
Hasil Kerajinan
3028 > 2500 > 1000 4000 > 3500 > 800 3750 > 1750 > 600 2000 > 1000 > 500
ATP > WTP = TARIF - - -
Logam Mulia
7750 > 2000 = 2000 - - -

Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan ATP WTP yang kemudian dibandingkan
dengan tarif yang berlaku.
• Pada tabel yang berwarna merah menunjukkan bahwa kemampuan membayar
retribusi para pedagang lebih rendah dari tarif yang berlaku.
• Pada tabel yang berwarna hijau menunjukkan bahwa kemampuan membayar
retribusi para pedagang lebih tinggi atau sama dengan dari tarif yang berlaku.
Contoh Hasil Perhitungan ATP dan WTP Retribusi Pelayanan Pasar Umum Kabupaten X
TIPE PASAR
PELATARAN
A B C D
ATP > TARIF > WTP - ATP > TARIF > WTP ATP > TARIF > WTP
Sembilan Bahan Pokok
3167 > 3000 > 2333 - 2000 > 1800 > 1000 2333 > 1700 > 1333
ATP > TARIF > WTP ATP > WTP > TARIF ATP > TARIF > WTP ATP > TARIF > WTP
Hasil Pertanian
2800 > 2400 > 2033 3250 > 2000 > 1800 2375 > 1600 > 1250 2250 > 1500 > 1250
ATP > TARIF > WTP ATP > TARIF > WTP ATP > TARIF > WTP ATP > TARIF > WTP
Hasil Kerajinan
3042 > 2000 > 1750 2633 > 1800 > 1400 2803 > 1600 > 1000 1833 > 1500 > 1250
- - - -
Logam Mulia
- - - -
ATP > TARIF > WTP ATP > TARIF > WTP - ATP > WTP > TARIF
Lain-lain
3350 > 2400 > 2100 3214 > 2000 > 1714 - 3000 > 1667 > 1000
ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF ATP > WTP > TARIF -
Unggas
2875 > 2250 > 500 2250 > 1000 > 500 2250 > 1000 > 500 -

Tabel diatas menunjukkan hasil perhitungan ATP WTP yang kemudian dibandingkan
dengan tarif yang berlaku.
• Pada tabel yang berwarna merah menunjukkan bahwa kemampuan membayar
retribusi para pedagang lebih rendah dari tarif yang berlaku.
• Pada tabel yang berwarna hijau menunjukkan bahwa kemampuan membayar
retribusi para pedagang lebih tinggi atau sama dengan dari tarif yang berlaku.
Perhitungan Potensi Pendapatan
Basis Makro
Dalam menghitung potensi pendapatan, dapat juga dilakukan
dengan pendekatan basis makro yakni dengan cara melakukan
proyeksi terhadap basis pajaknya. Pertama, dapat mengestimasi
potensi suatu pajak/retribusi berdasarkan satu variabel, yaitu
variabel penerimaan pajak/retribusi itu sendiri yang dihubungkan
dengan waktu (asumsi bahwa semua perubahan sosial ekonomi
ditangkap oleh variabel waktu). Kedua, dapat memasukkan
variabel yang dinilai dapat mempengaruhi pajak/retribusi seperti
pertumbuhan ekonomi, inflasi, jumlah penduduk, dsb.
Analisis Proyeksi
Analisis proyeksi merupakan analisis yang digunakan untuk melihat seberapa
besar penerimaan pajak/retribusi yang akan diperoleh selama beberapa tahun ke
depan.
Dalam memproyeksi pajak/retribusi, dapat digunakan analisis regresi yang
merupakan pendekatan statistik.
Formula yang digunakan untuk melihat proyeksi dibentuk dalam sebuah model
ekonometrika dengan variabel penjelas berupa tren waktu, dimana asumsi dari
metode ini adalah semua variabel sosial ekonomi ditangkap oleh waktu.
Misalkan Model yang digunakan untuk memproyeksi retribusi adalah sebagai
berikut.
𝑅𝑡 = 𝛽0 + 𝛽1 𝑇𝑡 + 𝜀𝑡
Dimana:
R : Retribusi
β0 : Konstanta
β1 : Koefisien
T : Tren Waktu
ε : Error
t : Tahun
Contoh..

Analisis Proyeksi Retribusi Pelayanan Pasar Umum di Kabupaten X


TERIMA KASIH
Dr. Susilo, SE., MS
Bimbingan Teknis Penggalian Potensi PDRD
Pusat Kajian Keuangan Negara & Daerah FEB UB

Anda mungkin juga menyukai