Anda di halaman 1dari 4

RESUME PERPAJAKAN PERTEMUAN 13

Nama : Serina Salsabila


NIM : 2105113507

A. SAAT PEMBUATAN FAKTUR PAJAK


Faktur Pajak didefinisikan sebagai bukti pungutan pajak yang dibuat
oleh Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang melakukan penyerahan Barang Kena
Pajak (BKP) dan/atau penyerahan Jasa Kena Pajak (JKP), baik atas PPN
maupun PPnBM.
Pasal 3 ayat (2) PER-03/PJ/2022 menjelaskan waktu atau saat
pembuatan Faktur Pajak, yaitu:
1. Faktur Pajak harus dibuat pada saat melakukan penyerahan Barang
Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak (JKP).
a) BKP berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada pembeli
atau pihak ketiga untuk dan atas nama pembeli;
b) BKP berwujud tersebut diserahkan secara langsung kepada penerima
barang untuk pemberian cuma-cuma, pemakaian sendiri, dan
penyerahan dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau penyerahan
antar cabang;
c) BKP berwujud tersebut diserahkan kepada juru kirim atau pengusaha
jasa angkutan; atau
d) Harga atas penyerahan BKP diakui sebagai piutang atau penghasilan,
atau pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh PKP, sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten.

2. Faktur Pajak harus dibuat pada saat penerimaan pembayaran yang


mana penerimaan pembayaran ini terjadi sebelum penyerahan BKP
dan/atau JKP.
3. Faktur Pajak harus dibuat pada saat penerimaan pembayaran termin
yang mana penerimaan pembayaran ini dalam hal penyerahan
sebagian tahap pekerjaan.
4. Faktur Pajak harus dibuat pada saat melakukan ekspor BKP
berwujud, ekspor BKP tidak beruwud, dan/atau ekspor JKP.
5. Faktur Pajak harus dibuat pada saat lain yang sudah diatur dalam
ketentuan peraturan perundang-undangan PPN.
a) Saat Penyerahan Jasa Kena Pajak
• Harga atas penyerahan JKP diakui sebagai piutang atau penghasilan, atau
pada saat diterbitkan faktur penjualan oleh PKP, sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berlaku umum dan diterapkan secara konsisten;
• Kontrak atau perjanjian ditandatangani; atau
• Mulai tersedianya fasilitas atau kemudahan untuk dipakai secara nyata, baik
sebagian atau seluruhnya, dalam hal pemberian cuma-cuma atau pemakaian
sendiri JKP.
b) Saat Ekspor BKP Berwujud Hal ini terjadi pada saat BKP dikeluarkan dari
Daerah Pabean.
c) Saat Ekspor BKP Tidak Berwujud Hal ini terjadi pada saat Penggantian atas
BKP Tidak Berwujud yang diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai
piutang atau penghasilan.
d) Saat Ekspor JKP Hal ini terjadi pada saat Penggantian atas jasa yang
diekspor tersebut dicatat atau diakui sebagai piutang atau penghasilan.

B. DASAR PENGENAAN PAJAK

Dalam Pasal 4 Dasar Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai adalah jumlah


Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor, atau Nilai Lain yang ditetapkan
dengan Keputusan Menteri Keuangan, yang dipakai sebagai dasar untuk
menghitung Pajak yang terutang.

Saat menghitung besarnya pajak (PPN dan PPnBM) yang terutang, ada yang
namanya Dasar Pengenaan Pajak (DPP), seperti:

1. Harga Jual yaitu nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta penjual karena penyerahan BKP, tidak termasuk
PPN yang dipungut menurut UU PPN 1984 dan potongan harga pada Faktur
Pajak.

2. Penggantian adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta pengusaha karena penyerahan JKP, ekspor JKP, atau
ekspor BKP Tidak Berwujud, tetapi tidak termasuk PPN yang dipungut
menurut UU PPN 1984 dan dan potongan harga yang dicantumkan dalam
Faktur Pajak atau nilai berupa uang yang dibayar atau seharusnya dibayar
oleh Penerima Jasa karena pemanfaatan JKP dan/atau oleh penerima manfaat
BKP Tidak Berwujud karena pemanfaatan BKP Tidak Berwujud dari luar
Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean.

3. Nilai Impor ialah nilai berupa uang yang menjadi dasar penghitungan bea
masuk ditambah pungutan berdasarkan ketentuan dalam peraturan
perundang-undangan yang mengatur mengenai kepabeanan dan cukai untuk
impor BKP, tidak termasuk PPN dan PPnBM yang dipungut menurut UU
PPN 1984.

4. Nilai Ekspor adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta
atau seharusnya diminta oleh eksportir.

5. Nilai lain yang diatur dengan Peraturan Menteri Keuangan. Penerapan DPP
diatur dengan peraturan pelaksanaan Undang-Undang sebagai berikut :

a) Untuk penyerahan atau penjualan BKP, DPP nya adalah jumlah harga
jual.
b) Untuk penyerahan JKP, yang menjadi DPP adalah penggantian.
c) Untuk impor, yang menjadi DPP adalah nilai impor.
d) Untuk ekspor, yang menjadi DPP adalah nilai ekspor.
e) Atas kegiatan membangun sendiri bangunan permanen dengan luas 300
m2 atau lebih, yang dilakukan oleh pribadi atau badan tidak dalam
lingkungan perusahaan atau pekerjaannya, DPPnya adalah 40% dari
jumlah biaya yang dikeluarkan untuk membangun (tidak termasuk
harga perolehan tanah).
f) Untuk pemakaian sendiri BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual atau
Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
g) Untuk pemberian cuma-cuma BKP dan/atau JKP adalah Harga Jual
atau Penggantian setelah dikurangi laba kotor.
h) Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan
harga jual ratarata.
i) Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata-rata per judul
film.
j) Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jual
eceran.
k) Untuk BKP berupa persedian dan/atau aktiva yang menurut tujuan
semula tidak untuk diperjualbelikan, yang masih tersisa pada saat
pembubaran perusahaan adalah harga pasar wajar.
l) Untuk penyerahan BKP dari pusat ke cabang atau sebaliknya dan/atau
penyerahan BKP antarcabang adalah harga pokok penjualan atau harga
perolehan.
m) Untuk penyerahan BKP melalui pedagang perantara adalah harga yang
disepakati antara pedagang perantara dengan pembeli.
n) Untuk penyerahan BKP melalui juru lelang adalah harga lelang.
o) Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang
ditaguh atau jumlah yang seharusnya ditagih
p) Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah
10% dari jumlah tagihan atau jumlah yang seharusnya ditagih.

C. PERHITUNGAN PPN

1. Contoh Penghitungan PPN terhadap DPP dari Harga Jual

PKP Satria menjual tunai Barang Kena Pajak (BKP) seharga Rp 12.000.000. Maka
PPN terutang PKP Satria adalah?

JAWAB :

PPN Terutang = Tarif PPN x Harga BKP

= 11% x Rp12.000.000 = Rp1.320.000

2. Contoh Perhitungan PPN terhadap DPP Nilai Impor

Importir Rahmi mengimpor Barang Kena Pajak (BKP) dari luar daerah pabean
dengan nilai impor Rp 18.000.000.
JAWAB :

PPN yang dipungut melalui Direktorat Jenderal Bea dan Cukai (DJBC) = 11% x
Rp 18.000.000 = Rp 1.980.000

3. Contoh Perhitungan PPN terhadap DPP Nilai Ekspor

PKP Atasyhia melakukan ekspor BKP dengan nilai ekspor Rp 30.000.000. Seperti
diketahui, bagi PKP yang melakukan kegiatan ekspor dikenakan tarif PPN 0%.

JAWAB :

Maka PPN yang terutang = Tarif 0% x Rp 30.000.000 = Rp 0

Referensi :
Mardiasmo. (2019). PERPAJAKAN EDISI 2019. Penerbit ANDI (Anggota IKAPI).
Mulyana. (2022). Saat Pembuatan Faktur Pajak oleh Pengusaha Kena Pajak.
Pajakku.Com.

Anda mungkin juga menyukai