Pengertian Menurut PSAK No. 23 revisi 2015, Pendapatan adalah penghasilan yang timbul dari pelaksanaan aktivitas entitas yang normal dan dikenal dengan sebutan yang berbeda seperti penjualan, penghasilan jasa, bunga, dividen, royalti, dan sewa Pengukuran Pendapa diuukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima. Nilai wajar tersebut diukur dengan nilai wajar imbalan yang diterima atau dapat diterima dan dikurangi diskon dagang atau rabat volume, Pengakuan Penjualan Barang Pendapatan dari penjualan barang diakui jika seluruh kondisi pada transaksi penjualan barang memenuhi syarat atau kondisi sebagai berikut 1. Entitas telah memindahkan resiko dan manfaat kepemilikan barang secara signifikan kepada pembeli 2. Entitas tidak lagi melanjutkan pengelolaan yang biasanya terkait dengan kepemilikan atas barang ataupun melakukan pengendalian efektif atas barang yang dijual 3. Jumlah pendapatan diukur denga andal 4. Kemungkinan besar menfaat ekonomi yang terkait dengan transaksi tersebut akan mengalir ke entitas 5. Biaya yang terjadi atau akan terjadi sehubungan transaksi penjualan tersebut dapat diukur secara andal Pengakuan Penjualan Jasa Jika hasil penjualan dapat diakui secara andal maka pendapatan dari penjualan jasa dapat diakui dengan acuan tingkat penyelesaian transaksi pada akhir periode pelaporan. 1) Jumlah pendapatan dapat diukur andal 2) Kemungkinan manfaat ekonomi sehubungan dengan transaksi penjualan jasa akan mengalir ke entitas 3) Tingkat penyelesaian dari suatu transaksi pada kahir periode pelaporan dapat diukur secara andal 4) Biaya yang timbul untuk transaksi dan biaya untuk menyelesaikan transaksi tersebut dapat diukur secara andal Pengakuan Penjualan Jasa Metode untuk mengestimasi tingkat penyelesaian transaksi jasa a) Survei pekerjaan yang telah dilaksanakan b) Jasa yang dilakukan hingga tanggal tertentu sebagai prosentase dari total hasa yang dilakukan c) Proporsi biaya yang timbul hingga tanggal tertentu dibagi estimasi total biaya Pengungkapan Entitas mengungkapkan 1) Kebijakan akuntansi yang digunakan untuk pengakuan pendapatan termasuk metode yang digunakan menentukan penyelesaian transaksi penjualan jasa 2) Jumlah setiap kategori signifikan dari pendapatan yang diakui selama periode tersebut termasuk pendapatan yang berasal dari penjualan barang, penjualan jasa, bunga royalti dan deviden 3) Jumlah pendapatan yang berasal dari pertukaran barang atau jasa yang tercakup dalam setiap kategori signifikan dari pendapatan Aspek Perpajakan Pada Pendapatan Penghasilan Terutang PPN
Penghasilan Terutang PPH
Penghasilan Terutang PPN A. PKP Pengusaha Kena Pajak atau PKP adalah pengusaha yang melakukan penyerahan barang kena pajak (BKP) dan/atau penyerahan jasa kena pajak (JKP) yang dikenakan pajak berdasarkan Undang-Undang Pajak Pertambahan Nilai. • Pengusaha dengan pendapatan bruto atau omzetnya mencapai Rp4,8 miliar dalam satu tahun buku • Tidak terbatas pada satu bentuk badan hukum usaha tertentu, misalnya Perseroan Terbatas (PT). Badan usaha selain PT seperti CV, Perusahaan Dagang (PD), koperasi, usaha kecil menengah (UKM), maupun perusahaan perorangan berhak mengajukan • Telah melewati proses survei yang telah dilakukan pihak KPP atau tempat Wajib Pajak (WP) terdaftar • Telah melengkapi dokumen dan syarat dari pengajuan PKP atau pengukuhan menjadi PKP Penghasilan Terutang PPN B. Objek PPN
1) Penyerahan Barang Kena Pajak (BKP) dan/atau Jasa Kena Pajak
(JKP) di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha 2) Impor BKP dan/atau pemanfaatan JKP/BKP Tak Berwujud dari luar Daerah Pabean di dalam Daerah Pabean 3) Ekspor BKP dan/atau JKP 4) Kegiatan membangun sendiri yang dilakukan tidak dalam kegiatan usaha atau pekerjaan oleh orang pribadi atau badan 5) Penyerahan aktiva oleh PKP yang menurut tujuan semula aktiva tersebut tidak untuk diperjualbelikan, sepanjang PPN yang dibayar pada saat perolehannya dapat dikreditkan Penghasilan Terutang PPN C. Barang Kena Pajak (BKP) Barang Kena Pajak (BKP) merupakan barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau barang tidak bergerak, dan barang tidak berwujud, yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN. Barang yang Tidak Dikenai PPN (Non-BKP)
a) Barang hasil pertambangan, penggalian, pengeboran yang diambil langsung dari
sumbernya: b) Barang kebutuhan pokok yang sangat dibutuhkan oleh rakyat banyak c) Makanan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan d) Uang, emas batangan, dan surat berharga (misalnya saham, obligasi) e) minyak mentah (crude oil) gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung oleh masyarakat f) panas bumi g) Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur h) bijih besi, bijih timah, bijih emas, bijih tembaga, bijih nikel, bijih perak, serta bijih bauksit. Penghasilan Terutang PPN D. Jasa Kena Pajak (JKP) Jasa Kena Pajak (JKP) merupakan setiap kegiatan pelayanan berdasarkan surat perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu barang, fasilitas, kemudahan, atau hak tersedia untuk dipakai, termasuk jasa yang dilakukan untuk menghasilkan barang pesanan atau permintaan dengan bahan dan/atau petunjuk dari pemesan, yang dikenakan pajak berdasarkan UU PPN. E. Jasa yang Tidak Dikenai PPN (Non JKP) • Jasa pelayanan kesehatan medis • Jasa pelayanan sosial • Jasa pengiriman surat dengan perangko • Jasa keuangan • Jasa asuransi • Jasa keagamaan • Jasa Pendidikan • Jasa kesenian dan hiburan • Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan • Dll Penghasilan Terutang PPN F. Tarif PPN • Tarif PPN adalah sebesar 10% • Mengingat PPN adalah pajak yang dikenakan atas konsumsi BKP di dalam Daerah Pabean, maka ekspor BKP dan ekspor JKP tertentu dikenai PPN dengan tarif 0%.
G. Dasar Pengenaan PPN
PPN terutang dihitung dengan cara mengalikan tarif PPN dengan Dasar Pengenaan Pajak (DPP) yang meliputi: • Harga Jual • Penggantian • Nilai Impor • Nilai Ekspor • Nilai lain Penghasilan Terutang PPN H. Pengecualian PKP • Pengecualian pengukuhan sebagai PKP diberikan bagi pengusaha kecil yang batasannya ditetapkan oleh Menteri Keuangan. • Pada saat ini, batasan pengusaha kecil tersebut diatur dalam PMK 197/PMK.03/2013, yaitu pengusaha yang melakukan penyerahan BKP dan/atau JKP dengan omzet tidak lebih dari Rp4,8 miliar setahun. • Namun, UU PPN memberikan ruang bagi pengusaha kecil dimaksud untuk dapat dikukuhkan menjadi PKP yang diatur lebih lanjut dalam PMK 40/PMK.03/2010. Penghasilan Terutang PPN I. Saat Terutang PPN 1) Saat penyerahan, impor, pemanfaatan, atau ekspor. 2) Saat pembayaran, jika dilaksanakan lebih dahulu. 3) Saat – saat lain. Untuk BKP Berwujud, saat penyerahan kepada pihak pengirim. Untuk BKP Tak Berwujud, saat pengakuan piutang, penagihan, atau saat penandatangan kontrak. Untuk penyerahan akibat perubahan bentuk, penggabungan, atau pemekaran usaha, saat hasil RUPS ditetapkan. J. Tempat Terutang PPN 4) Tempat pengukuhan PKP (berlaku atas penyerahan BKP atau JKP) 5) Tempat dimasukkannya BKP (Berlaku atas Impor) 6) Tempat kedudukan pihak yang memanfaatkan (Berlaku atas pemanfaatan BKP-TB atau JKP di dalam daerah pabean) 7) Tempat bangunan didirikan (Berlaku atas kegiatan membangun sendiri) 8) Tempat kedudukan kantor cabang (Berlaku atas penyerahan antar cabang) Penghasilan Terutang PPH Penghasilan Objek Pajak (Badan) Penghasilan Objek PPH 23 Penghasilan Objek PPH 4 (2) Penghasilan Objek PPH 22 Penghasilan Objek PPH Orang Pribadi Psl 17