http://www.free-powerpoint-templates-design.com
APA ISI SLIDE INI?
A. DASAR-DASAR PPN DAN PPN BM
B. PENGUKUHAN PKP
C. OBJEK PPN
D. TARIF DAN DASAR PENGENAAN PAJAK
E. FAKTUR PAJAK
F. PENGHITUNGAN PPN
G. PPn BM
H. PEMUNGUTAN PPN
I. FASILITAS PPN
J. RESTITUSI PPN
K. SPT MASA PPN
DASAR-DASAR
PPN & PPnBM
APA ITU PPN?
Pajak pertambahan nilai (PPN) atau Value Added Tax merupakan pajak atas konsumsi yang
mekanisme pengenaannya secara tidak langsung. PPN pada prinsipnya bukan memajaki
penjualan namun memajaki nilai tambah (value added).
Pajak Pertambahan Nilai (PPN) dikenakan atas konsumsi barang atau jasa. Pajak konsumsi
merupakan jenis pajak yang tujuannya adalah membebani penghasilan seseorang pada waktu
penghasilan tersebut dibelanjakan atau digunakan untuk konsumsi. Perbedaan pajak atas
konsumsi dengan dengan pajak penghasilan adalah pajak penghasilan membebani penghasilan
ketika penghasilan tersebut diperoleh, sedangkan pajak atas konsumsi membebani penghasilan
ketika penghasilan tersebut dibelanjakan
• DASAR HUKUM UU PPN
Hingga saat ini UU PPN telah mengalami perubahan ketiga
dengan Undang Undang No.42 Tahun 2009 disebut juga UU PPN 1984
1983 2000
Undang Undang Undang Undang
No.8 Tahun 1983 No.18 Tahun 2000
1994 2009
Undang Undang
Undang Undang
No.42 Tahun 2009
No.11 Tahun 1994
LEGAL CHARACTER PPN (1)
Pajak Pertambahan Nilai sebagai Pajak Tidak Langsung dan Pajak Objektif
Artinya antara pemikul beban pajak dengan penanggung jawab atas penyetoran pajak ke kas
negara berada pada pihak-pihak yang berbeda. Pemikul beban pajak ini berada pada pembeli BKP
(BKP) atau penerima JKP (JKP). Sedangkan penanggung jawab atas pelaporan/penyetoran pajak
ke kas negara adalah PKP (PKP) yang bertindak selaku penjual BKP/JKP
PK PM PK PM PK
A B C D
PABRIKAN DISTRIBUTOR SUB KONSUMEN
/PRODUSEN /AGEN DISTRIBUTOR
Harga: 10.000.000,- Harga: 14.000.000,- Harga: 19.000.000,-
PPN 10% 1.000.000,- PPN 10% 1.400.000,- PPN 10% 1.900.000,-
Jumlah 11.000.000,- Jumlah 15.400.000,- Jumlah 20.900.000,-
A harus setor ke kas negara: B harus setor ke kas negara: C harus setor ke kas negara:
Pajak Keluaran (PK): 1.000.000,- Pajak Keluaran (PK): 1.400.000,- Pajak Keluaran (PK): 1.900.000,-
Pajak Masukan (PM): 0,- Pajak Masukan (PM): 1.000.000,- Pajak Masukan (PM): 1.400.000,-
Kurang Bayar: 1.000.000,- Kurang Bayar: 400.000,- Kurang Bayar: 500.000,-
MEKANISME PPN
Dalam mekanisme PPN, PKP penjual hanya menyetor PPN ke kas negara atas selisih pajak
keluaran dan pajak masukan saja (PPN=PK–PM), artinya hanya dikenakan pajak atas nilai
tambahnya (value added)
Dalam ilustrasi diatas jumlah PPN yang disetor ke kas negara Rp1.900.000
(Rp1.000.000+Rp400.000+Rp500.000) akan sama dengan PPN yang dibayar oleh konsumen
akhir. PPN pada dasarnya dikenakan kepada konsumen akhir. Produsen, distributor dan sub
distributor tidak memikul beban pajak, mereka hanya merupakan kepanjangan tangan pemerintah
saja dalam melakukan pemungutan PPN. Jadi dapat dikatakan bahwa pemikul beban PPN adalah
konsumen akhir
PENGUKUHAN
PKP
PKP, PENGUSAHA, PENGUSAHA KECIL
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau
penyerahan JKP yang dikenai pajak berdasarkan Undang-Undang PPN.
Pengusaha adalah baik orang pribadi maupun badan dalam bentuk apa pun yang dalam kegiatan
usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar Daerah Pabean,
melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar Daerah
Pabean
Pengusaha kecil adalah pengusaha yang selama satu tahun buku melakukan penyerahan BKP
dan/atau JKP dengan jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak lebih dari
Rp4.800.000.000,00
KEWAJIBAN PKP
a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP;
b. memungut pajak yang terutang;
c. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal Pajak Keluaran
lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang; dan
d. melaporkan penghitungan pajak.
TEMPAT PENGUKUHAN PKP
Wajib Pajak sebagai PKP melaporkan usahanya ke Kantor Pelayanan Pajak yang wilayah kerjanya
meliputi tempat kegiatan usaha Wajib Pajak atau ke Kantor Pelayanan Pajak tertentu sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan
Apabila PKP mempunyai satu atau lebih tempat kegiatan usaha di luar tempat tinggal atau tempat
kedudukannya, setiap tempat tersebut merupakan tempat terutangnya pajak dan PKP dimaksud
wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP
TEMPAT PENGUKUHAN PKP
ORANG PRIBADI
PKP orang pribadi terutang pajak di tempat tinggal dan/atau tempat kegiatan usaha
Contoh: Alex yang bertempat tinggal di Jakarta mempunyai usaha di Semarang. Apabila di tempat
tinggal Alex tidak ada penyerahan BKP dan/atau JKP, Alex hanya wajib melaporkan usahanya
untuk dikukuhkan sebagai PKP di Kantor Pelayanan Pajak Semarang sebab tempat terutangnya
pajak bagi Alex adalah di Semarang.
Sebaliknya, apabila penyerahan BKP dan/atau JKP dilakukan oleh Alex hanya di Jakarta saja, Alex
hanya wajib mendaftarkan diri di Kantor Pelayanan Pajak Jakarta.
Jika baik di Jakarta maupun di Semarang terdapat penyerahan BKP/JKP maka Alex wajib
mendaftarkan diri ke KPP Jakarta dan KPP Semarang
TEMPAT PENGUKUHAN PKP
BADAN
PKP Badan terutang pajak di masing-masing tempat kegiatan usaha
Contoh: PT. Sayonara mempunyai usaha di Semarang, Bandung dan Jakarta dimana masing-
masing tempat terdapat penyerahan BKP/JKP. Sehubungan dengan hal tersebut perusahaan wajib
mendaftarkan diri ke KPP Semarang, KPP Bandung, dan KPP Jakarta.
OBJEK PPN
BARANG KENA PAJAK
Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang yang dikenai pajak berdasarkan Undang Undang PPN.
Ruang lingkup Barang menurut Undang Undang PPN meliputi barang berwujud, yang menurut
sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak
berwujud. Undang Undang PPN pada prinsipnya menganut prinsip negatif list, artinya semua
barang pada prinsipnya merupakan BKP (dikenakan PPN) kecuali yang ditentukan lain oleh
Undang Undang. Misal kendaraan, perhiasan,
BERGERAK
barang elektronik
BERWUJUD
Jawab:
PPN atas KMS yang terhutang adalah:
= 2% X (Rp180.000.000,- + Rp70.000.000,-) (tidak termasuk harga tanah Rp.200.000.000,-)
= 2% X Rp250.000.000,-
= Rp 5.000.000,-
OBJEK PPN PASAL 16D UU PPN
Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan oleh PKP, kecuali atas penyerahan aktiva yang Pajak
Masukannya tidak dapat dikreditkan karena :
a. perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
b. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon
CONTOH KASUS PPN PASAL 16D
PT.Aisha Jaya (industri tekstil) dikukuhkan sebagai PKP sejak tahun 2000. Pada Desember 2017
perusahaan menjual aktiva berupa mesin yang selama ini digunakan untuk memproduksi tekstil
dengan harga jual Rp100.000.000,-
Jawab:
PPN pasal 16D atas penyerahan BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang terhutang adalah:
= 10% X Rp100.000.000,-
= Rp10.000.000,-
TARIF DAN DPP
TARIF PPN
Tarif umum PPN adalah 10%. Berdasarkan pertimbangan perkembangan ekonomi dan/atau
peningkatan kebutuhan dana untuk pembangunan, Pemerintah diberi wewenang mengubah tarif
PPN menjadi paling rendah 5% dan paling tinggi 15% dengan tetap memakai prinsip tarif tunggal.
Perbedaan kelompok tarif tersebut didasarkan pada pengelompokan BKP yang tergolong mewah
yang dikenai Pajak Penjualan atas Barang Mewah.
DASAR PENGENAAN PAJAK
Harga jual
Harga jual dipakai untuk menentukan dasar pengenaan pajak atas penyerahan BKP. Harga Jual
adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh
penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-undang ini
dan potongan harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
Penggantian
Penggantian dipakai untuk menentukan dasar pengenaan pajak atas transaksi JKP dan BKP tidak
berwujud. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor BKP Tidak
Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut menurut Undang-Undang ini dan potongan
harga yang dicantumkan dalam Faktur Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK
Nilai impor
Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan perundangundangan yang mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai untuk impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPn BM yang dipungut menurut
Undang- Undang PPN
Nilai ekspor
Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir. Yaitu, nilai yg tercantum dalam dokumen Pemberitahuan Ekspor Barang
(PEB) yang telah difiat muat oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai
Nilai Lain
nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak untuk transaksi tertentu
NILAI IMPOR
Nilai Impor = CIF + BM + BMT
PPN impor = 10% x Nilai Impor
Keterangan
C = Cost / Harga Barang
I = Insurance (Asuransi Pengiriman)
F = Freight (Ongkos Angkut)
BM = Bea Masuk
BMT = Bea Masuk Tambahan
CONTOH KASUS
PT KIA Motors mengimpor barang dari Korea, mengimpor unit 50 mobil dengan harga faktur $10.000 per
unit. Biaya asuransi dan biaya angkut masing-masing $3.000 dan $7.000. Bea masuk yang dibayar oleh PT
KIA Motors sebesar 5% dari CIF dan bea masuk tambahan sebesar 20% dari CIF. Kurs pada saat itu
ditetapkan oleh Menteri Keuangan sebesar $1 = Rp.9.000. Berapa PPN terutang?
Jawab:
CIF = Cost + Insurance + Freight = (50 x $10.000) + $3.000 + $7.000 = $510.000
Bea Masuk = 5% x CIF = 5% X $510.000 = $25.500
Bea Masuk Tambahan = 20% x CIF = 20% X $510.000 = $102.000
Nilai Impor = $637.500
Nilai Impor dalam rupiah = $637.500 x kurs Rp.9.000,- = Rp5.737.500.000,-
PPN Impor = 10% x Nilai Impor = 10% x = Rp5.737.500.000,- = Rp573.750.000,-
NILAI LAIN
a. untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;
b. untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;
c. untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual rata- rata;
d. untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;
e. untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran. PPN
menggunakan tarif efektif mulai 1 januari 2017 yaitu = 9,1% dikalikan harga jual eceran, yaitu
harga yang tercantum pada pita cukai. (harga bandrol).
f. untuk BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, adalah harga pasar wajar;
g. untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau antar cabang adalah harga pokok penjualan
atau harga perolehan;
NILAI LAIN
h. untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang disepakati antara
pedagang perantara dengan pembeli;
i. untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang
j. untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih atau jumlah
yang seharusnya ditagih;
k. untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah
tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih;
l. untuk penyerahan Emas Perhiasan dan/atau jasa yang terkait dengan Emas Perhiasan oleh
Pengusaha Emas Perhiasan adalah 20% dari harga jual Emas Perhiasan atau nilai
penggantian;
m. untuk penyerahan jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) yang didalam tagihan jasa
pengurusan transportasi tersebut terdapat biaya transportasi (freight charges) adalah 10% dari
jumlah yang ditagih atau seharusnya ditagih
FAKTUR PAJAK
FAKTUR PAJAK
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan penyerahan BKP
atau penyerahan JKP.
PKP wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap:
a. Penyerahan BKP, ekspor BKP berwujud dan penyerahan aktiva tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan
b. Penyerahan JKP
c. Ekspor BKP tidak berwujud
d. Ekspor JKP
BENTUK FAKTUR PAJAK
Elektronik.
Faktur Pajak berbentuk elektronik adalah Faktur Pajak yang dibuat secara elektronik sesuai
Peraturan Direktur Jenderal Pajak mengenai tata cara pembuatan Faktur Pajak yang berbentuk
elektronik, untuk setiap penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP.
Kertas (hardcopy).
Faktur Pajak berbentuk kertas (hardcopy) adalah Faktur Pajak yang dibuat tidak secara elektronik
berdasarkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak untuk setiap penyerahan dan/atau ekspor BKP
dan/atau penyerahan dan/atau ekspor JKP
JENIS FAKTUR PAJAK
a. Faktur Pajak
b. Faktur Pajak Gabungan
c. Dokumen tertentu dipersamakan dengan faktur pajak
d. Faktur pajak PKP eceran
DOKUMEN YANG DIPERSAMAKAN
DENGAN FAKTUR PAJAK
a. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah disahkan oleh pejabat Ditjen Bea dan
Cukai dan dilampiri invoice atas ekspor barang
b. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOG/DOLOG
untuk penyaluran tepung terigu;
c. Paktur Nota Bon Penyerahan (PNBP) yang dibuatkan/dikeluarkan oleh PERTAMINA untuk
penyerahan BBM dan/atau non BBM;
d. Bukti tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi;
e. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill), atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan
untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri;
f. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan;
g. Bukti tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik;
DOKUMEN YANG DIPERSAMAKAN
DENGAN FAKTUR PAJAK
h. Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud yang dilampiri invoice untuk ekspor JKP/BKP
Tidak Terwujud
i. Pemberitahuan Impor Barang (PIB) dan dilampiri Surat Setoran Pajak (SSP), Surat Setoran
Pabean, Cukai dan Pajak (SSPCP), untuk impor BKP;
j. Surat Setoran Pajak untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau JKP
dari luar Daerah Pabean;
k. Bukti tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Perusahaan Air Minum:
l. Bukti tagihan (Trading Confirmation) atas penyerahan JKP oleh perantara efek;dan
m. Bukti tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan
FAKTUR PAJAK PKP ECERAN
a. bon kontan,
b. faktur penjualan,
c. segi cash register,
d. karcis,
e. kuitansi, atau
f. tanda bukti penyerahan
PKP Eceran (PKP PE) adalah PKP yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya melakukan
penyerahan BKP secara eceran kepada konsumen akhir
INFORMASI DALAM FAKTUR PAJAK
a. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan BKP atau JKP;
b. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli BKP atau penerima JKP;
c. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
d. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
e. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
f. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
g. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
KODE & NOMOR SERI FAKTUR PAJAK
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak terdiri dari 16 (enam belas) digit yaitu :
a. 2 (dua) digit Kode Transaksi;
b. 1 (satu) digit Kode Status; dan
c. 13 (tiga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yang ditentukan oleh Direktorat Jenderal
Pajak.
0 0 0 . 0 0 0 - 0 0 . 0 0 0 0 0 0 0 0
Pada Faktur Pajak Pengganti tersebut, dibubuhkan cap yang mencantumkan Kode dan Nomor Seri Faktur
Pajak serta tanggal Faktur Pajak yang diganti. PKP dapat membuat cap tersebut seperti contoh berikut. Kode
dan Nomor Seri serta tanggal Faktur Pajak yang diganti dapat diisi dengan cara manual.
Dalam hal terdapat pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang Faktur Pajak-nya
telah diterbitkan, PKP yang menerbitkan Faktur Pajak harus melakukan pembatalan Faktur Pajak
TATA CARA PEMBATALAN FAKTUR
PAJAK
a. Dalam hal terjadi pembatalan transaksi penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP yang Faktur Pajak-nya
telah diterbitkan, maka Faktur Pajak tersebut harus dibatalkan.
b. Pembatalan transaksi harus didukung oleh bukti atau dokumen yang membuktikan bahwa telah terjadi
pembatalan transaksi. Bukti dapat berupa pembatalan kontrak atau dokumen lain yang menunjukkan telah
terjadi pembatalan transaksi.
c. Faktur Pajak yang dibatalkan harus tetap diadministrasi (disimpan) oleh PKP Penjual yang menerbitkan
Faktur Pajak tersebut.
d. PKP Penjual yang membatalkan Faktur Pajak harus mengirimkan surat pemberitahuan dan copy dari
Faktur Pajak yang dibatalkan ke Kantor Pelayanan Pajak tempat PKP Penjual dikukuhkan dan ke Kantor
Pelayanan Pajak tempat PKP Pembeli dikukuhkan.
TATA CARA PEMBATALAN FAKTUR
PAJAK
e. Dalam hal PKP Penjual belum melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan di dalam SPT Masa PPN, maka
PKP penjual harus tetap melaporkan Faktur Pajak tersebut. Dalam SPT Masa PPN dengan
mencantumkan nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.
f. Dalam hal PKP Penjual telah melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur
Pajak Keluaran, maka PKP penjual harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak yang
bersangkutan, dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan
nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM.
g. Dalam hal PKP Pembeli telah melaporkan Faktur Pajak tersebut dalam SPT Masa PPN sebagai Faktur
Pajak Masukan, maka PKP Pembeli harus melakukan pembetulan SPT Masa PPN Masa Pajak yang
bersangkutan, dengan cara melaporkan Faktur Pajak yang dibatalkan tersebut dengan mencantumkan
nilai 0 (nol) pada kolom DPP, PPN atau PPN dan PPnBM
SANKSI TERKAIT FAKTUR PAJAK
a. PKP yang menerbitkan Faktur Pajak Tidak Lengkap dikenai sanksi administrasi sesuai dengan Pasal 14
ayat (4) Undang-Undang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan, sebesar 2% x Dasar Pengenaan
Pajak
b. Sesuai pasal 39 A Undang Undang KUP Setiap orang yang dengan sengaja menerbitkan faktur pajak
tetapi belum dikukuhkan sebagai PKP dipidana dengan pidana penjara paling singkat 2 (dua) tahun dan
paling lama 6 (enam) tahun serta denda paling sedikit 2 (dua) kali jumlah pajak dalam faktur pajak paling
banyak 6 (enam) kali jumlah pajak dalam faktur pajak.
NOTA RETUR
Dalam hal BKP yang diserahkan ternyata dikembalikan (retur) oleh Pembeli, PPN dari BKP yang
dikembalikan tersebut dapat mengurangi PPN yang terutang oleh PKP Penjual dan mengurangi:
a. Pajak Masukan dari PKP Pembeli, dalam hal PM atas BKP yang dikembalikan telah dikreditkan;
b. biaya atau harta bagi PKP Pembeli, dalam hal pajak atas BKP yang dikembalikan tersebut tidak
dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan harta tersebut; atau
c. biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan PKP dalam hal Pajak PPN atas BKP yang dikembalikan
tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan
harta tersebut.
NOTA PEMBATALAN
Dalam hal JKP yang diserahkan ternyata dibatalkan, baik sebagian maupun seluruhnya oleh Penerima Jasa,
PPN dari JKP yang dibatalkan tersebut mengurangi PK yang terutang oleh PKP Pemberi JKP dan
mengurangi:
a. PM dari PKP Penerima Jasa, dalam hal PM atas JKP yang dibatalkan telah dikreditkan;
b. biaya atau harta bagi PKP Penerima Jasa, dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut tidak
dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga
perolehan harta tersebut; atau
c. biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan PKP dalam hal PPN atas JKP yang dibatalkan tersebut
telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta
tersebut.
PENGHITUNGAN
PPN
PENGHITUNGAN PPN
PPN = PK – PM
PK = Pajak Keluaran adalah PPN terutang yang wajib dipungut oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP, penyerahan JKP, ekspor BKP Berwujud, ekspor BKP Tidak Berwujud dan/atau
ekspor JKP
PM = Pajak Masukan adalah PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena perolehan
BKP dan/atau perolehan JKP dan/atau pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar Daerah Pabean
dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean dan/atau impor BKP
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
a. Pajak Masukan dalam suatu Masa Pajak dikreditkan dengan Pajak Keluaran dalam Masa Pajak
yang sama.
b. Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran pada
Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama tiga bulan
setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum dibebankan sebagai
biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
c. Bagi PKP yang belum berproduksi sehingga belum melakukan penyerahan yang terutang
pajak, Pajak Masukan atas perolehan dan/atau impor barang modal dapat dikreditkan.
d. Pajak Masukan yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak yang memenuhi
persyaratan formal dan material.
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
TIDAK DIPERKENANKAN BAGI (1):
a. perolehan BKP atau JKP sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
b. perolehan BKP atau JKP yang tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
c. perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon, kecuali
merupakan barang dagangan atau disewakan.
d. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
e. perolehan BKP atau JKP yang Faktur Pajaknya tidak memuat informasi minimal yang harus
dicantumkan atau tidak mencantumkan nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima
JKP
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
TIDAK DIPERKENANKAN BAGI (2):
f. pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang
Faktur Pajaknya tidak memenuhi persyaratan informasi minimal yang harus dicantumkan
g. perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
f. perolehan BKP atau JKP yang Pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN,
yang ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan
g. perolehan BKP selain barang modal atau Jasa Kena Pajak sebelum PKP berproduksi
h. Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan yang yang tidak terutang PPN atau
mendapat fasilitas PPN dibebaskan
DEEM PAJAK MASUKAN PKP
PEREDARAN USAHA TERTENTU
PKP dapat menggunakan pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan apabila memenuhi
syarat :
a. mempunyai peredaran usaha dalam dua tahun buku sebelumnya tidak melebihi Rp
1.800.000.000,00 untuk setiap satu tahun buku;
b. yang baru dikukuhkan sebagai PKP (masih dibawah 2 tahun)
Besarnya Pajak Masukan yang dapat dikreditkan yang dihitung menggunakan pedoman
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan, yaitu sebesar :
c. 60% dari Pajak Keluaran untuk penyerahan JKP, sehingga PPN yang disetor ke negara
sebesar 4% x Dasar Pengenaan Pajak
d. 70% dari Pajak Keluaran untuk penyerahan BKP, sehingga PPN yang disetor ke negara
sebesar 3% x Dasar Pengenaan Pajak
PMK-74/PMK.03/2010
CONTOH KASUS
PT.Faranissa Collection merupakan PKP dengan peredaran usaha tertentu yang memenuhi syarat
untuk menggunakan deem pajak masukan, membeli BKP dari supplier seharga Rp300 juta dan
dipungut PPN sebesar Rp30 juta (10% x Rp300.000.000). Pada masa pajak yang sama
PT.Faranissa Collection melakukan penyerahan BKP senilai Rp500 juta dan memungut PPN dari
pembeli sebesar Rp50 juta (10% x Rp500.000.000) sebagai Pajak Keluaran.
PMK-79/PMK.03/2010
PMK-30/PMK.03/2014
CONTOH KASUS
Toko Aisha Jewelry (PKP) adalah sebuah toko perhiasan memiliki omset selama bulan Juni 2018
Rp250.000.000. Sedangkan pembelian atas barang dagangan berupa emas perhiasan pada masa
yang sama adalah sebesar Rp300.000.000. Berapa PPN terutang?
Berupa:
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
KARAKTERISTIK PPn BM?
a. PPn BM merupakan pungutan tambahan disamping PPN
b. PPn BM hanya dikenakan satu kali yaitu saat impor atau saat penyerahan di dalam negeri
(dalam daerah pabean) BKP yang tergolong mewah oleh pabrikan yang menghasilkannya.
c. PPn BM tidak dapat dikreditkan dengan PPN atau PPn BM. Namun, PKP yang mengekspor
BKP yang tergolong mewah dapat meminta kembali PPn BM yang telah dibayar pada waktu
perolehan BKP yang tergolong mewah yang diekspor tersebut.
KATEGORI BARANG MEWAH
a. barang yang bukan merupakan barang kebutuhan pokok
b. barang yang dikonsumsi oleh masyarakat tertentu
c. barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh masyarakat berpenghasilan tinggi; dan/atau
d. barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan status.
TARIF PPn BM
Berdasarkan pasal 8 Undang Undang No.42 Tahun 2009 tarif PPn BM ditetapkan paling rendah
10% dan paling tinggi 200%. Sedangkan untuk Ekspor BKP yang tergolong mewah dikenai pajak
dengan tarif 0%
PMK-64/PMK.011/2014
FASILITAS PEBEBASAN PPn BM
a. kendaraan bermotor yang digunakan untuk kendaraan ambulan, kendaraan jenazah,
kendaraan pemadam kebakaran, kendaraan tahanan, dan kendaraan angkutan umum;
b. kendaraan bermotor yang digunakan untuk tujuan protokoler kenegaraan;
c. kendaraan bermotor angkutan orang untuk 10 orang atau lebih termasuk pengemudi, dengan
motor bakar nyala kompresi (diesel atau semi diesel) dengan semua kapasitas isi silinder
sebagaimana dimaksud dalam yang digunakan untuk kendaraan dinas TNI atau POLRI; dan
d. kendaraan bermotor yang digunakan untuk keperluan patroli TNI atau POLRI.
PMK-64/PMK.011/2014
• MEKANISME PPn BM IMPOR
SUPPLIER.
CORP (USA)
PT. KONSUMEN
PT. IMPORTIR
DISTRIBUTOR AKHIR
NB: PPn BM hanya dikenakan sekali pada saat Impor Barang Mewah,
Pada saat barang tersebut dijual kembali akan masuk unsur harga
pokok barang
• MEKANISME PPn BM DARI PABRIKAN
Mekanisme: Umumnya PPN terutang dipungut oleh PKP Penjual. sehingga pembeli membayar
sebesar harga jual ditambah PPN. Namun jika pembeli berstatus sebagai Pemungut PPN maka
PPN yang terutang tidak dipungut oleh PKP Penjual, namun disetor langsung ke Kas Negara oleh
Pemungut PPN, sehingga Pemungut PPN hanya membayar kepada PKP Penjual sebesar harga
jual
BADAN USAHA TERTENTU SEBAGAI
PEMUNGUT PPN
a. BUMN yang dilakukan restrukturisasi oleh Pemerintah, dan restrukturisasi tersebut dilakukan
melalui pengalihan saham milik negara kepada BUMN lainnya;
b. badan usaha yang bergerak di bidang pupuk, yang telah dilakukan restrukturisasi oleh
Pemerintah yaitu PT Pupuk Sriwidjaja Palembang, PT Petrokimia Gresik, PT Pupuk Kujang, PT
Pupuk Kalimantan Timur, dan PT Pupuk Iskandar Muda;
c. badan usaha tertentu yang dimiliki secara langsung oleh BUMN yaitu PT Telekomunikasi
Selular, PT Indonesia Power, PT Pembangkitan Jawa-Bali, PT Semen Padang, PT Semen
Tonasa, PT Elnusa Tbk, PT Krakatau Wajatama, PT Rajawali Nusindo, PT Wijaya Karya Beton
Tbk, PT Kimia Farma Apotek, PT Badak Natural Gas Liquefaction, PT Kimia Farma Trading &
Distribution, PT Tambang Timah, PT Terminal Petikemas Surabaya, PT Indonesia Comnets
Plus, Bank Syariah Mandiri, Bank BRI Syariah, dan Bank BNI Syariah.
PMK-37/PMK.03/2015
FASILITAS PPN
PPN TIDAK DIPUNGUT ATAS IMPOR BKP (1)
a. barang perwakilan negara asing beserta para pejabatnya yang bertugas di Indonesia
berdasarkan asas timbal balik;
b. barang untuk keperluan badan internasional yang diakui dan terdaftar pada Pemerintah
Indonesia beserta pejabatnya yang bertugas di Indonesia dan tidak memegang paspor
Indonesia;
c. barang kiriman hadiah untuk keperluan ibadah umum, amal, sosial, atau kebudayaan;
d. barang untuk keperluan museum, kebun binatang, dan tempat lain semacam itu yang terbuka
untuk umum;
e. barang untuk keperluan penelitian dan pengembangan ilmu pengetahuan;
f. barang untuk keperluan khusus kaum tunanetra dan penyandang cacat lainnya;
g. peti atau kemasan lain yang berisi jenazah atau abu jenazah;
PPN TIDAK DIPUNGUT ATAS IMPOR BKP (2)
h. barang pindahan TKI yang bekerja di luar negeri, mahasiswa yang belajar di luar negeri, PNS,
anggota TNI, atau anggota Polri yang bertugas di luar negeri sekurang- kurangnya 1 tahun,
sepanjang barang tersebut tidak untuk diperdagangkan dan mendapat rekomendasi dari
Perwakilan Republik Indonesia setempat;
i. barang pribadi penumpang, awak sarana pengangkut, pelintas batas, dan barang kiriman
sampai batas jumlah tertentu sesuai dengan ketentuan perundang-undangan Pabean;
j. barang yang diimpor oleh Pemerintah Pusat atau Pemda untuk kepentingan umum;
k. perlengkapan militer termasuk suku cadang yang diperuntukkan bagi keperluan pertahanan
dan keamanan Negara;
l. barang impor sementara;
m. barang yang dipergunakan untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi serta
panas bumi.
TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (1)
a. Gudang Berikat;
Gudang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor, dapat
disertai 1 (satu) atau lebih kegiatan berupa pengemasan/pengemasan kembali, penyortiran,
penggabungan (kitting), pengepakan, penyetelan, pemotongan, atas barang- barang tertentu
dalam jangka waktu tertentu untuk dikeluarkan kembali
b. Kawasan Berikat
Kawasan Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dan/atau
barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean guna diolah atau digabungkan,
yang hasilnya terutama untuk diekspor.
c. Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat
Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun
barang impor dalam jangka waktu tertentu, dengan atau tanpa barang dari dalam Daerah
Pabean untuk dipamerkan.
PMK-147/PMK.04/2011, PMK-255/PMK.04/2011, PMK-44/PMK.04/2012
TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT (2)
d. Toko Bebas Bea;
Toko Bebas Bea adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang asal impor
dan/atau barang asal Daerah Pabean untuk dijual kepada orang tertentu
e. Tempat Lelang Berikat
Tempat Lelang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang impor dalam
jangka waktu tertentu untuk dijual secara lelang.
f. Kawasan Daur Ulang Berikat.
Kawasan Daur Ulang Berikat adalah Tempat Penimbunan Berikat untuk menimbun barang
impor dalam jangka waktu tertentu yang di dalamnya dilakukan kegiatan daur ulang limbah
asal impor dan/atau asal Daerah Pabean sehingga menjadi produk yang mempunyai nilai
tambah serta nilai ekonomi yang lebih tinggi
EPTE adalah suatu tempat atau bangunan dari suatu perusahaan industri dengan batas-batas
tertentu yang didalamnya diberlakukan ketentuan-ketentuan khusus di bidang pabean, perpajakan
dan tata niaga impor, yang diperuntukan bagi pengolahan barang dan/atau bahan yang berasal
dari luar daerah pabean Indonesia, kawasan Berikat, EPTE lainnya, atau dari dalam daerah
pabean Indonesia lainnya, yang hasilnya terutama untuk tujuan ekspor
05-Apr-12 Ekspor 200 buah jaket kulit senilai Rp. 120.000.000 ke Mayapada Pte.Ltd yang
berkedudukan di Singapura. PEB. 00356-IV-12
jawab:
PPN Ekspor BKP ini adalah = 0%. Sehingga tidak ada PPN yang terutang
SOAL 3
09-Apr-12 Menerima pembayaran sebesar Rp. 15.000.000 dari PT. Buana Jaya (NPWP.
01.372.434.7.451.000) atas penyerahan 50 pasang pakaian jadi wanita yang telah diserahkan
tanggal 6 Februari 2012.
jawab:
Penyerahan BKP dilakukan tanggal 6 februari maka harus dilaporkan di SPT PPN Februari.
Sehingga transaksi ini tidak dapat dilaporkan di SPT PPN April 2012.
SOAL 4
12-Apr-12 Menyampaikan tagihan senilai Rp. 33.000.000 termasuk PPN atas penyerahan 200
pakaian seragam kepada Departemen Pertanian RI (NPWP. 01.374.436.6-512.000).
Pengiriman barang sudah dilakukan tanggal 22 Maret 2012
jawab:
19-Apr-12 Menyerahkan 10 gulung bahan siap pakai kepada CV. Karya Desain NPWP.
01.474.356.4.332.000. Masing-masing gulungan berharga Rp.1.500.000 dan langsung
dibayar tunai pada saat pengiriman
jawab:
23-Apr-12 Menyumbangkan 300 T-Shirt yang masing-masing berharga Rp. 25.000 kepada
para korban bencana banjir senilai Rp. 7.500.000. Nilai tersebut sudah termasuk laba yang
diharapkan sebesar 25% dari harga pokok.
jawab:
Total T-Shirt yang disumbangkan = 25.000 x 300 = 7.500.000. Dasar Pengenaan Pajak untuk
sumbangan menggunakan "nilai lain" yaitu sebesar Harga Pokok Penjualannya.
Maka HPP = 100/125 x 7.500.000= 6.000.000. Dan PPN = 10% x 6.000.000 = 600.000
SOAL 7
29-Apr-12 Menjual pick up yang telah dibeli sejak tahun 2002 dan digunakan untuk
operasional perusahaan kepada Bapak Adi Wahyudi (NPWP. 07.572.356.4.422.000) salah
satu karyawan perusahaan seharga Rp. 22.000.000
jawab:
Kode faktur 090. ………. : artinya, PT.Angin Kencang melakukan penyerahan aktiva yang menurut
tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan sehingga besarnya DPP = harga jual = 22 juta dan PPN
= 2,2 juta
SOAL 8
30-Apr-12 Diterima kembali sejumlah barang dengan nota retur no. NR-14/IV/2012 tertanggal
28 April 2012 dari PT. Pusaka (NPWP. 01.472.456.5.622.000) dengan harga jual Rp. 8.750.000
Barang yang diretur tersebut merupakan bagian dari penyerahan tanggal 28 februari 2012
yang lalu.
jawab :
Karena terjadi retur BKP, maka nilai BKP yang diretur ini harus dilaporkan di SPT PPN Formulir A2
dengan DPP = (8.750.000) dan PPN = (875.000)
SOAL 9
PEMBELIAN
04-Apr-12 Membayar uang langganan telepon kepada PT. Telkom (NPWP.
01.252.322.4.546.000) sebesar Rp. 25.000.000 . Atas pembayaran tersebut tidak menerima
faktur pajak, melainkan hanya diterima kuitansi yang diisi secara lengkap. Nomor kuitansi :
761/Plg/IV/2012 tanggal 4 April 2012.
jawab:
Karena kuitansi langganan telepon PT. Telkom adalah dokumen yang disamakan dengan faktur
pajak, maka PPN yang dipungut sebesar 2,5 juta ini dalam dikreditkan sebagai PPN Masukan
dilaporkan di SPT PPN form 1111 B2
SOAL 10
09-Apr-12 Membayar fee jasa design sebesar $ 4,500 kepada Crown Ltd yang berdomisili
di India dengan no. invoice 002632-IVO- 12. Perusahaan menyetor PPN Jasa Luar Negeri
pada tanggal 12 April 2012. Kurs KMK yang berlaku pada saat pembayaran Rp. 9.096
jawab:
Fee jasa desain dari luar pabean adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN ini dapat dikreditkan
sebagai pajak masukan. Dilaporkan di SPT PPN form 1111 B1 dengan besar DPP menggunakan
kurs KMK yaitu Rp. 9.096 x $4,500 = 40.932.000 dan PPN = 4.093.200
SOAL 11
12-Apr-12 Mengeluarkan dari pelabuhan tanjung priok spare part mesin dengan nilai impor
Rp. 32.000.000 dari Singapore Machinery Pte Ltd. PPN terutang dibayar melalui Bank
Syariah Mandiri tanggal 8 April 2012. PIB No. 002632-IV-012 tanggal 12 April 2012.
jawab:
PPN atas impor BKP ini dapat dikreditkan dan dilaporkan dalam form 1111 B1 sehingga DPP = nilai
impor = 32 juta dan PPN = 3,2 juta
SOAL 12
14-Apr-12 Membayar jasa perbaikan mobil box yang digunakan untuk pemasaran termasuk
harga penggantian sparepart mobil box senilai Rp. 13.000.000 kepada CV. Wijaya Desain
(NPWP. 01.252.322.5.546.000) Faktur pajak no. 010.000.12.00000120 tertanggal 6 April 2012
jawab:
Jasa Perbaikan Mobil adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan
PPN dimasukkan dalam form 1111 B2
SOAL 13
23-Apr-12 Menerima faktur pajak No. 010.000.12.00012540 tertanggal 27 maret 2012 atas
pembelian ATK dari PT. Aneka Pernik (NPWP. 01.554.323.4.540.000) dengan nilai Rp.
2.500.000
jawab:
Terjadi penyerahan BKP. Sehingga PPN yang dipungut dapat dikreditkan dilaporkan di form 1111
B2
SOAL 14
26-Apr-12 Membayar jasa perbaikan beberapa unit AC senilai Rp. 320.000 kepada PT.
Servis Pol )NPWP. 01.454.322.4.502.000) Faktur pajak no. 010.000.12.00005600 tertanggal 12
April 2012
jawab:
Jasa Perbaikan AC adalah Jasa Kena Pajak. Sehingga PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan
PPN dimasukkan dalam form 1111 B2
SOAL 15
28-Apr-12 Menerima faktur pajak no. 010.000.12.00025220 tertanggal 3 Maret 2012 dari PT.
Tuti Konsultan (NPWP. 01.354.321.5.540.000) atas jasa review perpajakan senilai Rp.
66.000.000 termasuk PPN.
jawab:
Jasa Konsultan adalah Jasa Kena Pajak. Faktur pajak dibuat tanggal 3 Maret sehingga masih
memenuhi syarat sebagai PPN Masukan yang dapat dikreditkan karena diterbitkan tidak lewat dari
3 bulan. Sehingga PPN yang dipungut ini, dapat dikreditkan. PPN dimasukkan dalam form 1111
B2. DPP = 110/100 x 66.000.000 = 60 juta. PPN = 10% x 60 juta = 6 juta
SOAL 16
30-Apr-12 Mengirim kembali dengan Nota Retur : R-15/IV/012 tanggal 16 April 2012
sejumlah sparepart kepada CV. Jatayu (NPWP. 01.354.321.5.540.000) dengan harga jual
sebesar Rp. 12.500.000 yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari penyerahan pada 28
Maret 2012
jawab :
Karena terjadi retur BKP, maka nilai BKP yang diretur ini harus dilaporkan di SPT PPN Formulir B2
dengan DPP = (12.500.000) dan PPN = (1.250.000)
SELESAI
gading.dwisakti@gmail.com