Juli 2022
Ihsan Priyawibawa
LAIN-LAIN
DISCLAIMER
Panduan Praktis ini disusun dalam rangka peningkatan kapasitas dan kompetensi pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal
Pajak dalam memahami proses bisnis, regulasi perpajakan terkait, critical point/modus penghindaran pajak, dan strategi
penggalian potensi pajak serta pengawasan terhadap Wajib Pajak.
Materi dalam panduan praktis ini bersumber dari berbagai literatur, narasumber, regulasi, serta sumber lainnya.
Informasi/bahan yang digunakan dalam modul ini hanya untuk kepentingan internal Direktorat Jenderal Pajak, digunakan
sebagai salah satu referensi/acuan dalam pelaksanaan penggalian potensi pajak dan pelaksanaan tugas lainnya.
2. ASPEK PERPAJAKAN
4. STUDI KASUS
www.pajak.go.id
PROSES BISNIS
b. Biaya Usaha PPh Pasal 25, PPh Pasal 21, PPh Pasal 4
ayat (2)
c. Penghasilan Lainnya PPh Pasal 25, PPh Pasal 21, PPh Pasal 4
ayat 2 dan PPN
2 Penghasilan dari Luar Usaha a. Bunga Tabungan, Deposito, Dividen PPh Pasal 4 ayat (2)
CRITICAL POINT / MODUS PENGHINDARAN PAJAK
▪ Critical Point / Modus Penghindaran Pajak Sumber data yang diperlukan antara lain:
yang mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak 1. Data PKPM dari SIDJP dan Portal DJP
adalah Wajib Pajak tidak melaporkan 2. Buku Kas, faktur, dan nota-nota pembelian
sebagian besar Peredaran Usahanya, 3. Rekening Wajib Pajak
dengan modus pelunasan atas penjualan
yang dilakukan sebagian besar masuk ke Dasar Hukum:
rekening atas nama istri Wajib Pajak. 1. Pasal 12 ayat (3) UU KUP
2. PMK No 15/PMK.03/2018
3. Pasal 4 ayat (1) UU PPh
STUDI KASUS (1)
Rincian Arus Kas Rekening
▪ Hal ini juga berimbas kepada pos Harga Pokok Sumber data yang diperlukan antara lain:
Penjualan di mana nilai yang dilaporkan dalam 1. Data PKPM dari SIDJP dan Portal DJP
SPT Tahunan tidak sesuai (lebih kecil) dengan 2. Buku Kas, faktur, dan nota-nota pembelian
keadaan sebenarnya, karena menyesuaikan 3. Rekening Wajib Pajak
dengan nilai Peredaran Usaha.
Dasar Hukum:
1. Pasal 12 ayat (3) UU KUP
2. PMK No 15/PMK.03/2018
3. Pasal 6 UU PPh
STUDI KASUS (1)
Perhitungan HPP secara Proporsi
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI (1)
Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan yaitu:
1. Mengumpulkan dokumen pendukung dari Wajib Pajak, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan penelitian atas dokumen yang terkait Peredaran usaha yang dilaporkan Wajib
Pajak antara lain Buku kas, faktur dan nota pembelian.
2. Memeriksa Pelaporan SPT Wajib Pajak dengan Ketentuan Perpajakan;
3. Melakukan visit bersama dengan Pemeriksa.
4. Permintaan data rekening Wajib Pajak
STUDI KASUS (2)
Koreksi PPh Pasal 21
Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
Wajib Pajak belum melaporkan gaji/upah
pegawai tidak tetap/harian lepas sebagai objek
dalam SPT PPh Masa Pasal 21, meskipun tidak
terdapat PPh Pasal 21 yang terutang karena
jumlah yang dibayarkan kepada penerima
penghasilan masih berada di bawah PTKP
Dasar Hukum:
1. Pasal 21 UU PPh
2. Pasal 12 ayat (3) UU KUP
STUDI KASUS (2)
Koreksi PPh Pasal 21
Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
melaporkan Biaya Gaji, Upah, Bonus, Gratifikasi,
Honorarium, THR dsb yang tidak didukung oleh
bukti pendukung yang kompeten.
Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan yaitu:
1. Mengumpulkan dokumen pendukung dari Wajib Pajak, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan penelitian atas dokumen yang terkait Bukti Penerimaan Negara atas pembayaran
PPh Pasal 21 Wajib Pajak dengan MPN.
2. Memeriksa Pelaporan SPT Wajib Pajak dengan Ketentuan Perpajakan, hal ini dapat
dilakukan dengan melakukan identifikasi atas rincian biaya dan memeriksa rincian biaya
tersebut sesuai ketetuan yang berlaku.
3. Melakukan visit bersama dengan Pemeriksa.
STUDI KASUS (3)
Koreksi atas Penyerahan yang PPN nya
Critical Point / Modus Penghindaran Pajak yang Harus dipungut sendiri
mungkin dilakukan oleh Wajib Pajak adalah
Dalam nilai Peredaran Usaha yang tidak/belum
dilaporkan oleh Wajib Pajak, terdapat
Penyerahan atas Obat Pertanian & Pendapatan
Sewa yang merupakan Penyerahan yang PPN-
nya Harus Dipungut Sendiri serta Penyerahan
BKP yang Dibebaskan dari Pengenaan PPN
(Tambak Udang & Pakan Ternak) yang
tidak/belum dilaporkan dalam SPT Masa PPN.
Usaha Wajib Pajak adalah Tambak Udang dan penjualan pakan ternak serta sebagian kecil penjualan
obat pertanian.
Bukti Penjualan obat pertanian yang terutang PPN pada masa Januari dan belum disetorkan dan
dilaporkan PPN terutangnya dalam SPT Masa PPN Januari 2017.
Jumlah peredaran/penghasilan usaha sebesar Rp 254.494.108.197 setelah dikurangi dengan bukti
penjualan obat pertanian sebesar Rp 439.039.000.000 dan pendapatan sewa serta penjualan lain-lain
sebesar Rp 98.206.050, maka peredaran/penghasilan usaha sebesar Rp 250.956.863.147 merupakan
penyerahan yang dibebaskan dari pengenaan PPN, oleh karena kegiatan usaha pokok Wajib Pajak
adalah Tambak Udang dan penjualan pakan ternak yang pengenaan pajaknya dibebaskan dari
pengenaan PPN
METODE / TEKNIK PENGGALIAN POTENSI (3)
Teknik dan langkah penggalian potensi serta pengawasan yang dapat digunakan yaitu:
1. Mengumpulkan dokumen pendukung dari Wajib Pajak, hal ini dapat dilakukan dengan
melakukan pengujian langsung/ tracing ke dokumen pendukung.
2. Melakukan equalisasi antara SPT Masa PPN dengan peredaran usaha yang dilaporkan
Wajib Pajak di SPT PPh Badan.
3. Melakukan visit bersama dengan Pemeriksa.
Terima
kasih