Anda di halaman 1dari 40

Pengenaan Pajak Pertambahan

Nilai Barang, dan Jasa, Serta


Mekanisme Pengenaannya

PURWO ADI NUGROHO S.E, M.A, BKP


Dasar Hukum

Dasar Hukum Pengenaan Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan Pajak Penjualan atas
Barang Mewah adalah Undang – Undang Nomor 42 Tahun 2009 tentang Perubahan ketiga atas
Undang – Undang Nomor 8 Tahun 1983 tentang Pajak Pertambahan Nilai Barang dan Jasa, dan
Pajak Penjualan atas Barang Mewah. Pemberlakuan Ketentuan Perubahan Ketiga atas Undang –
Undang dimaksud per 1 April.
Mekanisme Pemungutan PPN

Pengenaan PPN atas nilai tambah Barang Kena Pajak atau Jasa Kenak Pajak yang diserahkan Pengusaha Kena
Pajak. Nilai tambah ini dimaksudkan adalah selisih harga jual dan harga pokok barang tersebut. Selanjutnya
berapakah besarnya pajak yang terutang atas nilai tambah? Hal tersebut dikenal 3 (tiga) metode:
 Addition Method
PPN dihitung dari tarif kali seluruh penjumlahan nilai tambah. Disyaratkan bahwa setiap Pengusaha Kena Pajak
harus mempunyai pembukuan yang tertib dan rinci atas biaya yang dikeluarkan.
 Subtraction Method
PPN yang terutang dihitung dari tarif kali selisih antara harga penjualan dengan harga pembelian.
 Credit Method
Pada credit method ini harus mencari selisih antara pajak yang dibayar saat pembelian dengan pajak yang
dipungut saat penjualan
Sifat, Tipe, dan Prinsip Pemungutan PPN

Sifat Pemungutan
Pajak Pertambahan Nilai mempunyai beberapa sifat pemungutan atau karakteristik (Legal Character)
 PPN sebagai pajak objektif
Pemungutan PPN mendasarkan objeknya tanpa memperhatikan keadaan diri Wajib Pajak
 PPN sebagai pajak tidak langsung (indirect tax)
Sifat ini menjelaskan bahwa secara ekonomis beban PPN dapat dialihkan kepada pihak lain, dari segi yuridis tanggung jawab
penyetoran pajak tidak berada pada penanggung pajak (pemikul beban). Untuk menetapkan sebagai pajak tidak langsung
karena adanya unsur – unsur :
A. Penanggung jawab pajak terutang yaitu pihak yang secara yuridis formal diwajibkan melunasi pajak sebagai akibat
adanya peristiwa ekonomi yang menyebabkan untuk dikenai pajak
B. Penanggung pajak yaitu pihak yang kenyataannya secara ekonomis memikul beban pajak
C. Pemikul beban pajak yaitu pihak yang harus memikul beban pajak berdasarkan undang – undang
 Pemungutan PPN multistage tax
Pemungutan PPN dilakukan pada setiap mata rantai jalur produksi maupun jalur distribusi dan pabrikan, pedagang besar, sampai dengan
pengecer
 PPN dipungut dengan menggunakan alat bukti Faktur Pajak
Credit Method sebagai metode yang digunakan dengan konsekuensi Pengusaha Kena Pajak harus menerbitkan Faktur Pajak sebagai bukti
pemungutan PPN
 PPN bersifat netral (Neutral)
Netralisasi ini dapat dibentuk karena adanya 2 (dua) faktor :
A. PPN dikenakan atas konsumsi barang atau jasa
B. PPN dipungut menggunakan prinsip tempat tujuan
 PPN tidak menimbulkan pajak ganda
 PPN sebagai pajak atas konsumsi dalam negeri penyerahan Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak dilakukan atas konsumsi dalam
negeri
Tipe Pemungutan

 Consumption Type Value Added Tax


Pembelian yang digunakan untuk produksi termasuk barang modal dikurangkan dari nilai tambahnya sehingga memberikan
sifat netral PPN atas pola produksi
 Net Income Type Value Added Tax
Tidak dimungkinkan adanya pengurangan pembelian barang modal dari dasar pengenaan
 Gross Product Type Value Added Tax
Bahwa pembelian barang modal tidak di perkenankan sama sekali untuk dikurangkan dari dasar pengenaan pajak
Prinsip Pemungutan
Dari mekanisme pemungutan PPN, terdapat 2 prinsip pemungutan :
1. Prinsip tempat tujuan (Destination)
Pada prinsip ini PPN dipungut ditempat barang atau jasa tersebut dikonsumsi
2. Prinsip Tempat Asal (Origin Principle)
Pada prinsip tempat asal ini diartikan bahwa PPN dipungut ditempat asal barang atau jasa yang akan dikonsumsi
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai
Pemungutan Pajak Pertambahan Nilai adalah Bendaharawan pemerintah, badan, atau instansi pemerintah yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan untuk memungut, menyetor, dan melaporkan pajak yang terutang oleh Pengusaha Kena Pajak atas
Penyerahan Barang Kena Pajak dan atau penyerahan Jasa Kena Pajak kepada Bendaharawan pemerintah, badan atau instansi
pemerintah tersebut.
Barang Kena Pajak

Barang Kena Pajak (BKP) adalah barang berwujud yang menurut sifat atau hukumnya dapat berupa barang bergerak atau
barang tidak bergerak
Dengan batasan tersebut, Barang kena pajak dapat dirinci :
1. Barang berwujud atau barang tidak berwujud
2. Dikenakan pajak berdasarkan Undang – Undang Pajak Pertambahan Nilai
Barang yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai
Jenis kelompok barang yang tidak dikenai Pajak Pertambahan Nilai yaitu barang tertentu dalam kelompok :
1. Barang hasil pertambangan atau hasil pengeboran :
A. Minyak mentah
B. Gas bumi, tidak termasuk gas bumi seperti elpiji yang siap dikonsumsi langsung masyarakat
C. Panas bumi
D. Asbes, batu tulis, batu setengah permata, batu kapur, batu apung, batu permata, bentonit, dolomit, felspas (feldspar),
garam batu, grafit, granit/andesit, gips, kalsit, kaolit, leusit, magnesit, mika, marmer, nitrat, opsidien, oker, pasir, dan
tanah liat, tawas, tras, yarosit, zeolite, basal, dan trakkit
E. Batubara, sebelum menjadi briket batubara
F. Biji perak, biji timah, biji emas, biji tembaga, biji nikel, biji perak, serta biji bauksit
2. Barang – barang kebutuhan pokok :
A. Beras J. Buah – buahan, buah-buahan segar
B. Gabah K. Sayur-sayuran, sayur-sayuran segar
C. Jagung
D. Sagu
E. Kedelai
F. Garam, baik beryodium maupun tidak beryodium
G. Daging, daging segar yang tanpa diolah
H. Telur, telur yang tidak diolah
I. Susu, susu perah yang baik
3. Makan dan minuman yang disajikan di hotel, restoran, rumah makan, warung, dan sejenisnya

4. Uang, emas batangan, dan surat – surat berharga


Jasa Kena Pajak

Jasa Kena Pajak (JKP) adalah setiap kegiatan pelayanan berdasarkan suatu perikatan atau perbuatan hukum yang menyebabkan suatu
barang atau fasilitas atau kemudahan atau hak tersedia untuk dipakai.
Jasa yang Tidak Dikenai Pajak Pertambahan Nilai
1. Jasa di bidang pelayanan kesehatan medic
A. Jasa dokter umum, dokter spesialis, dan dokter gigi
B. Jasa dokter hewan
C. Jasa ahli kesehatan seperti akupuntur, ahli gigi, ahli gizi, dan fisioterapi
D. Jasa kebidanan dan dukun bayi
E. Jasa paramedic dan perawat
F. Jasa rumah sakit, rumah bersalin, klinik kesehatan, laboratorium kesehatan, dan sanatorium
G. Jasa psikologi dan psikiater
H. Jasa pengobatan alternative, termasuk yang dilakukan paranormal
2. Jasa Pelayanan social
A. Jasa Pelayanan Panti Asuhan dan Panti Jompo
B. Jasa Pemadam kebakaran
C. Jasa Pemberian pertolongan pada kecelakaan
D. Jasa Lembaga rehabilitasi
E. Jasa Penyediaan rumah duka, atau jasa pemakaman termasuk crematorium
F. Jasa dibidang olahraga kecuali yang bersifat komersial

3. Jasa pengiriman surat dengan perangko, yang jenisnya meliputi jasa pengiriman surat dengan menggunakan perangko
temple dan menggunakan cara lain pengganti perangko
4. Jasa keuangan
A. Jasa menghimpun dana (Giro, Deposito berjangka, Sertifikat deposito, Tabungan, dan atau bentuk lain )
B. Jasa penematan dana, meminjam dana, atau meminjamkan dana
C. Jasa pembiayaan (termasuk pembiayaan syariah)
1. Sewa dengan hak opsi
2. Anjak piutang
3. Usaha kartu kredit
4. Pembiayaan konsumen
D. Jasa penyaluran pinjaman atas dasar hukum gadai (gadai syariah dan fidusia)
E. Jasa penjaminan
5. Jasa asuransi
6. Jasa Keagamaan
A. Jasa pelayanan rumah ibadah
B. Jasa pemberian khotbah atau dakwah
C. Jasa penyelenggaraan kegiatan keagamaan
D. Jasa lainnya dibidang keagamaan
7. Jasa pendidikan
E. Jasa penyelenggaraan pendidikan sekolah
F. Jasa penyelenggaraan luar sekolah
8. Jasa Kesenian dan hiburan
9. Jasa penyiaran yang tidak bersifat iklan (jasa penyiar radio atau televise yang dilakukan oleh instansi pemerintah atau
swasta yang tidak bersifat iklan dan tidak dibiayai oleh sponsor)
10. Jasa angkutan umum di darat dan di air
11. Jasa tenaga kerja
A. Jasa tenaga kerja
B. Jasa penyediaan tenaga kerja
C. Jasa penyelenggaraan pelatihan tenaga kerja
12. Jasa Perhotelan
D. Jasa persewaan kamar termasuk tambahannya di hotel, rumah penginapan, motel, losmen, hostel
E. Jasa persewaan ruang untuk kegiatam acara atau pertemaun
13. Jasa yang disediakan oleh pemerintah dalam rangka menjalankan pemerintahan secara umum yang meliputi Pemberian
Izin Mendirikan Bangunan (IMB), Pemberian Izin Usaha Perdagangan (SIUP), Pemberian Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP),
Pembuatan Kartu Tanda Penduduk (KTP)
14. Jasa penyediaan tempat parkir
15. Jasa telepon umum dengan menggunakan uang logam
16. Jasa pengiriman uang dengan wesel pos
17. Jasa boga atau katering
Objek Pajak

Objek Pajak Pertambahan Nilai dikenakan atas:


1. Penyerahan Barang Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh pengusaha.
Penyerahan barang yang dikenai pajak harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut:
A. Barang berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak
B. Barang tidak berwujud yang diserahkan merupakan Barang Kena Pajak tidak berwujud
C. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
D. Penyerahan dilakukan dalam rangka kegiatan usaha atau pekerjaannya
2. Impor Barang Kena Pajak
3. Penyerahan Jasa Kena Pajak di dalam Daerah Pabean yang dilakukan oleh Pengusaha
Penyerahan jasa yang terutang pajak harus memenuhi syarat – syarat sebagai berikut :
A. Jasa yang diserahkan merupakan Jasa Kena Pajak
B. Penyerahan dilakukan di dalam Daerah Pabean
C. Penyerahan dilakukan dalam kegiatan usaha atau pekerjaannya
4. Pemanfaatan Barang Kena Pajak tidak berwujud dari Luar Daerah Pabean di Dalam Daerah Pabean
5. Pemanfaatan Jasa Kena Pajak dari luar Daerah Pabean
6. Expor Barang Kena Pajak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
7. Expor Barang Kena Pajak Tidak Berwujud oleh Pengusaha Kena Pajak
Pengertian barang tidak berwujud yaitu :
A. Penggunaan atau hak menggunakan hak cipta
B. Penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan industrial,komersial, atau ilmiah
C. Pemberian pengetahuan atau informasi dibidang ilmiah,teknikal,industrial, atau komersial
D. Pemberian bantuan tambahan atau pelengkap sehubungan dengan penggunaan atau hak hak tersebut pada huruf “a”,
penggunaan atau hak menggunakan peralatan/perlengkapan tersebut pada huruf “b” atau pemberian pengetahuan atau
informasi pada huruf “c” berupa:
1. Penerimaan atau hak menerima rekaman gambar atau rekaman suara atau kedua - duanya
2. Penggunaan atau hak menggunakan rekaman gambar atau rekaman suara atau kedua – duanya
3. Penggunaan atau hak menggunakan sebagian atau seluruh spectrum radio komunikasi
E. Penggunaan atau hak menggunakan film gambar hidup (motion picture film)
F. Pelepasan seluruhnya atau sebagian hak yang berkenaan dengan penggunaan atau pemberian hak kekayaan
intelektual/industrial atau hak – hak sebagaimana tersebut diatas
Dasar Pengenaan Pajak

Dasar pengenaan pajak adalah jumlah Harga Jual atau Penggantian atau Nilai Impor atau Nilai Ekspor atau Nilai Lain yang
ditetapkan dengan Keputusan Menteri Keuangan yang dipakai sebagai dasar untuk menghitung pajak yang terutang, yang
dimaksud Harga Jual, Penggantian, Nilai Impor, Nilai Ekspor adalah :
 Harga Jual
Adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh penjual
 Penggantian
Adalah nilai berupa uang termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh pemberi jasa karena penyerahan
Jasa Kena Pajak
 Nilai Ekspor
Adalah nilai berupa uang, termasuk semua biaya yang diminta atau seharusnya diminta oleh eksportir
 Nilai Impor
Adalah nilai berupa uang, yang menjadi dasar perhitungan bea masuk ditambah pungutan lainnya yang dikenakan berdasarkan
Nilai Lain sebagai Dasar Pengenaan Pajak
Nilai lain yang digunakan sebagai Dasar Pengenaan Pajak sesuai dengan Peraturan Menteri Keuangan Nomor 75/PMK.03/2010
diberlakukan mulai tanggal 1 April 2010, yaitu :
1. Untuk pemakaian sendiri Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak adalah harga jual atau pengganti, setelah dikurangi laba kotor
2. Untuk pemberian Cuma – Cuma Barang Kena Pajak/Jasa Kena Pajak adalah harga jual atau pengganti, setelah dikurangi
laba kotor
3. Untuk penyerahan media rekaman suara atau gambar adalah perkiraan Harga Jual Rata-rata
4. Untuk penyerahan film cerita adalah perkiraan hasil rata – rata perjudul film
5. Untuk penyerahan produk hasil tembakau adalah sebesar harga jaul eceran
6. Untuk barang kena pajak berupa persediaan dan/atau asset yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan
7. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak antar cabang adalah harga pokok penjualan atau harga perolehan
8. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui pedagang perantara
9. Untuk penyerahan Barang Kena Pajak melalui juru lelang
10. Untuk penyerahan jasa pengiriman paket adalah 10% dari jumlah yang ditagih
11. Untuk penyerahan jasa biro perjalanan atau jasa biro pariwisata adalah 10% dari jumlah tagihan

Perlu diperhatikan meliputi :


12. Pajak masukan atas penyerahan jasa oleh perusahaan jasa pengiriman seperti pada angka 10 diatas, dan oleh perusahaan
jasa biro perjalanan/biro pariwisata pada angka 11 diatas, tidak dapat dikreditkan
13. Penentuan perkiraan harga jual rata – rata pada angka 3, diperkirakan hasil rata – rata pada angka 4 dan harga eceran
seperti angka 5, dalam penerapan nilai lain akan diatur lebih lanjut dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak
Tarif Pajak

Tarif Pajak Pertambahan Nilai


1. Tarif Pajak Pertambahan Nilai sebesar 10%
Tarif Pajak Pertambahan Nilai yang berlaku atas penyerahan Barang Kena Pajak dan atau Penyerahan Jasa Kena Pajak adalah
tarif tunggal.
2. Tarif Pajak Pertambahan Nilai atas ekspor Barang Kena Pajak sebesar 0%
Barang kena pajak yang diekspor atau dikonsumsi diluar Daerah Pabean, dikenakan Pajak Pertambahan Nilai dengan tariff
0%,pengenaan 0% bukan berarti pembebasan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, Pajak masukan yang telah dibayar
dari barang yang di ekspor tetap dapat dikreditkan.
Cara Menghitung Pajak

 Cara Menghitung Pajak Pertambahan nilai


Cara Menghitung Pajak Pertambahan nilai yang terutang adalah dengan mengalikan Tarif Pajak Pertambahan Nilai (10% atau
0% untuk ekspor Barang Kena Pajak)

PPN yang terutang= Tarif PPN x Dasar Pengenaan Pajak


Contoh :

Pengusaha Kena Pajak “A” menjual tunai Barang


Seseorang mengimpor Barang Kena Pajak dari luar
Kena Pajak dengan Harga Jual Rp. 25.000.000,00
Daerah Pabean dengan Nilai Impor
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang:
Rp.15.000.000,00
10% Rp. 25.000.000,00 = Rp. 2.500.000,00
Pajak Pertambahan Nila yang dipungut melalui
Pajak Pertambahan Nilai sebesar Rp. 2.500.00,00
Direktorat Jenderal Bea dan Cukai adalah sebesar
tersebut merupakan Pajak Keluaran, yang
10% x Rp. 15.000.000,00 = Rp. 1.500.000,00
dipungut oleh Pengusaha Kena Pajak “A”
PPN/PPnBM Menjadi Bagian dari Harga
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang adalah 10/110 dari harga atau pembayaran atas penyerahan Barang Kena Pajak atau
Penyerahan Jasa Kena Pajak.
Contoh :
Harga termasuk Pajak Pertambahan Nilai = Rp. 1.100.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang :
10
X Rp. 1.100.000,00 = Rp. 100.000,00
100
Penyerahan Barang Kena Pajak terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah

A. Pajak Pertambahan Nilai


10
X harga atau pembayaran atas penyerahan BKP
110+T
B. Pajak Penjualan atas Barang Mewah
T
X harga atau pembayaran atas penyerahan BKP
110+T
Perhitungan PPN dan PPnBM dalam Satu Transaksi
Dalam suatu transaksi dapat terjadi bahwa transaksi tersebut menjadi objek PPN dan objek PPnBM karena BKP yang dijual
tergolong mewah. Sebagai contoh PT Yulanda adalah sebagai importir melakukan impor air conditioner (AC) SEBANYAK 2000
unit dari jepang dengan harga impor (CIF) US$500.00 Per unit, atas impor AC terutang Bea Masuk 50%. Kurs berdasarkan
Keputusan Menteri Keuangan Rp. 8.500,00 per US$1. Perhitungan PPN dan PPnBM:
Harga Impor (CIF) = 2000 x $500 x Rp. 8.500 = Rp. 8.500.000.000,00
Bea masuk 50% x Rp. 8.500.000.000,00= Rp. 4.250.000.000,00
Nilai impor Rp. 12.750.000.000,00
PPN terutang 10% x Rp. 12.750.000.000,00= Rp. 1.275.000.000,00
PPnBM 20% x Rp. 12.750.000.000,00= Rp. 2.550.000.000,00
Jumlah yang harus dibayar importer= Rp. 16.575.000.000,00
Selanjutnya atas C tersebut dijual kepada distribusi PT Segar dengan harga Rp. 4.000.000,00 per unit AC. Perhitungan harga
penyerahan sebagai jumlah yang harus dibayar PT Segar sebagai berikut :

Harga per unit AC Rp. 4.000.000,00


Mengeliminasi PPnBM per unit 1/2000x Rp. 2.550.000.000,00 Rp. 1.275.000,00
Dasar Pengenaan PPN Rp. 2.725.000,00
PPN terutang 10% x Rp. 2.725.000,00 Rp. 272.500,00

Jumlah yang harus dibayar PT Segar =


Rp. 4.000.000,00 + Rp. 272.500,00 = Rp. 4.272.500,00
Penetapan DPP bila PKP Tidak Melaksanakan Kewajiban Pemungutan Pajak atau Tidak Melaporkan Usahanya
Contoh :
Berdasarkan hasil pemeriksaan diketahui
Harga jual Rp. 10.000.000,00
Dasar Pengenaan Pajak dalam contoh ini Rp. 10.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai yang terutang
= 10% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 1.000.000,00
Apabila atas penyerahan tersebut juga terutang Pajak Penjualan atas Barang Mewah misalnya dengan tariff 20%,
maka Pajak Penjualan atas Barang Mewah yang terutang adalah 20% x Rp. 10.000.000,00 = Rp. 2.000.000,00
Pembuatan Kontrak atau Perjanjian Tertulis
Contoh pembuatan suatu kontrak atau perjanjian tertulis mengenai penyerahan Barang Kena Pajak yang Tergolong Mewah,
dapat dibuat sebagai berikut :
Harga kontrak (sebagai DPP) Rp. 100.000.000,00
Pajak Pertambahan Nilai (10%) Rp. 10.000.000,00
Pajak penjualan atas Barang
Mewah misalnya dengan tariff 20% Rp. 20.000.000,00
Jumlah seluruhnya Rp. 130.000.000,00
Atau dalam pembuatan kontrak atau perjanjian tertulis tersebut cukup disebutkan bahwa dalam harga kontrak
Rp. 130.000.000,00 sudah termasuk Pajak Pertambahan Nilai (10%) dan Pajak Penjualan atas Barang Mewah (20%).
Apabila dalam contoh tersebut tidak disebutkan secara terinci , maka perhitungan Pajak Pertambahan Nilai dan Pajak
Penjualan atas Barang Mewah yang terutang adalah :

Dasar Pengenaan Pajak Rp. 130.000.000,00


Pajak Pertambahan Nilai 10% Rp. 13.000.000,00
Pajak Penjualan atas Barang Mewah 20% Rp. 26.000.000,00
Jumlah seluruhnya Rp. 169.000.000,00
Penghapusan Piutang Pajak dan BKP Rusak/Musnah
Penyerahan Barang kena pajak/Jasa kena pajak tersebut dihapuskan, penghapusan tersebut tidak mempunyai akibat atas
konsumsi Barang kena pajak /Jasa kena pajak tersebut. Oleh karena itu penghapusan piutang tidak mengakibatkan harus
dilakukan penyesuaian pajak yang telah dilaporkan oleh Pengusaha Kena Pajak penjual atau Pengusaha kena pajak pemberi
jasa yang menghapuskan piutangnya.
Demikian pula atas Barang kena pajak yang musnah atau rusak sehingga tidak dapat digunakan lagi tidak mengakibatkan
harus dilakukan penyesuaian pajak yang telah dikreditkan
Saat dan Tempat Terutang PPN

Saat terutangnya pajak


Saat terutangnya pajak untuk transaksi yang dilakukan melalui electronic commerce tetap mengikuti pada ketentuan tersebut, secara
lebih rinci, saat terutang pajak sebagai berikut :
1. Terutangnya pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifatnya atau hukumnya merupakan barang bergerak
2. Terutangnya pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak berwujud yang menurut sifatnya atau hukumnya merupakan barang tidak
bergerak
3. Terutangnya pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak tidak berwujud oleh pengusaha Kena Pajak
4. Terutangnya pajak atas penyerahan Jasa Kena Pajak
5. Terutangnya pajak atas impor Barang kena pajak
6. Terutangnya pajak atas ekspor Barang kena pajak
7. Terutangnya pajak atas asset yang menurut tujuan semula tidak untuk diperjual belikan dan atas persediaan Barang Kena Pajak
8. Terutangnya pajak atas penyerahan Barang Kena Pajak dalam rangka perubahan bentuk usaha,penggabungan usaha, dan pemekaran
usaha
Tempat Pajak Terutang
1. Atas Penyerahan BKP
2. Atas Impor
3. Atas pemanfaatan BKP Tidak berwujud/JKP dari luar Daerah Pabean
4. Atas kegiatan membangun sendiri
5. Perusahaan yang mempunyai cabang – cabang
Dapat terjadi bahwa pengusaha kena pajak orang pribadi yang mempunyai tempat tinggal tidak sama dengan tempat kegiatan
usahanya, maka terutang pajak hanya di tempat kegiatan usahanya, sepanjang Pengusaha Kena Pajak tidak melakukan
kegiatan usaha apapun di tempat kegiatan. Oleh karena itu, pengukuhannya hanya di tempat kegiatan usaha
Penetapan Satu Tempat atau Lebih sebagai Tempat PPN Terutang
Dengan pertimbangan pasal 12 ayat (2) Undang – Undang PPN dan PPnBM tersebut diatur lebih lanjut dengan Peraturan
Tempat PPN Terutang.
Teknisi Pelaksanaan Penetapan sebagai Tempat PPN Terutang yang berlaku sejak tanggal 1 April 2010 meliputi:
1. Tempat pemutusan Pajak Terutang
2. Penyebutan Pajak Pertambahan Nilai
3. Pengusaha Kena Pajak (PKP) yang memiliki lebih dari 1 tempat PPN Terutang dapat memiliki 1 tempat Pemusatan PPN
Terutang
4. Dalam hal PKP memiliki 1 tempat atau lebih sebagai tempat pemusatan PPN Terutang harus menyampaikan
pemberitahuan secara tertulis ke Kantor Wilayah dengan Tembusan Kantor Pelayanan Pajak
5. Tempat tinggal, tempat kedudukan , atau tempat kegiatan usaha PKP tidak dapat dipilih tempat pemusatan PPN terutang
6. Pemberitahuan secara tertulis yang diajukan kepada Direktur Jenderal Pajak harus memenuhi syarat
7. Kepala Kantor Wilayah atas nama Direktur Jenderal Pajak dalam jangka waktu paling lama 14 hari sejak diterimanya pemberitahuan
tertulis yang disampaikan PKP
Pajak Terutang Tidak Dipungut atau Dibebaskan dari Pengenaan Pajak
Contoh:
Pengusaha kena pajak “B” memproduksi barang kena pajak yang mendapat fasilitas dari Negara, yaitu atas penyerahan Barang
Kena Pajak tersebut di bebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai. Untuk memproduksi Barang kena pajak tersebut,
Pengusaha kena pajak “B” menggunakan Barang Kena Pajak lain atau Jasa kena pajak sebagai bahan baku, bahan pembantu,
barang modal ataupun sebagai komponen biaya lain. Pada waktu membeli Barang Kena Pajak lain atau Jasa kena pajak tersebut,
Pengusaha kena pajak “B” membayar Pajak Pertambahan Nilai kepada Pengusaha kena pajak yang menjual atau menyerahkan
Barang Kena Pajak atau Jasa Kena Pajak tersebut. Meskipun Pajak Pertambahan Nilai yang dibayar oleh Pengusaha Kena Pajak
“B” kepada Pengusaha kena pajak pemasok tersebut merupakan Pajak Masukan yang dapat dikreditkan, akan tetapi karena
tidak ada Pajak Keluaran berhubung diberikannya fasilitas berupa dibebaskan dari pengenaan Pajak Pertambahan Nilai, maka
Pajak Masukan tersebut menjadi tidak dapat dikreditkan.
Tempat Lain Sebagai Tempat Terutang PPN
Dalam Pasal 12 ayat (1) Undang – Undang PPn dan PPnBM bahwa Direktur Jenderal Pajak diberikan kewenangan menetapkan
tempat lain sebagai tempat pajak terutang. Pengaturan tersebut telah diatur dalam peraturan Direktur Jenderal Pajak Nomor
4/Pj/2010 dan ditegaskan dalam Surat Edaran No SE 27/Pj/2010 yang berlaku mulai tanggal 1 April 2010. Pengaturan
dimaksud meliputi :
1. Bagi Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi, PPN Terutang di tempat tinggal dan atau tempat kegiatan usaha atau tempat
lain
2. Apabila Pengusaha Kena Pajak Orang Pribadi ternyata mempunyai tempat tinggal tidak sama dengan tempat kegiatan
usahanya maka akan dikukuhkan dan terutang PPN hanya di tempat usahanya
3. Bagi Pengusaha Kena Pajak Badan, PPN Terutang ditempat kedudukan dan tempat kegiatan usaha atau tempat lain
Bentuk Surat Pemberitahuan Masa (SPT Masa) PPN Tahun 2011
Dengan Peraturan Pemerintah No. Per 44/Pj/2010 Formulir 1107 dan 1108 tidak dipergunakan lagi dan digunakan formulir
baru yang berlaku mulai 1 Januari 2011. Jenis formulir pelaporan yang digunakan SPT Masa PPN yaitu:
1. Formulir 1111 yaitu formulir yang digunakan oleh PKP yang menggunakan mekanisme Pajak Masukan dan Pajak Keluaran
secara umum
2. Formulir 1111DM yaitu formulir yang digunakan oleh Pengusaha Kena Pajak yang menggunakan Pedoman Perhitungan
Pengkreditan (deemed) Pajak Masukan (perhatikan tata cara perhitungan pengkreditannya pada Bab 7)
3. Formulir 1107 PUT seperti pada formulir yang lama dan tidak ada perubahan

Anda mungkin juga menyukai