Anda di halaman 1dari 133

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Disusun Oleh: Tim Dosen Brevet Pajak Batam

http://www.free-powerpoint-templates-design.com
APA ISI SLIDE INI?
A. DASAR-DASAR PPN DAN PPN BM
B. PENGUKUHAN PKP
C. OBJEK PPN
D. TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK
E. FAKTUR PAJAK
F. PENGHITUNGAN PPN
G. PPn BM
H. PEMUNGUTAN PPN
I. FASILITAS PPN
J. RESTITUSI PPN
K. SPT MASA PPN
DASAR-DASAR
PPN & PPnBM
APA ITU PPN?
Pajak pertambahan nilai (PPN) atau Value Added Tax merupakan pajak atas konsumsi yang
mekanisme pengenaannya secara tidak langsung. PPN pada prinsipnya bukan memajaki
penjualan namun memajaki nilai tambah (value added).

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas konsumsi barang atau jasa. Pajak konsumsi
merupakan jenis pajak yang tujuannya adalah membebani penghasilan seseorang pada waktu
penghasilan tersebut dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi. Perbedaan pajak atas
konsumsi dengan dengan pajak penghasilan adalah pajak penghasilan membebani penghasilan
ketika penghasilan tersebut diperoleh, sedangkan pajak atas konsumsi membebani penghasilan
ketika penghasilan tersebut dibelanjakan
• DASAR HUKUM UU PPN
Hingga saat ini UU PPN telah mengalami perubahan ketiga
dengan Undang Undang No.42 Tahun 2009 disebut juga UU PPN 1984

1983 2000
Undang Undang Undang Undang
No.8 Tahun 1983 No.18 Tahun 2000

1994 2009
Undang Undang
Undang Undang
No.42 Tahun 2009
No.11 Tahun 1994
LEGAL CHARACTER PPN (1)
Pajak Pertambahan Nilai sebagai Pajak Tidak Langsung dan Pajak Objektif
Artinya antara pemikul beban pajak dengan penanggung jawab atas penyetoran pajak ke kas
negara berada pada pihak-pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak ini berada pada pembeli BKP
(BKP) atau penerima JKP (JKP). Sedangkan penanggung jawab atas pelaporan/penyetoran pajak
ke kas negara adalah PKP (PKP) yang bertindak selaku penjual BKP/JKP

Multi Stage Levy namun Non Kumulatif


PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi. Setiap penyerahan
barang yang menjadi obyek PPN mulai dari tingkat pabrikan (manufacturer) kemudian ditingkat
pedagang besar (wholesaler) dalam berbagai bentuk atau nama sampai dengan tingkat pedagang
pengecer (retailer) dikenakan PPN
LEGAL CHARACTER PPN (2)
Penghitungan PPN terutang untuk dibayar ke kas negara menggunakan indirect subtraction
method
Indirect Subtraction Method adalah metode penghitungan PPN yang akan disetor ke kas negara
dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa

Pajak atas Konsumsi Umum Dalam Negeri


dalam mekanisme PPN sejatinya pemikul beban pajak adalah konsumen. Sebagai pajak atas
konsumsi umum dalam negeri, PPN hanya dikenakan atas konsumsi BKP dan/atau JKP yang
dilakukan di dalam negeri
LEGAL CHARACTER PPN (3)
Tarif tunggal (single rate)
Atas penyerahan BKP/JKP dikenakan PPN dengan tarif tunggal 10%. Pengecualian untuk ekspor
dikenakan PPN dengan tarif 0% dengan maksud untuk menjaga netralitas PPN agar PPN tetap
menjaga daya saing komoditi ekspor di luar negeri (negara tujuan)

Tipe konsumsi (Consumption Type VAT)


Dalam mekanisme PPN di Indonesia semua pembelian yang berkaitan secara langsung dengan
kegiatan usaha dikurangkan dari penghitungan nilai tambah. Pengertian berkaitan langsung
dengan kegiatan usaha adalah berkaitan dengan produksi, distribusi, manajemen atau pemasaran
MEKANISME PPN FAKTUR FAKTUR FAKTUR
PAJAK PAJAK PAJAK

PK PM PK PM PK

A B C D
PABRIKAN DISTRIBUTOR SUB KONSUMEN
/PRODUSEN /AGEN DISTRIBUTOR
Harga: 10.000.000,- Harga: 14.000.000,- Harga: 19.000.000,-
PPN 10% 1.000.000,- PPN 10% 1.400.000,- PPN 10% 1.900.000,-
Jumlah 11.000.000,- Jumlah 15.400.000,- Jumlah 20.900.000,-

A harus setor ke kas negara: B harus setor ke kas negara: C harus setor ke kas negara:
Pajak Keluaran (PK): 1.000.000,- Pajak Keluaran (PK): 1.400.000,- Pajak Keluaran (PK): 1.900.000,-
Pajak Masukan (PM): 0,- Pajak Masukan (PM): 1.000.000,- Pajak Masukan (PM): 1.400.000,-
Kurang Bayar: 1.000.000,- Kurang Bayar: 400.000,- Kurang Bayar: 500.000,-
MEKANISME PPN
Dalam mekanisme PPN, PKP penjual hanya menyetor PPN ke kas negara atas selisih pajak
keluaran dan pajak masukan saja (PPN=PK–PM), artinya hanya dikenakan pajak atas nilai
tambahnya (value added)

Dalam ilustrasi diatas jumlah PPN yang disetor ke kas negara Rp1.900.000
(Rp1.000.000+Rp400.000+Rp500.000) akan sama dengan PPN yang dibayar oleh konsumen
akhir. PPN pada dasarnya dikenakan kepada konsumen akhir. Produsen, distributor dan sub
distributor tidak memikul beban pajak, mereka hanya merupakan kepanjangan tangan pemerintah
saja dalam melakukan pemungutan PPN. Jadi dapat dikatakan bahwa pemikul beban PPN adalah
konsumen akhir
PENGUKUHAN
PKP
PKP, PENGUSAHA, PENGUSAHA KECIL
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.

Pengusaha adalah baik orang pribadi maupun badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah
Pabean

Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp4.800.000.000,00
KEWAJIBAN PKP
a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. memungut pajak yang terutang;
c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran
lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan
d. melaporkan penghitungan pajak.
TEMPAT PENGUKUHAN PKP
Wajib Pajak sebagai PKP melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan

Apabila PKP mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan usaha di luar tempat tinggal atau tempat
kedudukannya, setiap tempat tersebut merupakan tempat terutangnya pajak dan PKP dimaksud
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
TEMPAT PENGUKUHAN PKP
ORANG PRIBADI
PKP orang pribadi terutang pajak di tempat tinggal dan/atau tempat kegiatan usaha

Contoh: Alex yang bertempat tinggal di Jakarta mempunyai usaha di Semarang. Apabila di tempat
tinggal Alex tidak ada penyerahan BKP dan/atau JKP, Alex hanya wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP di Kantor Pelayanan Pajak Semarang sebab tempat terutangnya
pajak bagi Alex adalah di Semarang.
Sebaliknya, apabila penyerahan BKP dan/atau JKP dilakukan oleh Alex hanya di Jakarta saja, Alex
hanya wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak Jakarta.
Jika baik di Jakarta maupun di Semarang terdapat penyerahan BKP/JKP maka Alex wajib
mendaftarkan diri ke KPP Jakarta dan KPP Semarang
TEMPAT PENGUKUHAN PKP
BADAN
PKP Badan terutang pajak di masing-masing tempat kegiatan usaha

Contoh: PT. Sayonara mempunyai usaha di Semarang, Bandung dan Jakarta dimana masing-
masing tempat terdapat penyerahan BKP/JKP. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan wajib
mendaftarkan diri ke KPP Semarang, KPP Bandung, dan KPP Jakarta.
OBJEK PPN
BARANG KENA PAJAK
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang Undang PPN.
Ruang lingkup Barang menurut Undang Undang PPN meliputi barang berwujud, yang menurut
sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak
berwujud. Undang Undang PPN pada prinsipnya menganut prinsip negatif list, artinya semua
barang pada prinsipnya merupakan BKP (dikenakan PPN) kecuali yang ditentukan lain oleh
Undang Undang. Misal kendaraan, perhiasan,
BERGERAK
barang elektronik

BERWUJUD

BARANG TIDAK Misal tanah, rumah, kapal


BERGERAK dengan ukuran tonase
TIDAK tertentu
BERWUJUD
Misal hak paten, hak cipta,
royalty, goodwill
NON BKP
a. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari sumbernya.
b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak
c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan
sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat maupun tidak,
termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering.
Ketentuan ini dimaksudkan untuk menghindari pengenaan pajak berganda karena sudah
merupakan objek pengenaan Pajak Daerah
d. Uang, emas batangan, dan surat berharga
BARANG HASIL PERTAMBANGAN
ATAU HASIL PENGEBORAN
a. minyak mentah (crude oil);
b. gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh
masyarakat;
c. panas bumi;
d. asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit,
dolomit, felspar (feldspar), garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin, leusit,
magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat
(phospat), talk, tanah serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum), tras, yarosif,
zeolit, basal, dan trakkit
e. batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
f. bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit.
BARANG KEBUTUHAN POKOK
a. beras;
b. gabah;
c. jagung;
d. sagu;
e. kedelai;
f. garam, baik yang beryodium maupun yang tidak beryodium;
g. daging, yaitu daging segar yang tanpa diolah, tetapi telah melalui proses disembelih, dikuliti,
dipotong, didinginkan, dibekukan, dikemas atau tidak dikemas, digarami, dikapur, diasamkan,
diawetkan dengan cara lain, dan/atau direbus;
h. telur, yaitu telur yang tidak diolah, termasuk telur yang dibersihkan, diasinkan, atau dikemas;
i. susu, yaitu susu perah baik yang telah melalui proses didinginkan maupun dipanaskan, tidak
mengandung tambahan gula atau bahan lainnya, dan/atau dikemas atau tidak dikemas;
j. buah-buahan, yaitu buah-buahan segar yang dipetik, baik yang telah melalui proses dicuci,
disortasi, dikupas, dipotong, diiris, di-grading, dan/atau dikemas atau tidak dikemas; dan
k. sayur-sayuran, yaitu sayuran segar yang dipetik, dicuci, ditiriskan, dan/atau disimpan pada
suhu rendah, termasuk sayuran segar yang dicacah.
JASA KENA PAJAK (JKP)
JKP adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang Undang PPN.
Ruang lingkup Jasa menurut Undang Undang PPN adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan
suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan
atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena
pesanan atau permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan.
Undang Undang PPN pada prinsipnya menganut prinsip negatif list, artinya semua jasa pada
prinsipnya merupakan JKP (dikenakan PPN) kecuali yang ditentukan lain oleh Undang Undang
NON JKP
a. Jasa pelayanan kesehatan medis k. Jasa tenaga kerja
b. Jasa pelayanan sosial l. Jasa perhotelan
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah
d. Jasa keuangan dalam rangka menjalankan pemerintahan
e. Jasa asuransi secara umum
f. Jasa keagamaan n. Jasa penyediaan tempat parkir
g. Jasa pendidikan o. Jasa telepon umum dengan
h. Jasa kesenian dan hiburan menggunakan uang logam
i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos.
j. Jasa angkutan umum di darat dan di air q. Jasa boga atau katering
serta jasa angkutan udara dalam negeri
JASA PELAYANAN KESEHATAN MEDIS
a. jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;
b. jasa dokter hewan;
c. jasa ahli kesehatan seperti ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;
d. jasa kebidanan dan dukun bayi;
e. jasa paramedis dan perawat;
f. jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium;
g. jasa psikolog dan psikiater; dan
h. jasa pengobatan alternatif, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.
JASA PELAYANAN SOSIAL
a. jasa pelayanan panti asuhan dan panti jompo;
b. jasa pemadam kebakaran;
c. jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;
d. jasa lembaga rehabilitasi;
e. jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan
f. jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial
JASA KEUANGAN
a. jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, sertifikat deposito, tabungan,
dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
b. jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain dengan menggunakan
surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau sarana lainnya;
c. jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa: sewa guna usaha dengan hak
opsi; anjak piutang; usaha kartu kredit; dan/atau pembiayaan konsumen;
d. jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
e. jasa penjaminan.
JASA KEAGAMAAN

a. jasa pelayanan rumah ibadah;


b. jasa pemberian khotbah atau dakwah;
c. jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan
d. jasa lainnya di bidang keagamaan
JASA PENDIDIKAN
a. jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah, seperti jasa penyelenggaraan pendidikan umum,
pendidikan kejuruan, pendidikan luar biasa, pendidikan kedinasan, pendidikan keagamaan, pendidikan
akademik, dan pendidikan profesional; dan
b. jasa penyelenggaraan pendidikan luar sekolah.
JASA TENAGA KERJA
a. jasa tenaga kerja;
b. jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja tidak bertanggung jawab
atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
c. jasa penyelenggaraan pelatihan bagi tenaga kerja
JASA PERHOTELAN
a. jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel,
serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap; dan
b. jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah penginapan, motel,
losmen, dan hostel
TERMASUK PENYERAHAN BKP
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian, meliputi jual beli, tukar-menukar, jual beli
dengan angsuran, atau perjanjian lain yang mengakibatkan penyerahan hak atas barang
b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/atau perjanjian sewa guna usaha
(leasing).
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
d. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP
e. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan BKP antar
cabang
g. Penyerahan BKP secara konsinyasi
h. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan berdasarkan
prinsip syariah
TIDAK TERMASUK PENYERAHAN BKP
a. Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam Kitab Undang-Undang
Hukum Dagang
b. Penyerahan BKP untuk jaminan utang-piutang
c. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya atau antar cabang dalam hal PKP
melakukan pemusatan tempat pajak terutang
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang menerima
pengalihan adalah PKP
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa
pada saat pembubaran perusahaan, dan yang Pajak Masukan atas perolehannya tidak dapat
dikreditkan karena tidak terkait dengan usaha atau perolehan kendaraan bermotor jenis sedan
dan station wagon
OBJEK PPN PASAL 4 UU PPN
a. penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
b. impor BKP;
c. penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha;
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
e. pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean;
f. ekspor BKP Berwujud oleh PKP;
g. ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP; dan
h. ekspor JKP oleh PKP.
OBJEK PPN PASAL 16C UU PPN
PPN dikenakan atas Kegiatan Membangun Sendiri (KMS) yang dilakukan tidak dalam kegiatan
usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang hasilnya digunakan sendiri atau
digunakan pihak lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan Keputusan Menkeu, sbb:
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau
baja;
b. diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. luas keseluruhan paling sedikit 200m2

PPN KMS = Tarif x Dasar Pengenaan Pajak.


= 10% x (20% x Dasar Pengenaan Pajak)
= 2% x Seluruh biaya yang dikeluarkan, tidak termasuk harga perolehan tanah
CONTOH KASUS PPN KMS
Pada Desember 2017 Bapak Zhafran memulai membangun sebuah rumah untuk tempat tinggal
pribadinya dengan luas 200 m2, biaya yang dikeluarkan sbb :
pembelian tanah sebesar Rp200.000.000,
pembelian bahan bangunan Rp180.000.000
biaya upah mandor dan pekerja bangunan Rp70.000.000

Jawab:
PPN atas KMS yang terhutang adalah:
= 2% X (Rp180.000.000,- + Rp70.000.000,-) (tidak termasuk harga tanah Rp.200.000.000,-)
= 2% X Rp250.000.000,-
= Rp 5.000.000,-
OBJEK PPN PASAL 16D UU PPN
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan karena :
a. perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
b. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon
CONTOH KASUS PPN PASAL 16D
PT.Aisha Jaya (industri tekstil) dikukuhkan sebagai PKP sejak tahun 2000. Pada Desember 2017
perusahaan menjual aktiva berupa mesin yang selama ini digunakan untuk memproduksi tekstil
dengan harga jual Rp100.000.000,-

Jawab:
PPN pasal 16D atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang terhutang adalah:
= 10% X Rp100.000.000,-
= Rp10.000.000,-
TARIF DAN DPP
TARIF PPN
Tarif umum PPN adalah 10%. Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau
peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, Pemerintah diberi wewenang mengubah tarif
PPN menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.

Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas:


a. ekspor BKP Berwujud;
b. ekspor BKP Tidak Berwujud; dan
c. ekspor JKP.
TARIF PPn BM
Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah ditetapkan paling rendah 10% dan paling tinggi 200%.

Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan BKP yang tergolong mewah
yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
DASAR PENGENAAN PAJAK
Harga jual
Harga jual dipakai untuk menentukan dasar pengenaan pajak atas penyerahan BKP. Harga Jual
adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-undang ini
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
Penggantian
Penggantian dipakai untuk menentukan dasar pengenaan pajak atas transaksi JKP dan BKP tidak
berwujud. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK
Nilai impor
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPn BM yang dipungut menurut
Undang- Undang PPN
Nilai ekspor
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir. Yaitu, nilai yg tercantum dalam dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB) yang telah difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Nilai Lain
nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk transaksi tertentu
NILAI IMPOR
Nilai Impor = CIF + BM + BMT
PPN impor = 10% x Nilai Impor

Keterangan
C = Cost / Harga Barang
I = Insurance (Asuransi Pengiriman)
F = Freight (Ongkos Angkut)
BM = Bea Masuk
BMT = Bea Masuk Tambahan
CONTOH KASUS
PT KIA Motors mengimpor barang dari Korea, mengimpor unit 50 mobil dengan harga faktur $10.000 per
unit. Biaya asuransi dan biaya angkut masing-masing $3.000 dan $7.000. Bea masuk yang dibayar oleh PT
KIA Motors sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp.9.000. Berapa PPN terutang?
Jawab:
CIF = Cost + Insurance + Freight = (50 x $10.000) + $3.000 + $7.000 = $510.000
Bea Masuk = 5% x CIF = 5% X $510.000 = $25.500
Bea Masuk Tambahan = 20% x CIF = 20% X $510.000 = $102.000
Nilai Impor = $637.500
Nilai Impor dalam rupiah = $637.500 x kurs Rp.9.000,- = Rp5.737.500.000,-
PPN Impor = 10% x Nilai Impor = 10% x = Rp5.737.500.000,- = Rp573.750.000,-
NILAI LAIN
a. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;
c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata- rata;
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran. PPN
menggunakan tarif efektif mulai 1 januari 2017 yaitu = 9,1% dikalikan harga jual eceran, yaitu
harga yang tercantum pada pita cukai. (harga bandrol).
f. untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau antar cabang adalah harga pokok penjualan
atau harga perolehan;
NILAI LAIN
h. untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara
pedagang perantara dengan pembeli;
i. untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang
j. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau jumlah
yang seharusnya ditagih;
k. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah
tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;
l. untuk penyerahan Emas Perhiasan dan/atau jasa yang terkait dengan Emas Perhiasan oleh
Pengusaha Emas Perhiasan adalah 20% dari harga jual Emas Perhiasan atau nilai
penggantian;
m. untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang didalam tagihan jasa
pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10% dari
jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih
FAKTUR PAJAK
FAKTUR PAJAK
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP
atau penyerahan JKP.
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:
a. Penyerahan BKP, ekspor BKP berwujud dan penyerahan aktiva tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan
b. Penyerahan JKP
c. Ekspor BKP tidak berwujud
d. Ekspor JKP
BENTUK FAKTUR PAJAK
Elektronik.
Faktur Pajak berbentuk elektronik adalah Faktur Pajak yang dibuat secara elektronik sesuai
Peraturan Direktur Jenderal Pajak mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak yang berbentuk
elektronik, untuk setiap penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP.

Kertas (hardcopy).
Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) adalah Faktur Pajak yang dibuat tidak secara elektronik
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak untuk setiap penyerahan dan/atau ekspor BKP
dan/atau penyerahan dan/atau ekspor JKP
JENIS FAKTUR PAJAK
a. Faktur Pajak
b. Faktur Pajak Gabungan
c. Dokumen tertentu dipersamakan dengan faktur pajak
d. Faktur pajak PKP eceran
DOKUMEN YANG DIPERSAMAKAN
DENGAN FAKTUR PAJAK
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah disahkan oleh pejabat Ditjen Bea dan
Cukai dan dilampiri invoice atas ekspor barang
b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG
untuk penyaluran tepung terigu;
c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk
penyerahan BBM dan/atau non BBM;
d. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;
e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan
untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
g. Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;
DOKUMEN YANG DIPERSAMAKAN
DENGAN FAKTUR PAJAK
h. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri invoice untuk ekspor JKP/BKP
Tidak Terwujud
i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran
Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), untuk impor BKP;
j. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP
dari luar Daerah Pabean;
k. Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Perusahaan Air Minum:
l. Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek;dan
m. Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan
FAKTUR PAJAK PKP ECERAN
a. bon kontan,
b. faktur penjualan,
c. segi cash register,
d. karcis,
e. kuitansi, atau
f. tanda bukti penyerahan

PKP Eceran (PKP PE) adalah PKP yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan
penyerahan BKP secara eceran kepada konsumen akhir
INFORMASI DALAM FAKTUR PAJAK

a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP atau JKP;
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
KODE & NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu :
a. 2 (dua) digit Kode Transaksi;
b. 1 (satu) digit Kode Status; dan
c. 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
0 0 0 . 0 0 0 - 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0 0

Kode transaksi Nomor seri Faktur Pajak


Kode status
KODE FAKTUR PAJAK
01 untuk penyerahan kepada selain Pemungut PPN
02 untuk penyerahan kepada Pemungut PPN Bendahara Pemerintah
03 untuk penyerahan kepada Pemungut PPN selain Bendahara Pemerintah
04 untuk penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain
05 Kode ini tidak digunakan.
06 untuk penyerahan kepada orang pribadi pemegang paspor luar negeri (turis asing)
07 untuk penyerahan yang mendapat fasilitas PPN Tidak Dipungut atau Ditanggung Pemerintah (DTP).
08 untuk penyerahan yang mendapat fasilitas Dibebaskan dari pengenaan PPN.
09 untuk penyerahan Aktiva Pasal 16D
FAKTUR PAJAK PENGGANTI
Atas Faktur Pajak yang rusak, salah dalam pengisian, atau salah dalam penulisan, sehingga tidak memuat
keterangan yang lengkap, jelas, dan benar, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak tersebut dapat menerbitkan
Faktur Pajak pengganti.

Pada Faktur Pajak Pengganti tersebut, dibubuhkan cap yang mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur
Pajak serta tanggal Faktur Pajak yang diganti. PKP dapat membuat cap tersebut seperti contoh berikut. Kode
dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak yang diganti dapat diisi dengan cara manual.

Faktur Pajak yang diganti :


Kode dan Nomor Seri : .............................
Tanggal : .............................
FAKTUR PAJAK BATAL

Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang Faktur Pajak-nya
telah diterbitkan, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak harus melakukan pembatalan Faktur Pajak
TATA CARA PEMBATALAN FAKTUR
PAJAK
a. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang Faktur Pajak-nya
telah diterbitkan, maka Faktur Pajak tersebut harus dibatalkan.
b. Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi
pembatalan transaksi. Bukti dapat berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang menunjukkan telah
terjadi pembatalan transaksi.
c. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh PKP Penjual yang menerbitkan
Faktur Pajak tersebut.
d. PKP Penjual yang membatalkan Faktur Pajak harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari
Faktur Pajak yang dibatalkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP Penjual dikukuhkan dan ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat PKP Pembeli dikukuhkan.
TATA CARA PEMBATALAN FAKTUR
PAJAK
e. Dalam hal PKP Penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan di dalam SPT Masa PPN, maka
PKP penjual harus tetap melaporkan Faktur Pajak tersebut. Dalam SPT Masa PPN dengan
mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.
f. Dalam hal PKP Penjual telah melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur
Pajak Keluaran, maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak yang
bersangkutan, dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan
nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.
g. Dalam hal PKP Pembeli telah melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur
Pajak Masukan, maka PKP Pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak yang
bersangkutan, dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan
nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM
SANKSI TERKAIT FAKTUR PAJAK
a. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Tidak Lengkap dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14
ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebesar 2% x Dasar Pengenaan
Pajak
b. Sesuai pasal 39 A Undang Undang KUP Setiap orang yang dengan sengaja menerbitkan faktur pajak
tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak paling
banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak.
NOTA RETUR
Dalam hal BKP yang diserahkan ternyata dikembalikan (retur) oleh Pembeli, PPN dari BKP yang
dikembalikan tersebut dapat mengurangi PPN yang terutang oleh PKP Penjual dan mengurangi:
a. Pajak Masukan dari PKP Pembeli, dalam hal PM atas BKP yang dikembalikan telah dikreditkan;
b. biaya atau harta bagi PKP Pembeli, dalam hal pajak atas BKP yang dikembalikan tersebut tidak
dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan harta tersebut; atau
c. biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan PKP dalam hal Pajak PPN atas BKP yang dikembalikan
tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan
harta tersebut.
NOTA PEMBATALAN
Dalam hal JKP yang diserahkan ternyata dibatalkan, baik sebagian maupun seluruhnya oleh Penerima Jasa,
PPN dari JKP yang dibatalkan tersebut mengurangi PK yang terutang oleh PKP Pemberi JKP dan
mengurangi:
a. PM dari PKP Penerima Jasa, dalam hal PM atas JKP yang dibatalkan telah dikreditkan;
b. biaya atau harta bagi PKP Penerima Jasa, dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut tidak
dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan harta tersebut; atau
c. biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan PKP dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut
telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta
tersebut.
PENGHITUNGAN
PPN
PENGHITUNGAN PPN

PPN = PK – PM

PK = Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud dan/atau
ekspor JKP

PM = Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan
BKP dan/atau perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
a. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak
yang sama.
b. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada
Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama tiga bulan
setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai
biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
c. Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang
pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.
d. Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi
persyaratan formal dan material.
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
TIDAK DIPERKENANKAN BAGI (1):
a. perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
b. perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali
merupakan barang dagangan atau disewakan.
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
e. perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memuat informasi minimal yang harus
dicantumkan atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima
JKP
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
TIDAK DIPERKENANKAN BAGI (2):
f. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi persyaratan informasi minimal yang harus dicantumkan
g. perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
f. perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN,
yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
g. perolehan BKP selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum PKP berproduksi
h. Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang yang tidak terutang PPN atau
mendapat fasilitas PPN dibebaskan
DEEM PAJAK MASUKAN PKP
PEREDARAN USAHA TERTENTU
PKP dapat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan apabila memenuhi
syarat :
a. mempunyai peredaran usaha dalam dua tahun buku sebelumnya tidak melebihi Rp
1.800.000.000,00 untuk setiap satu tahun buku;
b. yang baru dikukuhkan sebagai PKP (masih dibawah 2 tahun)

Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan, yaitu sebesar :
c. 60% dari Pajak Keluaran untuk penyerahan JKP, sehingga PPN yang disetor ke negara
sebesar 4% x Dasar Pengenaan Pajak
d. 70% dari Pajak Keluaran untuk penyerahan BKP, sehingga PPN yang disetor ke negara
sebesar 3% x Dasar Pengenaan Pajak
PMK-74/PMK.03/2010
CONTOH KASUS
PT.Faranissa Collection merupakan PKP dengan peredaran usaha tertentu yang memenuhi syarat
untuk menggunakan deem pajak masukan, membeli BKP dari supplier seharga Rp300 juta dan
dipungut PPN sebesar Rp30 juta (10% x Rp300.000.000). Pada masa pajak yang sama
PT.Faranissa Collection melakukan penyerahan BKP senilai Rp500 juta dan memungut PPN dari
pembeli sebesar Rp50 juta (10% x Rp500.000.000) sebagai Pajak Keluaran.

PT.Faranissa Collection menghitung PPN terutang sbb:


PPN = 3% x Dasar Pengenaan Pajak
= 3% x Rp.500.000.000
= Rp.15.000.000
DEEM PAJAK MASUKAN PKP
KEGIATAN USAHA TERTENTU
Kegiatan tertentu yang dimaksud dalam ketentuan ini dan besarnya Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan yang dihitung menggunakan Deemed Pajak Masukan yaitu:
a. PKP yang melakukan penyerahan kendaraan bermotor bekas secara eceran, besarnya Pajak
Masukan yaitu 90% dari Pajak Keluaran, sehingga PPN yang disetor ke negara sebesar 1% x
Dasar Pengenaan Pajak
b. PKP yang melakukan penyerahan emas perhiasan secara eceran, besarnya Pajak Masukan
yaitu 80% dari Pajak Keluaran. sehingga PPN yang disetor ke negara sebesar 2% x Dasar
Pengenaan Pajak

PMK-79/PMK.03/2010
PMK-30/PMK.03/2014
CONTOH KASUS
Toko Aisha Jewelry (PKP) adalah sebuah toko perhiasan memiliki omset selama bulan Juni 2018
Rp250.000.000. Sedangkan pembelian atas barang dagangan berupa emas perhiasan pada masa
yang sama adalah sebesar Rp300.000.000. Berapa PPN terutang?

Toko Aisha Jewelry menghitung PPN terutang sbb:


PPN toko emas = 2% x Dasar Pengenaan Pajak
= 2% x Rp.250.000.000
= Rp.5.000.000
CONTOH KASUS
Toko Zhafran Mobil (PKP) adalah sebuah toko mobil bekas memiliki omset selama bulan Juni 2018
Rp250.000.000. Sedangkan pembelian atas barang dagangan mobil bekas pada masa yang sama
adalah sebesar Rp300.000.000. Berapa PPN terutang?

Toko Zhafran Mobil menghitung PPN terutang sbb:


PPN mobil bekas = 1% x Dasar Pengenaan Pajak
= 1% x Rp.250.000.000
= Rp.2.500.000
PPn BM
APA ITU PPn BM
Pajak penjualan barang mewah (PPn BM) adalah pajak yang dikenakan terhadap impor dan
penyerahan barang-barang tertentu yang masuk dalam ketegori barang mewah.

Berupa:
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
KARAKTERISTIK PPn BM?
a. PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN
b. PPn BM hanya dikenakan satu kali yaitu saat impor atau saat penyerahan di dalam negeri
(dalam daerah pabean) BKP yang tergolong mewah oleh pabrikan yang menghasilkannya.
c. PPn BM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPn BM. Namun, PKP yang mengekspor
BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali PPn BM yang telah dibayar pada waktu
perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor tersebut.
KATEGORI BARANG MEWAH
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
TARIF PPn BM
Berdasarkan pasal 8 Undang Undang No.42 Tahun 2009 tarif PPn BM ditetapkan paling rendah
10% dan paling tinggi 200%. Sedangkan untuk Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai pajak
dengan tarif 0%

Yang dikelompokkan menjadi:


a. BKP yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor
b. BKP yang tergolong mewah selain kendaraan bermotor.
PPn BM KENDARAAN BERMOTOR
TARIF 10%
a. kendaraan bemotor untuk pengangkutan 10 orang sampai dengan 15 orang termasuk
pengemudi, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel) untuk
semua kapasitas silinder; dan
b. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain
sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi
diesel) dengan sistem 1 gardan penggerak 4x2, dengan kapasitas isi silinder sampai dengan
1.500 cc.

PP Nomor 41 Tahun 2013 jo PP Nomor 22 Tahun 2014


PPn BM KENDARAAN BERMOTOR
TARIF 20%
a. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi selain
sedan atau station wagon, dengan motor bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi
diesel), dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2), dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500
cc sampai dengan 2.500 cc; dan
b. kendaraan bermotor dengan kabin ganda (double cabin) dalam bentuk kendaraan bak terbuka
atau bak tertutup, dengan penumpang lebih dari 3 orang termasuk pengemudi, dengan motor
bakar cetus api atau nyala kompresi (diesel atau semi diesel), dengan sistem 1 gardan
penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4), untuk semua kapasitas isi
silinder, dengan massa total tidak lebih dari 5 (lima) ton

PP Nomor 41 Tahun 2013 jo PP Nomor 22 Tahun 2014


PPn BM KENDARAAN BERMOTOR
TARIF 30%
a. kendaraan bermotor sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder sampai 1.500 cc; dan
b. kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api atau nyala
kompresi (diesel atau semi diesel) dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4), dengan kapasitas
isi silinder sampai 1.500 cc.

PP Nomor 41 Tahun 2013 jo PP Nomor 22 Tahun 2014


PPn BM KENDARAAN BERMOTOR
TARIF 40%
a. kendaraan bermotor selain sedan atau station wagon dengan motor bakar cetus api, dengan
sistem 1 gardan penggerak (4x2) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2.500 cc sampai
dengan 3.000 cc;
b. kendaraan bermotor dengan motor bakar cetus api, berupa: Sedan atau station wagon; dan
selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4), dengan kapasitas
isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 3.000 cc; fan
c. kendaraan bermotor dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel), berupa:
sedan atau station wagon; dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 2 gardan
penggerak (4x4) dengan kapasitas isi silinder lebih dari 1.500 cc sampai dengan 2.500 cc.

PP Nomor 41 Tahun 2013 jo PP Nomor 22 Tahun 2014


PPn BM KENDARAAN BERMOTOR
TARIF 50%
Kelompok BKP yang tergolong mewah berupa kendaraan bermotor yang dikenai Pajak Penjualan
atas Barang Mewah dengan tarif sebesar 50% adalah semua jenis kendaraan khusus yang dibuat
untuk golf.

PP Nomor 41 Tahun 2013 jo PP Nomor 22 Tahun 2014


PPn BM KENDARAAN BERMOTOR
TARIF 60%
a. kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder lebih dari 250 cc sampai dengan
500 cc; dan
b. kendaraan khusus yang dibuat untuk perjalanan di atas salju, di pantai, di gunung, dan
kendaraan semacam itu.

PP Nomor 41 Tahun 2013 jo PP Nomor 22 Tahun 2014


PPn BM KENDARAAN BERMOTOR
TARIF 125%
a. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi, dengan
motor bakar cetus api, berupa: sedan atau station wagon; dan selain sedan atau station wagon
dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2) atau dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4),
dengan kapasitas isi silinder lebih dari 3.000 cc;
b. kendaraan bermotor untuk pengangkutan kurang dari 10 orang termasuk pengemudi,
dengan motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) berupa: sedan atau station
wagon; dan selain sedan atau station wagon dengan sistem 1 gardan penggerak (4x2) atau
dengan sistem 2 gardan penggerak (4x4),dengan kapasitas isi silinder lebih dari 2.500 cc;
c. kendaraan bermotor beroda 2 dengan kapasitas isi silinder lebih dari 500 cc; dan
d. trailer, semi-trailer dari tipe caravan, untuk perumahan atau kemah.

PP Nomor 41 Tahun 2013 jo PP Nomor 22 Tahun 2014


FASILITAS MOBIL MURAH
LCGC (LOW COST GREEN CAR)
a. 75% dari Harga Jual untuk kendaraan bermotor yang menggunakan teknologi advance
diesel/petrol engine, dual petrol gas engine (converter kit CNG/LGV), biofuel engine, hybrid
engine, CNG/LGV dedicated engine, dengan konsumsi BBM mulai dari 20 km/ltr sd 28 km/ltr
atau bahan bakar lain yang setara dengan itu;
b. 50% dari Harga Jual untuk kendaraan bermotor yang menggunakan teknologi advance
diesel/petrol engine, biofuel engine, hybrid engine, CNG/LGV dedicated engine, dengan
konsumsi bahan bakar minyak lebih dari 28 km/ltr atau bahan bakar lain yang setara dengan
itu; dan
c. 0% (nol persen) dari Harga Jual untuk kendaraan bermotor yang termasuk program mobil
hemat energi dan harga terjangkau, selain sedan atau station wagon, dengan persyaratan
sebagai berikut: motor bakar cetus api dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 1.200 cc
dan konsumsi bahan bakar minyak paling sedikit 20 km/ltr atau bahan bakar lain yang setara
dengan itu; atau motor nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan kapasitas isi silinder
sampai dengan 1.500 cc dan konsumsi BBM paling sedikit 20 km/ltr atau bahan bakar lain
yang setara dengan itu.

PP Nomor 41 Tahun 2013 jo PP Nomor 22 Tahun 2014


TIDAK DIKENAKAN PPn BM
PPnBM tidak dikenakan atas impor atau penyerahan:
a. Kendaraan CKD (Completely Knock Down, yaitu kendaraan baik baik roda dua maupun roda
empat yang didatangkan ke Indonesia dalam keadaan terurai, dengan komponen yang lengkap
dan dirakit di Indonesia;
b. Kendaraan Sasis;
c. Kendaraan Pengangkutan Barang;
d. Kendaraan bermotor beroda dua dengan kapasitas isi silinder sampai dengan 250 cc; dan
e. Kendaraan bermotor untuk pengangkutan 16 (enam belas) orang atau lebih termasuk
pengemudi.

PMK-64/PMK.011/2014
FASILITAS PEBEBASAN PPn BM
a. kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum;
b. kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan;
c. kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 orang atau lebih termasuk pengemudi, dengan
motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan semua kapasitas isi silinder
sebagaimana dimaksud dalam yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI; dan
d. kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.

PMK-64/PMK.011/2014
• MEKANISME PPn BM IMPOR
SUPPLIER.
CORP (USA)

Nilai Impor: 100.000.000


PPN Impor : 10.000.000
PPn BM 40%: 40.000.000 Harga Jual: 160.000.000 Harga Jual: 200.000.000
PPN 10% : 16.000.000 PPN 10% : 20.000.000

PT. KONSUMEN
PT. IMPORTIR
DISTRIBUTOR AKHIR
NB: PPn BM hanya dikenakan sekali pada saat Impor Barang Mewah,
Pada saat barang tersebut dijual kembali akan masuk unsur harga
pokok barang
• MEKANISME PPn BM DARI PABRIKAN

PABRIKAN/ AGEN/ KONSUMEN


DISTRIBUTOR
PRODUSEN PENGECER AKHIR

Harga Jual: 100.000.000


Harga Jual: 160.000.000 Harga Jual: 200.000.000
PPN: 10.000.000
PPN 10% : 16.000.000 PPN 10% : 20.000.000
PPn BM 40%: 40.000.000

NB: PPn BM hanya dikenakan sekali pada saat Penyerahan barang


mewah pertama kali dari Pabrikan, Pada saat barang tersebut dijual
kembali akan masuk unsur harga pokok barang
PEMUNGUTAN
PPN
PEMUNGUT PPN
a. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN) serta Bendaharawan Pemerintah
(Pusat/Daerah) yang dananya berasal dari APBN/APBD
b. Kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi dan kontraktor atau
pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber daya panas bumi
c. Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
d. Badan usaha tertentu

Mekanisme: Umumnya PPN terutang dipungut oleh PKP Penjual. sehingga pembeli membayar
sebesar harga jual ditambah PPN. Namun jika pembeli berstatus sebagai Pemungut PPN maka
PPN yang terutang tidak dipungut oleh PKP Penjual, namun disetor langsung ke Kas Negara oleh
Pemungut PPN, sehingga Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga
jual
BADAN USAHA TERTENTU SEBAGAI
PEMUNGUT PPN
a. BUMN yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah, dan restrukturisasi tersebut dilakukan
melalui pengalihan saham milik negara kepada BUMN lainnya;
b. badan usaha yang bergerak di bidang pupuk, yang telah dilakukan restrukturisasi oleh
Pemerintah yaitu PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT
Pupuk Kalimantan Timur, dan PT Pupuk Iskandar Muda;
c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN yaitu PT Telekomunikasi
Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen
Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton
Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Kimia Farma Trading &
Distribution, PT Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets
Plus, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah.

PMK-37/PMK.03/2015
FASILITAS PPN
PPN TIDAK DIPUNGUT ATAS IMPOR BKP (1)
a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
b. barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah
Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor
Indonesia;
c. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;
d. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka
untuk umum;
e. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
f. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
g. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
PPN TIDAK DIPUNGUT ATAS IMPOR BKP (2)
h. barang pindahan TKI yang bekerja di luar negeri, mahasiswa yang belajar di luar negeri, PNS,
anggota TNI, atau anggota Polri yang bertugas di luar negeri sekurang- kurangnya 1 tahun,
sepanjang barang tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari
Perwakilan Republik Indonesia setempat;
i. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Pabean;
j. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemda untuk kepentingan umum;
k. perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan
dan keamanan Negara;
l. barang impor sementara;
m. barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi serta
panas bumi.
TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (1)
a. Gudang Berikat;
Gudang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor, dapat
disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan berupa pengemasan/pengemasan kembali, penyortiran,
penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan, pemotongan, atas barang- barang tertentu
dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali
b. Kawasan Berikat
Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dan/atau
barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan,
yang hasilnya terutama untuk diekspor.
c. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun
barang impor dalam jangka waktu tertentu, dengan atau tanpa barang dari dalam Daerah
Pabean untuk dipamerkan.
PMK-147/PMK.04/2011, PMK-255/PMK.04/2011, PMK-44/PMK.04/2012
TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (2)
d. Toko Bebas Bea;
Toko Bebas Bea adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang asal impor
dan/atau barang asal Daerah Pabean untuk dijual kepada orang tertentu
e. Tempat Lelang Berikat
Tempat Lelang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dalam
jangka waktu tertentu untuk dijual secara lelang.
f. Kawasan Daur Ulang Berikat.
Kawasan Daur Ulang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang
impor dalam jangka waktu tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan daur ulang limbah
asal impor dan/atau asal Daerah Pabean sehingga menjadi produk yang mempunyai nilai
tambah serta nilai ekonomi yang lebih tinggi

PMK-147/PMK.04/2011, PMK-255/PMK.04/2011, PMK-44/PMK.04/2012


FASILITAS TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT
Barang yang dimasukkan dari luar Daerah Pabean ke Tempat Penimbunan Berikat diberikan
penangguhan Bea Masuk; dan/atau tidak dipungut Pajak Dalam Rangka Impor.

PMK-147/PMK.04/2011, PMK-255/PMK.04/2011, PMK-44/PMK.04/2012


ENTREPOT PRODUKSI UNTUK TUJUAN
EKSPOR (EPTE)

EPTE adalah suatu tempat atau bangunan dari suatu perusahaan industri dengan batas-batas
tertentu yang didalamnya diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean, perpajakan
dan tata niaga impor, yang diperuntukan bagi pengolahan barang dan/atau bahan yang berasal
dari luar daerah pabean Indonesia, kawasan Berikat, EPTE lainnya, atau dari dalam daerah
pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor

KMK-855/KMK.01/1993, KMK-293/KMK.01/1994, KMK-88/KMK.01/1995, KMK-43/KMK.01/1996


FASILITAS EPTE
Tidak dipungut PPN dan PPn BM atas:
a. impor barang dan/atau bahan untuk diolah dalam EPTE
b. impor barang modal dan peralatan pabrik yang berhubungan langsung dengan kegiatan
produksi dalam EPTE
c. Pemasukan BKP dari daerah pabean Indonesia lainnya ke EPTE
d. Pengiriman barang hasil pengolahan EPTE ke EPTE lainnya atau ke kawasan Berikat untuk
diolah lebih lanjut
e. Pengeluaran barang dan/atau bahan dari EPTE ke perusahaan industri di daerah pabean
Indonesia dalam rangka subkontrak
f. Penyerahan kembali BKP hasil pekerjaan subkontrak oleh PKP subkontraktor di daerah pabean
Indonesia lainnya kepada PKP EPTE.

KMK-855/KMK.01/1993, KMK-293/KMK.01/1994, KMK-88/KMK.01/1995, KMK-43/KMK.01/1996


KAWASAN PENGEMBANGAN EKONOMI TERPADU
(KAPET)
Tidak dipungut PPN dan PPn BM atas:
a. impor barang modal oleh PDKB yang berhubungan langsung dengan kegiatan produksi;
b. impor barang dan/atau bahan untuk diolah di PDKB;
c. pemasukan BKP dari Daerah Pabean Indonesia Lainnya ke PDKB untuk diolah lebih lanjut;
d. pengiriman barang hasil produksi PDKB ke PDKB lainnya untuk diolah lebih lanjut;
e. pengeluaran barang dan atau bahan dari PDKB ke perusahaan industri di DPIL atau PDKB
lainnya dalam rangka subkontrak;
f. penyerahan kembali BKP hasill pekerjaan subkontrak oleh PKP di DPIL atau PDKB lainnya
kepada PKP PDKB asal;
g. peminjaman mesin dan atau peralatan pabrik dalam rangka subkontrak dari PDKB kepada
perusahaan industri di DPIL atau PDKB lainnya dan pengembaliannya ke PDKB asal.

PP-20 Tahun 2000, PP-147 Tahun 2000


PPN DIBEBASKAN ATAS IMPOR BKP
TERTENTU
a. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, bawah air, udara, darat, kendaraan lapis baja, kendaraan
patroli, dan kendaraan angkutan khusus lainnya, serta suku cadangnya yang diimpor oleh
Kemenhan, TNI, POLRI atau oleh pihak lain yang ditunjuk oleh Kemenhan, TNI atau POLRI
untuk melakukan impor tersebut, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam
negeri, yang diimpor oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata
dan amunisi untuk keperluan Kemenhan, TNI atau POLRI;
b. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
c. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;
d. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan oleh Kemenhan atau TNI untuk penyediaan
data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia yang dilakukan untuk
mendukung pertahanan Nasional, yang diimpor oleh Kemenhan, TNI atau pihak yang ditunjuk
oleh Kemenhan atau TNI.
PPN DIBEBASKAN ATAS PENYERAHAN
BKP TERTENTU
a. Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama
mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang batasannya ditetapkan oleh Menkeu
setelah mendengar pertimbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah;
b. Senjata, amunisi, alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, alat
angkutan di darat, kendaraan lapis baja, kendaraan patroli dan kendaraan angkutan khusus
lainnya, serta suku cadangnya yang diserahkan kepada Kemenhan, TNI atau POLRI, dan
komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunisi oleh PT
(PERSERO) PINDAD untuk keperluan Kemenhan, TNI atau POLRI;
c. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN);
d. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama;
e. Peralatan berikut suku cadangnya yang digunakan untuk penyediaan data batas dan photo
udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan Nasional yang
diserahkan kepada Kemenhan atau TNI
PPN DIBEBASKAN ATAS PENYERAHAN
JKP TERTENTU
a. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan Rumah sederhana, rumah
sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta
perumahan lainnyadan pembangunan tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah;
b. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat sederhana;
dan
c. Jasa yang diterima oleh Kemenhan atau TNI yang dimanfaatkan dalam rangka penyediaan
data batas dan photo udara wilayah Negara Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan
nasional."
PPN DIBEBASKAN ATAS IMPOR
BKP BERSIFAT STRATEGIS (1)
a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan BKP oleh PKP
yang menghasilkan BKP tersebut, tidak termasuk suku cadang;
b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanian;
PPN DIBEBASKAN ATAS IMPOR
BKP BERSIFAT STRATEGIS (2)
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikanan;
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan;
g. pakan ikan;
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan
dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan Peraturan
Menteri Keuangan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pertanian; dan
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan.
PPN DIBEBASKAN ATAS PENYERAHAN
BKP BERSIFAT STRATEGIS (1)
a. mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan BKP oleh PKP
yang menghasilkan BKP tersebut, tidak termasuk suku Cadang
b. barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik
penangkapan maupun budidaya, sebagaimana ditetapkan dalam Lampiran Peraturan
Pemerintah ini yang merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari Peraturan Pemerintah ini;
c. jangat dan kulit mentah yang tidak disamak;
d. ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan
setelah mendapat pertimbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian
e. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau perikanan
PPN DIBEBASKAN ATAS PENYERAHAN
BKP BERSIFAT STRATEGIS (2)
f. pakan ternak tidak termasuk pakan hewan kesayangan
g. pakan ikan
h. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, tidak termasuk imbuhan pakan
dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan pakan diatur dengan Peraturan
Menkeu setelah mendapat pertimbangan dari Menteri kelautan dan perikanan dan Menteri
pertanian
i. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak butiran dan/atau dalam bentuk perak
batangan
PPN DIBEBASKAN ATAS PENYERAHAN
BKP BERSIFAT STRATEGIS (3)
j. unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit atau
pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
1) luas untuk setiap hunian paling sedikit 21 m2 dan tidak melebihi 36 m2
2) pembangunannya mengacu Peraturan Menteri pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
3) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal
dan tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu tertentu
4) batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan penghasilan bagi
orang pribadi yang memperoleh unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik ditetapkan oleh
Menkeu setelah mendapat pertimbangan dari Menteri pekerjaan umum dan perumahan
rakyat
k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 Voltase Amper
RESTITUSI PPN
PENGERTIAN RESTITUSI

Restitusi adalah kelebihan pembayaran pajak yang dapat terjadi diantaranya:


a. Dalam suatu masa pajak jumlah pajak masukan lebih besar dari jumlah pajak keluaran
b. Adanya pembayaran pajak yang seharusnya tidak terutang (kesalahan pemungutan pajak)
PENGAJUAN RESTITUSI
a. PKP dapat mengajukan permohonan pengembalian kelebihan Pajak dengan menggunakan
SPT Masa PPN, dengan cara mengisi (memberi tanda silang) pada kolom "Dikembalikan
(restitusi)"; atau
b. Surat permohonan tersendiri, apabila kolom "Dikembalikan (restitusi)" dalam SPT Masa PPN
tidak diisi atau tidak mencantumkan tanda permohonan pengembalian kelebihan Pajak.
c. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak diajukan kepada KPP di tempat PKP dikukuhkan.
d. Permohonan pengembalian kelebihan Pajak ditentukan 1 permohonan untuk 1 (satu) Masa
Pajak.
SPT MASA PPN
SPT MASA PPN
SPT MASA 1111
1 Digunakan oleh PKP selain PKP yang
menggunakan pedoman penghitungan
pengkreditan Pajak Masukan

SPT SPT MASA 1111 DM


MASA 2 Digunakan oleh PKP yang
menggunakan pedoman
PPN
penghitungan pengkreditan Pajak
Masukan

SPT MASA 1111 PUT


3 Digunakan oleh Pemungut PPN
LATIHAN SOAL KASUS
SOAL 1
SOAL KASUS PENGISIAN SPT MASA PPN KODE 1111
PT. Angin Kencang , industri pakaian jadi yang berlokasi di Jl. Thamrin 5 Jakarta Pusat, telah
dikukuhkan sebagai PKP sejak tahun 1996. NPWP perusahaan adalah 06.354.462.6-402.000 dan
Klasifikasi Lapangan Usaha (KLU) 18202. Selama bulan April 2012, PT. Angin Kencang telah
melakukan transaksi sebagai berikut:                                
PENJUALAN
02-Apr-12 Menyerahkan sejumlah pakaian jadi senilai Rp. 13.200.000 termasuk PPN kepada
Toserba Indiahe. NPWP Toserba Indiahe 01.245.434.6.305.000. Dan telah disepakati bahwa
pembayaran dilakukan pada tanggal 2 Mei 2012.
jawab:
Diketahui penyerahan BKP = 13.200.000 (termasuk PPN) maka
Dasar Pengenaan Pajak adalah = 13.200.000 x 100/110 = 12.000.000
PPN = 10% x 12.000.000 = 1.200.000
SOAL 2

05-Apr-12 Ekspor 200 buah jaket kulit senilai Rp. 120.000.000 ke Mayapada Pte.Ltd yang
berkedudukan di Singapura. PEB. 00356-IV-12

jawab:
PPN Ekspor BKP ini adalah = 0%. Sehingga tidak ada PPN yang terutang
SOAL 3

09-Apr-12 Menerima pembayaran sebesar Rp. 15.000.000 dari PT. Buana Jaya (NPWP.
01.372.434.7.451.000) atas penyerahan 50 pasang pakaian jadi wanita yang telah diserahkan
tanggal 6 Februari 2012.

jawab:

Penyerahan BKP dilakukan tanggal 6 februari maka harus dilaporkan di SPT PPN Februari.
Sehingga transaksi ini tidak dapat dilaporkan di SPT PPN April 2012.
SOAL 4

12-Apr-12 Menyampaikan tagihan senilai Rp. 33.000.000 termasuk PPN atas penyerahan 200
pakaian seragam kepada Departemen Pertanian RI (NPWP. 01.374.436.6-512.000).
Pengiriman barang sudah dilakukan tanggal 22 Maret 2012

jawab:

Diketahui penyerahan BKP = 33.000.000 (termasuk PPN) maka


Dasar Pengenaan Pajak adalah = 33.000.000 x 100/110 = 30.000.000
PPN = 10% x 30.000.000 = 3.000.000
SOAL 5

19-Apr-12 Menyerahkan 10 gulung bahan siap pakai kepada CV. Karya Desain NPWP.
01.474.356.4.332.000. Masing-masing gulungan berharga Rp.1.500.000 dan langsung
dibayar tunai pada saat pengiriman

jawab:

per gulungan = 1.500.000 maka 10 gulungan = 10 x 1.500.000 = 15.000.000.


PPN = 10% x 15.000.000 = 1.500.000
SOAL 6

23-Apr-12 Menyumbangkan 300 T-Shirt yang masing-masing berharga Rp. 25.000 kepada
para korban bencana banjir senilai Rp. 7.500.000. Nilai tersebut sudah termasuk laba yang
diharapkan sebesar 25% dari harga pokok.

jawab:

Total T-Shirt yang disumbangkan = 25.000 x 300 = 7.500.000. Dasar Pengenaan Pajak untuk
sumbangan menggunakan "nilai lain" yaitu sebesar Harga Pokok Penjualannya.
Maka HPP = 100/125 x 7.500.000= 6.000.000. Dan PPN = 10% x 6.000.000 = 600.000
SOAL 7

29-Apr-12 Menjual pick up yang telah dibeli sejak tahun 2002 dan digunakan untuk
operasional perusahaan kepada Bapak Adi Wahyudi (NPWP. 07.572.356.4.422.000) salah
satu karyawan perusahaan seharga Rp. 22.000.000

jawab:

Kode faktur 090. ………. : artinya, PT.Angin Kencang melakukan penyerahan aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sehingga besarnya DPP = harga jual = 22 juta dan PPN
= 2,2 juta
SOAL 8

30-Apr-12 Diterima kembali sejumlah barang dengan nota retur no. NR-14/IV/2012 tertanggal
28 April 2012 dari PT. Pusaka (NPWP. 01.472.456.5.622.000) dengan harga jual Rp. 8.750.000
Barang yang diretur tersebut merupakan bagian dari penyerahan tanggal 28 februari 2012
yang lalu.

jawab : 

Karena terjadi retur BKP, maka nilai BKP yang diretur ini harus dilaporkan di SPT PPN Formulir A2
dengan DPP = (8.750.000) dan PPN = (875.000)
SOAL 9
PEMBELIAN
04-Apr-12 Membayar uang langganan telepon kepada PT. Telkom (NPWP.
01.252.322.4.546.000) sebesar Rp. 25.000.000 . Atas pembayaran tersebut tidak menerima
faktur pajak, melainkan hanya diterima kuitansi yang diisi secara lengkap. Nomor kuitansi :
761/Plg/IV/2012 tanggal 4 April 2012.

jawab:

Karena kuitansi langganan telepon PT. Telkom adalah dokumen yang disamakan dengan faktur
pajak, maka PPN yang dipungut sebesar 2,5 juta ini dalam dikreditkan sebagai PPN Masukan
dilaporkan di SPT PPN form 1111 B2
SOAL 10
09-Apr-12    Membayar fee jasa design sebesar $ 4,500 kepada Crown Ltd yang berdomisili
di India dengan no. invoice 002632-IVO- 12. Perusahaan menyetor PPN Jasa Luar Negeri
pada tanggal 12 April 2012. Kurs KMK yang berlaku pada saat pembayaran Rp. 9.096

jawab:

Fee jasa desain dari luar pabean adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN ini dapat dikreditkan
sebagai pajak masukan. Dilaporkan di SPT PPN form 1111 B1 dengan besar DPP menggunakan
kurs KMK yaitu Rp. 9.096 x $4,500 = 40.932.000 dan PPN = 4.093.200
SOAL 11

12-Apr-12  Mengeluarkan dari pelabuhan tanjung priok spare part mesin dengan nilai impor
Rp. 32.000.000 dari Singapore Machinery Pte Ltd. PPN terutang dibayar melalui Bank
Syariah Mandiri tanggal 8 April 2012. PIB No. 002632-IV-012 tanggal 12 April 2012.

jawab:

PPN atas impor BKP ini dapat dikreditkan dan dilaporkan dalam form 1111 B1 sehingga DPP = nilai
impor = 32 juta dan PPN = 3,2 juta
SOAL 12
14-Apr-12   Membayar jasa perbaikan mobil box yang digunakan untuk pemasaran termasuk
harga penggantian sparepart mobil box senilai Rp. 13.000.000 kepada CV. Wijaya Desain
(NPWP. 01.252.322.5.546.000) Faktur pajak no. 010.000.12.00000120 tertanggal 6 April 2012

jawab:

Jasa Perbaikan Mobil adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan
PPN dimasukkan dalam form 1111 B2
SOAL 13
23-Apr-12    Menerima faktur pajak No. 010.000.12.00012540 tertanggal 27 maret 2012 atas
pembelian ATK dari PT. Aneka Pernik (NPWP. 01.554.323.4.540.000) dengan nilai Rp.
2.500.000

jawab:

Terjadi penyerahan BKP. Sehingga PPN yang dipungut dapat dikreditkan dilaporkan di form 1111
B2
SOAL 14
26-Apr-12    Membayar jasa perbaikan beberapa unit AC senilai Rp. 320.000 kepada PT.
Servis Pol )NPWP. 01.454.322.4.502.000) Faktur pajak no. 010.000.12.00005600 tertanggal 12
April 2012

jawab:

Jasa Perbaikan AC adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan
PPN dimasukkan dalam form 1111 B2
SOAL 15
28-Apr-12    Menerima faktur pajak no. 010.000.12.00025220 tertanggal 3 Maret 2012 dari PT.
Tuti Konsultan (NPWP. 01.354.321.5.540.000) atas jasa review perpajakan senilai Rp.
66.000.000 termasuk PPN.

jawab:

Jasa Konsultan adalah Jasa Kena Pajak. Faktur pajak dibuat tanggal 3 Maret sehingga masih
memenuhi syarat sebagai PPN Masukan yang dapat dikreditkan karena diterbitkan tidak lewat dari
3 bulan. Sehingga PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan. PPN dimasukkan dalam form 1111
B2. DPP = 110/100 x 66.000.000 = 60 juta. PPN = 10% x 60 juta = 6 juta
SOAL 16
30-Apr-12    Mengirim kembali dengan Nota Retur : R-15/IV/012 tanggal 16 April 2012
sejumlah sparepart kepada CV. Jatayu (NPWP. 01.354.321.5.540.000) dengan harga jual
sebesar Rp. 12.500.000 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari penyerahan pada 28
Maret 2012

jawab : 

Karena terjadi retur BKP, maka nilai BKP yang diretur ini harus dilaporkan di SPT PPN Formulir B2
dengan DPP = (12.500.000) dan PPN = (1.250.000)
SELESAI

gading.dwisakti@gmail.com

Anda mungkin juga menyukai