Anda di halaman 1dari 48

1

Pengantar
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah (PPnBM)
Perpajakan I – Pertemuan 10

Ali Yus Isman, SE., MA., BKP.


Revisi Oktober 2015
2

Sistematika Materi PPN


Pengantar
Pengantar PPN Obyek PPN
PPnBM

Penyerahan
Subyek PPN Faktur Pajak
BKP dan JKP

Pajak Masukan
PPN Usaha
dan Mekanisme Fasilitas PPN
Khusus
Pengkreditan
3

Bab 1, 2, 4, dan 6 (Sukardji)


4

Kedudukan PPN
Pajak atas konsumsi
• Langsung
• Tidak langsung
Single stage tax
• Manufacturer’s level
• Wholesale level
• Retail level
Multi stage tax
5

Dasar Hukum PPN dan PPnBM


Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983
Tentang Pajak Pertambahan Nilai dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah

• UU Nomor 11 Tahun 1994 (Perubahan)


• UU Nomor 18 Tahun 2000 (Perubahan Kedua)
• UU Nomor 42 Tahun 2009 (Perubahan
Ketiga)
• Serta Peraturan Pelaksanaan lainnya.
6

Gambaran Umum PPN


PAJAK ATAS KONSUMSI BKP/JKP
OLEH

ORANG INSTANSI
BADAN
PRIBADI PEMERINTAH

DIKENAKAN ATAS PENYERAHAN BKP/JKP


SYARAT

YANG MENYERAHKAN ADALAH PKP

HARUS

DILAKUKAN DI DALAM DAERAH PABEAN


7

Mekansime Pemungutan PPN

Addition
method

Credit Substraction
method method
8

Karakteristik Legal PPN


Pajak Tidak Multi Stage
Pajak Obyektif
Langsung Levy

Penghitungan
dengan Indirect
Non Kumulatif Tarif Tunggal
Subtraction
Method

Atas Konsumsi
Sifat Netral
Dalam Negeri
9

Pajak Tidak Langsung


PPN ADALAH PAJAK TIDAK LANGSUNG
PPN disetorkan
Ke Kas Negara

PENJUAL/ Menjual BKP/JKP PEMBELI


PENGUSAHA BKP/JKP
PPN

PENANGUNG PEMIKUL BEBAN


PAJAK PAJAK

• Letak tanggung jawab pelunasan terletak pada


penjual, bukan pada pembeli.
10

Pajak Obyektif
Kewajiban pajak timbul sangat
ditentukan oleh adanya Obyek Pajak.

Kondisi subyek pajak tidak relevan


dalam ketentuan PPN

Contoh: Pembeli di supermarket


dipungut PPN 10% tanpa kecuali
11

Multi Stage Levy


PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi
dan jalur distribusi BKP/JKP sampai dengan tingkat
konsumen akhir
PABRIK PABRIK PABRIK
BENANG dikenakan TEKSTIL dikenakan PAKAIAN
PPN PPN

dikenakan PPN
KONSUMEN dikenakan PEDAGANG dikenakan PEDAGANG
AKHIR PPN ECERAN PPN BESAR

penanggung pajak
12

Penghitungan PPN Terutang yang dibayar ke


Kas Negara menggunakan Indirect
Subtraction Method
BIAYA-BIAYA
HARGA BELI
Gaji/Upah = 300
Bahan baku = 500 Biaya lain-lain = 200 HARGA JUAL
Bahan pembantu = 300 Bunga = 100 1.500
Jumlah = 800 Laba Usaha = 100
Jumlah = 700

NILAI TAMBAH
Metode penghitungan PPN yang akan disetor ke Kas
Negara dengan cara mengurangkan pajak atas perolehan
dengan pajak atas penyerahan barang atau jasa
13

Non Kumulatif
melakukan transaksi melakukan transaksi
menjual barang/jasa menjual barang/jasa

PABRIK TEKSTIL PABRIK PAKAIAN SUPER MARKET


PPN sebesar Rp 100.000,-
Pabrik tekstil menyetor

menjual kain Rp1.000.000,- menjual pakaian Rp1.500.000,-


PPN yg dipungut Rp 100.000,- PPN yg dipungut Rp 150.000,-

Pabrik pakaian menyetor PPN


menjual
Memungut PPN Rp 150.000,- pakaian
PPN yg dipungut Rp 100.000,- Rp2.000.000,-
PPN yg disetor Rp 50.000,- PPN yg
dipungut Rp
200.000,-
PPN Yg Diterima Kas Negara
dari P. Tekstil Rp 100.000,- Super Market menyetor PPN
dari P. Pakaian Rp 50.000,- memungut PPN Rp 200.000,-
Super Market Rp 50.000,- PPN dipungut Rp 150.000,-
Total Rp 200.000,- PPN yg disetor Rp 50.000,-
KAS NEGARA
14

Tarif Tunggal PPN dan Sifat Netral


Tarif PPN yang berlaku di Indonesia saat ini 10%

PPN adalah Pajak atas Konsumsi DN

PPN BUKAN PAJAK PPN MENGANUT


ATAS KEGIATAN DESTINATION PRINCIPLE
BISNIS

PAJAK DIKENAKAN DI TEMPAT


PEMIKUL BEBAN PAJAK TUJUAN BARANG ATAU JASA
ADALAH KONSUMEN AKAN DIKONSUMSI
DALAM HAL MENYANGKUT ARUS LINTAS BATAS WILAYAH (CROSS
BORDER AREA) . TEMPAT KONSUMSI/PEMANFAATAN MERUPAKAN
FAKTOR DOMINAN TIMBULNYA UTANG PAJAK
15

PPN sebagai Consumption type VAT


• Value Added Tax (VAT) tipe konsumsi
• Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk perolehan
barang modal dapat dikurangi dari Dasar
Pengenaan Pajak
• Pajak Masukan atas pembelian barang modal
dapat dikreditkann dengan Pajak Keluaran (atas
penjualan/penerimaan)
16

Pemungut PPN
Pasal 1 angka (27)
Bendahara pemerintah, badan, atau instansi
pemerintah yang ditunjuk oleh Menteri Keuangan
untuk:
memungut, menyetor, dan melaporkan

pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak


(PKP) atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP) kepada
bendahara pemerintah, badan, atau instansi
pemerintah tersebut
17

Obyek PPN
Pasal 4
• Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha
• Impor Barang Kena Pajak
• Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang
dilakukan oleh Pengusaha
• Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
• Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
• Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena
Pajak
• Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha
Kena Pajak
• Ekspor Jasa Kena Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
18

Obyek PPN (Lainnya)


Pasal 16C dan Pasal 16D
PPN dikenakan atas kegiatan PPN dikenakan atas
membangun sendiri (KMS) penyerahan Barang Kena
yang dilakukan tidak dalam Pajak berupa aktiva yang
kegiatan usaha atau pekerjaan menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan oleh
oleh orang pribadi atau badan
Pengusaha Kena Pajak,
yang hasilnya digunakan
kecuali atas penyerahan
sendiri atau digunakan pihak aktiva yang Pajak
lain yang batasan dan tata Masukannya tidak dapat
caranya diatur dengan dikreditkan sebagaimana
Keputusan Menteri Keuangan dimaksud dalam Pasal 9 ayat
(8) huruf b dan c UU PPN.
19

Barang Kena Pajak

BARANG BARANG TIDAK


BERWUJUD BERWUJUD

CONTOH :
BARANG BARANG TAK - MEREK DAGANG
BERGERAK BERGERAK - HAK PATEN
- HAK CIPTA

DIKENAKAN PAJAK MENURUT UU PPN


Kecuali ditentukan lain
20

Barang tidak dikenakan PPN


Pasal 4A ayat (2) (Hal 32-33)
• Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya
• Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak
• Makanan dan minuman yang disajikan di hotel,
restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya,
meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk
makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha
jasa boga atau katering
• Uang, emas batangan, dan surat berharga
21

Pasal 4A Barang Tambang


• minyak mentah (crude oil);
• gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap
dikonsumsi langsung oleh masyarakat;
• panas bumi;
• asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu
apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspar (feldspar),
garam batu (halite), grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolin,
leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir
dan kerikil, pasir kuarsa, perlit, fosfat (phospat), talk, tanah
serap (fullers earth), tanah diatome, tanah liat, tawas (alum),
tras, yarosif, zeolit, basal, dan trakkit;
• batubara sebelum diproses menjadi briket batubara; dan
• bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak, serta bijih bauksit.
22

Pasal 4A Barang Kebutuhan Pokok


• beras; • susu, yaitu susu perah baik yang
• gabah; telah melalui proses didinginkan
• jagung; maupun dipanaskan, tidak
• sagu; mengandung tambahan gula
atau bahan lainnya, dan/atau
• kedelai; dikemas atau tidak dikemas;
• garam, baik yang beryodium • buah-buahan, yaitu buah-
maupun yang tidak beryodium; buahan segar yang dipetik, baik
• daging, yaitu daging segar yang yang telah melalui proses dicuci,
tanpa diolah, tetapi telah disortasi, dikupas, dipotong,
melalui proses disembelih, diiris, di-grading, dan/atau
dikuliti, dipotong, didinginkan, dikemas atau tidak dikemas;
dibekukan, dikemas atau tidak dan
dikemas, digarami, dikapur, • sayur-sayuran, yaitu sayuran
diasamkan, diawetkan dengan segar yang dipetik, dicuci,
cara lain, dan/atau direbus; ditiriskan, dan/atau disimpan
• telur, yaitu telur yang tidak pada suhu rendah, termasuk
diolah, termasuk telur yang sayuran segar yang dicacah.
dibersihkan, diasinkan, atau
dikemas;
23

Jasa Kena Pajak


KEGIATAN PELAYANAN BERDASARKAN
SUATU PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM
MENYEBABKAN

BARANG/FASILITAS/KEMUDAHAN/HAK
TERSEDIA UNTUK DIPAKAI

JASA YG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN


BARANG KARENA PESANAN ATAU PERMINTAAN
DGN BAHAN & ATAS PETUNJUK DARI PEMESAN

DIKENAKAN PAJAK MENURUT UU PPN


Kecuali ditentukan lain
24

Jasa tidak dikenakan PPN


Pasal 4A ayat (3) (Hal 34-44)
a. Jasa pelayanan kesehatan k. Jasa tenaga kerja
medis l. Jasa perhotelan
b. Jasa pelayanan sosial m. Jasa yang disediakan oleh
c. Jasa pengiriman surat dengan pemerintah dalam rangka
perangko menjalankan pemerintahan
d. Jasa keuangan secara umum
e. Jasa asuransi n. Jasa penyediaan tempat
f. Jasa keagamaan parkir
g. Jasa pendidikan o. Jasa telepon umum dengan
h. Jasa kesenian dan hiburan menggunakan uang logam
i. Jasa penyiaran yang tidak p. Jasa pengiriman uang dengan
bersifat iklan wesel pos
j. Jasa angkutan umum di darat q. Jasa boga atau katering
dan di air serta jasa angkutan
udara dalam negeri yang
menjadi bagian yang tidak
terpisahkan dari jasa
angkutan udara luar negeri
25

BKP dan JKP

Seluruh barang dan jasa merupakan


BKP dan JKP

Pengecualian barang dan jasa sebagai


obyek PPN harus diatur oleh peraturan

Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun


2012
26

Tarif PPN
Pasal 7

Tarif PPN 10% (Dalam Negeri)

Tarif PPN 0% untuk:


• Ekspor BKP berwujud
• Ekspor BKP tidak berwujud
• Ekspor JKP
Tarif dapat diubah melalui Peraturan Pemerintah
• Paling rendah 5%
• Paling tinggi 15%
27

Penghitungan PPN

PPN terutang dihitung dengan cara:

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) x 10%

PPN terutang tersebut merupakan pajak keluaran


yang dipungut PKP penjual dan menjadi pajak
masukan bagi PKP pembeli
28

Perhitungan PPN
• PT Lion menjual BKP • PT A menjual BKP
seharga Rp 100 juta seharga Rp 220 juta
kepada PT Tiger, harga kepada PT Bunda, harga
tersebut belum termasuk tersebut sudah termasuk
PPN, berapakah PPN PPN, berapakah PPN
yang harus dipungut oleh yang harus dipungut oleh
PT Lion ? PT A ?
• PPN yg harus dipungut = • DPP = 100/110 x Rp 220
10% x Rp100 juta = Rp 10 juta = Rp 200 juta
juta • PPN yg harus dipungut =
10% X Rp 200 juta = Rp
20 juta
29

Dasar Pengenaan Pajak (DPP) PPN


Pasal 8A

Harga Jual
Penggantian
Nilai Ekspor
Nilai Impor
Nilai lain
30

DPP: Harga Jual


Nilai berupa uang, Penjualan 100.000.000
Potongan harga 10.000.000
termasuk semua biaya
Jumlah yg dibayar 90.000.000
yang diminta atau
seharusnya diminta
DPP 90.000.000
oleh penjual karena PPN terutang
penyerahan BKP, tidak (DPP x 10%) 9.000.000
termasuk PPN dan
potongan harga yang
dicantumkan dalam
Faktur Pajak.
31

DPP: Penggantian
• Nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang
diminta atau seharusnya diminta oleh pengusaha
karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau ekspor
BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN
dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak, atau
• Nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya
dibayar oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan
JKP dan/atau oleh penerima manfaat BKP Tidak
Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud
dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
32

DPP: Nilai Impor


Nilai Impor adalah nilai Cost 200.000.000
berupa uang yang menjadi Insurance 44.000.000
dasar penghitungan bea Freight 6.000.000
masuk ditambah pungutan CIF 250.000.000
berdasarkan ketentuan Bea Masuk 10% 25.000.000
dalam peraturan DPP PPN 275.000.000
perundang-undangan yang PPN 27.500.000
mengatur mengenai
kepabeanan dan cukai
untuk impor Barang Kena
Pajak, tidak termasuk PPN
dan PPnBM
33

DPP: Nilai Ekspor


• Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk
semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh eksportir.

Dalam hal Harga Jual atau Penggantian dipengaruhi oleh


hubungan istimewa, maka Harga Jual atau Penggantian
dihitung atas dasar harga pasar wajar pada saat
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak itu
dilakukan.
34

DPP: Nilai Lain


• Nilai lain sebagai DPP PPN diatur dalam
Permenkeu Nomor 75/PMK.03/2010 (hal 19),
direvisi dengan Permenkeu 38/PMK.011/2013,
56/PMK.03/2015, dan 121/PMK.03/2015.
• Nilai Lain untuk Penyerahan Emas Perhiasan
diatur dalam Permenkeu Nomor
30/PMK.03/2015
• Nilai Lain untuk Film Cerita Impor datur dalam
Permenkeu Nomor 102/PMK.011/2011
35

DPP Nilai Lain (1)


PEMAKAIAN SENDIRI HARGA JUAL/
PENGGANTIAN
PEMBERIAN CUMA-CUMA DIKURANGI
BKP/JKP. LABA KOTOR

PENYERAHAN BKP MELALUI HARGA


JURU LELANG LELANG

REKAMAN SUARA ATAU


HARGA JUAL
REKAMAN SUARA DAN
RATA-RATA
GAMBAR (s.d. Juni 2015)
PERK HASIL
FILM CERITA RATA2 PER
JUDUL FILM
36

DPP: Nilai Lain (2)

PERSEDIAAN DAN ATAU ASET HARGA PASAR


YG MENURUT TUJUAN YANG WAJAR
SEMULA TIDAK U/ DIPERJUAL ATAS PENJUALAN
BELIKAN YG MSH ADA PADA /PENYERAHAN
SAAT PEMBUBARAN BKP

PENYERAHAN BKP DARI


PUSAT KE CABANG ATAU HPP atau
SEBALIKNYA HARGA
DAN PENYERAHAN BKP DARI PEROLEHAN
ANTAR CABANG
HARGA JUAL
PRODUK HASIL TEMBAKAU ECERAN (HET)
(Per 1 Jan 2014, Rokok juga
dikenakan Pajak Daerah)
37

DPP: Nilai Lain (3)


JASA BIRO PERJALANAN/
JASA BIRO PARIWISATA*
10% X JUMLAH
JASA PENGIRIMAN TAGIHAN ATAU
PAKET* SEHARUSNYA
DITAGIH
JASA FREIGHT
FORWARDING*
20% X HARGA
PERDAGANGAN EMAS JUAL/NILAI
PERHIASAN (Per 1 Jan PENGGANTIAN
2014)*
HARGA KESEPAKATAN
PENYERAHAN MELALUI ANTARA PEDAGANG
PEDAGANG PERANTARA PERANTARA DGN
PEMBELI
* Pajak Masukan atas jasa biro perjalanan, perdagangan emas
perhiasan, pengiriman paket, dan forwading tidak dapat dikreditkan
38

Saat Terutang PPN


Pasal 11
• Penyerahan Barang Kena Pajak
• Impor Barang Kena Pajak
• Penyerahan Jasa Kena Pajak
• Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud dari luar Daerah Pabean
• Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean
• Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud
• Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud; atau
• Ekspor Jasa Kena Pajak
39

Saat Terutang PPN


• Dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan
Barang Kena Pajak atau sebelum penyerahan Jasa Kena
Pajak atau dalam hal pembayaran dilakukan sebelum
dimulainya pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak
Berwujud atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean,
saat terutangnya pajak adalah pada saat pembayaran.
• Direktur Jenderal Pajak dapat menetapkan saat lain
sebagai saat terutangnya pajak dalam hal saat
terutangnya pajak sukar ditetapkan atau terjadi
perubahan ketentuan yang dapat menimbulkan
ketidakadilan
40

Tempat Terutang PPN (Pasal 12)


• PKP yang melakukan penyerahan terutang pajak
▫ di tempat tinggal atau tempat kedudukan dan/atau
tempat kegiatan usaha dilakukan atau
▫ tempat lain selain tempat tinggal atau tempat
kedudukan dan/atau tempat kegiatan usaha dilakukan
• Atas pemberitahuan secara tertulis dari PKP, Direktur
Jenderal Pajak dapat menetapkan 1 (satu) tempat atau
lebih sebagai tempat pajak terutang.
• Dalam hal impor, terutangnya pajak terjadi di tempat
BKP dimasukkan dan dipungut melalui DJBC.
• Orang pribadi atau badan yang memanfaatkan BKP
Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean
di dalam Daerah Pabean terutang pajak di tempat
tinggal atau tempat kedudukan dan/atau tempat
kegiatan usaha.
41

Pemusatan Tempat Pajak Terutang


Pasal 12 ayat (2) dan PER-19/PJ/2010
• Diajukan dengan pemberitahuan terlebih dahulu ke
Kantor Wilayah dengan tembusan kepada Kepala KPP
masing-masing
• PKP dapat memilih satu tempat atau lebih sebagai
tempat Pemusatan PPN
• Jangka waktu berlakunya pemusatan 5 tahun, paling
lambat 2 bulan sebelum kadaluarsa pemusatan, PKP
dapat memberitahukan perpanjangan
• Akibat setelah pemusatan:
▫ Penyerahan antar cabang tidak lagi terhutang PPN
▫ PPN terhutang pada saat terjadi penyerahan dari tempat
yang dipilih sebagai tempat pemusatan PPN
42

Bab 8 (Sukardji)
43

Definisi PPnBM
DIKENAKAN ATAS

PENYERAHAN BKP IMPOR BKP YANG


YG TERGOLONG MEWAH TERGOLONG MEWAH

Pengusaha yang menghasilkan


BKP yang Tergolong Mewah

Dalam Daerah Pabean

Dalam Lingkungan Perusahaan


Dan Pekerjaannya
44

Pengenaan PPnBM
DIKENAKAN
HANYA SATU KALI

PADA WAKTU

PENYERAHAN BKP IMPOR BKP


YG TERGOLONG YANG TERGOLONG
MEWAH OLEH PRODUSEN MEWAH

• Tidak terdapat mekanisme pengkreditan


• PPnBM dapat direstitusi apabila BKP Mewah
dikespor
45

Prinsip Barang Obyek PPnBM


• Barang yang bukan merupakan barang
kebutuhan pokok
• Barang yang dikonsumsi oleh masyarakat
tertentu
• Barang yang pada umumnya dikonsumsi oleh
masyarakat berpenghasilan tinggi
• Barang yang dikonsumsi untuk menunjukkan
status
46

Tarif PPnBM
• Tarif PPnBM ditetapkan
▫ Paling rendah 10%
▫ Paling tinggi 200%
• Tarif PPnBM atas ekspor sebesar 0%
• Dasar Pengenaan Pajak PPnBM menggunakan
ketentuan DPP PPN
• Saat dan tempat terutang mengikuti ketentuan
PPN
47

Kelompok BKP Tergolong Mewah


• Kelompok BKP Mewah selain kendaraan
bermotor (PMK No. 106/PMK.010/2015)
▫ 20%, 40%, 50%, 75%.
• Kelompok BKP Mewah kendaraan bermotor
(PMK No. 64/PMK.011/2014)
▫ 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, 60%, 125%
48

Referensi
• Untung Sukardji, 2014, Pokok-
Pokok PPN Pajak Pertambahan
Nilai Indonesia, Edisi Revisi 2014,
Rajawali Pers.
• Waluyo, 2011, Perpajakan
Indonesia, Buku 2, Edisi 10, Salemba
Empat.

Anda mungkin juga menyukai