Anda di halaman 1dari 15

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. LatarBelakang
Benarkah ilmu akuntansi ada dalam Islam? Pertanyaan ini begitu
menggelitik, karena agama sebagaimana dipahami banyak kalangan,
hanyalah kumpulan norma yang lebih menekankan pada persoalan
moralitas. Dan karenanya prinsip-prinsip kehidupan praktis yang mengatur
tatakehidupan modern dalam bertransaksi yang diatur dalam akuntansi,
tidak masuk dalam cakupan agama. Anggapan terhadap akuntansi Islam
(akuntansi yang berdasarkan syariah Islam) wajar saja dipertanyakan
orang. Sama halnya pada masa lalu orang meragukan dan
mempertanyakan seperti apakah ekonomi islam. Jika kita mengkaji lebih
jauh dan mendalam terhadap sumber dari ajaran Islam –Al-Qur’an maka
kita akan menemukan ayat-ayat maupun hadits-hadits yang membuktikan
bahwa Islam juga membahas ilmu akuntansi. Agama diturunkan untuk
menjawab persoalan manusia, baik dalam tataran makro maupun mikro..
Ajaran agama memang harus dilaksanakan dalam segala aspek kehidupan.
Dalam pelaksanaannya, ajaran agama sebagai “pesan-pesan langit” perlu
penerjemahan dan penafsiran. Inilah masalah pokoknya : “membumikan”
ajaran langit. Di dunia, agama harus dicari relevansinya sehingga dapat
mewarnai tata kehidupan budaya, politik, dan sosial-ekonomi umat.
Dengan demikian, agama tidak melulu berada dalam tataran normatif saja.
Karena Islam adalah agama amal. Sehingga penafsirannya pun harus
beranjak dari normatif menuju teoritis-keilmuan yang faktual. Eksistensi
akuntansi dalam Islam dapat kita lihat dari berbagai bukti sejarah maupun
dari Al-Qur’an. Dalam Surat Al-Baqarah ayat 282, dibahas masalah
muamalah. Termasuk di dalamnya kegiatan jual-beli, utang-piutang dan
sewa-menyewa. Dari situ dapat kita simpulkan bahwa dalam Islam telah
ada perintah untuk melakukan sistem pencatatan yang tekanan utamanya
adalah untuk tujuan kebenaran, kepastian, keterbukaan, dan keadilan

1
antara kedua pihak yang memiliki hubungan muamalah. Dalam bahasa
akuntansi lebih dikenal dengan accountability.Wacana Akuntansi Syariah
Akuntansi konvensional yang sekarang berkembang adalah sebuah disiplin
dan praktik yang dibentuk dan membentuk lingkungannya. Oleh karena
itu, jika akuntansi dilahirkan dalam lingkungan kapitalis, maka informasi
yang disampaikannyapun mengandung nilai-nilai kapitalis. Kemudian
keputusan dan tindakan ekonomi yang diambil pengguna informasi
tersebut juga mengandung nilai-nilai kapitalis. Singkatnya, informasi
akuntansi yang kapitalistik akan membentuk jaringan kuasa yang
kapitalistik juga. Jaringan inilah yang akhirnya mengikat manusia dalam
samsara kapitalisme. Dan nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat
Islam dan barat terdapat perbedaan yang sangat besar. Dalam masyarakat
Islam terdapat sistem nilai yang melandasi setiap aktivitas masyarakat,
baik pribadi maupun komunal. Hal ini tidak ditemukan dalam kehidupan
masyarakat barat. Perbedaan dalam budaya dan sistem nilai ini
menghasilkan bentuk masyarakat, praktik, serta pola hubungan yang
berbeda pula.Tujuan akuntansi syariah adalah terciptanya peradaban bisnis
dengan wawasan humanis, emansipatoris, transendental, dan teologis.
Dengan akuntansi syariah, realitas sosial yang dibangun mengandung nilai
tauhid dan ketundukan kepada ketentuan Allah swt

1.2. Rumusan Masalah


1. Dapat menjelaskan Sejarah Akuntansi Islam?
2. Dapat menjelaskan bagaimana pandangan Islam terhadap akuntansi?
3. Dapat Menggambarkan Prinsip Umum Akuntansi Islam?

1.3. Tujuan
Adapun tujuan penulis adalah untuk memenuhi tugas dalam mata
kuliah Pendidikan Pancasila, selain itu juga ada beberapa tujuan
diantaranya :

2
a) Mengetahui lebih jauh tentang pandangan Islam terhadap ilmu
akuntansi.
b) Mengetahui Sejarah Akuntansi Islam.
c) Mengetahui gambaran prinsip umum Akuntansi Islam.
d) Untuk menambah wawasan dan pengalaman kami sebagai
mahasiswa/ i.

1.4. Manfaat
1) Meningkatkan wawasan dan pengetahuan tentang pengaruh Islam
terhadap ilmu akuntansi.
2) Meningkatkan rasa disiplin dan tanggung jawab dalam menyelesaikan
tugas yang diberikan oleh dosen.
3) Sebagai bahan bacaan dan acuan bagi diri sendiri serta teman-teman
mahasiswa disemua jurusan.

3
BAB II
LANDASAN TEORI

2.1. Pengertian Akuntansi


Dalam dunia usaha, dunia pendidikan, dunia perbankan, dunia
bisnis dan lain jenis usaha tentunya kita sudah tak asing lagi dengan kata
akuntansi.sebagaimana perkembanagan zaman, akuntansi juga mengalami
perkembangan. Akuntansi juga memiliki beberapa pengertian. definisi
akuntansi ini yang selalu berubah mengikuti perubahan dan perkembangan
dunia bisnis.
Kata akuntansi berasal dari bahasa Inggris “to account” yang
berarti memperhitungkan atau mempertangung jawabkan dan kata
“accountancy” yang berarti hal-hal yang bersangkutan dengan sesuatu
yang dikerjakan oleh akuntan (accountant).
1. Definisi menurut Kegunaan
Akuntansi merupakan aktifitas jasa yang berfungsi memberikan
informasi kuantitatif mengenai kesatuan-kesatuan ekonomi terutama yang
bersifat keuangan yang bermanfaat dalam pengambilan keputusan.
2. Definisi menurut kegiatan
Akuntansi adalah seni mencatat, mengklasifikasi dan
mengikhtisarkan transaksi-transaksi / kejadian yang sekurang-kurangnya
bersifat keuangan keuangan dengan cara menginterpretasikan hasil-
hasilnya. Dari definisi yang telah dikemukakan di atas bisa di simpulkan
bahwa, Akuntansi adalah Proses mengidentifikasi mengukur dan
melaporkan informasi ekonomi untuk memungkinkan dilakukannya
penilaian serta pengambilan keputusan secara jelas dan tegas bagi pihak-
pihak yang menggunakan informasi tersebut.

2.2. Pengertian Akuntansi Dalam Konsep Islam


Akuntansi (accounting) sendiri dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah al-muhasabah. Dalam konsep Islam, akuntansi termasuk dalam

4
masalah muamalah, yang berarti dalam masalah muamalah
pegembangannya diserahkan kepada kemampuan akal pikiran manusia.
Dalam Al-Qur’an telah menjelaskan mengenai konsep dasar
akuntansi, jauh sebelum Lucas Pacioli yang dikenal sebagai Bapak
Akuntansi memperkenalkan konsep akuntansi double-entry bookkeeping
dalam salah satu buku yang ditulisnya pada tahun 1949. Hal ini dapat kita
lihat dalam Al-Qur’an surat Al-Baqarah ayat 282, yang secara garis besar
telah menggariskan konsep akuntansi yang menekankan pada
pertanggungjawaban atau akuntabilitas. Tujuan perintah dalam ayat
tersebut jelas sekali untuk menjaga keadilan dan kebenaran yang
menekankan adanya pertanggung jawaban.
Dengan kata lain, Islam menganggap bahwa transaksi ekonomi
(muamalah) memiliki nilai urgensi yang sangat tinggi, sehingga adanya
pencatatan dapat dijadikan sebagai alat bukti (hitam di atas putih),
menggunakan saksi (untuk transaksi yang material) sangat diperlukan
karena dikhawatirkan pihak-pihak tertentu mengingkari perjanjian yang
telah dibuat. Untuk itulah pembukuan yang disertai penjelasan dan
persaksian terhadap semua aktivitas ekonomi keuangan harus berdasarkan
surat-surat bukti berupa: faktur, nota, bon kuitansi atau akta notaris untuk
menghindari perselisihan antara kedua belah pihak. Dan tentu saja adanya
sistem pelaporan yang komprehensif akan memantapkan manajemen
karena semua transaksi dapat dikelola dengan baik sehingga terhindar dari
kebocoran-kebocoran. Menariknya lagi, penempatan ayat tersebut sangat
relevan dengan sifat akuntansi, karena ditempatkan pada surat Al-Baqarah
yang berarti sapi betina yang sebenarnya merupakan lambang komoditas
ekonomi.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1. Sejarah Akuntansi


Akuntansi sebenarnya sudah ada sejak manusia itu mulai bisa
menghitung dan membuat suatu catatan, yang pada awalnya dulu itu
dengan menggunakan batu, kayu, bahkan daun menurut tingkat
kebudayaan manusia waktu itu. Pada abad XV terjadilah perkembangan
dan perluasan perdagangan oleh pedagang-pedagang Venesia.
Perkembangan perdagangan ini menyebabkan orang waktu itu
memerlukan suatu sistem pencatatan yang lebih baik, sehingga dengan
demikian akuntansi juga mulai berkembang.
Setelah itu perkembangan akuntansi juga ditandai dengan adanya
seorang yang bernama Lucas Pacioli pada tahun 1494, ahli matematika
mengarang sebuah buku yang berjudul Summa de Aritmatica, Geometrica,
Proportioni et Propotionalita, di mana dalam suatu bab berjudul Tractatus
de Computies et Scriptoris yang memperkenalkan dan mengajarkan sistem
pembukuan berpasangan yang disebut juga dengan sistem kontinental.
Sistem berpasangan adalah sistem pencatatan semua transaksi ke
dalam dua bagian, yaitu debet dan kredit. Kemudian kedua bagian ini
diatur sedemikian rupa sehingga selalu seimbang. Cara seperti ini
menghasilkan pembukuan yang sistematis dan laporan keuangan yang
terpadu, karena perusahaan mendapatkan gambaran tentang laba rugi
usaha, kekayaan perusahaan serta hak pemilik.
Pertengahan abad ke 18 terjadi revolusi industri di Inggris yang
mendorong pula perkembangan akuntansi, di mana waktu itu para manajer
pabrik misalnya, ingin mengetahui biaya produksinya. Sebab dengan
mengetahui berapa besar biaya produksi mereka dapat mengawasi
efektifitas proses produksi dan menetapkan harga jual. Sejalan dengan itu
berkembanglah akuntansi dengan bidang khusus yaitu akuntansi biaya.

6
Akuntansi biaya memfokuskan diri pada pencatatan biaya produksi dan
penyediaan informasi bagi manajemen.
Bagaimana perkembangan akuntansi di Indonesia?
Akuntansi di Indonesia pada awalnya menganut sistem kontinental,
seperti yang dipakai di Belanda saat itu. Sistem ini disebut juga dengan
tata buku yang sebenarnya tidaklah sama dengan akuntansi, di mana tata
buku menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dari proses
pencatatan, peringkasan, penggolongan dan aktivitas lain yang bertujuan
menciptakan informasi akuntansi berdasarkan pada data. Sedangkan
akuntansi menyangkut kegiatan-kegiatan yang bersifat konstruktif dan
analitikal seperti kegiatan analisis dan interpretasi berdasarkan informasi
akuntansi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa pembukuan merupakan
bagian dari akuntansi.
Perkembangan selanjutnya tata buku sudah mulai ditinggalkan
orang. Di Indonesia perusahaan atau orang semakin banyak menerapkan
sistem akuntansi Anglo Saxon. Berkembangnya sistem akuntansi Anglo
Saxon di Indonesia disebabkan adanya penanaman modal asing di
Indonesia yang membawa dampak positif terhadap perkembangan
akuntansi, karena sebagian besar penanaman modal asing menggunakan
sistem akuntansi Amerika Serikat (Anglo Saxon). Penyebab lain sebagian
besar mereka yang berperan dalam kegiatan perkembangan akuntansi
menyelesaikan pendidikannya di Amerika, kemudian menerapkan ilmu
akuntansi itu di Indonesia.

3.2. Sejarah Akuntansi Dalam Islam


Dalam “Sejarah Islam” ditemukan bahwa setelah munculnya Islam
di Semananjung Arab di bawah pimpinan Rasulullah SAW dan
terbentuknya Daulah Islamiah di Madinah yang kemudian di lanjutkan
oleh para Khulafaur Rasyidin terdapat undang-undang akuntansi yang
diterapkan untuk perorangan, perserikatan (syarikah) atau perusahaan,
akuntansi wakaf, hak-hak pelarangan penggunaan harta (hijr), dan

7
anggaran negara. Rasulullah SAW sendiri pada masa hidupnya juga telah
mendidik secara khusus beberapa sahabat untuk menangani profesi
akuntan dengan sebutan “hafazhatul amwal” (pengawas keuangan).
Bahkan Al Quran sebagai kitab suci umat Islam menganggap masalah ini
sebagai suatu masalah serius dengan diturunkannya ayat terpanjang , yakni
surah Al-Baqarah ayat 282 yang menjelaskan fungsi-fungsi pencatatan
transaksi, dasar-dasarnya, dan manfaat-manfaatnya, seperti yang
diterangkan oleh kaidah-kaidah hukum yang harus dipedomani dalam hal
tersebut.
Dengan demikian, dapat kita saksikan dari sejarah, bahwa ternyata
Islam lebih dahulu mengenal system akuntansi, karena Al Quran telah
diturunkan pada tahun 610 M, yakni 800 tahun lebih dahulu dari Luca
Pacioli yang menerbitkan bukunya pada tahun 1494.
Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang
mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara
melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan akibatnya yang
dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva,
utang, modal, hasil, biaya, dan laba. Dalam Al Quran disampaikan bahwa
kita harus mengukur secara adil, jangan dilebihkan dan jangan dikurangi.
Kita dilarang untuk menuntut keadilan ukuran dan timbangan bagi kita,
sedangkan bagi orang lain kita menguranginya. Dalam hal ini, Al Quran
menyatakan dalam berbagai ayat, antara lain dalam surah Asy-Syu’ara
ayat 181-184.
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut,
menurut Umer Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang,
modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan
wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Seorang Akuntan akan
menyajikan sebuah laporan keuangan yang disusun dari bukti-bukti yang
ada dalam sebuah organisasi yang dijalankan oleh sebuah manajemen yang
diangkat atau ditunjuk sebelumnya. Manajemen bisa melakukan apa saja
dalam menyajikan laporan sesuai dengan motivasi dan kepentingannya,

8
sehingga secara logis dikhawatirkan dia akan membonceng
kepentingannya. Untuk itu diperlukan Akuntan Independen yang
melakukan pemeriksaaan atas laporan beserta bukti-buktinya. Metode,
teknik, dan strategi pemeriksaan ini dipelajari dan dijelaskan dalam Ilmu
Auditing.
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana
yang dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6. Kemudian, sesuai dengan
perintah Allah dalam Al Quran, kita harus menyempurnakan pengukuran
di atas dalam bentuk pos-pos yang disajikan dalam Neraca, sebagaimana
digambarkan dalam Surah Al-Israa’ ayat 35.
Dari paparan di atas, dapat kita tarik kesimpulan, bahwa kaidah
Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai
kumpulan dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan
dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh
seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan, analisis,
pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan dalam
menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.

3.3. Akuntansi Dalam Pandangan Islam


Akuntansi (accounting) sendiri dalam bahasa Arab dikenal dengan
istilah al-muhasabah. Dalam konsep Islam, akuntansi termasuk dalam
masalah muamalah, yang berarti dalam masalah muamalah
pegembangannya diserahkan kepada kemampuan akal pikiran manusia.
Dengan kata lain, Islam menganggap bahwa transaksi ekonomi
(muamalah) memiliki nilai urgensi yang sangat tinggi, sehingga adanya
pencatatan dapat dijadikan sebagai alat bukti (hitam di atas putih),
menggunakan saksi (untuk transaksi yang material) sangat diperlukan
karena dikhawatirkan pihak-pihak tertentu mengingkari perjanjian yang
telah dibuat. Untuk itulah pembukuan yang disertai penjelasan dan
persaksian terhadap semua aktivitas ekonomi keuangan harus berdasarkan
surat-surat bukti berupa: faktur, nota, bon kuitansi atau akta notaris untuk

9
menghindari perselisihan antara kedua belah pihak. Dan tentu saja adanya
sistem pelaporan yang komprehensif akan memantapkan manajemen
karena semua transaksi dapat dikelola dengan baik sehingga terhindar dari
kebocoran-kebocoran. Menariknya lagi, penempatan ayat tersebut sangat
relevan dengan sifat akuntansi, karena ditempatkan pada surat Al-Baqarah
yang berarti sapi betina yang sebenarnya merupakan lambang komoditas
ekonomi.

3.4. Dalil Akuntansi Menurut Islam


Dari sisi ilmu pengetahuan, Akuntansi adalah ilmu informasi yang
mencoba mengkonversi bukti dan data menjadi informasi dengan cara
melakukan pengukuran atas berbagai transaksi dan akibatnya yang
dikelompokkan dalam account, perkiraan atau pos keuangan seperti aktiva,
utang, modal, hasil, biaya, dan laba (Dapat dilihat dalam Al-Qur’an surat
A-Baqarah :282, dan juga surat asy-syu’ara ayat 181-184).
Yang berbunyi “Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu
bermuamalah tidak secara tunai untuk waktu yang ditentukan, hendaklah
kamu menuliskannya. Dan hendaklah seorang penulis diantara kamu
menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis enggan
menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkannya, maka
hendaklah ia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu
mengimlakkan (apa yang akan ditulis itu), dan hendaklah ia bertakwa
kepada Allah Tuhannya, dan janganlah ia mengurangi sedikitpun
daripada hutangnya.” ( surat A-Baqarah :282).

yang berbunyi:”Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu


termasuk orang-orang yang merugikan dan timbanglah dengan
timbangan yang lurus.”(surat asy-syu’ara ayat 181-184).
Kebenaran dan keadilan dalam mengukur (menakar) tersebut,
menurut Dr. Umer Chapra juga menyangkut pengukuran kekayaan, utang,
modal pendapatan, biaya, dan laba perusahaan, sehingga seorang Akuntan

10
wajib mengukur kekayaan secara benar dan adil. Agar pengukuran
tersebut dilakukan dengan benar, maka perlu adanya fungsi auditing.
Dalam Islam, fungsi Auditing ini disebut “tabayyun” sebagaimana yang
dijelaskan dalam Surah Al-Hujuraat ayat 6 yang berbunyi:
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang
fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu
tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui
keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”
Kemudian, sesuai dengan perintah Allah dalam Al Quran, kita
harus menyempurnakan pengukuran di atas dalam bentuk pos-pos yang
disajikan dalam Neraca, sebagaimana digambarkan dalam Surah Al-Israa’
ayat 35 yang berbunyi:
“ dan sempurnakanlah takaran apabila kamu menakar, dan
timbanglah dengan neraca yang benar. Itulahyang lebih utama bagimu
dan lebih baik akibatnya.”

Ayat ini tentunya memrintahkan kita untuk berlaku adil dan jujur dalam
setiap transaksi yang kita lakukan.

3.5. Prinsip-prinsip Akuntansi


Prinsip penandingan menyatakan bahwa beban (expense) harus
diakui pada periode yang sama dengan pendapatan (revenue). Hubungan
baik dapat dicapai ketika hubungan tersebut menggambarkan hubungan
sebab-akibat antara pendapatan dan biaya.
Beberapa prinsip akuntansi konvensional tidak sesuai dengan
akuntansi syari’ah, diantaranya: prinsip konservatisme, prinsip biaya
historis, prinsip objektivitas, dan prinsip materialitas.
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran,
Sunah Nabwiyyah, Ijma (kespakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu
peristiwa tertentu, dan ‘Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan
dengan Syariah Islam. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki

11
karakteristik khusus yang membedakan dari kaidah Akuntansi
Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai dengan norma-
norma masyarakat islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang berfungsi
sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Persamaan kaidah Akuntansi Syariah dengan Akuntansi
Konvensional terdapat pada hal-hal sebagai berikut:
1) Prinsip pemisahan jaminan keuangan dengan prinsip unit
ekonomi;
2) Prinsip penahunan (hauliyah) dengan prinsip periode waktu
atau tahun pembukuan keuangan;
3) Prinsip pembukuan langsung dengan pencatatan bertanggal;
4) Prinsip kesaksian dalam pembukuan dengan prinsip
penentuan barang;
5) Prinsip perbandingan (muqabalah) dengan prinsip
perbandingan income dengan cost (biaya);
6) Prinsip kontinuitas (istimrariah) dengan kesinambungan
perusahaan;
7) Prinsip keterangan (idhah) dengan penjelasan atau
pemberitahuan.

3.6. Konsepsi Pelaporan Keuangan


Akuntansi konvensional yang dikenal saat ini diilhami dan
berkembang berdasarkan tata nilai yang ada dalam masyarakat barat, maka
kerangka konseptual yang dipakai sebagai dasar pembuatan dan
pengembangan standar akuntansi berpihak kepada kelompok kepentingan
tertentu.
Laporan keuangan merupakan hasil akhir dari suatu proses akuntansi.
Agar informasi keuangan yang disajikan bermanfaat bagi para pemakai,
maka proses penyajiannya harus berdasarkan pada standar akuntansi yang
berlaku. Dalam merumuskan standar akutansi, diperlukan acuan teoritikal
yang dapat diterima umum, sehingga standar akuntansi yang diterapkan

12
dapat digunakan untuk mengevaluasi praktik akuntansi yang berlangsung.
Acuan teoritikal ini disebut kerangka konseptual penyusunan laporan
keuangan.
Islam yang disampaikan Rasulullah saw melingkupi seluruh alam
yang tentunya mencakup seluruh umat manusia. Di sinilah perbedaan
antara paham akuntansi konvensional dengan akuntansi syariah. Paham
akuntansi konvensional hanya mementingkan kaum pemilik modal
(kapitalis), sedangkan akuntansi syariah bukan hanya mementingkan
manusia saja, tetapi juga seluruh makhluk di alam semesta ini.
Adapun prinsip akuntansi syariah yang diperkenalkan oleh Islam
secara garis besarnya adalah sebagai berikut:
a) Transaksi yang menggunakan prinsip bagi hasil seperti
mudharabah dan musyarakah.
b) Transaksi yang menggunakan prinsip jual beli seperti murabahah,
salam dan istishna.
c) Transaksi yang menggunakan prinsip sewa, seperti ijarah.
d) Transaksi yang menggunakan prinsip titipan, seperti wadiah.
e) Transaksi yang menggunakan prinsip penjaminan, seperti rahn.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1. Simpulan
Jadi dari pembahasan di atas dapat disimpulkan bahwa akuntansi
dalam pandangan Islam adalah suatu kaidah Akuntansi dalam konsep
Syariah Islam yaitu dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang
disimpulkan dari sumber-sumber Syariah Islam dan dipergunakan sebagai
aturan oleh seorang Akuntan dalam pekerjaannya, baik dalam pembukuan,
analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi pijakan
dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.

4.2. Saran-saran
Melihat perkembangan ekonomi dan apalikasinya di dalam masyarakat
nampaknya masih jauh dari nilai-nilai islam. Hal ini terjadi disebabkan
pengaruh ekonomi barat yang berbau kapitalis yang telah tertanam di gaya
hidup ekonmi masyarakat khususnya para pengusaha besar. Seharusnya
kita sebagai mayoritasnya adalah beragama islam adalah wajib
menerapkan sistem ekonomi yang berprinsip syariah islam.
Ekonomi islam tidak akan pernah goyah meskipun diterjang badai krisis
seperti yang telah berlalu. Hal ini justru berbanding terbalik dengan
ekonomi konvensional barat yang hancur oleh krisis itu sendiri. Sebagai
otonomi daerah, Mandailing Natal perlu melakukan penelitian lebih jauh
untuk diterapakannya system ekonomi islam tersebut.

14
DAFTAR PUSTAKA

Arif Perdana. 2007. Akuntansi dalam Perspektif Islam.


https://shariahlife.wordpress.com/2007/01/14/akuntansi-dalam-perspektif-islam/
(diakses 20 April 2016)

Ayu Ratnasari. 2012. akuntansi menurut pandangan islam.


http://ayulingling.blogspot.co.id/2012/01/akuntansi-menurut-pandangan-
islam.html (Diakses 23 April 2016)

Lisa. 2010. Dalil Akuntansi Dalam Al-Quran. http://akuntansi-dalam-


islam.blogspot.co.id/2010/12/dalil-akuntansi-dalam-al-quran.html (Diakses 25
April 2016)

Adi Setiawan, Nur Ofni W, Sri Mulyani. 2012. Akuntansi dalam Al-Qur`an dan
Hadits. http://kreativitas-mepi5.blogspot.co.id/2012/03/akuntansi-dalam-al-quran-
dan-hadits_9173.html (Diakses 29 April 2016)

15

Anda mungkin juga menyukai