Anda di halaman 1dari 376

PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

Dipresentasikan oleh :
Anwar Hidayat
Curriculum Vitae – in brief
—  2016 - Present :
Senior Partner : Ofisi Prima Consulting (https://ofisiprima.com/id)
Plh Direktur Keuangan : PT Aribayo Bara Pratama
Instructor/Trainer :
USKP ABC Review-Ikatan Akuntan Indonesia
Brevet ABC/Akuntansi/PSAK - Ikatan Akuntan Indonesia
Pendidikan Khusus Konsultan Pajak –IKPI & P3KPI
Brevet C – Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
Brevet C – CTE Education
Public/BUMN/government workshops
Corporate In-House Training
—  2018-2021 : Penelaah Keberatan (DJP)
anwar.hidayat@ofisiprima.com
—  2014-2018 : Account Representative (DJP)
+62817111709
—  2005-2014 : Juru Sita Pajak Negara (DJP)
—  2002-2005 : Pemeriksa Pajak (DJP)
—  2000-2002 : Staf IT (DJP)


1. PENGERTIAN PPN

Masak semua
barang kena
pajak….?

BKP
Cape’
dech..

BKP
PENGERTIAN PAJAK

Kontribusi wajib ke negara

Terutang oleh OP/Badan

Bersifat memaksa

Berdasarkan Undang-Undang

Tidak mendapat imbalan secara langsung

Keperluan negara (kemakmuran rakyat)


JENIS PAJAK
Berdasar Faktor
Yang Menentukan • Pajak ObjekQf
Timbulnya
Kewajiban Pajak • Pajak SubjekQf

Berdasar
Mekanisme
• Pajak Langsung
Pemungutannya • Pajak Tak Langsung
SEJARAH PPN

• Carl Friedrich Von Siemens


• Konsultan Pemerintah Jerman
• 1919
• Prancis yang pertama menerapkan PPN pada
tahun 1954
• Indonesia pada tgl 1 April 1985
mengganQkan PPn
APAKAH PPN ITU ?

PPN =Pajak Pertambahan Nilai


pada dasarnya adalah suatu pajak yang
dikenakan atas konsumsi dalam negeri
oleh pribadi, badan atau pemerintah
LANDASAN HUKUM
UU No.8/1983 (1 Apr 1985)

UU No.11/1994 (1 Jan 1995)

UU No.18/2000 (1 Jan 2001)

UU No.42/2009 (1 Apr 2010)sdtd


UU Nomor 7 tahun 2021
KARAKTERISTIK PPN
Pajak Tidak Langsung

Pajak ObjekQf

MulQ Stage Tax

indirect subtrac-on method

Konsumsi Dalam Negeri


Pajak Tidak Langsung dan ObjekQf

PPN adalah pajak Bdak langsung, arQnya beban pajak dilimpahkan kepada pihak lain.
Sehingga pemikul beban pajak (WP) dan penyetor pajak ke DJP (pemungut) adalah pihak
yang dapat berbeda.
PPN tergolong sebagai pajak yang obyekQf, karena penekanannya mula-mula kepada
obyeknya terlebih dahulu, baru kemudian kepada subyeknya. Siapapun subyeknya
(masyarakat yang mampu maupun yang kurang mampu), akan dikenakan PPN, selama
mereka mengonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, di dalam daerah pabean
Pajak Tidak Langsung dan ObjekQf

NEGARA

BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Jasa Penerima Jasa
PPN

Penanggung Jawab Pemikul Beban Pajak


MulQ Stage Tax
PPN bersifat mul- stage levy, arQnya dikenakan pada seQap mata rantai jalur produksi dan
jalur distribusi. Mulai dari pertama kali setelah diproduksi, hingga sampai ke tangan
konsumen akhir

indirect subtrac-on method


Yaitu PPN dikenakan bedasarkan atas pertambahan nilai (added value) dari barang
yang dihasilkan atau diserahkan oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP), dengan cara
mengurangkan PPN yang dipungut oleh penjual atau pengusaha jasa atas
penyerahan barang atau jasa,dengan PPN yang dibayar kepada penjual atau
pengusaha jasa lain atas perolehan barang atau jasa.
Konsumsi Dalam Negeri
PPN hanya dikenakan atas barang atau jasa yang dikonsumsi dalam daerah pabean
Republik Indonesia. Ini sesuai dengan desQnaQon principle (prinsip tempat tujuan) yang
digunakan dalam pengenaan yaitu PPN dikenakan di tempat tujuan barang atau jasa akan
dikonsumsi
2. OBJEK PPN

Kertas Rp 100 ribu


PPNnya Rp 10 ribu
Jadi totalnya Rp 110 ribu..!!!

Lho…saya khan
cuma beli
kertas, enggak
beli PPN…!!!
OBJEK PAJAK (PPN)

adanya taatbestand yaitu keadaan perisQwa


atau perbuatan hukum yang dapat dikenakan
pajak...
OBJEK PPN
Pasal 4
Pasal 16 C
Pasal 16 D
OBJEK PPN PASAL 4 UU PPN
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.

Impor BKP

Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh


Pengusaha

Pemanfaatan BKP Qdak berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam


Daerah Pabean

Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah


Pabean

Ekspor BKP Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak

Ekspor JKP oleh Pengusaha Kena Pajak


Penyerahan dikenakan PPN
•  Yang diserahkan BKP atau JKP
•  Dilakukan di dalam daerah pabean
•  Dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaan

(penafsiran Pasal 1 angka 14 dan Pasal 4 UU PPN)


TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (1)

Penyerahan hak atas BKP karena suatu


perjanjian

Pengalihan BKP oleh karena suatu


perjanjian sewa beli dan perjanjian leasing

Penyerahan BKP kepada pedagang


perantara atau melalui juru lelang

Pemakaian sendiri dan atau pemberian


cuma-cuma atas BKP
TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (2)

BKP berupa Persediaan dan/atau akQva yang menurut tujuan


semula Qdak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan

Penyerahan BKP dari Pusat ke Cabang atau


sebaliknya dan penyerahan BKP antar
Cabang

Penyerahan BKP secara konsinyasi


Dihapus dengan UU Nomor 11 Tahun 2020

Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian


pembiayaan yang dilakukan berdasarkan prinsip syariah yang
penyerahannya dianggap langsung dari PKP kepada pihak
yang membutuhkan BKP
TIDAK TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (1)

Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana


dimaksud dalam Kitab Undang-Undang Hukum Dagang

Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang

Penyerahan BKP sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)


huruf f (pusat ke cabang atau antar cabang) dalam hal
Pengusaha Kena Pajak memperoleh ijin pemusatan
tempat pajak terutang
TIDAK TERMASUK PENGERTIAN PENYERAHAN BKP (2)

Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka


penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, dan
pengambilalihan usaha, serta pengalihan Barang Kena
Pajak untuk tujuan setoran modal pengganQ saham
dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan
yang menerima pengalihan adalah Pengusaha Kena
Pajak; dan

Barang Kena Pajak berupa akQva yang


menurut tujuan semula Qdak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada
saat pembubaran perusahaan, dan yang
Pajak Masukan atas perolehannya Qdak
dapat dikreditkan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c

-  huruf b: perolehan BKP/JKP yg tdk mempunyai hubungan lgsg


dgn kegiatan usaha
-  huruf c : Perolehan dan pemeliharaan kend bermotor berupa
sedan dan station wagon, kecuali barang dagangan atau
disewakan.
OBJEK PPN
PASAL 16 C UU
PPN

Kegiatan
Membangun Sendiri
KMS
•  adalah kegiatan membangun bangunan yang dilakukan Bdak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain, termasuk yang
dilakukan melalui kontraktor tetapi Qdak dipungut PPN dan
kontraktor tersebut bukan PKP
Kegiatan Membangun Sendiri
•  Bangunan berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan/atau perairan :
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu
bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. untuk tempat Qnggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
•  PPN yang terutang dihitung seQap bulan sebesar 10% x 20% x pengeluaran biaya termasuk PPN, Qdak
termasuk biaya perolehan tanah
•  KMS secara bertahap dianggap 1 (satu) kesatuan jika tahapan tersebut Qdak lebih dari 2 (dua) tahun
•  Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan KMS Qdak dapat dikreditkan

(PER. MENKEU 163/PMK.03/2012


jo. SE-53/PJ/2012)
Penetapan Jabatan KMS
•  Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri Qdak atau
kurang menyetorkan PPN terutang, Direktorat Jenderal Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan
Pajak Kurang Bayar berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi.
•  Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan atau verifikasi, orang pribadi atau badan yang
melakukan kegiatan membangun sendiri Qdak memberikan data atau bukQ pendukung biaya
yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, maka jumlah biaya
yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan tersebut ditetapkan
secara jabatan berdasarkan nilai terendah dari data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara
(HSBGN) masing-masing daerah
•  Data HSBGN bisa di lihat di hlp://sim.ciptakarya.pu.go.id/sibpb/dev/public/hsbgn.php

(PER. DIRJEN 25/PJ/2012)


OBJEK PPN
PASAL 16 D UU
PPN

- Penyerahan BKP berupa akQva


- Tujuan semula akQva tersebut Qdak untuk diperjualbelikan oleh
PKP
- Kecuali atas penyerahan yang PM-nya Qdak dapat dikreditkan
sebagaimana dimaksud Pasal 9 ayat (8) huruf b dan huruf c
Klasifikasi Barang/Jasa Dalam
UU PPN
Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP

Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut (Dibahas di PPN B)
(Dibahas di PPN B)
•  Barang berwujud (barang bergerak atau
barang Qdak bergerak) dan barang Qdak
BARANG berwujud yang dikenakan pajak
KENA berdasarkan Undang-Undang PPN
PAJAK
•  Pada prinsipnya semua barang dikenakan
PPN kecuali UU menetapkan sebaliknya
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009) jo UU Nomor 7 Tahun 2021

1. barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil


langsung dari sumbernya, Qdak termasuk hasil pertambangan
batubara (Dihapus dengan UU HPP )

2. Barang-barang kebutuhan pokok yang sangat


dibutuhkan oleh rakyat banyak (Dihapus dengan UU
HPP )

3. Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan,


warung, yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi
daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah;

4. Uang, emas batangan untuk kepentingan


cadangan devisa negara, dan surat-surat berharga.
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya, Qdak
termasuk hasil pertambangan batubara (UU 7/2021)

Minyak mentah

Gas bumi Qdak termasuk gas bumi seperQ elpiji yang siap
dikonsumsi masyarakat

Panas Bumi

Asbes, batu tulis….Pasir dan kerikil dst

Batu bara sebelum diproses menjadi briket batu bara


Dihapus karena Batubara menjadi BKP

bijih besi, bijih Qmah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak serta bijih bauksit.
Barang Kebutuhan Pokok UU Nomor 7 Tahun 2021

beras dan gabah


jagung
Sagu
kedelai
garam konsumsi
daging
Barang Kebutuhan Pokok (UU Nomor 7 Tahun 2021)

Telur
Susu
buah-buahan
sayur-sayuran
ubi-ubian (dihapus UU/
7/2021)
Barang Kebutuhan Pokok (UU Nomor 7
Tahun 2021)

bumbu-bumbuan (dihapus)

gula konsumsi (dihapus)

Ikan (dihapus)
•  Kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang
atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk
JASA dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
KENA menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan
PAJAK •  Dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini
•  Pada prinsipnya semua jasa dikenakan PPN kecuali UU
menetapkan sebaliknya
Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN (1)
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009 sdtd UU Nomor 7 Tahun 2021)

jasa pelayanan kesehatan medis (dihapus dengan UU Nomor 7


Tahun 2021)
jasa pelayanan sosial (dihapus dengan UU Nomor 7 Tahun 2021)
jasa pengiriman surat dengan perangko (PT POS) (dihapus
dengan UU Nomor 7 Tahun 2021)
jasa keuangan (dihapus dengan UU Nomor 7 Tahun 2021),

Jasa Asuransi (dihapus dengan UU Nomor 7 Tahun 2021)

jasa keagamaan

jasa pendidikan (dihapus dengan UU Nomor 7 Tahun 2021)


jasa kesenian dan hiburan melipuB semua jenis jasa yang dilakukan oleh pekerja seni dan hiburan yang
merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah

jasa penyiaran yang bukan bersifat iklan (dihapus dengan UU


Nomor 7 Tahun 2021)
jasa di bidang angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan
udara dalam negeri yang menjadi bagian yang Qdak terpisahkan dari
jasa angkutan udara luar negeri (dihapus dengan UU Nomor 7 Tahun
2021)
Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN (2)
jasa tenaga kerja (dihapus dengan UU Nomor 7 Tahun 2021)

Jasa Perhotelan (meliputi jasa penyewaan kamar dan/atau jasa penyewaan ruangan di hotel
yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah)

jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum meliputi semua jenis jasa
sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan jasa tersebut tidak dapat disediakan oleh
bentuk usaha lain (dihapus dengan UU Nomor 7 Tahun 2021)

jasa penyediaan tempat parkir melipuB jasa penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir yang dilakukan oleh
pemilik tempat parkir atau pengusaha pengelola tempat parkir kepada pengguna tempat parkir yang merupakan
objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak
daerah dan retribusi daerah

jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam (dihapus dengan UU


Nomor 7 Tahun 2021)
jasa pengiriman uang dengan wesel pos (PT POS) (dihapus dengan UU
Nomor 7 Tahun 2021)
jasa boga atau katering (melipuB semua kegiatan pelayanan penyediaan makanan dan minuman yang merupakan
objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak
daerah dan retribusi daerah)
Jasa Pelayanan kesehatan medis
jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi;

jasa dokter hewan;

jasa ahli kesehatan seperQ ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;

jasa kebidanan dan dukun bayi;

jasa paramedis dan perawat;

jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
labatorium;

jasa psikologi dan psikiater;dan

jasa pengobatan alternaQf, termasuk yang dilakukan oleh paranormal.


Jasa Pelayanan sosial

jasa pelayanan panQ asuhan dan panQ jompo;

jasa pemadam kebakaran;

jasa pemberian pertolongan pada kecelakaan;

jasa lembaga rehabilitasi;

Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan

Jasa di bidang olahraga kecuali yang bersifat komersial.


Jasa Keuangan

jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, serQfikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;

jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain
dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau
sarana lainnya;

jasa pembiayaan, termasuk pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, berupa:

jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan

jasa penjaminan.

Untuk Jasa Keuangan Perbankan dijelaskan dalam SE - 121/PJ/2010



Jasa Asuransi

Yang dimaksud dengan "jasa asuransi" adalah jasa pertanggungan yang melipuQ asuransi
kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis asuransi, Qdak termasuk jasa penunjang asuransi seperQ agen asuransi,
penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi

Untuk Jasa Pialang Broker Asuransi dijelaskan dalam SE - 06/PJ.53/1993



Jasa Keagamaan

jasa pelayanan rumah ibadah;

jasa pemberian khotbah atau dakwah;

jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan; dan

jasa lainnya di bidang keagamaan.

Untuk Jasa Penyiaraan Keagamaan Di Media Televisi dijelaskan dalam S - 1447/PJ.53/2001



Jasa Keagamaan
jasa lainnya di bidang keagamaan

PMK-92/PMK.03/2020
Jasa Pendidikan
1. Jasa Pendidikan formal melipuQ jasa Penyelenggaraan Pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan Qnggi
2. Jasa Pendidikan Non formal melipuQ jasa Penyelenggaraan Pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelaQhan kerja, dan pendidikan kesetaraan

Jasa Penyelenggaraan Pendidikan Informal, melipuQ jasa penyelenggaraan


pendidikan yang dilakukan oleh keluarga dan lingkungan yang berbentuk kegiatan
belajar secara mandiri

PMK- 223/PMK.011/2014
Jasa Penyiaran

Jasa penyiaran yang Qdak bersifat iklan melipuQ jasa penyiaran radio atau televisi yang
dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang Qdak bersifat iklan dan Qdak dibiayai
oleh sponsor yang bertujuan komersial.
Jasa Tenaga Kerja

jasa tenaga kerja;

jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja Qdak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan

jasa penyelenggaraan pelaQhan bagi tenaga kerja

PMK-83/PMK.03/2012
Jasa Perhotelan

jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen,
hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap;
dan

jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.

Kriteria Jasa Perhotelan yang Ldak dikenai PPN diatur dalam PMK-43/PMK.010/2015
Jasa boga atau katering

Jasa penyediaan makanan dan minuman yang dilengkapi dengan peralatan


dan perlengkapan untuk proses pembuatan, penyimpanan, dan penyajian,
untuk disajikan di lokasi yang diinginkan oleh pemesan dapat dilakukan
dengan atau tanpa peralatan dan petugasnya.

Makanan dan/atau minuman yang menjadi bagian Qdak terpisahkan dari


penyerahan jasa boga atau katering Tidak dikenakan PPN

PMK- 18/PMK.010/2015
3. SUBJEK PPN
Bapak Subjek
PPN ya …?? Saya Bukan Subjek
PPN. Saya hanyalah
seorang PKP Pak…!!!

F
I
S
K
U
S
SUBJEK PPN
Siapapun
yang
• Pengusaha Kena Pajak
dikenakan (PKP)
kewajiban • Bukan PKP
dalam
bidang PPN
PENGUSAHA KENA PAJAK

•  Menghasilkan barang;
•  Mengimpor/mengekspor barang;
•  Melakukan usaha perdagangan;
Orang Pribadi/Badan •  Memanfaatkan barang Qdak berwujud dari luar daerah
pabean;
•  Melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa;
•  Memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean

Melakukan penyerahan BKP/JKP

Tidak Termasuk Pengusaha Kecil

Kecuali Pengusaha Kecil ybs memilih untuk menjadi PKP


Pengusaha Kena Pajak
(Pasal 4 huruf a, c, f,g,h serta Pasal 16D UU PPN jo. Pasal 2 PP 1
Tahun 2012)

Yang melakukan penyerahan BKP dan/atau


JKP;

Yang mengekspor BKP Berwujud, BKP Tidak


Berwujud, JKP;

Yang menyerahkan akQva yang menurut tujuan


semula Qdak utk diperjualbelikan;

Bentuk kerja sama operasi yang


menyerahkan BKP dan/atau JKP
Bukan PKP Tetapi Subjek Pajak
(Pasal 4 huruf b, d, e serta Pasal 16C UU PPN jo. Pasal 2 PP 1 Tahun 2012)

Mengimpor BKP (pasal 4 huruf b UU PPN)

Memanfaatkan BKP Qdak berwujud dan/atau JKP


dari luar daerah pabean ke dalamnya (pasal 4
huruf d dan e UU PPN)

Membangun sendiri Qdak dlm lingkungan


perusahaan/ pekerjaannya (pasal 16 C UU PPN)
PENGUSAHA KECIL
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI Kamu ngakunya
Pengusaha Kecil. Taunya
tubuh doang yang kecil.
Ternyata omsetmu
besar. Ayo lapor sebagai
Pengusaha yang menyerahkan BKP dan/atau PKP…!!!
JKP Qdak lebih dari Rp. 4.800.000.000 dalam
setahun
Beres..
Boss…!!!

Bila dalam masa pajak > Rp. 4.800.000.000,


akhir bulan berikutnya harus melaporkan
untuk dikukuhkan sebagai PKP

(PMK 68/PMK.03/2010 jo PMK-197/PMK.


03/2013 )
KEWAJIBAN PKP
(Pasal 3A ayat 1 UU PPN)

Pengusaha yang menyerahkan BKP, JKP atau


ekspor BKP wajib:

Melaporkan usahanya untuk


dikukuhkan sebagai PKP

Memungut PPN dan PPn BM yang


terutang

Menyetor PPN dan PPn BM yang


terutang

Melaporkan PPN dan PPn BM


yang terutang
KAPAN MELAPORKAN ?

•  Sebelum melakukan penyerahan BKP/JKP


(Pasal 15 Per-20/PJ.2013 jo. PER - 04/PJ/2020)

•  Pengusaha yang :
-  Memilih sebagai PKP; atau
-  sampai dengan suatu bulan dalam suatu tahun buku
jumlah nilai peredaran bruto atas penyerahan BKP
atau JKP telah melampaui batasan yang ditentukan
sebagai Pengusaha Kecil
Wajib melaporkan usahanya utk dikukuhkan sebagai
PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya
(Pasal 15 Per-20/PJ.2013 jo. PER - 04/PJ/2020)

Dasar Pengenaan
Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK

Harga Jual (BKP)

PengganQan (JKP)

Nilai Impor

Nilai Ekspor

Nilai Lain
HARGA JUAL(Pasal 1 angka 18 UU PPN)

Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau


seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan BKP, Qdak
termasuk PPN yang dipungut dan potongan harga yang
tercantum dalam FP
PENGGANTIAN
(Pasal 1 angka 19 UU PPN)

Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, Qdak termasuk PPN
yang dipungut dan potongan harga yang tercantum dalam FP

Faktor yang menentukan adanya kaitan suatu biaya berkaitan


dengan penyerahan BKP atau JKP adalah apabila biaya tersebut
Qdak dibayar maka akan menghambat kelancaran penyerahan
BKP atau JKP
NILAI IMPOR – EKSPOR
(Pasal 1 angka 20 & 26 UU PPN)

Nilai
•  nilai berupa uang yang menjadi dasar
perhitungan bea masuk ditambah pungutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan

Impor
ketentuan dalam per-UU-an pabean untuk
impor BKP Qdak termasuk PPN yang dipungut
(CIF + BM)

Nilai •  nilai berupa uang yang termasuk biaya yang


diminta atau seharusnya diminta oleh

Ekspor eksporQr CIF/FOB


NILAI LAIN

Suatu nilai yang digunakan sebagai


DPP bagi penyerahan BKP atau JKP
yang memenuhi kriteria tertentu
NILAI LAIN
a.Harga Jual,Nilai PengganQan,Nilai Impor dan Nilai Ekspor
sukar ditetapkan

B.Penyerahan Barang Kena Pajak yang dibutuhkan oleh
masyarakat banyak seperQ air minum dan listrik
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (1)
1.Pemakaian sendiri
dan pemberian cuma-
• harga jual atau pengganQan
cuma dikurangi laba kotor / HPP

2. Penyerahan film • perkiraan hasil rata-rata per judul


cerita film

3. Penyerahan Produk
Hasil Tembakau Harga jual eceran

Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015


NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (2)
4. BKP berupa
Persediaan atau akQva
yang menurut tujuan
semula Qdak untuk
• harga pasar wajar
diperjualbelikan yang
masih tersisa pada saat
(Penilai)
pembubaran perusahaan

5. Penyerahan BKP Pusat


Cabang atau antar
• Harga Pokok Penjualan
Cabang atau Perolehan
NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (3)

6. Penyerahan
• Harga yang disepakaQ antara
BKP melalui
pedagang
pedagang perantara dengan
perantara pembeli

7. Penyerahan
BKP melalui • Harga lelang
Juru Lelang
NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (4)

8. Penyerahan • 10% dari jumlah yang


Jasa Pengiriman ditagih atau
Paket seharusnya ditagih

9. Penyerahan
Jasa Biro • 10% dari jumlah yang
Perjalanan atau ditagih atau
Jasa Biro seharusnya ditagih
Pariwisata
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (5)

10. penyerahan jasa


pengurusan transportasi
(freight forwarding) yang di
dalam tagihan jasa • 10% dari jumlah yang ditagih
pengurusan transportasi
tersebut terdapat biaya atau seharusnya ditagih
transportasi (freight charges)

Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015


NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (6)

11. penyerahan
emas, perhiasan
dan/atau jasa yang •  20% dari harga jual emas,
terkait dengan perhiasan atau nilai pengganQan
emas perhiasan

Per. Menkeu: 30/PMK.03/2014


NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (6)

12. Jasa •  seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta oleh
Tenaga Kerja pengusaha jasa atas penyerahan jasa penyediaan tenaga
kerja kepada pengguna jasa, Qdak termasuk imbalan yang
diterima tenaga kerja berupa gaji, upah, honorarium,


tunjangan, dan sejenisnya

Per. Menkeu: 83/PMK.03/2012


NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (6)

•  10% (sepuluh persen) dari jumlah yang ditagih atau


seharusnya ditagih atas jasa penyelenggaraan perjalanan

13. Jasa ke tempat lain, dalam hal tagihan dirinci antara tagihan
paket penyelenggaraan perjalanan ibadah keagamaan dan
tagihan paket penyelenggaraan perjalanan ke tempat
Keagamaan lainnya

•  5% (lima persen) dari keseluruhan jumlah yang ditagih

atau seharusnya ditagih atas jasa penyelenggaraan


perjalanan, dalam hal tagihan Qdak dirinci antara tagihan
paket penyelenggaraan perjalanan ibadah keagamaan dan
tagihan paket penyelenggaraan perjalanan ke tempat lain

Per. Menkeu: 92/PMK.03/2020


DPP Dipengaruhi Hubungan IsQmewa (1)

Dalam hal harga jual atau PengganQan


dipengaruhi oleh hubungan isQmewa, maka
Harga Jual atau PengganQan dihitung atas
dasar harga pasar wajar pada saat
penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa
Kena Pajak itu dilakukan

Pasal 2 UU PPN
DPP Dipengaruhi Hubungan IsQmewa (2)

Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau Qdak langsung sebesar 25% (dua
puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain, atau hubungan antara
Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua
pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih
yang disebut terakhir; atau

Pengusaha menguasai Pengusaha lainnya atau dua atau


lebih Pengusaha berada di bawah penguasaan Pengusaha
yang sama baik langsung maupun Qdak langsung; atau

Terdapat hubungan keluarga baik sedarah maupun semenda


dalam garis keturunan lurus satu derajat dan/atau ke samping
satu derajat.
DPP BARANG MEWAH PP 1/2012 Pasal 9 ayat 3 dan 4

DPP Tdk Termasuk PPnBM

Produsen / Importir
BKP
Mewah Diserahkan

Non Produsen /Non Importir

DPP Termasuk PPnBM

74
TARIF PPN
TARIF PPN

Tarif Tunggal: 10%

Tarif PPN atas Ekspor: 0%

Dengan PP tarif PPN dapat diubah


serendah2nya menjadi 5% dan
seQngi-Qngginya 15%
TARIF PPN 0 %

Ekspor BKP Berwujud

Ekspor BKP Tidak Berwujud

Ekspor JKP (JKP Tertentu)


Sesuai PMK-32 Tahun 2019
Pasal 7 UU PPN TARIF PPN

10 %

• Ekspor BKP
• Ekspor BKP Tidak Berwujud 0 %
• Ekspor JKP

PM dapat dikreditkan
Ekspor Jasa Kena Pajak
•  Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.010/2019 tanggal 29 Maret 2019
menetapkan Qga macam ekspor JKP yang dikenai PPN dengan tarif 0% yaitu
Jasa :
1.  Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada barang
bergerak yang dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean :
•  jasa maklon
•  jasa perbaikan dan perawatan
•  jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) terkait barang untuk tujuan
ekspor
Ekspor Jasa
2.  Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada barang Qdak
bergerak yang berada di luar Daerah Pabean :
•  Jasa konsultansi konstruksi yang melipuQ pengkajian, perencanaan, dan perancangan
konstruksi terkait dengan bangunan atau rencana bangunan yang berada di luar Daerah
Pabean
3. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang hasilnya diserahkan untuk
dimanfaatkan di luar Daerah Pabean :
•  jasa teknologi dan informasi
•  jasa peneliQan dan pengembangan (research and development)
•  jasa persewaan alat angkut berupa persewaan pesawat udara dan/ atau kapal laut
untuk kegiatan penerbangan atau pelayaran internasional
•  jasa konsultansi bisnis dan manajemen, jasa konsultansi hukum, jasa konsultansi desain
arsitektur dan interior, jasa konsultansi sumber daya manusia, jasa konsultansi
keinsinyuran (engineering services), jasa konsultansi pemasaran (markeQng services),
jasa akuntansi atau pembukuan, jasa audit laporan keuangan, dan jasa perpajakan
•  jasa perdagangan berupa jasa mencarikan penjual barang di dalam Daerah Pabean
untuk tujuan ekspor; dan
•  Jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/ atau komunikasi/konekQvitas data
Ekspor Jasa
Jasa teknologi dan informasi
•  layanan analisis sistem komputer, antara lain pemecahan masalah yang membutuhkan
dukungan teknologi informasi;
•  layanan perancangan sistem komputer, antara lain spesifikasi piranQ keras (hardware),
piranQ lunak (sorware), dan/ atau Janngan komputer yang dibutuhkan;
•  layanan pembuatan sistem komputer dan/ atau situs web menggunakan bahasa
pemrograman, antara lain layanan pembuatan aplikasi;
•  layanan keamanan teknologi informasi (IT security), antara lain perlindungan informasi
pada saat informasi di proses, di transmisikan, dan/atau disimpan;
•  layanan pusat kontak (contact center), antara lain pemberian jawaban dan/ atau
Qndak lanjut atas pertanyaan dan/ atau pernyataan yang disampaikan kepada pusat
kontak;
•  layanan dukungan teknik, antara lain penanganan masalah pelanggan (client) layanan
dalam penerapan, pemakaian, pemrosesan data (data processing), dan konfigurasi
piranQ keras (hardware), piranQ lunak (sorware), dan/ atau jaringan komputer;
•  layanan komputasi awan (cloud compuQng) dan web hosQng, antara lain data hosQng
atau data storage sepanjang server berada di dalam Daerah Pabean dan penerima
layanan data hosQng atau data storage merupakan penyedia layanan cloud compuQng
atau web hosQng; dan
•  layanan pembuatan konten dengan menggunakan bantuan teknologi informasi, antara
lain pembuatan games, animasi, dan desain grafis
Ekspor Jasa
Jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/ atau komunikasi/konekQvitas data
•  layanan singkat interkoneksi panggilan dan/ atau pesan internasional yang
dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi dalam negeri kepada
penyelenggara telekomunikasi luar negeri;
•  layanan transmiler and responder (transponder) satelit yang dilakukan oleh
penyelenggara satelit dalam negeri kepada penerima layanan sepanJang stasiun
bumi yang di luar negeri, digunakan oleh penerima layanan berada di luar Daerah
Pabean;
•  layanan pengendalian satelit yang dilakukan oleh penyelenggara satelit dalam
negeri kepada penyelenggara satelit luar negeri, sepanjang stasiun bumi
pengendali yang digunakan oleh penyelenggara satelit dalam negeri berada di
dalam Daerah Pabean; dan/atau
•  layanan ketersambungan internet global melalui Jaringan publik atau privat yang
dilakukan oleh penyelenggara jaringan dalam negeri kepada penerima layanan di
luar negeri.
SAAT DAN TEMPAT TERUTANG

Kapan PPN Terutang


ya ?
DASAR HUKUM
Pasal 11 dan 12 UU PPN 42/2009

Pasal 17 PP Nomor 1 tahun 2012

PMK-163/PMK.03/2012 tgl 22
Oktober 2012 (membangun sendiri)

PER-4/PJ/2010 tgl 15 Februari 2010

PER-19/PJ/2010 tgl 1 April 2010


Apa Yang Dimaksud Dengan Saat
Pajak Terutang ?

Adalah saat di mana pengusaha


kena pajak sudah Qmbul utang
pajak dan menentukan kewajiban
membayar pajak
SAAT PAJAK TERUTANG
(Pasal 11 UU PPN 42/2009)

pada saat penyerahan BKP atau JKP

pada saat impor BKP

pada saat dimulainya pemanfaatan BKP Qdak berwujud/JKP dari luar daerah
pabean ke dalamnya;

pada saat ekspor BKP(Berwujud/Tidak Berwujud) dan ekspor JKP

pada saat pembayaran dalam hal :


• pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP/JKP
• pembayaran diterima sebelum dimulai pemanfaatan BKP Qdak berwujud/JKP
dari luar daerah pabean ke dalamnya
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

a.  Penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang
bergerak, selain penyerahan oleh pemilik barang atau yang disebut consignor kepada penerima
barang atau yang disebut consignee secara konsinyasi, terjadi pada saat:
Ø  Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak
keQga untuk dan atas nama pembeli;
Ø  Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima barang
untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan antar cabang;
Ø  Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa
angkutan;atau
Ø  harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

b.  penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa
barang Qdak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau
menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata,
kepada pihak pembeli.

c.  penyerahan Barang Kena Pajak Qdak berwujud, terjadi pada saat :
1.  harga atas penyerahan Barang Kena Pajak Qdak berwujud diakui sebagai piutang
atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha
Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan
secara konsisten;atau
2.  kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau
kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal saat
sebagaimana dimaksud pada angka 1 Qdak diketahui.
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

d.  Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau akQva yang menurut tujuan semula
Qdak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
terjadi, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu di antara saat:

1.  ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris;
2.  berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam
anggaran Dasar;
3.  tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan dibubarkan; atau
4.  diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah Qdak melakukan
kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau
berdasarkan data atau dokumen yang ada.
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

e.  Pengalihan Barang Kena Pajak dalam rangka penggabungan, peleburan,


pemekaran, pemecahan, dan pengambilalihan usaha yang Qdak memenuhi
ketentuan Pasal 1A ayat (2) huruf d Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai atau
perubahan bentuk usaha, terjadi pada saat:

1.  disepakaQ atau ditetapkannya penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan, pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha sesuai
dengan hasil rapat umum pemegang saham yang tertuang dalam perjanjian
penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan, pengambilalihan usaha,
atau perubahan bentuk usaha;
2.  ditandatanganinya akta mengenai penggabungan, peleburan, pemekaran,
pemecahan atau pengambilalihan usaha, atau perubahan bentuk usaha oleh
notaris;
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

3.  disepakaQ atau ditetapkannya pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan
setoran modal pengganQ saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A yang
tertuang dalam perjanjian pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan
setoran modal; atau
4.  ditandatanganinya akta mengenai pengalihan Barang Kena Pajak untuk
tujuan setoran modal pengganB saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5A oleh notaris.

SAAT PAJAK TERUTANG Impor Barang Kena Pajak
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

Impor Barang Kena Pajak terjadi pada saat


Barang Kena Pajak tersebut dimasukkan ke
dalam Daerah Pabean
SAAT PAJAK TERUTANG PENYERAHAN JKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

Penyerahan Jasa Kena Pajak terjadi pada saat:



1.  harga atas penyerahan Jasa Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan,
atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai
dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;
2.  kontrak atau perjanjian ditandatangani, dalam hal saat sebagaimana dimaksud
pada angka 1 Qdak diketahui; atau
3.  mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik
sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian
sendiri Jasa Kena Pajak

SAAT PAJAK TERUTANG Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud
dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean terjadi pada saat:

1.  harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut
dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;
2.  harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau pengganQan Jasa Kena Pajak
tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau
3.  harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut
dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya, yang terjadi
lebih dahulu

Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean terjadi pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian, dalam hal saat terjadinya
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean sebagaimana diatas Qdak diketahui
SAAT PAJAK TERUTANG EKSPOR
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)

Ø  Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud terjadi pada saat Barang Kena
Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean.
Ø  Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud terjadi pada saat
PengganQan atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang diekspor
tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan.
Ø  Ekspor Jasa Kena Pajak terjadi pada saat PengganQan atas jasa yang
diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau
penghasilan.
TEMPAT PAJAK TERUTANG (1)

Penyerahan •  Tempat Qnggal/ kedudukan;dan tempat kegiatan usaha


dalam daerah dilakukan, yaitu tempat PKP dikukuhkan atau seharusnya
pabean dikukuhkan

Impor BKP •  Ditempat BKP dimasukan

Pemanfaatan BKP
Qdak berwujud •  Ditempat Qnggal atau tempat kedudukan dan atau tempat
atau JKP dari luar kegiatan usaha
daerah pabean
TEMPAT PAJAK TERUTANG (2)

Tempat lain yang ditentukan


oleh Dirjen Pajak atas
permintaan WP

Prinsipnya PKP terutang PPN


tempat Qnggal/ kedudukan;dan
tempat kegiatan usaha dilakukan
PEMUSATAN TEMPAT
PAJAK TERUTANG
(Pasal 12 ayat 2 UU PPN)

WP dapat mengajukan
permohonan
pemusatan pajak
terutang
PEMUSATAN PKP (1)
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020

•  Nama alamat dan NPWP tempat pemusatan;


•  Rincian nama alamat dan NPWP tempat PPN yang akan dipusatkan;
•  Melampirkan surat pernyataan bahwa administrasi penjualan
Mengajukan diselenggarakan secara terpusat pada tempat Pajak Pertambahan
pemberitahuan Nilai terutang yang dipilih
secara tertulis •  Tempat Pemusatan bukan Kawasan Berikat, Kawasan Bebas, KEK,
KITE
kepada Kakanwil •  Tempat Pemusatan secara nyata memiliki kegiatan usaha dan
dgn tembusan melakukan kegiatan administrasi
Ka KPP •  diputuskan max. 14 hari sejak tanggal pemberitahuan dan berlaku 5
th
•  Pemusatan berlaku untuk masa pajak berikutnya setelah tgl SK
Pemusatan

- Perpanjangan diputuskan max. 14 hari sejak tanggal pemberitahuan.


- Pemberitahuan Perpanjangan harus disampaikan 2 (dua) bulan sebelum batas
waktu persetujuan pemusatan berakhir.

PEMUSATAN PKP (2)
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020

• Apabila ada penambahan atau pengurangan tempat Pajak


Pertambahan Nilai terutang yang telah dipusatkan;
Mengajukan • memilih tempat Pajak Pertambahan Nilai terutang yang lain sebagai
pemberitahuan Tempat Pemusatan Pajak Pertambahan Nilai Terutang yang baru
secara tertulis setelah jangka waktu 2 tahun
• Persyaratannya sama dgn pengajuan pertama
kepada • diputuskan max. 14 hari sejak tanggal pemberitahuan dan berlaku 5 th
Kakanwil • Pemusatan berlaku untuk masa pajak berikutnya setelah tgl SK
Pemusatan

- Apabila pengajuan pemusatan ditolak maka dapat diajukan kembali.


PEMUSATAN PKP (3)
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020

Pemusatan Qdak dapat dilakukan


untuk Tempat Qnggal, tempat
kedudukan, atau tempat kegiatan
usaha PKP yang berada di
Kawasan Berikat, Kawasan
Ekonomi Khusus, dan
mendapatkan fasilitas Kemudahan
Impor Tujuan Ekspor
PENCABUTAN PEMUSATAN PAJAK TERUTANG
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020

Atas permohonan tertulis

Pemberitahuan secara tertulis harus


disampaikan selambat-lambatnya 2 (dua) bulan
sebelum masa pajak dimana Pengusaha Kena Pajak
Bdak lagi menginginkan tempat-tempat Pajak
Pertambahan Nilai terutang dipusatkan

Harus diterbitkan max. 5 hari sejak point2 di


atas
FAKTUR PAJAK
APAKAH FAKTUR PAJAK ITU ?
(Pasal 1 angka 23 UU PPN)

bukQ pungutan pajak yang dibuat


oleh PKP yang melakukan
penyerahan BKP atau penyerahan
JKP
FUNGSI FAKTUR PAJAK
BukQ pungutan pajak bagi PKP penjual
dan bagi DJBC;

BukQ pembayaran pajak dari pembeli


BKP/penerima JKP/yang mengimpor BKP

Sarana untuk mengkreditkan PM


JENIS FAKTUR PAJAK
(Pasal 13 ayat (1) dan (2) UU PPN)

Faktur Pajak

Faktur Pajak Gabungan

Dokumen tertentu yang ditetapkan


sebagai FP oleh Dirjen Pajak
FAKTUR PAJAK STANDAR
GABUNGAN

Faktur Pajak yang dibuat melipuQ


seluruh penyerahan BKP dan/atau JKP
untuk pembeli/penerima yang sama
selama satu masa pajak dibuat paling
lama pada akhir bulan penyerahan
BKP/JKP
Faktur Pajak
Mencantumkan keterangan paling sedikit : Pasal 13 ayat 5 UU PPN
Sdtd UU Nomor 11/2020
Nama, alamat, NPWP yang menyerahkan BKP/JKP;

Nama, alamat, NPWP yang menerima BKP/JKP


idenLtas pembeli Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak yang
melipuL :
§ nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak atau nomor induk
kependudukan atau nomor paspor bagi subjek pajak luar negeri
orang pribadi; atau
§ Nama dan alamat, dalam hal pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak merupakan subjek pajak luar negeri
badan atau bukan merupakan subjek pajak sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 3 Undang- Undang mengenai Pajak Penghasilan

Jenis barang/jasa, jumlah harga jual/pengganBan dan


potongan harga

PPN yang dipungut

PPn BM yang dipungut

Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan FP;

Nama dan tanda yang berhak menandatangi FP


DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PAJAK (1) PJ/2021

Surat Perintah Penyerahan Barang (SPPB) yang dibuat/dikeluarkan


BULOG/DOLOG utk penyaluran tepung terigu

BukQ tagihan atas penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan


telekomunikasi;

bukQ penerimaan pembayaran (setruk) yang dibuat oleh


Penyelenggara Distribusi atas penjualan pulsa dan/atau penerimaan
komisi/fee terkait dengan distribusi token dan/atau voucher

bukQ tagihan atas penyerahan listrik oleh perusahaan listrik

bukQ tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air
minum
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PAJAK (2) PJ/2021

Ticket , tagihan surat muatan udara (airwaybill), delivery bill, yang


dibuat/dikeluarkan utk penyerahan jasa angkutan udara Dalam
Negeri

nota penjualan jasa yang dibuat/dikeluarkan untuk penyerahan jasa


kepelabuhanan;

bukQ tagihan (trading confirmaQon) atas penyerahan JKP oleh


perantara efek

bukQ tagihan atas penyerahan JKP oleh perbankan


DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PAJAK (3) PJ/2021

dokumen yang digunakan untuk pemesanan pita cukai hasil


tembakau (dokumen CK-1)

SSP untuk pembayaran PPN atas penyerahan BKP melalui juru


lelang disertai dengan kuQpan risalah lelang, yang merupakan
satu kesatuan yang Qdak terpisahkan dengan SSP tersebut
Pemberitahuan Ekspor Barang yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP), yang dilampiri Nota Pelayanan
Ekspor, invoice dan bill of lading atau airway bill yang merupakan satu kesatuan yang Qdak
terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor Barang tersebut, untuk ekspor BKP

Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri dengan invoice yang
merupakan satu kesatuan yang Qdak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor
JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud

Pemberitahuan Impor Barang (PIB) mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa


nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau bukQ pungutan
pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan idenQtas pemilik
barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang Qdak
terpisahkan dengan PIB tersebut, untuk impor BKP
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR
PAJAK (4) Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PJ/2021

PIB yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri
dengan SSP dan surat penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat
penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang Qdak terpisahkan dari PIB tersebut,
untuk impor BKP dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai

surat penetapan pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan/atau Pajak atas barang kiriman
yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang
dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau bukQ pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai

SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean, dengan melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak
Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak Berwujud atau JKP

bukQ pungut PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang mencantumkan
nama dan NPWP atau Nomor Induk Kependudukan (NIK) pembeli, atau alamat posel (email) pembeli
yang terdarar pada administrasi Direktorat Jenderal Pajak, atau yang dilampiri dengan dokumen yang
membukQkan bahwa akun pembeli pada sistem elektronik pemungut PPN PMSE memuat nama dan
NPWP pembeli, atau alamat posel (email) pembeli yang terdarar pada administrasi Direktorat
Jenderal Pajak
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR
PAJAK (5) Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PJ/2021

dokumen pengeluaran barang dari Kawasan Berikat yang merupakan


penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Pengusaha Kena Pajak

SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran BKP milik Subjek Pajak Luar Negeri dari
Kawasan Berikat ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan
pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;

SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan BKP dan/atau JKP dari Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan:
1) pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
2) invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP yang dilakukan tanpa melalui mekanisme pengeluaran BKP;
atau
3) invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud

Pemberitahuan Pabean Kawasan Ekonomi Khusus (PPKEK) yang mencantumkan idenQtas pemilik
barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau bukQ pungutan
pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang Qdak terpisahkan dengan PPKEK
tersebut, untuk impor BKP ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR
PAJAK (6) Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PJ/2021
SSP atas pelunasan PPN terkait dengan penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Pelaku Usaha di KEK kepada
pembeli dan/atau penerima jasa yang berkedudukan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang pada
saat impor, pemanfaatan, atau perolehannya Qdak dipungut PPN yang dilampiri dengan:
1) pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
2) invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP yang dilakukan tanpa melalui mekanisme pengeluaran
BKP; atau
3) invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud

SSP atas pelunasan PPN terkait dengan pengeluaran barang yang bukan merupakan
penyerahan BKP oleh Pelaku Usaha di KEK kepada pembeli dan/atau penerima jasa yang
berkedudukan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang pada saat impor,
pemanfaatan, atau perolehannya Qdak dipungut PPN yang dilampiri dengan
Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP; dan

Surat ketetapan pajak untuk menagih Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
yang dilampiri dengan seluruh SSP atas pelunasan jumlah PPN yang masih harus dibayar berupa:
1) bukQ penerimaan negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai sistem
penerimaan negara secara elektronik;
2) bukQ pemindahbukuan yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pembayaran dan penyetoran pajak; dan/atau
3) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau bukQ penerimaan negara sebagai bukQ kompensasi atas Utang
Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara penghitungan dan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
DOKUMEN TERSEBUT HARUS MEMUAT
SEKURANG-KURANGNYA

Nama, alamat, NPWP yang melakukan


ekspor atau penyerahan

Dasar Pengenaan Pajak

Jumlah pajak yang terutang kecuali dalam


hal ekspor
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

Secara Umum
• Pada saat penyerahan
BKP dan atau JKP

Penerimaan
pembayaran terjadi
sebelum • Pada saat penerimaan
penyerahan BKP
dan/atau sebelum pembayaran
penyerahan JKP
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK

Penyerahan sebagian •  Pada saat penerimaan pembayaran


tahap pekerjaan termin

Penyerahan kepada
•  Paling lambat pada saat PKP Rekanan
Pemungut PPN
menyampaikan tagihan kepada
(Bendahara
Pemungut PPN (Bendahara Pemerintah)
Pemerintah)

Penyerahan dengan •  paling lambat pada akhir bulan


FP Gabungan penyerahan
Pembuatan Faktur Pajak

Faktur Pajak paling sedikit dibuat dalam


2 (dua) rangkap

Lembar ke-1, disampaikan kepada


pembeli Barang Kena Pajak atau
penerima Jasa Kena Pajak

Lembar ke-2, untuk arsip Pengusaha


Kena Pajak yang menerbitkan Faktur
Pajak
Penyempurnaan Pengaturan FP
Pasal 13 (5) UU PPN

a IdenBtas Penjual/ Sesuai dengan alamat


Pembeli Alamat
b yg sebenarnya

Menggambarkan keadaan
c Jenis BKP/JKP BKP/ JKP sebenarnya
Keterangan
FP Lengkap
Meminta Tata cara ditentukan
f Nomor Seri FP
ke DJP oleh DJP

IdenQtas: Sesuai idenQtas yang


Nama sah & berlaku
g -  KTP
Penandatanga (fotocopy dilampirkan pada saat
n FP -  SIM
pemberitahuan pejabat
-  Passport penandatangan FP)
Pengisian Faktur Pajak

•  Secara :
§  Lengkap,
Faktur Pajak §  Jelas, dan
§  Benar
wajib diisi :
•  Serta Ditandatangani
•  oleh PKP atau pejabat/pegawai yg
ditunjuk oleh PKP

Tidak Sesuai Ketentuan Diatas Faktur Pajak Tidak Lengkap

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 6


Pengisian Faktur Pajak
Alamat :
•  Harus diisi sesuai dengan alamat yg sebenarnya atau sesungguhnya.
•  Dalam hal alamat PKP yg sebenarnya atau sesungguhnya berbeda dengan alamat
dalam Surat Keterangan Terdaftar (SKT) atau Surat Pengukuhan PKP, maka PKP harus
memberitahukan ke KPP tempat PKP dikukuhkan untuk meminta perubahan alamat
dalam SKT / SPPKP agar sesuai dengan keadaan yg sebenarnya atau sesungguhnya.

Jenis barang atau jasa :


•  Harus diisi dgn keterangan yg sebenarnya / sesungguhnya ttg BKP / JKP yg diserahkan.
•  Dalam hal diterima Uang Muka atau Termin atau cicilan, kolom Nama BKP/JKP ditambah
dengan keterangan, misalnya Uang Muka, atau Termin, atau Angsuran, atas pembelian
BKP/JKP.
•  Bila diketahui jumlah unit atau satuan tertentu lainnya, PKP harus menambahkan
keterangan jumlah unit atau satuan tertentu lainnya tsb atas BKP yang diserahkan

Keterangan Lain
•  Dalam hal diperlukan, PKP dapat menambahkan keterangan lain dalam Faktur Pajak
selain keterangan minimal yang harus tercantum dalam FP.

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 6


Pengisian Faktur Pajak

Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak


•  PKP harus menggunakan Kode & Nomor Seri Faktur Pajak sesuai ketentuan
•  terdiri dari 16 digit yaitu :
•  2 (dua) digit Kode Transaksi;
•  1 (satu) digit Kode Status; dan
•  13 (Qga belas) digit Nomor Seri Faktur Pajak yg ditentukan oleh DJP

Penyerahan BKP/JKP menggunakan mata uang asing :


•  PKP menggunakan FP dalam bentuk Valas.
•  Keterangan Kurs diisi sesuai dengan Kurs KMK pada saat pembuatan Faktur
Pajak.
•  Apabila dilakukan pengganQan/pembetulan FP, maka kurs yg digunakan
adalah kurs pada saat pembuatan FP yg diganQ/dibetulkan pertama kali.
•  Dalam hal PKP melakukan penyerahan dengan menggunakan mata uang
asing dan rupiah, FP bentuk Valas harus digunakan juga untuk transaksi yang
menggunakan mata uang rupiah
Kode dan Nomor Seri Faktur Pajak

. - .
Nomor Seri
Kode
transaksi
-  13 digit
-  Ditentukan oleh sistem DJP, termasuk
Kode kode tahun akan dicreate oleh sistem
Status DJP dan kode cabang dihapus.

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 lampiran III.B.3


Penggunaan Kode Transaksi

Diisi untuk penyerahan BKP/JKP:


•  01 : dipungut PKP penjual selain kode 4 s.d. 9
•  02 : Ke Pemungut PPN Bendahara Pemerintah
•  03 : Ke Pemungut PPN Lainnya (selain Bend. Pemerintah)
•  04 : yang menggunakan DPP Nilai Lain
•  05 : Qdak digunakan lagi
•  06 : Selain kode 01 s.d. 04; (a.l. yang menggunakan tarif
selain 10%, PPN hasil tembakau, PPN turis asing)
•  07 : fasilitas PPN Tidak Dipungut / Ditanggung Pmrth (DTP)
•  08 : fasilitas Dibebaskan dari pengenaan PPN
•  09 : penyerahan AkQva Pasal 16D
Penggunaan Kode Transaksi
Kode '01' : penyerahan yang terutang PPN dan dipungut oleh PKP Penjual yang Qdak termasuk
dalam kategori:

• penyerahan yang menggunakan DPP Nilai Lain (Kode 04);


• penyerahan dg Kode 06
• penyerahan AkQva Pasal 16D (Kode 09).

Kode '02' atau '03' : Penyerahan yg dipungut oleh Pemungut PPN, termasuk atas penyerahan
dalam kategori:

• penyerahan DPP Nilai Lain (Kode 04);


• penyerahan dg Kode 06
• penyerahan-AkQva Pasal 16D (Kode 09).

Atas penyerahan kepada Pemungut PPN, PPN yang terutang dikecualikan dari pemungutan
oleh Pemungut PPN, maka kode transaksi yg digunakan mengacu pada ketentuan umum

Penyerahan yang mendapat fasilitas PPN tetap menggunakan Kode Transaksi '07' atau '08',
termasuk penyerahan kepada Pemungut PPN.
Penggunaan Kode Status

Kode Status, diisi sbb:


•  “ 0 “ untuk status normal;
•  “ 1 “ untuk status pengganQan

Dalam hal diterbitkan Faktur Pajak pengganQ ke-2, ke-3,


dan seterusnya, maka Kode Status yang digunakan Kode
Status tetap “ 1 “

Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Plampiran III.B.2


Faktur Pajak terlambat Diterbitkan

PKP yg menerbitkan Faktur Pajak setelah melewaB batas waktu dari saat
pembuatan FP dikenakan sanksi administrasi Pasal 14 ayat (4) UU KUP = 1% x
DPP.

PKP yg menerbitkan Faktur Pajak setelah melewaB jangka waktu 3 (Bga) bulan
sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 dianggap Bdak menerbitkan Faktur Pajak.

•  PM Bdak dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli BKP atau Penerima JKP

§  Penjual : Sanksi Psl 14 (4) UU KUP


Saat 3 Bln dari Saat
Pembuatan FP Pembuatan FP §  Pembeli : PM Tdk Dpt Dikreditkan

§  Penjual : Sanksi Psl 14 (4) UU KUP


§  Pembeli : PM Dpt Dikreditkan
Per Dirjen Pajak No. PER-24/PJ/2012 Pasal 16
E-Faktur
•  Adalah faktur pajak yang dibuat melalui aplikasi atau sistem
elektronik yang ditentukan/disediakan oleh DJP
•  PKP yang diwajibkan untuk membuat FP secara elektronik ditetapkan
dengan keputusan DJP
•  Pemberlakuan dilakukan secara bertahap sejak 1 Juli 2014
Proses Bisnis
WP telah
ber-NPWP

u Permohonan Pengukuhan
PKP

v
§  Password dikirim ke email
§  Input Passphrase

Permohonan Sertifikat Digital


dapat diajukan saat
permohonan Pengukuhan PKP

Instalasi e-Faktur
x
§  Aktivasi Sertifikat Digital

w
§  Mendapat Sertifikat
Digital
§  Download/Copy/Install
Penelitian Lapangan eFaktur
(petugas cek lokasi WP)
Kelengkapan Permohonan Sertifikat
Digital
P
£
No Nama Dokumen No Nama Dokumen
Dalam hal nama Pengurus tidak tercantum dalam
1 Formulir Surat Permintaan Sertifikat Elektronik SPT Tahunan PPh Badan:
Persyaratan Surat Permintaan Sertifikat 10 Asli Surat Pengangkatan Pengurus
Elektronik: 11 Asli Akta Pendirian Perusahaan
2 Asli SPT Tahunan PPh Badan Asli Penunjukan sebagai BUT/Permanent
12
Asli bukti penerimaan surat/tanda terima Establishment dari perusahaan induk di luar negeri
3
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan 13 Fotocopy Surat Pengangkatan Pengurus
4 Asli KTP/Paspor/KITAS/KITAP*) Pengurus 14 Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan
Fotocopy Penunjukan sebagai BUT/Permanent
5 Fotocopy KTP/Paspor/KITAS/KITAP*) Pengurus 15
Establishment dari perusahaan induk di luar negeri
6 Asli Kartu Keluarga Pengurus Dalam hal pemohon adalah PKP cabang:
7 Fotocopy Kartu Keluarga Pengurus 16 Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan pusat
8 Softcopy pas foto terbaru Pengurus Asli penunjukan dari pengurus pusat untuk PKP
17
cabang
Nama Pengurus tercantum dalam SPT Tahunan
9 Fotocopy penunjukan dari pengurus pusat untuk PKP
PPh Badan 18
cabang
Dalam hal pemohon adalah PKP bentuk kerja sama
operasi:
Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan anggota bentuk
19
kerja sama operasi
20 Asli akta kerja sama operasi
21 Fotocopy akta kerja sama operasi
Pembuatan
Faktur Pajak

Faktur Pajak berbentuk elektronik (e-Faktur)


adalah Faktur Pajak yang dibuat melalui
aplikasi atau sistem elektronik yang
ditentukan dan/atau disediakan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.
Pengusaha Kena Pajak
Pedagang Eceran

1.  penjualan eceran langsung


konsumen akhir;
2.  tanpa didahului dengan
penawaran tertulis, pemesanan
tertulis, kontrak, atau lelang; dan
3.  transaksi secara tunai dan
menyerahkan barang/jasa yang
dibelinya;
4.  Kecuali pedagang Eceran atas Menggunakan faktur
pajak sederhana
Kendaraan Bermotor, Kendaraan
dilaut dan Udara, Senjata Api dan
Properti harus membuat faktur
pajak walaupun pedagang eceran
ke konsumen akhir

Sesuai PMK-18 Tahun 2021


e-Faktur harus
mencantumkan:

1.  nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
2.  nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; diganti dengan identitas
berupa nama, alamat, NPWP, NIK, Paspor untuk subjek pajak luar
negeri OP, nama alamat untuk subjek pajak luar negeri badan, dan
bukan subjek pajak sesuai Pasal 3 UU PPh
3.  jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga;
4.  Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
5.  Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
6.  kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7.  nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur (berupa
tanda tangan elektronik)
e-Faktur Pembeli
tak ber-NPWP diganti
dengan NIK
Rekam e-Faktur
Pembeli tak ber-NPWP

Input Nomor Induk Kependudukan


(NIK) / Paspor untuk Warga Negara
Asing pada kolom Referensi Faktur

2. Input NPWP dengan 00.000.000.0-000.000



BKP: Barang Kena Pajak
JKP: Jasa Kena Pajak
NOTA RETUR
PMK - 65/PMK.03/2010

136
BKP

Perlakuan Untuk Penjual


Dalam hal Barang Kena Pajak yang diserahkan ternyata
dikembalikan (retur) oleh Pembeli, Pajak Pertambahan Nilai
atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang
Mewah dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan tersebut
dapat mengurangi Pajak Keluaran dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah yang terutang

137
BKP

Perlakuan Untuk Pembeli


•  Mengurangi Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas
Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan
•  Mengurangi biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas Barang Kena
Pajak yang dikembalikan tersebut Qdak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut
•  Mengurangi biaya atau harta bagi Pembeli yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak
Pertambahan Nilai atau Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang
Kena Pajak yang dikembalikan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau telah ditambahkan
(dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut

138
JKP

Perlakuan Untuk Penjual

Dalam hal Jasa Kena Pajak yang diserahkan ternyata


dibatalkan, baik sebagian maupun seluruhnya oleh
Penerima Jasa, Pajak Pertambahan Nilai dari Jasa Kena
Pajak yang dibatalkan tersebut mengurangi Pajak
Keluaran yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak
Pemberi Jasa Kena Pajak

139
JKP

Perlakuan Untuk Pembeli


•  Mengurangi Pajak Masukan dari Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal Pajak Masukan atas
Barang Kena Pajak yang dikembalikan telah dikreditkan
•  Mengurangi biaya atau harta bagi Pengusaha Kena Pajak Pembeli, dalam hal pajak atas Barang Kena
Pajak yang dikembalikan tersebut Qdak dikreditkan dan telah dibebankan sebagai biaya atau telah
ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta tersebut
•  Mengurangi biaya atau harta bagi Penerima Jasa yang bukan Pengusaha Kena Pajak dalam hal Pajak
Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan tersebut telah dibebankan sebagai biaya atau
telah ditambahkan (dikapitalisasi) dalam harga perolehan harta

140
Retur Penjualan
Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap Qdak
terjadi dalam hal Barang Kena Pajak yang
dikembalikan diganQ dengan Barang Kena Pajak
yang sama, baik dalam jumlah fisik, jenis maupun
harganya

141
Nota Retur
Paling Sedikit memuat :
1.  Nomor urut nota retur;
2.  Nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
3.  Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
4.  Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Penjual;
5.  Jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
6.  Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang
dikembalikan;
7.  Tanggal pembuatan nota retur;
8.  Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur

142
Bentuk Nota Retur

143
Nota Pembatalan
Paling Sedikit memuat :
1.  Nomor nota pembatalan;
2.  Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
3.  Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Penerima Jasa;
4.  Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak;
5.  Jenis jasa dan jumlah pengganQan Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
6.  Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
7.  Tanggal pembuatan nota pembatalan; dan
8.  Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota pembatalan

144
Bentuk Nota Pembatalan

145
MEKANISME PPN

Mekanisme PPN ?
Pengkreditan ?
PK ?? PM ??
Pusiingg……!!!
MEKANISME PPN

Mekanisme
Umum

Mekanisme
Khusus
PK Vs PM = KB/LB/N

A Pembelian Rp 100
B Penjualan Rp 120
PPN (PK) Rp 12
C
PPN (PM) Rp 10
Total Rp 110 Total Rp 132

PK Rp 12
PM Rp 10

KB/LB/N ???

PAJAK MASUKAN

PPN yang seharusnya sudah dibayar oleh PKP


karena perolehan BKP (Ketentuan formal Faktur
Pajak Pasal 13 ayat 5 UU PPN)
penerimaan JKP (Ketentuan formal Faktur Pajak
Pasal 13 ayat 5 UU PPN)
pemanfaatan BKP Qdak berwujud dari luar daerah Pabean (ketentuan PMK 40 Tahun 2010
formal Pasal 13 ayat 6 UU PPN)

pemanfaatan JKP dari luar daerah Pabean (ketentuan formal


Pasal 13 ayat 6 UU PPN)

impor BKP (ketentuan formal Pasal 13 ayat 6 UU


PPN) Pasal 1 angka 24 UU PPN
PERSYARATAN UMUM PM DAPAT Pasal 9 UU PPN
DIKREDITKAN

Syarat Formal
• Diisi secara lengkap, jelas, benar dan ditandatangani
Pasal 73, 74 PMK
oleh pihak yang ditunjuk oleh PKP 18 Tahun 2021
Pasal 13
ayat 9 UU Syarat Material
PPN
•  B e r i s i k e t e r a n g a n y a n g s e b e n a r n y a a t a u
s e s u n g g u h n y a m e n g e n a i t r a n s a k s i y a n g
bersangkutan (Arus Uang dapat dibukQkan, arus
barang kena pajak dapat dibukQkan)
PRINSIP DASAR (1)
(Pasal 9 UU PPN)

PM dalam suatu masa pajak dapat dikreditkan dengan


PK untuk masa pajak yang sama; (ayat (2))

Bagi Pengusaha Kena Pajak yang belum melakukan penyerahan


Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak dan/atau ekspor
Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak, Pajak Masukan
atas perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak,
impor Barang Kena Pajak, serta pemanfaatan Barang Kena
Pajak Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan Jasa Kena Pajak
dari luar Daerah Pabean didalam Daerah Pabean dapat
dikreditkan sepanjang memenuhi ketentuan pengkreditan sesuai
dengan Undang Undang ini

PM yang dikreditkan harus menggunakan Faktur Pajak


yang memenuhi persyaratan (ayat 2b)
PRINSIP DASAR (2)
(Pasal 9 UU PPN)

Bila PK>PM, maka selisihnya harus


dibayar oleh PKP; (ayat 3)

Bila PM>PK, maka selisihnya dikompensasikan ke


masa pajak berikutnya; (ayat 4) dan dapat diajukan
resQtusi pada akhir tahun buku (4a) kecuali PKP
tertentu yg dapat resQtusi pada seQap masa pajak
(4b)

PKP Tertentu:
- PKP yang melakukan ekspor BKP, BKP tdk berwujud, JKP
- PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN
- PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang PPN nya tidak dipungut
PRINSIP DASAR (3)
(Pasal 9 ayat 5 UU PPN)

Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak melakukan:


a.  dalam penyerahan yang terutang pajak dan Pajak
Masukan yang berkenaan dengan penyerahannya dapat
dikreditkan; dan
b.  penyerahan yang terutang pajak dan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahannya tidak dapat dikreditkan
dan/atau penyerahan yang tidak terutang pajak,
Y a n g
Dalam hal bagian penyerahan yang terutang pajak sebagaimana t e r u t a n g
dimaksud dalam huruf a dapat diketahui dengan pasti dari dikenakan
pembukuannya, jumlah Pajak Masukan yang dapat dikreditkan t a r i f
merupakan Pajak Masukan yang berkenaan dengan penyerahan khusus
sebagaimana dimaksud dalam huruf a.
PRINSIP DASAR (4)
(Pasal 9 ayat 6 UU PPN)

Apabila dalam suatu Masa Pajak Pengusaha Kena Pajak melakukan:


a.  penyerahan yang terutang pajak dan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahannya dapat dikreditkan; dan
b.  penyerahan yang terutang pajak dan Pajak Masukan yang
berkenaan dengan penyerahannya tidak dapat dikreditkan dan/
atau penyerahan yang tidak terutang pajak,

sedangkan Pajak Masukan sehubungan dengan penyerahan yang


terutang pajak sebagaimana dimaksud dalam huruf a tidak dapat
diketahui dengan pasti, jumlah Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan dihitung dengan menggunakan pedoman pengkreditan
Pajak Masukan.

PMK-78/2010
PENGKREDITAN MASA
TIDAK SAMA

Dapat dikreditkan dengan PK


untuk Masa Pajak yang sama

Masih dapat dikreditkan pada Masa Pajak


berikutnya p.l. 3 bulan setelah berakhirnya
Masa Pajak ybs sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum
dilakukan pemeriksaan

Penjelasan FP Masa Tidak Sama di SE -02/PJ/2020



PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (1)
UU PPN Pasal 9 ayat 8
Berlaku Bagi WP yang dikukuhkan
menjadi PKP setelah melebihi saat
Perolehan BKP atau JKP sebelum dikukuhkan sebagai PKP (E- harus PKP
faktur sudah deteksi) dirubah dengan UU Nomor 11 Tahun Contoh :
2020 menjadi dapat dikreditkan dengan Deemed Pajak PT A terpenuhi Wajib PKP tanggal 31
Masukan 80% dari Pajak Keluaran Januari 2019
PT A mendaptarkan diri menjadi PKP/
dikukuhkan PKP Jabatan tanggal 10 Juli
2020
Perolehan BKP atau JKP yang Qdak Maka PM 80 % berlaku untuk masa
memiliki hubungan langsung dengan pajak sejak Januari 2019 s.d Juni 2020
kegiatan usaha (E-faktur Qdak bisa
deteksi)

Perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor


jenis sedan dan staQon wagon kecuali merupakan Menjadi dapat dikreditkan
barang dagangan atau disewakan (E-faktur Qdak
bisa deteksi) Basisnya BPKB
Dihapus dengan UU Nomor 7 tahun 2021
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (2)
Berlaku Bagi WP yang dikukuhkan
menjadi PKP setelah melebihi saat
Pemanfaatan BKP Bdak berwujud atau pemanfaatan JKP harus PKP
dari luar daerah pabean di dalam Daerah Pabean Contoh :
sebelum dikukuhkan sebagai PKP (E-faktur sudah deteksi) PT A terpenuhi Wajib PKP tanggal 31
dirubah dengan UU Nomor 11 Tahun 2020 menjadi dapat Januari 2019
dikreditkan dengan Deemed Pajak Masukan 80% dari PT A mendaptarkan diri menjadi PKP/
Pajak Keluaran dikukuhkan PKP Jabatan tanggal 10 Juli
2020
Maka PM 80 % berlaku untuk masa
pajak sejak Januari 2019 s.d Juni 2020
Perolehan BKP atau JKP yang bukB pungutannya
berupa faktur pajak yang Bdak mencantumkan
nama, alamat dan NPWP pembeli (E-faktur
menolak)

Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajak Contoh Kode transaksi
standarnya Bdak memenuhi syarat pembuatan
faktur pajak (mengacu Pasal 13 ayat 5 UU PPN - faktur pajak salah
PER-24/PJ/2012)
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (3)

Pemanfaatan BKP Bdak berwujud atau JKP dari luar


daerah pabean yang FP Bdak memenuhi syarat
(pembayaran PPN Bdak sesuai 40/PMK.03/2010)

Tidak diajukan upaya hukum,
Setuju pada saat pemeriksaan,
Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya ditagih Telah dilakukan pembayaran
dengan penerbitan ketetapan pajak ( dirubah dengan UU Dikreditkan di masa pajak sesuai
Nomor 11 Tahun 2020 menjadi dapat dikreditkan sepanjang masa pajak saat pembayaran / 3
telah dilakukan pembayaran dan dapat dikreditkan sesuai masa pajak berikutnya setelah
Pasal 9 UU PPN) masa pembayaran

Data Pajak masukan tersebut


disampaikan kepada pemeriksa
Perolehan BKP atau JKP yang pajak masukannya lengkap dengan tanda terima
Bdak dilaporkan dalam SPT masa PPN yang sebelum SPHP terbit, atau
ditemukan pada saat pemeriksaan ( dirubah ditemukan oleh pemeriksa pada
dengan UU Nomor 11 Tahun 2020 menjadi dapat saat pemeriksaan, sepanjang
terpenuhi dapat dikreditkan
dikreditkan sepanjang sesuai Pasal 9 UU PPN) sesuai UU PPN
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (4)
Pasal 16B UU PPN

Pajak Masukan yang dibayar untuk


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas Faktur kode 07
penyerahannya Bdak dipungut Pajak
Pertambahan Nilai, dapat dikreditkan

Pajak Masukan yang dibayar untuk


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau
perolehan Jasa Kena Pajak yang atas Faktur kode 08
penyerahannya dibebaskan dari
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai,
Bdak dapat dikreditkan
PAJAK KELUARAN

Pajak Pertambahan Nilai yang terutang yang


Wajib dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak

Penyerahan Barang Kena Pajak

Penyerahan Jasa Kena Pajak

Pasal 1 angka 25 UU PPN


MEKANISME PK DAN PM

SeQap PKP yang menyerahkan BKP atau JKP diwajibkan


memungut Pajak Keluaran yang terutang (harus
menerbitkan FP)

Pada saat PKP tersebut membeli BKP atau JKP dari PKP
lain, juga membayar pajak yang terutang (Pajak
Masukan)

Pada akhir Masa Pajak, PM tsb dikreditkan dengan PK,


bila PK > PM, kekurangannya dibayar ke Kas Negara
selambat-lambatnya AKHIR bulan berikutnya
1

Pemakaian Sendiri dan Pasal 5 PP 1 Tahun 2012

Pemberian Cuma-Cuma
Untuk Tujuan ProdukQf belum merupakan penyerahan sehingga belum
terutang PPN

Atas pemakaian sendiri dan pemberian Cuma-Cuma PPN yang terutang/


dibayar merupakan PK

FP untuk Pemakaian Sendiri, idenQtas Pengusaha Kena Pajak dan Pembeli


Barang Kena Pajak/Penerima Jasa Kena Pajak adalah sama yaitu
Pengusaha Kena Pajak yang bersangkutan
Pemakaian Sendiri dan Pasal 5 PP 1 Tahun 2012

Pemberian Cuma-Cuma
Tujuan ProdukBf
pemakaian BKP/JKP yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi
selanjutnya atau untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang melipuQ
kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen,

Perlakuan PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan produkQf Qdak dilakukan pemungutan
PPN atau PPnBM, kecuali pemakaian sendiri digunakan untuk penyerahan
yang Qdak terutang PPN, atau mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan
Pemakaian Sendiri dan Pasal 5 PP 1 Tahun 2012

Pemberian Cuma-Cuma
Tujuan KonsumBf
Pemakaian BKP/JKP yang Qdak ada kaitan dengan kegiatan produksi
selanjutnya atau untuk kegiatan yang Qdak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang
melipuQ kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen

Perlakuan PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan konsumQf harus dipungut PPN dan PPN
nya pasQ Qdak dapat dikreditkan karena Qdak berhubungan dengan
kegiatan usaha.
CONTOH PEMAKAIAN SENDIRI BARANG KENA PAJAK (1)

Pemakaian sendiri Barang Kena Pajak untuk tujuan


KonsumBf:
1. Pabrikan minuman ringan menggunakan hasil produksinya
untuk konsumsi karyawan atau para tamu.
2. Dalam rangka promosi produk sepatu yang baru, pabrikan
sepatu membeli topi dalam jumlah yang besar. Sebagaian
dari topi tersebut diberikan untuk konsumsi karyawannya.
3. Perusahaan telekomunikasi selular memberikan fasilitas
bebas biaya telepon selular kepada para direksinya.
CONTOH PEMAKAIAN SENDIRI BARANG KENA PAJAK (2)

Pemakaian Barang Kena Pajak UNTUK tujuan produkQf yang


nyata-nyata digunakan untuk kegiatan yang mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang
bersangkutan (utk produksi, distribusi, pemasaran dan
manajemen).
1. Pabrikan mobil/truck mempergunakan sendiri truck yang
diproduksinya untuk kegiatan usaha mengangkut bahan baku
spare parts/barang dagangan dari suatu tempat ke pabriknya
atau ke tempat pembeli.
2. Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya
berupa cangkang/kulit dari inQ sawit sebagai pengeras jalan
di lingkungan pabrik.
3. Perusahaan telekomunikasi menggunakan saluran teleponnya
untuk kegiatan operasional perusahaan dalam berkomunikasi
dengan mitra bisnisnya.
CONTOH PEMAKAIAN SENDIRI BARANG KENA PAJAK (3)

Pemakaian Barang Kena Pajak untuk tujuan produkQf yang


nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi
selanjutnya.
1. Pabrikan minyak kelapa sawit menggunakan limbahnya
berupa cangkang/kulit dari inQ sawit sebagai bahan
pembakaran boiler dalam proses pabrikasi.
2. Pabrikan kayu lapis/plywood menggunakan hasil produksinya
berupa kayu lapis/plywood untuk membungkus kayu lapis/
plywood yang akan dipasarkan agar Qdak rusak.
CONTOH PEMBERIAN CUMA-CUMA
BARANG KENA PAJAK DAN ATAU JASA KENA PAJAK

1. Pabrikan mie instan memberikan contoh produknya


kepada para relasi.
2. Pabrikan mie instan memberikan bantuan berupa mie
instan hasil produksinya kepada korban bencana alam.
3. Pabrikan shampo memberikan 1 sabun mandi untuk
seQap penjualan 1 botol produk shamponya.
4. P erusahaan jasa persewaan traktor memberikan
bantuan penggunaan traktor kepada pemerintah untuk
mengatasi tanah longsor.
PEDOMAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
BAGI PKP YG MEMPUNYAI PEREDARAN USAHA
JUMLAH TERTENTU (Deemed Pajak Masukan)
(Ps. 9(7) UU PPN Jo PMK-74 /PMK.03/2010)

•  Bagi PKP yang menggunakan Norma Penghitungan Penghasilan


Neto (NPPN):
•  PKP dengan Peredaran Bruto (Omzet) 1 tahun Qdak lebih dari
1,8 Miliar
•  Sesuai dgn PMK-74/PMK.03/2010 digunakan Norma Sbb:
- Untuk Penyerahan Barang Kena Pajak
PM = 70% x Pajak Keluaran à Kurang Bayar 3%
- Untuk penyerahan Jasa Kena Pajak
PM = 60% x Pajak Keluaran à Kurang Bayar 4 %
•  Pajak Keluaran (PK) = 10% x Dasar Pengenaan Pajak
•  Dasar Pengenaan Pajak adalah Jumlah Peredaran Usaha
171
BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
OLEH PKP YG MEMPUNYAI PEREDARAN USAHA
JUMLAH TERTENTU DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7) UU PPN Jo PMK-74/PMK.03/2010)

PKP PM =70% X PK
(Utk. Penyerahan BKP)

PEDOMAN
MENGGUNAKAN PENGKREDITRAN
NORMA PAJAK MASUKAN
PENGHITUNGAN (78/KMK.03/2010)
PENGHASILAN NETO
PM =60% X PK
(Utk. Penyerahan JKP)

TIDAK
MENGGUNAKAN NORMA PEDOMAN
PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PM
PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
NETTO

MEKANISME BIASA
PK - PM
BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA TERTENTU DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7a) UU PPN Jo PMK-79/PMK.03/2010 jo 30/PMK.03/2014)

}  Bagi PKP kegiatan tertentu yang melakukan


penyerahan:
a.  Kendaraan Bermotor Bekas secara eceran;
}  Sesuai dgn PMK-79/PMK.03/2010 digunakan Pedoman
Pengkreditam PM adalah Sbb:
- Untuk Penyerahan Kedaraan Bermotor Bekas
PM = 90% x Pajak Keluaranà Kurang Bayar 1%

173
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
UU PPN Pasal 9 ayat 7, 7a dan 7b

Peredaran Usaha
Melakukan Kegiatan
Tidak Melebihi Jumlah
Usaha Tertentu
tertentu
• Tidak melebihi Rp 1,8 • Penyerahan
M Kendaraan Bermotor
• Dapat Bekas Secara Eceran
• JKP: PM= 60% PK • Wajib
• BKP: PM= 70% PK • KB: PM =90%
PMK-78/PMK.03/2010 Perubahan
Terakhir PMK-135/PMK.011/2014
TENTANG
PEDOMAN PENGHITUNGAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA
KENA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG
TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK
TERUTANG PAJAK
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada
tanggal 1 April 2010.

175
Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan kegiatan:
1. usaha terpadu (integrated), terdiri dari:
a. unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak; dan
b. unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang Tidak Terutang
Pajak;
2. usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang Qdak
terutang pajak;
3. usaha untuk menghasilkan, memperdagangkan barang, dan
usaha jasa yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang
Qdak terutang pajak; atau
4. usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan
sebagian lainnya Qdak terutang pajak,
sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang
Pajak Qdak dapat diketahui dengan pasQ, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang
Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan pedoman
penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. 176
Pengkreditan PM pada saat
Perolehan BKP/JKP
PKP yang melakukan kegiatan usaha yang penyerahannya terutang pajak & Qdak
terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan yang Terutang Pajak Qdak dapat
diketahui dengan pasQ, jumlah PM yang dapat dikreditkan dihitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan,
yaitu:


P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap penyerahan seluruhnya.

Penghitungan Kembali Pajak Masukan Yang
3. Muatan Pasal
Dapat Dikreditkan

Dilakukan seQap tahun (sesuai masa manfaat), diperhitungkan dengan PM


yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak paling lama pada bulan
keQga setelah berakhirnya tahun buku, dg rumus:

a.  P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.
b.  P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun.

dengan ketentuan:
P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
KETENTUAN PENTING

Pasal 5
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, diperhitungkan dengan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak, paling lama pada
bulan keBga setelah berakhirnya tahun buku.

Pasal 6
Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Qdak perlu dilakukan dalam hal masa
manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a telah berakhir.

179
Pedoman Penghitungan PM yang lain

Pedoman penghitungan pengkreditan Pajak Masukan


berdasarkan PMK ini Qdak berlaku bagi PKP yang telah
d i t e t a p k a n u n t u k m e n g g u n a k a n p e d o m a n
penghitungan pengkreditan Pajak Masukan sesuai
ketentuan Pasal 9 ayat (7) dan ayat (7a) UU PPN.
Membangun Sendiri
(Pasal 16 C UU PPN 1984)
PMK -163/PMK.03/2012
PER Dirjen -25/PJ./2012
PPN dikenakan atas kegiatan membangun sendiri
yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau
pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak
lain yang batasan dan tata caranya diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan”

Yang Dimaksud membangun sendiri :


Kegiatan membangun menggunakan jasa pemborong atau tukang harian yang tidak dikukuhkan sebagai
Pengusaha Kena Pajak (PKP).
Syarat-syarat kegiatan membangun sendiri yang
dikenakan PPN yaitu:

¡  Dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau


pekerjaannya;
¡  Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan secara
bertahap dianggap merupakan satu kesatuan kegiatan
sepanjang tenggang waktu antara tahapan-tahapan
tersebut tidak lebih dari 2 (dua) tahun.
¡  Yang dibangun adalah untuk tempat tinggal atau tempat
usaha;
¡  Luas bangunan 200 m2 atau lebih;
¡  Bangunan bersifat permanen.
Saat dan tempat pajak terutang atas kegiatan membangun sendiri
yaitu :

¡  Pajak terutang saat mulai dilaksanakannya pembangunan;


¡  Tempat terutangnya pajak adalah di tempat bangunan didirikan.
¡  PPN terutang wajib disetor ke Kas Negara melalui Kantor Pos atau Bank
Persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya
masa pajak.
PPN yang terutang adalah
•  10 % X Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
DPP-nya adalah 20% (empat puluh persen) dari jumlah biaya yang dikeluarkan dan/
atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan, tidak termasuk harga perolehan
tanah
Pembayaran PPN terutang dilakukan setiap bulan sebesar 10% (sepuluh persen)
dikalikan dengan 20% (empat puluh persen) dikalikan dengan jumlah biaya yang
dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan pada setiap bulannya.

Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
PPN kepada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut dengan
mempergunakan SSP lembar Ke-3 paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Contoh.......
•  tanggal 15 Januari 2013, Tuan Hanif mulai membangun sendiri sebuah
bangunan untuk tempat Qnggal dengan luas bangunan 350m2. Biaya yang
dikeluarkan selama bulan Januari 2013 adalah:
•  Pembelian material bangunan = Rp 110.000.000,- termasuk PPN Rp
10.000.000,-
•  Ongkos tukang Rp 5.000.000,-
•  PPN terutang = 10% x 20% x (Rp 110.000.000,- + Rp
5.000.000,-)
= 2.300.000,-
Contoh...........
¡  PPN terutang sebesar Rp 2.300.000,- disetor dengan menggunakan SSP
paling lambat tanggal 15 Februari 2013. Kolom idenQtas dalam SSP diisi
dengan idenQtas Tuan Hanif. Apabila Tn.Hanif mempunyai NPWP
09.567.897.0-043.000, tetapi rumah dibangun di wilayah sunter
dengan kode KPP 045, maka kolom NPWP dalam SSP diisi dengan
angka 0 (nol) pada 9 digit pertama dan dengan kode KPP 045
(00.000.000.0-045.000), Kemudian yang menandatangani SSP adalah
Tn.Hanif selaku pihak yang melakukan kegiatan membangun sendiri.
KMS secara Jabatan
•  Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri Qdak atau kurang menyetorkan ke Kas Negara
atas Pajak Pertambahan Nilai terutang, maka Direktorat Jenderal
Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
berdasarkan hasil pemeriksaan
KMS secara Jabatan
•  Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri memberikan data atau bukQ pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, namun Qdak benar atau Qdak lengkap, sehingga:

a.  jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih rendah dari
nilai terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan
dihitung berdasarkan data nilai terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) tersebut;
atau

b.  jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih Qnggi dari nilai
terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung
berdasarkan data atau bukQ pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan.
KMS secara Jabatan

•  Yg dimaksud HSGBN adalah data Harga Satuan Bangunan Gedung


Negara (HSBGN) masing-masing daerah sesuai Data HSBGN bisa di
lihat di hlp://sim.ciptakarya.pu.go.id/sibpb/dev/public/hsbgn.php

FASILITAS
PPN
Matriks Barang/Jasa Dalam UU PPN

Barang/Jasa

Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP

Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut
Fasilitas di Bidang PPN (Pasal 16B UU PPN)

PAJAK TERUTANG PAJAK TERUTANG


TIDAK DIPUNGUT SEBAGIAN/ DIBEBASKAN
SELURUHNYA SEMENTARA WAKTU/SELAMANYA

Pajak Masukan atas perolehannya dapat Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dikreditkan dapat dikreditkan

1 Fasilitas PPN di Kawasan Berikat Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP
1
Tertentu
Proyek Pemerintah yang dananya berasal dari
2
hibah/bantuan luar negeri Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu yang
2
bersifat Strategis
3 Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP
Tertentu
3 Fasilitas PPN di Kawasan Bebas
(Batam, Bintan, Karimun, Sabang)
4 Fasilitas PPN ke Kawasan Bebas
(Batam, Bintan, Karimun, Sabang)
KAWASAN BERIKAT
PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdtd PMK Nomor 131/PMK.04/2018 dan
PMK-65/PMK.04/2021

Tempat Penimbunan Berikat

TEMPAT PENIMBUNAN BERIKAT

Suatu bangunan tempat kawasan


Yg memenuhi persyaratan tertentu

Untuk menimbun
barang dengan tujuan tertentu

Dengan mendapatkan
penangguhan Bea Masuk

PP 32 Tahun 2009 dengan perubahan terakhir PP 85 Tahun 2015


ATURAN TERKAIT

1.  PP 32 Tahun 2009 dengan perubahan terakhir PP 85 Tahun 2015


2.  PMK 131/PMK.04/2018 sdtd PMK-65/PMK.04/2021
3.  PER-19/BC/2018
4.  PER-27/BC/2016
Tempat Penimbunan Berikat
PP Nomor 85 tahun 2015

Tempat Penimbunan Berikat dapat berbentuk:


•  Gudang Berikat;
•  Kawasan Berikat;
•  Tempat Penyelenggaraan Pameran Berikat;
•  Toko Bebas Bea;
•  Tempat Lelang Berikat; atau
•  Kawasan Daur Ulang Berikat.
•  Pusat LogisQk Berikat
Pengawasan sepenuhnya merupakan wewenang DJBC
Kawasan Berikat

KAWASAN BERIKAT

Tempat Penimbunan Berikat

Untuk menimbun Dan/atau barang yg berasal


barang impor dari TLDDP

Diolah atau digabungkan

Hasilnya terutama
utk diekspor

PP 32 Tahun 2009 dengan perubahan terakhir PP 85 Tahun 2015


Definisi Umum

Penyelenggara adalah badan hukum yang melakukan kegiatan


menyediakan dan mengelola kawasan untuk
Kawasan Berikat kegiatan pengusahaan Kawasan Berikat
(PKB)

Pengusaha badan hukum yang melakukan kegiatan


Kawasan Berikat pengusahaan Kawasan Berikat

Pengusaha di Kawasan badan hukum yang melakukan kegiatan


berikat merangkap pengusahaan Kawasan Berikat yang berada di
Penyelenggara di dalam Kawasan Berikat milik Penyelenggara
Kawasan Berikat (PDKB) Kawasan Berikat yang statusnya sebagai badan
hukum yang berbeda
Definisi Umum
adalah mengolah barang dan/atau bahan
Kegiatan dengan atau tanpa bahan penolong menjadi
Pengolahan barang hasil produksi dengan nilai tambah yang
lebih Qnggi, termasuk perubahan sifat dan
fungsinya; dan/atau
budidaya flora dan fauna

k e g i a t a n m e n g g a b u n g k a n d a n / a t a u
Kegiatan menggenapi barang Hasil Produksi Kawasan
Penggabungan Berikat yang bersangkutan sebagai produk
utama dengan barang jadi

Barang yang digunakan oleh Penyelenggara Kawasan Berikat,


Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB berupa:
peralatan untuk pembangunan, perluasan, atau konstruksi
kawasan Berikat;
§  mesin;
Barang Modal §  peralatan pabrik; dan/atau
§  cetakan (moulding),
termasuk suku cadang, Qdak melipuQ bahan dan perkakas
untuk pembangunan, perluasan, atau konstruksi Kawasan
Berikat
Pemasukan Barang Ke Kawasan Berikat
(Pasal 19 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

Pemasukan barang ke Kawasan Berikat dapat dilakukan dari :



•  luar daerah pabean;
•  Tempat Penimbunan Berikat lainnya;
•  Kawasan Bebas;
•  tempat lain dalam daerah pabean;
•  kawasan ekonomi khusus; dan/atau
•  kawasan ekonomi lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah.

ASPEK KEPABEANAN, CUKAI DAN PAJAK ATAS BARANG DARI LUAR DAERAH
PABEAN
(Pasal 20 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

Barang yang dimasukkan dari luar daerah pabean ke Kawasan Berikat :


§  diberikan penangguhan Bea Masuk;
§  diberikan pembebasan Cukai; dan/atau
§  Qdak dipungut PDRI (pajak dalam rangka impor)

Barang yang berasal dari luar daerah pabean yang dimasukkan dari tempat
Penimbunan Berikat, Kawasan Bebas, kawasan ekonomi khusus, atau kawasan
ekonomi lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah ke Kawasan Berikat :
§  diberikan penangguhan Bea Masuk;
§  diberikan pembebasan Cukai;
§  Qdak dipungut PDRI; dan/atau
§  Qdak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM

JENIS BARANG YANG MENDAPAT FASILITAS
(Pasal 20 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

•  Barang yang dipergunakan sebagai Bahan Baku, Bahan


Penolong, pengemas dan alat bantu pengemas, barang contoh,
Barang Modal, bahan bakar, peralatan perkantoran, dan/atau
untuk keperluan peneliQan dan pengembangan perusahaan
pada Kawasan Berikat;
•  Barang jadi maupun setengah jadi untuk digabungkan dengan
Hasil Produksi;
•  Barang yang dimasukkan kembali dari kegiatan pengeluaran
sementara;
•  Hasil Produksi yang dimasukkan kembali; dan/atau
•  Hasil Produksi Kawasan Berikat lain.
sepanjang barang tersebut bukan barang untuk dikonsumsi di
Kawasan Berikat dan berkaitan dengan kegiatan produksi

ASPEK KEPABEANAN, CUKAI DAN PAJAK ATAS BARANG
DARI TLDDP
(Pasal 21 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

Barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang
dimasukkan ke Kawasan Berikat dari :
•  tempat lain dalam daerah pabean;
•  Tempat Penimbunan Berikat lainnya;
•  Kawasan Bebas;
•  kawasan ekonomi khusus; dan/atau
•  kawasan ekonomi lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah

diberikan pembebasan Cukai dan/atau Ldak dipungut PPN atau
PPN dan PPnBM.
ASPEK KEPABEANAN, CUKAI DAN PAJAK ATAS BARANG
DARI TLDDP
(Pasal 21 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

Atas pemasukan barang dari TLDDP Ke Kawasan Berikat


•  berasal dari bukan pengusaha kena pajak; dan/atau
•  bukan termasuk penyerahan barang kena pajak

terhadap barang dimaksud Ldak dikenai PPN atau PPN dan
PPnBM, serta Ldak diterbitkan faktur pajak. .
JENIS BARANG YANG MENDAPAT FASILITAS
(Pasal 21 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

•  barang yang dipergunakan sebagai Bahan Baku, Bahan Penolong, pengemas


dan alat bantu pengemas, barang contoh, Barang Modal, bahan bakar,
peralatan perkantoran, dan/atau untuk keperluan peneliQan dan
pengembangan perusahaan pada Kawasan Berikat;
•  barang jadi maupun setengah jadi untuk digabungkan dengan Hasil Produksi;
•  barang yang dimasukkan kembali dari kegiatan pengeluaran sementara;
•  Hasil Produksi yang dimasukkan kembali; dan/atau
•  Hasil Produksi Kawasan Berikat lain

sepanjang barang tersebut bukan barang untuk dikonsumsi di


Kawasan Berikat dan berkaitan dengan kegiatan produksi


FAKTUR PAJAK
(Pasal 21 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

Terhadap pemasukan barang ke Kawasan Berikat, pengusaha kena


pajak yang menyerahkan barang kena pajak :
•  wajib membuat faktur pajak dan harus dibukLkan dengan
dokumen pemberitahuan pabean; Dokumen BC 4.0
•  Qdak dapat menggunakan faktur pajak gabungan; dan
•  menyimpan dan memelihara dengan baik pada tempat usahanya
buku dan catatan serta dokumen yang terkait dengan pemasukan
barang ke Kawasan Berikat sesuai dengan ketentuan perundang-
undangan di bidang perpajakan.


Faktur pajak harus diberikan keterangan “PPN
TIDAK DIPUNGUT SESUAI PP TEMPAT
PENIMBUNAN BERIKAT”
DOKUMEN PABEAN
(PER-27/BC/2016)
DOKUMEN PABEAN
(PER-27/BC/2016)
PENGESAHAN
(Pasal 22 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)
Pemasukan barang ke Kawasan Berikat dilakukan setelah mendapat persetujuan dari
Pejabat Bea dan Cukai dan/atau SKP.


Dalam hal ditemukan barang yang dimasukkan ke Kawasan Berikat sebelum
mendapat persetujuan, Qdak diberikan fasilitas pembebasan Cukai dan/atau Ldak
dipungut PPN atau PPN dan PPnBM
Pemberitahuan Pabean BC 4.0

BC 4.0 Pemasukan barang asal Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke TPB

Disampaikan
oleh Penyelenggara/ Pengusaha TPB

q  PDE (Pertukaran Data Elektronik) dlm hal Kantor Pabean telah


menerapkan sistem PDE.
Penyampaian
BC 4.0 q  MPDE (Media Penyimpan Data Elektronik) dlm hal Kantor Pabean
belum menerapkan sistem PDE.
q  Tulisan diatas formulir (apabila SKP Qdak berfungsi Minimal 4 jam).
Penyampaian BC 4.0
TPB TLDDP
0
BC 4.

Kantor
Pengawas Jalur SPJM
Merah
PeneliQan kelengkapan &
kebenaran pengisian BC 4.0

PeneliQan
SKP/Pejabat
Sesuai
Jalur Hijau SPPB

Tidak
Sesuai
NPP

SPJM : Surat Pemberitahuan Jalur Merah NOPEN : Nomor & Tgl Pendararan
SPPB : Surat Persetujuan Pemasukan Barang NPP : Nota Pemberitahuan Penolakan
PENGELUARAN BARANG DARI KAWASAN BERIKAT
(Pasal 23 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

Pengeluaran barang dari Kawasan Berikat dapat dilakukan ke :


•  luar daerah pabean;
•  Tempat Penimbunan Berikat lainnya;
•  Kawasan Bebas;
•  tempat lain dalam daerah pabean;
•  kawasan ekonomi khusus; dan/atau
•  kawasan ekonomi lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
Barang yang dikeluarkan dari Kawasan Berikat dapat berupa :
•  Bahan Baku dan/atau sisa Bahan Baku;
•  Bahan Penolong dan/atau sisa Bahan Penolong;
•  pengemas dan alat bantu pengemas;
•  Hasil Produksi yang telah jadi maupun setengah jadi;
•  barang contoh;
•  Barang Modal;
•  peralatan perkantoran;
•  barang untuk keperluan dan/atau hasil peneliQan dan pengembangan perusahaan;
•  sisa dari proses produksi; dan/atau
•  sisa pengemas dan limbah


PENGELUARAN BARANG DARI KAWASAN BERIKAT UNTUK BARANG YANG BERASAL
DARI LUAR DAERAH PABEAN

(Pasal 24 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

•  Apabila Barang yang dikeluarkan berasal dari luar daerah pabean dengan tujuan
diimpor untuk dipakai maka Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib melunasi
Bea Masuk, Cukai, dan PDRI
•  PDRI yang dilunasi yang dilampiri dengan dokumen kepabeanan, dapat dikreditkan
•  Atas penyerahan barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean
dengan tujuan diimpor untuk, Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib
membuat faktur pajak dan memungut PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
•  Atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat selain penyerahan barang Sesuai
Pasal 23 (2) PMK 131/PMK.04/2018 Qdak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM
•  Dalam hal barang yang dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam
daerah pabean berupa sisa pengemas dan limbah, Pengusaha Kawasan Berikat
atau PDKB dikecualikan dari kewajiban membayar Bea Masuk, Cukai dan/atau PDRI
PENGELUARAN BARANG DARI KAWASAN BERIKAT UNTUK BARANG YANG BERASAL
DARI TLDDP

(Pasal 25 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)

•  Apabila Barang yang dikeluarkan berasal dari tempat lain dalam daerah pabean
dikeluarkan ke tempat lain dalam daerah pabean dan merupakan penyerahan
barang kena pajak, Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib melunasi PPN
atau PPN dan PPnBM yang pada saat pemasukannya Qdak dipungut.
•  Pelunasan PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan dengan menggunakan surat
setoran pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran
pajak berupa bukQ penerimaan negara sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai surat setoran pajak
•  PPN atau PPN dan PPnBM yang dilunasi menggunakan surat setoran pajak atau
sarana administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran pajak berupa bukQ
penerimaan negara yang dilampiri dengan dokumen kepabeanan, dapat
dikreditkan
•  Atas penyerahan barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam
daerah ,Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib membuat faktur pajak dan
memungut PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
•  Atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat selain penyerahan barang Sesuai
Pasal 23 (2) PMK 131/PMK.04/2018 Qdak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM
Pemberitahuan Pabean BC 4.1

Pengeluaran barang asal Tempat Lain Dalam Daerah Pabean dari


BC 4.1
TPB ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean

Disampaikan
oleh Penyelenggara/ Pengusaha TPB untuk seQap pengeluaran barang

q  PDE (Pertukaran Data Elektronik) dlm hal Kantor Pabean telah


menerapkan sistem PDE.
Penyampaian
BC 4.1 q  MPDE (Media Penyimpan Data Elektronik) dlm hal Kantor Pabean
belum menerapkan sistem PDE.
q  Tulisan diatas formulir (apabila SKP Bdak berfungsi).
Penyampaian BC 4.1
TPB TLDDP
1
BC 4.

Kantor
Pengawas Jalur SPJM
Merah
PeneliQan kelengkapan &
kebenaran pengisian BC 4.1
PeneliQan
SKP/Pejabat
Sesuai
Jalur Hijau SPPB

Tidak
Sesuai
NPP

SPJM : Surat Pemberitahuan Jalur Merah NOPEN : Nomor & Tgl Pendararan
SPPB : Surat Persetujuan Pengeluaran Barang NPP : Nota Pemberitahuan Penolakan
Dasar Perhitungan BM, CUKAI dan PDRI
Dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya pengenaan Bea Masuk, Cukai, dan
PDRI atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah
pabean yaitu sebagai berikut :

Bea Masuk dihitung berdasarkan:
1.  nilai pabean sesuai dengan harga jual pada saat pengeluaran barang dari
Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean;
2.  klasifikasi barang yang dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam
daerah pabean; dan
3.  pembebanan pada saat pemberitahuan pabean impor untuk dipakai
didararkan.

Cukai dihitung berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Cukai.

PDRI dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat pengeluaran barang dari
Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean
Skema Fasilitas PPN di Kawasan Berikat (1)

X Co. Y Co
Impor BKP mendapat fasilitas PPN
Qdak dipungut

Pengusaha PKP di
Kawasan
Berikat
TLDDP
Pembelian BKP mendapat
fasilitas PPN Bdak dipungut

PK 0 PK 0
PM 0 PM 8
Nihil 0 LB 8 àresBtusi
KETENTUAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
DI KAWASAN BERIKAT
DASAR HUKUM

1 Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 2009 sebagaimana telah diubah dengan


Peraturan Pemerintah Nomor 85 Tahun 2015

2 Peraturan Menteri Keuangan Nomor 131/PMK.04/2018 sebagaimana telah diubah


dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 65/PMK.04/2021

3 Peraturan Direktur Jenderal Bea dan Cukai Nomor PER-19/BC/2018


FASILITAS PPN DI KAWASAN BERIKAT

PPN tidak dipungut atas impor atau penyerahan Barang Kena Pajak
A kepada Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB, yang dimasukkan ke
Kawasan Berikat.

PPN tidak dipungut atas impor atau penyerahan Barang Kena Pajak
B kepada Subjek Pajak Luar Negeri, yang barang tersebut dimasukkan ke
Kawasan Berikat untuk diolah lebih lanjut untuk selanjutnya diekspor.
Barang milik Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
Luar Daerah Luar Daerah
BC 2.3
Pabean 1 BC 3.0
4 Pabean

PD
TPB, KPBPB, KEK, KB TPB, KPBPB, KEK,
Kawasan Lainnya 2 5 dll
BC 2.7 /
BC 2.7 / BC 4.0 /
BC 4.0 BC 2.5

Kawasan Berikat
TLDDP 3 BC 4.0 6 TLDDP
BC 2.5
BC 4.1
a.  Bahan baku, bahan penolong, pengemas dan alat bantu a.  b u k a n b a r a n g u n t u k
pengemas, barang contoh, Barang Modal, bahan bakar, dikonsumsi di Kawasan
peralatan perkantoran, dan/atau untuk keperluan peneliQan Berikat; dan
dan pengembangan perusahaan pada Kawasan Berikat; b.  berkaitan dengan kegiatan
b.  Barang jadi maupun setengah jadi untuk digabungkan dengan produksi.
Hasil Produksi;
c.  Barang yang dimasukkan kembali dari kegiatan pengeluaran
sementara;
d.  Hasil Produksi yang dimasukkan kembali; dan/atau
e.  Hasil Produksi Kawasan Berikat lain.
Barang milik Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
1 •  Diberikan penangguhan Bea Masuk;
Luar Daerah
•  Diberikan pembebasan Cukai; dan/atau
Pabean
Fasilitas Perpajakan

•  Tidak dipungut PDRI


2
•  Diberikan penangguhan Bea Masuk;
TPB, KPBPB,
KEK, Kawasan
•  Diberikan pembebasan Cukai; Kawasan
•  Tidak dipungut PDRI; dan/atau
Lainnya
•  Tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM Berikat
3
•  Diberikan pembebasan Cukai; dan/atau
TLDDP
•  Tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan barang Dalam hal pemasukan barang:
a.  b u k a n m e r u p a k a n
a.  Membuat Faktur Pajak, yang dibukQkan dengan dokumen persetujuan pemasukan barang
penyerahan Barang
ke Kawasan Berikat yang dimiliki oleh Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB sebelum
Kena Pajak, dan/atau
menerbitkan Faktur Pajak.
b.  berasal dari bukan
b.  Tidak dapat menggunakan Faktur Pajak gabungan.
Pengusaha Kena Pajak,
c.  Menyimpan dan memelihara dengan baik buku, catatan, dan dokumen terkait pemasukan
Qdak terutang PPN dan Qdak
barang ke Kawasan Berikat
dibuatkan Faktur Pajak.
Barang milik Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
4 Luar Daerah
Dikenakan PPN 0% atas ekspor Pabean
Perlakuan Perpajakan

5
•  Dikenakan PPN TPB, KPBPB,
Kawasa •  Fasilitas PPN diberikan sesuai fasilitas PPN KEK, Kawasan
n pada tujuan barang Lainnya

Berikat •  Dikenakan PPN, dan Pengusaha KB atau PDKB 6


wajib memungut PPN sesuai ketentuan*; dan
TLDDP
•  Melunasi kembali PPN yang pada saat
pemasukannya mendapatkan fasilitas**.

*) Dalam hal pengeluaran barang bukan merupakan penyerahan Barang Kena Pajak, Qdak terutang PPN dan Qdak
dibuatkan Faktur Pajak.
*) PPN atau PPN dan PPnBM terutang pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Berikat.
Barang milik Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
**) Pelunasan kembali PPN yang pada saat pemasukannya mendapatkan
fasilitas
Terutang pada saat pengeluaran. PDKB

Harus sudah dilunasi pada saat pendararan


dokumen pengeluaran barang. Kawasan Berikat TLDDP

Dasar Penghitungan:
Barang asal Luar •  PDRI dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke
Daerah Pabean tempat lain dalam daerah pabean; atau
•  PDRI dihitung berdasarkan nilai impor dan tarif yang berlaku pada saat barang impor dimasukkan ke
Kawasan Berikat, jika Pengusaha KB atau PDKB memiliki konversi.

Barang asal TLDDP PPN atau PPN dan PPnBM dihitung berdasarkan harga jual yang berlaku dan tarif pada saat barang
dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean.
MAP : 411211 (PPN Dalam Negeri) KJS: 121
PDRI dan/atau PPN yang dilunasi dapat dikreditkan oleh PDKB pada masa pajak dilakukannya
pengeluaran.
Mengakomodasi penyerahan barang milik SPLN
PMK-131/PMK.04/2018 Perubahan di PMK-65/PMK.04/2021
SPLN SPLN

S P L N m e m b e l i S P L N m e m b e l i
b a r a n g k e K B / b a r a n g k e K B /
TLDDP & meminta TLDDP & meminta
barang dikirim ke barang dikirim ke
K B B u n t u k K B B u n t u k
diproduksi sebelum diproduksi sebelum
diekspor diekspor
KB B KB B
K B A / T L D D P K B A / T L D D P
m e n g i r i m k a n m e n g i r i m k a n
barang milik SPLN barang milik SPLN
k e K B B u n t u k k e K B B u n t u k
diolah lebih lanjut diolah lebih lanjut
KB A sebelum diekspor KB A sebelum diekspor

KB B mengekspor / KB B mengekspor /
mengirim barang mengirim barang
WP TLDDP milik SPLN ke luar WP TLDDP milik SPLN ke luar
Daerah Pabean Daerah Pabean

•  Penyerahan barang dari KB A/WP TLDDP kepada SPLN terutang PPN. Transaksi pembelian barang oleh SPLN dari KB A/TLDDP (angka 1) terutang
•  Transaksi pembelian barang oleh SPLN dari KB A/WP TLDDP (sebagaimana
PPN dan mendapatkan fasilitas PPN Qdak dipungut, sepanjang barang yang
angka 1) terutang PPN dan tidak mendapatkan fasilitas PPN tidak dipungut,
karena SPLN sebagai pembeli barang bukan merupakan Kawasan Berikat dan dibeli tersebut merupakan bahan baku yang dimasukkan ke KB B untuk
tidak bisa memanfaatkan fasilitas Kawasan Berikat. diolah lebih lanjut (angka 2). SPLN masih dapat memanfaatkan PPN Qdak
•  Faktur Pajak diterbitkan dari penjual kepada SPLN sebagai pembeli. dipungut sepanjang BKP Qdak keluar dari KB ke TLDDP.
Barang milik Subjek Pajak Luar Negeri
SPLN membeli barang dan meminta barang dikirim ke KB untuk diolah
atau digabungkan sebelum diekspor
SPLN

Luar Daerah Luar Daerah


1 4 Pabean
Pabean

TPB, KPBPB, KEK, TPB, KPBPB, KEK,


Kawasan Lainnya 2 5 dll

Kawasan Berikat
TLDDP 3 6 TLDDP

a.  Bahan Baku,


a.  b u k a n b a r a n g u n t u k
b.  Bahan Penolong, dan/atau
dikonsumsi di Kawasan
c.  pengemas dan alat bantu pengemas
Berikat; dan
milik subjek pajak luar negeri yang ditujukan untuk diekspor
b.  berkaitan dengan kegiatan
dengan cara diolah atau digabung terlebih dahulu di
produksi.
Kawasan Berikat.
Barang milik Subjek Pajak Luar Negeri
1 •  Diberikan penangguhan Bea Masuk;
Luar Daerah
•  Diberikan pembebasan Cukai; dan/atau
Pabean
Fasilitas Perpajakan

•  Tidak dipungut PDRI


2
•  Diberikan penangguhan Bea Masuk;
TPB, KPBPB,
KEK, Kawasan
•  Diberikan pembebasan Cukai; Kawasan
•  Tidak dipungut PDRI; dan/atau
Lainnya
•  Tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM Berikat
3
•  Diberikan pembebasan Cukai; dan/atau
TLDDP
•  Tidak dipungut PPN atau PPN dan PPnBM

Kewajiban Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan barang


Faktur Pajak dibuat dengan
a.  Membuat Faktur Pajak, yang dibukQkan dengan dokumen persetujuan pemasukan barang SPLN sebagai pembeli. Karena
ke Kawasan Berikat yang dimiliki oleh Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB sebelum pemasukan barang ke KB bukan
menerbitkan Faktur Pajak. merupakan penyerahan, maka
b.  Tidak dapat menggunakan Faktur Pajak gabungan. Qdak dibuatkan Faktur Pajak
c.  Menyimpan dan memelihara dengan baik buku, catatan, dan dokumen terkait pemasukan dengan Pengusaha KB atau
barang ke Kawasan Berikat PDKB sebagai pembeli.
Barang milik Subjek Pajak Luar Negeri
4 Luar Daerah
Ekspor
Perlakuan Perpajakan
Pabean

5
•  Dikenakan PPN TPB, KPBPB,
•  Fasilitas PPN diberikan sesuai fasilitas PPN KEK, Kawasan
Kawasan pada tujuan barang Lainnya
Berikat
6
•  Dikenakan PPN*; dan
•  Melunasi kembali PPN yang pada saat TLDDP
pemasukannya mendapatkan fasilitas**.

*) PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang harus dipungut dan disetor ke kas negara oleh
WP yang menerima barang, sebelum pendararan dokumen pemberitahuan pabean
pengeluaran barang, dengan menggunakan surat setoran pajak.
*) Surat setoran pajak yang telah disetor yang dilampiri dengan pemberitahuan pabean
dapat dikreditkan oleh WP yang menerima barang.
Barang milik Subjek Pajak Luar Negeri
**) Pelunasan kembali PPN yang pada saat pemasukannya mendapatkan
fasilitas
menggunakan surat setoran pajak atau sarana PDKB
administrasi lain yang disamakan dengan surat
setoran pajak.
MAP : 411211 (PPN Dalam Negeri) KJS: 122 Kawasan Berikat TLDDP

Saat Terutang :
Barang asal Luar Daerah Pabean Terutang pada saat pengeluaran.

Terutang pada saat pemasukan barang ke


Barang asal TLDDP
KB

PPN atau PPN dan PPnBM dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat
pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean.
PDRI dan/atau PPN yang dilunasi Bdak dapat dikreditkan.
PERUBAHAN KEWAJIBAN PENGUSAHA KAWASAN BERIKAT ATAU PDKB
*) Pasal 15

PMK-131/PMK.04/2018 Perubahan di PMK-65/PMK.04/2021

IT Inventory yang dapat diakses untuk IT Inventory yang dapat diakses untuk kepentingan
kepentingan pemeriksaan oleh Direktorat pemeriksaan dan/atau pengawasan pemenuhan
Jenderal Bea dan Cukai serta Direktorat kewajiban perpajakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Jenderal Pajak Cukai serta Direktorat Jenderal Pajak

Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib
wajib melaksanakan pencacahan (stock melaksanakan pencacahan (stock opname) terhadap
opname) oleh terhadap barang-barang yang barang-barang yang mendapat fasilitas kepabeanan,
mendapat fasilitas kepabeanan, Cukai, dan Cukai, dan perpajakan, dengan pengawasan dari Kantor
perpajakan, dengan pengawasan dari Kantor Pabean yang mengawasi, paling sedikit 1 (satu) kali
Pabean yang mengawasi, paling sedikit 1 dalam waktu 1 (satu) tahun, serta menyampaikan
(satu) kali dalam waktu 1 (satu) tahun. laporan hasil pencacahan (stock opname) paling lambat
2 (dua) bulan setelah pelaksanaan pencacahan (stock
opname), kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat
SPT Masa PPN dilaporkan
Ketentuan bagi WP yang Pemusatan PPN
ng
Caba
P usat

Kawasan Berikat TLDDP

Pengeluaran Barang dari Kawasan Berikat (pusat) ke TLDDP (cabang), atau sebaliknya, Pengusaha Kawasan
Berikat atau PDKB wajib melunasi PPN yang pada saat pemasukannya mendapatkan fasilitas Qdak dipungut.

Terutang pada saat pengeluaran barang.

Dasar Penghitungan
•  PDRI dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke
Barang asal Luar tempat lain dalam daerah pabean; atau
Daerah Pabean •  PDRI dihitung berdasarkan nilai impor dan tarif yang berlaku pada saat barang impor dimasukkan ke
Kawasan Berikat, jika Pengusaha KB atau PDKB memiliki konversi.

PPN atau PPN dan PPnBM dihitung berdasarkan harga jual yang berlaku dan tarif pada saat barang
Barang asal TLDDP
dimasukkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean.

PDRI dan/atau PPN yang dilunasi dapat dikreditkan pada Masa Pajak dilakukannya pengeluaran barang.
Ketentuan Pengeluaran Barang Modal

Barang
4
Modal
Tahun
Kawasan Berikat TLDDP

Atas pengeluaran Barang Modal yang berasal dari impor yang belum diselesaikan kewajiban
pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean,
dibebaskan dari kewajiban membayar Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dalam hal Barang Modal telah
dimasukkan ke Kawasan Berikat selama lebih dari 4 (empat) tahun.

Atas pengeluaran Barang Modal yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean, dikecualikan
dari kewajiban melunasi PPN atau PPN dan PPnBM yang pada saat pemasukannya Qdak dipungut,
dalam hal Barang Modal telah dimasukkan ke Kawasan Berikat selama lebih dari 4 (empat) tahun.
U
BAR
X Penyelesaian barang pada saat pencabutan izin KB
Penyelesaian atas barang yang berasal dari luar daerah pabean yang masih terutang atau masih menjadi tanggung jawab
Kawasan Berikat yang telah dicabut izinnya, berupa:
a.  diekspor kembali;
b.  diselesaikan kewajiban pabean dengan membayar Bea Masuk, Cukai, dan/atau PDRI sepanjang telah memenuhi
ketentuan kepabeanan di bidang impor dan Cukai; dan/atau
c.  dipindahtangankan ke Tempat Penimbunan Berikat lainnya,
dalam waktu paling lama 30 (Qga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencabutan izin

Penyelesaian atas barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang masih tersisa pada Kawasan Berikat
yang telah dicabut izinnya, berupa:
a. diekspor;
b. dipindahtangankan ke Tempat Penimbunan Berikat lainnya; dan/atau
c. dilunasi PPN atau PPN dan PPnBM yang pada saat pemasukannya Qdak dipungut,
dalam waktu paling lambat 30 (Qga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencabutan izin.

Penghitungan besarnya pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan berdasarkan nilai persediaan yang masih tersisa
pada saat pencabutan izin dikurangi dengan nilai persediaan atas barang yang telah diekspor dan/atau dipindahtangankan
ke Tempat Penimbunan Berikat lainnya
HIBAH LUAR NEGERI
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI

IMPOR BKP BANTUAN LN


PPN & PPnBM
BKP TDK BERWUJUD TDK DIPUNGUT
JKP

FP FP

BKP/JKP
SUBKONTRAKTOR KONTRAKTOR
KONSULTAN BKP/JKP
UTAMA PEMERINTAH
PEMASOK

FP dibubuhi cap :
PPN PPN & PPnBM
TDK DIPUNGUT
SESUAI PP NO. 42
TAHUN1995

PM YANG
DAPAT
DIKREDITKAN DASAR HUKUM & JUKLAK
PP No.42/1995 s]d PP 25/2001 jo Kepmenkeu
No.239/KMK.04/1995 s]d KMK-486/KMK.04/2000, 1- 4- 1995 ;
SE-19/PJ.53/1996, 4 - 6 - 1996
(SERI PPN 34-95) 236
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI DANA PENDAMPING APBN

PROYEK PEMERINTAH
YG DANANYA DARI BANTUAN LUAR NEGERI
DAN DANA PENDAMPING APBN/APBD/DANA LAIN
(Kepmenkeu Nomor 239/KMK.01/1996 sld KMK-486/KMK.04/2000, 1-4-1996)

Penyerahan/Pembayaran Termin Proyek


Penyerahan/Pembayaran Termin Dengan Dana Pendamping Dari APBN/APBD/
Proyek Yang Dananya Dari Luar Negeri : Sumber Dana Lainnya :

1. PPN & PPnBM TDK DIPUNGUT


1. PPN & PPnBM WAJIB DIPUNGUT
2. FP Dibuat & Dibubuhi Cap : “PPN &
PPnBM Tidak Dipungut Sesuai
2. Faktur Pajak Dibuat
PP No. 42 Tahun 1995” 3. SSP Dibuat
3. SSP Tidak Perlu Dibuat
KAWASAN BEBAS
PP Nomor 10 Tahun 2012
•  Terbitnya PP No. 41/2021 tentang
Penyelenggaraan KPBPB yang
merupakan pengganti PP No.
10/2012

•  Memperkuat pengawasan
fasilitas perpajakan di KPBPB
dengan administrasi PPN yang
sederhana

•  Belum ada mekanisme pengawasan


fasilitas PPN atas JKP
Arah Pengaturan PMK

•  Objek fasilitas dan kemudahan PPN di KPBPB telah diatur secara


eksplisit dalam PP No. 41/2021. Oleh karena itu, substansi pengaturan
dalam PMK-173 diarahkan untuk
•  penguatan administrasi PPN di KPBPB agar:

berkeadilan memberikan sederhan mudah pengawasa


kepastian a (fully electronic) n yang
hukum efektif
Pokok-Pokok Pengaturan
Penyerahan BKP oleh Penyerahan BKP tidak
Pengusaha di TLDDP, berwujud dan/atau JKP oleh
Pengusaha TPB, dan pelaku Pengusaha di TLDDP,
usaha di KEK kepada Pengusaha TPB, pelaku usaha
Pengusaha di KPBPB KEK atau Pengusaha di
KPBPB lainnya kepada
Pengusaha di KPBPB
Penyerahan BKP oleh
Pengusaha di KPBPB kepada Pemeriksaan fisik
Pengusaha di TLDDP

Penyerahan BKP tidak Transisi KEK ex


berwujud dan/atau JKP oleh FTZ
Pengusaha di KPBPB kepada
Pengusaha di TLDDP,
Pengusaha TPB, atau pelaku
usaha KEK
KPBPB

BK
Penyerahan BKP

P
oleh Pengusaha di
TLDDP, Pengusaha
TLDD TP KE
TPB, dan pelaku
P B K
usaha di KEK
kepada Pengusaha
di KPBPB
Penyerahan BKP oleh Pengusaha di TLDDP, Pengusaha TPB,
dan
pelaku usaha di KEK kepada Pengusaha di KPBPB

TIDAK
DIPUNGUT PPN
*) Tidak berlaku untuk penyerahan BKP berwujud yang telah dilunasi PPN dengan menggunakan stiker lunas PPN dan BBM
bersubsidi.

• Pasal 3 ayat
1-2
Syarat pemberian fasilitas bdak dipungut

Pemasukan ke Benar-benar masuk


KPBPB melalui KPBPB, dibuktikan
Pelabuhan yang dengan
ditunjuk Endorsement
•  Pelabuhan yang ditunjuk merupakan Pelabuhan yang telah mendapatkan izin dari menteri
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perhubungan dan telah
mendapatkan penetapan sebagai Kawasan Pabean

•  Dalam hal Pelabuhan belum mendapatkan izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perhubungan, Pelabuhan yang ditunjuk dapat berupa Pelabuhan
yang telah mendapatkan penetapan sebagai Kawasan Pabean sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
*Syarat administrasi FP-07 berupa Pemberitahuan Perolehan atau Pengeluaran BKP atau JKP
(PPBJ)

• Pasal 3 ayat 3-5


PPBJ
Pemberitahuan Perolehan
atau Pengeluaran BKP atau
JKP
Merupakan pemberitahuan perolehan BKP atau
JKP (sebagai proforma), atau pengeluaran/
pemasukan BKP yang bukan penyerahan BKP
oleh Pengusaha di KPBPB (sebagai pengganti
PPBTT).
PPBJ
•  Pengusaha di KPBPB yang bermaksud memperoleh BKP berwujud dari pengusaha di TLDDP,
pengusaha di TPB, atau pelaku usaha di KEK harus membuat PPBJ.
•  PPBJ merupakan dasar bagi PKP di TLDDP/TPB/KEK membuat Faktur Pajak 07

Paling lama sebelum pemasukan BKP berwujud ke KPBPB

Disampaikan secara elektronik* melalui Sistem Indonesia National Single


Window (SINSW), kepada:
•  KPP tempat Pengusaha di KPBPB terdaftar;
•  PKP yang menyerahkan BKP berwujud; dan
•  DJBC
Memenuhi ketentuan sebagai berikut:
•  mencantumkan keterangan mengenai perolehan BKP berwujud; dan
•  dilampiri dengan salinan perikatan atau perjanjian tertulis pembelian BKP
berwujud.

• Pasal 4 ayat
1-3
Pembatalan/Pembetulan PPBJ


Dapat dilakukan sepanjang Pemberitahuan Pabean (PPFTZ) atas pemasukan BKP
berwujud yang tercantum dalam PPBJ dapat dilakukan pembetulan dan/ atau
pembatalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan.
Pembetulan PPBJ dilakukan atas kesalahan dalam pengisian PPBJ sehingga PPBJ tidak
memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar.

Dalam hal pembetulan PPBJ disebabkan adanya perubahan perikatan atau perjanjian
tertulis, pembetulan PPBJ harus dilampiri dengan salinan perubahan perikatan atau
perjanjian tertulis perolehan BKP berwujud.

Pembatalan PPBJ harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:


•  dilakukan apabila terdapat pembatalan transaksi perolehan BKP berwujud; dan
•  dilampiri dengan salinan pembatalan perikatan atau perjanjian tertulis perolehan
BKP berwujud.

• Pasal 4 ayat
4-8
PPBJ

Merupakan dasar PKP di


Berlaku selama 30 hari
TLDDP/TPB/KEK
sejak tanggal pembuatan
membuat Faktur Pajak 07

•  Untuk pembuatan FP, PKP di TLDDP/TPB/KEK harus memastikan bahwa PPBJ terdapat
pada SINSW melalui sistem informasi yang disediakan oleh DJP dan PPBJ masih berlaku.

•  Dalam hal PKP di TLDDP/TPB/KEK:


a.  tidak menerima PPBJ
b. menerima PPBJ yang tidak terdapat pada SINSW; dan/atau
c.  menerima PPBJ yang melebihi masa berlakunya,
PKP di TLDDP/TPB/KEK wajib memungut PPN atau PPN dan PPnBM atas penyerahan
BKP
berwujud kepada Pengusaha di KPBPB. (FP-01)
• Pasal 5
Pemasukan
terkait transaksi
tertentu
Pemasukan terkait transaksi tertentu
Pemasukan kembali ke KPBPB atas BKP berwujud yang dikeluarkan untuk
tujuan tertentu dalam jangka waktu tertentu dari KPBPB (sesuai ketentuan
Kepabeanan) Contoh: Pemasukan kembali eskavator untuk pengerjaan proyek di
Bekasi selama 1 tahun
Pemasukan BKP berwujud asal TLDDP, TPB, KEK, atau KPBPB lainnya ke KPBPB
yang selanjutnya akan dikeluarkan kembali dari KPBPB oleh Pengusaha di
KPBPB; Contoh: Pemasukan mesin dari Jakarta untuk keperluan demontrasi di
Batam selama 1 bulan
Pemasukan BKP berwujud ke KPBPB untuk kegiatan penyerahan atau
perolehan
jasa oleh Pengusaha di KPBPB
Contoh: Pemasukan mesin pabrik dari Medan untuk diperbaiki di Batam
Pemasukan BKP berwujud ke KPBPB dalam rangka retur
Contoh: Pemasukan telepon selular dari Jakarta ke Batam dalam rangka retur
Tidak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM
• Pasal 6 ayat
1
Pemasukan terkait transaksi tertentu
PPBJ

Pengusaha di KPBPB harus membuat PPBJ paling lama pada saat:


a.  pemasukan BKP berwujud ke KPBPB apabila BKP tersebut akan
dikeluarkan kembali;
b.  pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB apabila pemasukan BKP
merupakan pemasukan kembali BKP yang sebelumnya
dikeluarkan dari KPBPB; atau
c.  pemasukan BKP berwujud dalam rangka retur.

Melalui SINSW, PPBJ disampaikan ke:


a.  KPP tempat Pengusaha di KPBPB terdarar;
b.  DJBC; dan
c.  PKP atau Pengusaha di KPBPB lainnya, dan Badan Pengusahaan dalam hal
pemasukan BKP berwujud terkait dengan perolehan BKP Qdak berwujud
dan/ atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB

• Pasal 6 ayat
3-4
Pemasukan terkait transaksi tertentu
PPBJ

PPBJ harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:


a.  mencantumkan keterangan transaksi dan PPN yang terutang
mengenai uraian atas perolehan/penyerahan BKP tidak berwujud dan/
atau JKP yang melekat dengan barang yang dimasukkan ke KPBPB
oleh Pengusaha di KPBPB;
b.  dilampiri dengan salinan perikatan atau perjanjian tertulis
perolehan/penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP, atau
dokumen serah terima barang dalam hal pemasukan BKP
berwujud tidak terkait dengan perolehan/penyerahan BKP tidak
berwujud dan/atau JKP; dan
c.  memuat keterangan Pengusaha di KPBPB mengenai rekening yang
digunakan bank untuk pembayaran, dalam hal pemasukan BKP
berwujud terkait dengan perolehan BKP tidak berwujud dan/ a tau
JKP

• Pasal 6 ayat
5
Pemasukan terkait transaksi tertentu
PPBJ, Faktur Pajak, dan SSP
Dalam hal pemasukan BKP terkait dengan perolehan BKP-TB dan/atau
berwujud
oleh Pengusaha di KPBPB, pada saat pemasukan BKP berwujud, JKP
PPBJ harus
dilampiri
dengan Faktur Pajak atas perolehan BKP-TB dan/atau JKP oleh pengusaha di
KPBPB.

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak di atas merupakan PPN yang terutang
atas perolehan
Dalam BKP-TB
hal pemasukan BKPdan/atau JKP saat pemasukan
terkait BKP berwujud
dengan penyerahan BKP-TBkedan/atau
KPBPB.
berwujud
JKP oleh Pengusaha di KPBPB, pada saat pemasukan BKP berwujud, PPBJ harus
dilampiri dengan SSP atas penyerahan BKP-TB dan/atau JKP oleh pengusaha di
KPBPB kepada pengusaha di TLDDP/TPB/KEK.

PPN yang tercantum dalam SSP di atas merupakan PPN yang terutang atas
penyerahan BKP-TB dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB saat pemasukan
BKP berwujud ke KPBPB.

• Pasal 6 ayat
6-9
Pemasukan terkait transaksi tertentu
PPBJ

•  PPBJ dapat dibetulkan/dibatalkan sepanjang PPFTZ dapat


•  dibetulkan/dibatalkan
Pembetulan PPBJ dilakukan atas kesalahan dalam pengisian PPBJ
sehingga
•  PPBJ tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar
Dalam hal pembetulan PPBJ disebabkan adanya perubahan perikatan
atau perjanjian tertulis, pembetulan PPBJ harus dilampiri dengan salinan
perubahan perikatan atau perjanjian tertulis penyerahan/perolehan BKP tidak
•  berwujud dan/atau JKP.
Pembatalan PPBJ harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a.  dilakukan apabila terdapat pembatalan pemasukan BKP berwujud; dan
b.  dilampiri dengan salinan pembatalan perikatan atau perjanjian tertulis
penyerahan/perolehan BKP tidak berwujud dan/ atau JKP dalam hal
pemasukan BKP berwujud sehubungan dengan penyerahan/perolehan
BKP tidak berwujud dan/atau JKP.
• Pasal
7
Endorsemen
t
Pernyataan mengetahui dari pejabat/pegawai DJP
atas pemasukan BKP dari TLDDP, KEK, dan TPB
ke KPBPB, berdasarkan penelitian formal atas
dokumen yang terkait dengan pemasukan BKP
Fully electronic Endorsement

Proses endorsement secara


umum dilakukan secara
otomatis melalui sistem. Tidak
ada dokumen atau aktivitas fisik
yang diperlukan.
Sepanjang dokumen yang
dipersyaratkan telah lengkap,
maka endorsement
diberikan.
Endorsement

•  Berdasarkan Faktur Pajak (FP-07), dilakukan Endorsement secara elektronik


•  melalui sistem yang disediakan oleh DJP

•  Dokumen yang diperlukan dalam rangka Endorsement yaitu:


a.  Pemberitahuan Pabean atas pemasukan BKP berwujud ke KPBPB yang telah didararkan
pada kantor pabean (PPFTZ)
b.  surat persetujuan pengeluaran barang dan data tanggal realisasi
pengeluaran barang dari Kawasan Pabean (gate-out);dan
c.  Faktur Pajak (FP-07)
•  Sepanjang dokumen yang dipersyaratkan telah ada dalam sistem, Pengusaha di KPBPB dianggap
telah menyampaikan permintaan Endorsement yang diberikan secara elektronik.

•  Dikecualikan dari Endorsement adalah penyerahan BKP berwujud oleh pelaku usaha di
KEK yang berasal dari sebagian atau keseluruhan wilayah KPBPB dan dilakukan
selama masa transisi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
• Pasal 8 dan 11 ayat
1 mengenai KEK
Pemberian Endorsement

Diberikan sepanjang dokumen telah


lengkap

Tidak diberikan sepanjang dokumen


tidak lengkap.

• Pasal
9
Pembatalan Endorsement

Dibatalkan jika ditemukan keBdaksesuaian informasi dokumen


Pemberitahuan Pabean, Faktur Pajak, dan/ atau surat
persetujuan pengeluaran barang dengan keadaan yang
sebenarnya atau sesungguhnya


KeQdaksesuaian informasi tersebut di atas ditemukan
berdasarkan hasil pemeriksaan oleh kepala KPP yang
wilayah kerjanya melipuQ tempat kegiatan usaha
Pengusaha di KPBPB.

• Pasal
10
Pemberitahuan hasil Endorsement
Disampaikan secara elektronik kepada:

1.  Pengusaha di KPBPB; dan


2. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai;
dalam hal Endorsement diberikan

3.  Pengusaha di KPBPB;


4.  PKP di TLDDP/TPB/KEK; dan
5. Direktorat Jenderal Bea dan Cukai. ;
dalam hal Endorsement tidak
diberikan

• Pasal 11 ayat
2
Fasilitas bdak dipungut bdak diberikan

Pemasukan ke KPBPB Endorsement


tidak melalui Pelabuhan tidak diberikan
yang ditunjuk atau dibatalkan

Pengusaha di KPBPB yang membuat PPBJ wajib membayar PPN atau


PPN dan PPnBM. Kecuali pengusaha di KPBPB membatalkan PPBJ.

• Pasal 12 ayat
1-2
Fasilitas bdak dipungut bdak diberikan

Cara Pembayaran

•  Pengusaha di KPBPB membuat kode billing melalui SINSW.


•  Ketentuan pengisian SSP:
•  Nama dan NPWP diisi nama dan NPWP Pengusaha di KPBPB
•  Kode akun pajak 411211 (PPN Dalam Negeri), kode jenis setoran 122 (PPN
yang semula mendapatkan fasilitas, yang tidak dapat dikreditkan)

Peringatan!

Pengusaha di KPBPB tidak dapat membuat PPBJ untuk transaksi berikutnya


jika
tidak membayar PPN atau PPN dan PPnBM terutang.

• Pasal 12 ayat
3-9
Faktur Pajak

PKP di TLDDP/TPB/KEK wajib membuat Faktur Pajak atas


penyerahan BKP berwujud kepada Pengusaha di KPBPB yang
diisi lengkap, jelas, dan benar.

Faktur Pajak harus mencantumkan keterangan sebagai berikut:


a.  jenis barang diisi dengan nama BKP berwujud sesuai dengan
keadaan yang sebenarnya atau sesungguhnya beserta kode
pos tarif sesuai buku tarif kepabeanan Indonesia;
b.  nomor PPBJ yang menjadi dasar pembuatan Faktur Pajak; dan
c.  "PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TIDAK
DIPUNGUT BERDASARKAN PP NOMOR 41
TAHUN 2021".

• Pasal 13 ayat
1-2
Faktur Pajak
Saat pembuatan Faktur Pajak yaitu:
a. saat penyerahan BKP berwujud; atau
b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan.

Termasuk dalam pengertian saat penyerahan BKP berwujud yaitu saat pengiriman
BKP berwujud ke KPBPB berdasarkan tanggal bill of lading, airway bill, atau
delivery order.

Faktur Pajak dapat diganti atau dibatalkan berdasarkan pembetulan/pembatalan


PPBJ.

Dalam hal fasilitas tidak dipungut tidak diberikan, PKP tidak diwajibkan
melakukan penggantian atau pembatalan faktur pajak. Namun, perlu diingat bahwa
PKP tidak termasuk dalam PKP yang dapat pengajukan permohonan
pengembalian pada setiap masa pajak.

• Pasal 13 ayat
3-7
KPBPB

P
BK
Penyerahan BKP
oleh Pengusaha di
KPBPB kepada TLDDP
Pengusaha di
TLDDP
Penyerahan BKP oleh Pengusaha di
KPBPB
kepada Pengusaha di TLDDP

DIPUNGUT
PPN ATAU PPN & PPnBM

•  Dihitung dengan mengalikan tarif PPN atau PPnBM dengan DPP


•  Dapat juga dipungut dengan besaran tertentu
•  Termasuk penyerahan hasil tembakau
• Pasal 14 dan 15 ayat
1-2
Dasar Pengenaan Pajak dan Penyetoran
DPP atas penyerahan BKP berwujud berupa barang dan/ atau bahan baku dari luar
Daerah Pabean yang tanpa dilakukan pengolahan di KPBPB berupa nilai lain, yaitu
sebesar nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea masuk ditambah
pungutan berdasarkan ketentuan Bea Cukai untuk pemasukan BKP berwujud dari luar
Daerah Pabean, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut UU PPN. Disetor
dengan Billing DJBC.

DPP atas penyerahan BKP berwujud berupa barang dan/atau bahan baku dari
TLDDP, TPB, atau KEK yang tanpa dilakukan pengolahan di KPBPB berupa:
a.  harga jual; atau
b.  nilai lain,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Disetor dengan SSP.

DPP atas penyerahan BKP berwujud berupa barang hasil produksi di KPBPB berupa:
a.  harga jual; atau
b.  nilai lain,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Disetor dengan Billing DJBC.
• Pasal 15 ayat 3-5
Penyerahan BKP oleh
Pengusaha di KPBPB kepada
Pengusaha di TLDDP
Saat terutang: saat BKP berwujud
dikeluarkan dari KPBPB.

PPN atau PPN dan PPnBM wajib dipungut oleh


Pengusaha di KPBPB yang menyerahkan BKP berwujud
kepada pembeli. Termasuk penyerahan kepada pemungut
PPN

• Pasal 15 ayat
6-9
Penyetoran PPN dan PPnBM
Ketentuan pengisian Billing atau SSP:
•  kolom nama dan NPWP dapat diisi dengan nama dan NPWP pembeli BKP berwujud;
•  kode akun pajak dan/ atau kode jenis setoran sesuai dengan ketentuan perpajakan; dan
•  kolom Wajib Pajak atau penyetor diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha di KPBPB
yang menyerahkan BKP berwujud.

Dilakukan paling lama pada saat BKP berwujud tersebut dikeluarkan dari KPBPB. Namun,
Dalam hal Pengusaha di KPBPB yang mengeluarkan BKP berwujud dapat melakukan
pembayaran berkala atas bea masuk dan PPh Pasal 22 sesuai dengan ketentuan kepabeanan,
penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM mengikuti ketentuan mengenai tata cara pembayaran
berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.

Dalam hal penyerahan BKP berwujud oleh Pengusaha di KPBPB kepada pembeli di TLDDP
merupakan penyerahan hak atas BKP berwujud yang berada di TLDDP, penyetoran PPN
atau PPN dan PPnBM dilakukan pada saat:
a. penyerahan BKP berwujud; atau
b. pembayaran dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP
berwujud, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
• Pasal 16 ayat 1-6
Faktur Pajak
Pemberitahuan Pabean yang dilampiri bukti penerimaan
Negara/SSP atas pelunasan PPN atau PPN dan PPnBM
merupakan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak.

Dalam hal penyerahan BKP berwujud tidak disertai


pengeluaran barang dari KPBPB, SSP yang dilampiri dengan
invois merupakan dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak.

Dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan dengan Faktur


Pajak tersebut di atas merupakan Pajak Masukan yang dapat
dikreditkan, sepanjang:
a. kolom nama dan kolom NPWP pada kode billing atau SSP memuat
nama, NPWP, dan alamat PKP sebagai pembeli BKP berwujud;
dan
b. memenuhi ketentuan mengenai pengkreditan PM sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
• Pasal 16 ayat 7-9
Pengeluaran BKP berwujud asal luar Daerah Pabean dari KPBPB ke TLDDP oleh Pengusaha
di KPBPB yang bukan merupakan penyerahan BKP berwujud
Contoh: Seorang PKP di Medan membeli BKP dari Singapura melalui
Batam
Pengusaha di KPBPB wajib melunasi PPN atau PPN dan PPnBM atas
perolehan BKP berwujud dimaksud yang pada saat pemasukan dari luar
Daerah Pabean ke KPBPB telah diberikan fasilitas PPN atau PPN dan
PPnBM tidak dipungut.

Kecuali, BKP berwujud yang atas:


a.  pemasukannya dari luar Daerah Pabean; atau
b.  penyerahannya dari KPBPB ke TLDDP,
memang tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN
atau
PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan perpajakan.

Pelunasan menggunakan Billing DJBC

Pemberitahuan Pabean yang dilampiri bukti pelunasan PPN atau


PPN dan PPnBM dipersamakan dengan faktur pajak yang dapat
dikreditkan oleh PKP pemilik barang sepanjang memenuhi
• Pasal ketentuan.
17
Penyerahan BKP oleh Pengusaha di KPBPB kepada Pengusaha di TLDDP yang
dikecualikan dari Pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM

penyerahan BKP berwujud yang tidak dipungut atau dibebaskan dari

1 pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan;

2 penyerahan BKP berwujud yang telah dilunasi PPN-nya


dengan
menggunakan stiker lunas PPN

3 pengeluaran barang dari KPBPB yang bukan merupakan penyerahan


BKP berwujud.

• Pasal 18 ayat
1
Pengeluaran yang
bukan merupakan
penyerahan
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
a.  pengeluaran BKP berwujud asal luar Daerah Pabean untuk tujuan tertentu dalam
18 ayat 2)
jangka waktu tertentu dari KPBPB ke TLDDP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang kepabeanan
Contoh: Pengeluaran ekskavator yang dibeli di Singapura untuk pengerjaan proyek di
Bekasi selama 1 tahun*.
b.  pengeluaran BKP berwujud asal luar Daerah Pabean dalam jangka waktu tertentu*
dari KPBPB ke TPB, KEK, atau KPBPB lainnya;
Contoh: Pengeluaran mesin pabrik untuk kepentingan produksi yang dibeli di Jepang
untuk kepentingan produksi sepeda di KEK Kendal selama 1 tahun*.
c.  pengeluaran BKP berwujud asal selain luar Daerah Pabean dalam jangka waktu tertentu*
dari KPBPB ke TLDDP, TPB, KEK, atau KPBPB lainnya;
Contoh: Pengeluaran alat rontgen yang dibeli di Jakarta untuk dilakukan kalibrasi di Jakarta
selama 3 bulan.
d.  pengeluaran kembali dari KPBPB oleh Pengusaha di KPBPB atas BKP berwujud asal
TLDDP, TPB, KEK, atau KPBPB lainnya;
Contoh: Pengeluaran kembali mesin peraga dari Jakarta untuk dilakukan demontrasi di
Batam.
*Jangka waktu pengeluaran barang untuk huruf b sampai d sebagaimana diatur dalam PMK-34/PMK.
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
e.  pengeluaran BKP berwujud kepada pemilik barang yang dihasilkan dari kegiatan jasa
18 olehayat 2)
Pengusaha di KPBPB, paling sedikit berupa barang hasil maklon, barang hasil
perbaikan dan perawatan, dan barang yang ditimbun oleh pengusaha logistik di KPBPB;
Contoh: pengeluaran baju hasil maklon di KPBPB
f.  pengeluaran BKP berwujud untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi
serta panas bumi yang atas impornya diberikan fasilitas PPN tidak dipungut, dibebaskan dari
pengenaan PPN, atau PPN ditanggung pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai PPN ditanggung pemerintah, dan sepanjang
pengeluaran BKP berwujud tersebut tidak untuk tujuan pengalihan hak;
Contoh: pengeluaran alat berat untuk tambang bawah tanah (ekskavator, pemadat tanah, dll)
g.  pengeluaran BKP berwujud berupa pengemas yang dipakai berulang-ulang sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
Contoh: returnable package tabung gas, rak-rak pengangkut, dll.
Tidak memasukkan kembali dalam jangka waktu tertentu
Dalam hal sampai dengan jangka waktu tertentu Pengusaha di KPBPB tidak memasukkan kembali
BKP berwujud ke KPBPB (Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai c), pengeluaran BKP berwujud tersebut
merupakan penyerahan BKP berwujud oleh Pengusaha di KPBPB yang dikenai PPN atau PPN
dan PPnBM.

DPP berupa nilai lain sebesar harga pasar wajar.

PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang wajib dipungut oleh Pengusaha di KPBPB
yang menyerahkan BKP berwujud.

Dikecualikan dari kewajiban pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM yaitu BKP berwujud yang
mendapatkan fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atau dibebaskan sesuai
peraturan perundangan-undangan di bidang perpajakan.

Penyetoran melalui Billing DJBC (Pasal 18 ayat (2) huruf a) atau melalui Billing DJP/SINSW
(Pasal 18 ayat (2) huruf b dan c).

Kode Setoran 411211-122 (PPN Dalam Negeri - PPN yang semula mendapatkan fasilitas, yang tidak
• Pasal 19 dapat dikreditkan)
Tidak mengeluarkan kembali dalam jangka waktu tertentu
Dalam hal sampai dengan jangka waktu tertentu Pengusaha di KPBPB tidak mengeluarkan kembali
BKP berwujud dari KPBPB (Pasal 18 ayat (2) huruf d), pemasukan BKP berwujud tersebut
merupakan perolehan BKP berwujud oleh Pengusaha di KPBPB yang dikenai PPN atau PPN dan
PPnBM.

DPP berupa nilai lain sebesar harga pasar wajar.

PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang wajib dipungut oleh Pengusaha di KPBPB yang
memperoleh BKP berwujud.

Dikecualikan dari kewajiban pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM yaitu BKP berwujud yang
mendapatkan fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atau dibebaskan sesuai
peraturan perundangan-undangan di bidang perpajakan.

Penyetoran Billing DJP melalui SINSW.

Kode Setoran 411211-122 (PPN Dalam Negeri - PPN yang semula mendapatkan fasilitas, yang
tidak dapat dikreditkan)

• Pasal
20
Sanksi

Selain PPN atau PPN dan PPnBM, Pengusaha


KPBPB yang
di memasukka
tidak
kembali/ n
mengeluarkan kembali dalam jangka
waktu tertentu akan dikenai sanksi
sesuai peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan yang dihitung sejak:
a.  BKP berwujud dikeluarkan dari KPBPB (Pasal
18 ayat (2) huruf a sampai c); atau
b.  BKP berwujud dimasukkan ke KPBPB (Pasal
18
ayat (2) huruf d),
sampai dengan tanggal pembayaran atau tanggal
diterbitkannya surat ketetapan pajak.

• Pasal
21
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
Pengusaha di KPBPB yang mengeluarkan BKP berwujud sebagaimana dimaksud dalam
PPBJ
18 ayat 2) Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai e harus membuat PPBJ
Paling lama pada saat:
a.  pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB apabila BKP tersebut akan dimasukkan kembali;
b.  pemasukan BKP berwujud ke KPBPB apabila pengeluaran BKP merupakan pengeluaran kembali BKP
yang sebelumnya dimasukkan ke KPBPB; atau
c.  pengeluaran BKP berwujud dalam rangka retur.
Disampaikan secara elektronik melalui SINSW kepada:
•  KPP tempat Pengusaha di KPBPB terdaftar;
•  DJBC; dan
•  PKP atau Pengusaha di KPBPB lainnya dan BP dalam hal pengeluaran BKP berwujud
terkait dengan perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB
Memenuhi ketentuan sebagai berikut:
•  mencantumkan keterangan mengenai uraian transaksi dan PPN yang terutang atas perolehan/
penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP yang melekat dengan barang yang dikeluarkan dari KPBPB
oleh Pengusaha di KPBPB;
•  dilampiri dengan salinan perikatan atau perjanjian tertulis perolehan/penyerahan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP atau dokumen serah terima barang dalam hal pengeluaran BKP berwujud tidak terkait
dengan perolehan/penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP; dan
•  memuat keterangan mengenai rekening bank Pengusaha di KPBPB yang digunakan untuk
pembayaran dalam hal pengeluaran BKP berwujud terkait dengan perolehan BKP tidak berwujud dan/
atau JKP.
• Pasal 24 ayat
1-3
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
Pengusaha di KPBPB yang mengeluarkan BKP berwujud sebagaimana dimaksud dalam
PPBJ
18 ayat 2) Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai e harus membuat PPBJ
Pada saat pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB, PPBJ harus dilampiri dengan Faktur Pajak
atas penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh PKP di TLDDP/TPB/KEK, dalam hal
pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB terkait dengan perolehan BKP tidak berwujud dan/atau
JKP oleh Pengusaha di KPBPB.

PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak merupakan PPN yang terutang atas
penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha Kena Pajak pada saat
pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB.

PPBJ harus dilampiri dengan SSP penyetoran PPN atas penyerahan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB kepada pengusaha di TLDDP/TPB, atau pelaku
usaha di KEK, dalam hal pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB terkait dengan penyerahan
BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB.

PPN yang tercantum dalam SSP di atas merupakan PPN yang terutang atas penyerahan BKP
tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB pada saat pengeluaran BKP berwujud
dari KPBPB.
• Pasal 24 ayat
4-7
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
Pengusaha di KPBPB yang mengeluarkan BKP berwujud sebagaimana dimaksud dalam
PPBJ
18 ayat 2) Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai e harus membuat PPBJ
PPBJ dapat dibetulkan/dibatalkan sepanjang Pemberitahuan Pabean (PPFTZ) atas pengeluaran
BKP berwujud yang tercantum dalam PPBJ dapat dilakukan pembetulan dan/atau pembatalan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.

Pembetulan PPBJ dilakukan atas kesalahan dalam pengisian PPBJ sehingga PPBJ
tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar

Dalam hal pembetulan PPBJ disebabkan adanya perubahan perikatan atau perjanjian
tertulis, pembetulan PPBJ harus dilampiri dengan salinan perubahan perikatan atau
perjanjian tertulis penyerahan/perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP.

Pembatalan PPBJ harus memenuhi ketentuan sebagai berikut:


a.  dilakukan apabila terdapat pembatalan pengeluaran BKP berwujud; dan
b.  dilampiri dengan salinan pembatalan perikatan atau perjanjian tertulis penyerahan/
perolehan BKP tidak berwujud dan/ atau JKP dalam hal pemasukan BKP berwujud
sehubungan dengan penyerahan/perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP.

• Pasal
25
Angkut lanjut dan Angkut terus

Pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM


atas penyerahan BKP berwujud dari
KPBPB dikecualikan untuk pengeluaran
BKP berwujud dengan tujuan angkut
terus atau angkut lanjut sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan
di bidang kepabeanan

• Pasal
22
Ketentuan BKP Berwujud dapat
Keluar dari KPBPB
BKP berwujud dapat dikeluarkan dari KPBPB sepanjang telah dipenuhi kewajiban
pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan
Termasuk dalam pemenuhan kewajiban pabean yaitu kewajiban melampirkan:
a.  invois atau faktur penjualan; dan
b.  bukti penerimaan negara (BPN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7)
dan Pasal 17 ayat (4) atau SSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7).

Dalam hal pengeluaran BKP berwujud merupakan penyerahan BKP berwujud


yang tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM
sesuai peraturan per-UU-an di bidang perpajakan, kewajiban melampirkan BPN
atau SSP diganti dengan melampirkan surat keterangan bebas PPN atau surat
keterangan tidak dipungut PPN sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.

• Pasal 23 ayat
1-3
Ketentuan BKP Berwujud dapat
Keluar dari KPBPB
BKP berwujud dapat dikeluarkan dari KPBPB sepanjang telah dipenuhi kewajiban
pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan
Dalam hal pengeluaran BKP berwujud bukan merupakan penyerahan BKP
berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf e, kewajiban melampirkan BPN atau SSP diganti dengan
melampirkan:
a.  PPBJ;
b.  SSP penyetoran PPN atas penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh
Pengusaha di KPBPB yang terutang pada saat pengeluaran barang, dalam hal
PPBJ mencantumkan keterangan penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau
JKP yang melekat pada barang bergerak yang dikeluarkan oleh Pengusaha di
KPBPB; dan
c.  Faktur Pajak atas perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha
di KPBPB yang terutang pada saat pengeluaran barang, dalam hal PPBJ
mencantumkan keterangan perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP yang
melekat pada barang bergerak yang dikeluarkan oleh Pengusaha di KPBPB.

• Pasal 23 ayat
4
Ketentuan BKP Berwujud dapat
Keluar dari KPBPB
BKP berwujud dapat dikeluarkan dari KPBPB sepanjang telah dipenuhi kewajiban
pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan
Dalam hal pengeluaran BKP berwujud merupakan pengeluaran BKP berwujud
untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi
(Pasal 18 ayat (2) huruf f), kewajiban melampirkan SSP diganti dengan
melampirkan:
a.  dokumen serah terima barang; dan
b. masterlist atau dokumen dengan nama lain yang mempunyai fungsi sama dengan
masterlist untuk perusahaan kontraktor minyak dan gas bumi serta panas bumi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
Dikecualikan dari ketentuan menyampaikan BPN atau SSP yaitu pengeluaran BKP
berwujud yang merupakan:
a.  penyerahan BKP berwujud yang tidak dipungut atau dibebaskan dari
pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM yang menurut ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang perpajakan diberikan fasilitas dimaksud tanpa
menggunakan surat keterangan bebas PPN atau surat keterangan tidak
dipungut PPN; dan/atau
• Pasal 23 ayat b.  penyerahan BKP berwujud yang telah dilunasi PPN-nya dengan menggunakan
5-6
stiker lunas PPN.
Penyerahan BKP bdak berwujud dan/atau JKP oleh
Pengusaha di KPBPB
kepada Pengusaha di TLDDP, Pengusaha TPB, atau Pelaku Usaha KEK
Penyerahan BKP-TB dan/atau JKP di KPBPB oleh Pengusaha di KPBPB

KPBP
B

BKP-

JKP
TB
Keterangan:
TLDD TP KE Dikenai PPN
P B K Tidak dikenai
PPN

•  Kecuali penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP yang tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN
•  Termasuk penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB kepada pemungut PPN
• Pasal 26 ayat 1, 3, &
6
PPN atau PPN & PPnBM untuk
penyerahan BKP-TB/JKP ke TLDDP/TPB
dan JKP
Saat terutang ke
dan KEK
DPP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan
Dipungut oleh Pengusaha di KPBPB

Penyetoran menggunakan

SSP Ketentuan SSP:


a.  kolom nama NPWP dapat diisi dengan nama dan NPWP OP atau
badan yang memanfaatkan BKP-TB dan/atau JKP;
b.  kode akun pajak dan kode jenis setoran sesuai dengan
ketentuan perpajakan; dan
c.  kolom WP atau penyetor diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha di
KPBPB
yang menyerahkan BKP-TB dan/atau JKP.

Batas waktu setor paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah
bulan terjadinya pemungutan
• Pasal 27 ayat
1-6
PPN atau PPN & PPnBM untuk
penyerahan BKP-TB/JKP ke TLDDP/TPB
dan JKP ke KEK
SSP yang dilampiri dengan invois dan perikatan atau perjanjian
tertulis, merupakan dokumen
tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur
Pajak.
PPN yang tercantum dalam dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak merupakan Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak sepanjang
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a.  kolom nama dan kolom NPWP pada SSP memuat nama,
NPWP, dan alamat PKP yang memanfaatkan BKP-
TB dan/atau JKP; dan
b.  memenuhi ketentuan mengenai pengkreditan
Pajak Masukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
• Pasal 27 ayat 7-8
Penyerahan BKP-TB dan/atau JKP oleh Pengusaha di TLDDP,
Pengusaha TPB, Pelaku Usaha KEK atau Pengusaha di KPBPB lainnya kepada
Pengusaha di KPBPB
Penyerahan BKP bdak berwujud dan JKP tertentu kepada Pengusaha di
KPBPB untuk dimanfaatkan di KPBPB

KPBP
B

KPBP Keterangan:
TLDD TP KE
B Tidak dikenai
P B K PPN
lainnya Dibebaskan PPN

•  JKP tertentu merupakan Jasa Kena Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya dikenai PPN
•  Ketentuan ini berlaku untuk penyerahan JKP yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
dibebaskan dari pengenaan PPN.
• Pasal
28
Tidak diberikan fasilitas bdak dipungut
Dalam hal BKP-TB dan/atau JKP yang tercantum dalam PPBJ yang telah dibuatkan
Faktur
Pajak:
a.  bukan merupakan Jasa Kena Pajak tertentu dalam hal transaksi
merupakan penyerahan Jasa Kena Pajak; atau
b.  tidak dimanfaatkan di KPBPB,
atas penyerahan BKP-TB dan/atau JKP kepada Pengusaha KPBPB dipungut PPN

BKP-TB dan/atau JKP tidak dimanfaatkan di KPBPB sepanjang memenuhi ketentuan


paling sedikit:
a.  penerima BKP-TB dan/atau JKP bukan Pengusaha di KPBPB; dan/atau
b.  tidak terdapat realisasi pembayaran dari Pengusaha di KPBPB kepada Pengusaha
yang menyerahkan BKP-TB dan/atau JKP,
berdasarkan perikatan atau perjanjian tertulis.

PPN dibayar oleh Pengusaha di KPBPB menggunakan SSP.

• Pasal 31 ayat
1-3
Tidak diberikan fasilitas bdak dipungut
PPN dibayar dengan SSP melalui Billing DJP yang disediakan di SINSW.

SSP diisi dengan ketentuan:


a.  kolom nama dan NPWP diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha di
KPBPB
yang memperoleh BKP-TB dan/atau JKP;
b.  kode akun pajak 411211 dan kode jenis setoran 122 (PPN Dalam Negeri -
PPN yang semula mendapatkan fasilitas, yang tidak dapat dikreditkan); dan
c.  kolom Wajib Pajak atau penyetor diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha
di KPBPB.

Pengusaha di KPBPB yang tidak membayar PPN terutang, tidak


dapat membuat PPBJ untuk transaksi berikutnya

• Pasal 31 ayat
4-9
PPBJ
Pengusaha di KPBPB yang bermaksud memperoleh BKP-TB dan/atau JKP dari pengusaha di
TLDDP/TPB, pelaku usaha di KEK, atau Pengusaha di KPBPB lainnya harus membuat
PPBJ
Disampaikan secara elektronik melalui Sistem Indonesia National
Single Window (SINSW)
Memenuhi ketentuan sebagai berikut:
•  mencantumkan keterangan mengenai perolehan BKP-TB dan/atau JKP; dan
•  dilampiri dengan salinan perikatan atau perjanjian tertulis; dan
•  memuat keterangan mengenai rekening bank Pengusaha di KPBPB yang
digunakan untuk pembayaran

Dalam hal perolehan BKP-TB dan/atau JKP melekat pada BKP berwujud yang
dimasukkan atau dikeluarkan ke atau dari KPBPB, PPBJ atas perolehan BKP-TB dan/atau
JKP menggunakan PPBJ BKP Berwujudnya

PPBJ dapat dibetulkan/dibatalkan mengikuti ketentuan umum pembetulan/pembatalan


PPBJ.
• Pasal
29
PPBJ dan Faktur Pajak
PPBJ merupakan dasar:
a.  PKP di TLDDP/TPB/KEK yang menyerahkan BKP-TB dan/atau JKP kepada Pengusaha di KPBPB
untuk membuat 1 (satu) Faktur Pajak yang sesuai dengan ketentuan diberikan fasilitas tidak
dipungut PPN (Pasal 28 ayat (1), (3), dan (5)); atau
b.  Pengusaha di KPBPB lainnya yang menyerahkan BKP-TB dan/atau JKP kepada Pengusaha di
KPBPB untuk membebaskan dari pengenaan PPN atas penyerahan BKP-TB dan/atau JKP (Pasal
28 ayat (8)).

PPBJ berlaku selama 30 (tiga puluh) hari kalender.

Untuk pembuatan Faktur Pajak, PKP di TLDDP/TPB/KEK harus memastikan bahwa:


a.  PPBJ terdapat pada SINSW melalui sistem informasi yang disediakan oleh DJP; dan
b.  PPBJ masih berlaku.

Dalam hal PKP di TLDDP/TPB/KEK:


a.  tidak menerima PPBJ;
b.  menerima PPBJ yang tidak terdapat pada SINSW; dan/atau
c.  menerima PPBJ yang melebihi masa berlakunya,
PKP di TLDDP/TPB/KEK wajib memungut PPN.
• Pasal
30
Faktur Pajak
PKP di TLDDP/TPB/KEK wajib membuat Faktur Pajak yang diisi lengkap,
jelas, dan benar sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di
bidang perpajakan

Faktur Pajak harus mencantumkan keterangan sebagai berikut:


a.  nomor PPBJ yang menjadi dasar pembuatan Faktur Pajak; dan
b.  “PAJAK PERTAMBAHAN NILAI TIDAK DIPUNGUT BERDASARKAN PP
NOMOR 41 TAHUN 2021”.

Faktur Pajak dapat diganti atau dibatalkan berdasarkan pembetulan


atau pembatalan PPBJ.

PKP tidak melakukan penggantian atau pembatalan Faktur Pajak atas


penyerahan BKP-TB dan/atau JKP yang tidak dapat diberikan fasilitas
PPN tidak dipungut.

• Pasal
32
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan Fisik

•  Dalam rangka pemberian fasilitas PPN atau PPN


dan PPnBM Qdak dipungut atas perolehan BKP
oleh Pengusaha di KPBPB dari PKP di TLDDP,
Endorsement dapat disertai dengan
pemeriksaan fisik.
SE-20/PJ/2018
Pemeriksaan Fisik adalah Pemeriksaan yang dilakukan untuk mengetahui kebenaran jumlah dan jenis
barang yang diberitahukan dalam Pemberitahuan Pabean

• Pasal 32 ayat
1
Pemeriksaan Fisik
Berdasarka
n

ma na jemen nota intelijen nota hasil intelijen


ris iko di bidang perpajakan di bidang kepabeanan
dan cukai

Dilakukan bersama Dilakukan oleh DJP


Dilakukan oleh DJBC
oleh DJP & DJBC (dapat meminta bantuan DJBC jika diperlukan)

Dilakukan:
a. di tempat penyimpanan barang milik pengusaha; dan
b. dengan pemeriksaan tujuan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.

• Pasal 33 ayat
2-7
Joint Audit dalam proses Endorsement
KPBP TLDD
B P

1
MAX 30 hari

PPBJ
2
PKP
4
FP-07
BKP
Pengusaha
KPBPB SPPB
Merah 3

PPFTZ 03

Pemeriksaan
Fisik oleh
DJP dan DJBC 3

Endorsemen
t CEISA Risk engine
Diberikan* LHP Fisik DJBC DJP
Ditandatangani
Pejabat DJP
Endorsemen dan DJBC
t Tidak *) Ketentuan mengenai tindak lanjut jika edonserment diberikan/tidak diberikan mengikuti
Diberikan* ketentuan dalam PMK ini
Tanda Pengaman
Terhadap barang asal TLDDP yang dimasukkan ke
KPBPB yang akan dilakukan pemeriksaan fisik,
pejabat melekatkan tanda pengaman saat pengeluaran
barang dari Kawasan Pabean setelah mendapat surat
persetujuan pengeluaran barang.

Pejabat merupakan pejabat sesuai dengan ketentuan


peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai pemasukan dan pengeluaran barang ke
dan dari kawasan yang telah ditetapkan sebagai
KPBPB.

Tanda pengaman disediakan dan ditetapkan oleh


Direktorat Jenderal Pajak.
PER - 23/PJ/2018 tentang Bentuk, Warna, Ukuran dan Pedoman Pelekatan dan/atau
Pemasangan Tanda Pengaman sehubungan dengan Pemasukan Barang Asal Tempat
Lain dalam Daerah Pabean ke Kawasan Bebas yang akan Dilakukan Pemeriksaan Fisik

• Pasal
34
Manajemen Risiko

Penerapan manajemen risiko dilakukan berdasarkan


profil risiko yang dikelola oleh DJP berdasarkan atas
data dan/atau informasi yang tersedia dalam sistem
informasi DJP.

Data dan/atau informasi tersebut dapat berasal dari


profil risiko yang dikelola oleh Badan
Pengusahaan Kawasan.

Dalam hal profil risiko belum tersedia, dapat


digunakan metode acak yang ditentukan oleh
Direktorat Jenderal Pajak.

• Pasal
35
Pemeriksaan Fisik oleh DJP
Pemeriksaan fisik berdasarkan manajemen risiko atau nota intelejen
perpajakan dilakukan:
a.  sesuai tata cara pemeriksaan tujuan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara
pemeriksaan kecuali diatur khusus dalam Peraturan Menteri ini; dan
b.  dengan kriteria pencocokan data dan/atau alat keterangan.

Pejabat/pegawai DJP berwenang:


a.  meminta keterangan lisan dan/atau tertulis dari pengusaha; dan/atau
b.  meminta keterangan dan/atau data yang diperlukan dari BP dan/atau
pihak ketiga yang mempunyai hubungan dengan pengusaha yang
diperiksa.

Pemeriksaan fisik dilakukan paling lama 10 hari kerja terhitung sejak tanggal
surat pemberitahuan pemeriksaan fisik disampaikan kepada pengusaha atau
kuasanya sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan fisik.
• Pasal 36 ayat 1-3
Pemeriksaan Fisik oleh DJP
Hasil pemeriksaan fisik dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan
fisik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai tata cara pemeriksaan.

Dalam hal hasil pemeriksaan fisik menunjukan bahwa BKP yang


diberikan fasilitas tidak dipungut:
a.  telah sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, Endorsement akan
diberikan; atau
b.  tidak sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya, Endorsement
tidak diberikan.

Jika endorsement tidak diberikan, maka Pengusaha di KPBPB wajib


membayar PPN atau PPN dan PPnBM.

Tindakan penagihan dapat dilakukan oleh DJP dengan melibatkan


DJBC, dan/atau BP Kawasan.
• Pasal 36 ayat 4-7
KPBPB KEK
Masa Transisi
KEK Eks
KPBPB
Pengaturan Masa Transisi
Dalam hal Badan Usaha atau Pelaku Usaha berlokasi di KEK yang berasal dari
sebagian atau keseluruhan wilayah Kawasan Bebas, selama masa transisi dari
Kawasan Bebas ke KEK berlaku ketentuan sebagai berikut:

atas penyerahan BKP dan/atau JKP dari KEK ke Kawasan Bebas atau
ke KEK dari Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN

atas penyerahan tanah dan/atau bangunan dan persewaan tanah


dan/atau bangunan di KEK kepada pembeli, tidak dipungut PPN;
dan

Badan Usaha atau Pelaku Usaha di KEK tidak dikukuhkan sebagai


PKP.
Tata cara pemasukan dan pengeluaran barang oleh Pelaku Usaha yang bukan PKP mengikuti ketentuan
PMK 173/PMK.03/2021.
• PMK-173/2021 Pasal 39 ayat 2
• PMK 33/2021 Pasal 76a ayat
(1)
Administrasi PPN KEK Eks KPBPB
Pemasukan BKP ke KEK eks KPBPB dari
TLDDP, TPB, dan KEK lain dilakukan
Endorsement, sedangkan pemasukan BKP
antar FTZ tidak perlu Endorsement

Penyerahan BKP dan JKP kepada pihak yang


tidak memperoleh fasilitas PPN wajib dipungut
PPN

Pengeluaran BKP yang bukan penyerahan


wajib
dilunasi PPN yang sebelumnya mendapat
fasilitas

PPN disetorkan oleh Badan Usaha/Pelaku


Usaha
menggunakan SSP sesuai kentuan KPBPB
Masa Transisi
Ketentuan mengenai pembayaran, pelunasan, dan
pengadministrasian PPN atau PPN dan PPnBM atas
penyerahan BKP dan/ atau JKP dari atau ke KPBPB
dalam PMK 173/2021 berlaku atas:

•  penyerahan BKP dan/atau JKP di KEK;


•  penyerahan BKP dan/ atau JKP dari KEK ke TLDDP,
TPB,
KEK lainnya, atau KPBPB; dan/atau
•  penyerahan BKP dan/atau JKP ke KEK dari TLDDP,
TPB, KEK lainnya, atau KPBPB,

oleh Pelaku Usaha dan/atau Badan Usaha di KEK


yang berasal dari sebagian atau keseluruhan wilayah
KPBPB selama masa transisi sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai KEK.
Masa Transisi
Tata cara pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM
atas penyerahan BKP dan/atau JKP di KEK
mengikuti ketentuan:
•  tata cara pembayaran atas PPN atau PPN dan
PPnBM yang dipungut oleh Pelaku Usaha dan/atau
Badan Usaha di KEK dilakukan dengan
menggunakan SSP;
•  penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan
paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah
bulan terjadinya penyerahan BKP dan/atau JKP.
Dikecualikan dari kewajiban pemungutan PPN atau PPN
dan PPnBM, atas penyerahan BKP dan/atau JKP di KEK
yang diberikan fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai KEK

• Pasal 39 ayat
3-4
Ketentuan Lain-Lain
Format PPBJ Manual
Dalam hal SINSW belum tersedia,
terdapat gangguan pada sistem, dan/atau
terdapat keadaan kahar, maka:
•  pembuatan PPBJ, pembetulan dan/atau
pembatalan oleh Pengusaha di KPBPB;
dan
• penyampaian PPBJ,
dilakukan secara
manual.

PPBJ manual paling sedikit memuat keterangan sesuai


dengan contoh format pada PMK 173/PMK.03/2021
Endorsement
Manual
KPP di KPBPB Pengusaha di KPBPB
Dalam hal sistem Endorsement secara elektronik Menyampaikan fotokopi dokumen Endorsement dengan
belum tersedia, terdapat gangguan pada sistem, dan/ menunjukkan dokumen aslinya paling lama 14 hari
atau terdapat keadaan kahar, KPP di KPBPB:
kerja terhitung sejak tanggal pengiriman surat permintaan
•  meminta kelengkapan dokumen Endorsement kepada
kelengkapan dokumen.
Pengusaha di KPBPB;
•  melakukan penelitian kelengkapan dokumen; dan Harus dilampiri surat kuasa apabila dikuasakan kepada
• menyampaikan hasil Endorsement, PPJK.
secara manual

Dokumen
Endorsement:
§  PPFTZ
§  SPPB & Tgl gate out
§  FP 07
Jangka waktu penyelesaian Endorsement manual:
§  7 HK Apabila melebihi jangka waktu, Endorsement dianggap
§  17 HK (dalam hal disertai pemeriksaan fisik) diberikan
terhitung sejak tanggal dokumen endorsement diterima secara lengkap.

• Pasal
37
KPBPB Sabang

Ketentuan mengenai pembayaran, pelunasan,


dan pengadministrasian PPN atau PPN dan PPnBM
atas penyerahan BKP dan/atau JKP dari atau ke
KPBPB dalam
PMK 173/PMK.03/2021

berlaku mutatis mutandis di

KPBPB Sabang

• Pasal 39 ayat
1
Peralihan & Penutup
Ketentuan Peralihan
2 Februari 2021-2 Februari 2022
Sejak tanggal 2 Februari 2021 sampai dengan PMK 173/PMK.03/2021 mulai berlaku (2
bulan sejak diundangkan, 2 Februari 2022)

PKP di TLDDP, TPB, atau di KEK yang membuat FP atas penyerahan


BKP dan/atau JKP kepada Pengusaha di KPBPB dikecualikan dari
ketentuan untuk membuat FP berdasarkan PPBJ
permintaan Endorsement yang diterima oleh pejabat/pegawai
Endorsement diselesaikan berdasarkan PMK 62/2012 stdd
PMK 171/2017

pemasukan BKP berwujud ke KPBPB, pengeluaran barang dari


KPBPB, dan pemungutan dan pembayaran PPN atau PPN dan PPnBM,
mengikuti tata cara berdasarkan PMK 62/2012 stdd PMK 171/2017

• Pasal
40
Ketentuan Penutup
Pada saat PMK 173/2021 mulai berlaku (2 bulan sejak diundangkan, 2 Februari 2022)

Semua peraturan atau keputusan yang merupakan pelaksanaan


dari:
•  PMK 62/2012 stdd PMK 171/2017
•  PMK 41/2018
dinyatakan masih tetap berlaku sepanjang tidak bertentangan
dengan ketentuan dalam PMK 173

•  PMK 62/2012 stdd PMK 171/2017


•  PMK 41/2018
dicabut dan dinyatakan tidak berlaku

• Pasal
41
BKP/JKP tertentu TIDAK
DIPUNGUT PP 50 TAHUN 2019
Impor Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak

Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku
cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat
keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diimpor oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia

Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku
cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat
keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diimpor oleh pihak lain yang
ditunjuk oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan,
Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melakukan
impor tersebut

kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta suku
cadangnya, alat perlengkapan kapal, alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan
manusia yang diimpor dan digunakan oleh perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan
penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan
perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau dan penyeberangan nasional, sesuai
dengan kegiatan usahanya;

pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh badan
usaha angkutan udara niaga nasional
Impor Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak

suku cadang pesawat udara serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh badan usaha angkutan
udara niaga nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan
perbaikan pesawat udara kepada badan usaha angkutan udara niaga nasional

kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
serta prasarana perkeretaapian yang diimpor dan digunakan oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum; dan

komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk pembuatan:
1. kereta api;
2. suku cadang;
3. peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; dan/atau
4. prasarana perkeretaapian,
yang akan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum

Penyerahan Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak

alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku
cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat
keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diserahkan kepada kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia

kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta suku
cadangnya, alat perlengkapan kapal, alat keselamatan pelayaran, dan alat keselamatan
manusia yang diserahkan kepada dan digunakan oleh perusahaan pelayaran niaga nasional,
perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhan nasional
dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan nasional, sesuai
dengan kegiatan usahanya

pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang
diserahkan kepada dan digunakan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional

suku cadang pesawat udara serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
pesawat udara yang diperoleh oleh pihak yang ditunjuk oleh badan usaha angkutan
udara niaga nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan
perbaikan pesawat udara kepada badan usaha angkutan udara niaga nasional;
Penyerahan Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak

kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
serta prasarana perkeretaapian yang diserahkan kepada dan digunakan oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum; dan

komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk pembuatan:
1. kereta api;
2. suku cadang;
3. peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; dan/atau
4. prasarana perkeretaapian,
yang akan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum

Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu yang atas penyerahannya
Bdak dipungut Pajak Pertambahan Nilai

Jasa yang diterima oleh perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan
penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan
nasional yang melipuB:
1. jasa persewaan kapal;
2. jasa kepelabuhanan melipuB jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3. jasa perawatan dan perbaikan kapal.


Jasa yang diterima oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional yang melipuB:
1. jasa persewaan pesawat udara; dan
2. jasa perawatan dan perbaikan pesawat udara

jasa perawatan dan perbaikan kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum
Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean terkait alat angkutan tertentu yang atas
pemanfaatannya Bdak dipungut Pajak Pertambahan Nilai

Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean terkait alat angkutan tertentu yang atas
pemanfaatannya Bdak dipungut Pajak Pertambahan Nilai melipuB jasa persewaan
pesawat udara yang dimanfaatkan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional.
BKP/JKP tertentu DIBEBASKAN PPN
PMK No: 36/PMK.03/2007 PMK No: 81/PMK.010/2019
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya (1)

Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah rumah yang
perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun Bdak bersubsidi, atau
melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:
1.  luas bangunan Bdak melebihi 36 m2 (Bga puluh enam meter persegi);
2.  harga jual Bdak melebihi:

3.  merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat Bnggal dan Bdak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.
4.  luas tanah Bdak kurang dari 60 m2 (enam puluh meter persegi)
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya

(PMK No: 36/PMK.03/2007 stdtd PMK No: 81/PMK.010/2019)

•  Rumah Susun Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit
hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas
kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan:
a)  Harga Rumah Susun :

b)  luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2 (dua puluh satu meter persegi);
c)  pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun; dan
d)  merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.

•  Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak
bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan
bagi para buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepakati,
yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh.
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya

(PMK No: 36/PMK.03/2007 stdtd PMK No: 81/PMK.010/2019)

•  Asrama Mahasiswa dan Pelajar yang dibebaskan dari


pengenaan PPN adalah bangunan sederhana, berupa
bangunan bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun
dan dibiayai oleh universitas atau sekolah, perorangan dan
atau Pemerintah Daerah yang diperuntukkan khusus untuk
pemondokan pelajar atau mahasiswa, yang tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
diperoleh.

•  Perumahan Lainnya yang dibebaskan dari pengenaan PPN


meliputi:
•  Rumah Pekerja, yaitu tempat hunian, berupa bangunan
bertingkat atau tidak bertingkat, yang dibangun dan
dibiayai oleh suatu perusahaan, diperuntukkan bagi
karyawannya sendiri dan bersifat tidak komersil, yang
memenuhi ketentuan RS, RSS, atau Rusuna, yang tidak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak
diperoleh;
•  Bangunan yang diperuntukkan bagi korban bencana alam
nasional
BKP TERTENTU, BKP STRATEGIS
dan JKP TERTENTU YANG
DIBEBASKAN PPN
PP 38 TAHUN 2003 s.t.td PP NOMOR 50 TAHUN 2019
Dan PP 81 Tahun 2015
Pokok Isi Pembahasan
PPN
UU PPN UU HPP
Ayat (1a)
Pajak terutang tidak dipungut sebagian atau
seluruhnya atau dibebaskan dari pengenaan pajak
baik untuk sementara waktu maupun selamanya
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diberikan
terbatas untuk tujuan:
Pasal 16B a.  mendorong ekspor dan hilirisasi industri yang
merupakan prioritas nasional;
b.  menampung kemungkinan perjanjian dengan
negara lain dalam bidang perdagangan dan
- investasi, konvensi internasional yang telah
diratifikasi, serta kelaziman internasional
lainnya;
c.  m e n d o r o n g p e n i n g k a t a n k e s e h a t a n
masyarakat melalui pengadaan vaksin dalam
rangka program vaksinasi nasional;
d.  meningkatkan pendidikan dan kecerdasan
bangsa dengan membantu tersedianya buku
pelajaran umum, kitab suci, dan buku
pelajaran agama dengan harga yang relatif
terjangkau masyarakat;
Pokok Isi Pembahasan
PPN
UU PPN UU HPP
e.  mendorong pembangunan tempat ibadah;
f.  menjamin terlaksananya proyek pemerintah
yang dibiayai dengan hibah dan/atau dana
pinjaman luar negeri;
g.  mengakomodasi kelaziman internasional
dalam importasi Barang Kena Pajak tertentu
yang dibebaskan dari pungutan Bea Masuk;
Pasal 16B h.  membantu tersedianya Barang Kena Pajak
dan/atau Jasa Kena Pajak yang diperlukan
dalam rangka penanganan bencana alam dan
- bencana nonalam yang ditetapkan sebagai
bencana alam nasional dan bencana nonalam
nasional;
i.  menjamin tersedianya angkutan umum di
udara untuk mendorong kelancaran
perpindahan arus barang dan orang di daerah
tertentu yang tidak tersedia sarana transportasi
lainnya yang memadai, yang perbandingan
antara volume barang dan orang yang harus
dipindahkan dengan sarana transportasi yang
tersedia sangat tinggi; dan/atau
Pokok Isi Pembahasan
PPN
UU PPN UU HPP
j.  mendukung tersedianya barang dan jasa
tertentu yang bersifat strategis dalam rangka
pembangunan nasional, antara lain:
1)  barang kebutuhan pokok yang sangat
dibutuhkan oleh rakyat banyak;
2)  jasa pelayanan kesehatan medis tertentu
Pasal 16B dan yang berada dalam sistem program
jaminan kesehatan nasional;
3)  jasa pelayanan sosial;
-
4)  jasa keuangan;
5)  jasa asuransi;
6)  jasa pendidikan;
7)  jasa angkutan umum di darat dan di air
serta jasa angkutan udara dalam negeri
yang menjadi bagian tidak terpisahkan
dari jasa angkutan luar negeri; dan
8)  jasa tenaga kerja.
Pokok Isi Pembahasan
PPN
UU PPN UU HPP
Ayat (2) Ayat (2)
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan
Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak,
Pajak yang atas penyerahannya tidak dipungut Pajak impor Barang Kena Pajak, serta pemanfaatan
Pertambahan Nilai dapat dikreditkan. Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dan/atau
Pasal 16B pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean yang atas
penyerahannya tidak dipungut Pajak Pertambahan
Nilai sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat
dikreditkan.
Ayat (3) Ayat (3)
Pajak Masukan yang dibayar untuk perolehan Pajak Masukan yang dibayar atas perolehan
Barang Kena Pajak dan/atau perolehan Jasa Kena Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak,
Pajak yang atas penyerahannya dibebaskan dari impor Barang Kena Pajak, serta pemanfaatan
pengenaan Pajak Pertambahan Nilai tidak dapat Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
dikreditkan. Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean dan/atau
pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean di dalam Daerah Pabean yang atas
penyerahannya dibebaskan dari pengenaan Pajak
Pertambahan Nilai sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), tidak dapat dikreditkan.
Impor Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (1)

a.  Senjata, amunisi, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor
oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk
keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI
b.  Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
c.  Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
d.  Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, Qdak termasuk suku
cadang; à Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
e.  Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan
maupun budidaya; à Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
f.  jangat dan kulit mentah yang Qdak disamak; à Tidak Memerlukan SKB PPN
g.  Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanian; à Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
h.  bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikananà Tidak Memerlukan SKB PPN
Impor Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (2)

i.  pakan ternak Qdak termasuk pakan hewan kesayangan à Tidak Memerlukan
SKB PPN
j.  pakan ikan à Tidak Memerlukan SKB PPN
k.  bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, Qdak termasuk
imbuhan pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan
pakan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat
perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian ikan à Tidak Memerlukan SKB PPN
l.  bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak buQran dan/atau dalam
bentuk perak batangan à Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (1)

a.  Senjata, amunisi, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor
oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk
keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI
b.  Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
c.  Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
d.  Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, Qdak termasuk suku
cadang; à Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
e.  Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan
maupun budidaya; à Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
f.  jangat dan kulit mentah yang Qdak disamak; à Tidak Memerlukan SKB PPN
g.  Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanian; à Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
h.  bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikananà Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (2)

i.  pakan ternak Qdak termasuk pakan hewan kesayangan à Tidak Memerlukan
SKB PPN
j.  pakan ikan à Tidak Memerlukan SKB PPN
k.  bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, Qdak termasuk
imbuhan pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan
pakan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat
perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian ikan à Tidak Memerlukan SKB PPN
l.  bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak buQran dan/atau dalam
bentuk perak batangan à Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (3)

j.  Unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit atau
pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
•  luas untuk seQap hunian paling sedikit 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan Qdak
melebihi 36 m2 (Qga puluh enam meter persegi);
•  pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
•  merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat Qnggal dan
Qdak dipindahtangankan dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang rumah susun; dan
•  batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan penghasilan bagi
orang pribadi yang memperoleh unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik ditetapkan oleh
Menteri Keuangan setelah mendapat perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat à Tidak
Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak

k.  listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) Voltase Amper; à
Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN

a.  Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan untuk
Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok
boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang
batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar
perQmbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah dan pembangunan
tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah
b.  Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat
sederhana
c.  Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan
dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara
Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional
Mekanisme Pajak Masukan
268/PMK.03/2015 Pasal 2

Pajak Masukan atas impor dan/atau atas


perolehan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena
Pajak yang digunakan untuk menghasilkan
Barang Kena Pajak tertentu yang bersifat
strategis yang atas penyerahannya dibebaskan
dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Qdak
dapat dikreditkan
Syarat Permohonan SKB Penyerahan BKP Strategis

Permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai sebagaimana


dimaksud pada ayat (2) harus dilampiri dokumen pendukung berupa:
1)  fotokopi kartu Nomor Pokok Wajib Pajak;
2)  fotokopi surat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak;
3)  asli surat kuasa khusus dalam hal Pengusaha Kena Pajak menunjuk
seorang kuasa untuk mengajukan permohonan Surat Keterangan Bebas
Pajak Pertambahan Nilai;
4)  penjelasan tertulis secara rinci bahwa mesin dan peralatan pabrik yang
diimpor/diterima akan dipergunakan dalam proses produksi untuk
menghasilkan Barang Kena Pajak; dan
5)  surat pernyataan bermeterai bahwa mesin dan peralatan pabrik yang
diimpor atau diperoleh Qdak akan dipindahtangankan atau diubah
peruntukannya dalam jangka waktu sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
6)  Dokumen pendukung lainnya berupa dokumen kontrak pembelian atau
dokumen lain yang menunjukkan terjadinya penyerahan Barang Kena
Pajak

Syarat Permohonan SKB Import BKP Strategis

Permohonan Surat Keterangan Bebas Pajak Pertambahan Nilai)


harus dilampiri dokumen pendukung berupa :
1)  invoice;
2)  Bill of Lading (B/L) atau airway bill (AWB);
3)  dokumen kontrak pembelian; dan
4)  dokumen pembayaran atau dokumen pengakuan utang

Faktur Pajak Penyerahan BKP Strategis

Wajib Pajak yang melakukan penyerahan Barang Kena


Pajak yang bersifat strategis Wajib membuat faktur
pajak. Dan Faktur Pajak harus dibubuhi cap atau
diberikan keterangan "PPN DIBEBASKAN SESUAI
PP NOMOR 81 TAHUN 2015".
Pemungut PPN
Skema Umum Pemungutan PPN
NEGARA

PPN

Harga + PPN

PENJUAL Faktur Pajak PEMBELI


PKP
Barang/ Jasa

346
Skema Pasal 16A UU PPN (Pemungut PPN)
NEGARA

PPN

Harga tanpa PPN

PENJUAL Faktur Pajak PEMBELI


PKP PEMUNGUT PPN
Barang/ Jasa

347
DALAM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP KEPADA
PEMUNGUT PPN MAKA :
Pemungut PPN

wajib
memungut

menyetorkan
melaporkan PPN yang dipungut

Bendahara Pemerintah & KPPN KMK No. :PMK-231/PMK.03/2019

Kontraktor Perjanjian Kerjasama


Pengusahaan Pertambangan Minyak & PMK No. : 73/PMK.03/2010
Gas Bumi
BUMN PMK-8/PMK.03/2021

BADAN USAHA TERTENTU PMK-8/PMK.03/2021


BENDAHARA PEMERINTAH
PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)

OBJEK PEMUNGUTAN

setiap pembayaran atas penyerahan BKP dan/atau JKP

kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2 juta, dan tidak merupakan jumlah yang
terpecah-pecah

Pembayaran untuk pembebasan tanah

Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut / dibebaskan
dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina

Pembayaran atas rekening telepon

Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan

Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN


PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)

Mekanisme pemungutan

PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan

Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “02”)

0 2 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Tahun Penerbitan Nomor Urut

Kode Status
Nomor Seri E-Nofa
PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)

Mekanisme pemungutan

Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran

Penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN dilaporkan oleh PKP Rekanan dalam
SPT Masa PPN pada masa sesuai dengan tanggal Faktur Pajak

Penyetoran PPN dilakukan paling lambat :


Untuk Bendahara : paling lambat 7 hari setelah bulan pembayaran (bila libur hari
berikutnya
Untuk KPPN : pada saat dicatat saat pembayaran
Pelaporan oleh Pemungut PPN:
Untuk KPPN : setiap hari kerja menyampaikan lb ke-3 Faktur Pajak
Untuk Bendahara : dengan SPT Masa bagi Pemungut paling lambat akhir bulan
berikutnya setelah bulan pembayaran
KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA
PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN MINYAK
DAN GAS BUMI
Historis Penunjukan KPS sebagai Pemungut
PPN Keppres 56 Tahun 1988 jo - -  Berlaku sejak 1 Januari 1989
Kontraktor-kontraktor bagi Hasil dan Kontrak
KMK 1289/KMK.04/1988 Karya di bidang Minyak dan Gas Bumi dan
Pertambangan Umum lainnya
Dicabut dengan

-  Berlaku sejak 1 Januari 2000


KMK 547/KMK.04/2000 jo -  Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak
KMK 549/KMK.04/2000 Karya di bidang Minyak, Gas Bumi, Panas Bumi
dan Pertambangan Umum lainnya
Dicabut dengan
-  Berlaku sejak 1 Januari 2004
-  Kontraktor Kontrak Bagi Hasil dan Kontrak
KMK 563/KMK.03/2003 Karya di bidang Minyak, Gas Bumi, Panas Bumi
dan Pertambangan Umum lainnya, Bdak lagi
ditunjuk sebagai Pemungut PPN

354
Penunjukan Kembali KPS Sebagai Pemungut PPN
Permasalahan krn Bap kontrak KPS Migas menyebutkan kewajiban bagi KPS Migas
untuk memungut PPN terutang

PMK-11/PMK.03/2005
Berlaku sejak 1 Februari 2005

Kontraktor Kontrak Kerja Sama


(KKKS) Migas Ditunjuk
Sebagai Pemungut PPN
Dicabut dengan

PMK-73/PMK.03/2010
Berlaku sejak 1 Februari 2012

1.  kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
2.  kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber
daya panas bumi, yang melipuB kantor pusat, cabang, maupun unitnya. 355
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI)

Obyek Pemungutan

setiap pembayaran yang dilakukan atas penyerahan BKP dan/atau JKP

kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10 juta dan tidak merupakan jumlah
yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas: PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN 356
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP
kepada KKS Migas dan Panas Bumi. FP dibuat saat :
Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”)

0 3 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Tahun Penerbitan
Kode Status

Nomor Seri E-Nofa


PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)

mekanisme pemungutan

Tata cara pemungutan :

Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh KKS Migas dan Panas Bumi adalah :
•  PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
•  PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
KKS Migas dan Panas Bumi yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap
"Disetor Tanggal ......" dan menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)

mekanisme pemungutan

Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh KKS Migas dan Panas Bumi sebagai penyetor atas nama Rekanan.

359
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)

mekanisme pemungutan

Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT)

360
PMK-8/PMK.03/2021

TATA CARA PEMUNGUTAN, PENYETORAN,


DAN PELAPORAN PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
ATAU PAJAK PERTAMBAHAN NILAI DAN PAJAK PENJUALAN ATAS
BARANG MEWAH OLEH BADAN USAHA MILIK NEGARA DAN
PERUSAHAAN TERTENTU YANG DIMILIKI SECARA LANGSUNG OLEH
BADAN USAHA MILIK NEGARA SEBAGAI PEMUNGUT PAJAK
PERTAMBAHAN NILAI
LATAR
BELAKANG

Sebagai pelaksanaan Pasal 16A ayat (2)


Undang-Undang Nomor 18 Tahun 2000 tentang
Perubahan Kedua atas Undang -Undang Nomor
8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai
Barang dan Jasa dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah.
TUJUAN

Memberikan kemudahan dalam melaksanakan kewajiban perpajakannya bagi


Badan Usaha Milik Negara (BUMN) dan anak perusahaannya sebagai pemungut PPN

Simplifikasi regulasi dengan menggabungkan 2 (dua) Peraturan Menteri


Keuangan, yaitu:
1.  PMK Nomor 85/PMK.03/2012 s.t.d.d. PMK Nomor 136/PMK.03/2015
tentang Penunjukan BUMN untuk Memungut, Menyetor, dan Melaporkan PPN atau
PPN dan PPnBM, serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran, dan Pelaporannya;
dan
2.  PMK Nomor 37/PMK.03/2015
tentang Penunjukan Badan Usaha Tertentu untuk Memungut, Menyetor, dan
Melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM, serta Tata Cara Pemungutan, Penyetoran,
dan Pelaporannya.
PERLAKUAN
PEMUNGUTAN
PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang atas penyerahan Barang Kena Pajak (BKP)
dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP) oleh rekanan kepada pemungut PPN dipungut,
disetor, dan dilaporkan oleh pemungut PPN.

Rekanan merupakan Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP dan/
atau JKP kepada pemungut PPN.

BARU

Dalam hal terjadi penyerahan BKP dan/atau JKP oleh pemungut PPN kepada pemungut
PPN lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, PPN atau
PPN dan PPnBM yang terutang dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh pemungut PPN
yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.
PEMUNGUT
BUMN

BUMN yang dilakukan restrukturisasi oleh


Pemerintah setelah tanggal 1 April 2015,
dan restrukturisasi tersebut dilakukan
melalui pengalihan saham milik negara
kepada BUMN lainnya *)

Perusahaan tertentu yang dimiliki secara


langsung oleh BUMN, dengan Ditetapkan dalam
kepemilikan saham di atas 25% *) KMK-30/KMK.03/2021

* Dalam hal perusahaan tidak lagi dimiliki


) secara langsung oleh BUMN, perusahaan
dimaksud tidak lagi ditunjuk sebagai
pemungut PPN.

BARU
TARIF PEMUNGUTAN

PPN

10% x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)

PPnBM

Tarif yang berlaku x Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


DIKECUALIKAN DARI
PEMUNGUTAN Dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh Rekanan
Paling banyak Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah) termasuk jumlah PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang
dan bukan merupakan pembayaran yang dipecah dari suatu transaksi yang nilai sebenarnya lebih dari
Rp10.000.000,00 (sepuluh juta rupiah).

Penyerahan BKP dan/atau JKP yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan,
mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN.

Penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero).

Penyerahan jasa telekomunikasi oleh perusahaan telekomunikasi.

Jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan.

Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan, tidak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM.
PEMBUATAN FAKTUR PAJAK OLEH
REKANAN
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP
dan/atau JKP kepada pemungut PPN.

Faktur Pajak harus dibuat pada saat:


o  penyerahan BKP dan/atau penyerahan JKP;
o  penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan
pembayaran terjadi sebelum penyerahan BKP dan/atau
sebelum penyerahan JKP; atau
o  penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan.

Faktur Pajak dibuat sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan di bidang perpajakan.
SAAT PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN

Pemungutan PPN dilakukan pada saat yang bersamaan dengan saat


dibuatnya Faktur Pajak oleh rekanan.

Pemungut PPN wajib menyetorkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
dipungut dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi
lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak, paling lama tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak dilakukannya pemungutan
berakhir.
Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak
dibuat oleh pemungut PPN atas nama rekanan dengan mencantumkan:
o  Nomor Pokok Wajib Pajak, nama, dan alamat rekanan pada kolom Nomor Pokok
Wajib Pajak, kolom nama, dan kolom alamat; dan
o  kode dan nomor seri Faktur Pajak pada kolom uraian.
SAAT PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN

Pemungut PPN harus menyampaikan cetakan, salinan, atau fotokopi


Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan
dengan Surat Setoran Pajak kepada rekanan.

Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
dipungut dan disetor dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) bagi pemungut PPN, paling lama pada
akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak dilakukannya pemungutan
berakhir.
SPT Masa PPN bagi pemungut PPN wajib dilampiri dengan Daftar Nominatif
Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak atau Sarana Administrasi Lain yang
Disamakan dengan Surat Setoran Pajak.
DAFTAR NOMINATIF

Format Daftar Nominatif


Faktur Pajak dan Surat
Setoran Pajak atau Sarana
Administrasi Lain yang
Disamakan dengan Surat
Setoran Pajak
SANKSI

Pemungut PPN tidak memenuhi ketentuan:


o  Pemungutan;
o  Penyetoran;
o  Pelaporan; dan/atau
o  Melampirkan daftar nominatif.

Dikenai sanksi sesuai dengan ketentuan peraturan


perundang-undangan di bidang perpajakan.
SAAT BERLAKU

Peraturan Menteri Keuangan Nomor


PMK-8/PMK.03/2021 berlaku pada tanggal
1 Februari 2021

Anda mungkin juga menyukai