Anda di halaman 1dari 20

PANDUAN PRAKTIS PENGGALIAN POTENSI

47763- Perdagangan Eceran Pupuk dan


Pemberantasan Hama

Direktorat Jenderal Pajak


Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan

Juli 2022

RAHASIA, HANYA UNTUK INTERNAL DJP


TIM PENYUSUN PANDUAN PRAKTIS
Pengarah : Ihsan Priyawibawa, Direktur Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Penanggung Jawab : Haryo Abduh Suryo Negoro, Kepala Subdirektorat Potensi Perpajakan
Ketua Tim : Budi Setyo Suhartanto, Kepala Seksi Potensi Sektor Perdagangan
Tim Penyusun : 1. Baiq Ispiriana Adha, Account Representitve KPP Pratama Mataram Barat
2. Luqman Nasir, Account Representative KPP Madya Surabaya
3. Didik Purwanto, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Nusa Tenggara
4. Dody Ferdianto, Kepala Seksi pada Kanwil DJP Jawa Timur I
5. Muhammad Ali Mahfudz Affandi, Pelaksana Kanwil DJP Nusa Tenggara
6. Nurul Chotimah Adinata, Pelaksana Kanwil DJP Jawa Timur I
7. Vensca Audrey, Pelaksana Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan Penerimaan
Special Thanks to : 1. Kantor Wilayah DJP Nusa Tenggara
2. Kantor Wilayah DJP Jawa Timur I
3. KPP Pratama Mataram Barat
4. KPP Madya Surabaya
KATA PENGANTAR
Assalamualaikum Wr. Wb.
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan rahmat, hidayah, dan karunia-Nya kepada kita semua.
Sebagai upaya meningkatkan efektivitas pengawasan dan penggalian potensi pajak berbasis sektoral dalam rangka
memenuhi target penerimaan pajak, kami telah menentukan 445 KLU Dominan Nasional yang berkontribusi sebesar 94,40%
terhadap penerimaan netto nasional tahun 2021 atau lebih dari 80% penerimaan netto tahun 2021 tiap Kanwil DJP. Kami
memandang perlu untuk menyusun Panduan Praktis penggalian potensi pajak atas KLU Dominan tersebut agar menjadi salah
satu referensi dalam melakukan penggalian potensi pajak. Sebanyak 104 KLU Dominan telah disusun pada Batch I tahun 2021
dan 341 KLU Dominan lainnya disusun pada Batch II tahun 2022.
Penyusunan Panduan Praktis penggalian potensi merupakan salah satu program kerja pada Subdirektorat Potensi Perpajakan
untuk mengidentifikasi proses bisnis, aspek perpajakan, modus penghindaran pajak, serta teknik pengawasan/penggalian
potensi atas Wajib Pajak serta melibatkan para Account Representative Kontributor yang berasal dari seluruh Kanwil DJP
sehingga diharapkan dapat merepresentasikan secara aktual pengawasan dan penggalian potensi yang dilakukan oleh fiskus
saat bertugas di lapangan.
Penghargaan dan apresiasi yang tinggi kepada para Account Representative Kontributor yang telah menyusun Panduan Praktis
ini di tengah padatnya pekerjaan dan tugas yang harus diselesaikan. Kami pun menyadari bahwa Panduan Praktis ini masih
jauh dari kesempurnaan. Untuk itu kami membuka diri atas masukan dan saran untuk penyempurnaan Panduan Praktis
penggalian potensi pajak ini.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
Jakarta, Juli 2022

Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN

DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.

MASUKAN DAN SARAN


Dalam rangka penyempurnaan panduan praktis ini, kami mengharapkan masukan, kritik, serta saran dari Bapak/Ibu yang
dapat disampaikan melalui surat elektronik ke Subdirektorat Potensi Perpajakan, Direktorat Potensi, Kepatuhan, dan
Penerimaan melalui e-mail potensi.pkp@kemenkeu.go.id
OUTLINE
1. PROSES BISNIS

2. ASPEK PERPAJAKAN

3. CRITICAL POINT/MODUS PENGHINDARAN PAJAK

4. STUDI KASUS

5. TEKNIK/METODE PENGGALIAN POTENSI

www.pajak.go.id
PROSES BISNIS

Supplier Wajib Pajak Konsumen

Supllier Menyediakan HPP adalah Komponen Order berdasarkan


Barang Kimia terbesarnya Harga Beli Pesanan dan Langsung
ASPEK PERPAJAKAN

No Uraian Keterangan Potensi Pajak


1 Peredaran Usaha a. Harga Pokok Penjualan PPh Pasal 25

b. Biaya Usaha PPh Pasal 25, PPh Pasal 21, PPh Pasal 4
ayat (2)

c. Biaya Gaji PPh Pasal 21

c. Penghasilan Lainnya PPh Pasal 25, PPh Pasal 21, PPh Pasal 4
ayat 2 dan PPN

2 Penghasilan dari Luar Usaha a. Bunga Tabungan, Deposito, Dividen PPh Pasal 4 ayat (2)
CRITICAL POINT / MODUS PENGHINDARAN PAJAK

▪ Withholding Tax Biaya/Belum Memotong PPh 21, 23, 4 ayat 2


• Biaya Gaji, entertaintment, hadiah
• Biaya Angkut, Bonus

▪ PPN atas Bonus dalam Bentuk Barang

▪ Pajak Masukan yang tidak terkait usaha


STUDI KASUS (1)
Koreksi Peredaran Usaha

▪ Critical Point / Modus Penghindaran Pajak Sumber data yang diperlukan antara lain:
yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak 1. Data PKPM dari SIDJP dan Portal DJP
adalah Wajib Pajak tidak melaporkan 2. Buku Kas, faktur, dan nota-nota pembelian
sebagian besar Peredaran Usahanya, 3. Rekening Wajib Pajak
dengan modus pelunasan atas penjualan
yang dilakukan sebagian besar masuk ke Dasar Hukum:
rekening atas nama istri Wajib Pajak. 1. Pasal 12 ayat (3) UU KUP
2. PMK No 15/PMK.03/2018
3. Pasal 4 ayat (1) UU PPh
STUDI KASUS (1)
Rincian Arus Kas Rekening

Atas jumlah arus kas masuk diperhitungkan terlebih


dahulu terhadap saldo accrual piutang usaha dan arus
kas masuk yang merupakan peredaran usaha dari PT
Windu Rama Lestari dan usaha tambak kedua anak
Wajib Pajak.
STUDI KASUS (1)
Perhitungan HPP secara Proporsi

▪ Hal ini juga berimbas kepada pos Harga Pokok Sumber data yang diperlukan antara lain:
Penjualan di mana nilai yang dilaporkan dalam 1. Data PKPM dari SIDJP dan Portal DJP
SPT Tahunan tidak sesuai (lebih kecil) dengan 2. Buku Kas, faktur, dan nota-nota pembelian
keadaan sebenarnya, karena menyesuaikan 3. Rekening Wajib Pajak
dengan nilai Peredaran Usaha.
Dasar Hukum:
1. Pasal 12 ayat (3) UU KUP
2. PMK No 15/PMK.03/2018
3. Pasal 6 UU PPh
STUDI KASUS (1)
Perhitungan HPP secara Proporsi
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI (1)

Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan yaitu:

1. Mengumpulkan dokumen pendukung dari Wajib Pajak, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan penelitian atas dokumen yang terkait Peredaran usaha yang dilaporkan Wajib
Pajak antara lain Buku kas, faktur dan nota pembelian.
2. Memeriksa Pelaporan SPT Wajib Pajak dengan Ketentuan Perpajakan;
3. Melakukan visit bersama dengan Pemeriksa.
4. Permintaan data rekening Wajib Pajak
STUDI KASUS (2)
Koreksi PPh Pasal 21
Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
Wajib Pajak belum melaporkan gaji/upah
pegawai tidak tetap/harian lepas sebagai objek
dalam SPT PPh Masa Pasal 21, meskipun tidak
terdapat PPh Pasal 21 yang terutang karena
jumlah yang dibayarkan kepada penerima
penghasilan masih berada di bawah PTKP

Sumber Data yang diperlukan antara lain:


1. SPT PPh Pasal 21
2. Data SIDJP dan Portal DJP

Dasar Hukum:
1. Pasal 21 UU PPh
2. Pasal 12 ayat (3) UU KUP
STUDI KASUS (2)
Koreksi PPh Pasal 21
Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
melaporkan Biaya Gaji, Upah, Bonus, Gratifikasi,
Honorarium, THR dsb yang tidak didukung oleh
bukti pendukung yang kompeten.

Untuk mengetahui Biaya Gaji, Upah, Bonus,


Gratifikasi, Honorarium, THR dsb , sumber data
yang diperlukan antara lain:
1. Dokumen Biaya Gaji, Upah, Bonus,
Gratifikasi, Honorarium, THR dsb
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI (2)

Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan yaitu:

1. Mengumpulkan dokumen pendukung dari Wajib Pajak, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan penelitian atas dokumen yang terkait Bukti Penerimaan Negara atas pembayaran
PPh Pasal 21 Wajib Pajak dengan MPN.
2. Memeriksa Pelaporan SPT Wajib Pajak dengan Ketentuan Perpajakan, hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan identifikasi atas rincian biaya dan memeriksa rincian biaya
tersebut sesuai ketetuan yang berlaku.
3. Melakukan visit bersama dengan Pemeriksa.
STUDI KASUS (3)
Koreksi atas Penyerahan yang PPN nya
Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang Harus dipungut sendiri
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
Dalam nilai Peredaran Usaha yang tidak/belum
dilaporkan oleh Wajib Pajak, terdapat
Penyerahan atas Obat Pertanian & Pendapatan
Sewa yang merupakan Penyerahan yang PPN-
nya Harus Dipungut Sendiri serta Penyerahan
BKP yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN
(Tambak Udang & Pakan Ternak) yang
tidak/belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN.

Sumber Data: Sumber Hukum:


1. Data Pelaporan dan Pembayaran pada SIDJP 1. UU PPN
2. Data PK-PM 2. PMK Nomor 17/PMK.03/2013
3. Bukti Faktur / Nota Penjualan 3. PMK Nomor 184/PMK.03/2015
4. Rekening Koran Bank
STUDI KASUS (3)
Koreksi atas Penyerahan yang PPN nya Harus dipungut sendiri

Usaha Wajib Pajak adalah Tambak Udang dan penjualan pakan ternak serta sebagian kecil penjualan
obat pertanian.
Bukti Penjualan obat pertanian yang terutang PPN pada masa Januari dan belum disetorkan dan
dilaporkan PPN terutangnya dalam SPT Masa PPN Januari 2017.
Jumlah peredaran/penghasilan usaha sebesar Rp 254.494.108.197 setelah dikurangi dengan bukti
penjualan obat pertanian sebesar Rp 439.039.000.000 dan pendapatan sewa serta penjualan lain-lain
sebesar Rp 98.206.050, maka peredaran/penghasilan usaha sebesar Rp 250.956.863.147 merupakan
penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN, oleh karena kegiatan usaha pokok Wajib Pajak
adalah Tambak Udang dan penjualan pakan ternak yang pengenaan pajaknya dibebaskan dari
pengenaan PPN
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI (3)

Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan yaitu:

1. Mengumpulkan dokumen pendukung dari Wajib Pajak, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan pengujian langsung/ tracing ke dokumen pendukung.
2. Melakukan equalisasi antara SPT Masa PPN dengan peredaran usaha yang dilaporkan
Wajib Pajak di SPT PPh Badan.
3. Melakukan visit bersama dengan Pemeriksa.
Terima
kasih

Anda mungkin juga menyukai