Dipresentasikan oleh :
Anwar Hidayat
Curriculum Vitae – in brief
2016 - Present :
Senior Partner : Ofisi Prima Consulting (https://ofisiprima.com/id)
Plh Direktur Keuangan : PT Aribayo Bara Pratama
Instructor/Trainer :
USKP ABC Review-Ikatan Akuntan Indonesia
Brevet ABC/Akuntansi/PSAK - Ikatan Akuntan Indonesia
Pendidikan Khusus Konsultan Pajak –IKPI & P3KPI
Brevet C – Ikatan Konsultan Pajak Indonesia
Brevet C – CTE Education
Public/BUMN/government workshops
Corporate In-House Training
2018-2021 : Penelaah Keberatan (DJP)
anwar.hidayat@ofisiprima.com
2014-2018 : Account Representative (DJP)
+62817111709
2005-2014 : Juru Sita Pajak Negara (DJP)
2002-2005 : Pemeriksa Pajak (DJP)
2000-2002 : Staf IT (DJP)
1. PENGERTIAN PPN
Masak semua
barang kena
pajak….?
BKP
Cape’
dech..
BKP
PENGERTIAN PAJAK
Bersifat memaksa
Berdasarkan Undang-Undang
Berdasar
Mekanisme
• Pajak Langsung
Pemungutannya • Pajak Tak Langsung
SEJARAH PPN
Pajak ObjekQf
PPN adalah pajak Bdak langsung, arQnya beban pajak dilimpahkan kepada pihak lain.
Sehingga pemikul beban pajak (WP) dan penyetor pajak ke DJP (pemungut) adalah pihak
yang dapat berbeda.
PPN tergolong sebagai pajak yang obyekQf, karena penekanannya mula-mula kepada
obyeknya terlebih dahulu, baru kemudian kepada subyeknya. Siapapun subyeknya
(masyarakat yang mampu maupun yang kurang mampu), akan dikenakan PPN, selama
mereka mengonsumsi Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak, di dalam daerah pabean
Pajak Tidak Langsung dan ObjekQf
NEGARA
BKP/JKP
Penjual/ Pembeli/
Pengusaha Jasa Penerima Jasa
PPN
Lho…saya khan
cuma beli
kertas, enggak
beli PPN…!!!
OBJEK PAJAK (PPN)
Impor BKP
Kegiatan
Membangun Sendiri
KMS
• adalah kegiatan membangun bangunan yang dilakukan Bdak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan yang
hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain, termasuk yang
dilakukan melalui kontraktor tetapi Qdak dipungut PPN dan
kontraktor tersebut bukan PKP
Kegiatan Membangun Sendiri
• Bangunan berupa satu atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan secara tetap pada tanah
dan/atau perairan :
a. konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu
bata atau bahan sejenis, dan/atau baja;
b. untuk tempat Qnggal atau tempat kegiatan usaha; dan
c. luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
• PPN yang terutang dihitung seQap bulan sebesar 10% x 20% x pengeluaran biaya termasuk PPN, Qdak
termasuk biaya perolehan tanah
• KMS secara bertahap dianggap 1 (satu) kesatuan jika tahapan tersebut Qdak lebih dari 2 (dua) tahun
• Pajak Masukan yang dibayar sehubungan dengan KMS Qdak dapat dikreditkan
Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut (Dibahas di PPN B)
(Dibahas di PPN B)
• Barang berwujud (barang bergerak atau
barang Qdak bergerak) dan barang Qdak
BARANG berwujud yang dikenakan pajak
KENA berdasarkan Undang-Undang PPN
PAJAK
• Pada prinsipnya semua barang dikenakan
PPN kecuali UU menetapkan sebaliknya
BARANG YANG TIDAK DIKENAKAN PPN
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009) jo UU Nomor 7 Tahun 2021
Minyak mentah
Gas bumi Qdak termasuk gas bumi seperQ elpiji yang siap
dikonsumsi masyarakat
Panas Bumi
bijih besi, bijih Qmah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel,
bijih perak serta bijih bauksit.
Barang Kebutuhan Pokok UU Nomor 7 Tahun 2021
Telur
Susu
buah-buahan
sayur-sayuran
ubi-ubian (dihapus UU/
7/2021)
Barang Kebutuhan Pokok (UU Nomor 7
Tahun 2021)
bumbu-bumbuan (dihapus)
Ikan (dihapus)
• Kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau
perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang
atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk
JASA dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk
KENA menghasilkan barang karena pesanan atau permintaan
dengan bahan dan atas petunjuk dari pemesan
PAJAK • Dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang ini
• Pada prinsipnya semua jasa dikenakan PPN kecuali UU
menetapkan sebaliknya
Jasa Yang Tidak Dikenakan PPN (1)
(Pasal 4A ayat 2 UU 42/2009 sdtd UU Nomor 7 Tahun 2021)
jasa keagamaan
Jasa Perhotelan (meliputi jasa penyewaan kamar dan/atau jasa penyewaan ruangan di hotel
yang merupakan objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan di bidang pajak daerah dan retribusi daerah)
jasa yang disediakan oleh Pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum meliputi semua jenis jasa
sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang hanya dapat dilakukan oleh pemerintah sesuai dengan
kewenangannya berdasarkan peraturan perundang-undangan dan jasa tersebut tidak dapat disediakan oleh
bentuk usaha lain (dihapus dengan UU Nomor 7 Tahun 2021)
jasa penyediaan tempat parkir melipuB jasa penyediaan atau penyelenggaraan tempat parkir yang dilakukan oleh
pemilik tempat parkir atau pengusaha pengelola tempat parkir kepada pengguna tempat parkir yang merupakan
objek pajak daerah dan retribusi daerah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang pajak
daerah dan retribusi daerah
jasa ahli kesehatan seperQ ahli akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan ahli fisioterapi;
jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan
labatorium;
Jasa penyediaan rumah duka atau jasa pemakaman, termasuk krematorium; dan
jasa menghimpun dana dari masyarakat berupa giro, deposito berjangka, serQfikat
deposito, tabungan, dan/atau bentuk lain yang dipersamakan dengan itu;
jasa menempatkan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana kepada pihak lain
dengan menggunakan surat, sarana telekomunikasi maupun dengan wesel unjuk, cek, atau
sarana lainnya;
jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai, termasuk gadai syariah dan fidusia; dan
jasa penjaminan.
Yang dimaksud dengan "jasa asuransi" adalah jasa pertanggungan yang melipuQ asuransi
kerugian, asuransi jiwa, dan reasuransi, yang dilakukan oleh perusahaan asuransi kepada
pemegang polis asuransi, Qdak termasuk jasa penunjang asuransi seperQ agen asuransi,
penilai kerugian asuransi, dan konsultan asuransi
PMK-92/PMK.03/2020
Jasa Pendidikan
1. Jasa Pendidikan formal melipuQ jasa Penyelenggaraan Pendidikan anak
usia dini, pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan Qnggi
2. Jasa Pendidikan Non formal melipuQ jasa Penyelenggaraan Pendidikan
kecakapan hidup, pendidikan anak usia dini, pendidikan kepemudaan,
pendidikan pemberdayaan perempuan, pendidikan keaksaraan, pendidikan
keterampilan dan pelaQhan kerja, dan pendidikan kesetaraan
PMK- 223/PMK.011/2014
Jasa Penyiaran
Jasa penyiaran yang Qdak bersifat iklan melipuQ jasa penyiaran radio atau televisi yang
dilakukan oleh instansi pemerintah atau swasta yang Qdak bersifat iklan dan Qdak dibiayai
oleh sponsor yang bertujuan komersial.
Jasa Tenaga Kerja
jasa penyediaan tenaga kerja sepanjang pengusaha penyedia tenaga kerja Qdak
bertanggung jawab atas hasil kerja dari tenaga kerja tersebut; dan
PMK-83/PMK.03/2012
Jasa Perhotelan
jasa penyewaan kamar, termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen,
hostel, serta fasilitas yang terkait dengan kegiatan perhotelan untuk tamu yang menginap;
dan
jasa penyewaan ruangan untuk kegiatan acara atau pertemuan di hotel, rumah
penginapan, motel, losmen, dan hostel.
Kriteria Jasa Perhotelan yang Ldak dikenai PPN diatur dalam PMK-43/PMK.010/2015
Jasa boga atau katering
PMK- 18/PMK.010/2015
3. SUBJEK PPN
Bapak Subjek
PPN ya …?? Saya Bukan Subjek
PPN. Saya hanyalah
seorang PKP Pak…!!!
F
I
S
K
U
S
SUBJEK PPN
Siapapun
yang
• Pengusaha Kena Pajak
dikenakan (PKP)
kewajiban • Bukan PKP
dalam
bidang PPN
PENGUSAHA KENA PAJAK
• Menghasilkan barang;
• Mengimpor/mengekspor barang;
• Melakukan usaha perdagangan;
Orang Pribadi/Badan • Memanfaatkan barang Qdak berwujud dari luar daerah
pabean;
• Melakukan usaha jasa termasuk mengekspor jasa;
• Memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean
• Pengusaha yang :
- Memilih sebagai PKP; atau
- sampai dengan suatu bulan dalam suatu tahun buku
jumlah nilai peredaran bruto atas penyerahan BKP
atau JKP telah melampaui batasan yang ditentukan
sebagai Pengusaha Kecil
Wajib melaporkan usahanya utk dikukuhkan sebagai
PKP paling lambat akhir masa pajak berikutnya
(Pasal 15 Per-20/PJ.2013 jo. PER - 04/PJ/2020)
Dasar Pengenaan
Pajak
DASAR PENGENAAN PAJAK
PengganQan (JKP)
Nilai Impor
Nilai Ekspor
Nilai Lain
HARGA JUAL(Pasal 1 angka 18 UU PPN)
Nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya
diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan JKP, Qdak termasuk PPN
yang dipungut dan potongan harga yang tercantum dalam FP
Nilai
• nilai berupa uang yang menjadi dasar
perhitungan bea masuk ditambah pungutan
lainnya yang dikenakan berdasarkan
Impor
ketentuan dalam per-UU-an pabean untuk
impor BKP Qdak termasuk PPN yang dipungut
(CIF + BM)
3. Penyerahan Produk
Hasil Tembakau Harga jual eceran
6. Penyerahan
• Harga yang disepakaQ antara
BKP melalui
pedagang
pedagang perantara dengan
perantara pembeli
7. Penyerahan
BKP melalui • Harga lelang
Juru Lelang
NILAI LAIN UNTUK Per. Menkeu: 121/PMK.03/2015
PENYERAHAN (4)
9. Penyerahan
Jasa Biro • 10% dari jumlah yang
Perjalanan atau ditagih atau
Jasa Biro seharusnya ditagih
Pariwisata
NILAI LAIN UNTUK
PENYERAHAN (5)
11. penyerahan
emas, perhiasan
dan/atau jasa yang • 20% dari harga jual emas,
terkait dengan perhiasan atau nilai pengganQan
emas perhiasan
12. Jasa • seluruh tagihan yang diminta atau seharusnya diminta oleh
Tenaga Kerja pengusaha jasa atas penyerahan jasa penyediaan tenaga
kerja kepada pengguna jasa, Qdak termasuk imbalan yang
diterima tenaga kerja berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan sejenisnya
13. Jasa ke tempat lain, dalam hal tagihan dirinci antara tagihan
paket penyelenggaraan perjalanan ibadah keagamaan dan
tagihan paket penyelenggaraan perjalanan ke tempat
Keagamaan lainnya
Pasal 2 UU PPN
DPP Dipengaruhi Hubungan IsQmewa (2)
Pengusaha mempunyai penyertaan langsung atau Qdak langsung sebesar 25% (dua
puluh lima persen) atau lebih pada Pengusaha lain, atau hubungan antara
Pengusaha dengan penyertaan 25% (dua puluh lima persen) atau lebih pada dua
pengusaha atau lebih, demikian pula hubungan antara dua Pengusaha atau lebih
yang disebut terakhir; atau
Produsen / Importir
BKP
Mewah Diserahkan
74
TARIF PPN
TARIF PPN
10 %
• Ekspor BKP
• Ekspor BKP Tidak Berwujud 0 %
• Ekspor JKP
PM dapat dikreditkan
Ekspor Jasa Kena Pajak
• Peraturan Menteri Keuangan Nomor 32/PMK.010/2019 tanggal 29 Maret 2019
menetapkan Qga macam ekspor JKP yang dikenai PPN dengan tarif 0% yaitu
Jasa :
1. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada barang
bergerak yang dikeluarkan untuk dimanfaatkan di luar Daerah Pabean :
• jasa maklon
• jasa perbaikan dan perawatan
• jasa pengurusan transportasi (freight forwarding) terkait barang untuk tujuan
ekspor
Ekspor Jasa
2. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang melekat pada barang Qdak
bergerak yang berada di luar Daerah Pabean :
• Jasa konsultansi konstruksi yang melipuQ pengkajian, perencanaan, dan perancangan
konstruksi terkait dengan bangunan atau rencana bangunan yang berada di luar Daerah
Pabean
3. Jasa Kena Pajak berupa kegiatan pelayanan yang hasilnya diserahkan untuk
dimanfaatkan di luar Daerah Pabean :
• jasa teknologi dan informasi
• jasa peneliQan dan pengembangan (research and development)
• jasa persewaan alat angkut berupa persewaan pesawat udara dan/ atau kapal laut
untuk kegiatan penerbangan atau pelayaran internasional
• jasa konsultansi bisnis dan manajemen, jasa konsultansi hukum, jasa konsultansi desain
arsitektur dan interior, jasa konsultansi sumber daya manusia, jasa konsultansi
keinsinyuran (engineering services), jasa konsultansi pemasaran (markeQng services),
jasa akuntansi atau pembukuan, jasa audit laporan keuangan, dan jasa perpajakan
• jasa perdagangan berupa jasa mencarikan penjual barang di dalam Daerah Pabean
untuk tujuan ekspor; dan
• Jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/ atau komunikasi/konekQvitas data
Ekspor Jasa
Jasa teknologi dan informasi
• layanan analisis sistem komputer, antara lain pemecahan masalah yang membutuhkan
dukungan teknologi informasi;
• layanan perancangan sistem komputer, antara lain spesifikasi piranQ keras (hardware),
piranQ lunak (sorware), dan/ atau Janngan komputer yang dibutuhkan;
• layanan pembuatan sistem komputer dan/ atau situs web menggunakan bahasa
pemrograman, antara lain layanan pembuatan aplikasi;
• layanan keamanan teknologi informasi (IT security), antara lain perlindungan informasi
pada saat informasi di proses, di transmisikan, dan/atau disimpan;
• layanan pusat kontak (contact center), antara lain pemberian jawaban dan/ atau
Qndak lanjut atas pertanyaan dan/ atau pernyataan yang disampaikan kepada pusat
kontak;
• layanan dukungan teknik, antara lain penanganan masalah pelanggan (client) layanan
dalam penerapan, pemakaian, pemrosesan data (data processing), dan konfigurasi
piranQ keras (hardware), piranQ lunak (sorware), dan/ atau jaringan komputer;
• layanan komputasi awan (cloud compuQng) dan web hosQng, antara lain data hosQng
atau data storage sepanjang server berada di dalam Daerah Pabean dan penerima
layanan data hosQng atau data storage merupakan penyedia layanan cloud compuQng
atau web hosQng; dan
• layanan pembuatan konten dengan menggunakan bantuan teknologi informasi, antara
lain pembuatan games, animasi, dan desain grafis
Ekspor Jasa
Jasa interkoneksi, penyelenggaraan satelit dan/ atau komunikasi/konekQvitas data
• layanan singkat interkoneksi panggilan dan/ atau pesan internasional yang
dilakukan oleh penyelenggara telekomunikasi dalam negeri kepada
penyelenggara telekomunikasi luar negeri;
• layanan transmiler and responder (transponder) satelit yang dilakukan oleh
penyelenggara satelit dalam negeri kepada penerima layanan sepanJang stasiun
bumi yang di luar negeri, digunakan oleh penerima layanan berada di luar Daerah
Pabean;
• layanan pengendalian satelit yang dilakukan oleh penyelenggara satelit dalam
negeri kepada penyelenggara satelit luar negeri, sepanjang stasiun bumi
pengendali yang digunakan oleh penyelenggara satelit dalam negeri berada di
dalam Daerah Pabean; dan/atau
• layanan ketersambungan internet global melalui Jaringan publik atau privat yang
dilakukan oleh penyelenggara jaringan dalam negeri kepada penerima layanan di
luar negeri.
SAAT DAN TEMPAT TERUTANG
PMK-163/PMK.03/2012 tgl 22
Oktober 2012 (membangun sendiri)
pada saat dimulainya pemanfaatan BKP Qdak berwujud/JKP dari luar daerah
pabean ke dalamnya;
a. Penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa barang
bergerak, selain penyerahan oleh pemilik barang atau yang disebut consignor kepada penerima
barang atau yang disebut consignee secara konsinyasi, terjadi pada saat:
Ø Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli atau pihak
keQga untuk dan atas nama pembeli;
Ø Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima barang
untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan penyerahan dari pusat ke cabang atau
sebaliknya dan/atau penyerahan antar cabang;
Ø Barang Kena Pajak berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha jasa
angkutan;atau
Ø harga atas penyerahan Barang Kena Pajak diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha Kena Pajak, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)
b. penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifat atau hukumnya berupa
barang Qdak bergerak, terjadi pada saat penyerahan hak untuk menggunakan atau
menguasai Barang Kena Pajak berwujud tersebut, secara hukum atau secara nyata,
kepada pihak pembeli.
c. penyerahan Barang Kena Pajak Qdak berwujud, terjadi pada saat :
1. harga atas penyerahan Barang Kena Pajak Qdak berwujud diakui sebagai piutang
atau penghasilan, atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh Pengusaha
Kena Pajak, sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan
secara konsisten;atau
2. kontrak atau perjanjian ditandatangani, atau saat mulai tersedianya fasilitas atau
kemudahan untuk dipakai secara nyata, sebagian atau seluruhnya, dalam hal saat
sebagaimana dimaksud pada angka 1 Qdak diketahui.
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)
d. Barang Kena Pajak berupa persediaan dan/atau akQva yang menurut tujuan semula
Qdak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan
terjadi, adalah pada saat yang terjadi lebih dahulu di antara saat:
1. ditandatanganinya akta pembubaran oleh Notaris;
2. berakhirnya jangka waktu berdirinya perusahaan yang ditetapkan dalam
anggaran Dasar;
3. tanggal penetapan Pengadilan yang menyatakan perusahaan dibubarkan; atau
4. diketahuinya bahwa perusahaan tersebut nyata-nyata sudah Qdak melakukan
kegiatan usaha atau sudah dibubarkan, berdasarkan hasil pemeriksaan atau
berdasarkan data atau dokumen yang ada.
SAAT PAJAK TERUTANG PEYERAHAN BKP
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)
3. disepakaQ atau ditetapkannya pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan
setoran modal pengganQ saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5A yang
tertuang dalam perjanjian pengalihan Barang Kena Pajak untuk tujuan
setoran modal; atau
4. ditandatanganinya akta mengenai pengalihan Barang Kena Pajak untuk
tujuan setoran modal pengganB saham sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5A oleh notaris.
SAAT PAJAK TERUTANG Impor Barang Kena Pajak
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean terjadi pada saat:
1. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut
dinyatakan sebagai utang oleh pihak yang memanfaatkannya;
2. harga jual Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau pengganQan Jasa Kena Pajak
tersebut ditagih oleh pihak yang menyerahkannya; atau
3. harga perolehan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak tersebut
dibayar baik sebagian atau seluruhnya oleh pihak yang memanfaatkannya, yang terjadi
lebih dahulu
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean terjadi pada tanggal ditandatanganinya kontrak atau perjanjian, dalam hal saat terjadinya
Pemanfaatan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dan/atau Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean sebagaimana diatas Qdak diketahui
SAAT PAJAK TERUTANG EKSPOR
(Pasal 17 PP 1 Tahun 2012 sdtd PP 9 Tahun 2021)
Ø Ekspor Barang Kena Pajak Berwujud terjadi pada saat Barang Kena
Pajak dikeluarkan dari Daerah Pabean.
Ø Ekspor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud terjadi pada saat
PengganQan atas Barang Kena Pajak Tidak Berwujud yang diekspor
tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan.
Ø Ekspor Jasa Kena Pajak terjadi pada saat PengganQan atas jasa yang
diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau
penghasilan.
TEMPAT PAJAK TERUTANG (1)
Pemanfaatan BKP
Qdak berwujud • Ditempat Qnggal atau tempat kedudukan dan atau tempat
atau JKP dari luar kegiatan usaha
daerah pabean
TEMPAT PAJAK TERUTANG (2)
WP dapat mengajukan
permohonan
pemusatan pajak
terutang
PEMUSATAN PKP (1)
(PER - 11/PJ/2020)
Mulai berlaku 1 Juli 2020
Faktur Pajak
bukQ tagihan atas penyerahan BKP dan/atau JKP oleh perusahaan air
minum
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PAJAK (2) PJ/2021
Pemberitahuan Ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud dan dilampiri dengan invoice yang
merupakan satu kesatuan yang Qdak terpisahkan dengan Pemberitahuan Ekspor
JKP/BKP Tidak Berwujud, untuk ekspor JKP/BKP Tidak Berwujud
PIB yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri
dengan SSP dan surat penetapan tarif dan/atau nilai pabean, surat penetapan pabean, atau surat
penetapan kembali tarif dan/atau nilai pabean yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang Qdak terpisahkan dari PIB tersebut,
untuk impor BKP dalam hal terdapat penetapan kekurangan nilai PPN Impor oleh Direktorat Jenderal
Bea dan Cukai
surat penetapan pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan/atau Pajak atas barang kiriman
yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang
dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau bukQ pungutan pajak oleh Direktorat Jenderal Bea
dan Cukai
SSP untuk pembayaran PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud atau JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean, dengan melampirkan tagihan dan rincian berupa jenis dan nilai BKP Tidak
Berwujud atau JKP serta nama dan alamat penyedia BKP Tidak Berwujud atau JKP
bukQ pungut PPN atas pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau JKP dari luar Daerah Pabean di
dalam Daerah Pabean melalui Perdagangan Melalui Sistem Elektronik (PMSE) yang mencantumkan
nama dan NPWP atau Nomor Induk Kependudukan (NIK) pembeli, atau alamat posel (email) pembeli
yang terdarar pada administrasi Direktorat Jenderal Pajak, atau yang dilampiri dengan dokumen yang
membukQkan bahwa akun pembeli pada sistem elektronik pemungut PPN PMSE memuat nama dan
NPWP pembeli, atau alamat posel (email) pembeli yang terdarar pada administrasi Direktorat
Jenderal Pajak
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR
PAJAK (5) Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PJ/2021
SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran BKP milik Subjek Pajak Luar Negeri dari
Kawasan Berikat ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan
pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
SSP untuk pembayaran PPN atas pengeluaran dan/atau penyerahan BKP dan/atau JKP dari Kawasan
Perdagangan Bebas dan Pelabuhan Bebas ke Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang dilampiri dengan:
1) pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
2) invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP yang dilakukan tanpa melalui mekanisme pengeluaran BKP;
atau
3) invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud
Pemberitahuan Pabean Kawasan Ekonomi Khusus (PPKEK) yang mencantumkan idenQtas pemilik
barang berupa nama, alamat, dan NPWP, yang dilampiri dengan SSP, SSPCP, dan/atau bukQ pungutan
pajak oleh Direktorat Jenderal Bea dan Cukai yang mencantumkan idenQtas pemilik barang berupa
nama, alamat, dan NPWP, yang merupakan satu kesatuan yang Qdak terpisahkan dengan PPKEK
tersebut, untuk impor BKP ke Kawasan Ekonomi Khusus (KEK)
DOKUMEN TERTENTU SEBAGAI FAKTUR
PAJAK (6) Pasal 13 ayat 6 UU PPN jo PER - 16/
PJ/2021
SSP atas pelunasan PPN terkait dengan penyerahan BKP dan/atau JKP oleh Pelaku Usaha di KEK kepada
pembeli dan/atau penerima jasa yang berkedudukan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang pada
saat impor, pemanfaatan, atau perolehannya Qdak dipungut PPN yang dilampiri dengan:
1) pemberitahuan pabean untuk pengeluaran BKP;
2) invoice atau kontrak, untuk penyerahan BKP yang dilakukan tanpa melalui mekanisme pengeluaran
BKP; atau
3) invoice atau kontrak, untuk penyerahan JKP dan/atau BKP Tidak Berwujud
SSP atas pelunasan PPN terkait dengan pengeluaran barang yang bukan merupakan
penyerahan BKP oleh Pelaku Usaha di KEK kepada pembeli dan/atau penerima jasa yang
berkedudukan di Tempat Lain Dalam Daerah Pabean yang pada saat impor,
pemanfaatan, atau perolehannya Qdak dipungut PPN yang dilampiri dengan
Pemberitahuan Pabean untuk pengeluaran BKP; dan
Surat ketetapan pajak untuk menagih Pajak Masukan atas perolehan BKP dan/atau JKP, impor BKP, serta
pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dan/atau pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean
yang dilampiri dengan seluruh SSP atas pelunasan jumlah PPN yang masih harus dibayar berupa:
1) bukQ penerimaan negara sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai sistem
penerimaan negara secara elektronik;
2) bukQ pemindahbukuan yang telah ditandatangani oleh pejabat yang berwenang sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara pembayaran dan penyetoran pajak; dan/atau
3) Surat Perintah Pencairan Dana (SP2D) atau bukQ penerimaan negara sebagai bukQ kompensasi atas Utang
Pajak sebagaimana diatur dalam Peraturan Menteri Keuangan mengenai tata cara penghitungan dan
pengembalian kelebihan pembayaran pajak
DOKUMEN TERSEBUT HARUS MEMUAT
SEKURANG-KURANGNYA
Secara Umum
• Pada saat penyerahan
BKP dan atau JKP
Penerimaan
pembayaran terjadi
sebelum • Pada saat penerimaan
penyerahan BKP
dan/atau sebelum pembayaran
penyerahan JKP
SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK
Penyerahan kepada
• Paling lambat pada saat PKP Rekanan
Pemungut PPN
menyampaikan tagihan kepada
(Bendahara
Pemungut PPN (Bendahara Pemerintah)
Pemerintah)
Menggambarkan keadaan
c Jenis BKP/JKP BKP/ JKP sebenarnya
Keterangan
FP Lengkap
Meminta Tata cara ditentukan
f Nomor Seri FP
ke DJP oleh DJP
• Secara :
§ Lengkap,
Faktur Pajak § Jelas, dan
§ Benar
wajib diisi :
• Serta Ditandatangani
• oleh PKP atau pejabat/pegawai yg
ditunjuk oleh PKP
Keterangan Lain
• Dalam hal diperlukan, PKP dapat menambahkan keterangan lain dalam Faktur Pajak
selain keterangan minimal yang harus tercantum dalam FP.
. - .
Nomor Seri
Kode
transaksi
- 13 digit
- Ditentukan oleh sistem DJP, termasuk
Kode kode tahun akan dicreate oleh sistem
Status DJP dan kode cabang dihapus.
Kode '02' atau '03' : Penyerahan yg dipungut oleh Pemungut PPN, termasuk atas penyerahan
dalam kategori:
Atas penyerahan kepada Pemungut PPN, PPN yang terutang dikecualikan dari pemungutan
oleh Pemungut PPN, maka kode transaksi yg digunakan mengacu pada ketentuan umum
Penyerahan yang mendapat fasilitas PPN tetap menggunakan Kode Transaksi '07' atau '08',
termasuk penyerahan kepada Pemungut PPN.
Penggunaan Kode Status
PKP yg menerbitkan Faktur Pajak setelah melewaB batas waktu dari saat
pembuatan FP dikenakan sanksi administrasi Pasal 14 ayat (4) UU KUP = 1% x
DPP.
PKP yg menerbitkan Faktur Pajak setelah melewaB jangka waktu 3 (Bga) bulan
sejak saat Faktur Pajak seharusnya dibuat sebagaimana dimaksud dalam Pasal
2 dianggap Bdak menerbitkan Faktur Pajak.
• PM Bdak dapat dikreditkan oleh PKP Pembeli BKP atau Penerima JKP
u Permohonan Pengukuhan
PKP
v
§ Password dikirim ke email
§ Input Passphrase
Instalasi e-Faktur
x
§ Aktivasi Sertifikat Digital
w
§ Mendapat Sertifikat
Digital
§ Download/Copy/Install
Penelitian Lapangan eFaktur
(petugas cek lokasi WP)
Kelengkapan Permohonan Sertifikat
Digital
P
£
No Nama Dokumen No Nama Dokumen
Dalam hal nama Pengurus tidak tercantum dalam
1 Formulir Surat Permintaan Sertifikat Elektronik SPT Tahunan PPh Badan:
Persyaratan Surat Permintaan Sertifikat 10 Asli Surat Pengangkatan Pengurus
Elektronik: 11 Asli Akta Pendirian Perusahaan
2 Asli SPT Tahunan PPh Badan Asli Penunjukan sebagai BUT/Permanent
12
Asli bukti penerimaan surat/tanda terima Establishment dari perusahaan induk di luar negeri
3
pelaporan SPT Tahunan PPh Badan 13 Fotocopy Surat Pengangkatan Pengurus
4 Asli KTP/Paspor/KITAS/KITAP*) Pengurus 14 Fotocopy Akta Pendirian Perusahaan
Fotocopy Penunjukan sebagai BUT/Permanent
5 Fotocopy KTP/Paspor/KITAS/KITAP*) Pengurus 15
Establishment dari perusahaan induk di luar negeri
6 Asli Kartu Keluarga Pengurus Dalam hal pemohon adalah PKP cabang:
7 Fotocopy Kartu Keluarga Pengurus 16 Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan pusat
8 Softcopy pas foto terbaru Pengurus Asli penunjukan dari pengurus pusat untuk PKP
17
cabang
Nama Pengurus tercantum dalam SPT Tahunan
9 Fotocopy penunjukan dari pengurus pusat untuk PKP
PPh Badan 18
cabang
Dalam hal pemohon adalah PKP bentuk kerja sama
operasi:
Fotocopy SPT Tahunan PPh Badan anggota bentuk
19
kerja sama operasi
20 Asli akta kerja sama operasi
21 Fotocopy akta kerja sama operasi
Pembuatan
Faktur Pajak
1. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak yang menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak;
2. nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak pembeli Barang Kena
Pajak atau penerima Jasa Kena Pajak; diganti dengan identitas
berupa nama, alamat, NPWP, NIK, Paspor untuk subjek pajak luar
negeri OP, nama alamat untuk subjek pajak luar negeri badan, dan
bukan subjek pajak sesuai Pasal 3 UU PPh
3. jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan
potongan harga;
4. Pajak Pertambahan Nilai yang dipungut;
5. Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang dipungut;
6. kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7. nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur (berupa
tanda tangan elektronik)
e-Faktur Pembeli
tak ber-NPWP diganti
dengan NIK
Rekam e-Faktur
Pembeli tak ber-NPWP
136
BKP
137
BKP
138
JKP
139
JKP
140
Retur Penjualan
Pengembalian Barang Kena Pajak dianggap Qdak
terjadi dalam hal Barang Kena Pajak yang
dikembalikan diganQ dengan Barang Kena Pajak
yang sama, baik dalam jumlah fisik, jenis maupun
harganya
141
Nota Retur
Paling Sedikit memuat :
1. Nomor urut nota retur;
2. Nomor, kode seri, dan tanggal Faktur Pajak dari Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
3. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Pembeli;
4. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Penjual;
5. Jenis barang, jumlah harga jual Barang Kena Pajak yang dikembalikan;
6. Pajak Pertambahan Nilai atas Barang Kena Pajak yang dikembalikan, atau Pajak Pertambahan Nilai
dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah atas Barang Kena Pajak yang tergolong mewah yang
dikembalikan;
7. Tanggal pembuatan nota retur;
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota retur
142
Bentuk Nota Retur
143
Nota Pembatalan
Paling Sedikit memuat :
1. Nomor nota pembatalan;
2. Nomor, kode seri dan tanggal Faktur Pajak dari Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
3. Nama, alamat, dan Nomor Pokok Wajib Pajak Penerima Jasa;
4. Nama, alamat, Nomor Pokok Wajib Pajak Pengusaha Kena Pajak Pemberi Jasa Kena Pajak;
5. Jenis jasa dan jumlah pengganQan Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
6. Pajak Pertambahan Nilai atas Jasa Kena Pajak yang dibatalkan;
7. Tanggal pembuatan nota pembatalan; dan
8. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani nota pembatalan
144
Bentuk Nota Pembatalan
145
MEKANISME PPN
Mekanisme PPN ?
Pengkreditan ?
PK ?? PM ??
Pusiingg……!!!
MEKANISME PPN
Mekanisme
Umum
Mekanisme
Khusus
PK Vs PM = KB/LB/N
A Pembelian Rp 100
B Penjualan Rp 120
PPN (PK) Rp 12
C
PPN (PM) Rp 10
Total Rp 110 Total Rp 132
PK Rp 12
PM Rp 10
KB/LB/N ???
PAJAK MASUKAN
Syarat Formal
• Diisi secara lengkap, jelas, benar dan ditandatangani
Pasal 73, 74 PMK
oleh pihak yang ditunjuk oleh PKP 18 Tahun 2021
Pasal 13
ayat 9 UU Syarat Material
PPN
• B e r i s i k e t e r a n g a n y a n g s e b e n a r n y a a t a u
s e s u n g g u h n y a m e n g e n a i t r a n s a k s i y a n g
bersangkutan (Arus Uang dapat dibukQkan, arus
barang kena pajak dapat dibukQkan)
PRINSIP DASAR (1)
(Pasal 9 UU PPN)
PKP Tertentu:
- PKP yang melakukan ekspor BKP, BKP tdk berwujud, JKP
- PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP kepada pemungut PPN
- PKP yang melakukan penyerahan BKP/JKP yang PPN nya tidak dipungut
PRINSIP DASAR (3)
(Pasal 9 ayat 5 UU PPN)
PMK-78/2010
PENGKREDITAN MASA
TIDAK SAMA
Perolehan BKP atau JKP yang faktur pajak Contoh Kode transaksi
standarnya Bdak memenuhi syarat pembuatan
faktur pajak (mengacu Pasal 13 ayat 5 UU PPN - faktur pajak salah
PER-24/PJ/2012)
PM YANG TIDAK DAPAT
DIKREDITKAN (3)
Pada saat PKP tersebut membeli BKP atau JKP dari PKP
lain, juga membayar pajak yang terutang (Pajak
Masukan)
Pemberian Cuma-Cuma
Untuk Tujuan ProdukQf belum merupakan penyerahan sehingga belum
terutang PPN
Pemberian Cuma-Cuma
Tujuan ProdukBf
pemakaian BKP/JKP yang nyata-nyata digunakan untuk kegiatan produksi
selanjutnya atau untuk kegiatan yang mempunyai hubungan langsung
dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang melipuQ
kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen,
Perlakuan PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan produkQf Qdak dilakukan pemungutan
PPN atau PPnBM, kecuali pemakaian sendiri digunakan untuk penyerahan
yang Qdak terutang PPN, atau mendapatkan fasilitas PPN dibebaskan
Pemakaian Sendiri dan Pasal 5 PP 1 Tahun 2012
Pemberian Cuma-Cuma
Tujuan KonsumBf
Pemakaian BKP/JKP yang Qdak ada kaitan dengan kegiatan produksi
selanjutnya atau untuk kegiatan yang Qdak mempunyai hubungan
langsung dengan kegiatan usaha Pengusaha yang bersangkutan, yang
melipuQ kegiatan produksi, distribusi, pemasaran, dan manajemen
Perlakuan PPN
Pemakaian sendiri untuk tujuan konsumQf harus dipungut PPN dan PPN
nya pasQ Qdak dapat dikreditkan karena Qdak berhubungan dengan
kegiatan usaha.
CONTOH PEMAKAIAN SENDIRI BARANG KENA PAJAK (1)
PEDOMAN
MENGGUNAKAN PENGKREDITRAN
NORMA PAJAK MASUKAN
PENGHITUNGAN (78/KMK.03/2010)
PENGHASILAN NETO
PM =60% X PK
(Utk. Penyerahan JKP)
TIDAK
MENGGUNAKAN NORMA PEDOMAN
PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PM
PENGHASILAN TIDAK BERLAKU
NETTO
MEKANISME BIASA
PK - PM
BESARNYA PAJAK MASUKAN YANG DAPAT DIKREDITKAN
OLEH PENGUSAHA KENA PAJAK YANG MELAKUKAN KEGIATAN
USAHA TERTENTU DIHITUNG DENGAN MENGGUNAKAN
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
(Ps. 9(7a) UU PPN Jo PMK-79/PMK.03/2010 jo 30/PMK.03/2014)
173
PEDOMAN PENGHITUNGAN PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN
UU PPN Pasal 9 ayat 7, 7a dan 7b
Peredaran Usaha
Melakukan Kegiatan
Tidak Melebihi Jumlah
Usaha Tertentu
tertentu
• Tidak melebihi Rp 1,8 • Penyerahan
M Kendaraan Bermotor
• Dapat Bekas Secara Eceran
• JKP: PM= 60% PK • Wajib
• BKP: PM= 70% PK • KB: PM =90%
PMK-78/PMK.03/2010 Perubahan
Terakhir PMK-135/PMK.011/2014
TENTANG
PEDOMAN PENGHITUNGAN
PENGKREDITAN PAJAK MASUKAN BAGI PENGUSAHA
KENA PAJAK YANG MELAKUKAN PENYERAHAN YANG
TERUTANG PAJAK DAN PENYERAHAN YANG TIDAK
TERUTANG PAJAK
Peraturan Menteri Keuangan ini mulai berlaku pada
tanggal 1 April 2010.
175
Pengusaha Kena Pajak yang
melakukan kegiatan:
1. usaha terpadu (integrated), terdiri dari:
a. unit atau kegiatan yang melakukan Penyerahan yang Terutang Pajak; dan
b. unit atau kegiatan lain yang melakukan Penyerahan yang Tidak Terutang
Pajak;
2. usaha yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang Qdak
terutang pajak;
3. usaha untuk menghasilkan, memperdagangkan barang, dan
usaha jasa yang atas penyerahannya terutang pajak dan yang
Qdak terutang pajak; atau
4. usaha yang atas penyerahannya sebagian terutang pajak dan
sebagian lainnya Qdak terutang pajak,
sedangkan Pajak Masukan untuk Penyerahan yang Terutang
Pajak Qdak dapat diketahui dengan pasQ, jumlah Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan untuk Penyerahan yang
Terutang Pajak dihitung dengan menggunakan pedoman
penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan. 176
Pengkreditan PM pada saat
Perolehan BKP/JKP
PKP yang melakukan kegiatan usaha yang penyerahannya terutang pajak & Qdak
terutang pajak, sedangkan PM untuk Penyerahan yang Terutang Pajak Qdak dapat
diketahui dengan pasQ, jumlah PM yang dapat dikreditkan dihitung dengan
menggunakan pedoman penghitungan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan,
yaitu:
P = PM x Z
dengan ketentuan:
P jumlah PM yang dapat dikreditkan;
PM jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP;
Z persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap penyerahan seluruhnya.
Penghitungan Kembali Pajak Masukan Yang
3. Muatan Pasal
Dapat Dikreditkan
a. P’ = (PM/T) x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya > 1 tahun.
b. P’ = PM x Z’, u/ BKP & JKP yang masa manfaatnya < 1 tahun.
dengan ketentuan:
P’ adalah jumlah PM yang dapat dikreditkan dalam 1 (satu) tahun buku;
PM adalah jumlah PM atas perolehan BKP dan/atau JKP.
T adalah masa manfaat BKP dan/atau JKP yang ditentukan sebagai berikut:
- untuk BKP berupa tanah dan bangunan adalah 10 (sepuluh) tahun;
- untuk BKP, selain tanah dan bangunan, dan JKP adalah 4 (empat) tahun;
Z' adalah persentase yang sebanding dengan jumlah Penyerahan yang Terutang Pajak
terhadap seluruh penyerahan dalam 1 (satu) tahun buku;
KETENTUAN PENTING
Pasal 5
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan dari hasil penghitungan kembali
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4, diperhitungkan dengan Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan pada suatu Masa Pajak, paling lama pada
bulan keBga setelah berakhirnya tahun buku.
Pasal 6
Penghitungan kembali Pajak Masukan yang dapat dikreditkan sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 dan Pasal 5 Qdak perlu dilakukan dalam hal masa
manfaat Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 ayat (2) huruf a telah berakhir.
179
Pedoman Penghitungan PM yang lain
Orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun sendiri wajib melaporkan penyetoran
PPN kepada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut dengan
mempergunakan SSP lembar Ke-3 paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
Contoh.......
• tanggal 15 Januari 2013, Tuan Hanif mulai membangun sendiri sebuah
bangunan untuk tempat Qnggal dengan luas bangunan 350m2. Biaya yang
dikeluarkan selama bulan Januari 2013 adalah:
• Pembelian material bangunan = Rp 110.000.000,- termasuk PPN Rp
10.000.000,-
• Ongkos tukang Rp 5.000.000,-
• PPN terutang = 10% x 20% x (Rp 110.000.000,- + Rp
5.000.000,-)
= 2.300.000,-
Contoh...........
¡ PPN terutang sebesar Rp 2.300.000,- disetor dengan menggunakan SSP
paling lambat tanggal 15 Februari 2013. Kolom idenQtas dalam SSP diisi
dengan idenQtas Tuan Hanif. Apabila Tn.Hanif mempunyai NPWP
09.567.897.0-043.000, tetapi rumah dibangun di wilayah sunter
dengan kode KPP 045, maka kolom NPWP dalam SSP diisi dengan
angka 0 (nol) pada 9 digit pertama dan dengan kode KPP 045
(00.000.000.0-045.000), Kemudian yang menandatangani SSP adalah
Tn.Hanif selaku pihak yang melakukan kegiatan membangun sendiri.
KMS secara Jabatan
• Dalam hal orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan
membangun sendiri Qdak atau kurang menyetorkan ke Kas Negara
atas Pajak Pertambahan Nilai terutang, maka Direktorat Jenderal
Pajak dapat menerbitkan Surat Ketetapan Pajak Kurang Bayar
berdasarkan hasil pemeriksaan
KMS secara Jabatan
• Dalam hal berdasarkan hasil pemeriksaan, orang pribadi atau badan yang melakukan kegiatan membangun
sendiri memberikan data atau bukQ pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan, namun Qdak benar atau Qdak lengkap, sehingga:
a. jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih rendah dari
nilai terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan
dihitung berdasarkan data nilai terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN) tersebut;
atau
b. jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk membangun bangunan lebih Qnggi dari nilai
terendah data Harga Satuan Bangunan Gedung Negara (HSBGN), maka penetapan secara jabatan dihitung
berdasarkan data atau bukQ pendukung biaya yang dikeluarkan dan/atau yang dibayarkan untuk
membangun bangunan.
KMS secara Jabatan
Barang/Jasa
Non-BKP dan
BKP dan JKP Non-JKP
Tidak
Kena PPN Dibebaskan Tidak Kena PPN
Dipungut
Fasilitas di Bidang PPN (Pasal 16B UU PPN)
Pajak Masukan atas perolehannya dapat Pajak Masukan atas perolehannya tidak
dikreditkan dapat dikreditkan
1 Fasilitas PPN di Kawasan Berikat Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP
1
Tertentu
Proyek Pemerintah yang dananya berasal dari
2
hibah/bantuan luar negeri Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu yang
2
bersifat Strategis
3 Impor dan atau penyerahan BKP Tertentu/JKP
Tertentu
3 Fasilitas PPN di Kawasan Bebas
(Batam, Bintan, Karimun, Sabang)
4 Fasilitas PPN ke Kawasan Bebas
(Batam, Bintan, Karimun, Sabang)
KAWASAN BERIKAT
PMK Nomor 147/PMK.04/2011 stdtd PMK Nomor 131/PMK.04/2018 dan
PMK-65/PMK.04/2021
Tempat Penimbunan Berikat
Untuk menimbun
barang dengan tujuan tertentu
Dengan mendapatkan
penangguhan Bea Masuk
KAWASAN BERIKAT
Hasilnya terutama
utk diekspor
k e g i a t a n m e n g g a b u n g k a n d a n / a t a u
Kegiatan menggenapi barang Hasil Produksi Kawasan
Penggabungan Berikat yang bersangkutan sebagai produk
utama dengan barang jadi
Barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang
dimasukkan ke Kawasan Berikat dari :
• tempat lain dalam daerah pabean;
• Tempat Penimbunan Berikat lainnya;
• Kawasan Bebas;
• kawasan ekonomi khusus; dan/atau
• kawasan ekonomi lainnya yang ditetapkan oleh Pemerintah
diberikan pembebasan Cukai dan/atau Ldak dipungut PPN atau
PPN dan PPnBM.
ASPEK KEPABEANAN, CUKAI DAN PAJAK ATAS BARANG
DARI TLDDP
(Pasal 21 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)
BC 4.0 Pemasukan barang asal Tempat Lain Dalam Daerah Pabean ke TPB
Disampaikan
oleh
Penyelenggara/ Pengusaha TPB
Kantor
Pengawas Jalur SPJM
Merah
PeneliQan kelengkapan &
kebenaran pengisian BC 4.0
PeneliQan
SKP/Pejabat
Sesuai
Jalur Hijau SPPB
Tidak
Sesuai
NPP
SPJM : Surat Pemberitahuan Jalur Merah NOPEN : Nomor & Tgl Pendararan
SPPB : Surat Persetujuan Pemasukan Barang NPP : Nota Pemberitahuan Penolakan
PENGELUARAN BARANG DARI KAWASAN BERIKAT
(Pasal 23 PMK Nomor 131/PMK.04/2018)
• Apabila Barang yang dikeluarkan berasal dari luar daerah pabean dengan tujuan
diimpor untuk dipakai maka Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib melunasi
Bea Masuk, Cukai, dan PDRI
• PDRI yang dilunasi yang dilampiri dengan dokumen kepabeanan, dapat dikreditkan
• Atas penyerahan barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean
dengan tujuan diimpor untuk, Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib
membuat faktur pajak dan memungut PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
• Atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat selain penyerahan barang Sesuai
Pasal 23 (2) PMK 131/PMK.04/2018 Qdak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM
• Dalam hal barang yang dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam
daerah pabean berupa sisa pengemas dan limbah, Pengusaha Kawasan Berikat
atau PDKB dikecualikan dari kewajiban membayar Bea Masuk, Cukai dan/atau PDRI
PENGELUARAN BARANG DARI KAWASAN BERIKAT UNTUK BARANG YANG BERASAL
DARI TLDDP
• Apabila Barang yang dikeluarkan berasal dari tempat lain dalam daerah pabean
dikeluarkan ke tempat lain dalam daerah pabean dan merupakan penyerahan
barang kena pajak, Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib melunasi PPN
atau PPN dan PPnBM yang pada saat pemasukannya Qdak dipungut.
• Pelunasan PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan dengan menggunakan surat
setoran pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran
pajak berupa bukQ penerimaan negara sesuai dengan ketentuan yang mengatur
mengenai surat setoran pajak
• PPN atau PPN dan PPnBM yang dilunasi menggunakan surat setoran pajak atau
sarana administrasi lain yang disamakan dengan surat setoran pajak berupa bukQ
penerimaan negara yang dilampiri dengan dokumen kepabeanan, dapat
dikreditkan
• Atas penyerahan barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam
daerah ,Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib membuat faktur pajak dan
memungut PPN atau PPN dan PPnBM sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan
• Atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat selain penyerahan barang Sesuai
Pasal 23 (2) PMK 131/PMK.04/2018 Qdak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM
Pemberitahuan Pabean BC 4.1
Disampaikan
oleh
Penyelenggara/ Pengusaha TPB untuk seQap pengeluaran barang
Kantor
Pengawas Jalur SPJM
Merah
PeneliQan kelengkapan &
kebenaran pengisian BC 4.1
PeneliQan
SKP/Pejabat
Sesuai
Jalur Hijau SPPB
Tidak
Sesuai
NPP
SPJM : Surat Pemberitahuan Jalur Merah NOPEN : Nomor & Tgl Pendararan
SPPB : Surat Persetujuan Pengeluaran Barang NPP : Nota Pemberitahuan Penolakan
Dasar Perhitungan BM, CUKAI dan PDRI
Dasar yang digunakan untuk menghitung besarnya pengenaan Bea Masuk, Cukai, dan
PDRI atas pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah
pabean yaitu sebagai berikut :
Bea Masuk dihitung berdasarkan:
1. nilai pabean sesuai dengan harga jual pada saat pengeluaran barang dari
Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean;
2. klasifikasi barang yang dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam
daerah pabean; dan
3. pembebanan pada saat pemberitahuan pabean impor untuk dipakai
didararkan.
Cukai dihitung berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang Cukai.
PDRI dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat pengeluaran barang dari
Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean
Skema Fasilitas PPN di Kawasan Berikat (1)
X Co. Y Co
Impor BKP mendapat fasilitas PPN
Qdak dipungut
Pengusaha PKP di
Kawasan
Berikat
TLDDP
Pembelian BKP mendapat
fasilitas PPN Bdak dipungut
PK 0 PK 0
PM 0 PM 8
Nihil 0 LB 8 àresBtusi
KETENTUAN
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI
DI KAWASAN BERIKAT
DASAR HUKUM
PPN tidak dipungut atas impor atau penyerahan Barang Kena Pajak
A kepada Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB, yang dimasukkan ke
Kawasan Berikat.
PPN tidak dipungut atas impor atau penyerahan Barang Kena Pajak
B kepada Subjek Pajak Luar Negeri, yang barang tersebut dimasukkan ke
Kawasan Berikat untuk diolah lebih lanjut untuk selanjutnya diekspor.
Barang milik Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
Luar Daerah Luar Daerah
BC 2.3
Pabean 1 BC 3.0
4 Pabean
PD
TPB, KPBPB, KEK, KB TPB, KPBPB, KEK,
Kawasan Lainnya 2 5 dll
BC 2.7 /
BC 2.7 / BC 4.0 /
BC 4.0 BC 2.5
Kawasan Berikat
TLDDP 3 BC 4.0 6 TLDDP
BC 2.5
BC 4.1
a. Bahan baku, bahan penolong, pengemas dan alat bantu a. b u k a n b a r a n g u n t u k
pengemas, barang contoh, Barang Modal, bahan bakar, dikonsumsi di Kawasan
peralatan perkantoran, dan/atau untuk keperluan peneliQan Berikat; dan
dan pengembangan perusahaan pada Kawasan Berikat; b. berkaitan dengan kegiatan
b. Barang jadi maupun setengah jadi untuk digabungkan dengan produksi.
Hasil Produksi;
c. Barang yang dimasukkan kembali dari kegiatan pengeluaran
sementara;
d. Hasil Produksi yang dimasukkan kembali; dan/atau
e. Hasil Produksi Kawasan Berikat lain.
Barang milik Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
1 • Diberikan penangguhan Bea Masuk;
Luar Daerah
• Diberikan pembebasan Cukai; dan/atau
Pabean
Fasilitas Perpajakan
Kewajiban Pengusaha Kena Pajak yang menyerahkan barang Dalam hal pemasukan barang:
a. b u k a n m e r u p a k a n
a. Membuat Faktur Pajak, yang dibukQkan dengan dokumen persetujuan pemasukan barang
penyerahan Barang
ke Kawasan Berikat yang dimiliki oleh Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB sebelum
Kena Pajak, dan/atau
menerbitkan Faktur Pajak.
b. berasal dari bukan
b. Tidak dapat menggunakan Faktur Pajak gabungan.
Pengusaha Kena Pajak,
c. Menyimpan dan memelihara dengan baik buku, catatan, dan dokumen terkait pemasukan
Qdak terutang PPN dan Qdak
barang ke Kawasan Berikat
dibuatkan Faktur Pajak.
Barang milik Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
4 Luar Daerah
Dikenakan PPN 0% atas ekspor Pabean
Perlakuan Perpajakan
5
• Dikenakan PPN TPB, KPBPB,
Kawasa • Fasilitas PPN diberikan sesuai fasilitas PPN KEK, Kawasan
n pada tujuan barang Lainnya
*) Dalam hal pengeluaran barang bukan merupakan penyerahan Barang Kena Pajak, Qdak terutang PPN dan Qdak
dibuatkan Faktur Pajak.
*) PPN atau PPN dan PPnBM terutang pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Berikat.
Barang milik Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB
**) Pelunasan kembali PPN yang pada saat pemasukannya mendapatkan
fasilitas
Terutang pada saat pengeluaran. PDKB
Dasar Penghitungan:
Barang asal Luar • PDRI dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke
Daerah Pabean tempat lain dalam daerah pabean; atau
• PDRI dihitung berdasarkan nilai impor dan tarif yang berlaku pada saat barang impor dimasukkan ke
Kawasan Berikat, jika Pengusaha KB atau PDKB memiliki konversi.
Barang asal TLDDP PPN atau PPN dan PPnBM dihitung berdasarkan harga jual yang berlaku dan tarif pada saat barang
dikeluarkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean.
MAP : 411211 (PPN Dalam Negeri) KJS: 121
PDRI dan/atau PPN yang dilunasi dapat dikreditkan oleh PDKB pada masa pajak dilakukannya
pengeluaran.
Mengakomodasi penyerahan barang milik SPLN
PMK-131/PMK.04/2018 Perubahan di PMK-65/PMK.04/2021
SPLN SPLN
S P L N m e m b e l i S P L N m e m b e l i
b a r a n g k e K B / b a r a n g k e K B /
TLDDP & meminta TLDDP & meminta
barang dikirim ke barang dikirim ke
K B B u n t u k K B B u n t u k
diproduksi sebelum diproduksi sebelum
diekspor diekspor
KB B KB B
K B A / T L D D P K B A / T L D D P
m e n g i r i m k a n m e n g i r i m k a n
barang milik SPLN barang milik SPLN
k e K B B u n t u k k e K B B u n t u k
diolah lebih lanjut diolah lebih lanjut
KB A sebelum diekspor KB A sebelum diekspor
KB B mengekspor / KB B mengekspor /
mengirim barang mengirim barang
WP TLDDP milik SPLN ke luar WP TLDDP milik SPLN ke luar
Daerah Pabean Daerah Pabean
• Penyerahan barang dari KB A/WP TLDDP kepada SPLN terutang PPN. Transaksi pembelian barang oleh SPLN dari KB A/TLDDP (angka 1) terutang
• Transaksi pembelian barang oleh SPLN dari KB A/WP TLDDP (sebagaimana
PPN dan mendapatkan fasilitas PPN Qdak dipungut, sepanjang barang yang
angka 1) terutang PPN dan tidak mendapatkan fasilitas PPN tidak dipungut,
karena SPLN sebagai pembeli barang bukan merupakan Kawasan Berikat dan dibeli tersebut merupakan bahan baku yang dimasukkan ke KB B untuk
tidak bisa memanfaatkan fasilitas Kawasan Berikat. diolah lebih lanjut (angka 2). SPLN masih dapat memanfaatkan PPN Qdak
• Faktur Pajak diterbitkan dari penjual kepada SPLN sebagai pembeli. dipungut sepanjang BKP Qdak keluar dari KB ke TLDDP.
Barang milik Subjek Pajak Luar Negeri
SPLN membeli barang dan meminta barang dikirim ke KB untuk diolah
atau digabungkan sebelum diekspor
SPLN
Kawasan Berikat
TLDDP 3 6 TLDDP
5
• Dikenakan PPN TPB, KPBPB,
• Fasilitas PPN diberikan sesuai fasilitas PPN KEK, Kawasan
Kawasan pada tujuan barang Lainnya
Berikat
6
• Dikenakan PPN*; dan
• Melunasi kembali PPN yang pada saat TLDDP
pemasukannya mendapatkan fasilitas**.
*) PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang harus dipungut dan disetor ke kas negara oleh
WP yang menerima barang, sebelum pendararan dokumen pemberitahuan pabean
pengeluaran barang, dengan menggunakan surat setoran pajak.
*) Surat setoran pajak yang telah disetor yang dilampiri dengan pemberitahuan pabean
dapat dikreditkan oleh WP yang menerima barang.
Barang milik Subjek Pajak Luar Negeri
**) Pelunasan kembali PPN yang pada saat pemasukannya mendapatkan
fasilitas
menggunakan surat setoran pajak atau sarana PDKB
administrasi lain yang disamakan dengan surat
setoran pajak.
MAP : 411211 (PPN Dalam Negeri) KJS: 122 Kawasan Berikat TLDDP
Saat Terutang :
Barang asal Luar Daerah Pabean Terutang pada saat pengeluaran.
PPN atau PPN dan PPnBM dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat
pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean.
PDRI dan/atau PPN yang dilunasi Bdak dapat dikreditkan.
PERUBAHAN KEWAJIBAN PENGUSAHA KAWASAN BERIKAT ATAU PDKB
*) Pasal 15
IT Inventory yang dapat diakses untuk IT Inventory yang dapat diakses untuk kepentingan
kepentingan pemeriksaan oleh Direktorat pemeriksaan dan/atau pengawasan pemenuhan
Jenderal Bea dan Cukai serta Direktorat kewajiban perpajakan oleh Direktorat Jenderal Bea dan
Jenderal Pajak Cukai serta Direktorat Jenderal Pajak
Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB Pengusaha Kawasan Berikat atau PDKB wajib
wajib melaksanakan pencacahan (stock melaksanakan pencacahan (stock opname) terhadap
opname) oleh terhadap barang-barang yang barang-barang yang mendapat fasilitas kepabeanan,
mendapat fasilitas kepabeanan, Cukai, dan Cukai, dan perpajakan, dengan pengawasan dari Kantor
perpajakan, dengan pengawasan dari Kantor Pabean yang mengawasi, paling sedikit 1 (satu) kali
Pabean yang mengawasi, paling sedikit 1 dalam waktu 1 (satu) tahun, serta menyampaikan
(satu) kali dalam waktu 1 (satu) tahun. laporan hasil pencacahan (stock opname) paling lambat
2 (dua) bulan setelah pelaksanaan pencacahan (stock
opname), kepada Kepala Kantor Pelayanan Pajak tempat
SPT Masa PPN dilaporkan
Ketentuan bagi WP yang Pemusatan PPN
ng
Caba
P usat
Pengeluaran Barang dari Kawasan Berikat (pusat) ke TLDDP (cabang), atau sebaliknya, Pengusaha Kawasan
Berikat atau PDKB wajib melunasi PPN yang pada saat pemasukannya mendapatkan fasilitas Qdak dipungut.
Dasar Penghitungan
• PDRI dihitung berdasarkan harga jual dan tarif pada saat pengeluaran barang dari Kawasan Berikat ke
Barang asal Luar tempat lain dalam daerah pabean; atau
Daerah Pabean • PDRI dihitung berdasarkan nilai impor dan tarif yang berlaku pada saat barang impor dimasukkan ke
Kawasan Berikat, jika Pengusaha KB atau PDKB memiliki konversi.
PPN atau PPN dan PPnBM dihitung berdasarkan harga jual yang berlaku dan tarif pada saat barang
Barang asal TLDDP
dimasukkan dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean.
PDRI dan/atau PPN yang dilunasi dapat dikreditkan pada Masa Pajak dilakukannya pengeluaran barang.
Ketentuan Pengeluaran Barang Modal
Barang
4
Modal
Tahun
Kawasan Berikat TLDDP
Atas pengeluaran Barang Modal yang berasal dari impor yang belum diselesaikan kewajiban
pembayaran Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dari Kawasan Berikat ke tempat lain dalam daerah pabean,
dibebaskan dari kewajiban membayar Bea Masuk, Cukai, dan PDRI dalam hal Barang Modal telah
dimasukkan ke Kawasan Berikat selama lebih dari 4 (empat) tahun.
Atas pengeluaran Barang Modal yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean, dikecualikan
dari kewajiban melunasi PPN atau PPN dan PPnBM yang pada saat pemasukannya Qdak dipungut,
dalam hal Barang Modal telah dimasukkan ke Kawasan Berikat selama lebih dari 4 (empat) tahun.
U
BAR
X Penyelesaian barang pada saat pencabutan izin KB
Penyelesaian atas barang yang berasal dari luar daerah pabean yang masih terutang atau masih menjadi tanggung jawab
Kawasan Berikat yang telah dicabut izinnya, berupa:
a. diekspor kembali;
b. diselesaikan kewajiban pabean dengan membayar Bea Masuk, Cukai, dan/atau PDRI sepanjang telah memenuhi
ketentuan kepabeanan di bidang impor dan Cukai; dan/atau
c. dipindahtangankan ke Tempat Penimbunan Berikat lainnya,
dalam waktu paling lama 30 (Qga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencabutan izin
Penyelesaian atas barang yang berasal dari tempat lain dalam daerah pabean yang masih tersisa pada Kawasan Berikat
yang telah dicabut izinnya, berupa:
a. diekspor;
b. dipindahtangankan ke Tempat Penimbunan Berikat lainnya; dan/atau
c. dilunasi PPN atau PPN dan PPnBM yang pada saat pemasukannya Qdak dipungut,
dalam waktu paling lambat 30 (Qga puluh) hari terhitung sejak tanggal pencabutan izin.
Penghitungan besarnya pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM dilakukan berdasarkan nilai persediaan yang masih tersisa
pada saat pencabutan izin dikurangi dengan nilai persediaan atas barang yang telah diekspor dan/atau dipindahtangankan
ke Tempat Penimbunan Berikat lainnya
HIBAH LUAR NEGERI
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI
FP FP
BKP/JKP
SUBKONTRAKTOR KONTRAKTOR
KONSULTAN BKP/JKP
UTAMA PEMERINTAH
PEMASOK
FP dibubuhi cap :
PPN PPN & PPnBM
TDK DIPUNGUT
SESUAI PP NO. 42
TAHUN1995
PM YANG
DAPAT
DIKREDITKAN DASAR HUKUM & JUKLAK
PP No.42/1995 s]d PP 25/2001 jo Kepmenkeu
No.239/KMK.04/1995 s]d KMK-486/KMK.04/2000, 1- 4- 1995 ;
SE-19/PJ.53/1996, 4 - 6 - 1996
(SERI PPN 34-95)
236
PPN ATAS PROYEK MILIK PEMERINTAH
YANG DANANYA BERASAL DARI BANTUAN LUAR NEGERI DANA PENDAMPING APBN
PROYEK PEMERINTAH
YG DANANYA DARI BANTUAN LUAR NEGERI
DAN DANA PENDAMPING APBN/APBD/DANA LAIN
(Kepmenkeu Nomor 239/KMK.01/1996 sld KMK-486/KMK.04/2000, 1-4-1996)
• Memperkuat pengawasan
fasilitas perpajakan di KPBPB
dengan administrasi PPN yang
sederhana
BK
Penyerahan BKP
P
oleh Pengusaha di
TLDDP, Pengusaha
TLDD TP KE
TPB, dan pelaku
P B K
usaha di KEK
kepada Pengusaha
di KPBPB
Penyerahan BKP oleh Pengusaha di TLDDP, Pengusaha TPB,
dan
pelaku usaha di KEK kepada Pengusaha di KPBPB
TIDAK
DIPUNGUT PPN
*) Tidak berlaku untuk penyerahan BKP berwujud yang telah dilunasi PPN dengan menggunakan stiker lunas PPN dan BBM
bersubsidi.
• Pasal 3 ayat
1-2
Syarat pemberian fasilitas bdak dipungut
• Dalam hal Pelabuhan belum mendapatkan izin dari menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang perhubungan, Pelabuhan yang ditunjuk dapat berupa Pelabuhan
yang telah mendapatkan penetapan sebagai Kawasan Pabean sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
*Syarat administrasi FP-07 berupa Pemberitahuan Perolehan atau Pengeluaran BKP atau JKP
(PPBJ)
• Pasal 4 ayat
1-3
Pembatalan/Pembetulan PPBJ
”
Dapat dilakukan sepanjang Pemberitahuan Pabean (PPFTZ) atas pemasukan BKP
berwujud yang tercantum dalam PPBJ dapat dilakukan pembetulan dan/ atau
pembatalan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan.
Pembetulan PPBJ dilakukan atas kesalahan dalam pengisian PPBJ sehingga PPBJ tidak
memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar.
Dalam hal pembetulan PPBJ disebabkan adanya perubahan perikatan atau perjanjian
tertulis, pembetulan PPBJ harus dilampiri dengan salinan perubahan perikatan atau
perjanjian tertulis perolehan BKP berwujud.
• Pasal 4 ayat
4-8
PPBJ
• Untuk pembuatan FP, PKP di TLDDP/TPB/KEK harus memastikan bahwa PPBJ terdapat
pada SINSW melalui sistem informasi yang disediakan oleh DJP dan PPBJ masih berlaku.
• Pasal 6 ayat
3-4
Pemasukan terkait transaksi tertentu
PPBJ
• Pasal 6 ayat
5
Pemasukan terkait transaksi tertentu
PPBJ, Faktur Pajak, dan SSP
Dalam hal pemasukan BKP terkait dengan perolehan BKP-TB dan/atau
berwujud
oleh Pengusaha di KPBPB, pada saat pemasukan BKP berwujud, JKP
PPBJ harus
dilampiri
dengan Faktur Pajak atas perolehan BKP-TB dan/atau JKP oleh pengusaha di
KPBPB.
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak di atas merupakan PPN yang terutang
atas perolehan
Dalam BKP-TB
hal pemasukan BKPdan/atau JKP saat pemasukan
terkait BKP berwujud
dengan penyerahan BKP-TBkedan/atau
KPBPB.
berwujud
JKP oleh Pengusaha di KPBPB, pada saat pemasukan BKP berwujud, PPBJ harus
dilampiri dengan SSP atas penyerahan BKP-TB dan/atau JKP oleh pengusaha di
KPBPB kepada pengusaha di TLDDP/TPB/KEK.
PPN yang tercantum dalam SSP di atas merupakan PPN yang terutang atas
penyerahan BKP-TB dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB saat pemasukan
BKP berwujud ke KPBPB.
• Pasal 6 ayat
6-9
Pemasukan terkait transaksi tertentu
PPBJ
• Dikecualikan dari Endorsement adalah penyerahan BKP berwujud oleh pelaku usaha di
KEK yang berasal dari sebagian atau keseluruhan wilayah KPBPB dan dilakukan
selama masa transisi, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
• Pasal 8 dan 11 ayat
1 mengenai KEK
Pemberian Endorsement
• Pasal
9
Pembatalan Endorsement
• Pasal
10
Pemberitahuan hasil Endorsement
Disampaikan secara elektronik kepada:
• Pasal 11 ayat
2
Fasilitas bdak dipungut bdak diberikan
• Pasal 12 ayat
1-2
Fasilitas bdak dipungut bdak diberikan
Cara Pembayaran
Peringatan!
• Pasal 12 ayat
3-9
Faktur Pajak
• Pasal 13 ayat
1-2
Faktur Pajak
Saat pembuatan Faktur Pajak yaitu:
a. saat penyerahan BKP berwujud; atau
b. saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan.
Termasuk dalam pengertian saat penyerahan BKP berwujud yaitu saat pengiriman
BKP berwujud ke KPBPB berdasarkan tanggal bill of lading, airway bill, atau
delivery order.
Dalam hal fasilitas tidak dipungut tidak diberikan, PKP tidak diwajibkan
melakukan penggantian atau pembatalan faktur pajak. Namun, perlu diingat bahwa
PKP tidak termasuk dalam PKP yang dapat pengajukan permohonan
pengembalian pada setiap masa pajak.
• Pasal 13 ayat
3-7
KPBPB
P
BK
Penyerahan BKP
oleh Pengusaha di
KPBPB kepada TLDDP
Pengusaha di
TLDDP
Penyerahan BKP oleh Pengusaha di
KPBPB
kepada Pengusaha di TLDDP
DIPUNGUT
PPN ATAU PPN & PPnBM
DPP atas penyerahan BKP berwujud berupa barang dan/atau bahan baku dari
TLDDP, TPB, atau KEK yang tanpa dilakukan pengolahan di KPBPB berupa:
a. harga jual; atau
b. nilai lain,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Disetor dengan SSP.
DPP atas penyerahan BKP berwujud berupa barang hasil produksi di KPBPB berupa:
a. harga jual; atau
b. nilai lain,
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan.
Disetor dengan Billing DJBC.
• Pasal 15 ayat 3-5
Penyerahan BKP oleh
Pengusaha di KPBPB kepada
Pengusaha di TLDDP
Saat terutang: saat BKP berwujud
dikeluarkan dari KPBPB.
• Pasal 15 ayat
6-9
Penyetoran PPN dan PPnBM
Ketentuan pengisian Billing atau SSP:
• kolom nama dan NPWP dapat diisi dengan nama dan NPWP pembeli BKP berwujud;
• kode akun pajak dan/ atau kode jenis setoran sesuai dengan ketentuan perpajakan; dan
• kolom Wajib Pajak atau penyetor diisi dengan nama dan NPWP Pengusaha di KPBPB
yang menyerahkan BKP berwujud.
Dilakukan paling lama pada saat BKP berwujud tersebut dikeluarkan dari KPBPB. Namun,
Dalam hal Pengusaha di KPBPB yang mengeluarkan BKP berwujud dapat melakukan
pembayaran berkala atas bea masuk dan PPh Pasal 22 sesuai dengan ketentuan kepabeanan,
penyetoran PPN atau PPN dan PPnBM mengikuti ketentuan mengenai tata cara pembayaran
berkala sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
Dalam hal penyerahan BKP berwujud oleh Pengusaha di KPBPB kepada pembeli di TLDDP
merupakan penyerahan hak atas BKP berwujud yang berada di TLDDP, penyetoran PPN
atau PPN dan PPnBM dilakukan pada saat:
a. penyerahan BKP berwujud; atau
b. pembayaran dalam hal pembayaran diterima sebelum penyerahan BKP
berwujud, sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
perpajakan.
• Pasal 16 ayat 1-6
Faktur Pajak
Pemberitahuan Pabean yang dilampiri bukti penerimaan
Negara/SSP atas pelunasan PPN atau PPN dan PPnBM
merupakan dokumen tertentu yang kedudukannya dipersamakan
dengan Faktur Pajak.
• Pasal 18 ayat
1
Pengeluaran yang
bukan merupakan
penyerahan
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
a. pengeluaran BKP berwujud asal luar Daerah Pabean untuk tujuan tertentu dalam
18 ayat 2)
jangka waktu tertentu dari KPBPB ke TLDDP sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang kepabeanan
Contoh: Pengeluaran ekskavator yang dibeli di Singapura untuk pengerjaan proyek di
Bekasi selama 1 tahun*.
b. pengeluaran BKP berwujud asal luar Daerah Pabean dalam jangka waktu tertentu*
dari KPBPB ke TPB, KEK, atau KPBPB lainnya;
Contoh: Pengeluaran mesin pabrik untuk kepentingan produksi yang dibeli di Jepang
untuk kepentingan produksi sepeda di KEK Kendal selama 1 tahun*.
c. pengeluaran BKP berwujud asal selain luar Daerah Pabean dalam jangka waktu tertentu*
dari KPBPB ke TLDDP, TPB, KEK, atau KPBPB lainnya;
Contoh: Pengeluaran alat rontgen yang dibeli di Jakarta untuk dilakukan kalibrasi di Jakarta
selama 3 bulan.
d. pengeluaran kembali dari KPBPB oleh Pengusaha di KPBPB atas BKP berwujud asal
TLDDP, TPB, KEK, atau KPBPB lainnya;
Contoh: Pengeluaran kembali mesin peraga dari Jakarta untuk dilakukan demontrasi di
Batam.
*Jangka waktu pengeluaran barang untuk huruf b sampai d sebagaimana diatur dalam PMK-34/PMK.
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
e. pengeluaran BKP berwujud kepada pemilik barang yang dihasilkan dari kegiatan jasa
18 olehayat 2)
Pengusaha di KPBPB, paling sedikit berupa barang hasil maklon, barang hasil
perbaikan dan perawatan, dan barang yang ditimbun oleh pengusaha logistik di KPBPB;
Contoh: pengeluaran baju hasil maklon di KPBPB
f. pengeluaran BKP berwujud untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi
serta panas bumi yang atas impornya diberikan fasilitas PPN tidak dipungut, dibebaskan dari
pengenaan PPN, atau PPN ditanggung pemerintah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai PPN ditanggung pemerintah, dan sepanjang
pengeluaran BKP berwujud tersebut tidak untuk tujuan pengalihan hak;
Contoh: pengeluaran alat berat untuk tambang bawah tanah (ekskavator, pemadat tanah, dll)
g. pengeluaran BKP berwujud berupa pengemas yang dipakai berulang-ulang sesuai
dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
Contoh: returnable package tabung gas, rak-rak pengangkut, dll.
Tidak memasukkan kembali dalam jangka waktu tertentu
Dalam hal sampai dengan jangka waktu tertentu Pengusaha di KPBPB tidak memasukkan kembali
BKP berwujud ke KPBPB (Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai c), pengeluaran BKP berwujud tersebut
merupakan penyerahan BKP berwujud oleh Pengusaha di KPBPB yang dikenai PPN atau PPN
dan PPnBM.
PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang wajib dipungut oleh Pengusaha di KPBPB
yang menyerahkan BKP berwujud.
Dikecualikan dari kewajiban pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM yaitu BKP berwujud yang
mendapatkan fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atau dibebaskan sesuai
peraturan perundangan-undangan di bidang perpajakan.
Penyetoran melalui Billing DJBC (Pasal 18 ayat (2) huruf a) atau melalui Billing DJP/SINSW
(Pasal 18 ayat (2) huruf b dan c).
Kode Setoran 411211-122 (PPN Dalam Negeri - PPN yang semula mendapatkan fasilitas, yang tidak
• Pasal 19 dapat dikreditkan)
Tidak mengeluarkan kembali dalam jangka waktu tertentu
Dalam hal sampai dengan jangka waktu tertentu Pengusaha di KPBPB tidak mengeluarkan kembali
BKP berwujud dari KPBPB (Pasal 18 ayat (2) huruf d), pemasukan BKP berwujud tersebut
merupakan perolehan BKP berwujud oleh Pengusaha di KPBPB yang dikenai PPN atau PPN dan
PPnBM.
PPN atau PPN dan PPnBM yang terutang wajib dipungut oleh Pengusaha di KPBPB yang
memperoleh BKP berwujud.
Dikecualikan dari kewajiban pemungutan PPN atau PPN dan PPnBM yaitu BKP berwujud yang
mendapatkan fasilitas PPN atau PPN dan PPnBM tidak dipungut atau dibebaskan sesuai
peraturan perundangan-undangan di bidang perpajakan.
Kode Setoran 411211-122 (PPN Dalam Negeri - PPN yang semula mendapatkan fasilitas, yang
tidak dapat dikreditkan)
• Pasal
20
Sanksi
• Pasal
21
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
Pengusaha di KPBPB yang mengeluarkan BKP berwujud sebagaimana dimaksud dalam
PPBJ
18 ayat 2)
Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai e harus membuat PPBJ
Paling lama pada saat:
a. pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB apabila BKP tersebut akan dimasukkan kembali;
b. pemasukan BKP berwujud ke KPBPB apabila pengeluaran BKP merupakan pengeluaran kembali BKP
yang sebelumnya dimasukkan ke KPBPB; atau
c. pengeluaran BKP berwujud dalam rangka retur.
Disampaikan secara elektronik melalui SINSW kepada:
• KPP tempat Pengusaha di KPBPB terdaftar;
• DJBC; dan
• PKP atau Pengusaha di KPBPB lainnya dan BP dalam hal pengeluaran BKP berwujud
terkait dengan perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB
Memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• mencantumkan keterangan mengenai uraian transaksi dan PPN yang terutang atas perolehan/
penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP yang melekat dengan barang yang dikeluarkan dari KPBPB
oleh Pengusaha di KPBPB;
• dilampiri dengan salinan perikatan atau perjanjian tertulis perolehan/penyerahan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP atau dokumen serah terima barang dalam hal pengeluaran BKP berwujud tidak terkait
dengan perolehan/penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP; dan
• memuat keterangan mengenai rekening bank Pengusaha di KPBPB yang digunakan untuk
pembayaran dalam hal pengeluaran BKP berwujud terkait dengan perolehan BKP tidak berwujud dan/
atau JKP.
• Pasal 24 ayat
1-3
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
Pengusaha di KPBPB yang mengeluarkan BKP berwujud sebagaimana dimaksud dalam
PPBJ
18 ayat 2)
Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai e harus membuat PPBJ
Pada saat pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB, PPBJ harus dilampiri dengan Faktur Pajak
atas penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh PKP di TLDDP/TPB/KEK, dalam hal
pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB terkait dengan perolehan BKP tidak berwujud dan/atau
JKP oleh Pengusaha di KPBPB.
PPN yang tercantum dalam Faktur Pajak merupakan PPN yang terutang atas
penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha Kena Pajak pada saat
pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB.
PPBJ harus dilampiri dengan SSP penyetoran PPN atas penyerahan BKP tidak berwujud
dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB kepada pengusaha di TLDDP/TPB, atau pelaku
usaha di KEK, dalam hal pengeluaran BKP berwujud dari KPBPB terkait dengan penyerahan
BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB.
PPN yang tercantum dalam SSP di atas merupakan PPN yang terutang atas penyerahan BKP
tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB pada saat pengeluaran BKP berwujud
dari KPBPB.
• Pasal 24 ayat
4-7
Pengeluaran Barang dari KPBPB yang bukan
merupakan Penyerahan BKP Berwujud (Pasal
Pengusaha di KPBPB yang mengeluarkan BKP berwujud sebagaimana dimaksud dalam
PPBJ
18 ayat 2)
Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai e harus membuat PPBJ
PPBJ dapat dibetulkan/dibatalkan sepanjang Pemberitahuan Pabean (PPFTZ) atas pengeluaran
BKP berwujud yang tercantum dalam PPBJ dapat dilakukan pembetulan dan/atau pembatalan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
Pembetulan PPBJ dilakukan atas kesalahan dalam pengisian PPBJ sehingga PPBJ
tidak memuat keterangan yang lengkap, jelas, dan benar
Dalam hal pembetulan PPBJ disebabkan adanya perubahan perikatan atau perjanjian
tertulis, pembetulan PPBJ harus dilampiri dengan salinan perubahan perikatan atau
perjanjian tertulis penyerahan/perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP.
• Pasal
25
Angkut lanjut dan Angkut terus
• Pasal
22
Ketentuan BKP Berwujud dapat
Keluar dari KPBPB
BKP berwujud dapat dikeluarkan dari KPBPB sepanjang telah dipenuhi kewajiban
pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan
Termasuk dalam pemenuhan kewajiban pabean yaitu kewajiban melampirkan:
a. invois atau faktur penjualan; dan
b. bukti penerimaan negara (BPN) sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7)
dan Pasal 17 ayat (4) atau SSP sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (7).
• Pasal 23 ayat
1-3
Ketentuan BKP Berwujud dapat
Keluar dari KPBPB
BKP berwujud dapat dikeluarkan dari KPBPB sepanjang telah dipenuhi kewajiban
pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan
Dalam hal pengeluaran BKP berwujud bukan merupakan penyerahan BKP
berwujud sebagaimana dimaksud dalam Pasal 18 ayat (2) huruf a sampai
dengan huruf e, kewajiban melampirkan BPN atau SSP diganti dengan
melampirkan:
a. PPBJ;
b. SSP penyetoran PPN atas penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh
Pengusaha di KPBPB yang terutang pada saat pengeluaran barang, dalam hal
PPBJ mencantumkan keterangan penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau
JKP yang melekat pada barang bergerak yang dikeluarkan oleh Pengusaha di
KPBPB; dan
c. Faktur Pajak atas perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha
di KPBPB yang terutang pada saat pengeluaran barang, dalam hal PPBJ
mencantumkan keterangan perolehan BKP tidak berwujud dan/atau JKP yang
melekat pada barang bergerak yang dikeluarkan oleh Pengusaha di KPBPB.
• Pasal 23 ayat
4
Ketentuan BKP Berwujud dapat
Keluar dari KPBPB
BKP berwujud dapat dikeluarkan dari KPBPB sepanjang telah dipenuhi kewajiban
pabean sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang
kepabeanan
Dalam hal pengeluaran BKP berwujud merupakan pengeluaran BKP berwujud
untuk kegiatan usaha eksplorasi hulu minyak dan gas bumi serta panas bumi
(Pasal 18 ayat (2) huruf f), kewajiban melampirkan SSP diganti dengan
melampirkan:
a. dokumen serah terima barang; dan
b. masterlist atau dokumen dengan nama lain yang mempunyai fungsi sama dengan
masterlist untuk perusahaan kontraktor minyak dan gas bumi serta panas bumi
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepabeanan.
Dikecualikan dari ketentuan menyampaikan BPN atau SSP yaitu pengeluaran BKP
berwujud yang merupakan:
a. penyerahan BKP berwujud yang tidak dipungut atau dibebaskan dari
pengenaan PPN atau PPN dan PPnBM yang menurut ketentuan peraturan
perundang- undangan di bidang perpajakan diberikan fasilitas dimaksud tanpa
menggunakan surat keterangan bebas PPN atau surat keterangan tidak
dipungut PPN; dan/atau
• Pasal 23 ayat b. penyerahan BKP berwujud yang telah dilunasi PPN-nya dengan menggunakan
5-6
stiker lunas PPN.
Penyerahan BKP bdak berwujud dan/atau JKP oleh
Pengusaha di KPBPB
kepada Pengusaha di TLDDP, Pengusaha TPB, atau Pelaku Usaha KEK
Penyerahan BKP-TB dan/atau JKP di KPBPB oleh Pengusaha di KPBPB
KPBP
B
BKP-
JKP
TB
Keterangan:
TLDD TP KE Dikenai PPN
P B K Tidak dikenai
PPN
• Kecuali penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP yang tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN
• Termasuk penyerahan BKP tidak berwujud dan/atau JKP oleh Pengusaha di KPBPB kepada pemungut PPN
• Pasal 26 ayat 1, 3, &
6
PPN atau PPN & PPnBM untuk
penyerahan BKP-TB/JKP ke TLDDP/TPB
dan JKP
Saat terutang ke
dan KEK
DPP sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan
Dipungut oleh Pengusaha di KPBPB
Penyetoran menggunakan
Batas waktu setor paling lama pada akhir bulan berikutnya setelah
bulan terjadinya pemungutan
• Pasal 27 ayat
1-6
PPN atau PPN & PPnBM untuk
penyerahan BKP-TB/JKP ke TLDDP/TPB
dan JKP ke KEK
SSP yang dilampiri dengan invois dan perikatan atau perjanjian
tertulis, merupakan dokumen
tertentu yang
kedudukannya dipersamakan dengan Faktur
Pajak.
PPN yang tercantum dalam dokumen tertentu yang kedudukannya
dipersamakan dengan Faktur Pajak merupakan Pajak Masukan
yang dapat dikreditkan oleh Pengusaha Kena Pajak sepanjang
memenuhi ketentuan sebagai berikut:
a. kolom nama dan kolom NPWP pada SSP memuat nama,
NPWP, dan alamat PKP yang memanfaatkan BKP-
TB dan/atau JKP; dan
b. memenuhi ketentuan mengenai pengkreditan
Pajak Masukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
• Pasal 27 ayat 7-8
Penyerahan BKP-TB dan/atau JKP oleh Pengusaha di TLDDP,
Pengusaha TPB, Pelaku Usaha KEK atau Pengusaha di KPBPB lainnya kepada
Pengusaha di KPBPB
Penyerahan BKP bdak berwujud dan JKP tertentu kepada Pengusaha di
KPBPB untuk dimanfaatkan di KPBPB
KPBP
B
KPBP Keterangan:
TLDD TP KE
B Tidak dikenai
P B K PPN
lainnya Dibebaskan PPN
• JKP tertentu merupakan Jasa Kena Pajak sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai batasan kegiatan dan jenis Jasa Kena Pajak yang atas ekspornya dikenai PPN
• Ketentuan ini berlaku untuk penyerahan JKP yang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang perpajakan
dibebaskan dari pengenaan PPN.
• Pasal
28
Tidak diberikan fasilitas bdak dipungut
Dalam hal BKP-TB dan/atau JKP yang tercantum dalam PPBJ yang telah dibuatkan
Faktur
Pajak:
a. bukan merupakan Jasa Kena Pajak tertentu dalam hal transaksi
merupakan penyerahan Jasa Kena Pajak; atau
b. tidak dimanfaatkan di KPBPB,
atas penyerahan BKP-TB dan/atau JKP kepada Pengusaha KPBPB dipungut PPN
• Pasal 31 ayat
1-3
Tidak diberikan fasilitas bdak dipungut
PPN dibayar dengan SSP melalui Billing DJP yang disediakan di SINSW.
• Pasal 31 ayat
4-9
PPBJ
Pengusaha di KPBPB yang bermaksud memperoleh BKP-TB dan/atau JKP dari pengusaha di
TLDDP/TPB, pelaku usaha di KEK, atau Pengusaha di KPBPB lainnya harus membuat
PPBJ
Disampaikan secara elektronik melalui Sistem Indonesia National
Single Window (SINSW)
Memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• mencantumkan keterangan mengenai perolehan BKP-TB dan/atau JKP; dan
• dilampiri dengan salinan perikatan atau perjanjian tertulis; dan
• memuat keterangan mengenai rekening bank Pengusaha di KPBPB yang
digunakan untuk pembayaran
Dalam hal perolehan BKP-TB dan/atau JKP melekat pada BKP berwujud yang
dimasukkan atau dikeluarkan ke atau dari KPBPB, PPBJ atas perolehan BKP-TB dan/atau
JKP menggunakan PPBJ BKP Berwujudnya
• Pasal
32
Pemeriksaan
Fisik
Pemeriksaan Fisik
• Pasal 32 ayat
1
Pemeriksaan Fisik
Berdasarka
n
Dilakukan:
a. di tempat penyimpanan barang milik pengusaha; dan
b. dengan pemeriksaan tujuan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan.
• Pasal 33 ayat
2-7
Joint Audit dalam proses Endorsement
KPBP TLDD
B P
1
MAX 30 hari
PPBJ
2
PKP
4
FP-07
BKP
Pengusaha
KPBPB SPPB
Merah 3
PPFTZ 03
Pemeriksaan
Fisik oleh
DJP dan DJBC 3
Endorsemen
t CEISA Risk engine
Diberikan* LHP Fisik DJBC DJP
Ditandatangani
Pejabat DJP
Endorsemen dan DJBC
t Tidak *) Ketentuan mengenai tindak lanjut jika edonserment diberikan/tidak diberikan mengikuti
Diberikan* ketentuan dalam PMK ini
Tanda Pengaman
Terhadap barang asal TLDDP yang dimasukkan ke
KPBPB yang akan dilakukan pemeriksaan fisik,
pejabat melekatkan tanda pengaman saat pengeluaran
barang dari Kawasan Pabean setelah mendapat surat
persetujuan pengeluaran barang.
• Pasal
34
Manajemen Risiko
• Pasal
35
Pemeriksaan Fisik oleh DJP
Pemeriksaan fisik berdasarkan manajemen risiko atau nota intelejen
perpajakan dilakukan:
a. sesuai tata cara pemeriksaan tujuan lain sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur mengenai tata cara
pemeriksaan kecuali diatur khusus dalam Peraturan Menteri ini; dan
b. dengan kriteria pencocokan data dan/atau alat keterangan.
Pemeriksaan fisik dilakukan paling lama 10 hari kerja terhitung sejak tanggal
surat pemberitahuan pemeriksaan fisik disampaikan kepada pengusaha atau
kuasanya sampai dengan tanggal laporan hasil pemeriksaan fisik.
• Pasal 36 ayat 1-3
Pemeriksaan Fisik oleh DJP
Hasil pemeriksaan fisik dituangkan dalam laporan hasil pemeriksaan
fisik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang
mengatur mengenai tata cara pemeriksaan.
atas penyerahan BKP dan/atau JKP dari KEK ke Kawasan Bebas atau
ke KEK dari Kawasan Bebas, tidak dipungut PPN
• Pasal 39 ayat
3-4
Ketentuan Lain-Lain
Format PPBJ Manual
Dalam hal SINSW belum tersedia,
terdapat gangguan pada sistem, dan/atau
terdapat keadaan kahar, maka:
• pembuatan PPBJ, pembetulan dan/atau
pembatalan oleh Pengusaha di KPBPB;
dan
• penyampaian PPBJ,
dilakukan secara
manual.
Dokumen
Endorsement:
§ PPFTZ
§ SPPB & Tgl gate out
§ FP 07
Jangka waktu penyelesaian Endorsement manual:
§ 7 HK Apabila melebihi jangka waktu, Endorsement dianggap
§ 17 HK (dalam hal disertai pemeriksaan fisik) diberikan
terhitung sejak tanggal dokumen endorsement diterima secara lengkap.
• Pasal
37
KPBPB Sabang
KPBPB Sabang
• Pasal 39 ayat
1
Peralihan & Penutup
Ketentuan Peralihan
2 Februari 2021-2 Februari 2022
Sejak tanggal 2 Februari 2021 sampai dengan PMK 173/PMK.03/2021 mulai berlaku (2
bulan sejak diundangkan, 2 Februari 2022)
• Pasal
40
Ketentuan Penutup
Pada saat PMK 173/2021 mulai berlaku (2 bulan sejak diundangkan, 2 Februari 2022)
• Pasal
41
BKP/JKP tertentu TIDAK
DIPUNGUT
PP 50 TAHUN 2019
Impor Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak
Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku
cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat
keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diimpor oleh kementerian yang
menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan, Tentara Nasional Indonesia, dan
Kepolisian Negara Republik Indonesia
Alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku
cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat
keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diimpor oleh pihak lain yang
ditunjuk oleh kementerian yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan,
Tentara Nasional Indonesia, dan Kepolisian Negara Republik Indonesia untuk melakukan
impor tersebut
kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta suku
cadangnya, alat perlengkapan kapal, alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan
manusia yang diimpor dan digunakan oleh perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan
penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan
perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau dan penyeberangan nasional, sesuai
dengan kegiatan usahanya;
pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat keselamatan
manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang diimpor dan digunakan oleh badan
usaha angkutan udara niaga nasional
Impor Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak
suku cadang pesawat udara serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
pesawat udara yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh badan usaha angkutan
udara niaga nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan
perbaikan pesawat udara kepada badan usaha angkutan udara niaga nasional
kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
serta prasarana perkeretaapian yang diimpor dan digunakan oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum; dan
komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk pembuatan:
1. kereta api;
2. suku cadang;
3. peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; dan/atau
4. prasarana perkeretaapian,
yang akan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum
Penyerahan Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak
alat angkutan di air, alat angkutan di bawah air, alat angkutan di udara, dan kereta api, serta suku
cadangnya, dan alat keselamatan pelayaran dan alat keselamatan manusia, alat
keselamatan penerbangan dan alat keselamatan manusia yang diserahkan kepada kementerian
yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pertahanan, Tentara Nasional Indonesia,
dan Kepolisian Negara Republik Indonesia
kapal angkutan laut, kapal angkutan sungai, kapal angkutan danau dan kapal angkutan
penyeberangan, kapal penangkap ikan, kapal pandu, kapal tunda, kapal tongkang, serta suku
cadangnya, alat perlengkapan kapal, alat keselamatan pelayaran, dan alat keselamatan
manusia yang diserahkan kepada dan digunakan oleh perusahaan pelayaran niaga nasional,
perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan penyelenggara jasa kepelabuhan nasional
dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan nasional, sesuai
dengan kegiatan usahanya
pesawat udara dan suku cadangnya serta alat keselamatan penerbangan dan alat
keselamatan manusia, peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan yang
diserahkan kepada dan digunakan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional
suku cadang pesawat udara serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
pesawat udara yang diperoleh oleh pihak yang ditunjuk oleh badan usaha angkutan
udara niaga nasional yang digunakan dalam rangka pemberian jasa perawatan dan
perbaikan pesawat udara kepada badan usaha angkutan udara niaga nasional;
Penyerahan Alat Angkutan tertentu Yang Tidak Dipungut Dari Pengenaan Pajak
kereta api dan suku cadangnya serta peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan
serta prasarana perkeretaapian yang diserahkan kepada dan digunakan oleh
Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha
Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum; dan
komponen atau bahan yang diimpor oleh pihak yang ditunjuk oleh Badan Usaha
Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara
Prasarana Perkeretaapian Umum, yang digunakan untuk pembuatan:
1. kereta api;
2. suku cadang;
3. peralatan untuk perbaikan dan pemeliharaan; dan/atau
4. prasarana perkeretaapian,
yang akan digunakan oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian
Umum dan/atau Badan Usaha Penyelenggara Prasarana Perkeretaapian Umum
Jasa Kena Pajak terkait alat angkutan tertentu yang atas penyerahannya
Bdak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
Jasa yang diterima oleh perusahaan pelayaran niaga nasional, perusahaan penangkapan ikan nasional, perusahaan
penyelenggara jasa kepelabuhan nasional, dan perusahaan penyelenggara jasa angkutan sungai, danau, dan penyeberangan
nasional yang melipuB:
1. jasa persewaan kapal;
2. jasa kepelabuhanan melipuB jasa tunda, jasa pandu, jasa tambat, dan jasa labuh; dan
3. jasa perawatan dan perbaikan kapal.
Jasa yang diterima oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional yang melipuB:
1. jasa persewaan pesawat udara; dan
2. jasa perawatan dan perbaikan pesawat udara
jasa perawatan dan perbaikan kereta api yang diterima oleh Badan Usaha Penyelenggara Sarana Perkeretaapian Umum
Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean terkait alat angkutan tertentu yang atas
pemanfaatannya Bdak dipungut Pajak Pertambahan Nilai
Jasa Kena Pajak dari luar daerah pabean terkait alat angkutan tertentu yang atas
pemanfaatannya Bdak dipungut Pajak Pertambahan Nilai melipuB jasa persewaan
pesawat udara yang dimanfaatkan oleh badan usaha angkutan udara niaga nasional.
BKP/JKP tertentu DIBEBASKAN PPN
PMK No: 36/PMK.03/2007 PMK No: 81/PMK.010/2019
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya (1)
Rumah Sederhana dan Rumah Sangat Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah rumah yang
perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas kredit bersubsidi maupun Bdak bersubsidi, atau
melalui pembiayaan berdasarkan prinsip syariah, yang memenuhi ketentuan:
1. luas bangunan Bdak melebihi 36 m2 (Bga puluh enam meter persegi);
2. harga jual Bdak melebihi:
3. merupakan rumah pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat Bnggal dan Bdak
dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.
4. luas tanah Bdak kurang dari 60 m2 (enam puluh meter persegi)
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya
• Rumah Susun Sederhana yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan bertingkat yang dibangun dalam suatu
lingkungan yang dipergunakan sebagai tempat hunian yang dilengkapi dengan KM/WC dan dapur baik bersatu dengan unit
hunian maupun terpisah dengan penggunaan komunal, yang perolehannya secara tunai ataupun dibiayai melalui fasilitas
kredit bersubsidi maupun tidak bersubsidi, yang memenuhi ketentuan:
a) Harga Rumah Susun :
b) luas bangunan untuk setiap hunian tidak melebihi 21 m2 (dua puluh satu meter persegi);
c) pembangunannya mengacu pada Peraturan Menteri Pekerjaan Umum yang mengatur mengenai Persyaratan Teknis
Pembangunan Rumah Susun; dan
d) merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat tinggal dan tidak dipindahtangankan
dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak dimiliki.
• Pondok Boro yang dibebaskan dari pengenaan PPN adalah bangunan sederhana, berupa bangunan bertingkat atau tidak
bertingkat, yang dibangun dan dibiayai oleh perorangan atau koperasi buruh atau koperasi karyawan yang diperuntukkan
bagi para buruh tidak tetap atau para pekerja sektor informal berpenghasilan rendah dengan biaya sewa yang disepakati,
yang tidak dipindahtangankan dalam jangka waktu 5 (lima) tahun sejak diperoleh.
Batasan Rumah Sederhana, Rumah Sangat Sederhana, Rumah Susun Sederhana, Pondok Boro, Asrama
Mahasiswa, Dan Pelajar Serta Perumahan Lainnya
a. Senjata, amunisi, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor
oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk
keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI
b. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
c. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
d. Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, Qdak termasuk suku
cadang; à Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
e. Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan
maupun budidaya; à Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
f. jangat dan kulit mentah yang Qdak disamak; à Tidak Memerlukan SKB PPN
g. Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanian; à Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
h. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikananà Tidak Memerlukan SKB PPN
Impor Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (2)
i. pakan ternak Qdak termasuk pakan hewan kesayangan à Tidak Memerlukan
SKB PPN
j. pakan ikan à Tidak Memerlukan SKB PPN
k. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, Qdak termasuk
imbuhan pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan
pakan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat
perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian ikan à Tidak Memerlukan SKB PPN
l. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak buQran dan/atau dalam
bentuk perak batangan à Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (1)
a. Senjata, amunisi, dan komponen atau bahan yang belum dibuat di dalam negeri, yang diimpor
oleh PT (PERSERO) PINDAD, yang digunakan dalam pembuatan senjata dan amunisi untuk
keperluan Departemen Pertahanan, TNI atau POLRI
b. Vaksin Polio dalam rangka pelaksanaan Program Pekan Imunisasi Nasional (PIN)
c. Buku-buku pelajaran umum, kitab suci dan buku-buku pelajaran agama
d. Mesin dan peralatan pabrik yang merupakan satu kesatuan, baik dalam keadaan terpasang
maupun terlepas, yang digunakan secara langsung dalam proses menghasilkan Barang Kena Pajak
oleh Pengusaha Kena Pajak yang menghasilkan Barang Kena Pajak tersebut, Qdak termasuk suku
cadang; à Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
e. Barang yang dihasilkan dari kegiatan usaha di bidang kelautan dan perikanan, baik penangkapan
maupun budidaya; à Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
f. jangat dan kulit mentah yang Qdak disamak; à Tidak Memerlukan SKB PPN
g. Ternak yang kriteria dan/atau rinciannya diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah
mendapat perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang
pertanian; à Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
h. bibit dan/atau benih dari barang pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, atau
perikananà Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (2)
i. pakan ternak Qdak termasuk pakan hewan kesayangan à Tidak Memerlukan
SKB PPN
j. pakan ikan à Tidak Memerlukan SKB PPN
k. bahan pakan untuk pembuatan pakan ternak dan pakan ikan, Qdak termasuk
imbuhan pakan dan pelengkap pakan, yang kriteria dan/atau rincian bahan
pakan diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan setelah mendapat
perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di
bidang kelautan dan perikanan dan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pertanian ikan à Tidak Memerlukan SKB PPN
l. bahan baku kerajinan perak dalam bentuk perak buQran dan/atau dalam
bentuk perak batangan à Tidak Memerlukan SKB PPN
Penyerahan Barang Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN (3)
j. Unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik yang perolehannya dibiayai melalui kredit atau
pembiayaan kepemilikan rumah bersubsidi yang memenuhi ketentuan sebagai berikut:
• luas untuk seQap hunian paling sedikit 21 m2 (dua puluh satu meter persegi) dan Qdak
melebihi 36 m2 (Qga puluh enam meter persegi);
• pembangunannya mengacu kepada Peraturan Menteri yang menyelenggarakan urusan
pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat;
• merupakan unit hunian pertama yang dimiliki, digunakan sendiri sebagai tempat Qnggal dan
Qdak dipindahtangankan dalam jangka waktu sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang rumah susun; dan
• batasan terkait harga jual unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik dan penghasilan bagi
orang pribadi yang memperoleh unit hunian Rumah Susun Sederhana Milik ditetapkan oleh
Menteri Keuangan setelah mendapat perQmbangan dari Menteri yang menyelenggarakan
urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan perumahan rakyat à Tidak
Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
k. listrik, kecuali untuk rumah dengan daya di atas 6.600 (enam ribu enam ratus) Voltase Amper; à
Tidak Memerlukan SKB PPN dari Ditjen Pajak
Penyerahan Jasa Kena Pajak Tertentu Yang Bersifat Strategis Yang Dibebaskan Dari
Pengenaan PPN
a. Jasa yang diserahkan oleh kontraktor untuk pemborongan bangunan untuk
Rumah sederhana, rumah sangat sederhana, rumah susun sederhana, pondok
boro, asrama mahasiswa dan pelajar serta perumahan lainnya, yang
batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan setelah mendengar
perQmbangan Menteri Pemukiman dan Prasarana Wilayah dan pembangunan
tempat yang semata-mata untuk keperluan ibadah
b. Jasa persewaan rumah susun sederhana, rumah sederhana, dan rumah sangat
sederhana
c. Jasa yang diterima oleh Departemen Pertahanan atau TNI yang dimanfaatkan
dalam rangka penyediaan data batas dan photo udara wilayah Negara
Republik Indonesia untuk mendukung pertahanan nasional
Mekanisme Pajak Masukan
268/PMK.03/2015 Pasal 2
PPN
Harga + PPN
346
Skema Pasal 16A UU PPN (Pemungut PPN)
NEGARA
PPN
347
DALAM HAL PKP MELAKUKAN PENYERAHAN BKP DAN/ATAU JKP KEPADA
PEMUNGUT PPN MAKA :
Pemungut PPN
wajib
memungut
menyetorkan
melaporkan PPN yang dipungut
OBJEK PEMUNGUTAN
kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp 2 juta, dan tidak merupakan jumlah yang
terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas PPN tidak dipungut / dibebaskan
dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan penerbangan
Mekanisme pemungutan
PKP Rekanan wajib membuat Faktur Pajak dan SSP pada saat menyampaikan tagihan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “02”)
0 2 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Tahun Penerbitan Nomor Urut
Kode Status
Nomor Seri E-Nofa
PEMUNGUT PPN (BENDAHARA PEMERINTAH & KPPN)
Mekanisme pemungutan
Pemungut PPN wajib memungut pajak yang terutang pada saat pembayaran
Penyerahan BKP/JKP kepada Pemungut PPN dilaporkan oleh PKP Rekanan dalam
SPT Masa PPN pada masa sesuai dengan tanggal Faktur Pajak
354
Penunjukan Kembali KPS Sebagai Pemungut PPN
Permasalahan krn Bap kontrak KPS Migas menyebutkan kewajiban bagi KPS Migas
untuk memungut PPN terutang
PMK-11/PMK.03/2005
Berlaku sejak 1 Februari 2005
PMK-73/PMK.03/2010
Berlaku sejak 1 Februari 2012
1. kontraktor kontrak kerja sama pengusahaan minyak dan gas bumi; dan
2. kontraktor atau pemegang kuasa/pemegang izin pengusahaan sumber
daya panas bumi, yang melipuB kantor pusat, cabang, maupun unitnya. 355
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN
PERTAMBANGAN MINYAK DAN GAS BUMI)
Obyek Pemungutan
kecuali
Pembayaran yang jumlahnya paling banyak Rp10 juta dan tidak merupakan jumlah
yang terpecah-pecah
Pembayaran atas penyerahan BKP/JKP yang mendapat fasilitas: PPN tidak dipungut /
dibebaskan dari pengenaan PPN
Pembayaran untuk penyerahan BBM dan bukan BBM oleh Pertamina
Pembayaran atas rekening telepon
Pembayaran untuk jasa angkutan udara yang diserahkan oleh perusahaan
penerbangan
Pembayaran lain yang menurut ketentuan tidak terutang PPN 356
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP dan/atau JKP
kepada KKS Migas dan Panas Bumi. FP dibuat saat :
Pada saat penyerahan BKP dan/atau JKP
Penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum penyerahan
BKP dan/atau sebelum penyerahan JKP
Penerimaan pembayaran termin dalam hal ppenyerahan sebagian tahap pekerjaan
Tata Cara Penggunaan Kode Transaksi pada Faktur Pajak yang dibuat oleh
Rekanan mengacu pada ketentuan yang berlaku (kode transaksi “03”)
0 3 0.000–0 0.0 0 0 0 0 0 0 0
Kode Transaksi Tahun Penerbitan
Kode Status
mekanisme pemungutan
Jumlah PPN dan PPnBM yang harus dipungut oleh KKS Migas dan Panas Bumi adalah :
• PPN sebesar 10% (sepuluh persen) dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak; dan
• PPnBM sebesar tarif PPnBM yang berlaku dikalikan dengan Dasar Pengenaan Pajak
(dalam hal selain terutang PPN juga terutang PPnBM).
Jika dalam kontrak tidak disebutkan nilai kontrak tersebut termasuk PPN dan PPnBM,
maka kewajiban PPN 10% dan PPnBM dihitung dari nilai kontrak.
KKS Migas dan Panas Bumi yang melakukan pemungutan harus membubuhkan cap
"Disetor Tanggal ......" dan menandatanganinya pada Faktur Pajak.
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Penyetoran :
Penyetoran PPN dan PPnBM yang dipungut dilakukan paling lama pada tanggal 15 bulan
berikutnya setelah Masa Pajak berakhir.
Dalam hal tanggal jatuh tempo penyetoran pajak bertepatan dengan hari libur termasuk
hari Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
SSP diisi dengan membubuhkan NPWP serta identitas Rekanan, tetapi penandatanganan
SSP dilakukan oleh KKS Migas dan Panas Bumi sebagai penyetor atas nama Rekanan.
359
PMK-73/2010
PEMUNGUT PPN
(KONTRAKTOR PERJANJIAN KERJASAMA PENGUSAHAAN PERTAMBANGAN
MINYAK DAN GAS BUMI) DAN (KONTRAKTOR/PEMEGANG KUASA/IZIN
PENGUSAHAAN SUMBER DAYA PANAS BUMI)
mekanisme pemungutan
Pelaporan :
Pelaporan PPN dan PPnBM yang dipungut ke KPP yang bersangkutan melalui SPT Masa
PPN bagi Pemungut, paling lama akhir bulan berikutnya setelah berakhirnya Masa Pajak
Dalam hal tanggal jatuh tempo Pelaporan pajak bertepatan dengan hari libur termasuk hari
Sabtu atau hari libur nasional, penyetoran pajak dapat dilakukan pada hari kerja
berikutnya.
Pelaporan atas pemungutan dan penyetoran PPN dan PPnBM dilakukan setiap bulan
dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak Pertambahan Nilai bagi
Pemungut Pajak Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN 1107 PUT)
360
PMK-8/PMK.03/2021
Rekanan merupakan Pengusaha Kena Pajak yang melakukan penyerahan BKP dan/
atau JKP kepada pemungut PPN.
BARU
Dalam hal terjadi penyerahan BKP dan/atau JKP oleh pemungut PPN kepada pemungut
PPN lainnya sebagaimana dimaksud dalam Peraturan Menteri Keuangan ini, PPN atau
PPN dan PPnBM yang terutang dipungut, disetor, dan dilaporkan oleh pemungut PPN
yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP.
PEMUNGUT
BUMN
BARU
TARIF PEMUNGUTAN
PPN
PPnBM
Penyerahan BKP dan/atau JKP yang menurut ketentuan peraturan perundangundangan di bidang perpajakan,
mendapat fasilitas PPN tidak dipungut atau dibebaskan dari pengenaan PPN.
Penyerahan bahan bakar minyak dan bahan bakar bukan minyak oleh PT Pertamina (Persero).
Pembayaran lainnya untuk penyerahan barang dan/atau jasa yang menurut ketentuan peraturan perundang-
undangan di bidang perpajakan, tidak dikenai PPN atau PPN dan PPnBM.
PEMBUATAN FAKTUR PAJAK OLEH
REKANAN
Rekanan wajib membuat Faktur Pajak untuk setiap penyerahan BKP
dan/atau JKP kepada pemungut PPN.
Pemungut PPN wajib menyetorkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
dipungut dengan menggunakan Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi
lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak, paling lama tanggal 15
(lima belas) bulan berikutnya setelah Masa Pajak dilakukannya pemungutan
berakhir.
Surat Setoran Pajak atau sarana administrasi lain yang disamakan dengan Surat Setoran Pajak
dibuat oleh pemungut PPN atas nama rekanan dengan mencantumkan:
o Nomor Pokok Wajib Pajak, nama, dan alamat rekanan pada kolom Nomor Pokok
Wajib Pajak, kolom nama, dan kolom alamat; dan
o kode dan nomor seri Faktur Pajak pada kolom uraian.
SAAT PEMUNGUTAN, PENYETORAN, DAN PELAPORAN
Pemungut PPN wajib melaporkan PPN atau PPN dan PPnBM yang telah
dipungut dan disetor dengan menggunakan Surat Pemberitahuan Masa Pajak
Pertambahan Nilai (SPT Masa PPN) bagi pemungut PPN, paling lama pada
akhir bulan berikutnya setelah Masa Pajak dilakukannya pemungutan
berakhir.
SPT Masa PPN bagi pemungut PPN wajib dilampiri dengan Daftar Nominatif
Faktur Pajak dan Surat Setoran Pajak atau Sarana Administrasi Lain yang
Disamakan dengan Surat Setoran Pajak.
DAFTAR NOMINATIF