Oleh :
KELOMPOK I
JUDUL..................................................................................................................i
ii
PPN dan PPnBM
1
3. Untuk impor, yang menjadi DPP adalah nilai impor.
4. Untuk ekspor, yang mrnjadi DPP adalah nilai ekspor.
5. Atas kegiatan membangun sendiri bangunan permanen dengan luas 300 m 2 atau
lebih, yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan tidak dalam lingkungan
perusahaan atau pekerjaannya, DPP-nya adalah 40% (empat puluh persen) dari
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membangun (tidak termasuk harga
perolehan tanah).
6. Untuk pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian
setelah dikurangi laba kotor.
7. Untuk pemberian cuma-cuma BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
8. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan harga jual
rata-rata.
9. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film.
10. Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual eceran.
11. Untuk BKP berupa persediaan dan atau aktiva yang menurut tujuan semula tidak
untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan,
adalah harga pasar wajar.
12. Untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan atau
penyerahan BKP antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan.
13. Untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang
disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli.
14. Untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang.
15. Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% (sepuluh persen) dari
jumlah yang ditagih atau jumlah yang seharusnya ditagih.
16. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10%
(sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau jumlah yabg seharusnya ditagih.
2
Tarif PPN yang berlaku saat ini adalah 10% (sepuluh persen). Sedangkan tarif
PPN sebesar 0% (nol persen) diterapkan atas :
1. Ekspor BKP Berwujud
2. Ekspor BKP Tidak Berwujud
3. Ekspor JKP
2. Tarif Pajak Penjualan atas Barang Mewah
Tarif PPn BM dapat ditetapkan dalam beberapa kelompok tarif, yaitu tarif paling
rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 200% (dua ratus persen). Atas ekspor
Barang Kena Pajak yang tergolong mewah dikenai pajak dengan tarif 0% (nol persen).
4
9.7 Faktur Pajak
Faktur Pajak adalah bukti pungutan pajak yang dibuat oleh Pengusaha Kena
Pajak yang melakukan penyerahan BKP atau penyerahan JKP.
Faktur Pajak dibuat pada :
1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
2. Saat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi sebelum
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa Kena Pajak;
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan; atau
4. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan.
Dalam Faktur Pajak harus dicantumkan keterangan tentang penyerahan BKP
dan/atau penyerahan JKP yang paling sedikit memuat:
1. Nama, alamat, dan NPWP yang menyerahkan BKP atau JKP;
2. Nama, alamat, dan NPWP pembeli BKP atau penerima JKP;
3. Jenis barang atau jasa, jumlah Harga Jual atau Penggantian, dan potongan harga;
4. PPN yang dipungut;
5. PPnBM yang dipungut;
6. Kode, nomor seri, dan tanggal pembuatan Faktur Pajak; dan
7. Nama dan tanda tangan yang berhak menandatangani Faktur Pajak.
Faktur Pajak harus dibuat pada :
1. Saat penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak;
2. Surat penerimaan pembayaran dalam hal penerimaan pembayaran terjadi
sebelum penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau sebelum penyerahan Jasa
Kena Pajak;
3. Saat penerimaan pembayaran termin dalam hal penyerahan sebagian tahap
pekerjaan;
4. Untuk Faktur Pajak gabungan harus dibuat paling lama pada akhir bulan
penyerahan Barang Kena Pajak dan/atau Jasa Kena Pajak;
5. Saat lain yang diatur dengan atau berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan
tersendiri.
5
9.8 Mekanisme Kredit Pajak
Pembeli Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak, pengimpor Barang
Kena Pajak, pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean, atau pihak yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean wajib membayar Pajak Pertambahan Nilai dan berhak menerima bukti pungutan
pajak. Pajak Pertambahan Nilai yang seharusnya sudah dibayar tersebut merupakan
Pajak Masukan bagi pembeli Barang Kena Pajak, penerima Jasa Kena Pajak, pengimpor
Barang Kena Pajak, pihak yang memanfaatkan Barang Kena Pajak Tidak Berwujud dari
luar Daerah Pabean, atau pihak yang memanfaatkan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah
Pabean yang berstatus sebagai Pengusaha Kena Pajak.
Pajak Masukan yang wajib dibayar tersebut oleh Pengusaha Kena Pajak dapat
dikreditkan dengan Pajak Keluaran yang dipungutnya dalam Masa Pajak yang sama.
Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, tetapi belum dikreditkan dengan Pajak Keluaran
pada Masa Pajak yang sama, dapat dikreditkan pada Masa Pajak berikutnya paling lama
3 (tiga) bulan setelah berakhirnya Masa Pajak yang bersangkutan sepanjang belum
dibebankan sebagai biaya dan belum dilakukan pemeriksaan.
Apabila dalam satu Masa Pajak, Pajak Keluaran lebih besar daripada Pajak
Masukan yang dapat dikreditkan, maka selisihnya merupakan PPN yang harus
disetorkan oleh PKP ke Kas Negara paling lama akhir bulan berikutnya setelah Masa
Pajak berakhir dan sebelum Surat Pemberitahuan Masa PPN disampaikan. Sedangkan
apabila dalam suatu Masa Pajak, Pajak Masukan yang dapat dikreditkan lebih besar
daripada Pajak Keluarannya, maka selisihnya merupakan kelebihan pajak yang dapat
dimintakan kembali (restitusi) atau dikompensasikan pada Masa Pajak berikutnya.
6
pembelian barang kena pajak dari pengusaha kena pajak. Pengusaha kena pajak akan
mencatat utang pajak di sisi kredit.
Pajak masukan adalah pajak pertambahan nilai yang seharusnya sudah dibayar
oleh pengusaha kena pajak karena perolehan barang kena pajak dan atau penerimaan
jasa kena pajak dan atau pemanfaatan barang kena pajak tidak berwujud dari luar daerah
pabean dan atau pemanfaatan jasa kena pajak dari luar daerah pabean dan atau impor
barang kena pajak.
Pajak masukan sendiri berfungsi sama seperti jenis pajak pada umumya
yaitu budgetair, regulerend, fungsi stabilitas dan fungsi redistribusi pendapatan. Tata
cara umum Pajak Pertambahan Nilai (PPN) adalah pengusaha kena pajak
mengkreditkan pajak masukan dalam suatu masa dengan pajak keluaran dalam masa
pajak yang sama.
Apabila dalam masa pajak tersebut lebih besar pajak keluaran, kelebihan pajak
keluaran harus disetorkan ke kas negara. Sebaliknya, apabila dalam masa pajak tersebut
pajak masukan lebih besar dari pajak keluaran, kelebihan pajak masukan dapat
dikompensasikan ke masa pajak berikutnya atau dimintakan restitusi.
Pajak Keluaran
Pajak keluaran adalah pajak yang dikenakan atas penjualan barang kena pajak
yang ditambahkan sebesar 10% dari harga jual. Pajak keluaran dikenakan ketika
Pengusaha Kena Pajak melakukan penjualan terhadap barang kena pajak atau jasa kena
pajak.
Adapun batas waktu untuk melakukan pengkreditan pajak keluaran tersebut
adalah tiga bulan setelah masa pajak berakhir sehingga PKP memiliki waktu yang
cukup leluasa untuk melakukan pengkreditan pajaknya. Pajak Keluaran sendiri
berfungsi sama seperti jenis pajak pada umumya yaitu budgetair, regulerend, fungsi
stabilitas dan fungsi redistribusi pendapatan.
Pajak keluaran sama dengan pajak dibayar di muka. Istilah pajak keluaran ini
mengartikan bahwa orang/badan yang membeli barang/jasa kena pajak sekaligus
membayar pajak kepada pengusaha kena pajak. Pembeli ini akan mencatat pajak
dibayar di muka di sisi debit.
7
Batas waktu untuk melakukan pengkreditan pajak masukan adalah tiga bulan setelah
masa pajak berakhir sehingga PKP memiliki waktu yang cukup lama untuk melakukan
pengkreditan pajaknya.
8
paling lama tanggal 15 bulan berikutnya setelah berakhirnya masa pajak, dengan
menggunakan Surat Setoran Pajak Kegiatan membangun sendiri wajib dilaporkan
kepada Kantor Pelayanan Pajak yang wilayahnya meliputi tempat bangunan tersebut
dengan mempergunakan lembar ketiga Surat Setoran Pajak paling lama akhir bulan
berikutnya setelah berakhirnya masa pajak.
PPnBM
PKP “ABC” sebagai pabrikan menyerahkan barang hasil produksinya dengan harga jual
Rp. 10.000.000,00. Barang tersebut merupakan BKP yang tergolong mewah dengan
tarif PPn BM sebesar 40%. Penghitungan pajak yang harus dipungut adalah sebagai
berikut :
PPN = 10% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00
PPnBM = 40% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00
Kredit PPN
Contoh 1 :
Selama bulan takwim terjadi kegiatan usaha sebagai berikut:
Membeli bahan baku dan lain-lain dari pabrikan Rp 100.000.000,00.
Menyerahkan hasil produksi dengan harga jual Rp 60.000.000,00
Pajak Masukan yang dipungut oleh PKP lain adalah sebesar:
10% x Rp 100.000.000,00 = Rp 10.000.000,00
Pajak Keluaran yang harus dipungut:
10% x Rp 60.000.000,00 = Rp 6.000.000,00
9
PPN yang lebih dibayar dalam Masa Pajak yang bersangkutan:
Rp 10.000.000,00 – Rp 6.000.000,00 = Rp 4.000.000,00
Kelebihan tersebut dapat dikompensasi pada Masa Pajak berikutnya atau dapat diminta
kembali (restitusi).
Apabila dalam suatu masa pajak, pajak keluaran lebih besar dari pajak masukan, maka
selisihnya merupakan pajak yang harus disetor ke Kas Negara oleh PKP.
Contoh 2 :
Selama bulan takwim terjadi kegiatan usaha sebagai berikut:
Membeli bahan baku dan lain-lain dari pabrikan Rp 150.000.000,00
Menyerahkan BKP hasil produksi dengan harga jual Rp 200.000.000,00
Pajak Masukan yang dipungut oleh PKP lain adalah sebesar:
10% x Rp 150.000.000,00 = Rp 15.000.000,00
Pajak Keluaran yang harus dipungut:
10% x Rp 200.000.000,00 = Rp 20.000.000,00
PPN yang masih harus disetor ke Kas Negara:
Rp 20.000.000,00 – Rp 15.000.000,00 = Rp 5.000.000,00
10
PPN atas Impor
PT Wiro mengimpor barang dari Jepang. PT Wiro tidak memilki Angka pengenal
Impor, adalah perusahaan percetakan yang mengimpor mesin Fotokopi dari Jepang
sebanyak 20 unit barang. Harga faktur per unit sebesar US$500. Biaya asuransi dan
biaya angkut antar daerah pabean masing-masing 5% dan 10% dari harga faktur.
Pungutan pabean lain yang sah adalah Rp 22.500.000,-. Kurs yang ditetapkan oleh
Menteri Keuangan pada waktu itu adalah Rp 9.000. Berapa PPN terutang?
Harga faktur 20 x $500 = $10.000
Biaya asuransi 5% x $10.000 = $500
Biaya angkut 10% x $10.000 = $1.000
------------
CIF $11.500
CIF dalam Rupiah $11.500 x Rp 9.000 =
Rp.103.500.000,00
Pungutan pabean lainnya = Rp.22.500.000,00
---------------------
Nilai Impor = Rp.126.000.000,00
PPN yang terutang = 10% x Rp. 126.000.000 = Rp. 12.600.000,00
11
DAFTAR PUSTAKA
12