Anda di halaman 1dari 30

Pajak Pertambahan

Nilai
(PPN)
KELOMPOK II
ALIFIA TIARA PUTRI 2221031003
AGUSTINA WAHYU WIDYANINGRUM 2221031004
FEBRINA HANDAYANI 2221031008
PIPIN APRIANI 2221031009
YULIA APRIANA 2221031011
PRISKA AULIANA DAROJAT 2221031012
ZULMIA OKTAVIANI 2221031015
WALAD KHAIRAMUZAD 2221031016
MUHAMMAD JULIO CAHAYA HARTAWAN 2221031022
YULIANI RAHAYU 2221031030
FERRYANSYAH 2221031031
SUFIRNA NOFRI YANTI 2221031032
NISSA MAULITA 2221031033
SHASKYA CIKA DRILIA 2221031036
FEBI SAPUTRA 2221031039
ADILAH SABRINA MUTIAH 2221031048
Pendahuluan
PPN adalah Pajak yang dikenakan
atas Konsumsi Barang atau Jasa

di dalam Daerah Pabean

oleh

Wajib Pajak Orang Pribadi,


Badan, dan Pemerintah
2.1 Undang-Undang yang Mengatur Pajak Pertambahan Nilai
Undang-Undang Nomor 8 Tahun UU No. 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
1983 Mewah diciptakan untuk mengatur tentang PPN dan PPnBM (Pajak Penjualan atas Barang
Mewah) yang disahkan pada 1 April 1985.

Undang-Undang Nomor 18 Tahun Setelah UU No. 8 Tahun 1983, muncul perubahan kedua yaitu Undang-Undang Nomor 18
2000 Tahun 2000 tentang Perubahan Kedua atas Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang
PPN Barang dan Jasa dan PPnBM.

Undang-Undang Nomor 42 Tahun Perubahan ketiga adalah UU No. 42 Tahun 2009 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang
2009 dan Jasa dan PPnBM.

Undang-Undang Nomor 11 Tahun Meski ketentuan baru tentang Pajak Pertambahan Nilai ini juga diatur kembali dalam UU
2020 No.11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja pada klater perpajakan, namun UU 42 Tahun 2009
sebagian masih berlaku.
Ada beberapa bagian pasal dalam UU Cipta Kerja klaster perpajakan ini yang mengubah
atau menambahkana beberapa pasar dari undang-undang pendahulunya.

Terbaru dalam UU HPP No. 7 Peraturan perundang-undangan perpajakan tentang PPN tertuang dalam UU HPP No. 7
Tahun 2021 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan.
Melalui Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang
Harmonisasi Peraturan Perpajakan ( UU HPP ), pemerintah
menaikkan tarif PPN secara bertahap, yakni 11% mulai April
tahun 2022 ini dan 12% pada beberapa tahun berikutnya.

“Perlu diketahui, rentang tarif yang diperbolehkan oleh UU


PPN adalah maksimal 15%. Sedangkan berapa besar tarif
PPN yang diberlakukan masih harus diatur dalam peraturan
lanjutan yang mengatur detail implementasinya.”
2.2 Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai di
Indonesia
1. PKP yang melakukan penyerahan 3. Pada waktu PKP melakukan
BKP/JKP wajib memungut Pajak pembelian/perolehan BKP/JKP yang
Pertambahan Nilai dari
dikenakan PPN yang merupakan Pajak
pembeli/penerima BKP/JKP, dan
membuat Faktur Pajak sebagai bukti Masukan yang sifatnya sebagai pajak
pemungutannya. yang dibayar di muka, sepanjang
2. Pajak Pertambahan Nilai yang BKP/JKP yang dibeli tersebut
tercantum dalam Faktur Pajak berhubungan langsung dengan
tersebut merupakan Pajak Keluaran kegiatan usahanya.
bagi PKP Penjual BKP/JKP, yang
sifatnya sebagai pajak yang harus
dibayar (utang pajak).
2.2 Mekanisme Pajak Pertambahan Nilai di
Indonesia
4. Untuk setiap Masa Pajak (setiap bulan), apabila jumlah Pajak Keluaran lebih
besar daripada Pajak Masukan, maka selisihnya harus disetor ke Kas Negara
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak dan sebelum
Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai disampaikan. Dan
sebaliknya, apabila jumlah Pajak Masukan lebih besar daripada Pajak
Keluaran, maka selisih tersebut dapat dikompensasi ke masa pajak berikutnya.
Restitusi hanya dapat diajukan pada akhir tahun buku. Hanya PKP yang
disebutkan dalam Pasal 9 ayat (4b) UU Nomor 42 Tahun 2009 saja yang dapat
mengajukan restitusi untuk setiap Masa Pajak.
5. PKP di atas wajib menyampaikan SPT Masa PPN setiap bulan ke KPP terkait
paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak.
2.3 Fungsi PPN

1. Fungsi PPN untuk perhitungan kekurangan pajak atau kelebihan pajak


2. Fungsi PPN sebagai fungsi anggaran
3. Fungsi PPN sebagai fungsi regulasi pemerintah
4. Fungsi PPN sebagai fungsi stabilitas penerimaan negara
5. Fungsi PPN sebagai fungsi pembiayaan negara
2.4 Objek PPN (Pajak Pertambahan Nilai)
1. Barang/Jasa yang Dikenakan Pajak Pertambahan Nilai
● Penyerahan Barang Kena Pajak (BPK) dan Jasa Kena Pajak (JKP) di dalam daerah
Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
● Impor Barang Kena Pajak.
● Pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah pabean di dalam daerah
pabean.
● Pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean di dalam daerah pabean.
● Ekspor Barang Kena Pajak berwujud atau tidak berwujud dan ekspor Jasa Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP).
● Kegiatan Membangun Sendiri bangunan dengan luas lebih dari 200m2 yang dilakukan di
luar lingkungan perusahaan dan/atau pekerjaan oleh Orang Pribadi atau Badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau pihak lain.
● Penyerahan aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang
Pajak Masukan yang dibayar pada saat perolehan aktiva tersebut boleh dikreditkan.
2. Daftar Negatif List atau Bebas PPN

a. Barang Tidak Kena Pajak b. Jasa Tidak Kena Pajak


● Barang hasil pertambangan atau pengeboran ● Jasa pelayanan medis
(minyak mentah, asbes, batu bara, gas bumi, ● Jasa pelayanan sosial
dan lain-lain). ● Jasa keuangan
● Barang Kebutuhan Pokok (beras, jagung, ● Jasa asuransi
susu, daging, kedelai, sayuran, dan lainnya). ● Jasa keagamaan
● Makanan dan minuman yang disajikan di ● Jasa pendidikan
rumah makan atau restoran. ● Jasa kesenian dan hiburan
● Uang dan emas batangan. ● Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
● Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa
angkutan udara
● Jasa perhotelan
● Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka
menjalankan pemerintahan secara umum
● Jasa penyediaan tempat parkir
● Jasa boga atau katering
3. Barang/Jasa yang Dikeluarkan dari Daftar Negative List PPN dalam
UU HPP

Artinya, barang/jasa kena pajak dalam daftar negative list dikeluarkan dari
pembebasan PPN, seperti:

● Kebutuhan pokok
● Jasa kesehatan
● Jasa pendidikan
● Jasa ppelayanan sosial
● Beberapa jenis jasa lainnya

Namun, RUU HPP juga menegaskan bagi masyarakat berpenghasilan menengah


dan kecil, tetap tidak perlu membayar atas konsumsi kebutuhan pokok, jasa
pendidikan, jasa kesehatan, dan layanan sosial tersebut.
2.5 Dasar Pengenaan Tarif Pajak PPN

1. Harga Jual
Harga Jual adalah nilai berupa uang,
termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena
penyerahan Barang Kena Pajak.

2. Penggantian
Penggantian adalah nilai berupa
uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh pengusaha
karena penyerahan Jasa Kena Pajak,
ekspor Jasa Kena Pajak, atau ekspor
Barang Kena Pajak Tidak Berwujud.
2.5 Dasar Pengenaan Tarif Pajak PPN

3. Nilai Impor
Nilai Impor adalah uang yang
digunakan sebagai dasar penghitungan
Bea Masuk ditambah pungutan
berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur
mengenai kepabeanan dan cukai untuk
impor Barang Kena Pajak.

4. Nilai Ekspor
Nilai Ekspor adalah uang atau biaya
yang diminta oleh eksportir.
2.5 Dasar Pengenaan Tarif Pajak PPN

5. Nilai Lain
Nilai Lain adalah nilai berupa uang yang ditetapkan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak yang diatur oleh Menteri Keuangan.

*DPP PPN (Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai) yang diatur dalam Pasal 9 ayat 1
sebagai berikut:
● Untuk penyerahan BKP atau pemanfaatan BKP tidak berwujud, DPP-nya adalah jumlah
harga jual.
● Untuk pengimporan BKP, DPP-nya adalah nilai impor (definisi nilai impor lihat Pasal 1 angka
20 UU PPN).
● Untuk pengeksporan BKP, DPP-nya adalah nilai ekspor.
● Untuk kasus penyerahan BKP/JKP tertentu, DPP-nya adalah nilai lain. Nilai lain adalah
suatu jumlah yang ditetapkan Menteri Keuangan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai atas jenis penyerahan BKP/JKP tertentu.
2.6 Tarif PPN
Sesuai Pasal 7 UU PPN No. 42 Tahun 2009

1. Tarif umum 10% untuk penyerahan dalam


negeri
2. Tarif khusus PPN Ekspor 0% diterapkan atas
ekspor BKP berwujud maupun tidak berwujud,
dan ekspor JKP.
3. Tarif Pajak sebesar 10% dapat berubah
menjadi lebih rendah, yaitu 5% dan paling
tinggi 15% sebagaimana diatur oleh Peraturan
Pemerintah.
2.6 Tarif PPN
Tarif Pajak Pertambahan Nilai terbagi menjadi dua yaitu tarif
umum dan tarif khusus.

1. Tarif Umum
● Tarif PPN 11% berlaku mulai 1 April 2022
● Tarif PPN 12% paling lambat diberlakukan 1 Januari 2025

2. Tarif Khusus
Sedangkan tarif khusus untuk kemudahan dalam
pemungutan PPN, atas jenis barang/jasa tertentu aau
sektor usaha tertentu diterapkan tarif PPN final, misalnya
1%, 2% atau 3% dari peredaran usaha, yang diatur
dengan PMK.
2.7 Rumus Dan Cara Menghitung Tarif PPN

Perhitungan PPN yang terutang dilakukan dengan cara mengalikan tarif pajak dengan
Dasar Pengenaan Pajak ( DPP ). Proses perhitungan tersebut dapat diilustrasikan
sebagai berikut:

“Pajak Pertambahan Nilai = Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak ( DPP )”


2.7 Rumus Dan Cara Menghitung Tarif PPN

Dasar pengenaan pajak terdiri dari:


1. Harga Jual & Penggantian
2. Nilai Ekspor & Impor
3. Nilai Lain

Contoh kasus 1
Jika di dalam harga jual atau penggantian atau nilai lain belum termasuk PPN, perhitungannya sebagai
berikut:
Pada tanggal 3 Juli 2022 terjadi transaksi: PKP PT AAA di Semarang menjual 1 buah kulkas seharga
Rp6.000.000 belum termasuk Pajak Pertambahan Nilai kepada Bapak Kelik di Magelang.

Jawab:
Harga Jual/DPP PPN x Tarif PPN = Rp 6.000.000 x 11%
PPN terutang = Rp 660.000

Bapak Kelik harus membayar ke PKP PT AAA sebesar Rp 6.660.000, yang terdiri atas harga kulkas
Rp6.000.000 dan Pajak Pertambahan Nilai Rp 660.000.
Contoh kasus 2
Jika di dalam harga jual atau penggantian atau nilai lain sudah termasuk PPN,
perhitungannya
Pada tanggal 13 April 2022 PKP PT BBB di Surabaya menerima
tagihan jasa akuntansi termasuk Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
sebesar Rp132.000.000 dari PKP PT CCC di Bandung yang
memberikan jasa akuntansi.

Jawab :
Harga jual termasuk Pajak Pertambahan Nilai = Rp132.000.000
DPP = 100 / (1 + %tarif PPN) x harga jual termasuk PPN
DPP = 100 / 110 x Rp132.000.000 = Rp120.000.000

PPN terutang = DPP PPN x tarif PPN


PPN terutang = Rp120.000.000 x 11%
PPN terutang = Rp13.200.000

Jadi, PPN dipungut oleh PKP PT CCC Bandung sebesar Rp13.200.000


Contoh kasus 3

Pada Oktober 2022, PT AAA menjual tunai Barang Kena Pajak dengan Harga Jual
Rp25.000.000 pada PT BBB.

Jawab :

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) yang terutang = 11% x Rp25.000.000 = Rp2.750.000

Pajak Pertambahan Nilai (PPN) sebesar Rp2.750.000 tersebut merupakan Pajak


Keluaran yang dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak PT AAA dari PT BBB.
2.8 Ketentuan PPN Jasa Luar Negeri

● Ketentuan Aturan PPN Jasa Luar Negeri

Berdasrkan pasal 4 ayat 1 SE-147/PJ/2010 tentang batasan untuk transaksi


Jasa Kena Pajak dari luar negeri, bahwa Pajak Pertambahan Nilai akan
dikenakan atas Jasa Luar Negeri dengan ketentuan sebagai berikut:

1.Penyerahan dilakukan oleh Orang Pribadi atau Badan yang bertempat tinggal
di luar Daerah Pabean.

2.Pengenaan Jasa Luar Negeri dapat dilakukan di dalam maupun di luar Daerah
Pabean, selama kegiatan pemanfaatan jasa tidak menyebabkan Orang Pribadi
atau Badan yang bertempat tinggal di luar Daerah Pabean menjadi subjek pajak
dalam negeri.

3.Aktivitas pemanfaatan Jasa Luar Negeri dilakukan di dalam Daerah Pabean.

4.Jasa Kena Pajak (JKP) dari luar negeri dimanfaatkan oleh siapapun dalam
Daerah Pabean.

5.Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Jasa Luar Negeri tidak melihat status
penggunanya, baik Orang Pribadi maupun Badan, atau telah menjadi
Pengusaha Kena Pajak (PKP) maupun belum.
2.8 Ketentuan PPN Jasa Luar Negeri

● Ketentuan Waktu Pemanfaatan Jasa Luar Negeri


•1.Waktu pemanfaatan jasa merupakan saat dimana Jasa Luar
Negeri tersebut digunakan secara nyata digunakan oleh pihak yang
berkepentingan.
2.Jasa Luar Negeri dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang
memanfaatkannya.
3.Terjadi penggantian Jasa Kena Pajak ditagih oleh pihak yang
menyerahkan.
4.Harga perolehan Jasa Kena Pajak dibayar baik sebagian atau
seluruhnya oleh pengguna. Ditandatanganinya kontrak dan
perjanjian yang telah ditetapkan oleh Direktur Jenderal Pajak.
5.Pajak Pertambahan Nilai yang terutang atas penggunaan Jasa
Luar Negeri harus disetor paling lama tanggal 15 bulan berikutnya
setelah saat terutangnya pajak.
2.9 Ketentuan PPN Jasa Luar Negeri

● Cara Menghitung PPN Jasa Luar Negeri


2.9 Contoh Kasus PPN Jasa Luar Negeri
Perusahaan BBB memiliki beban untuk membayar jasa
tenaga ahli dari singapura yang telah memberikan
pelatihan pengembangan personality. Jasa tenaga ahli
sebesar Rp. 600.000.000,00.
Berdasarkan kasus diatas maka PPN yang dipungut atas
jasa tenaga ahli singapura adalah sebesar
Rp.66.000.000,00.
Dengan perhitungan sebagai berikut: menggunakan tarif
UU HPP senilai 11%
PPN = Tarif x DPP
PPN = 11% x Rp. 600.000.000,00 = Rp. 66.000.000,00
2.10 Kapan Saat Terutang Tarif PPN ?
Ada beberapa kondisi ketika transaksi barang dan jasa kena pajak dinyatakan terutang PPN, yaitu:
1. BKP berwujud diserahkan langsung kepada pembeli atau pihak ketiga untuk dan atas nama
pembeli
2. BKP berwujud/JKP diserahkan langsung kepada penerima barang pemberian cuma-cuma,
pemakaian sendiri, dan penyerahan antar cabang.
3. BKP berwujud diserahkan ke juru kirim atau pengusaha jasa angkutan (kurir)
4. Penyerahan BKP berwujud berdasarkan hukum dan sifatnya berupa barang tidak bergerak terjadi
saat penyerahan hak untuk menggunakan atau menguasai BKP berwujud tersebut.
5. Impor BKP yang terjadi saat BKP dimasukkan ke dalam daerah pabean
6. Pemanfaatan BKP tidak berwujud/JKP dari luar pabean
7. Perjanjian atau kontrak ditandatangani atau saat mulai tersedianya fasilitas atas BKP tidak
berwujud/JKP
8. Harga atas penyerahan BKP berwujud atau tidak berwujud/JKP diakui sebagai piutang atau
penghasilan, atau saat diterbitkannya Faktur Penjualan sesuai prinsip akuntansi yang berlaku
umum
3.1 Akuntansi Pajak PPN Keluaran
PPN Keluaran atau VAT Out adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut pada
saat penjualan/penyerahan barang atau jasa kena pajak.
A. Penjualan Tunai, dipungut ketika penjualan dilakukan secara tunai.
B. Penjualan Kredit, dipungut ketika penjualan dilakukan secara kredit.
C. Retur Penjualan Tunai, apabila terjadi retur atas penjualan barang yang
dilakukan secara tunai.
D. Retur Penjualan Kredit, apabila terjadi retur atas penjualan barang yang
dilakukan secara kredit.
3.2 Akuntansi Pajak PPN Masukan
PPN Masukan adalah Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar perusahaan pada saat pembelian atau impor
barang kena pajak, atau pada saat perusahaan menerima jasa kena pajak.
a. Pembelian Tunai/Kredit
Apabila pembelian barang/jasa dilakukan secara tunai atau kredit
Contoh: Pada tanggal 1 Juli 2022, PT Karimun membeli Barang Kena Pajak secara tunai atau kredit
seharga Rp6.000.000. Transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan sebagai berikut:
b. Retur Pembelian
Apabila terjadi retur atas pembelian barang/jasa yang dilakukan secara tunai atau kredit.
Contoh: Pada tanggal 3 Juli 2022 barang yang dibeli oleh PT AAA pada tanggal 1 Juli 2022, dikembalikan karena
rusak senilai Rp500.000.
Transaksi tersebut akan dicatat oleh perusahaan sebagai berikut:
Pada tanggal 3 Juli 2022 barang yang dijual oleh PT AAA pada tanggal 1 Juli 2022, dikembalikan karena rusak
senilai Rp 500.000.
3.3 PPN Kurang Bayar
Terjadinya PPN Kurang Bayar di karenakan PPN Keluaran lebih besar dari pada Masukan.

Contoh :

PPN Keluaran PT ABC di akhir periode Januari 2022 sebesar Rp15.000.

PPN Masukan PT ABC di akhir periode Januari 2022 sebesar Rp10.000

PPN Retur Pembelian PT ABC di akhir periode Januari 2022 sebesar (Rp 1.000)

Besarnya Pajak Pertambahan Nilai Kurang Bayar = Rp15.000 – (Rp10.000 – Rp1.000) = Rp6.000

Jurnal Penutup PPN Kurang Bayar Jurnal Pembayaran


Thanks!

Anda mungkin juga menyukai