Anda di halaman 1dari 89

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN CONTOH

PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH

1. PENGANTAR PPN INDONESIA . 8. PAJAK PENJUALAN ATAS


BARANG MEWAH (PPn BM)
2. OBYEK PPN INDONESIA .
9. FASILITAS DI BIDANG PPN &
3. SUBYEK PPN INDONESIA . PPn BM
4. FAKTUR PAJAK . 10. RESTITUSI PPN & PPn BM
5. PENGKREDITAN PM VS PK . 11. PERHITUNGAN KEMBALI PM
6. PEMUNGUT PPN YANG TELAH DIKREDITKAN
12. PENGISIAN SPT MASA PPN 1195
7. PENGISIAN SPT MASA PPN -1195
PENGERTIAN UMUM PAJAK PERTAMBAHAN
NILAI (PPN)

PAJAK ATAS KONSUMSI BARANG ATAU JASA

DI DALAM DAERAH PABEAN

OLEH

-- ORANG PRIBADI

- BADAN
PENGERTIAN

PAJAK PAJAK PENJUALAN


PERTAMBAHAN ATAS BARANG MEWAH
NILAI (PPN) (PPn BM)

PAJAK YG DIKENAKAN
PAJAK YG DIKENAKAN
ATAS KONSUMSI BARANG
ATAS KONSUMSI
YG BERDSRKAN KMK
BARANG DAN JASA
TERGOLONG BRG MEWAH
DI DALAM

DAERAH PABEAN

WILAYAH RI YG DI DALAMNYA
BERLAKU PERATURAN
PERUNDANG-UNDANGAN PABEAN
Kantor Wilayah DJP Jatim III 5
Karakteristik PPN Indonesia
Pemikul beban pajak dg Penanggungjawab pembayaran Pajak
PajakTidak
Pajak TidakLangsung
Langsung
ke Kas Negara berada pada pihak yang berbeda.

Timbulnya kewajiban pajak sangat ditentukan oleh adanya obyek


PajakObyektif
Pajak Obyektif pajak

PPN dikenakan pada setiap mata rantai jalur produksi


MultyStage
Multy StageLevy
Levy
maupun distribusi BKP/JKP

Tidak Menimbulkan Pengenaan Pajak Berganda ( Non


NonCumulative
Non Cumulative
Cascade Effect / Non Double Taxation.
Metode Penghitungan PPN yang akan disetor ke KN dg cara
IndirectSubstraction
Indirect Substraction
mengurangkan PPN atas Perolehan dengan PPN atas
Credit/InvoiceMethod
Credit/Invoice Method Penyerahan Barang atau Jasa

PajakAtas
Pajak AtasKonsumsi
Konsumsi PPN hanya dikenakan atas barang / jasa yang dikonsumsi di
DalamNegeri
Negeri dalam daerah pabean Republik Indonesia
Dalam

TarifTunggal
Tunggal PPN dikenakan tarif 10 % atas Dasar Pengenaan Pajak
Tarif

B
Bank
Persepsi Pajak Tidak Langsung
DJP

FAKTUR PAJAK

BKP / JKP : 1000


Penjual
Penjual Pembeli
PKP Pembeli
PKP

Penanggungjawab PEMBAY : HJ + PPN Pemikul Beban Pajak


PT PT PT
BOGASARI INDOFOOD INDOMARCO

Harga Jual 100 juta Harga Jual 160 juta


PPN 10% 10 juta PPN 10% 16 juta Dianggap
TAGIHAN 110 juta Bayar
TAGIHAN 176 juta
ke negara

Indofood membayar PPN 10 juta ke suplier


Indofood memungut PPN 16 juta
ke konsumen
Setor ke Negara 6 juta
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN INDONESIA
(PSL 4 (1) hrf g, 4 (3) hrf f UU PPh Indonesia)

FAKTUR PAJAK

PKP B BKP/JKP PKP A

PEMBAY : HJ + PPN
FP yg dibuat PKP A
FP Dari PKP A mrp
akan dilaporkan sbg
bukti pembayaran
Pajak Keluaran (PK)
PPN sbg bukti utk
dalam SPT Masa PPN
Pengkreditan PM

B
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN INDONESIA
(PSL 4 (1) hrf g, 4 (3) hrf f UU PPh Indonesia)

FAKTUR PAJAK
FAKTUR PAJAK

PKP B BKP/JKP PKP A BKP/JKP PKP C

PEMBAY : HJ + PPN PEMBAY : HJ + PPN

FP yg dibuat PKP A
akan dilaporkan sbg
Pajak Keluaran (PK)
PAJAK KELUARAN dalam SPT Masa PPN
PAJAK MASUKAN
FP yang diterima dari
LEBIH BANYAK MANA? PKP C dilaporkan
sebagai Pajak Masukan
Dalam SPT Masa PPN
B
PKP B SEPATU PKP A KULIT PKP C

Tanggal Pembelia Penjualan Keterangan


n

10 Juni 300 juta


15 400 juta
22 220 juta Harga tmsk
PPN
28 176 juta Harga tmsk
PPN

PAJAK KELUARAN 40 + 16 = 56
PAJAK MASUKAN 30 + 20 = 50 Disetor ke kas negara
KURANG BAYAR 6 Paling lambat tanggal
15 bulan berikutnya .. JULI
(LEBIH BAYAR)
NIHIL Dilaporkan paling lambat
20 JULI 2013
B
PKP B SEPATU PKP A KULIT PKP C

Tanggal Pembelian Pembayaran Keterangan


10 Juli 10 juta Bayar Uang muka (barang blm dikirim)

18 190 juta Penerimaan barang (sisa dibayar tgl 10 Sept )

25 40 juta penerimaan uang muka penjualan


31 120 juta terima pelunasan penjualan
barang dikirim sudah dikirim 30 Mei

PAJAK KELUARAN 4 = 4
PAJAK MASUKAN 1 + 18 = 19
KURANG BAYAR
(15) Dilaporkan paling lambat
(LEBIH BAYAR)
20 AGUSTUS 2013
NIHIL

B
MEKANISME PEMUNGUTAN PPN INDONESIA
(PSL 4 (1) hrf g, 4 (3) hrf f UU PPh Indonesia)

FAKTUR PAJAK FP + SSP

PEMUNGUT
PKP B BKP/JKP PKP A BKP/JKP
PPN

PEMBAY : HJ + PPN FP yg dibuat PKP A PEMBAY : HJ BKP


FP Dari PKP A mrp akan dilaporkan sbg
bukti pembayaran PPN tdk dibayarkan
Pajak Keluaran (PK)
PPN sbg bukti utk kpd PKP A tp disetor
dalam SPT Masa PPN
Pengkreditan PM sendiri oleh Pemungut
PPN dg SSP

FP & SSP yang telah


disetor akan dikembalikan
PPN
PPN -- Abdul
Abdul Gani
Gani
B
Penyer Saat Pajak
Penagihan Pembayaran Terutang
BKP/JKP

12/9/2000 18/11/2000 10/2/2001 SSP Diterima


(Terlampir)
1195.C.4.1.1
Buat :
1. FP 18/11/2000Diisi Lengkap
2. SSP Diisi : Identitas, Jml Pjk SPT Masa PPN
Bln Feb 01
Utk PKP Rekanan
SSP Belum
Utk Pemungut PPN Diterima
Utk KPP Melalaui KPKN
1195.C.4.1.2
Arsip PKP
Utk PKP Rek. Lamp SPT
Utk PKP Melalui
Pemungut PPN Utk Bank/Kant Pos

Arsip Pemungut PPN


FP SSP B
Penyer. BKP di dlm Daerah Pabean dilakukan oleh Pengusaha

Impor Barang Kena Pajak

Penyer. JKP di dlm Daerah Pabean dilakukan oleh Pengusaha

Pemanfaatan BKP tdk berwujud dari luar Daerah Pabean di


dalam Daerah Pabean

Psl 4, 16C & 16D UU PPN 1984


Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean
Ekspor BKP yang dilakukan oleh PKP
Kegiatan membangun sendiri yg dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha/pekerjaan (Pasal 16C)

Penyerahan Aktiva oleh PKP, yg menurut tujuan semula


aktiva tsb tdk utk diper-jualbelikan , sepanjang PPN yang
dibayar atas perolehannya dapat dikreditkan B
CONTOH KASUS
• Jika kita menyantap makanan di restoran, biasanya di
dalam struk tagihan terdapat tax 10%. Apakah ini PPN
?
• PT Model Agency menandatangani kontrak dengan
Agency Inc. yang berkedudukan di US dengan nilai
USD 50,000 untuk 2 model asing. Berapa PPN
terutang dan bagaimana mekanisme pemungutannya
jika diketahui kurs pajak yang berlaku pd saat kontrak
adalah Rp 10.000/USD?
• PT ABG yang bergerak di bidang penerbangan
memiliki cabang di London. Pada bulan April 2005 PT
ABG meminta jasa konsultan teknik dari British
Airways. Penyerahan jasanya dilakukan di London
untuk kepentingan Cabang PT ABG di London,
sedangkan tagihannya dialamatkan ke PT ABG
Jakarta. Apakah atas tagihan tersebut terutang PPN?
Siapa yang harus memungut PPN-nya dan bagaimana
mekanisme pemungutannya?
B
PENGUSAHA
Ps. 1 angka 14

ORANG PRIBADI BADAN

DALAM KEGIATAN USAHA ATAU PEKERJAANNYA

- MENGHASILKAN BARANG;
- MENGIMPOR BARANG;
- MENGEKSPOR BARANG;
- MELAKUKAN USAHA PERDAGANGAN;
- MELAKUKAN USAHA JASA;
- MEMANFAATKAN BARANG TIDAK BERWUJUD / JASA DARI LUAR
DAERAH PABEAN
PENGUSAHA KENA PAJAK (PKP)
Ps. 1 angka 15

PENGUSAHA

YANG MELAKUKAN PENYERAHAN BKP/JKP

YANG DIKENAKAN PAJAK


BERDASARKAN UU PPN

TIDAK TERMASUK PENGUSAHA KECIL, KECUALI PENGUSAHA KECIL YANG


MEMILIH UNTUK DIKUKUHKAN SEBAGAI PKP
PENGUSAHA KECIL
KMK No. 571/KMK.03/2003
TGL. 29 DESEMBER 2003 Berlaku Mulai 1 Januari 2004

PENGUSAHA YG DLM LINGKUNGAN


PERUSAHAAN/PEKERJAANNYA MELAKUKAN

PENYERAHAN BKP DAN ATAU JKP

PEREDARAN BRUTO
TDK LEBIH DARI
Rp 4.8 M SETAHUN

Catatan :
Apabila sampai dengan suatu Masa Pajak dalam satu tahun buku
peredaran bruto lebih dari Rp 4,8 M,- maka pengusaha ini
memenuhi syarat sebagai PKP sehingga wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP selambat-lambatnya
pada akhir bulan berikutnya.
Kantor Wilayah DJP Jatim III 20
KEWAJIBAN PKP

1. Melaporkan Usahanya Untuk Dikukuhkan


Sebagai Pengusaha Kena Pajak
2. Memungut Pajak Yang Terutang 
membuat Faktur Pajak untuk setiap
4M 3.
penyerahan BKP dan JKP.
Menyetorkan Pajak Yg Terutang  Menye-
lenggarakan Pembukuan Sesuai Ketentuan
UU
4. Melaporkan Pajak Terutang  mengisi dan
menyampaikan SPT Masa (20 hari setelah
akhir Masa Pajak).
B
BARANG KENA JASA KENA
PAJAK PAJAK

SETIAP BARANG SETIAP JASA


SETIAP JASA
KECUALI… KECUALI…
KECUALI…

• KELOMPOK BARANG YG KELOMPOK JASA YG


• KELOMPOK BARANG YG KELOMPOK JASA YG
TIDAK DIKENAKAN PPN TIDAK DIKENAKAN PPN
TIDAK DIKENAKAN PPN TIDAK DIKENAKAN PPN
• PENYERAHAN BARANG
• PENYERAHAN BARANG
YG TIDAK DIPUNGUT PPN
YG TIDAK DIPUNGUT PPN
• PENYERAHAN BARANG
• PENYERAHAN BARANG
YG DIBEBASKAN PPN
YG DIBEBASKAN PPN
BARANG DAN JASA YG TIDAK DIKENAKAN PPN
(NEGATIVE LIST-BKP/JKP)
PASAL 4A UU PPN 1984

NON-BKP : NON-JKP, JASA DI BIDANG :


1. BARANG HASIL 1. PELAYANAN KESEHATAN
PERTAMBANGAN ATAU HASIL MEDIK;
PENGEBORAN YG DIAMBIL 2. PELAYANAN SOSIAL;
LANGSUNG DR SUMBERNYA: 3. PENGIRIMAN SURAT DG
MINYAK MENTAH, GAS BUMI, PERANGKO;
PANAS BUMI, PASIR & KERIKIL, 4. PERBANKAN, ASURANSI, SGU
BIJIH BESI DLL; DG HAK OPSI;
2. BARANG2 KEBT. POKOK YG SGT 5. KEAGAMAAN;
DIBUTUHKAN O/ RAKYAT 6. PENDIDIKAN;
BANYAK: BERAS, GABAH, 7. KESENIAN DAN HIBURAN YG
JAGUNG, SAGU, KEDELAI DAN TELAH DIKENAKAN PAJAK
TONTONAN;
GARAM;
8. PENYIARAN YG BUKAN IKLAN;
3. MAKANAN DAN MINUMAN YG 9. ANGKUTAN UMUM DI DARAT &
DISAJIKAN DI HOTEL, AIR;
RESTORAN, RUMAH MAKAN, 10. TENAGA KERJA;
WARUNG, & SEJENISNYA;
11. PERHOTELAN; DAN
4. UANG, EMAS BATANGAN, DAN 12. JASA YG DISEDIAKAN
SURAT-SURAT BERHARGA. PEMERINTAH DLM RANGKA
MENJALANKAN PEMERINTAHAN
SCR UMUM.

B
Apakah atas penyerahan ini terutang PPN ? Jelaskan jawaban Saudara beserta dasar
hukumnya dan kapan mulai berlakunya ! ( Asumsi yang dipakai adalah apabila barang
dan/atau jasa yang diserahkan adalah BKP/JKP maka yang menyerahkannya adalah
Pengusaha Kena Pajak – PKP )

Jenis Transaksi Bisnis Klarifikasi Obyek /


Bukan
OP bekas
1) Show room kendaraan bermotor bekas meyerahkan mobil BOP
2) Selaku PKP, PT. EKSPORT UTAMA mengekspor kedelai ke Turki

3) PT. BATA menyerahkan sepatu secara konsinyasi kpd PT. Matahari PP


4) Siman selaku pengusaha karoseri yang sudah dikukuhkan sebagai PKP, menjual salah
satu mesin bubutnya yang merupakan barang modal bagi perusahaannya
5) CV Griya Susun adalah perusahaan konstruksi. Pada tahun 2001 membangun ruangan
kantornya seluas 250 m2
6) Perusahaan roti “BMW” meminjam 10 zak tepung terigu dari perusahaan roti “oemar Bakeri “

7) Perusahaan Asuransi menjual mobil Derek yg digunakan dalam kegiatan operasional

8) PT. Grahadhika Santika menjual asset berupa hotel dan aktiva lainnya ke PT. Graha Nyess
B
KARENA PPN MERUPAKAN
PAJAK OBYEKTIF, MAKA PENGENAANNYA
HARUS DILIHAT DARI OBYEKNYA…

OBYEK PPN :

• Pasal 4 Undang-Undang PPN


• Pasal 16 C Undang-undang PPN
• Pasal 16 D Undang-undang PPN
OBYEK PPN
Pasal 4 ayat(1)UU PPN

1. Penyerahan BKP di dalam daerah Pabean oleh pengusaha


2. Impor BKP
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean oleh pengusaha
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah
pabean di dalam daerah pabean
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean di dalam
daerah pabean
6. Ekspor BKP berwujud oleh PKP
7. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP
8. Ekspor JKP oleh PKP
OBYEK PPN
Pasal 16 C UU PPN ;

• Pengenaan PPN atas kegiatan


membangun sendiri yang dilakukan
tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau
badan yang hasalnya digunakan sendiri
atau pihak lain.
OBYEK PPN
Pasal 16 D UU PPN ;

• Penyerahan aktiva yang menurut


tujuan semula tidak untuk
diperjual belikan oleh Pengusaha
Kena Pajak sepanjang Pajak
Masukannya pada saat perolehan
dapat dikreditkan.
KELOMPOK BARANG
YANG TIDAK DIKENAKAN PPN

BARANG HASIL PERTAMBANGAN ATAU HASIL PENGEBORAN YANG DIAMBIL LANGSUNG DARI
SUMBERNYA, YAITU :
MINYAK MENTAH (CRUDE OIL), GAS BUMI, PANAS BUMI, PASIR DAN KERIKIL, BATUBARA
SEBELUM DIPROSES MENJADI BRIKET BATUBARA DAN BIJIH BESI, BIJIH TIMAH, BIJIH EMAS,
BIJIH TEMBAGA, BIJIH NIKEL, DAN BIJIH PERAK SERTA BIJIH BAUKSIT

BARANG-BARANG KEBUTUHAN POKOK YANG SANGAT DIBUTUHKAN OLEH


RAKYAT BANYAK, YAITU :
BERAS, GABAH, JAGUNG, SAGU, KEDELAI, DAN GARAM BAIK YANG
BERYODIUM MAUPUN YANG TIDAK BERYODIUM

MAKANAN DAN MINUMAN YANG DISAJIKAN DI HOTEL, RESTORAN, RUMAH MAKAN,


WARUNG, DAN SEJENISNYA, TIDAK TERMASUK MAKANAN DAN MINUMAN YANG
DISERAHKAN OLEH JASA BOGA ATAU CATERING

UANG, EMAS BATANGAN, DAN SURAT-SURAT BERHARGA


JASA KENA PAJAK
(JKP)

SETIAP KEGIATAN PELAYANAN


BERDASARKAN
SUATU PERIKATAN/PERBUATAN HUKUM

YANG MENYEBABKAN
BARANG/FASILITAS/KEMUDAHAN/HAK,
TERSEDIA UTK DIPAKAI

TERMASUK

JASA YANG DILAKUKAN UNTUK MENGHASILKAN BARANG KARENA


PESANAN/PERMINTAAN
DGN BAHAN DAN ATAS PETUNJUK DARI PEMESAN

DIKENAKAN
DIKENAKANPPN
PPN
Kantor Wilayah DJP Jatim III 37
KELOMPOK JASA
YANG TIDAK DIKENAKAN PPN

JASA DI BIDANG
PELAYANAN KESEHATAN MEDIK, MELIPUTI :
• JASA DOKTER UMUM, DOKTER SPESIALIS, DAN DOKTER GIGI, DAN DOKTER HEWAN;
• JASA AHLI KESEHATAN SEPERTI AKUPUNTUR, AHLI GIGI, AHLI GIZI, DAN FISIOTERAPI;
• JASA KEBIDANAN DAN DUKUN BAYI;
• JASA PARAMEDIS DAN PERAWAT DAN
• JASA RUMAH SAKIT, RUMAH BERSALIN, KLINIK KESEHATAN, LABORATURIUM KESEHATAN, DAN SANOTARIUM

PELAYANAN SOSIAL, MELIPUTI :


• JASA PELAYANAN PANTI ASUHAN DAN PANTI JOMPO;
• JASA PEMADAM KEBAKARAN KECUALI YANG BERSIFAT KOMERSIAL;
• JASA PEMBERIAN PERTOLONGAN PADA KECELAKAAN;
• JASA LEMBAGA REHABILITASI KECUALI YANG BERSIFAT KOMERSIAL;
• JASA PEMAKAMAN TERMASUK KREMATORIUM; DAN
• JASA DIBIDANG OLAHRAGA KECUALI YANG BERSIFAT KOMERSIAL

PENGIRIMAN SURAT DENGAN PERANGKO

• PERBANKAN, KECUALI JASA PENYEDIAAN TEMPAT UNTUK MENYIMPAN BARANG DAN SURAT BERHARGA, JASA
PENITIPAN UNTUK KEPENTINGAN PIHAK LAIN BERDASARKAN SURAT KONTRAK (PERJANJIAN), SERTA ANJAK
PIUTAN;
• JASA ASURANSI, TIDAK TERMASUK BROKER ASURANSI; DAN
• JASA SEWA GUNA USAHA (SGU) DENGAN HAK OPSI

KEAGAMAAN, MELIPUTI :
• JASA PELAYANAN DI RUMAH IBADAH;
• JASA PEMBERIAN KHOTBAH ATAU DAKWAH; DAN
Kantor Wilayah DJP Jatim III
• JASA LAINNYA DIBIDANG KEAGAMAAN 38
KELOMPOK JASA
YANG TIDAK DIKENAKAN PPN

JASA DI BIDANG
PENDIDIKAN, MELIPUTI :
• JASA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN SEKOLAH ; DAN
• JASA PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN DI LUAR SEKOLAH, SEPERTI KURSUS

KESENIAN DAN HIBURAN YANG TELAH DIKENAKAN PAJAK TONTONAN, TERMASUK JASA DIBIDANG KESENIAN
YANG TIDAK BERSIFAT KOMERSIAL

PENYIARAN YANG BUKAN BERSIFAT IKLAN DAN TIDAK DIBIAYAI OLEH SPONSOR YANG BERTUJUAN KOMERSIAL

ANGKUTAN UMUM DI DARAT DAN DI AIR, YAITU : JASA ANGKUTNA DI DARAT, LAUT, DAN DI SUNGAI YANG
DILAKUKAN OLEH PEMERINTAH ATAU SWASTA

TENAGA KERJA

PERHOTELAN, MELIPUTI :
• JASA PERSEWAAN KAMAR TERMASUK TAMBAHANNYA DI HOTEL, RUMAH PENGINAPAN, MOTEL, LOSMEN,
HOSTEL SERTA FASILITAS YANG TERKAIT DENGAN KEGIATAN PERHOTELAN UNTUK TAMU YANG MENGINAP;
DAN
• JASA PERSEWAAN RUANGAN UNTUK KEGIATAN ACARA ATAU PERTEMUAN DI HOTEL, RUMAH PENGINAPAN,
MOTEL, LOSMEN, DAN HOSTEL

JENIS JASA YANG DISEDIAKAN OLEH PEMERINTAH DALAM RANGKA MENJALANKAN PEMERINTAHAN SECARA
UMUM
I
Subyek Pajak
Orang pribadi atau badan dalam bentuk apapun yang
dalam lingkungan perusahaan atau pekerjaannya ;
1. menghasilkan barang,
2. mengimpor barang,
3. mengekspor barang,
4. melakukan usaha perdagangan,
5. memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar daerah
pabean,
6. melakukan usaha jasa, atau
7. memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean.
PENGUSAHA NON
KENA PAJAK PENGUSAHA
KENA PAJAK

B
CONTOH KASUS
• PT DELE JAYA menjual 5 ton kedele kepada PT KECAP ENAK
• Pak Wisnu, pengusaha tempe keripik kaliber internasional
mengekspor produknya ke Ethiopia
• Rumah Makan Wong Solo menjual tahu & tempe kepada
pembelinya.
• PT Indogrosir menjual beras yang dikemas @ 5 kg kepada
konsumen
• PT Indogrosir menjual sabun “LOOK” kepada konsumen
• UD. Lancar menjual 10 ton pasir kepada PT JAYA Konstruksi
• PT Indofood menyumbang mie instan ke Aceh
• PT Indofoot, produsen sandal, memberikan sandal jepit
kepada karyawannya

B
CONTOH KASUS
• PT Bank BRI memberikan bunga deposito kepada nasabahnya
• Kantor Akuntan Publik BAMBANG & Rekan memberikan jasa
audit kepada STIE YKPN
• RS DR Sardjito memberikan pelayanan medis kepada
mahasiswa STIE YKPN
• PT MIO menyewakan sepeda motor kepada konsumennya
• Hotel MELIA menyewakan kamar hotel kepada konsumennya
• RCTI menyiarkan iklan layanan umum dari Menteri Kesehatan
• TVRI menyiarkan iklan komersial sabun “COLEK”

B
FUNGSI FAKTUR PAJAK

SEBAGAI BUKTI PUNGUTAN PAJAK

SARANA MENGREDITKAN PAJAK


MASUKAN

BUKTI PEMBAYARAN PAJAK BAGI


PEMBELI BKP ATAU PENERIMA JKP

60
FAKTUR PAJAK

FAKTUR PAJAK DOKUMEN TERTENTU SBG


FAKTUR PAJAK STANDAR
JENIS FP

STANDAR (Ps. 13 ayat (6) UU PPN 1984 jis Kep.


( Ps. 13 ayat (5) UU PPN 1984 jo Per. DJP No. KEP- 522/PJ/2000,6-12-2000 &
DJP No. PER-159/PJ/2006, 31-10-2006 ) No. KEP- 312/PJ/2001, 23 – 4 – 2001)

1. Minimal memuat ket. dimak-


sud dlm Ps. 13 ay. (5) UUPPN
2. Bentuk sesuai kebutuhan ad-
ministasi PKP ybs.
3. Menggunakan Kode & Nomor
Seri sesuai ketentuan
4. Pengadaan oleh PKP jbs.

FAKTUR PAJAK
GABUNGAN FAKTUR PAJAK
(Ps. 13 ayat (2) UU PPN 1984) SEDERHANA
(Ps. 13 ayat (7) UU PPN 1984
jis Kep.DJP No. 524/PJ/2000,
Satu FP Standar memuat
6-12-2000 & No.KEP-425/PJ/
slrh penyer. BKP dan/atau 2001& No. KEP-128/PJ/2004)
JKP dlm satu Masa Pajak
untuk Pembeli BKP atau
Penerima JKP yg sama. 61
PALING LAMBAT PD SAAT PEMBAY., DLM HAL
PEMBAY. DITERIMA SBLM DILAKUKAN PENYER.

PALING LAMBAT PADA SAAT PKP REKANAN


MENYAMPAIKAN TAGIHAN KPD PEMUNGUT PPN

PALING LAMBAT PD SAAT PENERIMAAN TERMIJN PEM-


BAY. DLM HAL PENYERAHAN SEBAGIAN TAHAP PEKERJ.
SAAT PEMBUATAN FP

SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK STANDAR


( Ps. 2 Peraturan Dirjen Pajak PER-159/PJ./2006, 31 Oktober 2006)

PALING LAMBAT PD AKHIR BULAN BERIKUTNYA


STL BLN DILAKUKAN PENYER. BKP DAN ATAU
PENYERAHAN KESELURUHAN JKP, DLM HAL
PEMBAYARAN DITERIMA STL AKHIR BLN BERI-
KUTNYA STL BULAN PENYERAHAN

PALING LAMBAT PD SAAT PENERIMAAN PEMBA-


YARAN DLM HAL PEMBAYARAN TERJADI SBLM
AKHIR BLN BERIKUTNYA STL BULAN DILAKUKAN
PENYERAHAN BKP/JKP 62
PALING LAMBAT AKHIR BLN BERIKUT-
NYA STL BULAN DILAKUKAN PENYERAH-
AN BKP/JKP, DLM HALPEMBAY. BAIK SE-
BAGIAN ATAU SELURUHNYA TERJADI STL
BERAKHIRNYA BLN PENYERAHAN BKP/JKP

SAAT PEMBUATAN
FAKTUR PAJAK
GABUNGAN

PALING LAMBAT PD AKHIR BLN PENYE-


RAHAN BKP/JKP, DLM HALPEMBAY. BAIK
SEBAG ATAU SELURUHNYA TERJADI SBL
BERAKHIRNYA BLN PENYERAH. BKP/JKP

63
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK I

* Perjanjian jual beli BKP, harga jual Rp 100 juta


* Uang Muka Rp 10 juta diterima tgl 5 Maret 2005
* Penyerahan BKP tgl 22 April 2005
• Pembayaran Rp 90 juta diterima tgl 27 Juli 2005

Uang muka Penyerahan Pembayaran


Rp 10 juta BKP Paling lambat Rp 90 juta
5/3/05 22/4/05
31/5/05 27/7/05

FP 5/3/05 FP 31/5/05
PPN Rp 1 juta PPN Rp 9 juta

64
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK II
(KEP-549/PJ./2000 jo KEP-424/PJ/2002)

 Perjanjian jual beli BKP, harga jual Rp 100 juta.


 Uang Muka Rp 10 juta diterima tgl 5 Maret 2005
 Penyerahan BKP tgl 22 April 2005
 Pembayaran Rp 90 juta diterima tgl 29 Sept. 2005

Uang muka Penyerahan Pembayaran


Batas waktu
Rp 10 juta BKP Rp 90 juta
Pembuatan FP
5/3/05 22/4/05 31/5/05 31/8/05 1/9/05 29/9/05

3 bln (atau)

FP 5/3/05 FP 31/5/05 FP 31/8/05 FP 1/9/05


PPN Rp 1 juta PPN Rp 9 juta PPN Rp 9 juta PPN Rp 9 juta

PM DPT DIKRE- PM TDK DPT DI-


DITKAN OLEH KREDITKAN OLEH
Dalam hal PKP PEMBELI PKP PEMBELI
FP dibuat

DENDA = 2% x DPP 65
KAPAN MEMBUAT
FAKTUR PAJAK (menagih PPN)

• Pembayaran uang muka/lunas SEBESAR UANG MUKA

• Pengiriman barang SEBESAR NILAI


PENGIRIMAN - UANGMUKA
PM yang dapat dikreditkan
• PM yang berkaitan dengan pengeluaran yang
langsung berhubungan dengan kegiatan usaha yang
penyerahannya terutang PPN, yaitu pengeluaran
untuk kegiatan-kegiatan :
– distribusi
– produksi
– pemasaran
– manajemen
• Bukti pemungutannya tercantum dalam Faktur Pajak
Standar yang lengkap (tidak cacat).

B
Sanksi

Denda
Rp 50.000,- Bunga sebesar 2%

PKP yg terlambat PKP yg terlambat


menyampaikan membayar
SPT Masa

Denda sebesar 2% dari DPP

• pengusaha yg seharusnya melaporkan usahanya


u/ dikukuhkan sbg PKP ttp tdk melaporkan
• Pengusaha yg bukan PKP ttp membuat FP
• PKP yg tdk membuat FP atau membuat FP ttp
tdk tepat waktu atau tdk mengisi lengkap
B
Penyerahan BKP / JKP Perolehan BKP / JKP
(1bulan) (1bulan)
Faktur Pajak

Faktur Pajak
Pajak Keluaran (PK)
(PPN atas penyerahan BKP/JKP)

Pajak Masukan (PM)


(PPN atas pembelian/perolehan BKP/JKP)

Hasil selisih; KB/LB/N =…..


KB = kurang bayar ; PK> PM
LB = Lebih bayar ; PM> PK
N = Nihil PK= PM B
Cara Kerja PPN

PPN dikenakan atas pertambahan nilai (value added) dari barang yang dihasilkan atau diserahkan oleh PKP,
apakah ia pabrikan, importir, agen utama, atau distributor utama.
Secara umum, pajak dipungut secara bertingkat pada jalur produksi dan distribusi dengan tidak ada unsur
pemungutan pajak berganda.
Dengan demikian, sistem PPN:
1. Dikenakan atas penyerahan
2. Dipungut secara bertingkat pada jalur produksi dan distribusi
3. Mekanisme Kredit Pajak (metode faktur pajak).
Contoh:
A. Pertambahan Nilai:
1. Beli:
a. Bshan Baku 2.000
b. Bahan Pembantu 1.000
c. Spare Parts dan lain-lain 1.000
4.000
2. Biaya:
Penyusutan 250
Bunga Modal 750
Gaji/Upah 1.000
Manajemen 750
Laba Usaha 750
3.500
3. Harga Jual 7.500
Keluaran (ouput) 750
Masukan (input) 400
Pertambahan Nilai (J-B) 350

PPN Tingkat Pabrik

Tingkat Produksi Harga Jual Pajak keluaran Pajak Masukan PPN


Petani Kapas 1.000 - - -
Pemintalan 1.500 150 - 150
Penenunan 2.000 200 150 50
Pencelupan 2.300 230 200 30
Textil 3.000 3000 230 70
Jumlah PPN yang harus - - - 300
dibayar
PAJAK PENJUALAN ATAS BARANG MEWAH (PPnBM)

Pertimbangan munculnya

•Keseimbangan pembebanan pajak antara konsumen berpenghasilan rendah


dengan tinggi
•Perlu pengendalian pola konsumsi atas barang tergolong mewah (BKPTM)
•Perlindungan pada produsen kecil/lemah
• pengamanan penerimaan negara

Dikenakan PPN Produsen/Importir BKPTM

Dikenakan PPnBM
Catatan:
•PPnBM merupakan pungutan tambahan
disamping PPN hanya sekali pungut, saat
•Penyerahan BKP yang tergolong Mewah penyerahan BKPTM oleh pengusaha yang
yang dilakukan oleh pengusaha yang menghasilkan atau saat impor.
menghasilkan BKPTM tersebut di dalam •Oleh karena itu PPnBM tidak boleh dikredit
Daerah Pabean dalam kegiatan usaha atau kan dengan PPnBM yang terutang.
pekerjaan •Prinsip pungutan hanya sekali, saat;
•Impor BKPTM oleh siapapun 1. Penyerahan oleh pabrikan atau produsen
BKPTM
2. Impor BKKPTM
.
PPN & PPnBM
TARIF
Dasar Pengenaan Pajak (DKP)

•Harga Jual •Nilai eksport


•Nilai Pengganti •Nilai lain yang ditetapkan dengan
•Nilai Impor Keputusan Menteri Keuangan

•Tarif PPN yang berlaku 10%


P
•Sedang PPN atas ekspeort BKP, maksudnya adalah 0%, artinya bukan berarti
P
N pembebasan pengenaan PPN, melainkan Pajak Masukan yang telah dibayar dari
barang yang dieksport dapat dikreditkan

P •
Tarif PPnBM terdapat pengelompokkan tarif, yaitu paling rtendah 10% paling tinggi
P
200%. Tarif PPnBM yang berlaku saat ini adalah: 10%, 20%, 30%, 40%, 50%, dan 75%
n
B
M
.
CARA MENGHITUNG

PPN PPnBM

PPN = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif PPnBM = Dasar Pengenaan Pajak x Tarif

Contoh:
•PKP “A” menjual tubai BKP kepada PKP “B” dengan Harga Jual Rp 25.000.000
. PPN terutang: 10% x Rp 25.000.000 = Rp 2.500.000
PPn sebesar Rp 2.500.000 tersebut merupakan pajak keluaran, yang dipungut
oleh PKP “A”. Sedang bagi PKP “B”, PPN tersebut ,emrupakan pajak Masukan.

•Seseorang mengimpor BKP dari Luar Daerah Pabean dengan Nilai Impor
Rp 15.000.000. PPN yang dipungut melalui Dirjen Bea dan Cukai =
10% x Rp 15.000.000 = Rp 1.500.000.
MEKANISME KREDIT PAJAK

.
Membayar PPN

•Pembeli BKP
P Bukti pungutan PPN
•Penerima JKP
K •Pihak pemanfaat BKP dari luar Daerah Pabean
P •Pihak pemanfaat JKP dari luar Daerah Pabean

Pajak Masukan

Dikreditkan dengan (yg dipungut dlm masaa pajak yang sama)

Jika belum dikreditkan


Pajak Keluaran

Dikreditkan pada masa berikutnya paling lambat 3 bulan setelah berakhirnya Masa
Pajak yg bersangkutan sepanjang belum dibebankan sgb biaya dan blm dilakukan pemeriksaan

Dalam hal belum ada Pajak Keluaran dalam suatu Masa Pajak, Maka pajak masukan tetap
dapat dikreditkan. Pajak Masukan yang dibayarkan untuk perolehan BKP/JKP dikreditkan
dengan Pajak Masukan ditempat PKP dikukuhkan. Jika Pajak Keluaran >Pajak Masukan,
selisihnya merupakan PPN yang harus dibayar ke Kas Negara. Jika sebaliknya keadaanya,
makaselisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat dimninta kembali (restitusi)/kompensasi
Contoh:1
• Selama bulan takwim terjadi sebagai berikut;
• Membeli bahan baku dan lain-lain dari pabrikan Rp 100.000.000
Pajak Masukan yang harus dibayar elalui pabrikan adalah:
10% x Rp .100.000.000 = 10.000.000.000
• Penjualan hasil produksi Rp 60.000.000
• Pajak Keluaran yang harus dibayar 10% x 60.000.000 = 6.000.000
• PPN yang lebih bayar dalam Masa Pajak yang bersangkutan:
10.000.000 - 6.000.000 - 4.000.000
• Kelebihan tersebut dapat dikompensasikan dengan pajak terutang masa pajak
berikutnya atau dapat diminta kembali (restitusi)
Contoh: 2
• Membeli bahan baku dan lain-lain dari pabrikan Rp 80.000.000
• Pajak Masukan yang harus dinayar 10% x 80.000.000 = Rp 8.000.000
• Penjualan hsil produksi Rp 180.000.000
• Pajak keluaran 10% x 180.000.000 = 18.000.000
• PPN yang masih harus dibayar ke Kas Negara= Rp 18.000.000.- 8.000.000 = 10.000.000
Pajak Masukan yang Tidak Dapat Dikreditkan

1. Perolehan BKP dan JKP sebelum dikukuhkan sebagai PKP


2. Perolehan BKP dan JKPO tidak ada kaitannya langsung dengan kegiatan atau usaha
3. Perolehan dan pemelihraan kendaraan bermotor sedan, jeep, station wagon, van dan kombi,
kecuali merupakan barang dagangan atau disewakan
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar daerah pabean sebelum
pengusaha dikukuhkan sebagai PKP
5. Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud
dalam pasal 13 ayat 93) UU PPN
6. Perolehan BKP atau JKP yang bukti pungutan pajaknyab berupa Faktur Pajak Sederhana
7. Pemanfaatan BKP tidak berwujud atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean yang Faktur
Pajaknya tidak memenuhi ketentuan sebagaimana dimaksud dalam pasal 13 ayat (6) UU PPN
8. Perolehan BKP atau JKP yang Pihak Masukannya ditagih dengan penerbitan ketetapan pajak
9. Perolehan BKP atau JKP yang pajak Masukannya tidak dilaporkan dalam SPT Masa PPN yang
ditemukan pada waktu dilakukan pemeriksaan.
10. Berkenaan dengan:
• Penyerahaan kendaraan bermotor bekas
• penyerahan jasa yang dilakukan oleh Pengusaha biro perjalanan atau biro wiraswasta
• jasa pengiriman paket
• jasa anjak piutang dan kegiatan membangun sendiri
1. Penyrerahan BKP/JKP
, 2. Impor BKP
3. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar Daerah Pabean
didalam Daerah Pabean
Saat Terutangnya 4. Pemanfaatan JKPdari luar Daerah Pabean didalam Daerah
Pajak Pabean
5. Ekspor BKP
6. Pembayaran, dalam hal pembayaran diterima sebelum
penyerahan BKPsebelum BKP tidak berwujud atau JKP
dari Luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean

1. Untuk penyerahan BKP/JKP:


a. Tempat TinggalTempat Kedudukan;
b. Tempat kegiatan usaha
2. Untuk impor, ditempat BKP dimasukkan kedalam Daerah
Pabean
3. Untuk pemanfaatan BKP tidak berwujud dan atau JKP dari
Tempat luar Daerah Pabean, ditempat orang pribadi atau badan
Terutangnya tersebut terdaftar sebagai WP
Pajak 4. Untuk kegiatam membangun sendiri oleh PKP yang
dilakukan tidak dalam lingkungan perusahaan atau
pekerjaannya atau oleh bukan PKP, ditempat bangunan
tersebut didirikan
5. Tempat lain yang ditetapkan dengan Keputusan
Dirjen Pajak
Faktur Pajak
Faktur pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP atau JKP, atau bukti pungutan pajak karena impor yang digunakan oleh
Dirjen Bea dan Cukai. Setiap PKP yang melakukan penyerahan BKP dan JKP wajib membuat
Faktur Pajak.
Faktur Pajak Dapat Berupa:
1. Faktur Pajak Standar
2. Faktur Pajak Gabungan
3. Faktur Pajak Sederhana
4. Dokumen-dokumen tertentu yang ditetapkan sebagai Faktur Pajak Standar oleh Dirjen
Pajak

Harus di cantumkan

1. Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP dan atau JKP


2. Nama, alamat, NPWP pembeli BKP atau penerima JKP
Faktur 3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Julah atau pe4ngganti, dan
Pajak potongan harga
Standar 4. PPN dipungut
5. PPnBM yang dipungut
6. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak
7. Kode, jabatan, dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur
Pajak
Pembuatan Faktur Pajak Standar

Pembayaran diterima Dibuat palinglambat pada akhir bulan


setelah bulan penyerahan berikutnya setelah bulan penyerahan
BKP/JKP BKP dan atau penyerahan JKP

Dibuat paling lambat


Pembayaran diterima pada saat penyerahan
sebelum penyerahan BKP dan atau
BKP/JKP penyerahan JKP

Dalam hal Pepenyerahan


sebagian Dibuat paling lambat
tahap pekerjaan pada saat pembayaran termin

Dibuat paling lambat


Dalam hal Penyerahan
pada saat PKP Pmenyampaikan tagihan
BKP/JKP kepada
kepada pemungut PPN
pemungut PPN,
Faktur Pajak Gabungan

Untuk meringakan bban administrasi, kepada KPK diperkenankan untuk membuat satu
Faktur Pajak yang meliputi semua penyerahan KBK atau JKP yang terjadi selama satu
bulan takwim kepada pembeli yang sama atau penerima JKP yang sama. Faktur Pajak ini
disebut Faktur Pajak Gabungan.

Faktur Pajak Sederhana

Faktur Pajak yang dibuat oleh PKP untuk menampung kegiatan penyerahan BKP atau
penyerahan JKP yang dilakukan secara langsung kepada konsumen akhir. Dirjen Pajak
dapat menetapkan tanda bukti penyerahan atau tanda bukti pembayaran sebagai Faktur
Pajak Sederhana yang paling sedikit memuat:
1. Nama, alamat, NPWP, yang menyerahkan BKP/JKP
2. Jenis dan kuantum
3. Jumlah harga jual atau penggantian yang sudah termasuk pajak atau besarnya pajak
dicantumkan secara terpisah
4. Tanggal pembuatan Faktur Pajak Sederhana

Faktur Pajak Sederhana bisa berupa bon nota, kuitansi, bukti pembayaran, dan dokumrn
lain yang sejenis.
. •Identitas yang berwenang menerbitkan dokumen
•Nama dan alamat penerima dokumen
Dokumen tertentu •NPWP dalam hal penerima pajak adalah WP dalam negeri
yang diperlakukan •Jumlah satuan barang jika ada
sebagai Faktutr •Dasar pengenaan pajak
Pajak •Jumlah pajak yang terutanh kecuali dalam hal ekspor
Harus memuat
Sepanjang memenuhi syarat tersebut, dokumen ini dapat diberlakukan sebagai Faktur Pajak

1. Pemberiatahuan Impor Barang (PEB) yang dilampiri SSP dan atau bukti pungutan pajak oleh
Dirjen Bea dan Cukai untuk impor BKP
2. Pemberitahuan Ekspor Barang (PEB) yang telah di fiat muat oleh pejabat yang berwenang dari
Dirjen Bea dan Cukai dan dilampiri degan invoice yang merupakan satu kesatuan yang tidak
terpisahkan dengan PEB tersebut
3. Paktor Nota Bon penyerahan Barang (PNBP) yang dibuat/dikeluarkan oleh Pertamina untuk
penyerahan BBMM dan atau bukan BBM,
4. Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan oleh BULOD/DOLOG
untuk penyaluran tepung terigu
5. Tnda pembayaran atau kuitansi telepon
6. Tiket, tagihan Surat Muatan Udara (Airway Bill) atau Delivery Bill, yang dibuat/dikeluarkan
untuk penyerahan jasa angkutan udara dalam negeri
7. SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP tidak berwujud atau luar Daerah Pabean
8. Nota Penjualan Jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa kepelabuhanan
Penyerahan Kepada Pemungut PPN

Pemungut PPN adalah bendaharawan pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang
ditunjuk oleh Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak
terutang oleh PKP atas penyerahan BKP dan atau JKP kepada bendaharawan pemerintah,
badan, atau instansi pemerintah tersebut. Berdasar pada peraturan, yang ditetapkan
sebagai pemungut PPN adalah:
1. Kantor Perbendaharaan dan Kas Negara (KPKN)
2. Bendaharawan Pemerintah Pusat dan Daerah, baik propinsi, Kota, maupun
Kabupaten
3. Pertamina
4. Kontraktor-kontraktor Bagi Hasil dan Kontraktor Karya dibidang Minyak dan Gas Bumi,
Panas Bumi, dan Pertambangan Umum lainnya
5. BUMN dan BUMD
6. Bank Milik Negara, Bank Milik Daerah dan Bank pemungut Indonesia
Pemungut PPN melakukan pembayaran atas penyerahan BKP danb atau JKP oleh PKP wajib
memungut, menyetor, dan melaporkan PPN dan PPnBM yang terutang oleh PKP yang
melakukan penyerahan BKP dan JKP. Pemungutan PPN dan PPnBM dilakukan pada saat
dilakukan pembayaran PKP.
PPN dan PPnBM tidak dipungut dalam hal:
1. Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 1000.000 dan tidak merupakan
pembayaran yangbterpecah-pecah
2. Pembayaran untuk pembebasan tanah
3. Pembayaran atau penyerahan BKP dan atau JKP yang menurut ketentuan perundang-
undangan yang berlaku, mendapat fasilitas PPN tidak dipungut dan atau dibebaskan
dari pengenaan PPN
4. Pembayaran atas penyerahan Bahan Bakar Minyak dan Bukan Bahan Bakar Minyak
oleh Pertamina
5. Pembayaran atas rekening telepon
6. Pembayaran atas jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan
7. Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang atau jasa yang menurut ketentuan
perundang-undangan yang berlaku tidak dikenakan PPN
Pemungutan PPN dan PPnBM oleh Bendaharawan Pemerintah dan KPN
•Bendaharawan Pemerintah adalah bendaharawan atau pejabat yang melakukan pembayaran yang
danannya dari APBN atau APBD.
•Dasat Pemungutan pajaknya adalah Jumlah Pembayaran.
•Dalam jumlah pembayaran tersebut sudah termasuk PPN dan PPnBM yang terutang.
•Sehingga, dalam hal penyerahan yang dilakukan hanya terutang PPN saja, PPN yang dipungut adalah
10/110 bagian dari jumlah pembayaran.
Contoh:
Jumlah Rp. 11.000.000
Jumlah PPN yang dipungut: 10/110 x 11.000.000 Rp 1.000.000
Sisa yang dibayarkan kepada KPK sebesar 10.000.000

Sedang dalam hal penyerahan BKPTM, disamping terutang PPN juga terutang PPnBM, maka jumlah PPN
dan PPnBM yang dipungut adalah sebagai berikut:
Dalam hal terutang PPnBM (misalnya dikenakan PPnBM sebesar 20%), maka jumlah PPN yang dipungut
sebesar 10/110 bagian dari jumlah pembayaran dan jumlah PPnBM yang dipungut sebesar 20/130
bagian dari jumlah pembayaran.
Contoh:
Penyerahan BKPTM yang dikenakan PPnBM dengan tarif 20%
jumlah pembayaran Rp. 13.000.000
Jumlah PPN yang dipungut: 10/130 x 13.000.000 Rp. 1.000.000
Jumlah PPnBM yang dipungut: 20/130 x 13.000.000 Rp 2.000.000
Sisa yang dibayarkan kepada PKP sebesar Rp 10.000.000
Pengukuhan
Setiap pengusaha yang berdasarkan Undang-undang PPN 1984 dikenakan pajak, wajib melaporkan
usahannya pada Dirjen Pajak untuk dikukuhkan menjadi PKP, dan kepadanya diberi BPPKP. Terhadap
pengusaha yang telah memenuhi syarat sebagai PKP tetapi tidak melaporkan usahannya untuk
dikukuhkan sebagai PKP akan dikenakan sanksi perpajakan.

SPT MASA PPN


SPT Masa merupakan laporan bulanan yang dapat disampaikan oleh PKP, mengenai perhitungan:
1. Pajak Masukan berdasarkan realisasi pembelian BKP atau realisasi penerimaan JKP
2. Pajak Keluaran berdasarkan realisasi pengeluaran BKP/JKP
3. Penyetoran pajak atau kompensasi

Bagi Pengusaaha Kena Pajak penyampaian SPT bersifaT:


1. Wajib melaporkan perhitungan pajak tersebut kepada Dirjen Pajak
2. Dalam jangka waktu 20 hari setelah akhir Masa Pajak
3. Menngunakan formulir SPT Masa
4. Keterangan dan dokumen yang dicantum dan/atau dilampirkan pada SPT Masa ditetapkan oleh
Menteri Keuangan
5. SPT dianggap tidak dimasukkan jika atau tidak sepenuhnya melaksanakan ketentuan UUPPN
6. Perhatikan juga Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan.
PM yang dapat dikreditkan
• PM yang berkaitan dengan pengeluaran yang
langsung berhubungan dengan kegiatan usaha
yang penyerahannya terutang PPN, yaitu
pengeluaran untuk kegiatan-kegiatan :
– distribusi
– produksi
– pemasaran
– manajemen
• Bukti pemungutannya tercantum dalam Faktur
Pajak Standar yang lengkap (tidak cacat).
B
Kriteria FP Standar Cacat
DIISI TIDAK LENGKAP
NPWP TDK ADA,
CORETAN,JABATAN

DIBUAT SETELAH
MELEWATI 3 BLN
SETELAH JATUH NAMA DAN/ATAU
TEMPO PEMBUATAN NPWP PEMBELI
FP KELIRU

NO SERI FP TIDAK MENGGUNAKAN CAP


SESUAI DENGAN RESIKO PM TANDA TANGAN
KETENTUAN YG UNCREDITABL
TERDIRI DARI 3
KOMBINASI
E
BETULKAN
KESALAHAN DG
CARA DI TIP EX,
CORET, DILEM
KERTAS, DLL
B
PM yang tidak dapat dikreditkan
Pasal 9 ayat (8) dan Pasal 16B ayat (3) UU PPN 1984 jis. Psl 12 PP No. 143 / 2000
dan PP No. 24/2002

• Perolehan BKP/JKP sebelum pe- • Perolehan BKP/JKP dalam FP Standar cacat


ngusaha dikukuhkan sebagai PKP ( pasal 13 ayat 5)
• Perolehan BKP/JKP yang tidak
berhubungan langsung dengan • Pemanfaatan BKP tidak berwujud /JKP
kegiatan usaha dari luar daerah pabean, dalam FP yang
• Perolehan dan pemeliharaan tidak memenuhi ketentuan yang
kendaraan bermotor sedan, jeep, digariskan dalam KepDirjen (pasal 13 ayat
station wagon, van dan kombi 6)
kecuali sbg barang dagangan atau
disewakan. • Perolehan BKP/JKP yang PM-nya ditagih
• Pemanfaatan BKP tidak ber- melalui ketetapan pajak
wujud/JKP dari luar daerah pabean • Perolehan BKP/JKP yang PM nya tidak
sebelum pengukuhan sebagai PKP dilaporkan dalam SPM dan diketemukan
• Perolehan BKP/JKP dg bukti pu- pada saat pemeriksaan.
ngutan berupa FP sederhana
• Perolehan BKP/JKP yg digunakan utk
kegiatan usaha yg menghasilkan
penyerahan yang dibebaskan dari
pengenaan PPN (Psl 16B ayat (3)

Anda mungkin juga menyukai