(PPN)
Dasar Hukum
UU No.42 Tahun 2009
Tentang Pengenaan PPN dan PPnBM atas BKP dan
JKP yang dikonsumsi di dalam negeri
Pengertian PPN
Pajak Atas Konsumsi Barang Atau Jasa
Di Dalam Daerah Pabean
Oleh Orang Pribadi Badan
Pajak yang dikenakan sebesar 10% atas BKP dan
JKP yang dikonsumsi di dalam negeri Sedangkan
yang tidak dikonsumsi didalam negeri atau di
EKSPOR akan dikenakan pajak sebesar 0%.
Pajak ini dikenakan dan dipungut beberapa kali
pada berbagai mata rantai jalur perusahaan.
Karakteristik PPN
PPN adalah pajak tidak langsung, artinya beban pajak dilimpahkan
kepada pihak lain. Sehingga pemikul beban pajak dan penyetor pajak ke
negara berada pada pihak yang berbeda.
PPN adalah pajak objektif, artinya timbulnya kewajiban pajak ditentukan
oleh objek pajak.
PPN bersifat multi stage levy, artinya dikenakan pada setiap mata rantai
jalur produksi dan jalur distribusi.
PPN merupakan pajak atas konsumsi di dalam negeri (destination
principle).
Pemungutan pajaknya menggunakan faktur pajak.
Penghitungan PPN terutang yang disetor ke negara menggunakan
indirect substraction method/credit method/invoice method dengan cara
mengkreditkan pajak masukan (PK-PM).
PPN tidak menimbulkan pajak berganda, artinya Pajak atas konsumsi
tidak akan dikenakan dua kali.
CONTOH: MULTI STAGE LEVY
(NON-KUMULATIF)
Pengusaha
Pajak Penjualan (PPn) bersifat kumulatif
Harga Jual PPn 10% Setor ke Negara Harga
Benang 1,000 100 100 1,100
Tekstil 2,100 210 210 2,310
Garment 3,310 331 331 3,641
Pedagang Besar 4,641 464 464 5,105
Pedangan Eceran 6,105 611 611 6,716
1.
Penyerahan hak atas BKP karena suatu perjanjian.
2. Pengalihan BKP karena suatu perjanjian sewa beli dan/ perjanjian sewa
guna usaha (leasing).
3. Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang.
4. Pemakaian sendiri dan/atau pemberian cuma-cuma atas BKP.
5. BKP berupa persediaan dan/atau aktiva yang menurut tujuan semula
tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran
perusahaan.
6. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau BKP
antar cabang.
7. Penyerahan BKP secara konsinyasi.
8. Penyerahan BKP oleh PKP dalam rangka perjanjian pembiayaan yang
dilakukan berdasarkan prinsip syariah, yang penyerahannya dianggap
langsung dari PKP kepada pihak yang membutuhkan BKP.
Bukan Penyerahan BKP
1.
Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana dimaksud dalam kitab
undang-undang hukum dagang.
2. Penyerahan BKP untuk jaminan utang piutang.
3. Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan BKP antar cabang selama PKP melakukan pemusatan
tempat pajak terutang.
4. Pengalihan BKP dalam rangka penggabungan, pemekaran, peleburan,
pemecahan dan pengambilalihan usaha dengan syarat pihak yang
melakukan pengalihan dan yang menerima pengalihan adalah PKP.
5. BKP berupa aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk
diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
dan yang kena pajak masukan atas perolehannya tidak dapat
dikreditkan karena perolehan BKP atau JKP tsb tidak mempunyai
hubungan langsung dengan kegiatan usaha atau karena pengeluaran tsb
tidak untuk perolehan dan pemeliharaan kendaraan bermotor berupa
sedan dan station wagon, kecuali merupakan dagangan atau disewakan.
Pengusaha Kena Pajak
adalah orang pribadi atau badan yang dalam
kegiatan usaha atau pekerjaannya
menghasilkan barang, mengimpor barang,
mengekspor barang, melakukan usaha
perdagangan, memanfaatkan barang tidak
berwujud dari luar pabean, melakukan usaha
jasa atau memanfaatkan jasa dari luar daerah
pabean.
pengusaha kecil dapat memilih untuk dikukuhkan
sebagai PKP. Pengusaha kecil adalah pengusaha
yang selama satu tahun buku melakukan
penyerahan BKP dan/atau JKP dengan jumlah
peredaran bruto dan/atau penerimaan bruto tidak
lebih dari Rp. 4.800.000.000.
Kegiatan Usaha PKP
1. Menghasilkan barang
2. Mengimpor barang
3. Mengekspor barang
4. Melakukan usaha perdagangan
5. Memanfaatkan barang tidak berwujud dari luar
daerah pabean
6. Melakukan usaha jasa
7. Memanfaatkan jasa dari luar daerah pabean
Kewajiban PKP
1. Melaporkan usahanya untuk dikukuhkan sebagai
PKP
2. Memungut pajak yang terutang
3. Meyetorkan PPN yang masih harus dibayar dalam
hal pajak keluaran lebih besar daripada pajak
masukan yang dapat dikreditkan
4. Melaporkan penghitungan pajak
Objek Pajak Pertambahan Nilai
1. Penyerahan BKP di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha.
2. Impor BKP. Pajak juga dipungut pada saat impor BKP.
3. Penyerahan JKP di dalam daerah pabean yang dilakukan
oleh pengusaha.
4. Pemanfaatan BKP tidak berwujud dari luar daerah pabean di
dalam daerah pabean.
5. Pemanfaatan JKP dari luar daerah di dalam daerah pabean
oleh siapa pun.
6. Ekspor BKP tidak berwujud oleh PKP.
7. Ekspor JKP oleh PKP.
SUBJEK PPN
Pengusaha Kena Pajak
Pengusaha yang memilih menjadi PKP
Orang pribadi atau badan yang melakukan
pembangunan rumahnya sendiri dengan
persyaratan tertentu (KMS)
PENGECUALIAN OBJEK
PPN
Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran
yang diambil langsung dari sumbernya.
Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan
oleh rakyat banyak
Uang, emas batangan dan surat berharga
Penyerahan BKP kepada makelar sebagaimana UU
Hukum Dagang
Penyerahan BKP untuk jaminan hutang piutang
Penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya
dan penyerahan BKP antar cabang dalam hal PKP
memperoleh ijin pemusatan tempat pajak terutang
BARANG DIBEBASKAN PPN
(PP No. 146 Tahun 2000)
Rumah sederhana, RSS, rusun sederhana, pondok boro, asrama mahasiswa dan
pelajar serta perumahan lain yg ditetapkan KMK.
Senjata, amunisi, alat angkut di air, alat angkut di bawah air, alat angkut di
udara, kendaraan lapis baja, kendaraan angkutan khusus lainnya dan
komponen atau bahan yang diperlukan dalam pembuatan senjata dan amunis
oleh PT. PINDAD utk TNI/Polri.
Vaksin polio dalam rangka pelaksanaan program PIN.
Buku pelajaran umum, kitab suci, dan buku pelajaran.
Kapal dan suku cadang dan alat keselamatan pelayaran atau alat kesela-matan
manusia yg digunakan oleh perusahaan pelayaran nasional atau perusahaan
penangkap ikan nasional.
Pesawat udara dan suku cadang serta alat keselamatan penerbangan dan
keselamatan manusia yang digunakan perusahaan airline nasional.
Kereta api, suku cadang, alat keselamatan yang digunakan PT. KAI.
Peralatan yg digunakan utk penyediaan data batas negara kepada TNI.
BARANG DIBEBASKAN PPN
(PP No. 12 Tahun 2001)
Barang modal berupa mesin dan peralatan pabrik tidak termasuk suku cadang
yang diperlukan secara langsung dalam proses menghasilkan BKP
Makanan ternak, unggas, ikan dan atau bahan baku pembuatan makanan
ternak, unggas dan ikan.
Impor atau penyerahan barang didalam daerah pabean bibit dan atau benih dari
barang hasil pertanian, perkebunan, kehutanan, peternakan, penangkaran, atau
perikanan.
Penyerahan di dalam daerah pabean barang hasil pertanian yang dilakukan
oleh petani atau kelompok tani.
Penyerahan bahan baku perak dlm btk butiran (granule) atau batangan.
Bahan baku pembuatan uang kertas rupiah dan uang logam rupiah.
Penyerahan air bersih yg dialirkan melalui pipa oleh perusahaan air minum.
Penyerahan listrik kecuali utk perubahan dgn daya lebih dari 6000 watt.
Bukan JKP
Jasa kesehatan medis Tenaga kerja
Pelayanan sosial Perhotelan
Pengiriman surat dgn Jasa pemerintah
prangko Parkir
Jasa keuangan Telpon umum uang logam
Jasa asuransi Pengiriman uang wesel
Kesenian dan hiburan pos
Jasa angkutan umum Catering/jasa boga
darat, udara dan air
JASA TIDAK DIKENAKAN PPN
(PP No. 144 Tahun 2000)
Jasa dibidang pelayanan jasa medik: dukun kampung, para-
normal, dokter, mulai dari puskesmas sampai rumah sakit mahal.
Jasa dibidang pelayanan sosial: panti asuhan, panti wreda,
krematorium, yayasan pemakaman, jasa pemadam kebakaran.
Jasa dibidang pengiriman surat dengan perangko.
Jasa dibidang perbankan, asuransi, dan sewa guna usaha dengan
hak opsi.
Jasa dibidang keagamaan.
Jasa dibidang pendidikan, baik pendidikan sekolah ataupun luar
sekolah seperti kursus. Kecuali jasa pendidikan tersebut berkaitan
dengan penyerahan BKP.
JASA TIDAK DIKENAKAN PPN
(PP No. 144 Tahun 2000)
Jasa dibidang kesenian dan hiburan yang sudah dikenakan pajak
tontonan.
Jasa dibidang penyiaran yang bukan bersifat iklan.
Jasa dibidang angkutan umum di darat dan air, termasuk jasa
angkutan udara luar negeri.
Jasa dibidang tenaga kerja, selama penyedia jasa tidak
bertanggung-jawab atas hasil kerja tenaga kerja dimaksud.
Jasa dibidang perhotelan, meliputi persewaan kamar, rumah
penginapan, motel, losmen, hostel, serta fasilitas utk tamu mengi-
nap, dan jasa persewaan ruangan untuk kegiatan acara.
Jasa yang disediakan pemerintah dalam rangka menjalankan
pemerintahan secara umum.
JASA KENA PAJAK TERTENTU
Jasa Custodian berupa penitipan (safe custody) yang dilakukan oleh
bank meliputi jasa penyimpanan, penjagaan serta pemeliharaan.
Jasa Anjak Piutang, berupa pembelian atau pengalihan
piutang/tagihan jangka pendek serta penatausahaan penjualan
kredit serta penagihan klien. Dilakukan oleh bank, lembaga
keuangan bukan bank, perusahaan pembiayaan, PT, dan Koperasi.
DPPnya adalah 5% dari jumlah imbalan yang diterima berupa
service charge, provisi dan diskon.
Jasa Wali Amanat, jasa trusteeship/agency.
Jasa Periklanan .
Jasa Perdagangan termasuk e-commerce.
Jasa Biro Perjalanan/Wisata dan Pengiriman Paket (DPP = 10%).
Jasa Sewa Ruangan, DPP = Harga sewa + (0.4 x service charge).
JASA DIBEBASKAN PPN
(PP No. 146 Tahun 2000)
Jasa yang diterima perusahaan pelayaran nasional atau perusa-haan
penangkapan ikan nasional meliputi jasa persewaan, jasa
pelabuhan, jasa perawatan (docking) kapal.
Jasa yang diterima perusahaan angkutan udara nasional meliputi
jasa persewaan, perawatan atau reparasi.
Jasa perawatan atau reparasi yang diterima oleh PT. KAI.
Jasa kontraktor bangunan rmh sederhana, RSS, rusun sederhana,
pondok boro, asrama masahasiswa atau pelajar serta perumahan
lainnya yang ditetapkan oleh KMK.
Jasa persewaan rusun sederhana, rumah sederhana, dan RSS.
Jasa yang diserahkan oleh TNI sehubungan data batas/foto udara
wilayah NKRI.
SKEMA PPN
Penyerahan BKP/JKP
Membuat Faktur Pajak
PPN
contoh :
1. PKP A menjual tunai BKP dengan harga jual Rp. 25.000.000
PPN yang terutang : 10% x Rp. 25.000.000 = Rp.2.500.000
PPN sebesar Rp. 2.500.000 tsb merupakan pajak keluaran yang
dipungut oleh PKP A.
2. PKP B melakukan ekspor BKP dengan nilai ekspor Rp.10.000.000
PPN yang terutang : 0% x Rp.10.000.000 = Rp. 0
PPN sebesar Rp.0 tsb merupakan pajak keluaran.
Dasar Pengenaan pajak PPnBM dalam
penyerahan BKP oleh PKP yang menghasilkan
BKP atau mengimpor BKP
Contoh :
PT. X menghasilkan BKP yg tergolong mewah menjual BKP tsb
kepada PT.A dengan harga jual sebesar Rp.100.000.000. atas
penjualan tsb dikenai PPN 10% dan PPnBM 20%. Dasar
pengenaan pajak atas penyerahan BKP yg tergolong mewah tsb
sebesar Rp.100.000.000, tdk termasuk PPN 10% dan PPnBM 20%
yang dikenakan atas penyerahan BKP tsb.
Jumlah yg harus dibayar oleh PT.A adalah sbb :
DPP (harga jual) : Rp.100.000.000
PPN : Rp. 10.000.000
PPnBM : Rp. 20.000.000 +
Jumlah yg hrs dibayar PT.A : Rp.130.000.000
lanjutan
Kemudian PKP A tsb menjual BKP tsb kepada PKP B
dengan mengharapkan keuntungan sebesar
Rp.15.000.000.
Berikut jumlah yg harus dibayar PKP B :
Harga beli PKP A : Rp.100.000.000
PPnBM yang telah dibayar : Rp. 20.000.000
Keuntungan yg diharapkan : Rp. 15.000.000 +
Dasar pengenaan pajak : Rp.135.000.000
PPN : Rp. 13.500.000 +
Jumlah yg dibayar PKP B : Rp.148.500.000
Kelebihan PPN
Mencegah pajak berganda
Netral dalam perdagangan dalam dan luar negeri
Konsumen sebagai pemikul beban pajak tidak
merasa dibebani oleh PPN sehingga memudahkan
fiskus untuk memungutnya
Kelemahan PPN
Biaya administrasi relatif tinggi dibandingkan
dengan PTL (Penyertaan Tidak Langsung) lainnya.
Dampak regresif.
Rawan manipulasi/penyelundupan sehingga
menuntut tingkat pengawasan yang lebih cermat
dalam administrasi pajak.
…
PPN timbul karena digunakannya faktor faktor
produksi dalam setiap perusahaan sewaktu
menyiapkan, menghasilkan, menyalurkan dan
memperdagangkan barang atau pemberian
pelayanan jasa kepada konsumen.
Penyerahan atau IMPOR barang yang tergolong
mewah selain dipungut PPN juga dikenakan
PPnBM dan hanya SATU KALI dipungut pada
tingkatan PABRIKAN atau waktu IMPOR BARANG
Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
PAJAK MASUKAN (PM) adalah PPN yang
seharusnya sudah dibayar oleh PKP karena
perolehan BKP dan atau penerimaan JKP dan atau
Impor BKP
Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan,
maka selisihnya merupakan pajak yang harus disetor ke Kas Negara oleh PKP.
2. Selama bulan april 2016 terjadi kegiatan usaha sebagai berikut:
Membeli bahan baku dari pabrikan Rp 30.000.000
Menyerahkan hasil produksi dengan harga jual Rp 20.000.000
Jika PPN telah menjadi bagian dari harga atau pembayaran atas
penyerahan BKP atau JKP maka PPN yang terutang adalah 10/110 dari
harga atau pembayaran atas penyerahan barang penyerahan barang
kena pajak dan atau penyerahan jasa kena pajak.
Jika penyerahan BKP atau JKP tersebut juga terutang PPnBM dan telah
menjadi bagian dari harga atau pembayaran atas penyerahan barang
kena pajak maka perhitungan pajaknya adalah sebagai berikut :
Meskipun harga jual Rp 850.000 tetapi karena pembayaran termasuk PPN dan
PPnBM berjumlah Rp 1.105.000 (diatas Rp 1.000.000) maka PPN dan PPnBM
yang terutang harus dipungut oleh Bendaharawan Pemerintah atau KPPN
Contoh 2 :
Harga jual Rp 750.000
PPN : 10/100 x Rp 800.000 Rp 75.000
PPnBM : 20/100 x Rp 800.000 Rp 150.000
Harga jual termasuk PPn dan PPnBM Rp 975.000
Yang dimaksud dengan kegiatan membangun sendiri adalah
kegiatan membangun bangunan yang dilakukan tidak dalam
kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan
yang hasilnya digunakan sendiri atau digunakan pihak lain.
Sedangkan yang dimaksud dengan bangunan berupa satu
atau lebih konstruksi teknik yang ditanam atau dilekatkan
secara tetap pada satu kesatuan tanah dan/atau perairan
dengan kriteria :
1. Konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu
bata atau bahan sejenis dan/atau baja
2. Diperuntukkan bagi tempat tinggal atau tempat kegiatan usaha
3. Luas keseluruhan paling sedikit 200 m2
Tarif dan Dasar Pengenaan Pajak
Atas kegiatan membangun sendiri dikenakan PPN
dengan tarif 10% dikalikan dengan dasar pengenaan
pajak.
Dasar pengenaan pajak atas KMS adalah 20% dari
jumlah biaya yang dikeluarkan dan/atau yang
dibayarkan untuk membangun sendiri, tidak termasuk
harga perolehan tanah.
PPN : 10% x (20% x jumlah biaya yang dikeluarkan)
Pajak masukan yang dibayar sehubungan dengan KMS
tidak dapat dikreditkan.
Saat dan Tempat Pajak Terutang
Saat yang menentukan PPN terutang adalah saat dimulainya secara
fisik kegiatan membangun sendiri (menggali fondasi, memasang
tiang pancang dll)
KMS yang dilakukan secara bertahap dianggap merupakan satu
kesatuan kegiatan sepanjang tenggang waktu antara tahap-tahapan
tersebut tidak lebih dari 2 tahun.
Tempat pajak terutang atas KMS adalah di tempat bangunan
tersebut didirikan.
Orang pribadi atau badan yang melakukan KMS harus menyetorkan
PPN yang terutang ke kas negara melalui kantor pos atau bank
persepsi paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah
berakhirnya masa pajak dengan menggunakan surat setoran pajak.
Terimakasih