Anda di halaman 1dari 32

BREVET A

PPN dan PPnBM – A (PENGANTAR)

BONANDO S P SIREGAR
PERKENALAN
BONANDO S P SIREGAR
 Pengalaman Bekerja:
1. Account Representative : 6 Tahun
2. Penelaah Keberatan : 2 Tahun
 Pengalaman Mengajar
1. D3 Perpajakan Unram : 3 Tahun

PESERTA
1. Nama :
2. Asal
3. Pekerjaan :
4. Tujuan Brevet A & B :
5. Harapan Materi PPN :
Pajak atas Konsumsi
 Sales Tax / Pajak Penjualan (PPn)
 Value Added Tax (VAT) / Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Pajak Penjualan (PPn)
Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
Perkembangan di Indonesia
1. Pajak Pembangunan I (PPb I)
 Mulanya sukarela
 1 Juni 1947 resmi dipungut atas rumah makan
 UU No. 32 Tahun 1956 dilimpahkan ke Pemda
2. Pajak Peredaran 1950 (Ppe 1950)
 Dikenakan atas penyerahan barang/ jasa di Indonesia
 Dikenakan tiap jalur distribusi
 Satu tarif (single rate) : 2,5%
 Bersifat kumulatif
3. Pajak Penjualan (PPn 1951)
 UU Darurat No. 19 Tahun 1951, berlaku 1 Oktober 1951
 Ditingkatkan jadi Undang-Undang dengan UU No. 35 Tahun 1953
 Single stage tax pada tingkat pabrikan (manufacture sales tax)
 Mengalami perluasan objek 18 jenis jasa
 Mengalami perluasan objek untuk impor
4. Pajak Pertambahan Nilai (PPN 1984)
PERUBAHAN UU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI (PPN 1984)

UU Cipta Kerja Nomor 11 Tahun 2020 Tanggal 2 November 2020


UU CIPTA KERJA

PASAL Mengubah beberapa


Pasal 1A, Pasal 4A, Pasal 9, & Pasal 13
ketentuan dalam UU PPN
112
UU Harmonisasi Peraturan Perpajakan Nomor 7 Tahun 2021 Tanggal 29 Oktober 2021
UU HPP
o Pasal 4A, Pasal 7, Pasal 8A, Pasal 9, Pasal 16B,
BAB Mengubah beberapa
ketentuan dalam UU PPN
IV o Menyisipkan Pasal 9A, Bab VB, Pasal 16G
Pajak
Objektif

Pajak
Netral Tidak
Langsung

Legal
Character
Pajak
Invoice PPN Konsumsi
Method
DN

Multi Single
Stage Rate
Sistem Pemungut PPN atas Nilai Tambah
NILAI TAMBAH/value added :
- Gaji/ Upah 2.000
INPUT:
- Biaya Penyusutan 500
- Bahan Baku 8.000 OUTPUT :
- Biaya Manajemen 1.000
- Bahan Pembantu 2.000 - Bunga 500 Harga Jual 15.000
- Jumlah 10.000 - Laba Usaha 1.000
- Jumlah 5.000

 Substraction Method  Indirect Substraction Method


 (output – input) x t  (output x t) – (input x t)
 (15.000 – 10.000) x 10% = 500  (15.000 x 10%) – (10.000 x 10%)
 Addition Method  500
 Value added x t
 5.000 x 10% = 500
Mekanisme PPN
1. Mekanisme Umum
2. Mekanisme Khusus
Untuk penyerahan kepada pembeli khusus yang ditunjuk
sebagai pemungut PPN
 Bendahara Pemerintah
 Kontraktor Perjanjuan Kerjasama Pengusahaan Pertambangan Minyak dan
Gas Bumi
 BUMN
 Badan Usaha tertentu
Mekanisme Umum
Mekanisme Khusus
Barang Kena Pajak
Pasal 1 angka 3 dan 2 UU No. 42 Tahun 2009
 Barang Kena Pajak adalah barang yang dikenai pajak
berdasarkan Undang – Undang ini (pasal 1 angka 3)
 Barang adalah
 barang berwujud, yang menurut sifat atau hukumnya dapat
berupa:
• barang bergerak
• Barang tidak bergerak, dan
 barang tidak berwujud (pasal 1 angka 2)
NEGATIF LIST
 UU PPN menganut negatif list, semua barang pada prinsipnya
merupakan Barang Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yang
ditentukan lain oleh UU PPN itu sendiri.
 Yang diatur secara rinci oleh Undang – Undang PPN adalah barang –
barang yang tidak dikenakan PPN yaitu di Pasal 4A ayat (2) Undang –
Undang Nomor 42 Tahun 2009
 Dengan demikian, secara otomatis barang – barang lainnya
merupakan Barang Kena Pajak.
 Beberapa barang tertentu atas impor atau penyerahannya mendapat fasilitas PPN
dalam bentuk PPN dibebaskan atau PPN tidak dipungut
 Barang yang mendapat fasilitas pada prinsipnya merupakan BKP, namun karena
mendapat fasilitas maka PPN-nya tidak perlu dibayar
BARANG TIDAK KENA PAJAK (Non BKP)
Pasal 4A ayat (2) UU PPN

c. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,


warung, dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang
dikonsumsi di tempat maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang
diserahkan oleh usaha jasa boga atau katering, yang merupakan objek pajak
daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pajak daerah dan retibusi daerah.
BARANG TIDAK KENA PAJAK (Non BKP)
Pasal 4A ayat (2) UU PPN

 Uang, emas Batangan untuk kepentingan cadangan devisa negara,


dan surat berharga.
JASA KENA PAJAK
 Jasa Kena Pajak adalah jasa yang dikenai pajak berdasarkan Undang
– Undang ini Pasal 1 angka 6 UU PPN.
 Jasa adalah setiap kegiatan pelayanan yang berdasarkan suatu
perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang,
fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa
yang dilakukan untuk menghasilkan barang karena pesanan atau
permintaan dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan Pasal 1 angka
6 UU PPN
 UU PPN menganut negatif list, semua jasa pada prinsipnya
merupakan Jasa Kena Pajak (dikenakan PPN) kecuali yang ditentukan
lain oleh UU PPN itu sendiri.
JASA TIDAK KENA PAJAK (Non JKP)
Pasal 4A ayat (3) UU PPN

f. Jasa keagamaan, meliputi:


1. Jasa pelayanan rumah ibadah;
2. Jasa pemberian khotbah atau dakwah;
3. Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan
4. Jasa lainnya di bidang keagamaan.
JASA TIDAK KENA PAJAK (Non JKP)
Pasal 4A ayat (3) UU PPN

h. Jasa kesenian dan hiburan, meliputi:


Semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang – undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.
JASA TIDAK KENA PAJAK (Non JKP)
Pasal 4A ayat (3) UU PPN

l. Jasa perhotelan, meliputi:


jasa penyewaan kamar dan/atau jasa penyewaan ruangan di hotel yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.
JASA TIDAK KENA PAJAK (Non JKP)
Pasal 4A ayat (3) UU PPN

m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka


menjalankan pemerintahan secara umum, meliputi:
semua jenis jasa sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang hanya dapat dilakukan
oleh pemerintah sesuai dengan kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-
undangan dan jasa tersebut tidak dapat disediakan oleh bentuk usaha lain.
JASA TIDAK KENA PAJAK (Non JKP)
Pasal 4A ayat (3) UU PPN

n. Jasa penyediaan tempat parkir, meliputi:


jasa penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir yang dilakukan oleh pemilik tempat
parkir atau pengusaha pengelola tempat parkir kepada pengguna tempat parkir yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.
JASA TIDAK KENA PAJAK (Non JKP)
Pasal 4A ayat (3) UU PPN

q. Jasa boga atau katering, meliputi:


semua kegiatan pelayanan penyediaan makanan dan minuman yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah.
PENGUSAHA & PKP

 Pengusaha Kena Pajak adalah Pengusaha yang melakukan


penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa
Kena Pajak yang dikenai pajak berdasarkan Undang – Undang
PPN.
 Pengusaha adalah orang pribadi atau badan dalam bentuk apa
pun yang dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang, mengekspor barang
melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar Daerah Pabean, melakukan usaha jasa
termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar
Daerah Pabean.
KEWAJIBAN PKP
 Pengusaha yang melakukan penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau
penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean dan/atau
melakukan ekspor Barang Kena Pajak Berwujud, ekspor Jasa Kena
Pajak, dan/atau ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud diwajibkan:
a. melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak;
b. Memungut pajak yang terutang;
c. Menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar dalam hal
Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang dapat dikreditkan
serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang;dan
d. Melaporkan penghitungan pajak.
 Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang
batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Terkait dengan kewajiban perpajakan, perlu
diperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Pengusaha wajib melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak, apabila sampai dengan suatu bulan dalam tahun buku jumlah peredaran bruto
dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp4.800.000.000,00
2. Kewajiban melaporkan usaha untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
dilakukan paling lama akhir bulan berikutnya setelah bulan saat jumlah peredaran
bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi Rp4.800.000.000,00
3. Apabila diperoleh data dan/atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban
perpajakan sebagaimana dimaksud dalam poin 2 tidak dipenuhi pengusaha, Direktur
Jenderal Pajak secara jabatan dapat mengukuhkan pengusaha tersebut sebagai
Pengusaha Kena Pajak
4. Direktur Jenderal Pajak dapat menerbitkan surat ketetapan pajak dan/atau surat
tagihan pajak untuk Masa Pajak sebelum pengusaha dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak sebagaimana dimaksud pada poin 3, terhitung sejak saat
jumlah peredaran bruto dan/atau penerimaan brutonya melebihi
Rp4.800.000.000,00
PENGUJIAN PERSYARATAN SUBJEKTIF &
OBJEKTIF
 Pengujian pemenuhan persyaratan subjektif yang meliputi:
a. pengujian atas kelengkapan dokumen terkait dengan identitas Pengusaha, antara
lain Kartu Tanda Penduduk (KTP) Pengusaha, Kartu Tanda Penduduk (KTP)
Pengurus, akta pendirian, dan surat keterangan domisili; dan
b. pengujian atas kebenaran status Pengusaha, kebenaran alamat Pengusaha, dan
kebenaran keberadaan Pengusaha yang bersangkutan di alamat tersebut, antara
lain peta lokasi kegiatan usaha, dan foto tempat kegiatan usaha.
 Pengujian pemenuhan persyaratan objektif yang meliputi:
a. pengujian atas kelengkapan dokumen izin kegiatan usaha sesuai dengan
ketentuan yang berlaku, misalnya surat izin usaha perdagangan dan surat izin
usaha jasa konstruksi; dan
b. Pengujian terhadap kesesuaian antara dokumen izin kegiatan usaha dengan
kegiatan usaha yang dilakukan untuk memperoleh informasi antara lain mengenai
gambaran kegiatan usaha, data peredaran usaha, dan harta di tempat kegiatan
usaha.
TEMPAT PAJAK TERUTANG

Tempat Tinggal
Mataram

Tempat Usaha Tempat Usaha


Praya Senggigi
TEMPAT PAJAK TERUTANG

Tempat Tinggal
Mataram
Kantor Pusat
Mataram

Cabang Cabang
Praya Senggigi
TEMPAT PAJAK TERUTANG
Wilayah Kerja
KPP Pratama Mataram Barat
PENGUSAHA KECIL MEMILIH DIKUKUHKAN

 Pengusaha Kecil dapat memilih untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak

 Pengusaha Kecil yang memilih untuk dikukuhkan sebagai


Pengusaha Kena Pajak wajib:
a. memungut pajak yang terutang;
b. menyetorkan Pajak Pertambahan Nilai yang masih harus dibayar
dalam hal Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak Masukan yang
dapat dikreditkan serta menyetorkan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah yang terutang; dan
c. Melaporkan penghitungan pajak.

Anda mungkin juga menyukai