Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PERPAJAKAN
TENTANG
PAJAK PERTAMBAHAN NILAI

OLEH
INDRA MARDIAN (17807)
IMAAMUL MUTTAQIIN (18921)
HERU VANDHY KURNIAWAN (56404)
PENDIDIKAN EKONOMI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
2012

KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, atas
berkat rahmat dan hidayahnya maka kami dapat menyelesaikan makalah ini. Tugas ini
kami susun dengan maksud bukti tertulis dari presentasi yang akan dilaksanakan di
kelas nantinya waktu mengkuti kuliah perpajakan.
Tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah
membantu dan memberi pengarahan untuk menyelesaikan makalah ini. Sebagai
manusia biasa ,kami menyadari makalah ini masih sangat jauh dari sempurna oleh
karena keterbatasan serta pengetahuan yang kami miliki. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dimasa yang akan datang.
Akhirnya melalui sebuah doa dan harapan semoga makalah ini dapat berguna
dan bermanfaat khususnya bagi kami dan bagi para pembaca semua.

Padang, 1 Desember 2012


Penyusun

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Pengertian dan konsep pajak pertambahan nilai (PPN)
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Cara menghitung PPN dan PPNBM
2.2 Tarif PPN dan PPNBM
2.3 Dasar Pengenaan Pajak (DPP)
2.4 Contoh contoh soal perhitungan
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA

PENDAHULUAN
A. Pengertian dan konsep pajak pertambahan nilai (PPN)
Pajak pertambahan nilai adalah Pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen

Pajak yang

dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen.
Pertambahan nilai suatu barang dapat dihitung melalui dua cara pendekatan :
1.Pertama dihitung melalui selisih antara nilai suatu komiditi dengan nilai masukan
antara yang digunakan untuk menghasilkan komiditi tersebut.
2.Kedua, nilai tambah dapat juga dihtung melalui penjumlahan dari seluruh nilai
masukan primer yang digunakan untuk menghasilkan suatu komiditi.
Sistem PPN di Indonesia mendasarkan perhitungan nilai tambah pada selisih antara
nilai suatu komiditi dengan nilai masukannantara yang digunakan.
Salah satu faktor adanya PPN di Negara-negara karena PPN dapat menghindari
timbulnya pajak ganda.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Cara perhitungan PPN dan PPNBM
Perhitungan PPN dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Cara penjumlahan (addtional method) cara ini dilakukan dengan menjumlahkan
seluruh unsure nilai tambah, yaitu upah/gaji, biaya modal, penyusutan, dan biayabiaya faktor produksi lain; kemudian hasilnya dikalikan dengan person pajak.
2. Cara pengurangan (subtraction method) yaitu dengan cara mencari selisih antara
penerimaan penjualan hasil produksi perusahaan dengan pengeluaran-pengeluaran
untuk membeli masukan antara bagi produk tersebut. Hasil pengurangan ini kemudian
dikalikan dengan persentase pajak.
3. Metode kredit pajak (tax credit method) yaitu mencari selisih antara pajak yang
dibayarkan dari penerimaan penjualan produk-produk perusahaan dengan pajak yang
telah dibayar leveransir perusahaan pada saat pembelian masukan antara bagi produk
tersebut.
Cara menghitung PPN dan PPNBM pada prinsipnya adalah sebagai berikut

PPN yang terutang = tarif x DPP

PPN yang terutang merupakan Pajak Keluaran (PK) yang dipungut oleh PKP
penjual dan merupakan Pajak Masukan bagi PKP pembeli

B. Tarif PPN dan PPNBM


Tarif PPN adalah 10% (sepuluh persen)
1. Tarif PPnBM adalah paling rendah 10% (sepuluh persen) dan paling tinggi 75%
(tujuh puluh lima persen)
2. Tarif PPN dan PPnBM atas ekspor BKP adalah 0% (nol persen).

C. Dasar Pengenaan Pajak (DPP)


Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang
terutang, berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau
Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

Harga Jual adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh penjual karena penyerahan Barang Kena Pajak (BKP), tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut Undang- Undang PPN dan potongan harga
yang dicantumkan dalam Faktur Pajak.
1.

Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), tidak
termasuk PPN yang dipungut menurut UndangUndang PPN dan potongan harga yang
dicantumkan dalam Faktur Pajak.

2. Nilai Impor adalah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan Bea Masuk
ditambah pungutan lainnya yang dikenakan pajak berdasarkan ketentuan dalam
peraturan perundang-undangan Pabean untuk Impor BKP, tidak termasuk PPN yang
dipungut menurut Undang-undang PPN.
3.

Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau
seharusnya diminta oleh eksportir.

4.

Nilai lain adalah suatu jumlah yang ditetapkan sebagai Dasar Pengenaan Pajak
dengan Keputusan Menteri Keuangan. Nilai lain yang ditetapkan sebagai Dasar
Pengenaan Pajak adalah sebagai berikut:

Pemakaian sendiri BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;

Pemberian cuma-cuma BKP dan atau JKP adalah Harga Jual atau Penggantian setelah
dikurangi laba kotor;

Penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan Harga Jual rata-rata;

Penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul film;

Persedian BKP yang masih tersisa pada saat pembubaran perusahaan, adalah harga
pasar yang wajar;

Aktiva yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjualbelikan atau yang masih
tersisa pada saat pembubaran perusahaan, sepanjang PPN atas perolehan aktiva
tersebut menurut ketentuan dapatdikreditkan, adalah harga pasar wajar;

Kendaraan bermotor bekas adalah 10% dari Harga Jual.

Penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% (sepuluh persen)
dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

Jasa pengiriman paket adalah adalah 10% (sepuluh persen) dari jumlah tagihan atau
jumlah yang seharusnya ditagih;

Jasa anjak piutang adalah 5% dari jumlah seluruh imbalan yang diterima berupa
service charge, provisi, dan diskon;

Penyerahan BKP dan atau JKP dari Pusat ke Cabang atau sebaliknya dan penyerahan
BKP dan atau JKP antar cabang adalah Harga Jual atau Penggantian setelah dikurangi
laba kotor.

Penyerahan BKP kepada pedagang perantara atau melalui juru lelang adalah harga
lelang.
D. Contoh contoh perhitungan PPN
Contoh 1
PKP A dalam bulan Januari 2010 menjual tunai Barang Kena Pajak kepada PKP B
dengan Harga Jual Rp. 25.000.000,00
PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP A = 10% x Rp. 25.000.000,00 = Rp.
2.500.000,00 PPN sebesar Rp. 2.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak A.
Contoh 2.
PKP B dalam bulan Pebruari 2010 melakukan penyerahan Jasa Kena Pajak dengan
memperoleh Penggantian sebesar Rp. 15.000.000,00

PPN yang terutang yang dipungut oleh PKP B = 10% x Rp. 15.000.000,00 = Rp.
1.500.000,00 PPN sebesar Rp. 1.500.000,00 tersebut merupakan Pajak Keluaran yang
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak B.
Contoh3.
Pengusaha Kena Pajak C mengimpor Barang Kena Pajak dari luar Daerah Pabean dengan
Nilai Impor sebesar Rp. 35.000.000,00
PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai = 10% x Rp. 35.000.000,00
= Rp. 3.500.000,00
Contoh 4.
Pengusaha Kena Pajak D mengimpor Barang Kena Pajak yang tergolong Mewah dengan
Nilai Impor sebesar Rp. 50.000.000,00 Barang Kena Pajak yang tergolong mewah tersebut
selain dikenakan PPN juga dikenakan PPnBM misalnya dengan tarif 20%.
Penghitungan PPN dan PPnBM yang terutang atas impor Barang Kena Pajak yang tergolong
mewah tersebut adalah:
a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 50.000.000,00
b. PPN = 10% xRp. 50.000.000,00 = Rp. 5.000.000,00
c. PPn BM = 20% x Rp. 50.000.000,00 = Rp. 10.000.000,00
Kemudian PKP D menggunakan BKP yang diimpor tersebut sebagai bagian dari suatu
BKP yang atas penyerahannya dikenakan PPN 10% dan PPnBM dengan tarif misalnya 35%.
Oleh karena PPnBM yang telah dibayar atas BKP yang diimpor tersebut tidak dapat
dikreditkan, maka PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 dapat ditambahkan ke dalam harga
BKP yang dihasilkan oleh PKP D atau dibebankan sebagai biaya.
Misalnya PKP D menjual BKP yang dihasilkannya kepada PKP X dengan harga jual Rp.
150.000.000,00 maka penghitungan PPN dan PPn BM yang terutang adalah :
a. Dasar Pengenaan Pajak Rp. 150.000.000,00
b. PPN = 10% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 15.000.000,00
c. PPn BM = 35% x Rp. 150.000.000,00 = Rp. 52.500.000,00

PPN sebesar Rp. 5.000.000,00 yang dibayar pada saat impor merupakan pajak masukan bagi
PKP D dan PPN sebesar Rp. 15.000.000,00 merupakan pajak keluaran bagi PKP D.
Sedangkan PPnBM sebesar Rp. 10.000.000,00 tidak dapat dikreditkan. Begitu pun dengan
PPnBM sebesar Rp. 52.500.000,00 tidak dapat dikreditkan oleh PKP X
Contoh 5.
PKP "A" bulan Januari 2010 menjual tunai kepada PKP "B"
100 pasang sepatu @ Rp.100.000,00 = Rp.10.000.000,00

PPN terutang yang dipungut oleh PKP"A"


10% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00
Jumlah yang harus dibayar PKP "B" = Rp.11.000.000,00
Contoh 6.
PKP "B" dalam bulan Januari 2010 :
Menjual 80 pasang sepatu @ Rp.120.000,00 = Rp. 9.600.000,00
Memakai sendiri 5 pasang sepatu untuk pemakaian sendiri,
DPP adalah harga jual tanpa menghitung laba kotor, yaitu Rp 100.000,- per pasang = Rp
500.000,00
PPN yang terutang :
Atas penjualan 80 pasang sepatu
10% x Rp.9.600.000,00 = Rp 960.000,00
Atas pemakai sendiri
10% x Rp.500.000,00 = Rp 50.000,00
Jumlah PPN terutang = Rp 1.010.000,00
Contoh 7.
PKP Pedagang Eceran (PE) "C" menjual
BKP seharga =

Rp.10.000.000,00

Bukan BKP =

Rp. 5.000.000,00

Total Rp.15.000.000,00

PPN yang terutang


10% x Rp.10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00
PPN yang harus disetor
10% x 20% x Rp.15.000.000,00 = Rp. 300.000,00
Contoh 8.
PKP "D" pabrikan yang menghasilkan mesin cuci pakaian. Mesin cuci pakaian dikategorikan
sebagai BKP yang tergolong mewah dan dikenakan PPn BM dengan tarif sebesar 20%.
Dalam bulan Januari 1996 PKP "D" menjual 10 buah mesin cuci kepada PKP "E" seharga
Rp.30.000.000,00.
PPN yang terutang
10% x Rp.30.000.000,00 =

Rp 3.000.000,00

PPn BM yang terutang


20% x Rp. 30.000.000,000 =

Rp 6.000.000,00

PPN dan PPn BM yang terutang PKP "D" = Rp. 9.000.000,00


Contoh 9.
PKP "E" bulan Januari 1996 menjual 10 buah mesin cuci tersebut diatas seharga
Rp.40.000.000,00
PPN yang terutang
10% x Rp.40.000.000,00 = Rp. 4.000.000,00
Catatan :
PKP "E" tidak boleh memungut PPn BM, karena PKP "E" bukan pabrikan dan PPn BM
dikenakan hanya sekali.

BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN

Pajak pertambahan nilai adalah Pajak yang dikenakan atas setiap pertambahan nilai
dari barang atau jasa dalam peredarannya dari produsen ke konsumen

Pajak yang

dikenakan atas setiap pertambahan nilai dari barang atau jasa dalam peredarannya dari
produsen ke konsumen.
Pertambahan nilai suatu barang dapat dihitung melalui dua cara pendekatan :
1.Pertama dihitung melalui selisih antara nilai suatu koiditi dengan nilai masukan
antara yang digunakan untuk menghasilkan komiditi tersebut.
2.Kedua, nilai tambah dapat juga dihtung melalui penjumlahan dari seluruh nilai
masukan primer yang digunakan untuk menghasilkan suatu komiditi.
Perhitungan PPN dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu :
1. Cara penjumlahan (addtional method) cara ini dilakukan dengan menjumlahkan
seluruh unsure nilai tambah, yaitu upah/gaji, biaya modal, penyusutan, dan biayabiaya faktor produksi lain; kemudian hasilnya dikalikan dengan person pajak.
2. Cara pengurangan (subtraction method) yaitu dengan cara mencari selisih antara
penerimaan penjualan hasil produksi perusahaan dengan pengeluaran-pengeluaran
untuk membeli masukan antara bagi produk tersebut. Hasil pengurangan ini kemudian
dikalikan dengan persentase pajak.
3. Metode kredit pajak (tax credit method) yaitu mencari selisih antara pajak yang
dibayarkan dari penerimaan penjualan produk-produk perusahaan dengan pajak yang
telah dibayar leveransir perusahaan pada saat pembelian masukan antara bagi produk
tersebut.
Dasar Pengenaan Pajak adalah dasar yang dipakai untuk menghitung pajak yang
terutang, berupa: Jumlah Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau
Nilai Lain yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan.

DAFTAR PUSTAKA
Miyatso, 1991. Struktur Pajak Penjualan Pertambahan Nilai. Yogyakarta :
Liberty
Undang-Undang No.8 Tahun 1983, Tentang Pajak Petambahan Nilai Barang dan Jasa
dan Penjualan atas Barang Mewah beserta Pelaksanaannya. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai