Anda di halaman 1dari 10

OBJEK & SUBJEK PPN

OBJEK PPN
Pasal 4 ayat (1) huruf a Pasal 4 ayat (1) huruf e
Penyerahan BKP di dalam Daerah Pabean Pemanfaatan JKP dari luar Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha di dalam Daerah Pabean

Pasal 4 ayat (1) huruf b Pasal 4 ayat (1) huruf f


Impor BKP Ekspor BKP Berwujud oleh PKP
BERSIFAT
Pasal 4 ayat (1) huruf c Pasal 4 ayat (1) huruf g
Penyerahan JKP di dalam Daerah Pabean
yang dilakukan oleh Pengusaha
UMUM Ekspor BKP Tidak Berwujud oleh PKP

Pasal 4 ayat (1) huruf d Pasal 4 ayat (1) huruf h


Pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari Ekspor JKP oleh PKP
luar Daerah Pabean di dalam Daerah
Pabean

Pasal 16 C Pasal 16 D
Kegiatan Membangun Sendiri yang dilakukan
BERSIFAT Penyerahan BKP Berupa Aktiva Tetap yang
tidak dalam kegiatan usaha/ pekerjaan oleh KHUSUS menurut tujuan semula tidak untuk
orang pribadi atau badan diperjualbelikan.
OBJEK PPN
Dalam UU PPN Pasal 4 ayat (1) huruf a disebutkan bahwa salah satu yang merupakan
Objek PPN adalah PENYERAHAN BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.
Dalam UU PPN Pasal 1A ayat 1, beberapa peristiwa yang termasuk dalam pengertian
penyerahan Barang Kena Pajak menurut UU PPN yaitu:
a. Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian
b. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/ atau perjanjian sewa guna
usaha (leasing)
c. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang
d. Pemakaian sendiri dan/ atau pemberian cuma-cuma atas BKP
e. BKP berupa persediaan dan/ atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan.
f. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya, dan/ atau penyerahan BKP
antar cabang.
g. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang dilakukan
berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap langsung dari PKP
kepada pihak yang membutuhkan BKP
OBJEK PPN
Dalam UU PPN Pasal 4 ayat (1) huruf a disebutkan bahwa salah satu yang merupakan
Objek PPN adalah PENYERAHAN BKP di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh
Pengusaha.
Namun dalam UU PPN Pasal 1A ayat 2 ada beberapa peristiwa penyerahan yang tidak
termasuk dalam pengertian penyerahan Barang Kena Pajak menurut UU PPN yaitu:
a. Penyerahan Barang Kena Pajak kepada Makelar sebagaimana dimaksud dalam
Kitab Undang-Undang Hukum Dagang
b. Penyerahan Barang Kena Pajak untuk jaminan utang piutang
c. Penyerahan Barang Kena Pajak dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya , dalam hal
PKP melakukan pemusatan tempat pajak terutang.
d. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, peleburan, pemekaran, pemecahan,
dan pengambilalihan usaha, serta Pengalihan BKP untuk tujuan setoran modal
pengganti saham, dengan syarat pihak yang melakukan pengalihan dan yang
menerima pengalihan adalah PKP.
e. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan, yang
masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan dan Pajak Masukan atas
perolehannya tidak dapat dikreditkan karena:
• Perolehan BKP tidak mempunyai hubungan langsung dengan kegiatan usaha
• Perolehan BKP kendaraan bermotor berupa sedan dan station wagon.
OBJEK PPN
Ada beberapa jenis Barang yang tidak dikenai PPN yaitu jenis barang tertentu dalam
kelompok barang sebagai berikut:
a. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya, tidak termasuk hasil pertambangan batu bara. (Jenis-jenis barangnya
lihat di modul).
b. Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak. (Jenis-jenis
barangnya lihat di modul).
c. Makanan dan Minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung,
dan sejenisnya, meliputi makanan dan minuman baik yang dikonsumsi di tempat
maupun tidak, termasuk makanan dan minuman yang diserahkan oleh usaha jasa
boga atau katering.
d. Uang, emas batangan, dan surat berharga.
OBJEK PPN
Ada beberapa jenis Jasa yang tidak dikenai PPN, yaitu:
a. Jasa Pelayanan kesehatan medis
b. Jasa pelayanan sosial
c. Jasa pengiriman surat dengan perangko
d. Jasa keuangan
e. Jasa asuransi
f. Jasa keagamaan
g. Jasa Pendidikan
h. Jasa kesenian dan hiburan
i. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan
j. Jasa angkutan umum di darat dan di air serta jasa angkutan udara dalam negeri yang tidak
terpisahkan dari jasa angkutan udara luar negeri.
k. Jasa tenaga kerja ----- Objek PPN ini perlu dijelaskan lebih lanjut oleh pengajar (PMK-83
Tahun 2012)
l. Jasa perhotelan
m. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara
umum
n. Jasa penyediaan tempat parkir
o. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
p. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
q. Jasa boga atau katering
SUBJEK PPN
Membahas Subjek pada UU PPN, sebenarnya sudah terkandung pada Pasal
4 ayat (1) UU PPN yang mengatur mengenai Objek Pajak.
Jika dicermati, setidaknya ada tiga kriteria subjek dalam PPN:
1. Pengusaha Kena Pajak untuk penyerahan
2. Pengusaha untuk penyerahan di dalam negeri (penyerahan dalam
daerah Pabean)
3. Siapapun, untuk kegiatan impor BKP, Pemanfaatan BKP tidak berwujud/
JKP dari luar daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.
SUBJEK PPN
1. Pengertian Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak (PKP) adalah Pengusaha yang melakukan
penyerahan BKP dan/ atau JKP yang dikenai pajak berdasarkan Undang-
Undang PPN.

Pengusaha adalah orang pribadi maupun badan dalam bentuk apapun yang
dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya menghasilkan barang, mengimpor
barang, mengekspor barang, melakukan usaha perdagangan, memanfaatkan
barang tidak berwujud dari luar daerah pabean, melakukan usaha jasa
termasuk mengekspor jasa, atau memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.

Pada prinsipnya semua Pengusaha yang menyerahkan BKP atau JKP wajib
menjadi PKP kecuali Pengusaha Kecil.

Pengusaha Kecil merupakan Pengusaha yang selama satu tahun buku


melakukan penyerahan BKP dan/ atau JKP dengan jumlah peredaran Rp.
4.800.000.000. Namun untuk kepentingan tertentu, Pengusaha Kecil dapat
memilih untuk dikukuhkan menjadi PKP.
SUBJEK PPN
2. Kewajiban Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha Kena Pajak diwajibkan:
1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena Pajak
2. Memungut pajak yang terutang
3. Menyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam hal PK lebih besar
dari PM yang dapat dikreditkan serta menyetorkan PPnBM yang terutang
(jika ada PPnBM)
4. Melaporkan penghitungan pajak
Kewajiban di atas tidak berlaku untuk pengusaha kecil yang batasannya
ditetapkan oleh Menteri Keuangan.
Terkait dengan kewajiban pengukuhan PKP pengusaha wajib melaporkan
usahanya untuk dikukuhkan sebagai PKP paling lama akhir bulan berikutnya
setelah bulan saat jumlah peredaran brutonya melebihi Rp. 4.800.000.000.

Dalam hal pengusaha tidak memenuhi kewajiban tersebut, apabila diperoleh


data dan/ atau informasi yang menunjukkan adanya kewajiban yang tidak
dipenuhi, DJP dapat menerbitkan ketetapan dan/ atau tagihan pajak terhitung
sejak saat jumlah peredaran bruto dan/ atau penerimaan brutonya melebihi
Rp. 4.800.000.000.
SUBJEK PPN
3. Tempat Pengukuhan Pengusaha Kena Pajak

KPP yang wilayah kerjanya meliputi tempat


kegiatan usaha WP

Tempat
Pengukuhan
PKP

KPP Tertentu sesuai peraturan perundang-


undangan perpajakan

Anda mungkin juga menyukai